Anda di halaman 1dari 8

PEREKONOMIAN INDONESIA

MASALAH KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN


PEMBAHASAN

1. Struktur Penduduk di Indonesia

Distribusi penduduk di Indonesia sangat tidak merata, baik menurut wilayah


geografis, laju pertumbuhan penduduknya, maupun struktur usia. Adapun permasalahan
yang dihadapi berkaitan dengan persebaran penduduk secara geografis sejak dulu adalah
persebaran atau distribusi penduduk yang tidak merata antara Jawa dan luar Jawa.
Keadaan tanah dan lingkungan yang kurang mendukung bagi kehidupan penduduk secara
layak adalah penyebab utamanya. Ditambah lagi, dengan kebijakan pembangunan di era
Orde Baru yang terpusat di pulau Jawa, yang menyebabkan banyak penduduk yang tinggal
di luar pulau Jawa bermigrasi dan menetap di pulau Jawa.

Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terpusatnya penduduk


di satu tempat akan sangat membantu pemerintah mengatasi kepadatan penduduk
dengan pembangunan dan program-program untuk mengurangi beban kepadatan
penduduk. Informasi tersebut juga penting diketahui agar dapat mengembangkan
perencanaan pembangunan manusia, baik itu secara ekonomi, sosial, politik, maupun
lingkungan yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan hidup manusia.

Sebaran per Wilayah Geografis

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2019 lebih dari 150,4 juta penduduk
dari seluruh penduduk indonesia yang berjumlah 266, 91 juta jiwa atau sekitar 56,35
% penduduk Indonesia berada di pulau jawa, sedangkan luas pulau jawa yaitu 128.297
Km2. Kepadatan pulau jawa rata – rata untuk tahun 2019 adalah sekitar 1.169 orang per
Km2. Pulau sumatera dengan luas wilayah 473.481 km2 mempunyai jumlah penduduk
pada tahun 2019 sebanyak 58,46 juta jiwa atau kepadatan penduduknya sekitar 123
jiwa per Km2. Pulau Sulawesi, dengan jumlah penduduk pada tahun 2019 sebanyak 19,56
juta jiwa dan luas pulau 174.600 Km2, mempunyai kepadatan penduduk sekitar 112 orang
per km2. Sedangkan pulau Kalimantan, dengan jumlah penduduk pada tahun 2019
sebanyak 16,23 jiwa dengan luas wilayah 539.460 km2, mempunyai kepadatan
penduduk sekitar 30 orang per km2. Pulau Maluku memiliki jumlah penduduk sebesar 3
juta jiwa. Pulau Papua memiliki jumlah penduduk sebesar 4,3 juta jiwa. Serta pulau Bali
dan Nusa tenggara mempunyai jumlah penduduk sebesar 14,91 juta jiwa. 1
Tabel kepadatan penduduk menurut provinsi 2019 (jiwa/km²)

Jumlah Kepadatan
Luas Wilayah
Penduduk Penduduk
Wilayah
(Juta Jiwa) (orang per km2)
2
(km )
Pulau Jawa 150,4 128.297 1.169

Pulau Sumatra 58,46 473.481 123

Pulau Kalimantan 16,23 539.460 30

Pulau Sulawesi 19,56 174.600 112

Pulau Maluku 3 74.505 40

Pulau Papua 4,3 419.508 10

Pulau BaliNusra 14,91 74.507 200

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS).

Tren Tingkat Kelahiran dan Kematian

Secara kuantitatif, tingkat pertambahan penduduk (rate population increase)


dihitung berdasarkan dari persentase kenaikan relatif atau persentase penurunan, yakni
dalam kasus pertambahan penduduk yang negatif) dari jumlah penduduk neto per tahun
yang bersumber dari pertambahan alami (natural increase) dan migrasi internasional
neto (net international migration). Yang dimaksud dengan pertambahan alami adalah selisih
antara jumlah kelahiran dan kemtian, atau istilah teknisnya selisih antara tingkat fertilitas dan
mortalitas.

Sekitar tahun 1960an, tingkat mortalitas terutama untuk bayi dan anak masih tinggi
di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa tingkat mortalitas turun sebesar 50 persen
dalam satu dekade. Tingkat mortalitas ini telah mulai menurun sebelum adanya Program
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1972. Di samping mortalitas bayi dan
anak, pola umum dari mortalitas dewasa menunjukan adanya kemungkinan kematian yang
lebih tinggi pada usia muda dan tua, serta tingkat kematian yang rendah pada usia 20-45
tahun. Penyebab utama kematian bayi dan anak adalah penyakit menular (termasuk
muntah darah), pneumonia, dan penyakit masa kanak-kanak seperti kekurangan gizi. 6
Tidak perlu diragukan lagi bahwa memang benar program Keluarga Berencana
sangatlah memegang peranan penting dalam penurunan tingkat fertilitas. Hal ini jelas
karena kelahiran dapat dicegah. Selain itu, telah terjadi perubahan pola-pola perkawinan,
yakni meningkatnya usia kawin pertama, bertambahnya jumlah wanita yang tidak kawin,
yang diimbangi dengan menurunnya jumlah perceraian. Diperkirakan bahwa tingkat fertilitas
di Indonesia telah mengalami penurunan dari 5,5 persen pada tahun 1970 menjadi sekitar
2,7 persen pada tahun 2000.

Struktur Usia dan Beban Ketergantungan

Dengan mengetahui jumlah dan persentase penduduk di tiap kelompok umur, dapat
diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi sebagai beban. Juga dapat dilihat berapa
persentase penduduk yang berpotensi sebagai modal dalam pembangunan yaitu
penduduk usia produktif. Rasio ketergantungan penduduk adalah perbandingan antara
pemuda berusia dibawah 15 tahun yang tentunya belum memiliki pendapatan sendiri,
dengan orang - orang dewasa yang aktif atau produktif secara ekonomis berusia 15 tahun
hingga 64 tahun. Fenomena ketergantungan penduduk berusia muda ini selanjutnya
menimbulkan masalah lain, yakni konsep penduduk tua dan penduduk muda dan
momentum pertumbuhan penduduk yang tersembunyi.

Penduduk Muda dan Penduduk Tua

Klasifikasi penduduk menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui apakah


penduduk di satu Negara termasuk berstruktur umur muda atau tua. Penduduk satu
Negara dianggap penduduk muda apabila penduduk usia dibawah 15 tahun mencapai
sebesar 40 persen atau lebih dari jumlah seluruh penduduk. Penduduk disebut penduduk
tua apabila jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas diatas 10 persen dari jumlah total
penduduk.

Momentum Pertumbuhan Penduduk yang Tersembunyi

Salah satu aspek pertumbuhan penduduk yang sulit dipahami adalah


kecendrungannya untuk terus menerus mengalami peningkatan yang tidak terhentikan
sekali pun tingkat kelahiran telah mengalami penurunan secara drastis. Pertumbuhan
penduduk yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cepat, maka akan semakin besar
pula proporsi penduduk berusia muda yang belum produktif dalam populasi total, dan
semakin berat pula beban tanggungan penduduk yang produktif. Ada dua alasan pokok
yang melatar belakangi keberadaan daya gerak tersembunyi itu. Yang pertama, tingkat
kelahiran itu sendiri tidak mungkin diturunkan dalam satu malam saja. Sedangkan alasan
7
yang kedua atas adanya momentum yang tersembunyi tersebut erat kaitannya dengan
struktur usia penduduk Indonesia.
2. Analisis Masalah Kependudukan

Tingkat pertumbuhan penduduk yang akhirnya bermuara pada jumlah penduduk


keseluruhan, bukan merupakan masalah penduduk secara keseluruhan, tetap juga
menyangkut kepentingan pembangunan serta kesejahteraannya. Saat ini pertambahan
penduduk Indonesia sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta
orang pertahun. Hal ini menimbulkan berbagai masalah yang serius bagi kesejahteraan
rakyat Indonesia. Masalah yang mungkin muncul adalah perbaikan tingkat pendapatan,
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan umum seperti misalnya peningkatan
kepercayaan diri, rasa hormat, harga diri, dan kebebasan untuk memilih. Peningkatan
kesejahteraan umum di sini dimaksudkan kalau kita mengingat tujuan dari pada
pembangunan ekonomi secara utuh, di mana menyangkut juga harga diri dan kebebasan
untuk memilih. Namun kita hanya memperhatikan masalah yang paling mendasar saja,
antara lain :

1. Akankah Indonesia mampu untuk mengatasi masalah kependudukan, mengingat


jumlah dan penyebaran penduduk yang ada sekarang ini? Seberapa jauhkah
pertambahan penduduk yang telah terjadi.

2. Apa saja yang harus dilakukan Indonesia untuk peningkatan angkatan kerja yang
akan terjadi di masa mendatang? Tersediakah cukup banyak kesempatan kerja
untuk mereka atau apakah pemerintah hanya berusaha agar tingkat pengangguran
tidak meningkat, atau membiarkannya begitu saja?

3. Apa sajakah implikasi dari jumlah penduduk yang besar dan distribusi yang tidak
merata ini terhadap peluang mereka untuk meringankan penderitaan hidupnya?
Apakah program transmigrasi dapat memecahkan sebagian dari masalah
kependudukan?

3. Analisis Masalah Pengangguran

Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah


tingkat pengangguran yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan tenaga
kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat
disediakan setiap tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan
dengan ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi.
Pengangguran merupakan salah satu masalah utama dalam jangka pendek yang selalu
dihadapi setiap negara. Karena itu setiap perekonomian dan negara pasti menghadapi
masalah pengangguran yaitu pengangguran alamiah (natural rate of unemployment ).
8
Pengangguran yang tinggi termasuk kedalam masalah ekonomi dan masalah sosial.
Pengangguran merupakan masalah ekonomi karena ketika angka pengangguran meningkat
sebagai dampaknya suatu negara membuang barang dan jasa yang sebenarnya dapat
diproduksi oleh pengangguran. Pengangguran merupakan masalah sosial yang besar
karena mengakibatkan penderitaan besar untuk pekerja yang menganggur yang harus
berjuang dengan pendapatan yang berkurang. Biaya ekonomi dari pengangguran jelas,
namun tidak ada jumlah mata uang yang dapat mengurangkan secara tepat tentang korban
psikologi dan manusia pada saat mereka menganggur.

a) Pengangguran berpengaruh terhadap perekonomian

1. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat


kesejahteraan yang mungkin dicapainya. Pengangguran menyebabkan output
aktual yang dicapai lebih rendah dari atau dibawah output potensial. Keadaan ini
berarti tingkat kemakmuaran masyarakat yang di capai adalah lebih rendah
dari tingkat yang akan dicapainya.

2. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang,


pengangguran yang disebabkan oleh rendahnya tingkat kegiatan ekonomi, pada
gilirannya akan menyebabkan pendapatan pajak yang diperoleh pemerintah
akan menjadi sedikit. Dengan demikian tingkat pengangguran yang
tinggi akan mengurangi kemampuan pemerintah dalam menjalankan berbagai
kegiatan pembangunan.

3. Pengangguran yang tinggi akan menghambat, dalam arti tidak menggalakkan


pertumbuhan ekonomi. Keadaan ini jelas bahwa pengangguran tidak akan
mendorong perusahaan untuk melakukan investasi di masa yang akan datang.

b) Pengangguran berpengaruh terhadap individual

1. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan pendapatan. Di


negara-negara maju, para pengangguran memperoleh tunjangan (bantuan
keuangan) dari badan asuransi pengangguran. Oleh sebab itu, mereka masih
mempunyai pendapatan untuk membiayai kehidupanya dan keluarganya,
sedangkan di negara-negara berkembang tidak terdapat program asuransi
berkembang.

2. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan atau berkurangya ketrampilan


dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan. Ketrampilan hanya dapat dipertahankan
apabila ketrampilan tersebut digunakan dalam praktek. 9
3. Pengangguran dapat pula menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat
menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah yang berkuasa.

4. Analisis Masalah Distribusi dan Perpindahan Penduduk

Secara umum, migrasi sering diartikan sebagai perpindahan penduduk yang relatif
permanen dari satu daerah ke daerah lain. Di Indonesia, penduduk melakukan migrasi dari
satu daerah ke daerah lain tapi masih di wilayah Indonesia (migrasi internal). Penduduk
Indonesia juga melakukan migrasi dari Indonesia ke negara lain (migrasi internasional)
dan juga urbanisasi yang menimbulkan migrasi dari suatu kota ke kota lain yang
berdekatan tanpa bermaksud tinggal secara permanen, yang dikenal dengan migrasi ulang
alik (commuter migration). Adapun Migrasi sirkuler (migrasi musim) adalah penduduk yang
berpindah tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat tujuan, misalnya kuli bangunan
yang mencari nafkah di kota dan pulang ke kampungnya setiap setahun sekali.

Adanya migrasi tentu mempunyai dampak baik itu dampak ekonomi maupun
dampak social. Untuk daerah yang ditinggalkan, akan berakibat kekurangan tenaga kerja
sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang melambat sedangkan untuk daerah
yang dituju akan mendapat tambahan tenaga kerja sehingga pertumbuhan ekonominya
menjadi meningkat.

Migrasi internal di Indonesia yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi juga


berdampak pada migran itu sendiri. Migrasi internal ini membentuk investasi modal
manusia. Sjaastad (1962) menyatakan bahwa individu membuat perhitungan untung rugi
yang rasional dan memilih untuk bermigrasi jika bermigrasi dianggap menguntungkan.
Keuntungan bermigrasi terlihat setelah beberapa waktu kemudian. Migrasi yang
menguntungkan dapat dilihat dengan adanya perbaikan pekerjaan, perbaikan upah dan juga
kesejahteraannya. Dengan adanya perbaikan kesejahteraan maka kondisi sosial migran
akan berubah. Migran dapat memberikan pendidikan yang lebih baik pada generasi
berikutnya, migran dapat tinggal di tempat tinggal (rumah) yang lebih baik. Migrasi
internal di Indonesia didominasi penduduk usia produkti yang alasan migrasinya adalah
pekerjaan dan mencari pekerjaan. Untuk daerah tujuan migrasi, ini akan menjadi modal
yaitu bertambahnya tenaga kerja yang berarti dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
menjadi lebih tinggi. Sementara untuk daerah yang ditinggalkan, akan terjadi kekurangan
tenaga kerja, sementara belum ada mesin atau teknologi yang menggantikan
tenaga kerja ini, akibatnya pertumbuhan ekonomi akan melambat. Migran internasional dari
Indonesia didominasi migran tenaga kerja temporer (pekerja kontrak). Mereka bertujuan 1
untuk bekerja di negara lain tetapi tidak menetap di negara lain tersebut. Migrasi 0
internasional dari Indonesia mempunyai faktor pendorong yang kuat yaitu pengangguran,
upah rendah dan kemiskinan (Asis, 2004). Migran internasional dari Indonesia dikenal
dengan sebutan TKI= Tenaga Kerja Indonesia maupun TKW=Tenaga Kerja Wanita.
Dampak imigrasi internasional dari Indonesia dapat berupa dampak positif dan dampak
negatif. Dampak positif terlihat dari berkurangnya pengangguran di negara asal
(Indonesia) dan membatu pengentasaan kemiskinan. Selain itu untuk negara Indonesia,
adanya migrasi internasional ini meningkatkan devisa. TKI dan TKW disebut pahlawan
devisa. Dari sisi migran pribadi yaitu TKI DAN TKW, dengan menjadi migran internasional
dapat meningkatkan status sosial mereka. Dengan uang hasil bekerja mereka, para migran
ini dapat membangun rumah yang lebih baik, dapat membeli mobil, untuk usaha atau untuk
pribadi, dapat membeli mesin-mesin yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi di
daerahnya. Dampak negatif adalah Indonesia akan kekurangan tenaga kerja apabila migran
ini merupakan orang-orang berusia produktif. Dampak negatif lainnya adalah adanya
pelecehan, tindakan kekerasan bahkan kematian. Adanya pelecehan, tindakan kekerasan
bahkan kematian menyebabkan migran (TKI atau TKW) trauma sehingga tidak produktif dan
tidak menghasilkan, yang efek selanjutnya adalah penurunan kondisi ekonomi mereka
sendiri.

1
1
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik , https://www.bps.go.id/indicator/12/141/1/kepadatan-penduduk-


menurut-provinsi.html. diakses pada tanggal 16 Maret 2021

Dewi, S., Listyowati, D., & Napitupulu, B. E. (2019). Dampak Ekonomi Dari Migrasi: Kasus
Di Indonesia. Jurnal Mitra Manajemen, 10(2).

Nehen, Ketut. 2018. Perekonomian Indonesia. Cetakan Ketiga. Denpasar: Udayana


University Press.

Rianda, C. N. (2020). Analisis Dampak Pengangguran Berpengaruh Terhadap Individual.


At- Tasyri': Jurnal Ilmiah Prodi Muamalah, 17-26.

Samuelson, P.A dan W. Nordhaus. 2001. Ilmu Makro Ekonomi. Edisi 17. Jakarta: PT
Media Global Edukasi

1
2

Anda mungkin juga menyukai