Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
Kami, sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas mengenai “KEBUTUHAN JENIS
PROYEK, SCOPE PROYEK, DAN HUBUNGAN ANTAR PROYEK”
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
Kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Kami dapat memperbaiki
tugas ini.
Akhir kata Kami berharap semoga tugas KEBUTUHAN JENIS PROYEK, SCOPE
PROYEK, DAN HUBUNGAN ANTAR PROYEK” dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................5
2.1 Kebutuhan Jenis Proyek............................................................................................5
2.2 Scope Proyek...............................................................................................................6
2.3 Klasifikasi hubungan antar proyek...........................................................................7
2.4 Tujuan Proyek...........................................................................................................11
BAB III....................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................12
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................12
Daftar Pustaka........................................................................................................................13
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami kebutuhan jenis proyek?
2. Mengetahui dan memahami dari scope proyek?
3. Mengetahui dan memahami hubungan antar proyek?
4. Mengetahui dan memahami dari tujuan proyek?
14
BAB II
PEMBAHASAN
14
2.2 Scope Proyek
Merupakan proses untuk membuat deskripsi detail dari proyek dan produk. Selama
perencanaan, scope proyek mendefinisikan dan mendeskripsikan proyek dengan spesifikasi
yang sangat detail melebihi infomasi yang telah diketahui dari proyek tersebut. Hal ini
dilakukan untuk memastikan agar tim proyek dan stakeholders mengerti apa yang akan
dihasilkan dalam proyek dan cara untuk menghasilkannya.
Hal-hal yang harus dilakukan dalam kegiatan project scope, yaitu :
1. Plan Scope Management
Merupakan kegiatan untuk mendokumentasikan pendefinisian, proses validasi, dan
pengontrolan Proyek. Tujuannya adalah untuk memberikan arahan tentang cara scope
pengelolaan dalam proyek.
2. Collect Requirement
Merupakan kegiatan untuk mengumpulkan kebutuhan dari Stakeholder. Pada tahap
ini, input yang diperlukan diantaranya : Scope management plan, requirement
management plan, stakeholder management plan, Project Charter, dan Stakeholder
Register. Kemudian diproses dengan beberapa cara seperti interview, analisis
dokumen, dan membuat prototype. Output yang diperoleh pada tahap ini adalah
requirement documentation dan requirement traceability matrix.
3. Define Scope
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan requirement berdasarkan requirement yang telah
dikumpulkan pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini, dibuat deskripsi lengkap tentang
proyek dan produk, atau layanan.
4. Creating WBS (Work Breakdown Structure)
Merupakan penguraian pekerjaan secara hirarki oleh tim proyek untuk mencapai
tujuan proyek dan menciptakan rincian pekerjaan yang diperlukan, dengan masing-
masing level yang mewakili setiap detil rincian pekerjaan. Pada tahap ini, dilakukan
pemecahan pekerjaan agar lebih mudah dilakukan.
5. Validate Scope
Merupakan tahap yang dilakukan dimana final project diserahkan
kepada para stakeholder untuk diverifikasi. Validate scope ini bertujuan untuk
kelayakan deliverable sesuai standar yang telah ditentukan atau tidak. Proses validasi
ini dilakukan berdasarkan Control Quality yang ditinjau oleh Customer atau
Sponsor.
6. Control Scope
Merupakan proses pemantauan status proyek dan ruang lingkup produk dan juga
berfungsi untuk mengelola perubahan berdasarkan lingkupnya. Pada proses ini, kita
memastikan semua perubahan yang diminta dan mengambil tindakan kolektif atau
preventif yang direkomendasikan untuk diproses melalui kontrol perubahan
terintegrasi.
14
2.3 Klasifikasi hubungan antar proyek
Pada bab ini juga hendak dibahas tentang analisa pengambilan keputusan jika terdapat
persoalan keterbatasan dana. Dalam situasi yang demikian, pemerhati studi kelayakan proyek
diharapkan sekali lagi akan dapat dengan jelas mengetahui bahwa metode NPV lebih superior
dibanding metode lainnya. Ini terjadi karena metode yang disebut terdahulu
memberikankriteria yang bukan sekedar nilai relatif. Pada pembahasan kali ini juga akan
diperkenalkan tentang pendekatan waktu tunggal dan pendekatan waktu ganda.
2.3.1. Pengertian
Pembahasan kriteria investasi dilakukan dengan aggapan bahwa manajemen sama sekali
tidak memiliki persoalan dan tidak ada proyek yang saling meniadakan. Dana yang tersedia
tidak terbatas. Dalam situasi yang demikian, penyusunan rangking dari berbagai usulan
proyek yang tersedia dapat dengan mudah dilakukan. Keputusan yang hendak diambil dengan
menggunakan berbagai kriteria investasi misalnya NPV, IRR, PI akan menghasilkan
keputusan yang sama, sekalipun mungkin memiliki perbedaan pada penyusunan rangking
internalnya. Ini terjadi karena proyek yang memiliki NPV lebih besar dari pada nol, juga akan
memilih IRR yang lebih besar dari pada biaya modalnya (k) dan sekaligus juga akan
memiliki PI yang lebih besar daripada angka satu. Dengan kata lain, proyek yang akan dipilih
berdasarkan kriteria NPV juga akan dipilih jika digunakan kriteria yang lain. Apalagi jika
tidak ada persoalan proyek yang saling meniadakan.
Dalam situasi nyata, keadaan yang seperti itu tidak harus selalu terjadi. Berbagai situasi yang
sebaliknya bahkan sering dijumpai. Proyek yang memiliki hubungan bebas (independent)
satu sama lain jarang dijumpai. Sementara proyek yang saling meniadakan tidak sedikit
dijumpai. Bahkan yang tidak kalah pentingnya, sering dijumpai bahwa dana yang tersedia
14
tidak cukup untuk membiayai keseluruhan proyek yang diinginkan, sementara disisi lain
sesungguhnya proyek – proyek tersebut menjanjikan keuntungan yang tidak kecil. Jawaban
atas pertanyaan ada atau tidaknya usulan proyek yang dapat ditunda menjadi relevan dan
signifikan. Dalam konteks ini pendekatan waktu tunggal dan waktu ganda menjadi relevan.
Proyek disebut memiliki hubungan kontijensi jika dipilihnya satu proyek penyebabnya
harus diikutsertakannya proyek yang lain. Dipilihnya, misalnya satu sistem transportasi
barang tertentu menyebabkan harus juga dipilihnya sistem transportasi pelengkap lainnya.
Dalam situasi yang demikian, sesungguhnya tidak diperlukan modifikasi yang terlalu
canggih. Hal yang diperlukan yakni hanya menggabungkan data kas keluar dan kas masuk
dari kedua atau lebih dari proyek-proyek tersebut, sebelum menggunakan salah satu atau
beberapa kriteria investasi yang tersedia. Dengan kata lain, jika misalnya hendak digunakan
metode NPV, PI, IRR, maka perlu dihitung besarnya NPV, PI, IRR gabungan (integrasi).
Dengan demikian, nilai NPV,PI,dan IRR dari masing-masing proyek menjadi tidak relevan
untuk dasar pengambilan keputusan manajemen.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kasus
berikut ini yang mencoba menilai kelayakan usulan proyek melalui kriteria investasi PI
gabungan.
Jika misalnya dijumpai dua usulan proyek A dan B, masing-masing memiliki PI sebesar 1,25
dan 0,90 serta memerlukan dana sebersar Rp.20juta dan Rp.10juta, maka jika keduan proyek
itu memiliki hubungan kontijensi maka data dari masing-masing proyek tersebut tidak
relevan untuk pengambilan keputusan. Dalam situasi demikian, manajemen tidak dapat
mengatakan bahwa proyek A lebih layak dibanding proyek B karena mempunyai PI jauh
lebih besar dari satu, sementara PI proyek B justru lebih kecil dibanding satu.
Dalam kasus yang demikan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mencari PI
gabungan dari kedua proyek tersebut sama dengan 1,13 berasal dari jumlah keseluruhan
aliran kas masuk kedua proyek tersebut (Rp.34juta = Rp25juta + Rp.9juta) dibagi dengan
dana yang dibutuhkan oleh kedua proyek tersebut (Rp.30juta = Rp.20juta + Rp.10juta).
karena PI gabungan bernilai lebih besar daripada satu, maka kedua proyek tersebut dapat
dinyatakan sebagai proyek yang layak, sekalipun salah satu proyek tersebut memiliki nilai PI
lebih kecil dari satu (NPV Negatif).Cara yang sama perlu juga diterapkan jika digunakan
kriteria investasi yang lain.
Dua atau lebih proyek disebut memiliki hubungan saling meniadakan (mutually exclusive)
jika terpilihnya salah satu usulan proyek yang tersedia menyebabkan tidak dapat dipilihnya
sisa usulan proyek yang lain. Misalnya, manajemen dihadapkan pada pilihan untuk memilih
salah satu dari kedua usulan proyek yang lebih memberikan tekanan pada proyek yang lebih
melibatkan teknelogi canggih dan pada modal atau proyek yang lebih menggunakan criteria
14
padat karya. Dalam situasi yang seperti itu, manajemen dipaksa untuk memilih salah satu.
Memilih keduanya hanya berarti pemborosan dana.Pada situasi seperti ini, jika tidak ada
persoalan keterbatasan dana pada tingkat biaya modal yang konstan, maka kriteria ini selalu
mengarah pada proses maksimalisasi nilai perusahaan, perusahaan yang memilki NPV
terbesar merupakan proyek yang dipilih.Namun demikian, ini tidak berarti bahwa metode
IRR tidak dapat digunakan sebagai alat analisa pengembalian keputusan. Dengan sedikit
melakukan modifikasi, yakni dengan menghitung besarnya marginal internal rate of return-
nya (MIRR), keputusan akhir yang sama juga akan diperoleh. Dan untuk keperluan tersebut
dapat digunakan prosedur sebagai berikut:
1. Hitung besarnya IRR untuk semua proyek. Pisahkan antara proyek mana yang memiliki
IRR yang lebiih besar disbanding biaya modal (cost of capital / k) dan proyek yang memiliki
IRR lebih kecil dibanding k. proyek yang memilki IRR yang lebih kecil daripada k tidak
relevan.
2. Urutkan proyek-proyek yang memilki IRR lebih besar dari k berdasarkan besarnya dana
yang dibutuhkan (capital outlays) dan berilah nomor urut 1, 2, 3, ….dan seterusnya sampai
dengan n.
3. Anggap, untuk sementara waktu, proyek yang bernomor satu, yakni proyek yang memiliki
kebutuhan dana yang terkecil, sebagai proyek pilihan yang paling layak.
4. Hitung besarnya IRR atas dasar besarnya kebutuhgan dana marginal untuk proyek ke-2.
jika MIRR ini lebih besar daripada k, maka anggaplah kemudian proyek ke-2 ini menjadi
proyek yang paling layak. Proyek nomor 1 tidak relevan lagi. Jika MIRR ini lebih kecil
disbanding k, maka proyek yang nomor 1 masih tetap merupakan pilihan dan proyek nomor 1
masih relevan.
5. Hitung besarnya MIRR untuk proyek ke-3 atas dasar besarnya kebutuhan dana marginal
dibanding (vis-à-vis) proyek yang masih dianggap sebagai proyek yang layak dari tahapan
perhitungan sebelumnya. Terus lakukan analisa seperti ini sampai akhirnya ditemukan proyek
yang benar benar layak.
Untuk memperjelas prosedur yang telah diuraikan tersebut, lihatlah contoh perhitungan
dibawah ini. Tersedia empat usulan proyek yang memiliki hubungan saling meniadakan dan
diketahui bahwa besarnya k sama dengan 10%. Keempat usulan proyek tersebut memilki
karestristik sebagai berikut:
14
4 Rp 4.000 Rp 4.600 15 % Rp 131
Jika hendak digunakan metode NPV, maka dengan jelas dapat diketahui bahwa proyek ke-4
merupakan proyek yang paling Slayak, karena memilki nilai NPV positif terbesar. Namun
demikian, jika digunakan metode IRR, manajemen tidak dapat begitu saja memilih proyek 1,
sekalipun proyek tersebut memiliki IRR terbesar. Pertama, karena semua proyek tersebut
memiliki IRR yang lebih besar daripada k. Dan kedua, proyek tersebut memerlukan
kebutuhan dana yang berbeda. Untuk itu, jika hendak digunakan metode IRR, maka
diperlukan menghitung besar MIRR nya dengan hasil perhitungan sebagai berikut.
Pertama, Bandingkan proyek 2 dan 1, maka akan didapat besarnya kebutuhan dana marginal
sebesar Rp 1.000,- (Rp 2.000 dikurangi Rp 1.000) dan akan didapat aliran kas masuk
marginal sebesar Rp 1.150 untuk masa satu tahun pertama usia proyek (Rp2.350 dikurangi
Rp 1.200) MIRR dari aliran kas marginal ini (kas keluar dan kas masuk) sama dengan 15%
karena MIRR ini lebih besar daripada k (yang hanya10%), maka proyek 2 lebih layak
dibanding proyek 1, dan proyek 2 untuk sementara dianggap sebagai pilihan, peroyek ini
tidak relevan lagi.
Kedua, Bandingkan proyek 3 dan 2, maka akan didapat dana marginal sebesar Rp 1.000 dan
aliran kas masuk marginal sebesar Rp 1.070 MIRR untuk aliran kas marginal ini sebesar 7%.
Karena MIRR lebih kecil dibanding k, maka proyek 2 masih dianggap lebih layak disbanding
proyek 3. proyek 2 masih relevan.
Ketiga, Bandingkan proyek 4 dan 2, maka akan didapat aliran kas keluar sebesar Rp 2.250
MIRR untuk aliran kas marginal ini ditemukan sebesar 11,5%. Karena MIRR ini lebih besar
daripada k, maka proyek 4 dapat ditetapkan sebagai proyek yang lebih layak dibanding
proyak 2. oleh karena itu, proyek 4 merupakan pilihan akhir. Proyek 4 merupakan proyek
yang paling layak dibanding usulan proyek yang lainnya.
14
ditunda. Jika diperlukan penundaan lebih dari satu proyek, maka selisih PI terbesar
berikutnya yang mendapat giliran. Demikianlah prosesnya, sampai dana yang tersedia cukup
untuk melaksanakan proyek yang hendak dikerjakan untuk tahun ini saja
14
2) Proyek selesai dengan kuantitas yang tepat
3) Kualitas standar proyek terpenuhi
4) Biaya yang digunakan sesuai dengan rencana biaya
5) Menghindari gejolak sosial dengan masyarakat
6) Tercapainya K3 dengan baik
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Menurut kebutuhan investasi, proyek dibagi dalam 3 (tiga) jenis, yaitu proyek yang
menggunakan faktor produksi untuk menghasilkan bangunan fisik yang memproduksi barang
dan jasa, proyek yang dibangun dengan tujuan menghasilkan keluaran berupa faktor -faktor
produksi non-fisik, proyek yang dibangun untuk menciptakan penemuan – penemuan baru.
Scope meliputi semua pekerjaan yang terkait pada proses untuk menyelesaikan tujuan proyek
atau untuk menghasilkan produk proyek. Dalam hubungan antar proyek terdapat kriteria
untuk menentukan investasi, yaitu hubungan proyek kontijensi dan proyek yang saling
meniadakan. Proyek adalah serangkaian rencana aktivitas sehubungan untuk meraih tujuan
bisnis. Tujuan dari suatu proyek ada untuk memperoleh manfaat atau benefit di masa yang
akan dating, dimana benefit tersebut berupa tingkat konsumsi yang lebih besar, perbaikan
dalam tingkat pendidikan dan kesehatan, dan perubahan/perbaikan dalam suatu
sistem/struktur.
14
Daftar Pustaka
Fageha, Mohammed K., and Ajibade A. Aibinu. "Prioritising Project Scope Definition
Elements in Public Building Projects." Construction Economics and Building 14, no. 3
(2014), 18-33. doi:10.5130/ajceb.v14i3.4155.
Newnan, Donald G., Jerome P. Lavelle, Ted Eschenbach, and Ted G. Eschenbach.
Engineering Economic Analysis. New York: Oxford University Press, 2000.
Squire, Lyn, Herman G. Tak, and World Bank. Economic Analysis of Projects. Washington:
World Bank Publications, 1975.
Suwarsono, Muhammad, Suad Husnan. Studi kelayakan proyek, penerbit UPP AMP YKPN
Jogjakarta, 2005
14
Lampiran
14
14
14