Anda di halaman 1dari 45

UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG

PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN RASIO


PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM
PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2015-2018

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

memperoleh Gelar Sarjana

Akuntansi

Nurazizah

16416262201040

FAKULTAS BISNIS DAN ILMU SOSIAL


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN
KARAWANG
2020
PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN RASIO
PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM
PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2015-2018

Oleh :
NURAZIZAH
16416262201040

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh Gelar Sarjana
Akuntansi telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal

Karawang,

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Yanti, S.E., M.Ak Sari Marliani, Dra.,M.M

NIDN: 0411078106 NIDN: 1413016703

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul : Pengaruh Tingkat Inflasi dan Rasio Profitabilitas


Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2015- 2018
Yang disusun oleh :
Nama : Nurazizah
NIM 16416262201040
Program Studi : Akuntansi

Yang telah disusun sebagai salah satu syarat untuk penelitian untuk menyusun skripsi
pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Buana
Perjuangan Karawang.

Menyetujui,

Nama Tanda Tangan Tanggal


1. Dosen Pembimbing 1
Yanti, SE., M.Ak.
NIDN: 0411078106

2. Dosen Pembimbing 2
Sari Marliani,Dra.,M.M
NIDN: 1413016703

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ............................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... v

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 9

1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................... 9

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9

1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 10

1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................. 10

BAB II ................................................................................................................... 12

TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 12

2.1 Kajian Teori ................................................................................................. 12

2.1.1 Teori signal atau signaling theory ........................................................ 12

2.1.2 Pasar Modal ......................................................................................... 13

2.1.3 Inflasi ........................................................................................................ 14

2.1.4 Rasio Profitabilitas................................................................................ 15

2.1.5 Harga Saham ........................................................................................ 17

2.2 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 18

2.3 Kerangka Pemikiran Teori .......................................................................... 22

2.4 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 23

2.4.1 Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham ............................................... 23

2.4.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga Saham .................................... 24

2.4.3 Pengaruh Inflasi dan Profitabilitas terhadap harga saham .................... 26

BAB III.................................................................................................................. 27

iii
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 27
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 27

3.3 Metode Pengambilan Sampel ...................................................................... 27

3.4 Metode Pengumpuan Data .......................................................................... 29

3.5 Variabel Peneitian dan Definisi Operasional variabel................................. 29

3.6 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 30

3.6.1 Statistik Deskriptif ................................................................................ 30

3.6.2 Uji Asumsi Klasik................................................................................. 30

3.6.3 Uji Regresi Linier Berganda ................................................................. 32

3.6.4 Uji Hipotesa .......................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Perkembangan inflasi ......................................................................... 5

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 24

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Data perkembangan rata-rata harga saham setiap tahun ........................ 3

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 18

Tabel 3. 1 Penentuan Jumlah Sampel ................................................................... 26

Tabel 3. 2 Daftar Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI ..................... 27

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi suatu negara selalu diikuti oleh pertumbuhan industri


yang berada pada negara tersebut. Pertumbuhan industri ini membutuhkan dana
yang besar sehingga perusahaan industri harus mencari sumber dana untuk
memenuhi kebutuhannya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut
adalah dengan go public atau menjual sekuritasnya (saham) kepada masyarakat
umum melalui pasar modal atau Bursa Efek Indonesia. Cara ini merupakan cara
yang paling mudah dan cepat untuk mendapatkan pendanaan bila dibandingkan
dengan cara lain seperti melakukan peminjaman terhadap bank. Ada tiga tujuan
utama dibentuknya pasar modal, yaitu: mempercepat proses perluasan
pengikutsertaan masyarakat melalui pasar modal, pemerataan pendapatan bagi
masyarakat dan meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap penghimpuan dana
secara produktif.
Pasar modal di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat
mengikuti perkembangan industri dan ekonomi, pemerintah memandang bahwa
pasar modal merupakan sarana yang efektif untuk mempercepat pembangunan. Hal
ini dikarenakan perkembangan pasar modal yang diikuti perkembangan
perekonomian masyarakat akan mengakibatkan lebih banyak dana yang didapatkan
masyarakat sehingga masyarakat akan memiliki dana berlebih. Kelebihan dana ini
dapat digunakan untuk melakukan penanaman modal terhadap suatu perusahaan
yang membutuhkan pendanaan untuk perluasan industrinya. Selain itu pasar modal
berperan sebagai tempat perdagangan saham, pasar modal saat ini lebih dikenal
sebagai Bursa Efek Indonesia juga berperan sebagai pendorong pembentukan
modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, diharapkan pasar
modal juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara dengan
kuantitas dan kualitas investasi. Dipertegas Aziz, dkk (2015:15) pasar modal
merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrumen
derivatif maupun istrumen lainnya.
Saham merupakan tanda bukti bahwa seseorang ikut serta memiliki

1
perusahaan tersebut (Riyanto, 2011: 240 dalam Reni Desti Novita, 2020). Investor
membeli sejumlah saham pada suatu perusahaan tertentu untuk memperoleh
keuntungan berupa dividen dan capital gain. Bagi perusahaan, saham merupakan
salah satu sumber modal untuk dapat menjalankan operasional perusahaan. Nilai
perusahaan dapat diwakili dengan tinggi rendahnya harga saham perusahaan. Harga
saham yang tinggi menandakan nilai perusahaan tinggi, sedangkan harga saham
yang rendah menandakan nilai perusahaan juga rendah. Harga saham adalah harga
yang terjadi di bursa pada waktu tertentu. Harga saham bisa berubah naik atau pun
turun dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Hal
tersebut dimungkinkan karena tergantung dengan permintaan dan penawaran antara
pembeli saham dengan penjual saham. Harga saham merupakan salah satu indikator
pengelola perusahaan. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan
memberikan kepuasan bagi investor yang rasional. (Darmadji dan Fakhrudin
.2012:102 dalam Ana islani. 2019)
Pembentukan harga saham dapat terjadi dikarenakan adanya permintaan dan
penawaran terhadap saham, dengan kata lainnya harga saham dapat terbentuk oleh
adanya supply dan demand pada saham. Supply dan demand terjadi karena adanya
banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham maupun faktor yang sifatnya
makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor nonekonomi,
seperti kondisi sosial, politik dan faktor lainnya. Harga saham dikendalikan atau
ditentukan oleh perusahaan. Kebijakan dividen merupakan satu dari sekian banyak
faktor internal yang turut mempengaruhi perkembangan harga saham. Hal ini dapat
terlihat dari indikator kebijakan dividen, yaitu tingkat imbal (hasil) dividen atau
sering disebut Dividen Yield dan rasio pembayaran dividen atau yang lebih sering
disebut dengan Dividen Payuot Ratio. (Reni Desti Novita, 2020)
Permintaan saham yang meningkat merupakan sebuah penilaian mengenai
kinerja perusahaan yang baik, akan mendapatkan return dari saham yang dimiliki
oleh investor berupa capital gain. Capital gain pada perusahaan yang telah go
public adalah selisih karena harga jual lebih daripada harga beli saham. Hal tersebut
dapat membantu investor melihat besar kecilnya nominal harga saham yang
dimiliki. Perkembangan pada perusahaan pertambangan saat ini sangat pesat, di
karenakan sektor pertambangan merupakan salah satu penompang pembangunan

2
ekonomi suatu negara, karena perannya sebagai penyedia sumber daya energi yang
diperlukan bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara. (Ana islani, 2019)
Fenomena ini dibuktikan dengan kenyataan besarnya rata-rata harga saham
yang beredar pada perusahaan sektor perusahaan pertambangan yang terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2017 sampai dengan 2018, sebagai
berikut:

Tabel 1. 1 Data perkembangan rata-rata harga saham setiap tahun

No Sektor Harga Saham Pada Saat Penutupan Rata-rata


Tiap Tahun Perusahaan
2015 2016 2017 2018
1 Pertanian 305,89 316,2 145,44 145,44 251,3925
2 Pertambangan 291,92 524,44 1367,02 1367,02 733,31
3 Industri dasar 419,01 427,36 490,53 490,53 464,72
4 Aneka Industri 384,01 459,72 399,27 399,27 436,3925
5 Konsumsi 493,71 619,15 747,21 747,21 628,78
6 Properti dan real 871,19 1068,6 899,7 899,7 957,09
estate

Sumber : Diolah dari laporan keuangan OJK 2015-2018, Ana islani 2019
Berdasarkan tabel 1.1 , terlihat bahwa setiap sektor memberikan harga saham
pada tingkat yang berbeda-beda setiap tahunnya. Rata-rata harga saham pada tahun
2015 hingga 2018 terbesar ditempati oleh sektor properti dan real estate sebesar
957,09 dengan sejumlah data 56 perusahaan yang terdaftar dalam BEI. Namun pada
rata-rata harga saham pada tahun 2018 menurut jumlah perusahaan yang bergabung
di BEI, sektor pertambangan mempunyai rata-rata harga saham tertinggi yaitu
sebesar 1367,02. Hal ini mengindikasikan bahwa harga saham yang dibagikan oleh
tiap sektor setiap tahunnya tidak pernah sama. Selain itu bila dilihat dari ratarata
pada tahun 2018 setiap sektor mengalami penurunan harga saham dari tahun 2017
kecuali sektor pertambangan yang menjadikan rata-rata harga saham yang tertinggi.
Informasi mengenai harga saham ini menjadi penting, karena harga saham

3
merupakan sinyal bagi para investor dalam pengambilan keputusan investasi untuk
masa depan. Pada dasarnya perusahaan di masa yang akan datang dengan melihat
sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan akan membantu dalam investor
untuk menentukan bagaimana operasional perusahaan dengan baik. Rasio
profitabilitas yang sangat penting untuk mengetahui sejauh mana investasi yang
akan dilakukan oleh investor, di suatu perusahaan mampu memberikan return yang
sesuai dengan apa yang diinginkan investor adalah profitabilitas, yang merupakan
suatu pengukuran dari hasil (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan
atas modal yang diinvestasikan di dalam perusahaan. Semakin besar kekuatan
perusahaan dalam mendapatkan keuntungan maka sebagai hal yang harus dilakukan
adalah pengembalian aset perusahaan besar pula. Dari Ashari Dwi Putranto dan Ari
Darmawan, (2018). Hasil penelitian dari Choirurodin, (2018) menyatakan bahwa
profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap harga saham, sedangkan Faitullah,
(2016) menyatakan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap harga
saham, dan Ditya Eric Rifasandy dan Siti Rokhmi Fuadati, (2018) menyatakan
bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham.

Persoalan inflasi juga akan membawa dampak buruk bagi kondisi


perekonomian suatu bangsa, selain itu akan mempengaruhi perilaku masyarakat
dalam aktivitas ekonominya. Bagi mereka yang memiliki pendapatan tetap secara
otomatis pendapatan mereka berkurang seiring dengan naiknya harga-harga yang
berlaku dimasyarakat. Secara langsung maupun tidak langsung, inflasi yang terjadi
akan memberikan pengaruh terhadap aktivitas ekonomi masyarakat. Inflasi dapat
meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika tingkat biaya lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka,
profitabilitas perusahaan akan turun. Hal ini akan berdampak bagi investor karena
investor enggan untuk menanamkan modalnya jika profit suatu perusahaan kecil dan
mengakibatkan harga saham menurun. (Ditya Eric Rifasandy dan Siti Rokhmi
Fuadati , 2018)
Inflasi dapat disebabkan oleh beberapa macam yaitu tarikan permintaan dan
desakan biaya produksi. Inflasi tarikan permintaan (Inggris :deman pull inflation)
terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan
pada tingkat harga. Inflasi desakan biaya (Inggris :cost push inflation) terjadi akibat

4
meningkatnya biaya produksi (input), seperti naiknya harga bahan bakar minyak
dan tarif listrik, sehingga menyebabkan harga produk-produk (output) yang
dihasilkan ikut naik (Halim, 2018:78 dalam Puput Novitasari, Emmy Ermawati dan
Sochib ,2019).
Periode Tahun 2015-2018

Data
3,70%
Inflasi
3,60% 3,61
%
3,50%
3,40%
3,35
3,30% %
3,20%
3,10% 3,13
%
3,00% 3,02
2,90% %
2,80%
2,70%
2015 2016 2017
2018

Inflasi Expon. (Inflasi)

Gambar 1. 1 Perkembangan inflasi


Sumber : Bolasalju.com (diolah penulis)
Berdasarkan Grafik 1.1 dapat diketahui bahwa perkembangan inflasi di
tahun 2015 sebesar 3,35% , tekanan inflasi tersebut terjadi karena naik turun
harga bahan bakar minyak (BBM). Inflasi terendah terjadi di tahun 2016
sebesar 3.02%, penurunan tekanan inflasi tersebut antara lain tidak lepas dari
kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya beberapa indeks kelompok
pengeluaran misalnya kelompok bahan makanan. Di tahun 2017 naik tingkat
inflasi sebesar 3,61%, dikarenakan tarif listrik yang memiliki andil 0,81
persen dan disusul biaya perpanjangan STNK yang mencapai 0,24 persen.
Selain itu, ikan segar juga mendorong kenaikan inflasi dengan andil 0,20
persen. Tingkat inflasi pada 2018 yang lebih kecil dari 2017 yakni 3,13%
menunjukkan bahwa pemerintah berhasil mendorong penurunan harga
barang.
Penelitian pengaruh Inflasi terhadap harga saham telah banyak
dilakukan, Ditya Eric Rifasandy dan Siti Rokhmi Fuadati (2019) dalam

5
penelitiannya menyebutkan bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham Puput Novitasari, Emmy Ermawatidan dan
Sochib (2019) dalam penelitiannya bahwa Hasil penelitian menunjukkan
bahwa inflasi secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. Secara
parsial inflasi tidak berpngaruh dan tidak signifikan terhadap harga saham.
Noel Pardede, Raden Rustam Hidayat dan Sri Sulasmiyati (2016) juga
menunjukan hasil penelitian menunjukkan inflasi berpengaruh simultan
terhadap indeks harga saham.

Fenomena Perubahan harga saham yang bergerak di bidang Emas dan


Logam mulia terpantau turun pada perdagangan 4 Desember 2018 di Bursa
Efek Indonesia. Penurunan terjadi akibat meningkatnya stok di Amerika
Serikat. Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) ramai ditransaksikan
investor pada awal perdagangan ini. Namun sebagian besar transaksi tersebut
adalah penjualan saham emiten produsen emas dan feronikel ini. Harga saham
ANTAM anjlok 3,4% menjadi Rp 710 per saham. ANTM telah
ditransaksikan 1.823 kali dengan volume 22,97 juta lembar saham. Total
transaksinya Rp 16,53 miliar. Saham ANTM dilanda profit taking atau aksi
ambil untung setelah sehari sebelumnya harga saham ANTM naik hingga
19,51%. Saat ini kapitalisasi pasar ANTM mencapai 17,06 triliun.
Sebelumnya, Peningkatan produksi yang saat ini dilakukan perusahaan tak
dibarengi dengan kenaikan harga. Dimana harga nikel di pasar internasional
lebih rendah dibanding harga jual rata-rata tahunan. Quarter to quarter tidak
terlalu signifikan karena produksi naik cukup baik tapi masalah harga tiga
bulan terakhir masih turun. Sebagai contoh average harga US$ 6 per pon,
dalam dolar US$ 13.200/ton tapi hari ini US$ 11.200/ton di LME jadi artinya
2-3 bulan penjualan akan di bawah harga rata-rata sembilan bulan tapi biaya
masih di bawah harga. Di Tahun berikutnya di prediksikan harga jual rata-
rata nikel masih akan berada di US$ 6 per pon, meski dalam kondisi nyata
harga komoditas ini masih akan mengalami fluktuasi. Meski demikian,
perusahaan optimis harga jual nikel akan terus membaik dan ditunjang oleh
prospek jual nikel. Turunnya harga logam mulia tersebut terjadi ketika rupiah
menguat. Penurunan harga instrumen investasi tersebut berada pada level

6
terendah setidaknya sejak akhir Agustus.

Dari fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa emiten tambang


mengalami penurunan harga saham akibat Peningkatan produksi yang saat
ini dilakukan perusahaan tak dibarengi dengan kenaikan harga dan
mengakibatkan menurunnya pendapatan akibat harga nikel di pasar
internasional lebih rendah dibanding harga jual rata-rata tahunan saat nilai
rupiah tinggi.

Selanjutnya kasus Saham-saham yang bergerak di bidang minyak dan


gas (migas) terpantau turun pada perdagangan hari ini 8 Juni 2017 di Bursa
Efek Indonesia. Penurunan itu seiring dengan melemahnya harga minyak
global akibat peningkatan stok di Amerika Serikat. Hingga jeda siang ini,
harga saham PT Medco Energi Tbk (MEDC) tercatat turun 3,24 persen
menjadi Rp 2.690 per saham. Pada saat yang sama, saham PT Elnusa Tbk
(ELSA) melemah 1,32 persen menjadi Rp 300. Seperti dilaporkan oleh
CNBC, harga minyak melemah hampir persen pada perdagangan Rabu 7
Juni 2017 di New York setelah pemerintah Amerika Serikat melaporkan
peningkatan stok minyak mentah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran
bahwa pemangkasan produksi oleh produsen minyak dunia tidak banyak
menghambat kelebihan pasokan global. Stok minyak mentah di AS naik 3,3
juta barel menjadi 513 juta barel, menurut Energy Information
Administration (EIA) AS. Sebelumnya, analis memperkirakan penurunan
3,5 juta barel, terutama pada hari setelah data diterbitkan oleh American
Petroleum Institute yang mengindikasikan penurunan lebih dalam.
Kemarin, harga minyak mentah Brent ditutup di US$ 48,27 per barel, turun
3,7 persen atau US$ 1,85. Sementara itu, harga light crude mencapai US$
45,72 per barel, turun 5,1 persen. Hubungan erat antara harga minyak dunia,
saham ELSA dan MEDC ternyata sudah terjadi sejak lama. Bareksa
memantau pergerakan keduanya selama lima tahun terakhir ini. Hasilnya,
pergerakan saham ELSA dan MEDC sangat berkorelasi dengan harga
minyak dunia. Medco, yang dikendalikan oleh taipan Arifin Panigoro,
merupakan perusahaan minyak dan gas nasional. Medco mempunyai kaitan

7
erat terhadap pergerakan minyak dunia karena mencatat pendapatan utama
dari penjualan minyak. Sementara itu, Elnusa, yang 41 persen sahamnya
dimiliki oleh PT Pertamina (Persero), merupakan penyedia jasa untuk
perusahaan minyak dan gas. Bisnis Elnusa saat ini meliputi tiga kategori,
yaitu jasa hulu migas terintegrasi, jasa penunjang hulu migas dan jasa hilir
migas, Kamis (8/6/2017) oleh Hanum Kusuma Dewi.

Dari fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa saham-saham yang


bergerak dibidang minyak dan gas mengalami penurunan seiring dengan
melemahnya harga minyak global akibat peningkatan stok di Amerika
Serikat. Selain itu beberapa perusahaan mengalami penurunan harga saham
dikarenakan pendapatannya menurun. Adapun pendapatan utama
perusahaan tersebut bersumber dari penjualan minyak.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh


Ditya Eric Rifasandy dan Siti Rokhmi Fuadati mengenai Pengaruh Inflasi
Dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverages.
Persamaan penelitian ini adalah menjadikan harga saham sebagai variabel
dependen dan menggunakan variabel profitabilitas dan variabel inflasi
sebagai variabel independen. Perbedaan dari penelitian ini adalah Objek
yang menjadi sampel penelitian pada penelitian saat ini dilakukan pada
perusahaan sektor pertambangan, sedangkan pada penelitian sebelumnya
menggunakan sektor Harga Saham Perusahaan Food And Beverages. Alasan
memilih sektor pertambangan adalah karena sektor pertambangan
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perekonomian Indonesia.
Terlebih Indonesia merupakan negara penghasil sumber daya alam yang
berpotensial sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan
nasional. Selain itu sektor pertambangan merupakan perusahaan yang dapat
memberikan kontribusi terhadap perubahan IHSG (Indeks Harga Saham
Gabungan) di Bursa Efek Indonesia karena sektor pertambangan merupakan
salah satu dari 9 sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut,
peneliti bertujuan untuk membahas masalah yang berhubungan dengan judul

8
penelitian sebagai berikut: “ Pengaruh Tingkat Inflasi dan Rasio
Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor
Pertambangan yang Teraftar di Bursa Efek Indonesia Peroide 2015-
2018)”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, maka penulis
menyebutkan beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Terjadinya penurunan harga logam di perusahaan mulia Emas dan logam
harga US$ 6 per pon, dalam dolar US$ 13.200/ton tapi hari ini US$
11.200/ton dan ini di akibatkan meningkatnya stok di Amerika Serikat.
2. Terjadinya penurunan Harga minyak mentah Brent di harga US$ 48,27 per
barel, turun 3,7 persen atau US$ 1,85. Sementara itu, harga light crude
mencapai US$ 45,72 per barel, turun 5,1 persen.
3. Adanya penelitian sebelumnya yang belum konsisten, sehingga dilakukan
penelitian lebih lanjut Pengaruh Inflasi dan Profitabilitas terhadap Harga
Saham.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka beberapa pokok masalah
yang akan diteliti, dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Harga Saham pada


Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2015_2018?
2. Bagaimana pengaruh Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan
Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-
2018?
3. Bagaimana pengaruh Tingkat Inflas dan Profitabilitas terhadap Harga
Saham pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2015-2018?

1.4 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham pada
Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2015-2018.

9
2. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga Saham
pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2015-2018.
3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Tingkat Inflasi dan Profitabilitas
terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2018.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Penulis
Diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan tentang manajemen
investasi, khususnya mengenai pengaruh faktor fundamental terhadap
risiko saham.
2. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
kepada calon investor, investor dan perusahaan-perusahaan dalam
menentukan investasi yang akan dipilih dapat dilihat dari faktor-faktor
fundamentalnya ataupun dari risiko sahamnya
3. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-


faktor fundamental yang mempengaruhi risiko saham. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan sehingga dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan sehingga dapat digunakan untuk penelitian-penelitian
selanjutnya
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dilakukan untuk menjelaskan secara
keseluruhan mengenai struktur penulisan yang terdiri dari tiga bab ini
agar disusun secara teratur tujuannya untuk mempermudah pembahasan
dan pembaca dalam memahami penelitian ini. Isi pembahasan disajikan
dalam sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN

10
Bab ini berisi dengan latar belakang permasalahan, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIK DAN PENGEMBANGA
HIPOTESIS
Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai teori-teori yang
melandasi penelitian yaitu tentang Inflasi, dan Profitabilitas yang
berkaitan dengan penelitian yang pernah diartikan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini akan diuraikan mengenai kerangka penelitian, data dan
sumber data, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel,
defini operasional variabel, teknik analisis data.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Teori signal atau signaling theory
Teori signal atau signaling theory didasarkan pada asumsi bahwa informasi
yang diterima oleh masing-masing pihak tidak sama. Teori ini berkaitan dengan
asimetri informasi yang mana menunjukkan adanya asimetri informasi antara
manajemen perusahaan dengan pihak- pihak- uang berkepentingan dengan
informasi. Untuk itu manajer perlu memberikan informasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan melalui pernerbitan laporan keuangan.
Teori signal ini pertama kali dikembangkan oleh Ross tahun 1977 dalam
penelitian Ana Isnaini tahun 2019. Dalam membangun teori signal berdasarkan
adanya inforamasi assimetris anatara informasi dari manajemen (well- informed)
dan informasi dari pemegang saham (poo informe). Teori ini berdasarkan pemikiran
bawah manajemen akan memberikan informasi kepada investor atau pemegang
saham ketika mendapatkan informasi yang baik yang berkaitan dengan perusahaan
seperti peningkatan nilai perusahaan. Akan tetapi investor tidak mempercayai
informasi tersebut karena para manajener merupakan interest parti. Sehingga
perusahaan yang memiliki nilai tinggi akan melakukan signaling pada kebijakan
keuangan perusahaan sehingga tidak sama dengan perusahaan yang memiliki nilai
rendah. Signal adalah proses yang memakan biaya berupa deadweight costing yang
bertujuan untuk menyakinkan investor tentang nilai perusahaan. Signal yang baik
adalah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain yang memiliki nilai rendah
karena faktor biaya.
Menurut Adel (dalam Ana Isnaini tahun 2019) pengumuman informasi
akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di
masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan
perdagangan saham dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui
perubahan dalam volume perdagangan saham. Sehingga Informasi merupakan
unsur penting bagi pelaku bisnis maupun pihak investor karena informasi yang
didapat merupakan gambaran masa lalu, saat sekarang maupun masa akan datang

12
bagi kelangsungan suatu perusahaan serta bagaimana pasaran efek perusahaan
tersebut. Informasi yang lengkap, relevan, dan akurat serta tepat waktu sangat
dibutuhkan pihak investor sebagai pedoman analisis untuk mengambil keputusan
investasi.
Signalling Theory mengemukakan bagaimana seharusnya perusahaan
memberikan sinyal kepada para pengguna informasi. Sinyal dapat berupa promosi
atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari
pada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan
manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Pengumuman informasi akan
memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang
akan datang sehingga dapat menarik minat investor dalam melakukan perdagangan
saham. Dengan demikian pasar akan bereaksi yang akan tergambarkan dalam
trading volume activity saham. Dengan demikian hubungan antara informasi yang
dipublikasikan baik berupa laporan keuangan, dividen, kondisi keuangan maupun
kondisi sosial politik dan keamanan terhadap fluktuasi trading volume activity dapat
dilihat dalam efisiensi pasar.
2.1.2 Pasar Modal
Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan
menjual saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya
akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana
perusahaan. Jogiyanto (2016:33).
Dalam undang-undang pasar modal No.8 tahun 1995 memberikan
pengertian yang lebih spesifik mengenai pasar modal, yaitu kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan
dengan efek.
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pasar modal
merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi
perdagangan surat berharga keuangan seperti seperti saham dan obligasi yang
nantinya akan digunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana
perusahaan.

13
1. Peran Pasar Modal
Menurut Jogiyanto (2016:35), Pasar modal memiliki empat peran
diantaranya :
a. Pasar modal berperan mempertemukan pihak penjual efek (pihak yang
butuh dana untuk modal usaha, yaitu perusahaan emiten). Dengan
pembeli efek (pihak yang menawarkan dana, yaitu masyarakat investor
atau pemodal).
b. Pasar modal berperan sebagai lembaga penghubung dalam
pengalokasian dana masyarakat secara efisien, transparan dan
akuntabel.
c. Pasar modal berperan menyediakan berbagai macam instrumen
investasi yang dapat memungkinkan adanya diversifikasi portofolio
investasi.
d. Pasar modal berperan mengajak masyarakat investor untuk ikut srta
memiliki perusahaan publik yang sehat dan berprospek baik

2. Manfaat pasar modal


Beberapa manfaat pasar modal menurut Jogiyanto (2016) yaitu ;

a. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha


sekaligus memungkinkan terciptanya alokasi sumber dana yang
optimal.
b. Memberikan wahana investasi bagi investor, sekaligus memungkinkan
adanya upaya diversifikasi portofolio investasi.
c. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai kelapisan masyarakat
menengah.
d. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan
prospektif.
e. Menciptakan iklim usaha yang sehat, terbuka dan profosional.
f. enciptakan lapangan kerja atau profesi yang menarik
2.1.3 Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga barang barang secara umum yang
disebabkan oleh turunnya nilai mata uang pada suatu periode tertentu. Definisi ini

14
menandakan bahwa kenaikan harga barang tertentu atau kenaikan sebuah harga
karena sebuah peristiwa ketidakstabilan kondisi ekonomi, seperti krisis yang akan
berdampak pada inflasi. Menurut Tandelilin (2010), inflasi adalah kecenderungan
terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan sehingga terjadi
penurunan daya beli uang. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
disebut Inflasi. Syarat adanya kecenderungan meningkat yang terus menerus juga
perlu digaris-bawahi. Kenaikan harga-harga karena, misalnya, musiman, menjelang
hari raya, bencana, dan sebagainya, yang sifatnya hanya sementara tidak disebut
Inflasi.
2.1.4 Rasio Profitabilitas
Dalam penelitian ini tingkat profitabilitas diukur dengan rasio pengembalian
atas asset atau return on Equity (ROE). Menurut Rafika (2015) ROE adalah rasio
yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan. rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih
yang akan dihasilkan dari setiap jumlah dana yang tertanam dalam total ekuitas.
Kasmir (2012) juga menjelaskan bahwa ROE adalah alat untuk mengukur performa
dan efektivitas dalam suatu perusahaan untuk mendatangkan keuntungan. Menurut
Alam (2017) ROE adalah rasio untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan
modal perusahaan.
Return On Equity (ROE) merupakan rasio antara laba sesudah pajak
terhadap total ekuitas yang berasal dari setoran pemilik, laba tak dibagi dan
cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan. Sehingga ROE sering digunakan
untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan ekuitas yang dimilikinya. Semakin tinggi laba perusahaan maka
akan semakin tinggi ROE, dimana secara matematis laba merupakan bilangan
pembilang dalam rumus menghitung ROE, sementara besarnya laba perusahaan
dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui
aktivitas penjualannya yang tercermin melalui net profit margin dan aktivitas
penjualan perusahaan dengan memanfaatkan total assetsnya yang tercermin melalui
Total Assets Turnover. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa bila Net Profit
Margin dan Total Assets Turnover naik maka akan meningkatkan ROE.
Menurut Alam (2017) ROE dapat dirumuskan sebagai berikut :

15
A. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2017:64) ada 7 (tujuh) rasio profitabilitas
diantaranya sebagai berikut:
a. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Merupakan perbandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga
Pokok Penjualan dengan tingkat penjualan. Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus yaitu:

Gross Profit Margin =

b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)


Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah
pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan. Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus yaitu:

c. Earning Power of Total investment (Rate of return an total assets/ROA)


Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan netto. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:

d. Rate on return for the owners (Rate of Return on net worth)


Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari
modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang
saham preferen. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:

e. Operating income ratio / Operating profit margin


Laba bersih sebelum bunga dan pajak dihasilkan oleh setiap rupiah

16
penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:

Operating income ratio =


Penjualan Netto−HPP−Biaya Adm,Penjualan,Umum
Penjualan Netto

f. Operating Ratio
Biaya operasi per rupiah penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus
yaitu:
(HPP−Biaya Adm,Penjualan,Umum)
Return on Equity = income ratio =
Operating
Penjualan Netto

g. Net earning power ratio (Rate on return on investment/ROI)


Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan keuntungan netto. Rasio ini dapat dihitung dengan
rumus yaitu:

2.1.5 Harga Saham


Harga saham adalah harga saham di bursa saham pada saat tertentu
yang ditentukan oleh pelaku pasar dan oleh permintaan ataupun penawaran
saham yang bersangkutan di pasar modal. Seorang investor dalam membuat
keputusan dalam berinvestasi atau untuk membeli suatu saham tertentu,
sebelumnya terlebih dahulu menganalisis saham tersebut. Prespektif investor
jauh sederhana dalam memberikan penilaian terhadap kondisi suatu saham.
Menurut Fahmi (dalam Ana Isnaini, 2019) pengertian harga saham adalah:
a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan.
b. Kertas tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti
demgan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya
c. Persediaan yang siap untuk dijual

Menurut Ermaya & Nugraha Harga saham adalah nilai sekarang dari bukti
penyertaan atau kepemilikan perusahaan yang perubahannya sangat cepat
tergantung pada permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual saham.
Sedangkan menurut Hartono (dalam Ana Isnaini, 2019) pengertian dari harga
saham adalah harga suatu saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu
yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan
17
penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Harga saham menjadi
indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaannya. Jika harga
saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor dapat
menilai bahwa perusahaan tersebut berhasil mengelola usahanya. “Harga saham
terbentuk berdasarkan pertemuan antara penawaran jual dan permintaan beli
saham”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah nilai sekarang dari
bukti penyertaan atau kepemilikan perusahaan yang perubahannya sangat cepat
tergantung permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual saham.

18
2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu


Persamaan dan
Nama
NO Judul Variabel Hasil Perbedaan
Peneliti
Penelitian
1. Ditya Eric Pengaruh Inflasi Dan Inflasi, Hasil penelitian ini Persamaan :
Rifasandy Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan bahwa variabel 1. Variabel
dan Siti Terhadap Harga dan Harga inflasi dan Return On Asset Inflasi
Rokhmi Saham Perusahaan Saham berpengaruh signifikan 2. Variabel
Fuadati Food And Beverages terhadap harga saham, Profitabilitas
(2018) yang terdaftar di sedangkan variabel Return 3. Variabel
Bursa Efek Indonesia On Equity tidak memiliki Harga
periode 2012- pengaruh signifikan terhadap Saham
2016 harga saham perusahaan
food and beverages yang Perbedaan :
terdaftar di Bursa Efek 1. Perusahaan
Indonesia. Food And
Beverages
2. Puput Pengaruh Inflasi, Inflasi, Nilai Hasil penelitian Persamaan :
Novitasari, Nilai Tukar Rupiah Tukar menunjukkan inflasi, nilai 1. Variabel
Emmy Per Dolar As Dan Rupiah Per tukar rupiah per dolar AS dan Inflasi
Ermawati Return On Assets Dolar AS, Return On Assets (ROA) 2. Variabel
dan Sochib (ROA) Terhadap Return On secara simultan berpengaruh Harga
(2019) Harga Saham Aset dan terhadap harga saham. Secara Saham
Perusahaan Sektor Harga parsial inflasi tidak
Property And Real Saham berpengaruh dan tidak Perbedaan :
Estate signifikan terhadap harga 1. Variabel
Yang Terdaftar Di saham. Nilai tukar rupiah per Nilai
BEI dolar AS tidak berpengaruh Tukar
dan tidak signifikan terhadap Rupiah
harga saham. Sedangkan 2. Variabel
Return On Assets (ROA) ROA
secara parsial berpengaruh 3. Sektor
positif dan signifikan Property
terhadap harga saham. And Real
Estate

19
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu(lanjutan)

Nama Persamaan dan


NO Judul Variabel Hasil
Peneliti Perbedaan Penelitian
3. Noel Pengaruh Harga Harga Hasil penelitian Persamaan :
Pardede Minyak Mentah Minyak menunjukkan bahwa harga 1. Variabel Inflasi
Raden Dunia, Inflasi, Mentah minyak mentah dunia, inflasi, 2. Variabel Harga
Rustam Suku Bunga Dunia, suku bunga (central bank Saham
Hidayat Sri (Central Bank Inflasi, rate), dan nilai tukar (kurs) 3. Sektor
Sulasmiyati Rate), Dan Nilai Suku berpengaruh simultan Pertambangan
(2016) Tukar (Kurs) Bunga, terhadap indeks harga saham
Terhadap Indeks Nilai Tukar sektor pertambangan di Perbedaan :
Harga Saham dan Harga Indonesia dan Singapura. 1. Variabel Harga
Sektor Saham Harga minyak mentah dunia Minyak Mentah
Pertambangan dan nilai tukar (kurs) Dunia
Di Asean (Studi berpengaruh parsial terhadap 2. Variabel Suku
Pada Indonesia, indeks harga saham sektor Bunga
Singapura, dan pertambangan di Indonesia 3. Variabel Nilai
Thailand dan Singapura, sedangkan di Tukar Rupiah
Periode Juli Thailand hanya nilai tukar
2013 – (kurs) yang berpengaruh
Desember 2015) parsial terhadap indeks harga
saham sektor pertambangan
di Thailand.
4. Meidy Pengaruh Inflasi, Secara parsial tingkat inflasi Persamaan :
Izzatun Inflasi, Suku Suku tidak berpengaruh positif 1. Variabel Inflasi
Nikmah Bunga, Bunga, signifikan terhadap harga 2. Variabel
(2018) Profitabilitas Profitabilita saham, sedangkan BI rate Profitabilitas
Dan Solvabilitas s, tidak berpengaruh negatif 3. Variabel Harga
Terhadap Harga Solvabilitas signifikan terhadap harga Saham
Saham dan Harga saham, rasio profitabilitas
Perusahaan Saham diproksi dengan Return on Perbedaan :
Property Dan Equity, pengaruh positif 1. Varabel Suku
Real Estate signifikan terhadap harga Bunga
Yang Terdaftar saham dan rasio solvabilitas 2. Variabel
Di Bei diproksi dengan Debt to Solvabilitas
Equity efek negatif yang 3. Sektor Property
signifikan terhadap harga Dan Real Estate
saham.

20
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu(lanjutan)

Nama Persamaan dan


No Judul Variabel Hasil
Peneliti Perbedaan Penelitian
5. Sari Pengaruh Profitabilita Hasil penelitian Persamaan :
Ariyanti Profitabilitas s, Leverage menunjukkan bahwa secara 1. Variaabel
Topowijon Dan Leverage dan Harga simultan variabel ROE, EPS, Profitabilitas
o Sri Terhadap Harga Saham DR dan DER berpengaruh 2 Variabel Harga
Sulasmiyati Saham (Studi secara signifikan terhadap Saham
(2016) Pada harga saham. Secara parsial,
Perusahaan EPS merupakan variabel Perbedaan :
Konstruksi Dan yang berpengaruh positif dan 1. Variabel
Bangunan Yang signifikan terhadap harga Leverage
Terdaftar Di saham, sedangkan variabel 2. Perusahaan
Bursa Efek ROE, DR dan DER secara Konstruksi Dan
Indonesia parsial berpengaruh tidak Bangunan
Periode 2011- signifikan terhadap harga
2014) saham.Hasil penelitian ini
mengidentifikasikan bahwa
investor perlu
memperhitungkan besar
kecilnya nilai EPS, karena
besar kecilnya EPS
mempengaruhi perubahan
harga saham di pasar modal.
Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan harus menjaga
nilai variabel EPS.
6. Ashari Dwi Pengaruh Ukuran Ukuran perusahaan memiliki Persamaan :
Putranto Ukuran Perusahaan, dampak terhadap harga 1. Variabel
dan Ari Perusahaan, Profitabilita saham dengan cara positif. Profitabilitas
Darmawan Profitabilitas, s, Rasio profitability memiliki 2. Variabel Harga
(2018) Leverage, Dan Leverage, dampak terhadap harga Saham
Nilai Pasar Nilai Pasar, saham dengan cara positif. 3. Perusahaan
Terhadap Harga dan Harga Rasio leverage memiliki Sektor
Saham (Studi Saham dampak dengan cara negatif Pertambangan
Kasus Pada terhadap harga saham.
Perusahaan Perbedaan :
Pertambangan 1. Variabel Ukuran
Yang Terdaftar Perusahaan
Di Bursa Efek 2. Variabel
Indonesia Leverage
Periode 2010-
2016)

Sumber : dikaji dari berbagai sumber, 2020

21
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu(lanjutan)
Nama Persamaan dan
No Judul Variabel Hasil
Peneliti Perbedaan Penelitian
7. Yuni Pengaruh Inflasi Inflasi, Inflasi berpengaruh negatif Persamaan :
Rachmawat dan Suku Bunga Suku dan signifikan terhadap haga 1. Variabel Inflasi
i (2018) Terhadap Harga Bunga, dan saham pada perusahaan 2. Variabel Harga
Saham Pada Harga Perbankan yang terdaftar di Saham
Perusahaan Saham LQ45 Bursa Efek Indonesia.
Perbankan Yang Suku Bunga berpengaruh Perbedaan :
Terdaftar Di negatif dan signifikan 1. Perusahaan
LQ45 Bursa terhadap haga saham pada Perbankan
Efek Indonesia perusahaan Perbankan yang
terdaftar di LQ45 Bursa Efek
Indonesia. Inflasi dan Suku
Bunga berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap haga
saham pada perusahaan
Perbankan yang terdaftar di
LQ45 Bursa Efek Indonesia
tahun 2015-2017.
8. Muhamma Pengaruh Nilai Nilai Tukar Kurs rupiah berpengaruh Pesamaan :
d Azhari Tukar Rupiah Rupiah, signifikan terhadap Nilai 1. Variabel Inflasi
S.E, MBA Terhadap Dolar Tingkat Indeks Jakarta Islamic Index
dan Jefri Amerika Dan Inflasi (JII) dengan arah negatif. Perbedaan :
Suryadi. Tingkat Inflasi Tingkat inflasi berpengaruh 1. Variabel Nilai
(2019) Terhadap Harga signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah
Indeks Saham Indeks Jakarta Islamic Index 2. Harga Indeks
Syariah ( Jakarta (JII) dengan arah negatif. Saham Syariah (
Islamic Index ) Kurs dan Inflasi secara Jakarta Islamic
Periode 2013 – simultan berpengaruh Index )
2018 signifikan terhadap Nilai
Indeks Jakarta Islamic Index
(JII).
Sumber : dikaji dari berbagai sumber, 2020

22
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu(lanjutan)
Nama Persamaan dan
No Judul Variabel Hasil
Peneliti Perbedaan Penelitian
9. Ni Komang Pengaruh Roa ROA, ROE Return on asset, return on Persamaan :
Santi Ani1, Dan Roe Serta , EPS , equity dan earning per share 1. Variabel Harga
Trianasari Eps Terhadap Harga berpengaruh signifikan Saham
dan Wayan Harga Saham Saham terhadap harga saham dengan
Cipta Sektor Farmasi sumbangan pengaruh sebesar Perbedaan :
(2019) Yang Terdaftar 75,1%, Return on asset 1. Variabel ROA
Di Bei berpengaruh negatif dan 2. Variabel ROE
tidak signifikan terhadap 3. Variabel EPS
harga saham dengan 4. Perusahaan
sumbangan pengaruh sebesar Sektor Frmasi
5,8%, Return on equity
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga
saham dengan sumbangan
pengaruh sebesar 24,2%,
earning per share
berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap harga
saham
10. Habiburah Analisis Nilai Tukar Dari hasil penelitian Persamaan :
man (2016) Pengaruh Nilai Rupiah, diketahui bahwa secara 1. Variabel
Tukar Rupiah Inflasi, simultan nilai tukar rupiah Inflasi
dan Inflasi Indeks terhadap dollar as dan Perbedaan :
Terhadap Indeks Harga tingkat inflasi berpengaruh 1. Variabel
Harga Saham Saham signifikan terhadap indeks Tukar
Sektor Properti Rupiah
harga saham sektor properti.
Di Bursa Efek
Indonesia Secara parsial nilai tukar 2. Indeks Harga
rupiah terhadap dollar as Saham
berpengaruh positif dan Sektor
signifikan terhadap indeks Properti
harga saham sektor properti.
Sedangkan tingkat inflasi
berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap
indeks harga saham properti
yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia
Sumber : dikaji dari berbagai sumber, 2020

23
2.3 Kerangka Pemikiran Teori

Kerangka pemikiran adalah suatu kesatuan yang utuh dalam mencari


jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian yang menjelaskan
tentang hubungan antara variabel-variabel yang ingin diteliti dan secara teoritis
berhubungan dengan hasil penelitian yang terdahulu sebagai dasar untuk
merumuskan hipotesis sebagai berikut :

Tingkat Inflasi
(X1)
Ha1

Harga Saham (Y)

Profitabilitas (X2)
Ha2

Ha3

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran


Sumber : Diolah Penulis

Keterangan :
a) X1 = Tingkat Inflasi
b) X2 = Profitabilitas
c) Y = Harga Saham
d) Ha1 = Hubungan Variabel X1 dengan Y
e) Ha2 = Hubungan Variabel X2 dengan Y
f) Ha3 = Hubungan Variabel X1, X2, dengan Y
g) = Uji Persial
h) = Uji Simultan

24
2.4 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham
Tingkat inflasi mempengaruhi secara signifikan harga saham. Peningkatan
inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi investor di pasar modal. Inflasi
meningkatkan pendapatan dan biaya. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi
dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas
perusahaan akan turun. Jika profit yang diperoleh perusahaan menurun maka
deviden yang didapatkan investor menurun. Hal ini mengakibatkan turunnya minat
investor untuk menanamkan dananya pada perusahaan tersebut sehingga harga
saham menurun.
Teori ini didukung oleh hasil penelitian Ditya Eric Rifasandy dan Si Rokhmi
Fuadati (2019) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa variabel inflasi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham Puput Novitasari, Emmy
Ermawatidan dan Sochib (2019) dalam penelitiannya bahwa Hasil penelitian
menunjukkan bahwa inflasi secara simultan berpengaruh terhadap harga saham
Sedangkan Yuni Rachmawati (2016) Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap haga saham pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di LQ45 Bursa
Efek Indonesia

Ha1 : Inflasi berpengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan sektor
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2018

Ha1 : Inflasi tidak berpengaruh positif terhadap harga saham harga saham pada
perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2015-2018.

2.4.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga Saham


Profitabilitas menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba atas
investasi yang dilakukan oleh investor di perusahaan. Semakin tinggi rasio ini
berarti tingkat pengembalian yang lebih besar pada pemegang saham, yang secara
otomatis juga membuat harga saham akan semakin naik. Semakin meningkat
menandakan semakin efisien perusahaan dalam mengelola modal yang
diinvestasikan oleh investor. Hal ini juga menyebabkan laba yang diperoleh
perusahaan semakin meningkat. Laba yang besar akan mempengaruhi kepercayaan
25
investor. Semakin tinggi kepercayaan investor terhadap perusahaan dapat
mengakibatkan semakin baik untuk perusahaaan. Hal ini juga menyebabkan
permintaan pasar permintaan pasar (investor) untuk melakukan investasi dalam
perusahaan semakin tinggi. Permintaan pasar yang tinggi dapat mengakibatkan nilai
harga saham perusahaan tersebut akan meningkat. Berkaitan dengan signallig
theory yaitu memberikan pentingnya informasi laporan keuangan perusahaan
mengenai ukuran kinerja perusahaan yang ditinjau dari perkembangan segi
profitabilitas perusahaan. Informasi yang diberikan mengenai keuntungan yang
oleh perusahaan akan berdampak pada investor atau pengguna laporan keuangan
untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan sehingga permintaan saham
cenderung meningkat dan menjadikan harga saham juga meningkat. Jadi,
profitabilitas yang tinggi memiliki arti bahwa perusahaan memaksimalkan
ekuitasnya secara efektif dan efisien, sebaliknya profitabilitas yang rendah
menunjukkan perusahaan tidak efektif dan efisien dalam memaksimalkan
ekuitasnya. Teori ini didukung oleh hasil penelitian dari Hasil penelitian dari
Choirurodin, (2018) menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif
terhadap harga saham, sedangkan Faitullah, (2016) menyatakan bahwa
profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham, dan Ditya Eric
Rifasandy dan Siti Rokhmi Fuadati, (2018) menyatakan bahwa profitabilitas
memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham.

Ha2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap harga saham saham pada


perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2015-2018

Ho2 : Profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap harga saham pada


perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2015-2108

2.4.3 Pengaruh Tingkat Inflasi dan Profitabilitas terhadap harga saham

Inflasi dalam hal ini terjadi karena cost push inflation, yaitu inflasi yang
terjadi karena kenaikan biaya produksi. Adanya kenaikan harga bahan baku dan
tenaga kerja, dan pada saat itu produsen tidak memiliki keberanian untuk
menaikkan harga produknya, maka berakibat perusahaan akan mengalami
kerugian, sehingga penilaian harga saham akan turun, dan otomatis minat investor
untuk berinvestasi akan menurun, Puput Novitasari, Emmy Ermawati dan Sochib
26
2019.

Ha3 : Tingkat Inflasi dan Profitabilitas berpengaruh positif terhadap harga saham
saham pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2018

Ho3 : Tingkat Inflasi dan Profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap harga
saham pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2108

27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis metode penelitian
kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scienctific karena telah memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis
(Sugiyono, 2017:7).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2018. Dimana sampel penelitian ini adalah perusahaan
Pertambangan di Bursa Efek Indonesia dan berdasarkan data untuk menghitung variabel-
variabel yang dijelaskan sebelumnya. Periode penelitian adalah 4 (empat) tahun, pada tahun
2015-2018. Adapun kriteria penentuan sampel perusahaan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan yang terdaftar di sektor Pertambangan periode 2015-2018
2. Perusahaan sampel menerbitkan laporan keuangan secara lengkap data yang di
butuhkan penulis selama periode penelitian tahun 2015-2018

3.3 Metode Pengambilan Sampel


Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan Pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2018. Dari populasi tersebut nantinya akan dipilih
dengan pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling, adalah metode
pengambilan sampel dari populasi berdasarkan beberapa kriteria tertentu dengan tujuan
untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan.
Kriteria pengambilan sampel sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Penentuan Jumlah Sampel

No. Keterangan Jumlah


1. Perusahaan pertambangan yang Terdaftar di BEI 49
2. Perusahaan sampel ysng menerbitkan laporan keuangan tidak 19
lengkap beserta data yang dibutuhkan penulis selama periode
penelitian yang diakses melalui website www.idx.co.id
3. Total 30
4. Total sampel 30x4th 120

Sumber : Diolah oleh Penulis

28
Tabel 3. 2 Daftar Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

NO Kode Perusahaan
1 ADRO Adaro Energy Tbk.
2 ANTM Aneka Tambang Tbk.
3 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk.
4 ARII Atlas Resources Tbk.
5 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk
6 BIPI Astrindo Nusantara Infrastrukt
7 BOSS Borneo Olah Sarana Sukses Tbk.
8 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk.
9 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk.
10 BUMI Bumi Resources Tbk.
11 BYAN Bayan Resources Tbk.
12 CITA Cita Mineral Investindo Tbk.
13 CTTH Citatah Tbk.
14 DEWA Darma Henwa Tbk
15 DKFT Central Omega Resources Tbk.
16 DOID Delta Dunia Makmur Tbk.
17 DSSA Dian Swastatika Sentosa Tbk
18 ELSA Elnusa Tbk.
19 ENRG Energi Mega Persada Tbk.
20 FIRE Alfa Energi Investama Tbk.
21 GEMS Golden Energy Mines Tbk.
22 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk
23 HRUM Harum Energy Tbk.
24 IFSH Ifishdeco Tbk.
25 INCO Vale Indonesia Tbk.
26 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk.
27 MEDC Medco Energi Internasional Tbk
28 MITI Mitra Investindo Tbk.
29 MTFN Capitalinc Investment Tbk.
30 MYOH Samindo Resources Tbk.

Sumber : Data diolah dari website www.idx.co.id


29
3.4 Metode Pengumpuan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dan
laporan tahunan perusahaan (annual report). Sumber data untuk penelitian ini diperoleh
dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan website resmi perusahaan.
Metode yang digunakan untuk memperoleh data penelitian ini adalah metode
dokumentasi. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk merekap data
laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode penelitian 2015-2018. Metode dokumentasi tersebut berupa data
laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan (annual report) 2015-2018.

3.5 Variabel Peneitian dan Definisi Operasional variabel


Oprasional variabel adalah suatu definisi yang memberikan arti yang diperlukan untuk
mengukur suatu variabel. Adapun yang menjadi operasional variabel dari dalam penelitian
ini adalah:
1. Variabel terkait (variabel dependen)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atayang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas.
a. Harga Saham Harga saham adalah harga pasar saham, yang artinya harga
saham ini terjadi di pasar bursa pada waktu tertentu yang ditentukan oleh
pelaku pasar (permintaan dan penawaran saham). Pengukuran dari variabel
harga saham ini menggunakan harga penutupan saham (clossing price)
perusahaan Sektor Pertambangan yang terdaftar di BEI, yang diperoleh dari
harga saham pada periode akhir tahun dengan satuan rupiah.
2. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbul variabel terikat
a. Inflasi adalah naiknya harga-harga secara umum yang disebabkan oleh tidak
sinkronnya antara program pengadaan komoditi (produksi, penentu harga
pencetak uang, dan sebagainya) dengan singkat pendapatnya yang dimiliki
oleh masyarakat (Putong, 2003:147 dalam penelitian Ditya Eric Rifasandy dan
Siti Rokhmi Fuadati, 2018). Inflasi dapat dihitung sebagai berikut:
Σ Inflasi perbulan
Rata − rata inflasi tahunan =
12
b. Return On Asset (ROA)

Return on Asset adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang

30
dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam
operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Munawir, 2007:101
dalam penelitian Ditya Eric Rifasandy dan Siti Rokhmi Fuadati, 2018). Return
On Asset menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh
aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Return on
Asset dinyatakan sebagai berikut:
Laba bersih setelah bunga dan pajak
Return On Asset = x 100%
Total aktiva

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan statistik


dengan penerapan statistic produc and service solutions (SPSS) for windows 24.0 . setelah
data – data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, langkah selanjutnya yaitu
melakukan analisis yang terdiri dari metode statistik destriptif, uji asumsi klasik dan uji
hipotesis. Adapun penjelesan metode analisi data tersebut adalah sebagai berikut :

3.6.1 Statistik Deskriptif


Statisktik deskriptif merupakan atau deskripsi suatu data yang yang dilihat dari
nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum, minumun, sum, range, kurtosis, dan
skewness (kemencengan distribusi). Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi
sebuah inforrmasi yang lebih jelas dan mudah dipahami. Statistik deskriptif digunakan
untuk mengembangkan profil perusahaan yang menjadi sampel. Statistik deskriptif
berhubungan dengan pengumpulan dan peningkatan data, serta penyajian hasil tersebut.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik


Pengujian asumsi klasik yang digunakan atas data sekunder dalam penelitian ini
meliputi uji normalitas, uji multilinearitas, heterokedasitas dan autokolerasi yang secara
rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
penganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak, seperti di ketahui bahwa
uji t dan uji f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika
asumsi ini di langgar maka uji statik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik
Uji kolmogorov-smirnov merupakan salah satu bagian dari uji statitik. Uji
kolmogorov-smirnov dapat dijadikan petunjuk apakah suatu data terdistribusi normal

31
atau tidak. Pada uji kolmogorov-smirnov, jika tingkat signifikan di bawah 0,05, maka
data yang diuji memiliki perbedaan yang signifikan dengan data normal baku sehingga
data yang diuji tidak berdtibusi normal. Sebaiknya jika tingkat signifikansi di atas 0,05,
maka data yang diuji memiliki distribusi normal.
b. Uji Multikoliniearitas
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar varibel bebas (independen). Pada model regresi yang
bauk seharusnya antara variabel independen tidak terjadi korelasi. Pengujian ini
menggunakan matrik korelasi antar varibel bebas untuk melihat besarnya korelasi
antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-
variabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. Variabel ortogonal adalah
variabel indenpen saling berkorelasi, maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal
atau tidak kemiripan variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesama variabel independen bernilai nol. Variabel ortogonal adalah variabel
indenpenden sama dengan nol. Dengan kata lain, jika terjadi korelasi maka dinamakan
problem multikolinearitas (multikol). Pada kasus multikolineraritas serius, koefisien
regresi tidak lagi menunjukan pengaruh murni dari variabel indenpenden dalam model.
Pendeteksian multikolinearitas dilkakukan dengan menggunkan tolenrance value
dan variance inflation factor (VIP). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel
independen yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jika nilai tolerance >
0,10 dan VIF < 10 maka terjadi multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedatisitas
Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varince dari residual satu pengamatan lain. Jika varinace dari
residual atau pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedatisitas dan
jika berada disebut heteroskedatisitas. Salah satu cara untuk mendeteksinya ada atau
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik scatterplot antara prediksi nilai variabel terkait (dependen) yaitu ZPRED
dengan residual SRESID. Jika tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar
di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Auto korelasi
Auto korelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan periode
t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.

32
Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntunsepanjan waktu berkaitan satu
sama lainyya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengguna) tidak bebas
dari observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah bebas dari
autokorelasi. Jika dalam model regresi terjadi autokorelasi yang kuat maka dapat
menyebabkan dua variabel yang tidak berhubungan menjadi berhubungan, biasa
disebut sporius regresioan. Hal ini dapat dilihat dari �2.
Cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan
Durbin Watson Test (D-W). Dasar pengembalian keputusan ada tidaknya autokrelasi
dalam model regresi adalah sebagai berikut :
1. Bila nilai D-W terletak antara batas atau upper bound (dU) dan (4-du) maka
koefisien autokelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai D-w lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl)
maka koefisien korelasi > 0, berarti ada
autokorelasi positif
3. Bila nilai D-W lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0,
berarti ada autokorelasi negatif.
4. Bila ada D-W antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau D-W terletak
antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat di simpilkan.
Dalam hal pengujian autokorelasi selain dengan menggunakan uji Durbin-
Watson. Untuk mempekuat hasil yang lebih akurat terkait masalah autokorelasi,
penulis juga menggunkan uji run test. Run Test sebagai bagian darri statistik non-
parametrik dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi
yang tinggi atau tidak. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dapat
dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run Test digunakan untuk melihat
apakah residual terjadi secara randam atau tidak. Uji run test akan memberikan
kesimpulan yang lebih pasti jika terjadi durbin-watson ketika mulai d terletak antara
dL dan dU atau d antara (4-dU) dan (4-dL) yang akan memyebabkan pengujian
autokorelasi tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti atau pengujian yang tidak
menyakinkan jika mengunakkan DW test. Sebuah penilitian dikatakan bebas masalah
autokorelasi jika hasil run test menunjukkan nilai Asymp.Sig. (2tailed) > 0,05, yang
berarti bahwa data yang dipergunakan cukup random sehingga tidak terdapat masalah
autokorelasi pada data yang di uji.

3.6.3 Uji Regresi Linier Berganda


Analisi regresi adalah teknik statistika yang berguna untuk memerikasa dan
memodelkan hubungan diantara variabel-variabel. Regresi berganda sering kali digunakan
untuk mengatasi permasalahan analisi regresi yang mengakibatkan hubungan dari dua atau

33
lebih variabel bebas. Model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y’ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn
Y’ = nilai pengaruh yang diprediksikan
a = konstanta atau bilangan harga
X = 0 b = koefisien regresi
X = nilai variable dependen

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility,


Service Quality dan Marketing Mix, Sedangkan variabel terikatnya adalah Corporate
Image. Metode analisis ini menggunakan program SPSS (Statistic Product and Service
Solution). Adapun bentuk persamaannya yaitu :
X = a + b1X1 + b2X2+ b3X3 +e

Y = Koefisien Corporate Image

A = Konstanta

b1 = Koefisien Corporate Social Responsibility

b2 = Koefisien Service Quality

b3 = Koefisien Marketing Mix

X1 = Variabel Corporate Social Responsibility

X2 = Variabel Servic’e Quality

X3 = Variabel Marketing Mixe

E = Standart Eror

Untuk menilai ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat
diukur dari nilai statistik T, nilai statistik F dan nilai koefisien diterminasi.

3.6.4 Uji Hipotesa


1. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji salah satu hipotesis di dalam penelitian yang
menggunakan analisis regresi linier berganda. Uji t digunakan untuk menguji secara
parsial masing-masing variabel. Hasil Uji t dapat dilihat pada tabel coefficients pada
kolom sig. dengan criteria :
a Jika probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial.

34
b Jika probabilitas > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial
2. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji salah satu hipotesis di dalam penelitian yang
menggunakan analisis regresi linier berganda. Uji F digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat.
Hasil uji F dilihat dalam tabel ANOVA dalam kolom sig. dengan criteria :
a. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel
terikat.
b. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Uji ini bertujuan untuk menentukan proporsi atau persentase total variasi dalam
variabel terikat yang diterangkan oleh variabel bebas. Apabila analisis yang digunakan
adalah regresi sederhana, maka yang digunakan adalah nilai R Square. Namun, apabila
analisis yang digunakan adalah regresi berganda, maka yang digunakan adalah
Adjusted R Square.

35
DAFTAR PUSTAKA

Anil, N. K., Sari, T., & Cipta, W. (2019). Pengaruh ROA Dan ROE Serta EPS
Terhadap Harga Saham Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di BEI.

Ariyanti, S., Topowijono, & Sulasmiyati, S. (2016). Pengaruh Profitabilitas Dan


Leverage Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Konstruksi Dan
Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014).

Choirurodin. (2018). Pengaruh Current Ratio, Return On Equity, Debt To Equity


Ratioterhadap Return Saham(Padaperusahaanfood And Beveragesyang
Terdaftar Di Beiperiode 2013-2016).

Faitullah. (2016). Analisis Pengaruh EPS, ROA, ROE, EVA, Dan MVA Terhadap
Harga Saham Pada Perusahaan Subsektor Farmasi Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia .

Habiburahman. (2016). Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Dan Inflasi


Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti Di Bursa Efek Indonesia .

Isnaini, A. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Struktur Modal Dan Current Ratio


Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Properti Dan
Real Estate Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018).

Muhammad Azhari, S., & Suryadi, J. (2019). Pengaruh Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Dolar Amerika Dan Tingkat Inflasi Terhadap Harga Indeks
Saham Syariah ( Jakarta Islamic Index ) Periode 2013 – 2018.

Nikmah, M. I. (2018). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Profitabilitas Dan


Solvabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Property Dan Real Estate
Yang Terdaftar Di BEI.

Novita, R. D. (2020). Pengaruh Devidend, Leverage, Ukuran Perusahaan Dan


Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Industri
Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia .

36
Novitasari, P., Ermawaty, E., & Sochib. (2019). Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah Per Dolar As Dan Return On Assets (ROA) Terhadap Harga Saham
Perusahaan Sektor Property And Real Estate Yang Terdaftar Di BEI.

Pardede, N., Hidayat, R. R., & Sulasmiyati, S. (2016). 2016 Pengaruh Harga Minyak
Mentah Dunia, Inflasi, Suku Bunga (Central Bank Rate), Dan Nilai Tukar
(Kurs) Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan Di Asean
(Studi Pada Indonesia, Singapura, Dan Thailand Periode Juli 2013 –
Desember 2015).

Putranto, A. D., & Darmawan, A. (2018). Pengaruh Ukuran Perusahaan,


Profitabilitas, Leverage, Dan Nilai Pasar Terhadap Harga Saham (Studi
Kasus Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2016).

Rachmawati, Y. (2018). Pengaruh Inflasi Dan Suku Bunga Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di LQ45 Bursa Efek
Indonesia.

Rifasandy, D. E., & Fuadati, S. R. (2018). 2018 Pengaruh Inflasi Dan Profitabilitas
Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverages.

Rifasandy, D. E., & Fuadati, S. R. (2018). Pengaruh Inflasi Dan Profitabilitas


Terhadap Hargasaham Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016.

Sugiyono (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D .Bandung :


Alfabeta, CV
Www.Bolasalju.Com Diakses Pada Tanggal 25 Mei 2020 Pukul 13.00 WIB
Www.Cnbcindonesia.Com Diakses Pada 25 Mei 2020 Pukul 14.30 WIB
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/802/jbptunikompp-gdl-inanurlina-40083-7-unikom_i-
i.pdf diakses pada 21 juni 2020 pukul 18.00 WIB
Website www.idx.co.id Diakses Pada Tanggal 02 Februari 2020 Pukul 13.00 WIB

37
38

Anda mungkin juga menyukai