Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2019 lebih dari 150,4 juta penduduk
dari seluruh penduduk indonesia yang berjumlah 266, 91 juta jiwa atau sekitar 56,35
% penduduk Indonesia berada di pulau jawa, sedangkan luas pulau jawa yaitu 128.297
Km2. Kepadatan pulau jawa rata – rata untuk tahun 2019 adalah sekitar 1.169 orang per
Km2. Pulau sumatera dengan luas wilayah 473.481 km2 mempunyai jumlah penduduk
pada tahun 2019 sebanyak 58,46 juta jiwa atau kepadatan penduduknya sekitar 123
jiwa per Km2. Pulau Sulawesi, dengan jumlah penduduk pada tahun 2019 sebanyak 19,56
juta jiwa dan luas pulau 174.600 Km2, mempunyai kepadatan penduduk sekitar 112 orang
per km2. Sedangkan pulau Kalimantan, dengan jumlah penduduk pada tahun 2019
sebanyak 16,23 jiwa dengan luas wilayah 539.460 km2, mempunyai kepadatan
penduduk sekitar 30 orang per km2. Pulau Maluku memiliki jumlah penduduk sebesar 3
juta jiwa. Pulau Papua memiliki jumlah penduduk sebesar 4,3 juta jiwa. Serta pulau Bali
dan Nusa tenggara mempunyai jumlah penduduk sebesar 14,91 juta jiwa. 1
Tabel kepadatan penduduk menurut provinsi 2019 (jiwa/km²)
Jumlah Kepadatan
Luas Wilayah
Penduduk Penduduk
Wilayah
(Juta Jiwa) (orang per km2)
2
(km )
Pulau Jawa 150,4 128.297 1.169
Sekitar tahun 1960an, tingkat mortalitas terutama untuk bayi dan anak masih tinggi
di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa tingkat mortalitas turun sebesar 50 persen
dalam satu dekade. Tingkat mortalitas ini telah mulai menurun sebelum adanya Program
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1972. Di samping mortalitas bayi dan
anak, pola umum dari mortalitas dewasa menunjukan adanya kemungkinan kematian yang
lebih tinggi pada usia muda dan tua, serta tingkat kematian yang rendah pada usia 20-45
tahun. Penyebab utama kematian bayi dan anak adalah penyakit menular (termasuk
muntah darah), pneumonia, dan penyakit masa kanak-kanak seperti kekurangan gizi. 6
Tidak perlu diragukan lagi bahwa memang benar program Keluarga Berencana
sangatlah memegang peranan penting dalam penurunan tingkat fertilitas. Hal ini jelas
karena kelahiran dapat dicegah. Selain itu, telah terjadi perubahan pola-pola perkawinan,
yakni meningkatnya usia kawin pertama, bertambahnya jumlah wanita yang tidak kawin,
yang diimbangi dengan menurunnya jumlah perceraian. Diperkirakan bahwa tingkat fertilitas
di Indonesia telah mengalami penurunan dari 5,5 persen pada tahun 1970 menjadi sekitar
2,7 persen pada tahun 2000.
Dengan mengetahui jumlah dan persentase penduduk di tiap kelompok umur, dapat
diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi sebagai beban. Juga dapat dilihat berapa
persentase penduduk yang berpotensi sebagai modal dalam pembangunan yaitu
penduduk usia produktif. Rasio ketergantungan penduduk adalah perbandingan antara
pemuda berusia dibawah 15 tahun yang tentunya belum memiliki pendapatan sendiri,
dengan orang - orang dewasa yang aktif atau produktif secara ekonomis berusia 15 tahun
hingga 64 tahun. Fenomena ketergantungan penduduk berusia muda ini selanjutnya
menimbulkan masalah lain, yakni konsep penduduk tua dan penduduk muda dan
momentum pertumbuhan penduduk yang tersembunyi.
2. Apa saja yang harus dilakukan Indonesia untuk peningkatan angkatan kerja yang
akan terjadi di masa mendatang? Tersediakah cukup banyak kesempatan kerja
untuk mereka atau apakah pemerintah hanya berusaha agar tingkat pengangguran
tidak meningkat, atau membiarkannya begitu saja?
3. Apa sajakah implikasi dari jumlah penduduk yang besar dan distribusi yang tidak
merata ini terhadap peluang mereka untuk meringankan penderitaan hidupnya?
Apakah program transmigrasi dapat memecahkan sebagian dari masalah
kependudukan?
Secara umum, migrasi sering diartikan sebagai perpindahan penduduk yang relatif
permanen dari satu daerah ke daerah lain. Di Indonesia, penduduk melakukan migrasi dari
satu daerah ke daerah lain tapi masih di wilayah Indonesia (migrasi internal). Penduduk
Indonesia juga melakukan migrasi dari Indonesia ke negara lain (migrasi internasional)
dan juga urbanisasi yang menimbulkan migrasi dari suatu kota ke kota lain yang
berdekatan tanpa bermaksud tinggal secara permanen, yang dikenal dengan migrasi ulang
alik (commuter migration). Adapun Migrasi sirkuler (migrasi musim) adalah penduduk yang
berpindah tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat tujuan, misalnya kuli bangunan
yang mencari nafkah di kota dan pulang ke kampungnya setiap setahun sekali.
Adanya migrasi tentu mempunyai dampak baik itu dampak ekonomi maupun
dampak social. Untuk daerah yang ditinggalkan, akan berakibat kekurangan tenaga kerja
sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang melambat sedangkan untuk daerah
yang dituju akan mendapat tambahan tenaga kerja sehingga pertumbuhan ekonominya
menjadi meningkat.
1
1
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, S., Listyowati, D., & Napitupulu, B. E. (2019). Dampak Ekonomi Dari Migrasi: Kasus
Di Indonesia. Jurnal Mitra Manajemen, 10(2).
Samuelson, P.A dan W. Nordhaus. 2001. Ilmu Makro Ekonomi. Edisi 17. Jakarta: PT
Media Global Edukasi
1
2