Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN

“TRANSFORMASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH PEDESAAN”


Dosen Pengampu:
Dian Rachmawati, S.E, M.Pd.

Kelompok 4:
(Mohammad Ikhsan) (190431626465)
(Muhammad Rudy Alamsyah) (190431626429)
(Niken Permata Sari) (190431626402)
(Novi Kholidiya Rahmawati) (190431626445)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PENDIDIKAN EKONOMI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
2.1 Definisi Transformasi Pertanian dan Pembangunan Pedesaan.............................................4
2.2 Penyebab Semakin Memburuknya Kinerja Pertanian Pada Negara Berkembang..............6
2.1.1 Perubahan Struktur Tenaga Kerja Pertanian Berdasarkan Umur..........................................8
2.3 Tahap-tahap Pembangunan Pertanian..................................................................................12
2.4 Pembangunan Daerah Pedesaan, Kebijakan-Kebijakan Pendukungnya, Serta
Keterpaduan Antara Tujuan Pendukung..........................................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................................19
Kesimpulan..........................................................................................................................................19
Saran.....................................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan suaru negara memiliki tujuan dan peran penting demi mengubah tatanan hidup
masyarakat yang lebih baik. Di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia akibat
pandemi covid-19, Indonesia mengalami perbaikan khususnya di sektor pertanian. Hal ini
didukung dengan adanya pertumbuhan di subsektor pertanian, seperti tanaman pangan,
holtikultura dan lainnya. Dengan adanya kestabilan pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian,
diharapkan mampu meningkatkan kontribusi perekonomian Indonesia sesuai target nawacita
Presiden, yakni salah satu nawacitanya adalah menjadi lumbung pangan dunia di tahun 2045.

Prioritas dari nawacita ini mengarahkan pembangunan pertanian sebagai wujud dari
kedaulatan pangan, diantaranya yaitu mencukupi pangan dari produksi dalam negeri, mengatur
kebijakan pangan secara mandiri, dan melindungi serta menyejahterakan petani selaku pelaku
utama usaha. Dengan adanya potensi pertanian Indonesia sudah seharusnya dengan adanya
keanekaragaman sumber daya ini Indonesia bisa memanfaatkan secara optimal. Banyak lahan
pertanian yang belum optimal, lahan kering, rawa-rawa, hal ini perlu adanya inovasi teknologi
yang bisa menjadikan tingginya produktivitas di pertanian. Selain itu, karena penduduk
Indonesia berdasarkan hasil sensus 2010, bahwa tahun 2010-2040 akan didominasi dengan
banyaknya usia muda, perlu adanya peningkatan skill dan keterampilan dari para penerus
generasi bangsa. Jika tidak pertumbuhan penduduk ini akan menghambat pertumbuhan pada
bidang pertanian.

Dengan adanya perbaikan di bidang pertanian akan berpengaruh juga terhadap pembangunan
di wilayah pedesaan. Pembangunan Desa telah diatur pada UU Nomor 6 Tahun 2014, bahwa
desa memiliki makna kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan , kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan NKRI.

Desa erat dengan tatanan sosial dan budayanya, serta pendidikan rata-rata yang masih
rendah, inilah yang menjadi hambatan dalam pembangunan desa. Dalam pembangunan desa
lebih difokuskan pada penguatan kelembagaan, pengembangan modal, dan kemandirian

2
masyarakat dalam pengelolaan pembangunan. Maka dari itu adanya transformasi bidang
pertanian akan mendorong adanya inovasi baru terhadap pengelolaan sumber daya yang ada
yang dimana hal ini juga dapat mengembangkan pembangunan di wilayah pedesaan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas makalah ini berisi tentang :
1) Apa definisi dari transformasi pertanian dan pentingnya transformasi pertanian ?
2) Apa penyebab semakin memburuknya kinerja pertanian pada negara berkembang?
3) Apa saja tahapan pembangunan pertanian?
4) Bagaimana melakukan pembangunan pedesaan beserta kebijakannya?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan tentang bagaimana
melakukan pembangunan daerah pedesaan dengan adanya transformasi pertaniaan,
mengetahui strategi apa yang akan digunakan agar modernisasi pertanian bica dicapai, dan
yang terpenting adalah bagaimana peran penting sebuah transformasi pertanian terhadap
pembangunan pedesaan maupun pembangunan ekonomi sebuah negara.

1.4 Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini adalah sebagai penambah wawasan dan bahan bacaan.
Selain itu, penyusunan makalah ini sebagai bahan materi presentasi dan pengumpulan tugas
mata kuliah ekonomi pembangunan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Transformasi Pertanian dan Pembangunan Pedesaan


Menurut KBBI transformasi adalah perubahan struktur gramatikal menjadi struktur
gramatikal lain dengan menambah, mengurangi, atau menata kembali unsur-unsurnya. Dengan
kata lain transformasi merupakan proses dari sebuah perubahan secara berangsur-angsur
sehingga pada tahap keadaan bisa lebih baik, perubahan ini memberikan respon dari adanya
pengaruh eksternal atau internal yang mengarahkan perubahan pada bentuk yang sudah dikenal
sebelumnya melalui proses menggandakan atau melipatgandakan.

Dapat digaris bawahi bahwa transformasi berarti perubahan berdasarkan apa yang sudah
ada sebelumnya kemudian membuat bentuk baru yang menjadikannnya lebih baik. Sedangkan
definisi dari transformasi pertanian sendiri berarti sebuah perubahan dari pertanian tradisional
kepada pertanian modern dimana perubahannya tersebut membawa ke arah yang lebih baik
daripada sebelumnya.

Habraken, 1976 yang dikutip oleh Pakilaran, 2006 menguraikan faktor-faktor yang
menyebabkan transformasi yaitu sebagai berikut :
1) Kebutuhan identitas diri (identification) pada dasarnya orang ingin dikenal dan ingin
memperkenalkan diri terhadap lingkungan.
2) Perubahan gaya hidup (Life Style) perubahan struktur dalam masyarakat, pengaruh
kontak dengan budaya lain dan munculnya penemuan-penemuan baru mengenai manusia
dan lingkuangannya.
3) Pengaruh teknologi baru timbulnya perasaan ikut mode, dimana bagian yang masih dapat
dipakai secara teknis (belum mencapai umur teknis dipaksa untuk diganti demi mengikuti
mode.

Pertanian adalah sebuah kegiatan yang memanfaatkan sumber daya hayati yang
dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, sumber energi, bahan baku dan
lainnya. Kegiatan memanfaatkan sumberdaya hayati ini biasa disebut dengan bercocok tanam.
Bidang pertanian erat sekali dengan negara yang agraris, contohnya Indonesia. Berkaitan dengan
hal itu Presiden telah membentuk suatu nawacita yang ingin menjadikan Indonesia sebagai

4
lumbung dunia. Maka dari itu pemanfaatan keanekaragaman sumber daya, keterampilan
masyarakat, dan inovasi teknologi dibutuhkan demi tercapainya tujuan yang telah diharapkan,
salah satunya adalah menyejahterakan masyarakat , khususnya wilayah pedesaan.

Salah satu faktor dari adanya transformasi pertanian ini adalah memudahkan pengelolaan
sumber daya yang telah ada sebelumnya dengan optimal sehingga memberikan hasil yang lebih
baik. Contohnya adalah penambahan inovasi teknologi canggih ke dalam pertanian, mengatur
pengelolaan secara mandiri sehingga masyarakat pedesaan bisa mengembangkan keterampilan
yang dimilikinya. Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga
memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha,
pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan
pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini
dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka hal itu bisa disebut
dengan pertanian intensif. Oleh karenanya, para generus bangsa sudah seharusnya melatih
keterampilan dan mempertajam pengetahuannya agar hal itu tidak menghambat pertumbuhan di
sektor pertanian di kemudian hari.

Pertanian lebih dekat dengan pedesaan, dimana desa adalah kesatuan organisasi
kehidupan sosial di dalam daerah terbatas. Desa memiliki ciri-ciri yaitu diferensiasi sosial yang
rendah, kehidupan yang sederhana, kepadatan penduduk yang masih tergolong rendah, dan rata-
rata pekerjaannya bersifat homogen atau sama. Transformasi pertanian ini mengarahkan pada
pembangunan di wilayah pedesaan.

Pembangunan pedesaan adalah pembangunan yang berbasis pedesaan dengan


mengedepankan kearifan lokal di kawasan pedesaan. Pembangunan pedesaan dibentuk atas dasar
adanya kesenjangan terhadap wilayah-wilayah yang sudah maju dan wilayah-wilayah yang
sudah berkembang . Kesenjangan ini terjadi karena pembangunan ekonomi sebelumnya
cenderung bias di wilayah perkotaan. Dari adanya kebiasan pembangunan di perkotaan
mengakibatkan kemerosotan di pertanian yang identik dengan ekonomi pedesaan.

Pembangunan pedesaan diberlakukan untuk memperkuat fondasi perekonomian negara,


mempercepat pengentasan kemiskinan, dan pengurangan kesenjangan perkembangan antar
wilayah. Dalam realisasinya, pembangunan pedesaan memungkinkan sumber-sumber
pertumbuhan ekonomi digerakkan ke pedesaan sehingga desa menjadi tempat yang menarik

5
sebagai tempat tinggal dan mencari penghidupan. Infrastruktur desa seperti layanan kesehatan,
sarana dan prasarana transportasi, listrik, telepon, sarana pendidikan, dan sarana-sarana lain yang
dibutuhkan harus bisa disediakan sehingga memungkinkan desa maju dan berkembang.

Skala pembangunan pedesaan yang meliputi pedesaan perkotaan adalah sebagi berikut :

1) Pengembangan ekonomi lokal


2) Pemberdayaan masyarakat
3) Pembangunan sarana dan prasarana
4) Pengembangan kelembagaan

Selanjutnya pengembangan perkotaan dan pedesaan bisa menjadi satu kesatuan ekonomi
dan kawasan serta pengembangan kegiatan pertanian secara modern melalui mekanisme dan
industrialisasi pertanian dan penerapan standar minimum yang sama antara wilayah desa dan
kota. Pembangunan pedesaan tetap berdasarkan struktur demografi masyarakat, sosial
budayanya, karakteristik fisik/geografis, sektor kelembagaan desa dan lainnya sehingga dalam
pembangunan pedesaan tetap berlandaskan pada kearifan lokal.

2.2 Penyebab Semakin Memburuknya Kinerja Pertanian Pada Negara Berkembang


Penyebab semakin memburuknya kinerja pertanian di negara berkembang adalah karena
banyak negara berkembang yang memiliki daerah pertanian yang cukup luas namun tidak bisa
memanfaatkan kelebihan luas lahan pertanian yang mereka miliki. Negara tersebut masih
terpengaruh oleh para teoritisi barat bahwa yang didengung-dengungkan adalah bagaimana cara
membangun dan memajukan perekonomian suatu bangsa yaitu dengan cara mengubah
perekonomian agraris menjadi perekonomian industri, dan banyak negara berkembang yang
meletakkan dasar pemikiran itu dalam struktur tatanan perekonomian mereka. Ternyata strategi
tersebut sangat tidak cocok untuk diterapkan di negara-negara tersebut. Hal ini terjadi karena
memang infrastruktur pembangunan industri di negara tersebut memang belum tersedia secara
lengkap. Maka salah satu akibat yang ditimbulkan dari masalah ini adalah tingginya angka
migrasi para penduduk dari desa ke kota yang sebenarnya daerah perkotaan sudah terlampau
padat bagi para penduduk sementara lahan garapan pertanian yang ada di desa ditinggalkan dan
tidak ada generasi penerus yang akan mengelola karena para pemuda dan pemudi desa memilih
untuk melakukan migrasi ke kota agar bisa bekerja di perkantoran atau di sektor industri lain
dengan harapan memperoleh standar hidup yang lebih baik.

6
Dari kejadian ini maka sebab dan masalah yang ditimbulkan di negara tersebut adalah :

1. Lapangan pekerjaan di kota semakin sedikit. Hal ini diakibatkan karena banyaknya
tenaga kerja yang mencari pekerjaan disana sehingga terjadi persaingan yang sangat ketat
antara para pencari kerja.

2. Lahan garapan pertanian di desa mulai terbengkelai. Hal ini diakibatkan karena para
pemuda dan pemudi desa melakukan migrasi ke kota untuk mencari pekerjaan disana
sehingga orangtua mereka di desa yang sudah berumur tua kerepotan untuk mengelola
lahan petaniannya yang luas. Sehingga produktivitas mereka berangsur- angsur turun
seiring bertambahnya usia mereka.

3. Semakin sedikitnya tenaga kerja yang ada untuk mengelola lahan pertanian yang luas di
daerah pedesaan maka produktivitas sektor pertanian tersebut juga akan turun.
Dampaknya juga akan dirasakan oleh negara tersebut yaitu dimana negara-negara yang
memiliki lahan pertanian yang luas sudah mulai mengimpor bahan pangan untuk menjaga
kestabilan pangan nasional mereka contoh yang paling jelas adalah di negara kita sendiri.
Hal ini tentu sangat memprihatinkan mengingat negara kita mempunyai lahan pertanian
yang cukup luas tetapi negara kita harus mengimpor bahan pangan dari negara yang luas
lahan pertaniannya lebih kecil dari negara kita. Sebenarnya jika lahan pertanian negara
kita dikelola dengan baik maka negara kita tidak perlu mengimpor bahan pangan bahkan
jasa negara kita bisa menjadi negara pengekspor bahan pangan.

4. Hal yang juga menjadi penyebab utama dari semakin memburuknya kinerja pertanian
adalah terabaikannya sektor yang sangat penting dalam perumusan prioritas
pembangunan oleh pemerintahan negara yang bersangkutan. Terabaikannya sektor
pertanian tersebut diperparah lagi dengan gagalnya pelaksanaan investasi dalam
perekonomian industri perkotaan, yang terutama disebabkan oleh kesalahan dalam
memilih strategi industrialisasi substitusi impor dan penetapan nilai kurs yang terlalu
tinggi.

Perpindahan penduduk dari desa ke kota itu dinilai juga menjadi salah satu penyebab
turunnya produktifitas pertanian di Indonesia. Salah satu penyebab urbanisasi adalah keinginan

7
untuk mencari penghidupan yang layak di kota karena pendapatan mereka sebagai petani tidak
mampu mencukupi kebutuhan. Tantangan yang dihadapi para petani semakin banyak. Selain
tingkat kesejahteraan yang rendah karena upah yang diterima juga rendah, mereka juga
dihadapkan pada semakin berkurangnya luas lahan pertanian karena harus berhadapan dengan
industrialisasi. Generasi muda juga tidak mau menjadi petani karena melihat para pendahulunya
tidak bisa hidup sejahtera.

Penyebab menurunnya minat tenaga kerja muda di sektor pertanian terutama adalah citra
sektor pertanian yang kurang bergengsi dan kurang bisa memberikan imbalan memadai. Hal ini
berpangkal dari relatif sempitnya rata-rata penguasaan lahan usaha tani. Alasan lain adalah cara
pandang dan way of life tenaga kerja muda telah berubah di era perkembangan masyarakat
postmodern seperti sekarang. Bagi anak-anak muda di perdesaan, sektor pertanian makin
kehilangan daya tarik. Bukan sekedar karena secara ekonomi sektor pertanian makin tidak
menjanjikan, tetapi keengganan anak-anak muda untuk bertani sesungguhnya juga dipengaruhi
oleh subkultur baru yang berkembang di era digital seperti sekarang.

Krisis petani muda di sektor pertanian dan dominannya petani tua memiliki konsekuensi
terhadap pembangunan sektor pertanian berkelanjutan, khususnya terhadap produktivitas
pertanian, daya saing pasar, kapasitas ekonomi perdesaan, dan lebih lanjut hal itu akan
mengancam ketahanan pangan serta keberlanjutan sektor pertanian. Indonesia sebagai negara
dengan basis agraris masih memiliki ketergantungan dari komoditas impor untuk produk-produk
tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan. Surplus sektor pertanian secara total merupakan
sumbangan sektor perkebunan. Kondisi ini mengindikasikan adanya permasalahan besar terkait
ketahanan pangan nasional. Tatkala sisi permintaan meroket sejalan dengan tingkat konsumsi
nasional sebagai akibat adanya perubahan demografis dan meningkatnya kelas menengah,
namun dari sisi penawaran tingkat produksi domestik pertanian tanaman pangan tidak mampu
memenuhinya. hasil, kelebihan permintaan ini harus ditambal dengan impor. Pernyataan ini
bukan untuk menunjukkan perlunya kebijakan anti-impor tetapi lebih untuk menunjukkan ironi
dan miss- management.

2.1.1 Perubahan Struktur Tenaga Kerja Pertanian Berdasarkan Umur


1. Batasan Umur Petani Muda

8
Definisi dan batasan umur seseorang disebut sebagai pemuda bervariasi menurut beberapa
sumber. Pemuda adalah sosok individu yang berusia produktif yang bila dilihat secara fisik dan
psikis sedang mengalami perkembangan. Pemuda umumnya mempunyai karakter spesifik yang
dinamis, optimis, dan berpikiran maju. Pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan
baik saat ini maupun masa datang, sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan
generasi sebelumnya.

Di Indonesia, batasan pemuda disebutkan oleh Indonesian Youth Employment Network


(IYEN). ‘Kaum muda’ adalah mereka yang berada dalam kelompok usia 15–29 tahun (ILO
2007), sedangkan UU Nomor 40 Tahun 2009 pasal 1 ayat (1) tentang Kepemudaan menya- takan
pemuda adalah yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan, berusia 16
sampai 30 tahun. Karakteristik yang menandai anak-anak muda, secara garis besar, adalah anak-
anak muda berada pada tahap perkembangan, yang mana sikap dan nilai- nilainya sedang pada
tahap pembentukan dalam mengambil ideologi-ideologi tertentu. Di beberapa negara, batasan
umur tenaga kerja disebut sebagai tenaga kerja/petani muda (young farmer) menjadi penting
untuk menentukan seseorang eligible (berhak) memperoleh insentif dalam melakukan atau
memulai bisnis di sektor pertanian. Beberapa negara memiliki kebijakan insentif untuk menarik
tenaga kerja muda ke sektor pertanian. Kriteria batas seseorang disebut sebagai pemuda pada
kenyataannya berbeda menurut negara dan keperluan. Di Indonesia, batasan umur tenaga kerja
yang bekerja atau mulai bekerja di sektor pertanian tidak secara ketat diatur karena tidak
mempunyai implikasi apapun yang berkaitan dengan fasilitas atau insentif pemerintah untuk
petani muda.

Dalam konteks keterlibatan tenaga kerja muda di sektor pertanian, beberapa negara
menggunakan batasan umur yang bervariasi, dikaitkan dengan insentif yang berhak diterima oleh
pemuda tani yang berusaha di pertanian atau pemuda yang akan mengawali bisnis pertanian.
Beberapa kajian tentang pemuda tani menggunakan batasan umur yang berbeda. Studi oleh
Katchova dan Ahearn (2014) tentang implikasi pemilikan dan sewa lahan bagi pemuda tani dan
petani pemula (beginner farmer) di Amerika Serikat, menggunakan batasan umur 35 tahun untuk
petani muda. Davis et al. (2013) menggunakan batas umur 35 tahun untuk disebut sebagai petani
muda. Pemerintah Australia menggunakan batasan umur 40 tahun sebagai pemuda tani yang
berhak memperoleh skim finansial (financial scheme) (Murphy 2012).

9
2. Fenomena penuaan petani

Pada tataran global, isu penuaan petani kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan
isu-isu lain, misalnya isu penurunan produksi akibat perubahan iklim, padahal masalah penuaan
petani merupakan tantangan demografi serius yang perlu mendapat perhatian karena menyangkut
keberlanjutan sektor pertanian. Peningkatan jumlah petani berusia tua lebih dari 60 tahun,
sebaliknya semakin berkurangnya petani muda, terjadi di hampir seluruh belahan dunia.
Perubahan struktural demografi ketenagakerjaan sektor pertanian juga terjadi di negara-negara
Asia, Eropa, maupun benua Amerika, Kanada, dan negara- negara di bagian benua lainnya. Hal
ini menunjukkan bahwa menurunnya minat tenaga kerja pertanian sudah menjadi fenomena
umum yang perlu mendapat perhatian secara serius dari pengambil kebijakan dalam rangka
menyelamatkan sektor pertanian. Gambaran perubahan struktural demografi tenaga kerja di
sektor pertanian yang diuraikan di bawah memperkuat fenomena umum yang mengarah pada
semakin menuanya petani dan berkurangnya tenaga kerja muda di sektor pertanian. Isu penuaan
petani dan keragaannya di beberapa negara perlu dikaji dalam rangka mencari alternatif
kebijakan guna mendorong tenaga kerja muda masuk ke sektor pertanian, terutama pada era
perdagangan bebas dewasa ini. Berikut ulasan fenomena penuaan petani di Indonesia dan di
beberapa negara lainnya.

 Indonesia

Sudah menjadi fenomena umum bahwasanya perubahan struktural demografi


ketenagakerjaan sektor pertanian di Indonesia mengarah pada fenomena penuaan petani.
Perubahan tersebut terjadi dari periode ke periode secara konsisten. Perkembangan
ketenagakerjaan pertanian memperkuat fenomena tenaga kerja muda perdesaan cenderung tidak
memilih pertanian sebagai pekerjaan mereka. Mereka cenderung pergi ke kota untuk mencari
pekerjaan di sektor lain. Keputusan tenaga kerja muda tersebut terutama karena adanya faktor
pendorong, di antaranya lahan pertanian yang semakin sempit dan tidak ekonomis untuk
diusahakan. Dari sisi pandang ekonomi, keputusan tenaga kerja muda perdesaan untuk mencari
pekerjaan di luar sektor pertanian adalah rasional, mengingat sektor pertanian dipandang tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Tenaga kerja muda yang baru memulai usaha di sektor pertanian memiliki kemampuan
finansial yang terbatas untuk memiliki lahan luas, kecuali mereka memperoleh warisan atau
10
mengerjakan milik orang tua. Dengan luasan penguasaan lahan kurang dari 0,25 ha, sangat tidak
menarik bagi petani muda untuk memulai berbisnis di pertanian yang berbasis lahan atau usaha
tani konvensional (misalnya usaha tani tanaman pangan). Hasil analisis Lokollo et al. (2007)
terhadap data Sensus Pertanian 1983 dan 1993 menunjukkan penurunan jumlah petani berusia
kurang dari 35 tahun, yang sebagian besar penguasaan lahannya hanya sekitar 0,25 ha. Jika
dilakukan disagregasi menurut subsektor, akan nampak ke subsektor apa minat tenaga kerja
muda yang masih terlibat di sektor pertanian. Masih dari hasil analisis Lokollo et al. (2007),
tenaga kerja muda yang berusaha di sektor pertanian dominan berada di subsektor hortikultura,
dan berikutnya adalah subsektor pangan.

Relatif tingginya minat tenaga kerja muda di subsektor hortikultura sangat beralasan
mengingat komoditas-komoditas subsektor hortikultura adalah high value commodities yang
dapat menghasilkan nilai pendapatan lebih tinggi dengan luasan lahan relatif sempit
dibandingkan dengan komoditas subsektor tanaman pangan. Dengan mengetahui peta seperti
tersebut, akan berguna dalam membangun program-program pemberdayaan tenaga kerja muda
ke sektor pertanian, yang seyogianya diarahkan pada aktivitas-aktivitas yang digemari oleh
tenaga kerja muda. Menurunnya persentase tenaga kerja muda, sebaliknya meningkatnya
persentase tenaga kerja usia tua, secara implisit juga menunjukkan bahwa ada mismatch antara
jenis kesempatan kerja yang diinginkan oleh tenaga kerja muda di perdesaan dengan kesempatan
kerja yang tersedia. Ketidakcocokan keterampilan diterjemahkan sebagai tenaga kerja dengan
tingkat pendidikan atau keterampilan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari apa yang
dibutuhkan oleh pekerjaan tertentu.

Kaitannya dengan kualitas pendidikan tenaga kerja muda di sektor pertanian, semakin
tinggi pendidikan tenaga kerja muda di perdesaan, maka mereka akan semakin selektif dalam
memanfaatkan kesempatan kerja di perdesaan. Sepanjang sektor pertanian belum mampu
menumbuhkan image bahwa pekerjaan di sektor pertanian juga dapat memberikan kebanggaan
dan prospek pendapatan yang baik, maka semakin membaiknya tingkat pendidikan tenaga kerja
muda tidak akan berpengaruh banyak bagi kualitas tenaga kerja pertanian. Sektor pertanian akan
tetap ditinggalkan oleh tenaga kerja muda yang berpendidikan tinggi. Pengurangan serapan
tenaga kerja pertanian memang merupakan proses yang dikehendaki dalam menghadapi
perubahan struktur ekonomi nasional menuju industrialisasi. Dengan pengurangan penyerapan

11
tenaga kerja pertanian, maka beban sektor pertanian yang selama ini berperan sebagai bumper
nasional untuk penyerapan tenaga kerja juga akan berkurang.

Dengan demikian, diharapkan akan meningkatkan produktivitas pertanian. Namun, apa


yang terjadi jika tenaga kerja yang keluar justru tenaga kerja usia muda berpendidikan tinggi dan
berkualitas, sementara tenaga kerja yang tersisa di pertanian lebih banyak tenaga kerja tua
dengan produktivitas kerja yang mulai menurun? Padahal, menurut hasil kajian Hukom (2014),
ada hubungan secara nyata antara perubahan struktur penyerapan tenaga kerja dengan
kesejahteraan masyarakat. Peningkatan partisipasi angkatan kerja, khususnya tenaga kerja
produktif dan berkualitas, akan menyebabkan produktivitas tenaga kerja meningkat dan
selanjutnya pendapatan per kapita masyarakat menjadi meningkat.

2.3 Tahap-tahap Pembangunan Pertanian


Bagi pembangunan ekonomi, sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting,
khususnya pada negara agraris beriklim tropis dan termasuk negara dengan zona khatulistiwa.
Kemajuan dalam bidang pertanian akan terwujud jika para perencana pembangunan, dalam hal
ini pemerintah bersungguh-sungguh dalam mengelola potensi alam yang ada dan dapat
meningkatkan kesejahteraan para pengelola pertanian. Cara tersebut dapat ditempuh dengan cara
menaikkan harga atas produk-produk pertanian yang mereka hasilkan. Ukuran sektor pertanian
menjadikan sektor yang mempunyai peranan penting dalam menyediakan input, yaitu tenaga
kerja bagi sektor industri dan seKtor-sektor modern lainnya. Sektor pertanian juga merupakan
sumber modal utama bagi pertumbuhan ekonomi modern. Modal yang dimaksud berasal dari
tabungan yang diinvestasikan dan tabungan yang berasal dari pendapatan.

Dalam pembangunan pertanian dibutuhkan tahapan-tahapan tertentu, menurut Arsyad


dalam (Churiyah, 2006) terdapat tiga tahap pembangunan pertanian, yaitu:

a) Pertanian tradisional (pertanian subsisten)


 Menurut Todaro (2003), pertanian subsisten klasik, yaitu pertanian dimana sebagian
output dikonsumsi sendiri oleh keluarga petani, produk andalannya adalah biji-bijian
bahan pangan pokok (staple food) saja, dan tingkat outputnya rendah karena
menggunakan peralatan tradisional yang masih sangat sederhana serta investasi modal
yang minim. Sedangkan faktor-faktor produksi yang utama adalah lahan dan tenaga kerja.
b) Penganekaragaman produk pertanian

12
 Menurut Todaro (2003), tahap ini juga dapat disebut pertanian campuran dan pertanian
yang terdiversifikasi, tahap ini merupakan proses transisi yang harus dilalui dalam proses
peralihan dari pertanian subsisten atau tradisional menjadi produk yang terspesialisasi.
Oleh karena itu, penganekaragaman pertanian (diversified farming) merupakan suatu
langkah pertama yang cukup logis dalam masa transisi dari pertanian tradisional ke
pertanian modern (komersial). Dimana pada tahap ini tanaman pokok tidak lagi
mendominasi produk pertanian, karena tanaman-tanaman perdagangan yang baru seperti;
buah-buahan, kopi, coklat, teh, dan lain-lain, sudah mulai dijalankan bersama dengan
usaha peternakan yang sederhana.
c) Pertanian komersial modern
 Tahap ini juga dikenal dengan istilah pertanian spesialisasi atau pertanian khusus. yang
menggambarkan tingkat pertanian yang paling maju. Dalam pertanian modern pengadaan
sumber pangan untuk kebutuhan individu, rumah tangga dan jumlah surplus juga bisa
dijual, bukan lagi tujuan pokok. Apa yang sudah menjadi tujuannya sudah lebih luas
cakupannya dari hal tersebut. Keuntungan komersial merupakan ukuran dari keberhasilan
dan nilai maksimum per hektar dari hasil upaya manusia dan sumber daya alam
merupakan tujuan utama dari kegiatan pertanian (Todaro, 2003). Dengan demikian
seluruh produksi diorientasikan untuk kebutuhan pasar. Dalam pertanian modern yang
menjadi titik beratnya ialah hanya terkonsentrasi pada satu jenis tanaman tertentu,
komoditas yang ditanam terspesialisasi, dimana pengelolaannya menggunakan peralatan
modern, penghimpunan modal yang besar, serta kegiatan-kegiatan penelitian dan
pengembangan ilmiah. Hal itu dilakukan untuk terus mendorong tingkat output dan
tingkat produktivitas yang sebesar-besarnya. Sistem pertanian modern saat ini sering
dikenal dengan istilah agribisnis.
Dalam upaya meningkatkan produksi pertanian, petani wilayah pedesaan semakin lama
semakin tergantung pada sumber dari luar lingkungannya. Sebab kondisi tersebut, diperlukan
pembangunan pertanian yang harus dilakukan secara berkesinambungan. Berdasarkan pendapat
Mosher yang dikutip oleh (Arsyad, 2004, dalam Churiyah) syarat-syarat pembangunan pertanian
agar pertanian dapat berkembang dengan baik dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Syarat mutlak, syarat ini harus lengkap. Jika salah satu syarat tidak terpenuhi maka
pembangunan pertanian akan terhenti. Adapun yang termasuk syarat mutlak adalah:

13
a. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani.
b. Teknologi (teknologi pertanian) yang senantiasa berkembang.
c. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
d. Adanya perangsang produksi bagi petani.
e. Tersedianya pengangkutan atau transportasi yang lancar dan kontinu.
2. Syarat-syarat atau sarana pelancar, syarat ini tidak mutlak tetapi kalau sarana tersebut ada
maka akan dapat mempercepat pembangunan pertanian. Syarat atau sarana tersebut adalah
meliputi:
a. Pendidikan pembangunan yang ditujukan kepada para petani.
b. Kredit produksi.
c. Kegiatan gotong royong petani.
d. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.
e. Perencanaan nasional pembangunan pertanian.

Modernisasi pertanian mutlak diperlukan bagi kemajuan dalam pembangunan pertanian


sebab modernisasi merupakasn salah satu syarat agar dapat bersaing dan dapat meningkatkan
kualitas hasil pertanian. Menurut Arsyad (2004, dalam Churiyah), ada beberapa strategi dalam
modernisasi pertanian, yaitu:

1. Perubahan teknologi dan inovasi, teknologi baru dan inovasi-inovasi dalam bidang pertanian
merupakan syarat bagi upaya peningkatan output dan produktivitas. Dalam strategi ini
terdapat dua sumber inovasi teknologi yang dapat dijadikan sebagai sumber peningkatan
hasil pertanian, yaitu:
a. Pengenalan terhadap mekanisasi pertanian sebagai ganti tenaga kerja manusia.
b. Inovasi biologis (bibit unggul, cara penanaman, dll) dan inovasi kimiawi (pupuk,
insektisida, pestisida, dll), serta teknologi perbaikan mutu tanah yang ada.
2. Perbaikan pola pemilikan tanah, struktur pertanian dan pola penggunaan tanah perlu
disesuaikan dengan tujuan ganda, yaitu meningkatkan produksi pangan dan meningkatkan
pemerataan keuntungan bagi petani secara luas.
3. Kebijaksanaan-kebijaksanaan penunjang, pembangunan pertanian tidak akan berhasil jika
pemerintah tidak memberikan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang menunjang, seperti insetif-
insentif yang diperlukan, kesempatan berusaha dalam kegiatan ekonomi, dan kemudahan

14
untuk memperoleh input yang diperlukan sehingga memungkinkan para petani bisa
meningkatkan output sekaligus produktivitasnya. Selain itu perlu penataan pola kepemilikan
tanah, pelayananpelayanan penunjang dan kebijakan dalam hal input dan output pertanian
mutlak diperlukan dalam pembangunan pertanian.
4. Tujuan pembangunan terpadu, pembangunan terpadu dapat diwujudkan melalui:
a. Perbaikan taraf hidup termasuk pendapatan, pendidikan, kesehatan atau nutrisi,
perumahan dan hal-hal yang berhubungan dengan jaminan jaminan sosial.
b. Mengurangi ketimpangan pemerataan pendapatan di pedesaan dari ketimpangan
perbedaan antara pedesaan dan perkotaan serta kesempatan-kesempatan berusaha.
c. Perbaikan kapasitas sektor pedesaan dari waktu ke waktu.

2.4 Pembangunan Daerah Pedesaan, Kebijakan-Kebijakan Pendukungnya, Serta


Keterpaduan Antara Tujuan Pendukung

Hal yang tepat dilakukan jika ingin memperbaiki tatanan ekonomi yang ada di negara
berkembang agraris yang mempunyai daerah pertanian yang luas adalah dengan membangun
daerah tersebut yang nantinya pasti akan ikut berperan serta dalam memperbaiki struktur tatanan
ekonomi di negara yang besangkutan. Dengan dibangunnya sektor pertanian yang baik di daerah
pedesaan maka akan memberikan dampak baik bagi daerah pedesaan karena sektor pertanian
merupakan sektor yang sangat berpengaruh bagi daerah pedesaan dalam hal untuk meningkatkan
pendapatan riil pedesaan. Jika hasil sektor pertanian yang ada di desa meningkat maka
pendapatan riil desa tersebut juga pasti akan meningkat. Jika pendapatan riil semakin meningkat
maka otomatis desa itu bisa melakukan pembangunan desa yang bersangkutan seperti
pembangunan jalan dan infrastruktur lainnya yang bisa memajukan desa tersebut. Dengan
demikian jika transformasi pertanian dan lingkungan pedesaan dapat terlaksana dengan baik,
maka perekonomian nasional negara yang bersangkutan pasti akan berjalan ke arah yang lebih
baik dimana distribusi pendapatan di negara yang bersangkutan itu dapat terlaksana.

Hal yang sering ditemui di negara berkembang adalah pada daerah pedesaan umumnya
mempunyai luas lahan yang sempit, modal relatif kecil, sedangkan jumlah tenaga kerja yang ada
melimpah. Itulah masalah yang sering terjadi mengapa pembangunan di pedesaan tidak sesuai
dengan harapan, dimana seharusnya tujuan utama pembangunan pertanian dan daerah pedesaan
di negara berkembang adalah untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat seperti peningkatan

15
pendapatan, total produksi atau output, dan produktifitas petani di daerah pedesaan tersebut,
namun harapan itu sering tidak terlaksana.
Agar pembangunan daerah pedesaan terlaksana dengan baik maka sudah diatur dalam
kebijakan landreform yang diatur dalam Undang-undang Nomor 56 Prp tahun 1960. Pemikiran
land reform tersebut adalah :
1. Mengalihkan kepemilikan lahan kepada para penyewa
2. Penggarap / petani bagi hasil yang secara langsung mengerjakan lahan yang dimaksud
3. Mengalihkan lahan perkebunan besar pada petani kecil.
4. Pembentukan koperasi pedesaan
5. Dekrit pemerintah yang menyatakan bahwa semua lahan pertanian adalah milik
pemerintah dan bagi para petani yang ingin memberdayakan lahan tersebut sebaiknya
diberikan berbagai akses dan kemudahan untuk menggarap lahan tersebut.

Namun pembangunan pertanian di daerah pedesaan tidak akan dapat terealisaisi secara
nyata tanpa didukung oleh serangkaian kebijakan pemerintah. Pemerintah harus memberikan
kesempatan atau peluang ekonomi dan kemudahan guna meningkatkan output dan produktifitas
para petani kecil. Berbagai kebijakan yang sebaiknya diberikan pemerintah demi terlaksananya
proses pembangunan daerah pedesaan antara lain adalah :
a. Pemenuhan Anggaran Infrastruktur Daerah
Stimulus yang mampu mengubah dan memperlancar roda pembangunan ekonomi
pinggiran di desa adalah keberadaan dan pemanfaatan dana desa. Karena program desa akan
berjalan sesuai target waktu dan sesuai harapan apabila didukung oleh dana desa yang akan
memperlancar proses pembangunan di desa. Bila infrastruktur di daerah pedesaan dibangun
dengan baik maka arus transportasi dan pengangkutan dari desa ke kota atau sebaliknya akan
lancar. Dengan dukungan alokasi dana desa diharapkan bisa dimanfaatkan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat
b. Pendirian Koperasi Unit Desa (KUD)
Koperasi Unit Desa (KUD) tentunya sangat penting untuk dilakukan. Mengapa? Karena
dengan KUD masyarakat pedesaan akan merasa terbantu. Masyarakat dapat menjual berbagai
hasil pertanian dengan mudah di KUD. Bahkan masyarakat dapat membeli berbagai

16
kebutuhan untuk pertanian seperti benih, pupuk, dan obat hama di KUD dengan harga yang
lebih murah jika dibandingkan membelinya di tempat lain.
c. Pendirian Koperasi Simpan Pinjam
Ketika masyarakat pedesaan sangat membutuhkan biaya atau dana untuk kebutuhan
sehari-hari maupun digunakan sebagai modal lahan pertanian, maka masyarakat tidak perlu
lagi meminjam uang melalui usaha perkreditan swasta yang menerapkan sistem bunga karena
itu bisa menjadi boomerang bagi masyarakat pedesaan itu sendiri. Dengan adanya koperasi
simpan pinjam masyarakat akan sangat terbantu untuk mendapatkan pinjaman dana. Karena
koperasi simpan pinjam pada dasarnya didirikan atas dasar kekeluargaan dan persaudaraan
biasanya pemberian pinjaman diberikan dengan bunga yang lunak. Akan lebih baik lagi jika
koperasi simpan pinjam ini bisa dikelola oleh masyarakat desa sendiri, dengan begitu rasa
kekeluargaan dan persaudaraan yang ada di dalamnya akan lebih terasa.
d. Pemberian Penyuluhan, Pelatihan Dan Pendampingan Kepada Masyarakat
Sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk memperkuat pengetahuan dan kemampuan
petani dengan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan para petani.
Pemerintah melalui dinas pertanian daerah bisa memberikan pelatihan rutin kepada
masyarakat. Misalnya, melakukan berbagai pelatihan pembuatan pupuk kompos, Pupuk
organik cair, pestisida nabati hingga biopestisida hayati. Pelatihan ini dilakukan agar para
petani memiliki kemampuan lebih dalam bertani sehingga dapat meningkatkan hasil output
pertanian. Diharapkan dengan adanya penyuluhan, pelatihan dan pendampingan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan yang dimiliki petani. Diharapkan dengan adanya
pelatihan dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat pedesaan.
A. Faktor Pendukung Dan Penghambat Terhadap Pengembangan Pemberdayaan
Masyarakat Di Bidang Pertanian
1. Faktor pendukung terhadap pengembangan pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanian :
a. Sistem Pendidikan Formal Yang Maju
Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang baik mudah menerima perubahan.
Pendidikan juga memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka pikiran
dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional dan objektif. Hal ini akan memberikan

17
kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi
perkembangan zaman atau tidak.

b. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kekuatan, legalitas, dan otoritas yang memberikan wewenang
kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.
Tanpa kekuasaan bagaimana mungkin seorang pemimpin mampu menjalankan tugasnya
karena hanya dengan kewenanganlah seseorang berhak memerintah orang lain.
c. Adanya Orientasi Untuk Maju ( Masa Depan)
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang
lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status
sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya.
2. Faktor penghambat terhadap pengembangan pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanian :
a. Kepentingan Kelompok
Kepentingan individu atau kelompok demi ambisi pribadi juga bisa menghambat
perubahan sosial. Individu atau kelompok berkepentingan itu akan berupaya menghambat
setiap ada perubahan-perubahan baru yang mengusik kepentingan mereka.
b. Kualitas Sumber Daya Manusia Yang Rendah
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan dalam bidang
ekonomi adalah SDM. Kualitas SDM yang rendah akan menghambat pembangunan pada
pedesaan. Rendahnya kualitas SDM dapat berdampak pada rendahnya tingkat
produktivitas dan tingkat partisipasi dalam dunia kerja.

18
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Pembangunan suatu negara memiliki tujuan dan peran penting demi mengubah tatanan
hidup masyarakat yang lebih baik salah satunya perbaikan di sektor pertanian dengan melakukan
transformasi pertanian dan pembangunan perdesaan yakni proses dari sebuah perubahan secara
berangsur-angsur sehingga pada tahap keadaan bisa lebih baik yang mengarahkan perubahan
pada bentuk yang sudah dikenal sebelumnya melalui proses menggandakan atau
melipatgandakan. Salah satu faktor adanya transformasi pertanian untuk memudahkan
pengelolaan sumber daya yang telah ada sebelumnya dengan optimal sehingga memberikan hasil
yang lebih baik. Tetapi, pertanian di negara berkembang mengalami penurunan kinerja di
pertanian karena dasar pemikiran negara berkembang untuk mengubah perekonomian agraris
menjadi industri padahal strategi itu belum cocok mengingat infrastruktur pembangunan industri
di negara tersebut memang belum tersedia secara lengkap. Ini akan menimbulkan masalah
seperti Lapangan pekerjaan di kota semakin sedikit, lahan garapan pertanian di desa mulai
terbengkelai, semakin sedikitnya tenaga kerja yang ada untuk mengelola lahan pertanian, dan
terabaikannya sektor pertanian.

Hal yang tepat dilakukan untuk memperbaiki tatanan ekonomi yang ada di negara berkembang
agraris yang mempunyai daerah pertanian yang luas adalah dengan membangun daerah
perdesaan, ini memberikan dampak baik bagi sector pertanian dan akan meningkatkan
pendapatan riil desa, dengan itu desa dapat membangun jalan dan infrastuktur lainnya serta
perekonomian nasional negara yang bersangkutan pasti akan berjalan ke arah yang lebih baik
dimana distribusi pendapatan di negara yang bersangkutan itu dapat terlaksana. Oleh karena itu,
dengan mengelola potensi alam yang ada dapat meningkatkan kesejahteraan bagi para pengelola
pertanian. Selain itu, upaya untuk meningkatkan sektor pertanian dengan modernisasi pertanian
mutlak diperlukan bagi kemajuan dalam pembangunan pertanian sebab modernisasi merupakasn
salah satu syarat agar dapat bersaing dan dapat meningkatkan kualitas hasil pertanian.

19
Saran
Sebaiknya jika negara berkembang ingin melakukan peningkatan perekonomian
nasionalnya melalui proses pembangunan sektor pertanian dan pedesaan janganlah meniru
berbagai metode yang sudah dilakukan oleh berbagai negara maju dalam membangun sektor ini
karena apa landasan dan dasar yang mereka lakukan dalam struktur perekonomian negara
mereka itu belum tentu cocok terhadap kondisi atau keadaan internal negara berkembang.
Negara berkembang boleh saja mempelajari berbagai cara yang dilakukan oleh negara maju
dalam memajukan perekonomian mereka melalui pembangunan sektor pertanian dan pedesaan
ini, setelah mempelajari hal tersebut kemudian negara berkembang bisa menilai apa saja hal-hal
yang bisa mereka contoh dan mereka lakukan pada negara mereka sendiri.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sri Hery Susilowati. 2016. Fenomena Penuaan Petani Dan Berkurangnya Tenaga Kerja Muda
Serta Implikasinya Bagi Kebijakan Pembangunan Pertanian.

Amir, H. (2014). Pertanian dalam Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia. In F.


Saragih, H. Amir, & Insyafiah (Eds.), Program Pembiayaan Sektor Pertanian. Jakarta:
Nagamedia Pustaka.

Hidayat Amir. Sektor Pertanian: Perlu Upaya Akselerasi Pertumbuhan.

Fikriman. (2017). Tranformasi Pertanian dan Pembangunan Pedesaan.

Todaro, Michael P., Stephen C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, Edisi
Kedelapan Buku 1. Terjemahan oleh Haris Munandar dan Puji A. L. 2003. Jakarta:
Erlangga.

Churiyah, Madziatul. 2006. Model Pembangunan Pertanian Melalui Penerapan Agropolitan dan
Agrobisnis Dalam Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Daerah. Modernisasi 2(1), 50-
56.

Arsyad, Lincolin. 1997. Ekonomi Pembangunan. Edisi ketiga

Todaro, Michael P. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi kesembilan.Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sumber online/ laman internet:

https://www.wartaekonomi.co.id/read229990/dana-desa-sebagai-pelumas-roda-
pembangunan-ekonomi-desa

21
22

Anda mungkin juga menyukai