Anda di halaman 1dari 18

JURUSAN ILMU EKONOMI

Least Cost Theory


FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

MATA KULIAH
TEORI LOKASI LEAST COST
(TEORI LOKASI WEBER )

DOSEN : PURWASUTRISNO, SE. MSi

2013
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TEORI DAN METODE
TEORI : (1) SATU DIMENSI, (2) DUA DIMENSI
METODE : (1) SATU DIMENSI, (2) DUA DIMENSI
BAB III CONTOH KASUS
BAB IV KESIMPULAN

Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 2

3 (TIGA KALI KULIAH)


Least Cost Theory

BAB I.
PENDAHULUAN
Teori lokasi merupakankonsep ilmu dengan cakupan analisa cukup luas meliputi beberapa sector
kegiatan. Cakupan utama analisa adalah menyangkut dengan analisa likasi kegiatan ekonomi,
terutama kegiatan industri pengolahan (manufakktur) dan jasa. Disamping itu, pembahasan teori
lokasi juga mencakup kegiatan sector pertanian.
Teori lokasi memberikan kerangka analisa yang baik dan sistematis mengenai pemilihan lokasi
kegiatan ekonomi dan social, serta analisa interaksi antar wilayah. Teori lokasi tersebut menjadi
penting dalam analisa ekonomi karena pemilihan lokasi yang baik akan mempengaruhi kegitan
ekonomi tersebut untuk mencapai terjadinya efisiensi baik dalam bidang produksi maupun
pemaaran. Sedangkan interaksi antar wilayah akan dapat pula mempengaruhi perkembangan bisnis
yang pada gilirannya akan dapat pula mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.
Secara umum teori lokasi dikelompokkan menjadi tiga bagian besar, yaitu :
 Bid-Rent Theories (oleh Von Thunen 1854) , yaitu mendasarkan analisa pemilihan lokasi
kegiatan ekonomi pada kemampuan membayar harga tanah (bid-rent) yang berbeda denagn
harga pasar tanah (land-rent). Berdasarkan hal ini, lokasi kegiatan ekonomi ditentukan oleh nilai
bid-rent yang tertinggi.
 Least Cost Theories (oleh Alfred Weber 1929) , mendasarkan analisa pemilihan lokasi
kegiatan ekonomi pada prinsip biaya minimum (Least Cost). Dalam hal ini, biaya produksi dan
ongkos angkut adalah pada tempat dimana biaya produksi dan ongkos angkut adalah paling
kecil. Bila hal ini tercapai, maka tingkat keuntungan perusahaan akan menjadi maksimum.
 Market Area Theories (August Losch 1954) , mendasarkan analisa pemilihan lokasi kegiatan
ekonomi pada prinsip luas pasar (Market Area) terbesar yang dapat dikuasai pabrik sampai ke
lokasi konsumen yang membeli produk perusahaan yang bersangkutan. Bila pasar yang
dikuasai adalah yang terbesar, maka tingkat keuntungan perusahaan menjadi maksimum.

Berdasarkan uraian tentang teori lokasi tersebut, maka penting bagi kita untuk membahasnya
karena teoti ini sangat mempengaruhi kegitan ekonomi apakah dapat berjalan baik atau tidak.
Dalam hal ini penulis akan mencoba menjelaskan lebih khusus pada teori lokasi yang dikemukakan
oleh Alfred Weber.

Tujuan adalah menetukan lokasi optimal sehingga biaya rata-rata menjadi minimum. Dalam
hal ini yang termasuk biaya-biaya tersebut adalah biaya produksi, biaya transportasi, dan
keuntungan aglomerasi.

BAB II
Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 3
Least Cost Theory

TEORI DAN METODE

A. TEORI LOKASI WEBER (Least Cost Theory)

Alfred Weber (1929) mempelopori pembentukan teori lokasi khusus untuk kegiatan industri
pengolahan (manufacturing).Teori ini mucul pada masa revolusi industri di Jerman untuk membantu
pemerintah dalam menentukan lokasi yang terbaik dan ekonomis bagi pembangunan industri
pengolahan besi baja. Sedangkan bahan baku yang diperlukan industri ini adalah biji besi dan batu
bara yang tedapat di dua tempat yang berbeda (localized materials) sehingga untuk membawanya
ke lokasi pabrik untuk kegiatan produksi akan memerlukan ongkos angkut yang cukup besar.
Weber mencoba memberikan analisa pemilihan lokasi yang paling ekonomis (optimal) yang dapat
memberikan ongkos angkut yang minimum.

Pengaruh Ongkos Transportasi yaitu, pengaruh ongkos trasportasi pada pemilihan lokasi

1.Kasus Satu Dimensi


Assumsi :
1. Lokasi terbentuk satu dimensi
Dalam kasus ini ruang hanyalah merupakan garis lurus yang menghubungkan dua tempat yaitu
sumber bahan baku (M) dengan pasar (C). Pemilihan lokasi dapat dilakukan pada kedua titik M
dan C atau diantaranya. Seandainya perusahaan memilih lokasi titik F, maka untuk membawa
bahan baku ke pabrik perlu ditempuh jarak “u” , sedangkan untuk membawa hasil produksi ke
pasar akan menempuh jarak (û-u) dimana û jarak antara titik M dan C yang sudah tetap
panjangnya (konstan). Berdasarkan kondisi ini, maka yang dimaksud dengan Ruang Satu
Dimensi seperti terlihat gambar di bawah ini :

u ((((û
2. Pasar Perfect Competitive
F C
3. Teknologi konstan
q = f(x) -u)

q= x=q.a

a = x/q (a = teknologi)
4. Ongkos angkut per ton per km adalah tetap
Dari assumsi yang dipertimbangkan, maka dapat diformulasikan :
π = TR - TC
π = TR - [C (q) + C(T)]
π = TR - C (q) - C(T)
π = TR - C (q) - [C(q,u)]

Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 4


Least Cost Theory

π = TR - C (q) - [x.n.u + m.q.( û-u)]


π = TR - C (q) - [q.a.n.u + m.q.( û-u)]
π = TR - C (q) - q[a.n.u + m.( û-u)]
πmax = π
d/dq = P – C’(q) – [a.n.u + m (û-u)]
d/dq = MR – MC
d/du = 0 – 0 – [a.n – m]
0 = - a.n + m
a.n = m
C(T) adalah ongkos angkut yang besarnya ditentukan oleh unsure jarak “u”. Bahan baku
(input) diwakili oleh “x” dan output (hasil produksi) oleh “q”. Sedangkan “n” dan “m” masing-masing
adalah ondkos angkut bahan baku dan hasil produksi. Dengan menarik turunan matematika dari
persamaan diatas pada saat kondisi πmax maka diperoleh kondisi optiomal : q.a.n = m.q atau a.n =
m. Hal ini berarti bahwa pemilihan lokasi optimal ditentukan oleh perbandingan antara ongkos
angkut bahan baku dan hasil produksi per unit.
Dengan menggunakan istilah Weber diumpamakan W = a.n / m (Weberican Locational
Weight), maka bila :
W > 1 , Ongkos output lebih lebih kecil daripada ongkos input. Dalam kondisi ini industri dikatakan
mempunyai sifat “Weight Loosing Industry”. Dengan demikian, lokasi optimal untuk industri jenis
ini adalah pada sumber bahan baku, karena dengan memilih lokasi disini akan dapat
meminimumkan ongkos angkut.
Grafik di bawah ini menunjukkan kondisi dimana ongkos angkut bahan baku (input) lebih besar
dari ongkos output. Kondisi ini diperlihatkan oleh kurva ongkos angkut input yang mempunyai
sudut kemiringan (slope) yang lebih besar dari ongkos angkut output. Kurva
ongkos angkut total akan dapat diperoleh dengan menghubungkan kedua kurva ongkos angkut
bahan baku dan hasil produksi yang menghasilkan kurva yang miring ke arah sumber bahan
baku. Dengan demikian terlihat bahwa lokasi optimal haruslah di sumber bahan baku.

Ongkos angkut

Ongkos angkut total

O.output

O. input

m m

M C
Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 5
Least Cost Theory

 W < 1 , Ongkos output lebih besar daripada ongkos input, maka industri ini disebut sebagai
“Weight Gaining Industry”. Dengan demikian, lokasi optimal untuk industri jenis ini adalah di
pasar karena dengan demikian, ongkos angkut dapat diminimumkan.
Grafik di bawah ini menunjukkan kondisi dimana ongkos angkut bahan baku lebih kecil dari
ongkos angkut hasil produksi yang ditunjukkan oleh kurva ongkos angkut bahan baku yang
mempunyai sudut kemiringan lebih kecil daripada ongkos angkut hasil produksi. Ongkos angkut
total yaitu dengan menghubungkan ongkos angkut bahan baku dengan ongkos angkut hasil
produksi serta menghasilkan kurva yang miring ke arah pasar. Dengan demikian, lokasi optimal
adalah di pasar karena lokasi ini memberikan jumlah ongkos yang minimum.

Ongkos angkut

Ongkos angkut total

O.output

o.input

M m
 W = 1 , Ongkos output sama dengan ongkos input, jenis industri dalam kondisi adalah “Foot
C
M optimal untuk industry jenis ini seharusnya
Loose Industry”. Lokasi dapat ditempatkan dimana
saja karena perbedaan ongkos angkut sama.
Ongkos angkut

Ongkos angkut total

o.output O.input

M m

M C
2. Kasus Dua Dimensi

Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 6


Least Cost Theory

Dalam kasus dua dimensi ini assumsi yang digunakan adalah sama dengan assumsi kasus satu
dimensi, namun perbedaannya adalah terdapat dua dimensi (terdapat dua bahan baku yang
berbeda) atau sumber bahan baku terdapat di dua tempat sedangkan pasar tetap pada satu lokasi.
Berdasarkan kondisi ini, ruang berbentuk segitiga (Weberian Locational Triangel) seperti gambar
dibawah ini :

M1

k
k3 C
1 K

k2

2
Lokasi optimal dapat dicari dengan :

q = f(x1,x2)

xi = ai.q

 = TR – TC

 = P.q – C(q) – q[a1.n1.k1 + a2.n2.k2 + a3.n3.k3]

mak = ’ = 0

= MR – [MCPT + (a1.n1.k1 + a2.n2.k2 + a3.n3.k3)] = 0

= MR = MCPT

d/d k1 = a1.n1.q = 0

d/d k2 = a2.n2.q = 0

d/d k3 = m.q = 0

a1.n1.q = a2.n2.q = m.q

a1.n1 = a2.n2 = m ………(lokasi optimal dimana saja)

Dari penjabaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa kondisi optimal terjadi :

Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 7


Least Cost Theory

1) Apabila a1.n1 < a2.n2 , maka lokasi optimal adalah di M1

Apabila a1.n1 > a2.n2 , maka lokasi optimal industri adalah di M2

2) Lokasi optimal apabila perbedaan ongkos angkut lebih kecil daripada perbedaan upah
buruh, maka lokasi berada di ongkos angkut yang lebih kecil.

3) Pengaruh perubahan keuntungan aglomerasi lebih besar daripada kerugian ongkos


transport.

4) Pengaruh substitusi input dan return to scale terhadap pemilihan lokasi.

3.Metode

Berdasarkan teori yang telah dikembangkan, maka diperoleh model sebagai berikut :

Kasus satu dimensi :

π = TR-TC
π = TR - C(q) - q[a.n.u + m.( û-u)]
πmax = π
= P.q – C(q) – a.n.u.q – m(û-u)q
Dengan menarik derivative matemetika dari persamaan tersebut, terhadap variable “u” dan
menyamakan dengan nol, maka diperoleh kondisi optimal sebgai berikut :
q.a.n = m atau a.n = m
Ini berarti bahwa pemilihan lokasi optimal ditentukan oleh Perbandingan antara ongkos angkut
bahan baku dengan hasil produksi per unit. Dengan menggunakan istilah dari Weber, diumpamakan
W=a.n /m, maka :
W > 1 adalah Weight Loosing Industry
W < 1 adalah Weight Gaining Industry
W = 1 adalah Foot loose Industry

Kasus dua dimensi

 = TR – TC

 = P.q – C(q) – q[a1.n1.k1 + a2.n2.k2 + a3.n3.k3]

mak = ’ = 0

d/d k1 = a1.n1.q = 0

d/d k2 = a2.n2.q = 0

Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 8


Least Cost Theory

d/d k3 = m.q = 0

a1.n1.q = a2.n2.q = m.q

a1.n1 = a2.n2 = m

sehingga: Apabila a1.n1 < a2.n2 , maka lokasi optimal adalah di M1

Apabila a1.n1 > a2.n2 , maka lokasi optimal industri adalah di M2

BAB III
CONTOH KASUS

1.Sebuah perusahaan pakaian beroperasi pada perusahaan persaingan sempurna. Untuk


memproduksi 800 pakaian, perusahaan membutuhkan 1200 ton bahan baku. Untuk
memperoleh bahan baku tersebut perusahaan harus menempuh jarak 14 km dan 18 km
untuk jarak perusahaan dengan pasar. Jika ongkos tiap km nya adalah Rp.10.000/km,
tentukanlah lokasi optimal untuk perusahaan tersebut!

Jawab :

Dik : X = 1200 kg

q = 800

n = 14 x 10.000 = Rp. 140.000

m = 18 x 10.000 = Rp. 180.000

Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 9


Least Cost Theory

Dit : Lokasi opimal ?

Jawab :

a = X /q

a = 1200/800

a = 1,5

W = a.n/m

W = (1,5 x 140.000)/180.000

W = 1,16

Kesimpulan: dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang
ingin meminimumkan biaya sebaiknya melaksanakan kegiatan produksi di dekat sumber
bahan baku/ input (M). Karena ongkos dari sumber bahan baku input (M) lebih besar
daripada ongkos dari tempat produksi ke pasar (CBD). Secara teori hal ini dikarenakan
W>1.

2. Industri gaun akan memproduksi gaun sebanyak 250 unit dengan membutuhkan 120 kg bahan
baku. Ongkos yang harus dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku tersebut adalah Rp.150.000
dan untuk menjual hasil produksi gaun tersebut ke pasar, perusahaan mengeluarkan ongkos
sebesar Rp.450.000. Tentukanlah lokasi optimal industri gaun tersebut untuk meminimumkan
biaya angkut!

Dik : X = 250 unit

q = 120 kg

n = 150.000

m = 450.000

Dit : Lokasi optimal perusahaan ?

Jawab : a = X/q

a = 250/120

Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 10


Least Cost Theory

a = 2,08

W = a.n /m

W = (2,08 x 150.000)/450.000

W = 312.000 / 450.000 = 0,69

Kesimpulan: dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang
ingin meminimumkan biaya sebaiknya melaksanakan kegiatan produksi di dekat pasar
(CBD). Karena ongkos dari tempat produksi menuju pasar (CBD) lebih besar daripada
ongkos dari tempat sumber bahan baku (M) ke tempat produksi. Secara teori hal ini
dikarenakan W<1.

3. Sebuah perusahaan elektronik beroperasi dalam pasar persaingan sempurna menghasilkan 250
buah tiap bulannya dengan bahan baku yang digunakan 400 ton. Bila jarak yang ditempuh untuk
mendapatkan sumber bahan baku adalah 30 km dan jarak untuk menjual hasil produksi boneka
ke pasar adalah 48 km, tentukan dimanakah lokasi optimal perusahaan tersebut jika ongkos
yang dikeluarkan tiap km nya adalah Rp.15000.

Dik : X = 400 ton

q = 250 unit

n = 30 X 15000 = 450000

m = 48 X 15000 = 720000

Dit : Lokasi optimal perusahaan tersebut?

Jawab :

a = X/q

a = 400/250

a = 1,6

W = a.n/m

Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 11


Least Cost Theory

W = (1,6 x 450000) /720000

W=1

Kesimpulan: dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang
ingin meminimumkan biaya dapat melaksanakan kegiatan produksi di dekat pasar (CBD)
maupun di dekat sumber bahan baku input (M). Karena ongkos dari tempat produksi
menuju pasar (CBD) sama dengan ongkos dari tempat sumber bahan baku (M) ke
tempat produksi. Secara teori hal ini dikarenakan W=1.

4. Sebuah perusahaan beroperasi pada pasar persaingan sempurna akan menghasilkan 600 unit
produknya dengan bahan baku yang digunakan adalah dua macam dan berada di dua tempat
yang berbeda. Sumber bahan baku pertama adalah 2000 kg dengan jarak 30 km, sedangkan
untuk sumber bahan baku kedua adalah 900 kg dengan jarak 20 km. Tentukanlah lokasi optimal
perusahaan tersebut, jika jarak perusahaan dan pasar adalah 60 km dan untuk setiap km perjalan
mengeluarkan biaya Rp.1000

Dik : q = 600 unit

X1 = 2000 kg

n1 = 30 km x 1000 = 30.000

X2 = 900 kg

n2 = 20 km x 1000 = 20.000

m = 60 km x 1000 =60.000

Dit : Lokasi optimal perusahaan..?

Jawab : a1 = X1/q

a1 = 2000/600 = 3,33

a2 = X2/q

a2 = 900/600 = 1,5

a1.n1.q = 3,33 x 30.000 x q

Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 12


Least Cost Theory

= 99.900q

a2.n2.q = 1,5 x 20.000 x q

= 30000q

a1.n1.q > a2.n2.q + m.q = 99.900q > 30.000q + 60.000q

= 99.900> 90.000

5. Suatu industri suku cadang mobil ingin membeli besi dan kabel di dua tempat yang berbeda
sebagai sumber bahan baku. Perusahaan tersebut akan membeli 350 kg besi dan 600 kg
kabel untuk memproduksi 150 unit kasur. Biaya angkut yang dikeluarkan perusahaan untuk
mendapatkan besi dan kabel masing-masing adalah Rp.150.000 dan Rp.200.000.
Tentukanlah lokasi optimal perusahaan jika ongkos yag dikeluarkan perusahaan ke pasar
adalah Rp.160.000.

Dik : q = 150 unit

X1 = 350 kg

a1 = 350/150 = 2,33

X2 = 600 kg

a2 = 600/150 = 4

n1 = 150.000

n2 = 200.000

m = 160.000

Dit : Lokasi optimal..?

Jawab :

a2.n2. > a1.n1 + m

4 x 200.000 > 2,33 x 150.000 +160.000

800.000 > 509.500

Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 13


Least Cost Theory

6. Sebuah perusahaan sepatu akan memproduksi sepatu dengan jumlah produksi sebanyak
2000 sepatu tiap bulannya. Untuk itu perusahaan membutuhkan sumber bahan baku untuk
memproduksi yaitu tali sepatu dan kulit. Untuk mendapatkan tali sepatu perusahaan harus
menempuh jarak 20 km, dan 25 km untuk kulit, biaya yang dikeluarkan tiap km adalah
Rp.14.000. Sedangkan untuk menjual hasil produksi ke pasar perusahaan harus
mengeluarkan ongkos Rp.950.000. Dimanakah lokasi optimal perusahaan jika perusahaan
membutuhkan 900 tali dan 500 kulit diukur dalam kg)!

Dik : q = 2000 unit

X1 = 900

a1 = X1 /q = 900/2000 = 0,45

X2 = 500

a2 = X2 /q =500/2000 = 0,5

n1 = 14.000 x 20 = 280.000

n2 = 14.000 x 25 = 350.000

m = 950.000

Dit : Lokasi optimal perusahaan ?

Jawab :

m > a1.n1 + a2.n2

950.000 > 0,45 x 280.000 + 0,25 x 350.000

950.000 > 213.500

7. Sebuah perusahaan elektronik akam memproduksi 500 unit dengan menggunakan dua
macam bahan baku yang berada di dua tempat yang berbeda. Sumber bahan baku pertama
didapat dengan mengeluarkan ongkos Rp.300.000 dengan berat 200 kg, sedangkan bahan
baku kedua dengan ongkos Rp.190.000 dengan berat 300 kg. Jika ongkos yang dikeluarkan
untuk menjual hasil produksi adalah Rp. 234.000 ,tentukanlah lokasi optimal perusahaan!

Dik : q = 500 unit

n1 = 300.000

n2 = 190.000

X1 = 200 kg

a1 = X1/q = 200 /500= 0,4

Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 14


Least Cost Theory

X2 =300 kg

a2 = X2/q = 300/500 = 0,6

m = 234.000

Dit : Lokasi optimal ?

Jawab :

m = a1.n1 + a2.n2

234.000 = 0,4 x 300.000 + 0,6 x 190.000

234.000 = 234.000

BAB IV
KESIMPULAN KASUS
Dari hasil pengolahan data di beberapa perusahaan mengenai pemilihan lkasi optimal dalam kasus

satu dimensi dan dua dimensi, maka dapat disimpulkan bahwa :


1. Kasus satu dimensi
a. Sebuah perusahaan pakaian beroperasi pada perusahaan persaingan sempurna.

Untuk memproduksi 800 pakaian, perusahaan membutuhkan 1200 ton bahan baku.

Untuk memperoleh bahan baku tersebut perusahaan harus menempuh jarak 14 km dan

18 km untuk jarak perusahaan dengan pasar. Jika ongkos tiap km nya adalah

Rp.10.000/km, tentukanlah lokasi optimal untuk perusahaan tersebut!

Dari pengolahan data dari soal di atas disimpulkan bahwa ongos input lebih besar dari
ongkos output (W>1 “Weight Loosing Industry”), dimana lkasi optimal perusahaan tersebut
adalag terlihat pada grafik di bawah ini :
Ongkos angkut

Ongkos angkut total

O.output

Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 15


O. input

m m
M C

Least Cost Theory

b. Industri kue gaun akan memproduksi gaun sebanyak 250 unit dengan membutuhkan
120 kg bahan baku. Ongkos yang harus dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku
tersebut adalah Rp.150.000 dan untuk menjual hasil produksi gaun tersebut ke pasar,
perusahaan mengeluarkan ongkos sebesar Rp.450.000. Tentukanlah lokasi optimal
industri gaun tersebut untuk meminimumkan biaya angkut!

Dari kasus di atas berada pada keadaan Weight Gaining Inustry, dimana ongkos input
lebih kecil daripada output (W<1), sehingga lokasi optimal perusahaan adalah terdapat
pada grafik berikut ini :
Ongkos angkut

Ongkos angkut total

O.output

o.input

M m

M C
c. Sebuah perusahaan elektronik beroperasi dalam pasar persaingan sempurna
menghasilkan 250 buah tiap bulannya dengan bahan baku yang digunakan 400 ton. Bila
jarak yang ditempuh untuk mendapatkan sumber bahan baku adalah 30 km dan jarak
Ongkos angkut
untuk menjual hasil produksi boneka ke pasar adalah 48 km, tentukan dimanakah lokasi
optimal perusahaan tersebut Ongkos angkut total
jika ongkos yang dikeluarkan tiap km nya adalah Rp.15000.

Perusahaan tersebut mempunyai ongkos input dan output yang sama sehingga
perusahaan dapat berlokasi ke arah sumber bahan baku maupun pasar seperti terlihat
dalam gambar berikut :
o.output O.input

Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 16

M m
M

Least Cost Theory

2. Kasus dua dimensi

a. Sebuah perusahaan beroperasi pada pasar persaingan sempurna akan


menghasilkan 600 unit produknya dengan bahan baku yang digunakan adalah dua
macam dan berada di dua tempat yang berbeda. Sumber bahan baku pertama
adalah 2000 kg dengan jarak 30 km, sedangkan untuk sumber bahan baku kedua
adalah 900 kg dengan jarak 20 km. Tentukanlah lokasi optimal perusahaan tersebut,
jika jarak perusahaan dan pasar adalah 60 km dan untuk setiap km perjalan
mengeluarkan biaya Rp.1000

a1.n1.q > a2.n2.q + m.q = 99.900q > 30.000 + 60.000q

= 99.900 > 90.000 (input X1 lebih dominan dari X2 sehingga lokasi di optimal M1)

b. Suatu industri suku cadang mobil ingin membeli besi dan kabel di dua tempat yang
berbeda sebagai sumber bahan baku. Perusahaan tersebut akan membeli 350 kg
besi dan 600 kg kabel untuk memproduksi 150 unit kasur. Biaya angkut yang
dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan besi dan kabel masing-masing adalah
Rp.150.000 dan Rp.200.000. Tentukanlah lokasi optimal perusahaan jika ongkos yag
dikeluarkan perusahaan ke pasar adalah Rp.160.000.

a2.n2. > a1.n1 + m

4 x 200.000 > 2,33 x 150.000 +160.000

800.0 509.500 (input X2 lebih dominan dari X1 sehingga lokasi optimal di M2)

Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 17


Least Cost Theory

c. Sebuah perusahaan sepatu akan memproduksi sepatu dengan jumlah produksi


sebanyak 2000 sepatu tiap bulannya. Untuk itu perusahaan membutuhkan sumber
bahan baku untuk memproduksi yaitu tali sepatu dan kulit. Untuk mendapatkan tali
sepatu perusahaan harus menempuh jarak 20 km, dan 25 km untuk kulit, biaya yang
dikeluarkan tiap km adalah Rp.14.000. Sedangkan untuk menjual hasil produksi ke
pasar perusahaan harus mengeluarkan ongkos Rp.950.000. Dimanakah lokasi
optimal perusahaan jika perusahaan membutuhkan 900 tali dan 500 kulit diukur
dalam kg)!

m > a1.n1 + a2.n2

950.000 > 0,45 x 280.000 + 0,25 x 350.000

950.000 > 213.50000

d. Sebuah home industri keramik akam memproduksi 350 unit dengan menggunakan

dua macam bahan baku yang berada di dua tempat yang berbeda. Sumber bahan

baku pertama didapat dengan mengeluarkan ongos Rp.150.000 dengan berat 100

ton, sedangkan bahan baku kedua dengan ongkos Rp.95.000 dengan berat 150 ton.

Jika ongos yang dikeluarkan untuk menjual hasil produksi adalah Rp. 82.850

,tentukanlah lokasi optimal perusahaan.

m = a1.n1 + a2.n2

234000 = 0,4 x 300.000 + 0,6 x 190.000

234.000 = 234.000 (tidak ada input atau output yang dominan dan lokasi optimal
yaitu jarak terdekat di antara tiga daerah tersebut.)

Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 18


Least Cost Theory

Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 19

Anda mungkin juga menyukai