PROPOSAL SKRIPSI
Akuntansi
Nurazizah
16416262201040
Oleh :
NURAZIZAH
16416262201040
PROPOSAL SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh Gelar Sarjana
Akuntansi telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal
Karawang,
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Yang telah disusun sebagai salah satu syarat untuk penelitian untuk menyusun skripsi
pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Buana
Perjuangan Karawang.
Menyetujui,
2. Dosen Pembimbing 2
Sari Marliani,Dra.,M.M
NIDN: 1413016703
ii
DAFTAR ISI
BAB II ................................................................................................................... 12
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 12
BAB III.................................................................................................................. 27
iii
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 27
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 27
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
perusahaan tersebut (Riyanto, 2011: 240 dalam Reni Desti Novita, 2020). Investor
membeli sejumlah saham pada suatu perusahaan tertentu untuk memperoleh
keuntungan berupa dividen dan capital gain. Bagi perusahaan, saham merupakan
salah satu sumber modal untuk dapat menjalankan operasional perusahaan. Nilai
perusahaan dapat diwakili dengan tinggi rendahnya harga saham perusahaan. Harga
saham yang tinggi menandakan nilai perusahaan tinggi, sedangkan harga saham
yang rendah menandakan nilai perusahaan juga rendah. Harga saham adalah harga
yang terjadi di bursa pada waktu tertentu. Harga saham bisa berubah naik atau pun
turun dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Hal
tersebut dimungkinkan karena tergantung dengan permintaan dan penawaran antara
pembeli saham dengan penjual saham. Harga saham merupakan salah satu indikator
pengelola perusahaan. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan
memberikan kepuasan bagi investor yang rasional. (Darmadji dan Fakhrudin
.2012:102 dalam Ana islani. 2019)
Pembentukan harga saham dapat terjadi dikarenakan adanya permintaan dan
penawaran terhadap saham, dengan kata lainnya harga saham dapat terbentuk oleh
adanya supply dan demand pada saham. Supply dan demand terjadi karena adanya
banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham maupun faktor yang sifatnya
makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor nonekonomi,
seperti kondisi sosial, politik dan faktor lainnya. Harga saham dikendalikan atau
ditentukan oleh perusahaan. Kebijakan dividen merupakan satu dari sekian banyak
faktor internal yang turut mempengaruhi perkembangan harga saham. Hal ini dapat
terlihat dari indikator kebijakan dividen, yaitu tingkat imbal (hasil) dividen atau
sering disebut Dividen Yield dan rasio pembayaran dividen atau yang lebih sering
disebut dengan Dividen Payuot Ratio. (Reni Desti Novita, 2020)
Permintaan saham yang meningkat merupakan sebuah penilaian mengenai
kinerja perusahaan yang baik, akan mendapatkan return dari saham yang dimiliki
oleh investor berupa capital gain. Capital gain pada perusahaan yang telah go
public adalah selisih karena harga jual lebih daripada harga beli saham. Hal tersebut
dapat membantu investor melihat besar kecilnya nominal harga saham yang
dimiliki. Perkembangan pada perusahaan pertambangan saat ini sangat pesat, di
karenakan sektor pertambangan merupakan salah satu penompang pembangunan
2
ekonomi suatu negara, karena perannya sebagai penyedia sumber daya energi yang
diperlukan bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara. (Ana islani, 2019)
Fenomena ini dibuktikan dengan kenyataan besarnya rata-rata harga saham
yang beredar pada perusahaan sektor perusahaan pertambangan yang terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2017 sampai dengan 2018, sebagai
berikut:
Sumber : Diolah dari laporan keuangan OJK 2015-2018, Ana islani 2019
Berdasarkan tabel 1.1 , terlihat bahwa setiap sektor memberikan harga saham
pada tingkat yang berbeda-beda setiap tahunnya. Rata-rata harga saham pada tahun
2015 hingga 2018 terbesar ditempati oleh sektor properti dan real estate sebesar
957,09 dengan sejumlah data 56 perusahaan yang terdaftar dalam BEI. Namun pada
rata-rata harga saham pada tahun 2018 menurut jumlah perusahaan yang bergabung
di BEI, sektor pertambangan mempunyai rata-rata harga saham tertinggi yaitu
sebesar 1367,02. Hal ini mengindikasikan bahwa harga saham yang dibagikan oleh
tiap sektor setiap tahunnya tidak pernah sama. Selain itu bila dilihat dari ratarata
pada tahun 2018 setiap sektor mengalami penurunan harga saham dari tahun 2017
kecuali sektor pertambangan yang menjadikan rata-rata harga saham yang tertinggi.
Informasi mengenai harga saham ini menjadi penting, karena harga saham
3
merupakan sinyal bagi para investor dalam pengambilan keputusan investasi untuk
masa depan. Pada dasarnya perusahaan di masa yang akan datang dengan melihat
sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan akan membantu dalam investor
untuk menentukan bagaimana operasional perusahaan dengan baik. Rasio
profitabilitas yang sangat penting untuk mengetahui sejauh mana investasi yang
akan dilakukan oleh investor, di suatu perusahaan mampu memberikan return yang
sesuai dengan apa yang diinginkan investor adalah profitabilitas, yang merupakan
suatu pengukuran dari hasil (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan
atas modal yang diinvestasikan di dalam perusahaan. Semakin besar kekuatan
perusahaan dalam mendapatkan keuntungan maka sebagai hal yang harus dilakukan
adalah pengembalian aset perusahaan besar pula. Dari Ashari Dwi Putranto dan Ari
Darmawan, (2018). Hasil penelitian dari Choirurodin, (2018) menyatakan bahwa
profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap harga saham, sedangkan Faitullah,
(2016) menyatakan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap harga
saham, dan Ditya Eric Rifasandy dan Siti Rokhmi Fuadati, (2018) menyatakan
bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham.
4
meningkatnya biaya produksi (input), seperti naiknya harga bahan bakar minyak
dan tarif listrik, sehingga menyebabkan harga produk-produk (output) yang
dihasilkan ikut naik (Halim, 2018:78 dalam Puput Novitasari, Emmy Ermawati dan
Sochib ,2019).
Periode Tahun 2015-2018
Data
3,70%
Inflasi
3,60% 3,61
%
3,50%
3,40%
3,35
3,30% %
3,20%
3,10% 3,13
%
3,00% 3,02
2,90% %
2,80%
2,70%
2015 2016 2017
2018
5
penelitiannya menyebutkan bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham Puput Novitasari, Emmy Ermawatidan dan
Sochib (2019) dalam penelitiannya bahwa Hasil penelitian menunjukkan
bahwa inflasi secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. Secara
parsial inflasi tidak berpngaruh dan tidak signifikan terhadap harga saham.
Noel Pardede, Raden Rustam Hidayat dan Sri Sulasmiyati (2016) juga
menunjukan hasil penelitian menunjukkan inflasi berpengaruh simultan
terhadap indeks harga saham.
6
terendah setidaknya sejak akhir Agustus.
7
erat terhadap pergerakan minyak dunia karena mencatat pendapatan utama
dari penjualan minyak. Sementara itu, Elnusa, yang 41 persen sahamnya
dimiliki oleh PT Pertamina (Persero), merupakan penyedia jasa untuk
perusahaan minyak dan gas. Bisnis Elnusa saat ini meliputi tiga kategori,
yaitu jasa hulu migas terintegrasi, jasa penunjang hulu migas dan jasa hilir
migas, Kamis (8/6/2017) oleh Hanum Kusuma Dewi.
8
penelitian sebagai berikut: “ Pengaruh Tingkat Inflasi dan Rasio
Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor
Pertambangan yang Teraftar di Bursa Efek Indonesia Peroide 2015-
2018)”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, maka penulis
menyebutkan beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Terjadinya penurunan harga logam di perusahaan mulia Emas dan logam
harga US$ 6 per pon, dalam dolar US$ 13.200/ton tapi hari ini US$
11.200/ton dan ini di akibatkan meningkatnya stok di Amerika Serikat.
2. Terjadinya penurunan Harga minyak mentah Brent di harga US$ 48,27 per
barel, turun 3,7 persen atau US$ 1,85. Sementara itu, harga light crude
mencapai US$ 45,72 per barel, turun 5,1 persen.
3. Adanya penelitian sebelumnya yang belum konsisten, sehingga dilakukan
penelitian lebih lanjut Pengaruh Inflasi dan Profitabilitas terhadap Harga
Saham.
9
2. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga Saham
pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2015-2018.
3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Tingkat Inflasi dan Profitabilitas
terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2018.
10
Bab ini berisi dengan latar belakang permasalahan, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIK DAN PENGEMBANGA
HIPOTESIS
Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai teori-teori yang
melandasi penelitian yaitu tentang Inflasi, dan Profitabilitas yang
berkaitan dengan penelitian yang pernah diartikan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini akan diuraikan mengenai kerangka penelitian, data dan
sumber data, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel,
defini operasional variabel, teknik analisis data.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
bagi kelangsungan suatu perusahaan serta bagaimana pasaran efek perusahaan
tersebut. Informasi yang lengkap, relevan, dan akurat serta tepat waktu sangat
dibutuhkan pihak investor sebagai pedoman analisis untuk mengambil keputusan
investasi.
Signalling Theory mengemukakan bagaimana seharusnya perusahaan
memberikan sinyal kepada para pengguna informasi. Sinyal dapat berupa promosi
atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari
pada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan
manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Pengumuman informasi akan
memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang
akan datang sehingga dapat menarik minat investor dalam melakukan perdagangan
saham. Dengan demikian pasar akan bereaksi yang akan tergambarkan dalam
trading volume activity saham. Dengan demikian hubungan antara informasi yang
dipublikasikan baik berupa laporan keuangan, dividen, kondisi keuangan maupun
kondisi sosial politik dan keamanan terhadap fluktuasi trading volume activity dapat
dilihat dalam efisiensi pasar.
2.1.2 Pasar Modal
Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan
menjual saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya
akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana
perusahaan. Jogiyanto (2016:33).
Dalam undang-undang pasar modal No.8 tahun 1995 memberikan
pengertian yang lebih spesifik mengenai pasar modal, yaitu kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan
dengan efek.
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pasar modal
merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi
perdagangan surat berharga keuangan seperti seperti saham dan obligasi yang
nantinya akan digunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana
perusahaan.
13
1. Peran Pasar Modal
Menurut Jogiyanto (2016:35), Pasar modal memiliki empat peran
diantaranya :
a. Pasar modal berperan mempertemukan pihak penjual efek (pihak yang
butuh dana untuk modal usaha, yaitu perusahaan emiten). Dengan
pembeli efek (pihak yang menawarkan dana, yaitu masyarakat investor
atau pemodal).
b. Pasar modal berperan sebagai lembaga penghubung dalam
pengalokasian dana masyarakat secara efisien, transparan dan
akuntabel.
c. Pasar modal berperan menyediakan berbagai macam instrumen
investasi yang dapat memungkinkan adanya diversifikasi portofolio
investasi.
d. Pasar modal berperan mengajak masyarakat investor untuk ikut srta
memiliki perusahaan publik yang sehat dan berprospek baik
14
menandakan bahwa kenaikan harga barang tertentu atau kenaikan sebuah harga
karena sebuah peristiwa ketidakstabilan kondisi ekonomi, seperti krisis yang akan
berdampak pada inflasi. Menurut Tandelilin (2010), inflasi adalah kecenderungan
terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan sehingga terjadi
penurunan daya beli uang. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
disebut Inflasi. Syarat adanya kecenderungan meningkat yang terus menerus juga
perlu digaris-bawahi. Kenaikan harga-harga karena, misalnya, musiman, menjelang
hari raya, bencana, dan sebagainya, yang sifatnya hanya sementara tidak disebut
Inflasi.
2.1.4 Rasio Profitabilitas
Dalam penelitian ini tingkat profitabilitas diukur dengan rasio pengembalian
atas asset atau return on Equity (ROE). Menurut Rafika (2015) ROE adalah rasio
yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan. rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih
yang akan dihasilkan dari setiap jumlah dana yang tertanam dalam total ekuitas.
Kasmir (2012) juga menjelaskan bahwa ROE adalah alat untuk mengukur performa
dan efektivitas dalam suatu perusahaan untuk mendatangkan keuntungan. Menurut
Alam (2017) ROE adalah rasio untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan
modal perusahaan.
Return On Equity (ROE) merupakan rasio antara laba sesudah pajak
terhadap total ekuitas yang berasal dari setoran pemilik, laba tak dibagi dan
cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan. Sehingga ROE sering digunakan
untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan ekuitas yang dimilikinya. Semakin tinggi laba perusahaan maka
akan semakin tinggi ROE, dimana secara matematis laba merupakan bilangan
pembilang dalam rumus menghitung ROE, sementara besarnya laba perusahaan
dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui
aktivitas penjualannya yang tercermin melalui net profit margin dan aktivitas
penjualan perusahaan dengan memanfaatkan total assetsnya yang tercermin melalui
Total Assets Turnover. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa bila Net Profit
Margin dan Total Assets Turnover naik maka akan meningkatkan ROE.
Menurut Alam (2017) ROE dapat dirumuskan sebagai berikut :
15
A. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2017:64) ada 7 (tujuh) rasio profitabilitas
diantaranya sebagai berikut:
a. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Merupakan perbandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga
Pokok Penjualan dengan tingkat penjualan. Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus yaitu:
16
penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:
f. Operating Ratio
Biaya operasi per rupiah penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus
yaitu:
(HPP−Biaya Adm,Penjualan,Umum)
Return on Equity = income ratio =
Operating
Penjualan Netto
Menurut Ermaya & Nugraha Harga saham adalah nilai sekarang dari bukti
penyertaan atau kepemilikan perusahaan yang perubahannya sangat cepat
tergantung pada permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual saham.
Sedangkan menurut Hartono (dalam Ana Isnaini, 2019) pengertian dari harga
saham adalah harga suatu saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu
yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan
17
penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Harga saham menjadi
indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaannya. Jika harga
saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor dapat
menilai bahwa perusahaan tersebut berhasil mengelola usahanya. “Harga saham
terbentuk berdasarkan pertemuan antara penawaran jual dan permintaan beli
saham”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah nilai sekarang dari
bukti penyertaan atau kepemilikan perusahaan yang perubahannya sangat cepat
tergantung permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual saham.
18
2.2 Penelitian Terdahulu
19
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu(lanjutan)
20
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu(lanjutan)
21
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu(lanjutan)
Nama Persamaan dan
No Judul Variabel Hasil
Peneliti Perbedaan Penelitian
7. Yuni Pengaruh Inflasi Inflasi, Inflasi berpengaruh negatif Persamaan :
Rachmawat dan Suku Bunga Suku dan signifikan terhadap haga 1. Variabel Inflasi
i (2018) Terhadap Harga Bunga, dan saham pada perusahaan 2. Variabel Harga
Saham Pada Harga Perbankan yang terdaftar di Saham
Perusahaan Saham LQ45 Bursa Efek Indonesia.
Perbankan Yang Suku Bunga berpengaruh Perbedaan :
Terdaftar Di negatif dan signifikan 1. Perusahaan
LQ45 Bursa terhadap haga saham pada Perbankan
Efek Indonesia perusahaan Perbankan yang
terdaftar di LQ45 Bursa Efek
Indonesia. Inflasi dan Suku
Bunga berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap haga
saham pada perusahaan
Perbankan yang terdaftar di
LQ45 Bursa Efek Indonesia
tahun 2015-2017.
8. Muhamma Pengaruh Nilai Nilai Tukar Kurs rupiah berpengaruh Pesamaan :
d Azhari Tukar Rupiah Rupiah, signifikan terhadap Nilai 1. Variabel Inflasi
S.E, MBA Terhadap Dolar Tingkat Indeks Jakarta Islamic Index
dan Jefri Amerika Dan Inflasi (JII) dengan arah negatif. Perbedaan :
Suryadi. Tingkat Inflasi Tingkat inflasi berpengaruh 1. Variabel Nilai
(2019) Terhadap Harga signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah
Indeks Saham Indeks Jakarta Islamic Index 2. Harga Indeks
Syariah ( Jakarta (JII) dengan arah negatif. Saham Syariah (
Islamic Index ) Kurs dan Inflasi secara Jakarta Islamic
Periode 2013 – simultan berpengaruh Index )
2018 signifikan terhadap Nilai
Indeks Jakarta Islamic Index
(JII).
Sumber : dikaji dari berbagai sumber, 2020
22
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu(lanjutan)
Nama Persamaan dan
No Judul Variabel Hasil
Peneliti Perbedaan Penelitian
9. Ni Komang Pengaruh Roa ROA, ROE Return on asset, return on Persamaan :
Santi Ani1, Dan Roe Serta , EPS , equity dan earning per share 1. Variabel Harga
Trianasari Eps Terhadap Harga berpengaruh signifikan Saham
dan Wayan Harga Saham Saham terhadap harga saham dengan
Cipta Sektor Farmasi sumbangan pengaruh sebesar Perbedaan :
(2019) Yang Terdaftar 75,1%, Return on asset 1. Variabel ROA
Di Bei berpengaruh negatif dan 2. Variabel ROE
tidak signifikan terhadap 3. Variabel EPS
harga saham dengan 4. Perusahaan
sumbangan pengaruh sebesar Sektor Frmasi
5,8%, Return on equity
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga
saham dengan sumbangan
pengaruh sebesar 24,2%,
earning per share
berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap harga
saham
10. Habiburah Analisis Nilai Tukar Dari hasil penelitian Persamaan :
man (2016) Pengaruh Nilai Rupiah, diketahui bahwa secara 1. Variabel
Tukar Rupiah Inflasi, simultan nilai tukar rupiah Inflasi
dan Inflasi Indeks terhadap dollar as dan Perbedaan :
Terhadap Indeks Harga tingkat inflasi berpengaruh 1. Variabel
Harga Saham Saham signifikan terhadap indeks Tukar
Sektor Properti Rupiah
harga saham sektor properti.
Di Bursa Efek
Indonesia Secara parsial nilai tukar 2. Indeks Harga
rupiah terhadap dollar as Saham
berpengaruh positif dan Sektor
signifikan terhadap indeks Properti
harga saham sektor properti.
Sedangkan tingkat inflasi
berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap
indeks harga saham properti
yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia
Sumber : dikaji dari berbagai sumber, 2020
23
2.3 Kerangka Pemikiran Teori
Tingkat Inflasi
(X1)
Ha1
Profitabilitas (X2)
Ha2
Ha3
Keterangan :
a) X1 = Tingkat Inflasi
b) X2 = Profitabilitas
c) Y = Harga Saham
d) Ha1 = Hubungan Variabel X1 dengan Y
e) Ha2 = Hubungan Variabel X2 dengan Y
f) Ha3 = Hubungan Variabel X1, X2, dengan Y
g) = Uji Persial
h) = Uji Simultan
24
2.4 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham
Tingkat inflasi mempengaruhi secara signifikan harga saham. Peningkatan
inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi investor di pasar modal. Inflasi
meningkatkan pendapatan dan biaya. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi
dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas
perusahaan akan turun. Jika profit yang diperoleh perusahaan menurun maka
deviden yang didapatkan investor menurun. Hal ini mengakibatkan turunnya minat
investor untuk menanamkan dananya pada perusahaan tersebut sehingga harga
saham menurun.
Teori ini didukung oleh hasil penelitian Ditya Eric Rifasandy dan Si Rokhmi
Fuadati (2019) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa variabel inflasi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham Puput Novitasari, Emmy
Ermawatidan dan Sochib (2019) dalam penelitiannya bahwa Hasil penelitian
menunjukkan bahwa inflasi secara simultan berpengaruh terhadap harga saham
Sedangkan Yuni Rachmawati (2016) Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap haga saham pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di LQ45 Bursa
Efek Indonesia
Ha1 : Inflasi berpengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan sektor
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2018
Ha1 : Inflasi tidak berpengaruh positif terhadap harga saham harga saham pada
perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2015-2018.
Inflasi dalam hal ini terjadi karena cost push inflation, yaitu inflasi yang
terjadi karena kenaikan biaya produksi. Adanya kenaikan harga bahan baku dan
tenaga kerja, dan pada saat itu produsen tidak memiliki keberanian untuk
menaikkan harga produknya, maka berakibat perusahaan akan mengalami
kerugian, sehingga penilaian harga saham akan turun, dan otomatis minat investor
untuk berinvestasi akan menurun, Puput Novitasari, Emmy Ermawati dan Sochib
26
2019.
Ha3 : Tingkat Inflasi dan Profitabilitas berpengaruh positif terhadap harga saham
saham pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2018
Ho3 : Tingkat Inflasi dan Profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap harga
saham pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2108
27
BAB III
METODE PENELITIAN
28
Tabel 3. 2 Daftar Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
NO Kode Perusahaan
1 ADRO Adaro Energy Tbk.
2 ANTM Aneka Tambang Tbk.
3 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk.
4 ARII Atlas Resources Tbk.
5 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk
6 BIPI Astrindo Nusantara Infrastrukt
7 BOSS Borneo Olah Sarana Sukses Tbk.
8 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk.
9 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk.
10 BUMI Bumi Resources Tbk.
11 BYAN Bayan Resources Tbk.
12 CITA Cita Mineral Investindo Tbk.
13 CTTH Citatah Tbk.
14 DEWA Darma Henwa Tbk
15 DKFT Central Omega Resources Tbk.
16 DOID Delta Dunia Makmur Tbk.
17 DSSA Dian Swastatika Sentosa Tbk
18 ELSA Elnusa Tbk.
19 ENRG Energi Mega Persada Tbk.
20 FIRE Alfa Energi Investama Tbk.
21 GEMS Golden Energy Mines Tbk.
22 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk
23 HRUM Harum Energy Tbk.
24 IFSH Ifishdeco Tbk.
25 INCO Vale Indonesia Tbk.
26 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk.
27 MEDC Medco Energi Internasional Tbk
28 MITI Mitra Investindo Tbk.
29 MTFN Capitalinc Investment Tbk.
30 MYOH Samindo Resources Tbk.
Return on Asset adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang
30
dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam
operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Munawir, 2007:101
dalam penelitian Ditya Eric Rifasandy dan Siti Rokhmi Fuadati, 2018). Return
On Asset menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh
aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Return on
Asset dinyatakan sebagai berikut:
Laba bersih setelah bunga dan pajak
Return On Asset = x 100%
Total aktiva
31
atau tidak. Pada uji kolmogorov-smirnov, jika tingkat signifikan di bawah 0,05, maka
data yang diuji memiliki perbedaan yang signifikan dengan data normal baku sehingga
data yang diuji tidak berdtibusi normal. Sebaiknya jika tingkat signifikansi di atas 0,05,
maka data yang diuji memiliki distribusi normal.
b. Uji Multikoliniearitas
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar varibel bebas (independen). Pada model regresi yang
bauk seharusnya antara variabel independen tidak terjadi korelasi. Pengujian ini
menggunakan matrik korelasi antar varibel bebas untuk melihat besarnya korelasi
antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-
variabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. Variabel ortogonal adalah
variabel indenpen saling berkorelasi, maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal
atau tidak kemiripan variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesama variabel independen bernilai nol. Variabel ortogonal adalah variabel
indenpenden sama dengan nol. Dengan kata lain, jika terjadi korelasi maka dinamakan
problem multikolinearitas (multikol). Pada kasus multikolineraritas serius, koefisien
regresi tidak lagi menunjukan pengaruh murni dari variabel indenpenden dalam model.
Pendeteksian multikolinearitas dilkakukan dengan menggunkan tolenrance value
dan variance inflation factor (VIP). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel
independen yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jika nilai tolerance >
0,10 dan VIF < 10 maka terjadi multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedatisitas
Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varince dari residual satu pengamatan lain. Jika varinace dari
residual atau pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedatisitas dan
jika berada disebut heteroskedatisitas. Salah satu cara untuk mendeteksinya ada atau
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik scatterplot antara prediksi nilai variabel terkait (dependen) yaitu ZPRED
dengan residual SRESID. Jika tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar
di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Auto korelasi
Auto korelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan periode
t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.
32
Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntunsepanjan waktu berkaitan satu
sama lainyya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengguna) tidak bebas
dari observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah bebas dari
autokorelasi. Jika dalam model regresi terjadi autokorelasi yang kuat maka dapat
menyebabkan dua variabel yang tidak berhubungan menjadi berhubungan, biasa
disebut sporius regresioan. Hal ini dapat dilihat dari �2.
Cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan
Durbin Watson Test (D-W). Dasar pengembalian keputusan ada tidaknya autokrelasi
dalam model regresi adalah sebagai berikut :
1. Bila nilai D-W terletak antara batas atau upper bound (dU) dan (4-du) maka
koefisien autokelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai D-w lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl)
maka koefisien korelasi > 0, berarti ada
autokorelasi positif
3. Bila nilai D-W lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0,
berarti ada autokorelasi negatif.
4. Bila ada D-W antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau D-W terletak
antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat di simpilkan.
Dalam hal pengujian autokorelasi selain dengan menggunakan uji Durbin-
Watson. Untuk mempekuat hasil yang lebih akurat terkait masalah autokorelasi,
penulis juga menggunkan uji run test. Run Test sebagai bagian darri statistik non-
parametrik dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi
yang tinggi atau tidak. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dapat
dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run Test digunakan untuk melihat
apakah residual terjadi secara randam atau tidak. Uji run test akan memberikan
kesimpulan yang lebih pasti jika terjadi durbin-watson ketika mulai d terletak antara
dL dan dU atau d antara (4-dU) dan (4-dL) yang akan memyebabkan pengujian
autokorelasi tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti atau pengujian yang tidak
menyakinkan jika mengunakkan DW test. Sebuah penilitian dikatakan bebas masalah
autokorelasi jika hasil run test menunjukkan nilai Asymp.Sig. (2tailed) > 0,05, yang
berarti bahwa data yang dipergunakan cukup random sehingga tidak terdapat masalah
autokorelasi pada data yang di uji.
33
lebih variabel bebas. Model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y’ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn
Y’ = nilai pengaruh yang diprediksikan
a = konstanta atau bilangan harga
X = 0 b = koefisien regresi
X = nilai variable dependen
A = Konstanta
E = Standart Eror
Untuk menilai ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat
diukur dari nilai statistik T, nilai statistik F dan nilai koefisien diterminasi.
34
b Jika probabilitas > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial
2. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji salah satu hipotesis di dalam penelitian yang
menggunakan analisis regresi linier berganda. Uji F digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat.
Hasil uji F dilihat dalam tabel ANOVA dalam kolom sig. dengan criteria :
a. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel
terikat.
b. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Uji ini bertujuan untuk menentukan proporsi atau persentase total variasi dalam
variabel terikat yang diterangkan oleh variabel bebas. Apabila analisis yang digunakan
adalah regresi sederhana, maka yang digunakan adalah nilai R Square. Namun, apabila
analisis yang digunakan adalah regresi berganda, maka yang digunakan adalah
Adjusted R Square.
35
DAFTAR PUSTAKA
Anil, N. K., Sari, T., & Cipta, W. (2019). Pengaruh ROA Dan ROE Serta EPS
Terhadap Harga Saham Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di BEI.
Faitullah. (2016). Analisis Pengaruh EPS, ROA, ROE, EVA, Dan MVA Terhadap
Harga Saham Pada Perusahaan Subsektor Farmasi Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia .
Muhammad Azhari, S., & Suryadi, J. (2019). Pengaruh Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Dolar Amerika Dan Tingkat Inflasi Terhadap Harga Indeks
Saham Syariah ( Jakarta Islamic Index ) Periode 2013 – 2018.
36
Novitasari, P., Ermawaty, E., & Sochib. (2019). Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah Per Dolar As Dan Return On Assets (ROA) Terhadap Harga Saham
Perusahaan Sektor Property And Real Estate Yang Terdaftar Di BEI.
Pardede, N., Hidayat, R. R., & Sulasmiyati, S. (2016). 2016 Pengaruh Harga Minyak
Mentah Dunia, Inflasi, Suku Bunga (Central Bank Rate), Dan Nilai Tukar
(Kurs) Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan Di Asean
(Studi Pada Indonesia, Singapura, Dan Thailand Periode Juli 2013 –
Desember 2015).
Rachmawati, Y. (2018). Pengaruh Inflasi Dan Suku Bunga Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di LQ45 Bursa Efek
Indonesia.
Rifasandy, D. E., & Fuadati, S. R. (2018). 2018 Pengaruh Inflasi Dan Profitabilitas
Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverages.
37
38