Kelompok 4:
(Mohammad Ikhsan) (190431626465)
(Muhammad Rudy Alamsyah) (190431626429)
(Niken Permata Sari) (190431626402)
(Novi Kholidiya Rahmawati) (190431626445)
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
2.1 Definisi Transformasi Pertanian dan Pembangunan Pedesaan.............................................4
2.2 Penyebab Semakin Memburuknya Kinerja Pertanian Pada Negara Berkembang..............6
2.1.1 Perubahan Struktur Tenaga Kerja Pertanian Berdasarkan Umur..........................................8
2.3 Tahap-tahap Pembangunan Pertanian..................................................................................12
2.4 Pembangunan Daerah Pedesaan, Kebijakan-Kebijakan Pendukungnya, Serta
Keterpaduan Antara Tujuan Pendukung..........................................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................................19
Kesimpulan..........................................................................................................................................19
Saran.....................................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan suaru negara memiliki tujuan dan peran penting demi mengubah tatanan hidup
masyarakat yang lebih baik. Di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia akibat
pandemi covid-19, Indonesia mengalami perbaikan khususnya di sektor pertanian. Hal ini
didukung dengan adanya pertumbuhan di subsektor pertanian, seperti tanaman pangan,
holtikultura dan lainnya. Dengan adanya kestabilan pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian,
diharapkan mampu meningkatkan kontribusi perekonomian Indonesia sesuai target nawacita
Presiden, yakni salah satu nawacitanya adalah menjadi lumbung pangan dunia di tahun 2045.
Prioritas dari nawacita ini mengarahkan pembangunan pertanian sebagai wujud dari
kedaulatan pangan, diantaranya yaitu mencukupi pangan dari produksi dalam negeri, mengatur
kebijakan pangan secara mandiri, dan melindungi serta menyejahterakan petani selaku pelaku
utama usaha. Dengan adanya potensi pertanian Indonesia sudah seharusnya dengan adanya
keanekaragaman sumber daya ini Indonesia bisa memanfaatkan secara optimal. Banyak lahan
pertanian yang belum optimal, lahan kering, rawa-rawa, hal ini perlu adanya inovasi teknologi
yang bisa menjadikan tingginya produktivitas di pertanian. Selain itu, karena penduduk
Indonesia berdasarkan hasil sensus 2010, bahwa tahun 2010-2040 akan didominasi dengan
banyaknya usia muda, perlu adanya peningkatan skill dan keterampilan dari para penerus
generasi bangsa. Jika tidak pertumbuhan penduduk ini akan menghambat pertumbuhan pada
bidang pertanian.
Dengan adanya perbaikan di bidang pertanian akan berpengaruh juga terhadap pembangunan
di wilayah pedesaan. Pembangunan Desa telah diatur pada UU Nomor 6 Tahun 2014, bahwa
desa memiliki makna kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan , kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan NKRI.
Desa erat dengan tatanan sosial dan budayanya, serta pendidikan rata-rata yang masih
rendah, inilah yang menjadi hambatan dalam pembangunan desa. Dalam pembangunan desa
lebih difokuskan pada penguatan kelembagaan, pengembangan modal, dan kemandirian
2
masyarakat dalam pengelolaan pembangunan. Maka dari itu adanya transformasi bidang
pertanian akan mendorong adanya inovasi baru terhadap pengelolaan sumber daya yang ada
yang dimana hal ini juga dapat mengembangkan pembangunan di wilayah pedesaan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan tentang bagaimana
melakukan pembangunan daerah pedesaan dengan adanya transformasi pertaniaan,
mengetahui strategi apa yang akan digunakan agar modernisasi pertanian bica dicapai, dan
yang terpenting adalah bagaimana peran penting sebuah transformasi pertanian terhadap
pembangunan pedesaan maupun pembangunan ekonomi sebuah negara.
1.4 Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini adalah sebagai penambah wawasan dan bahan bacaan.
Selain itu, penyusunan makalah ini sebagai bahan materi presentasi dan pengumpulan tugas
mata kuliah ekonomi pembangunan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dapat digaris bawahi bahwa transformasi berarti perubahan berdasarkan apa yang sudah
ada sebelumnya kemudian membuat bentuk baru yang menjadikannnya lebih baik. Sedangkan
definisi dari transformasi pertanian sendiri berarti sebuah perubahan dari pertanian tradisional
kepada pertanian modern dimana perubahannya tersebut membawa ke arah yang lebih baik
daripada sebelumnya.
Habraken, 1976 yang dikutip oleh Pakilaran, 2006 menguraikan faktor-faktor yang
menyebabkan transformasi yaitu sebagai berikut :
1) Kebutuhan identitas diri (identification) pada dasarnya orang ingin dikenal dan ingin
memperkenalkan diri terhadap lingkungan.
2) Perubahan gaya hidup (Life Style) perubahan struktur dalam masyarakat, pengaruh
kontak dengan budaya lain dan munculnya penemuan-penemuan baru mengenai manusia
dan lingkuangannya.
3) Pengaruh teknologi baru timbulnya perasaan ikut mode, dimana bagian yang masih dapat
dipakai secara teknis (belum mencapai umur teknis dipaksa untuk diganti demi mengikuti
mode.
Pertanian adalah sebuah kegiatan yang memanfaatkan sumber daya hayati yang
dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, sumber energi, bahan baku dan
lainnya. Kegiatan memanfaatkan sumberdaya hayati ini biasa disebut dengan bercocok tanam.
Bidang pertanian erat sekali dengan negara yang agraris, contohnya Indonesia. Berkaitan dengan
hal itu Presiden telah membentuk suatu nawacita yang ingin menjadikan Indonesia sebagai
4
lumbung dunia. Maka dari itu pemanfaatan keanekaragaman sumber daya, keterampilan
masyarakat, dan inovasi teknologi dibutuhkan demi tercapainya tujuan yang telah diharapkan,
salah satunya adalah menyejahterakan masyarakat , khususnya wilayah pedesaan.
Salah satu faktor dari adanya transformasi pertanian ini adalah memudahkan pengelolaan
sumber daya yang telah ada sebelumnya dengan optimal sehingga memberikan hasil yang lebih
baik. Contohnya adalah penambahan inovasi teknologi canggih ke dalam pertanian, mengatur
pengelolaan secara mandiri sehingga masyarakat pedesaan bisa mengembangkan keterampilan
yang dimilikinya. Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga
memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha,
pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan
pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini
dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka hal itu bisa disebut
dengan pertanian intensif. Oleh karenanya, para generus bangsa sudah seharusnya melatih
keterampilan dan mempertajam pengetahuannya agar hal itu tidak menghambat pertumbuhan di
sektor pertanian di kemudian hari.
Pertanian lebih dekat dengan pedesaan, dimana desa adalah kesatuan organisasi
kehidupan sosial di dalam daerah terbatas. Desa memiliki ciri-ciri yaitu diferensiasi sosial yang
rendah, kehidupan yang sederhana, kepadatan penduduk yang masih tergolong rendah, dan rata-
rata pekerjaannya bersifat homogen atau sama. Transformasi pertanian ini mengarahkan pada
pembangunan di wilayah pedesaan.
5
sebagai tempat tinggal dan mencari penghidupan. Infrastruktur desa seperti layanan kesehatan,
sarana dan prasarana transportasi, listrik, telepon, sarana pendidikan, dan sarana-sarana lain yang
dibutuhkan harus bisa disediakan sehingga memungkinkan desa maju dan berkembang.
Skala pembangunan pedesaan yang meliputi pedesaan perkotaan adalah sebagi berikut :
Selanjutnya pengembangan perkotaan dan pedesaan bisa menjadi satu kesatuan ekonomi
dan kawasan serta pengembangan kegiatan pertanian secara modern melalui mekanisme dan
industrialisasi pertanian dan penerapan standar minimum yang sama antara wilayah desa dan
kota. Pembangunan pedesaan tetap berdasarkan struktur demografi masyarakat, sosial
budayanya, karakteristik fisik/geografis, sektor kelembagaan desa dan lainnya sehingga dalam
pembangunan pedesaan tetap berlandaskan pada kearifan lokal.
6
Dari kejadian ini maka sebab dan masalah yang ditimbulkan di negara tersebut adalah :
1. Lapangan pekerjaan di kota semakin sedikit. Hal ini diakibatkan karena banyaknya
tenaga kerja yang mencari pekerjaan disana sehingga terjadi persaingan yang sangat ketat
antara para pencari kerja.
2. Lahan garapan pertanian di desa mulai terbengkelai. Hal ini diakibatkan karena para
pemuda dan pemudi desa melakukan migrasi ke kota untuk mencari pekerjaan disana
sehingga orangtua mereka di desa yang sudah berumur tua kerepotan untuk mengelola
lahan petaniannya yang luas. Sehingga produktivitas mereka berangsur- angsur turun
seiring bertambahnya usia mereka.
3. Semakin sedikitnya tenaga kerja yang ada untuk mengelola lahan pertanian yang luas di
daerah pedesaan maka produktivitas sektor pertanian tersebut juga akan turun.
Dampaknya juga akan dirasakan oleh negara tersebut yaitu dimana negara-negara yang
memiliki lahan pertanian yang luas sudah mulai mengimpor bahan pangan untuk menjaga
kestabilan pangan nasional mereka contoh yang paling jelas adalah di negara kita sendiri.
Hal ini tentu sangat memprihatinkan mengingat negara kita mempunyai lahan pertanian
yang cukup luas tetapi negara kita harus mengimpor bahan pangan dari negara yang luas
lahan pertaniannya lebih kecil dari negara kita. Sebenarnya jika lahan pertanian negara
kita dikelola dengan baik maka negara kita tidak perlu mengimpor bahan pangan bahkan
jasa negara kita bisa menjadi negara pengekspor bahan pangan.
4. Hal yang juga menjadi penyebab utama dari semakin memburuknya kinerja pertanian
adalah terabaikannya sektor yang sangat penting dalam perumusan prioritas
pembangunan oleh pemerintahan negara yang bersangkutan. Terabaikannya sektor
pertanian tersebut diperparah lagi dengan gagalnya pelaksanaan investasi dalam
perekonomian industri perkotaan, yang terutama disebabkan oleh kesalahan dalam
memilih strategi industrialisasi substitusi impor dan penetapan nilai kurs yang terlalu
tinggi.
Perpindahan penduduk dari desa ke kota itu dinilai juga menjadi salah satu penyebab
turunnya produktifitas pertanian di Indonesia. Salah satu penyebab urbanisasi adalah keinginan
7
untuk mencari penghidupan yang layak di kota karena pendapatan mereka sebagai petani tidak
mampu mencukupi kebutuhan. Tantangan yang dihadapi para petani semakin banyak. Selain
tingkat kesejahteraan yang rendah karena upah yang diterima juga rendah, mereka juga
dihadapkan pada semakin berkurangnya luas lahan pertanian karena harus berhadapan dengan
industrialisasi. Generasi muda juga tidak mau menjadi petani karena melihat para pendahulunya
tidak bisa hidup sejahtera.
Penyebab menurunnya minat tenaga kerja muda di sektor pertanian terutama adalah citra
sektor pertanian yang kurang bergengsi dan kurang bisa memberikan imbalan memadai. Hal ini
berpangkal dari relatif sempitnya rata-rata penguasaan lahan usaha tani. Alasan lain adalah cara
pandang dan way of life tenaga kerja muda telah berubah di era perkembangan masyarakat
postmodern seperti sekarang. Bagi anak-anak muda di perdesaan, sektor pertanian makin
kehilangan daya tarik. Bukan sekedar karena secara ekonomi sektor pertanian makin tidak
menjanjikan, tetapi keengganan anak-anak muda untuk bertani sesungguhnya juga dipengaruhi
oleh subkultur baru yang berkembang di era digital seperti sekarang.
Krisis petani muda di sektor pertanian dan dominannya petani tua memiliki konsekuensi
terhadap pembangunan sektor pertanian berkelanjutan, khususnya terhadap produktivitas
pertanian, daya saing pasar, kapasitas ekonomi perdesaan, dan lebih lanjut hal itu akan
mengancam ketahanan pangan serta keberlanjutan sektor pertanian. Indonesia sebagai negara
dengan basis agraris masih memiliki ketergantungan dari komoditas impor untuk produk-produk
tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan. Surplus sektor pertanian secara total merupakan
sumbangan sektor perkebunan. Kondisi ini mengindikasikan adanya permasalahan besar terkait
ketahanan pangan nasional. Tatkala sisi permintaan meroket sejalan dengan tingkat konsumsi
nasional sebagai akibat adanya perubahan demografis dan meningkatnya kelas menengah,
namun dari sisi penawaran tingkat produksi domestik pertanian tanaman pangan tidak mampu
memenuhinya. hasil, kelebihan permintaan ini harus ditambal dengan impor. Pernyataan ini
bukan untuk menunjukkan perlunya kebijakan anti-impor tetapi lebih untuk menunjukkan ironi
dan miss- management.
8
Definisi dan batasan umur seseorang disebut sebagai pemuda bervariasi menurut beberapa
sumber. Pemuda adalah sosok individu yang berusia produktif yang bila dilihat secara fisik dan
psikis sedang mengalami perkembangan. Pemuda umumnya mempunyai karakter spesifik yang
dinamis, optimis, dan berpikiran maju. Pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan
baik saat ini maupun masa datang, sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan
generasi sebelumnya.
Dalam konteks keterlibatan tenaga kerja muda di sektor pertanian, beberapa negara
menggunakan batasan umur yang bervariasi, dikaitkan dengan insentif yang berhak diterima oleh
pemuda tani yang berusaha di pertanian atau pemuda yang akan mengawali bisnis pertanian.
Beberapa kajian tentang pemuda tani menggunakan batasan umur yang berbeda. Studi oleh
Katchova dan Ahearn (2014) tentang implikasi pemilikan dan sewa lahan bagi pemuda tani dan
petani pemula (beginner farmer) di Amerika Serikat, menggunakan batasan umur 35 tahun untuk
petani muda. Davis et al. (2013) menggunakan batas umur 35 tahun untuk disebut sebagai petani
muda. Pemerintah Australia menggunakan batasan umur 40 tahun sebagai pemuda tani yang
berhak memperoleh skim finansial (financial scheme) (Murphy 2012).
9
2. Fenomena penuaan petani
Pada tataran global, isu penuaan petani kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan
isu-isu lain, misalnya isu penurunan produksi akibat perubahan iklim, padahal masalah penuaan
petani merupakan tantangan demografi serius yang perlu mendapat perhatian karena menyangkut
keberlanjutan sektor pertanian. Peningkatan jumlah petani berusia tua lebih dari 60 tahun,
sebaliknya semakin berkurangnya petani muda, terjadi di hampir seluruh belahan dunia.
Perubahan struktural demografi ketenagakerjaan sektor pertanian juga terjadi di negara-negara
Asia, Eropa, maupun benua Amerika, Kanada, dan negara- negara di bagian benua lainnya. Hal
ini menunjukkan bahwa menurunnya minat tenaga kerja pertanian sudah menjadi fenomena
umum yang perlu mendapat perhatian secara serius dari pengambil kebijakan dalam rangka
menyelamatkan sektor pertanian. Gambaran perubahan struktural demografi tenaga kerja di
sektor pertanian yang diuraikan di bawah memperkuat fenomena umum yang mengarah pada
semakin menuanya petani dan berkurangnya tenaga kerja muda di sektor pertanian. Isu penuaan
petani dan keragaannya di beberapa negara perlu dikaji dalam rangka mencari alternatif
kebijakan guna mendorong tenaga kerja muda masuk ke sektor pertanian, terutama pada era
perdagangan bebas dewasa ini. Berikut ulasan fenomena penuaan petani di Indonesia dan di
beberapa negara lainnya.
Indonesia
Tenaga kerja muda yang baru memulai usaha di sektor pertanian memiliki kemampuan
finansial yang terbatas untuk memiliki lahan luas, kecuali mereka memperoleh warisan atau
10
mengerjakan milik orang tua. Dengan luasan penguasaan lahan kurang dari 0,25 ha, sangat tidak
menarik bagi petani muda untuk memulai berbisnis di pertanian yang berbasis lahan atau usaha
tani konvensional (misalnya usaha tani tanaman pangan). Hasil analisis Lokollo et al. (2007)
terhadap data Sensus Pertanian 1983 dan 1993 menunjukkan penurunan jumlah petani berusia
kurang dari 35 tahun, yang sebagian besar penguasaan lahannya hanya sekitar 0,25 ha. Jika
dilakukan disagregasi menurut subsektor, akan nampak ke subsektor apa minat tenaga kerja
muda yang masih terlibat di sektor pertanian. Masih dari hasil analisis Lokollo et al. (2007),
tenaga kerja muda yang berusaha di sektor pertanian dominan berada di subsektor hortikultura,
dan berikutnya adalah subsektor pangan.
Relatif tingginya minat tenaga kerja muda di subsektor hortikultura sangat beralasan
mengingat komoditas-komoditas subsektor hortikultura adalah high value commodities yang
dapat menghasilkan nilai pendapatan lebih tinggi dengan luasan lahan relatif sempit
dibandingkan dengan komoditas subsektor tanaman pangan. Dengan mengetahui peta seperti
tersebut, akan berguna dalam membangun program-program pemberdayaan tenaga kerja muda
ke sektor pertanian, yang seyogianya diarahkan pada aktivitas-aktivitas yang digemari oleh
tenaga kerja muda. Menurunnya persentase tenaga kerja muda, sebaliknya meningkatnya
persentase tenaga kerja usia tua, secara implisit juga menunjukkan bahwa ada mismatch antara
jenis kesempatan kerja yang diinginkan oleh tenaga kerja muda di perdesaan dengan kesempatan
kerja yang tersedia. Ketidakcocokan keterampilan diterjemahkan sebagai tenaga kerja dengan
tingkat pendidikan atau keterampilan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari apa yang
dibutuhkan oleh pekerjaan tertentu.
Kaitannya dengan kualitas pendidikan tenaga kerja muda di sektor pertanian, semakin
tinggi pendidikan tenaga kerja muda di perdesaan, maka mereka akan semakin selektif dalam
memanfaatkan kesempatan kerja di perdesaan. Sepanjang sektor pertanian belum mampu
menumbuhkan image bahwa pekerjaan di sektor pertanian juga dapat memberikan kebanggaan
dan prospek pendapatan yang baik, maka semakin membaiknya tingkat pendidikan tenaga kerja
muda tidak akan berpengaruh banyak bagi kualitas tenaga kerja pertanian. Sektor pertanian akan
tetap ditinggalkan oleh tenaga kerja muda yang berpendidikan tinggi. Pengurangan serapan
tenaga kerja pertanian memang merupakan proses yang dikehendaki dalam menghadapi
perubahan struktur ekonomi nasional menuju industrialisasi. Dengan pengurangan penyerapan
11
tenaga kerja pertanian, maka beban sektor pertanian yang selama ini berperan sebagai bumper
nasional untuk penyerapan tenaga kerja juga akan berkurang.
12
Menurut Todaro (2003), tahap ini juga dapat disebut pertanian campuran dan pertanian
yang terdiversifikasi, tahap ini merupakan proses transisi yang harus dilalui dalam proses
peralihan dari pertanian subsisten atau tradisional menjadi produk yang terspesialisasi.
Oleh karena itu, penganekaragaman pertanian (diversified farming) merupakan suatu
langkah pertama yang cukup logis dalam masa transisi dari pertanian tradisional ke
pertanian modern (komersial). Dimana pada tahap ini tanaman pokok tidak lagi
mendominasi produk pertanian, karena tanaman-tanaman perdagangan yang baru seperti;
buah-buahan, kopi, coklat, teh, dan lain-lain, sudah mulai dijalankan bersama dengan
usaha peternakan yang sederhana.
c) Pertanian komersial modern
Tahap ini juga dikenal dengan istilah pertanian spesialisasi atau pertanian khusus. yang
menggambarkan tingkat pertanian yang paling maju. Dalam pertanian modern pengadaan
sumber pangan untuk kebutuhan individu, rumah tangga dan jumlah surplus juga bisa
dijual, bukan lagi tujuan pokok. Apa yang sudah menjadi tujuannya sudah lebih luas
cakupannya dari hal tersebut. Keuntungan komersial merupakan ukuran dari keberhasilan
dan nilai maksimum per hektar dari hasil upaya manusia dan sumber daya alam
merupakan tujuan utama dari kegiatan pertanian (Todaro, 2003). Dengan demikian
seluruh produksi diorientasikan untuk kebutuhan pasar. Dalam pertanian modern yang
menjadi titik beratnya ialah hanya terkonsentrasi pada satu jenis tanaman tertentu,
komoditas yang ditanam terspesialisasi, dimana pengelolaannya menggunakan peralatan
modern, penghimpunan modal yang besar, serta kegiatan-kegiatan penelitian dan
pengembangan ilmiah. Hal itu dilakukan untuk terus mendorong tingkat output dan
tingkat produktivitas yang sebesar-besarnya. Sistem pertanian modern saat ini sering
dikenal dengan istilah agribisnis.
Dalam upaya meningkatkan produksi pertanian, petani wilayah pedesaan semakin lama
semakin tergantung pada sumber dari luar lingkungannya. Sebab kondisi tersebut, diperlukan
pembangunan pertanian yang harus dilakukan secara berkesinambungan. Berdasarkan pendapat
Mosher yang dikutip oleh (Arsyad, 2004, dalam Churiyah) syarat-syarat pembangunan pertanian
agar pertanian dapat berkembang dengan baik dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Syarat mutlak, syarat ini harus lengkap. Jika salah satu syarat tidak terpenuhi maka
pembangunan pertanian akan terhenti. Adapun yang termasuk syarat mutlak adalah:
13
a. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani.
b. Teknologi (teknologi pertanian) yang senantiasa berkembang.
c. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
d. Adanya perangsang produksi bagi petani.
e. Tersedianya pengangkutan atau transportasi yang lancar dan kontinu.
2. Syarat-syarat atau sarana pelancar, syarat ini tidak mutlak tetapi kalau sarana tersebut ada
maka akan dapat mempercepat pembangunan pertanian. Syarat atau sarana tersebut adalah
meliputi:
a. Pendidikan pembangunan yang ditujukan kepada para petani.
b. Kredit produksi.
c. Kegiatan gotong royong petani.
d. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.
e. Perencanaan nasional pembangunan pertanian.
1. Perubahan teknologi dan inovasi, teknologi baru dan inovasi-inovasi dalam bidang pertanian
merupakan syarat bagi upaya peningkatan output dan produktivitas. Dalam strategi ini
terdapat dua sumber inovasi teknologi yang dapat dijadikan sebagai sumber peningkatan
hasil pertanian, yaitu:
a. Pengenalan terhadap mekanisasi pertanian sebagai ganti tenaga kerja manusia.
b. Inovasi biologis (bibit unggul, cara penanaman, dll) dan inovasi kimiawi (pupuk,
insektisida, pestisida, dll), serta teknologi perbaikan mutu tanah yang ada.
2. Perbaikan pola pemilikan tanah, struktur pertanian dan pola penggunaan tanah perlu
disesuaikan dengan tujuan ganda, yaitu meningkatkan produksi pangan dan meningkatkan
pemerataan keuntungan bagi petani secara luas.
3. Kebijaksanaan-kebijaksanaan penunjang, pembangunan pertanian tidak akan berhasil jika
pemerintah tidak memberikan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang menunjang, seperti insetif-
insentif yang diperlukan, kesempatan berusaha dalam kegiatan ekonomi, dan kemudahan
14
untuk memperoleh input yang diperlukan sehingga memungkinkan para petani bisa
meningkatkan output sekaligus produktivitasnya. Selain itu perlu penataan pola kepemilikan
tanah, pelayananpelayanan penunjang dan kebijakan dalam hal input dan output pertanian
mutlak diperlukan dalam pembangunan pertanian.
4. Tujuan pembangunan terpadu, pembangunan terpadu dapat diwujudkan melalui:
a. Perbaikan taraf hidup termasuk pendapatan, pendidikan, kesehatan atau nutrisi,
perumahan dan hal-hal yang berhubungan dengan jaminan jaminan sosial.
b. Mengurangi ketimpangan pemerataan pendapatan di pedesaan dari ketimpangan
perbedaan antara pedesaan dan perkotaan serta kesempatan-kesempatan berusaha.
c. Perbaikan kapasitas sektor pedesaan dari waktu ke waktu.
Hal yang tepat dilakukan jika ingin memperbaiki tatanan ekonomi yang ada di negara
berkembang agraris yang mempunyai daerah pertanian yang luas adalah dengan membangun
daerah tersebut yang nantinya pasti akan ikut berperan serta dalam memperbaiki struktur tatanan
ekonomi di negara yang besangkutan. Dengan dibangunnya sektor pertanian yang baik di daerah
pedesaan maka akan memberikan dampak baik bagi daerah pedesaan karena sektor pertanian
merupakan sektor yang sangat berpengaruh bagi daerah pedesaan dalam hal untuk meningkatkan
pendapatan riil pedesaan. Jika hasil sektor pertanian yang ada di desa meningkat maka
pendapatan riil desa tersebut juga pasti akan meningkat. Jika pendapatan riil semakin meningkat
maka otomatis desa itu bisa melakukan pembangunan desa yang bersangkutan seperti
pembangunan jalan dan infrastruktur lainnya yang bisa memajukan desa tersebut. Dengan
demikian jika transformasi pertanian dan lingkungan pedesaan dapat terlaksana dengan baik,
maka perekonomian nasional negara yang bersangkutan pasti akan berjalan ke arah yang lebih
baik dimana distribusi pendapatan di negara yang bersangkutan itu dapat terlaksana.
Hal yang sering ditemui di negara berkembang adalah pada daerah pedesaan umumnya
mempunyai luas lahan yang sempit, modal relatif kecil, sedangkan jumlah tenaga kerja yang ada
melimpah. Itulah masalah yang sering terjadi mengapa pembangunan di pedesaan tidak sesuai
dengan harapan, dimana seharusnya tujuan utama pembangunan pertanian dan daerah pedesaan
di negara berkembang adalah untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat seperti peningkatan
15
pendapatan, total produksi atau output, dan produktifitas petani di daerah pedesaan tersebut,
namun harapan itu sering tidak terlaksana.
Agar pembangunan daerah pedesaan terlaksana dengan baik maka sudah diatur dalam
kebijakan landreform yang diatur dalam Undang-undang Nomor 56 Prp tahun 1960. Pemikiran
land reform tersebut adalah :
1. Mengalihkan kepemilikan lahan kepada para penyewa
2. Penggarap / petani bagi hasil yang secara langsung mengerjakan lahan yang dimaksud
3. Mengalihkan lahan perkebunan besar pada petani kecil.
4. Pembentukan koperasi pedesaan
5. Dekrit pemerintah yang menyatakan bahwa semua lahan pertanian adalah milik
pemerintah dan bagi para petani yang ingin memberdayakan lahan tersebut sebaiknya
diberikan berbagai akses dan kemudahan untuk menggarap lahan tersebut.
Namun pembangunan pertanian di daerah pedesaan tidak akan dapat terealisaisi secara
nyata tanpa didukung oleh serangkaian kebijakan pemerintah. Pemerintah harus memberikan
kesempatan atau peluang ekonomi dan kemudahan guna meningkatkan output dan produktifitas
para petani kecil. Berbagai kebijakan yang sebaiknya diberikan pemerintah demi terlaksananya
proses pembangunan daerah pedesaan antara lain adalah :
a. Pemenuhan Anggaran Infrastruktur Daerah
Stimulus yang mampu mengubah dan memperlancar roda pembangunan ekonomi
pinggiran di desa adalah keberadaan dan pemanfaatan dana desa. Karena program desa akan
berjalan sesuai target waktu dan sesuai harapan apabila didukung oleh dana desa yang akan
memperlancar proses pembangunan di desa. Bila infrastruktur di daerah pedesaan dibangun
dengan baik maka arus transportasi dan pengangkutan dari desa ke kota atau sebaliknya akan
lancar. Dengan dukungan alokasi dana desa diharapkan bisa dimanfaatkan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat
b. Pendirian Koperasi Unit Desa (KUD)
Koperasi Unit Desa (KUD) tentunya sangat penting untuk dilakukan. Mengapa? Karena
dengan KUD masyarakat pedesaan akan merasa terbantu. Masyarakat dapat menjual berbagai
hasil pertanian dengan mudah di KUD. Bahkan masyarakat dapat membeli berbagai
16
kebutuhan untuk pertanian seperti benih, pupuk, dan obat hama di KUD dengan harga yang
lebih murah jika dibandingkan membelinya di tempat lain.
c. Pendirian Koperasi Simpan Pinjam
Ketika masyarakat pedesaan sangat membutuhkan biaya atau dana untuk kebutuhan
sehari-hari maupun digunakan sebagai modal lahan pertanian, maka masyarakat tidak perlu
lagi meminjam uang melalui usaha perkreditan swasta yang menerapkan sistem bunga karena
itu bisa menjadi boomerang bagi masyarakat pedesaan itu sendiri. Dengan adanya koperasi
simpan pinjam masyarakat akan sangat terbantu untuk mendapatkan pinjaman dana. Karena
koperasi simpan pinjam pada dasarnya didirikan atas dasar kekeluargaan dan persaudaraan
biasanya pemberian pinjaman diberikan dengan bunga yang lunak. Akan lebih baik lagi jika
koperasi simpan pinjam ini bisa dikelola oleh masyarakat desa sendiri, dengan begitu rasa
kekeluargaan dan persaudaraan yang ada di dalamnya akan lebih terasa.
d. Pemberian Penyuluhan, Pelatihan Dan Pendampingan Kepada Masyarakat
Sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk memperkuat pengetahuan dan kemampuan
petani dengan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan para petani.
Pemerintah melalui dinas pertanian daerah bisa memberikan pelatihan rutin kepada
masyarakat. Misalnya, melakukan berbagai pelatihan pembuatan pupuk kompos, Pupuk
organik cair, pestisida nabati hingga biopestisida hayati. Pelatihan ini dilakukan agar para
petani memiliki kemampuan lebih dalam bertani sehingga dapat meningkatkan hasil output
pertanian. Diharapkan dengan adanya penyuluhan, pelatihan dan pendampingan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan yang dimiliki petani. Diharapkan dengan adanya
pelatihan dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat pedesaan.
A. Faktor Pendukung Dan Penghambat Terhadap Pengembangan Pemberdayaan
Masyarakat Di Bidang Pertanian
1. Faktor pendukung terhadap pengembangan pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanian :
a. Sistem Pendidikan Formal Yang Maju
Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang baik mudah menerima perubahan.
Pendidikan juga memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka pikiran
dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional dan objektif. Hal ini akan memberikan
17
kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi
perkembangan zaman atau tidak.
b. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kekuatan, legalitas, dan otoritas yang memberikan wewenang
kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.
Tanpa kekuasaan bagaimana mungkin seorang pemimpin mampu menjalankan tugasnya
karena hanya dengan kewenanganlah seseorang berhak memerintah orang lain.
c. Adanya Orientasi Untuk Maju ( Masa Depan)
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang
lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status
sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya.
2. Faktor penghambat terhadap pengembangan pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanian :
a. Kepentingan Kelompok
Kepentingan individu atau kelompok demi ambisi pribadi juga bisa menghambat
perubahan sosial. Individu atau kelompok berkepentingan itu akan berupaya menghambat
setiap ada perubahan-perubahan baru yang mengusik kepentingan mereka.
b. Kualitas Sumber Daya Manusia Yang Rendah
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan dalam bidang
ekonomi adalah SDM. Kualitas SDM yang rendah akan menghambat pembangunan pada
pedesaan. Rendahnya kualitas SDM dapat berdampak pada rendahnya tingkat
produktivitas dan tingkat partisipasi dalam dunia kerja.
18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembangunan suatu negara memiliki tujuan dan peran penting demi mengubah tatanan
hidup masyarakat yang lebih baik salah satunya perbaikan di sektor pertanian dengan melakukan
transformasi pertanian dan pembangunan perdesaan yakni proses dari sebuah perubahan secara
berangsur-angsur sehingga pada tahap keadaan bisa lebih baik yang mengarahkan perubahan
pada bentuk yang sudah dikenal sebelumnya melalui proses menggandakan atau
melipatgandakan. Salah satu faktor adanya transformasi pertanian untuk memudahkan
pengelolaan sumber daya yang telah ada sebelumnya dengan optimal sehingga memberikan hasil
yang lebih baik. Tetapi, pertanian di negara berkembang mengalami penurunan kinerja di
pertanian karena dasar pemikiran negara berkembang untuk mengubah perekonomian agraris
menjadi industri padahal strategi itu belum cocok mengingat infrastruktur pembangunan industri
di negara tersebut memang belum tersedia secara lengkap. Ini akan menimbulkan masalah
seperti Lapangan pekerjaan di kota semakin sedikit, lahan garapan pertanian di desa mulai
terbengkelai, semakin sedikitnya tenaga kerja yang ada untuk mengelola lahan pertanian, dan
terabaikannya sektor pertanian.
Hal yang tepat dilakukan untuk memperbaiki tatanan ekonomi yang ada di negara berkembang
agraris yang mempunyai daerah pertanian yang luas adalah dengan membangun daerah
perdesaan, ini memberikan dampak baik bagi sector pertanian dan akan meningkatkan
pendapatan riil desa, dengan itu desa dapat membangun jalan dan infrastuktur lainnya serta
perekonomian nasional negara yang bersangkutan pasti akan berjalan ke arah yang lebih baik
dimana distribusi pendapatan di negara yang bersangkutan itu dapat terlaksana. Oleh karena itu,
dengan mengelola potensi alam yang ada dapat meningkatkan kesejahteraan bagi para pengelola
pertanian. Selain itu, upaya untuk meningkatkan sektor pertanian dengan modernisasi pertanian
mutlak diperlukan bagi kemajuan dalam pembangunan pertanian sebab modernisasi merupakasn
salah satu syarat agar dapat bersaing dan dapat meningkatkan kualitas hasil pertanian.
19
Saran
Sebaiknya jika negara berkembang ingin melakukan peningkatan perekonomian
nasionalnya melalui proses pembangunan sektor pertanian dan pedesaan janganlah meniru
berbagai metode yang sudah dilakukan oleh berbagai negara maju dalam membangun sektor ini
karena apa landasan dan dasar yang mereka lakukan dalam struktur perekonomian negara
mereka itu belum tentu cocok terhadap kondisi atau keadaan internal negara berkembang.
Negara berkembang boleh saja mempelajari berbagai cara yang dilakukan oleh negara maju
dalam memajukan perekonomian mereka melalui pembangunan sektor pertanian dan pedesaan
ini, setelah mempelajari hal tersebut kemudian negara berkembang bisa menilai apa saja hal-hal
yang bisa mereka contoh dan mereka lakukan pada negara mereka sendiri.
20
DAFTAR PUSTAKA
Sri Hery Susilowati. 2016. Fenomena Penuaan Petani Dan Berkurangnya Tenaga Kerja Muda
Serta Implikasinya Bagi Kebijakan Pembangunan Pertanian.
Todaro, Michael P., Stephen C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, Edisi
Kedelapan Buku 1. Terjemahan oleh Haris Munandar dan Puji A. L. 2003. Jakarta:
Erlangga.
Churiyah, Madziatul. 2006. Model Pembangunan Pertanian Melalui Penerapan Agropolitan dan
Agrobisnis Dalam Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Daerah. Modernisasi 2(1), 50-
56.
https://www.wartaekonomi.co.id/read229990/dana-desa-sebagai-pelumas-roda-
pembangunan-ekonomi-desa
21
22