Anda di halaman 1dari 19

EKONOMI MAKRO LANJUTAN (EKI 214 A2)

UANG DAN INFLASI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Uang dan Inflasi” dengan baik.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ni Luh Karmini, SE. M.Si
selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini. Tak lupa kepada semua
pihak yang bersangkutan, kami ucapkan terimakasih karena telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik dan saran yang
bersifat membangun kami harapkan guna perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca unutuk menambah pengetahuan.

Jakarta , 19 Februari 2021


Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................................i

Bab I. Pendahuluan..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2

Bab II. Pembahasan.............................................................................................................3

2.1 Konsep Uang...............................................................................................................3

2.2 Teori Kuantitas Uang...................................................................................................4

2.3 Seigniorage..................................................................................................................8

2.4 Inflasi dan Tingkat Bunga.........................................................................................11

2.5 Tingkat Bunga Nominal dan Permintaan Terhadap Uang...........................................8

2.6 Biaya Sosial Inflasi......................................................................................................8

2.7 Hiperinflasi..................................................................................................................8

Bab III. Penutup.................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan…............................................................................................................14

Daftar Pustaka....................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada abad VII SM sebelum adanya uang logam, orang-orang saat itu
belum mengenal yang namanya uang. Sehingga semua kegiatan ekonomi
hanya dilakukan dengan tukar menukar barang yang kita kenal dengan istilah
“barter”. Contohnya, Penduduk pendalaman meletakan hasil buminya di
pinggir jalan, kemudian penduduk setempat hanya mengambil barang yang
mereka inginkan dan menukarkan dengan barang milik mereka sendiri. Selain
barter, masih ada cara lai yang digukanan orang pada zaman dulu untuk
bertransksi.
Dengan berjalanya waktu dan zamanpun semakin berkembang, orang
tidak lagi menggunakan cara barter untuk bertransaksi. Orang menggunakan
lambang atau benda untuk menukar barangnya. Ada yang memakai kepingan
batu, kepingan tulang, kulit kerang, sampai bahkan ada yang mengunakan
tanah liat. Dengan menggunakan cara tersebut fungsi uang sudah mulai
mendekati, Namun masih banyak orang yang bingung atau kesulitan untuk
menentukan dan menetapkan nilai tukar dari masingmasing benda yang
ditukarkan.
Sekitar abad ke-7 SM kemudian mulai digunakan koin yang terbuat
dari campuran perak dan emas oleh bangsa Lidia (sekarang sudah menjadi
bagian dari negara turki). Kemudian disusul oleh bangsa Cina yang
mengunkan dan yang pertama kali menemukan uang kertas pada abad ke11
M. Seiring dengan berjalanya waktu dan perekonomian mulai berkembang,
Banyak orang menggunakan menggunakan uang logam dan bahkan
bertambah, Sehingga mendapatkan kesulitan karena jumlah uang logam mulia
yang sangat terbatas. Untuk melakukan transaksi dengan jumlah besar
menggunakan uang logam juga sulit dilakukan.
Sesudah itu mata uang yang digunakan sebagai alat tukar semakin
berkembang. Adapun perubahan yang terjdadi pada nilai, pecahanya, pada
bentuk dan juga nama penyebutanya, bahkan bahan untuk pembuatan mata
uang tersebut. Bahan yang digunakan untuk pembuatan mata uang banyak
macamnya salah diantaranya dari kertas khusus(tidak mudah rusak), uang dan
juga logam. Jika diliat dari sisi bentuknya ada yang berbentuk bulatan dan
juga ada yang persegi panjang. Kalau dari segi pecahanya dikenal dengan
sebutan sen. Begitu juga nama mata uang disetiap negara berbedabeda,
semisal Indonesi (rupiah), India (Rupee), Malaysia (Ringgit), Amerika
(Dollar), dan Arab (Rial).
Mata uang indonesia yang dikenal dengan nama “Rupiah” berasal dari
nama “Rupee” yaitu satuan mata uang dari India. Sesudah proklamasi tahun
1945 sejarah uang Republik Indonesia dimulai. Maka dari situlah pemerintah
merasa perlunya mengeluarkan uang. Uang tidak hanya berfungsi sebagai alat
pembayaran, menurut pemerintah saat itu. Namun uang juga bisa berfungsi
sebagai lambang kedaulatan pemerintahan Repubik Indonesia dan dunia
internasional akan mudah mengenal bangsa Indonesia dengan mata uang itu
sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja konsep uang?
2. Apa itu teori kuantitas uang?
3. Apa itu seigniorage?
4. Apa itu inflasi dan tingkat bunga?
5. Apa itu tingkat bunga nominal dan permintaan terhadap uang?
6. Apa itu biaya social inflasi?
7. Apa itu hiperinflasi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui apa saja konsep uang
2. Dapat mengetahui apa itu teori kuantitas uang
3. Dapat mengetahui apa itu seigniorage
4. Dapat mengetahui apa itu inflasi dan tingkat bunga
5. Dapat mengetahui apa itu tingkat bunga nominal dan permintaan terhadap
uang
6. Dapat mengetahui apa itu biaya social inflasi
7. Dapat mengetahui apa itu hiperinflasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Uang


Pengertian uang dalam ekonomi tradisional, uang didefinisikan
sebagai setiap alat tukar yang bisa diterima secara umum. Pengetian uang
dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang
tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian
barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya bahkan untuk
pembayaran hutang. Kesimpulannya, uang adalah suatu benda yang diterima
secara umum oleh masyarakat untuk mengukur nilai, menukar, dan
melakukan pembayaran atas pembelian barang dan jasa, dan pada waktu yang
bersamaan bertindak sebagai alat penimbun kekayaan.

Jika ditilik dari sejarah, pada awalnya masyarakat belum mengenal


sistem barter karena setiap orang memenuhi kebutuhan dengan usahanya
sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu kebutuhan manusia jadi bertambah
sehingga yang mereka produksi sendiri tidaklah cukup. Untuk bisa memenuhi
kebutuhan ini, mereka mencari orang yang mau menukarkan barang yang
dimilikinya dengan barang yang diinginkan. Muncullah sistem barter di mana
transaksi dilakukan dengan cara tukar-menukar barang antar individu.

2.1.1 FUNGSI UANG


Uang memiliki tiga tujuan, yaitu sebagai penyimpan nilai, unit
hitung, dan media tukaran.
1. Sebagai penyimpan nilai (store of value), uang adalah cara
mengubah daya beli dari masa kini ke masa depan.
2. Sebagai unit hitung (unit of account), uang memberikan ukuran di
mana harga ditetapkan dan utang dicatat.
3. Sebagai media pertukaran (medium of exchange), uang adalah apa
yang kita gunakan untuk membeli barang dan jasa

2.1.2 Jenis – Jenis Uang


Uang yang beredar dalam masyarakat dapat dibedakan dalam
dua jenis, yaitu uang kartal (sering pula disebut sebagai common
money) dan uang giral. Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan
wajib digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual-beli
sehari-hari. Sedangkan yang dimaksud dengan uang giral adalah uang
yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) yang
dapat ditarik sesuai kebutuhan. Uang ini hanya beredar di kalangan
tertentu saja, sehingga masyarakat mempunyai hak untuk menolak jika
ia tidak mau barang atau jasa yang diberikannya dibayar dengan uang
ini.

Uang yang tidak memiliki nilai interinsik disebut Uang Atas –


Unjuk (fiat money) ditetapkan sebagai uang berdasarkan dekrit
pemerintah, atau atas unjuk pemerintah. Dimasa lalu, perekonomian
berjalan menggunakan Uang komoditas (commodity money) sebagai
alat pembayaran menggunakan komoditas dengan nilai interinsik
sebagai uang. Contohnya emas (gold standard). standar emas berlaku
di dunia selama akhir abad ke – 19.

2.2 Teori Kuantitas Uang


Teori kuantitas uang adalah teori bahwa variasi harga berkaitan
dengan variasi jumlah uang beredar. Versi yang paling umum, kadang-kadang
disebut "teori neo-kuantitas" atau teori Nelayan, menunjukkan ada hubungan
proporsional mekanis dan tetap antara perubahan dalam jumlah uang beredar
dan tingkat harga umum. Perumusan teori kuantitas uang yang populer dan
kontroversial ini didasarkan pada persamaan oleh ekonom Amerika Irving
Fisher.

Hubungan di antara transaksi dan uang ditunjukan dalam persamaan


berikut, yang disebut persamaan kuantitas (quantity equation):

Uang x Perputaran = Harga x Transaksi


M x V = P x T
M = Uang (Kuantitas Uang)
V = Perputaran (Menyatakan berapa kali uang berpindah tangan dalam
periode tertentu)
P = Harga (Harga dari suatu transaksi tertentu)
T = Total jumlah transaksi dalam setahun (Dengan kata lain, berapa kali
dalam setahun barang dan jasa dipertukarkan dengan uang)

Persamaan kuantitas adalah sebuah identitas ; definisi dari 4 variabel


membuat nilainya benar. Persamaan ini berguna karena menunjukan bahwa
jika satu variabel – variabel itu berubah, satu atau lebih variabel lainnya juga
harus berubah untuk menjaga kesamaan. Misalnya, jika kuantitas uang
meningkat dan perputaran uang tidak berubah, maka baik harga atau jumlah
transaksi harus meningkat.

2.2.1 Dari Transaksi Menjadi Pendapatan


Transaksi dan ouput sangat output sangat berkaitan, karena
semakin banyak perekonomian berproduksi semakin banyak barang
dibeli dan dijual. Jika Y menyatakan jumlah output dan P menyatakan
harga satu unit output, maka nilai uang dari output adalah PY. Pada
pendapatan nasional, Y adalah GDP riil, P adalah deflator GDP, dan
PY adalah GDP nominal. Persamaan kuantitas menjadi
Uang x Perputaran = Harga x Output
M x V = P x Y
M = Uang (Kuantitas Uang)
V = Perputaran Pendapatan Uang (menyatakan berapa kali uang
masuk ke dalam pendapatan sesorang dalam periode waktu tertentu)
P = Harga (Harga dari satu unit output)
Y = Jumlah Ouput

2.2.2 Fungsi Permintaan Uang dan Persamaan Kuantitas


Fungsi Permintaan Uang (money demand function) adalah
persamaan yang menunjukan apa yang menentukan kuantitas
keseimbangan uang riil yang ingin ditahan orang. Fungsi permintaan
uang adalah sederhana adalah
(M/P)d = kY
k = konstanta yang menyatakan berapa banyak uang yang ingin
ditahan orang untuk setiap pendapatan. Pendapatan yang tinggi
mendorong pemintaan yang lebih besar terhadap keseimbangan uang
riil. Ketika orang ingin menahan banyak uang untuk setiap pendapatan
(k besar), uang tidak sering berpindah tangan (v kecil) begitu pula
berlaku sebaliknya.

2.2.3 Asumsi Perputaran Konstan


Sebagaimana dengan banyak asumdi dalam ilmu ekonomi,
asumsi perputaran konstan hanyalah suatu pendekatan terhadap
realitas. Perputaran berubah jika fungsi permntaan uang berubah.
Perputaran diasumsikan konstan dan melihat apakah asumsi ini
menunjukan pengaruh jumlah uang beredar terhadap perekonomian.
setelah kita mengasumsikan bahwa perputaran adalah konstan,
persamaan kuantitas bisa dilihat sebagai teori yang menetukan GDP
nominal. Persamaan kuantitas menyebutkan
M V́ =PY
Dimana garis di atas V berarti bahwa perputaran adalah tetap. Karena
itu, perubahan dalam kuantitas uang (M) harus menyebabkan
perubahan yang proporsional dalam GDP nominal (PY). Yaitu, jika
perputaran adalah tetap, kuantitas uang menentukan nilai uang dari
ouput perekonomian.

2.2.4 Uang, Harga, dan Inflasi


Sekarang kita mempunyai teori yang menjelaskan apa yang
menentukan seluruh tingkat harga perekonomian. Teori tersebut memiliki
3 unsur :
1. Faktor-faktor produksi dan fungsi produksi menentukan tingkat output
Y.
2. Jumlah uang beredar, M. menetukan nilai output nominal, PY.
Kesimpulannya ini berasal dari persamaan kuantitas dan asumsi bahwa
perputaran uang adalah tetap.
3. Tingkat harga P adalah rasio dari nilai nominal output PY terhadap
tingkat output Y. Jadi, teori kuantitas menunjukkan tingkat harga
adalah proporsional dengan jumlah uang beredar.
Dengan kata lain, kapabilitas produktif dari perekonomian
menentukan GDP riil, kuantitas uang menentukan GDP nominal, dan
deflator GDP adalah rasio dari GDP nominal terhadap GDP riil. Dengan
kata lain dapat juga dikatakan bahwa, teori kuantitas uang menyatakan
bahwa bank sentral, yang mengawasi jumlah uang beredar, memiliki
kendali tertinggi atas tingkat inflasi. Jika bank sentral mempertahankan
jumlah uang yang beredar tetap stabil, tingkat harga akan stabil. Jika bank
sentral meningkatkan jumlah uang beredar dengan cepat, tingkat harga
akan meningkat dengan cepat.

2.3 Seigniorage : Penerimaan dari Pencetakan Uang


Penerimaan yang ditingkatkan melalui pencetakan uang disebut
seignorance. Istilah ini berasal dari kata seigneur, sebutan orang Prancis pada
“tuan tanah”. Di abad pertengahan, tuan tanah memiliki hak ekskusif untuk
mencetak uang. Sekarang, hak ini dimiliki oleh pemerintah pusat, dan
merupakan salah satu sumber penerimaan.

2.3.1 Perhitungan seigniorage


Katakanlah, pemerintah mencetak uang kertas Rp10.000. Nilai
nominal uang itu pasti jauh lebih tinggi daripada kertas yang digunakan
untuk mencetaknya. Semakin besar perbedaannya, semakin tinggi
keuntungan. Ini juga menjadi lebih sangat besar ketika melibatkan
volume besar pencetakan uang.

Kami dapat menghitung seigniorage dengan mengurangi biaya


pembuatan dan mendistribusikan uang dari nilai pasarnya. Jika biaya
Rp2.000 untuk menghasilkan Rp10.000 dalam denominasi, seigniorage
adalah Rp8.000.Uang kertas dan elektronik memiliki seigniorage yang
lebih tinggi daripada koin logam, yang harganya lebih mahal.
Pemerintah bisa mendanai pengeluarannya dalam tiga cara:
1. Meningkatkan penerimaan lewat pajak
2. Meminjam dari masyarakat dengan menjual obligasi pemerintah
3. Mencetak uang. Penerimaan yang ditingkatkan melalui pencetakan
uang disebut seigniorage. Peningkatan jumlah uang beredar akan
menyebabkan inflasi, namun inflasi ini meningkatkan penerimaan
bagi pemerintah seakan menetapkan pajak inflasi.

Ketika mencetak uang baru, pemerintah membuat uang lama di


tangan masyarakat menjadi berkurang nilainya karena ketika harga
naik, nilai riil uang di masyarakat turun. Jadi inflasi seperti pajak atas
memegang uang, ditanggung oleh setiap orang yang mempunyai uang
tersebut. Seigniorage hanya terjadi pada sistem fiat money.

2.4 Inflasi dan Tingkat Bunga


2.4.1 Dua Tingkat Bunga : Riil dan Nominal
Tingkat bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan
mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu. Faktor penentu
tingkat bunga terbagi atas dua faktor, yaitu internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar,
dan ekspektasi inflasi. Sedangkan faktor eksternalnya adalah
penjumlahan suku bunga luar negeri dan tingkat ekspektasi perubahan
nilai tukar valuta asing.
Tingkat bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu tingkat
bunga nominal dan tingkat bunga riil. Tingkat bunga nominal adalah
rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah
uang yang dipinjam. Sedangkan tingkat bunga riil lebih menekankan
pada rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli
uang yang dipinjam.
Tingkat bunga riil adalah selisih antara tingkat bunga nominal
dengan laju inflasi.
r=𝑖−π
r = tingkat bunga riil
i = tingkat bunga nominal
𝜋 =tingkat inflasi

2.4.2 Efek Fisher Persamaan di atas (Fisher equation)


Menunjukan tingkat bunga bisa berubah karena tingkat bunga
riil berubah atau karena tingkat inflasi berubah. Teori kuantitas dan
persamaan fisher sama-sama menyatakan bagaimana pertumbuhan
uang mempengaruhi tingkat bunga nominal.

Menurut persamaan fisher, kenaikan 1 persen dalam tingkat


inflasi menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat bunga nominal.
Dua Tingkat Bunga Riil: Ex Ante dan Ex Post. Tingkat bunga riil ex
ante adalah tingkat bunga riil yang diharapkan pemberi pinjaman dan
peminjam ketika kesepakatan dibuat. r = 𝑖 − 𝜋𝑒. Tingkat bunga riil ex
post adalah tingkat bunga riil yang terealisasi secara nyata. r = 𝑖 − 𝜋
Efek fisher dinyatakan dengan i = 𝑟 + 𝜋e

2.5 Tingkat Bunga Nominal dan Permintaan terhadap Uang


Kita akan bahas determinan lain dari jumlah uang yang diinginkan
tingkat bunga nominal.
2.5.1 Biaya Memegang Uang
Cara untuk melihat bahwa biaya memegang uang sama dengan
tingkat bunga nominal adalah dengan membandingkan pengembalian
riil atas aset alternatif. Aset selain uang, seperti obligasi pemerintah
memperoleh pengembalian riil r. Pengembalian riil r adalah tingkat
keuntungan yang diharapkan. Uang menghasilkan pengembalian riil
yang diharapkan sebesar – 𝜋e, karena nilai riilnya menurun pada
tingkat inflasi. Ketika kalian memegang uang, kalian melepaskan
selisih antara kedua keuntungan ini. Jadi, biaya memegang uang
adalah r – (-𝜋e), yang dijelaskan oleh persamaan Fisher yaitu tingkat
bunga nominal i. sama seperti jumlah roti yang diminta tergantung
pada harga roti, maka kuantitas uang tergantung pada harga
penyimpanan uang. Karenanya, permintaan uang riil bergantung pada
tingkat pendapatan dan pada tingkat bunga nominal. Fungsi umum
permintaan uang adalah sebagai berikut :
(M/P)d = L(i, Y)

2.5.2 Uang Masa Depan dan Harga Sekarang


Sebagaiamana dijelaskan oleh teori kuantitas uang, jumlah
uang beredar dan permintaan uang sama-sama menentukan
ekuilibrium tingkat harga. Perubahan tingkat harga menurut definisi,
adalah tingkat inflasi. Inflasi mempengaruhi tingkat Bungan nominal
melalui efek Fisher. Tapi karena tingkat bunga nominal adalah biaya
memegang uang, tingkat bunga memberi umpan balik untuk
mempengaruhi permintaan uang.

Bagaimana permintaan dan penawaran uang memengaruhi


teori tingkat harga. Pertama, samakan keseimbangan penawaran uang
riil M / P dengan permintaan L (i, Y):
M / P = L (i, Y).
Selanjutnya, gunakan persamaan Fisher untuk menuliskan tingkat
bunga nominal sebagai jumlah dari tingkat bunga riil dan inflasi yang
diharapkan:
M / P = L (r + Ep , Y).

2.6 Biaya Sosial dari Inflasi


Inflasi dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan penawaran aregrat.
Sebab kenaikan harga akan memacu produsen untuk meningkatkan outputnya.
Umumnya ekonom sepakat bahwa inflasi yang aman adalah sekitar 5%
pertahun. Jika terpaksa, maksimal 10% per tahun. Namun, ada beberapa
masalah social yang ditimbulkan dari inflasi ini sendiri (≥ 10% per tahun). Di
antaranya adalah
a) Menurunnya Tingkat Kesejahteraan Rakyat
Tingkat kesejahteraan masyarakat, sederhananya diukur dengan tingkat
daya beli pendapatan yang diperoleh inflasi menyebabkan daya beli
pendapatan makin rendah, khususnya bagi masyarakat yang
berpenghasilan kecil dan tetap (kecil).

b) Makin Buruknya Distribusi Pendapatan


Dampak buruk inflasi terhadap tingkat kesejahteraan dapat dihindari jika
pertumbuhan tingkat pendapatan lebih tinggi dari tingkat inflasi. Jika
inflasi 20% per tahun, pertumbuhan tingkat pendapatan harus lebih besar
dari 20% per tahun. Persoalannya adalah jika inflasi mencapai angka 20%
per tahun, dalam masyarakat hanya segelintir orang yang mempunyai
kemampuan meningkatkan pendapatannya ≥ 20% per tahun. Akibatnya,
ada sekelompok masyarakat yang mampu meningktakan pendapatan riil
(pertumbuhan pendapatan nominal dikurangi laju inflasi lebih besar dari
0% per tahun). Tetapi sebagian besar masyarakat mengalami penurunan
pendapatan riil. Distribusi pendapatan, dilihat dari pendapatan riil, makin
memburuk.

c) Terganggunya Stabilitas Ekonomi


Stabilitas ekonomi adalah sangat kecilnya tindakan spekulasi dalam
perekonomian. Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak
perkiraan tentang masa depan (ekspektasi) para pelaku ekonomi. Inflasi
yang kronis menumbuhkan perkiraan bahwa harga–harga barang dan jasa
akan terus naik. Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembelian
barang dan jasa lebih banyak dari yang seharusnya/biasanya. Tujuannya
untuk lebih menghemat pengeluaran konsumsi. Akibatnya, permintaan
barang dan jasa justru dapat meningkat. Bagi produsen perkiraan akan
naiknya harga barang dan jasa mendorong mereka menunda penjualan,
untuk mendapat keuntungan yang lebih besar. Penawaran barang dan jasa
berkurang. Akibatnya, kelebihan permintaan membesar dan mempercepat
laju inflasi.

2.6.1 Cara mengatasi Inflasi


A. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan sebuah kebijakan yang berkaitan pada
pengaturan peredaran uang agar dapat menjamin kestabilan nilai uang.
Adapun tujuan pemerintah dalam hal mengatasi laju inflasi dengan
cara kebijakan moneter adalah sebagai berikut:
 Menyelenggarakan dan mengatur peredaran uang
 Menjaga dan memelihara kestabilan nilai uang, baik itu untuk
dalam negeri maupun untuk lalu lintas pembayaran luar negeri.
 Memperluas, memperlancar dan mengatur lalu lintas pembayaran
uang giral.
 Mencegah terjadinya inflasi.
Berbagai hal yang berkaitan dengan kebijakan moneter yang dilakukan
oleh pemerintah dalam rangka mengatasi inflasi dapat berupa seperti:
 Politik diskonto (Discount Policy), yaitu kebijakan bank yang
berhubungan dengan perubahan tingkat suku bunga.
 Politik pasar terbuka (Open market policy), yaitu kebijakan yang
berhubungan dengan pembelian dan penjualan surat berharga.
 Politik pembatasan kredit (Plafon credit policy), yaitu membatasi
pemberian pinjaman atau kredit kepada masyarakat.
 Politik uang ketat (Tight money policy), artinya kebijakan untuk
mengurangi banyaknya jumlah uang yang beredar.
 Politik cadangan kas (cash ratio policy), yaitu kebijakan yang
berhubungan dengan perbandingan antara kas dengan kredit yang
diberikan kepada masyarakat.

B. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubugan dengan finansial
pemerintah. Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui instrument
berikut:
 Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah, sehingga
pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan.
Pemerintah tidak menambah pengeluarannya agar anggaran tidak
defisit.
 Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan
mengurangi jumlah konsumsinya karena sebagian pendapatannya
untuk membayar pajak. Dan juga akan mengakibatkan penerimaan
uang masyarakat berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli
masyarakat yang menurun, dan tentunya permintaan akan barang
dan jasa yang bersifat konsumtif tentunya berkurang.

C. Kebijakan Non Moneter


Kebijakan non moneter adalah kebijakan yang tidak berhubungan
dengan finansial pemerintah maupun jumlah uang yang beredar, cara
ini merupakan langkah alternative untuk mengatasi inflasi. Kebijakan
non moneter dapat dilakukan melalui instrument berikut:
 Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya
 Menekan tingkat upah
 Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus
menetapkan hargamaksimal
 Pemerintah melakukan distribusi secara langsung

Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyperinflation)


ditempuh dengan cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang).
Sanering berasal dari Bahasa Belanda yang berarti penyehatan,
pembersihan, reorganisasi.
Kebijakan sanering antara lain:
a) Penurunan nilai uang
b) Pembekuan sebagian simpanan pada bank–bank dengan ketentuan
bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan
jangka panjang oleh pemerintah.
c) Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat
memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai
misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor
barang cenderung meningkat.Bertambahnya jumlah barang di dalam
negeri cenderung menurunkan harga.
d) Kebijakan penentuan harga dan indexing. Ini dilakukan dengan
penentuan ceiling price.
e) Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap
mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah
melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil.
Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang
satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk
kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri
terhadap mata uang asing.
2.7 Hiperinflasi
Hiperinflasi adalah inflasi yang tidak terkendali, dimana terjadi
lonjakan harga yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba, tanpa adanya
kenaikan pendapatan secara umum, sehingga jumlah uang yang beredar
terlalu banyak, namun nilai mata uang turun secara drastis. Kondisi
hiperinflasi terjadi apabila tingkat inflasi lebih dari 50%, bahkan mencapai
100% dalam sebulan.

2.7.1 Sebab-Sebab Hiperinflasi


Sebagian besar hiperinflasi berawal ketika penerimaan pajak
pemerintah tidak cukup untuk membayar pengeluarannya. Meskipun
lebih suka menandai deficit anggaran ini dengan berutang, pemerintah
tidak dapat mengutang, barangkali karena para pengutang memandang
bahwa pemerintah mempunyai risiko kredit yang buruk. Untuk
menutup deficit itu, pemerintah beralih pada satu-satunya mekanisme
yang berada di bawah kendalinya-mesin pencetak uang. Akibatnya
adalah pertumbuhan uang yang pesat dan hiperinflasi.
Begitu hipeinflasi muncul, masalah-masalah fiscal menjadi
lebih berat. Karena ada rentang dalam pengumpulan pajak,
penerimaan pajak riil menurun begitu inflasi meningkat. Jadi,
kebutuhan pemerintah untuk mengandalkan seigniorage merupakan
upaya penguatan-diri. Penciptaan uang yang cepat mendorong
hiperinflasi, yang menyebabkan deficit anggaran yang lebih besar,
yang kemudian mendorong penciptaan uang yang lebih cepat lagi.
Akhir dari hiperinflasi sering berbarengan dengan reformasi
fiscal. Begitu besaran masalah semakin jelas, pemerintah akhirnya
mengubah haluan politiknya untuk mengurangi pengeluaraan dan
meningkatkan pajak. Reformasi fiscal ini mengurangi kebutuhan
terhadap seigniorage, yang menyebabkan penurunan pertumbuhan
uang. Jadi, meskipun bahkan jika inflasi selalu dan di mana pun
merupakan fenomena moneter, namun akhir dari hiperinflasi biasanya
merupakan fenomena fiscal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proposisi Milton Friedman mengatakan bahwa pergerakan ke
atas dalam tingkat harga merupakan fenomena moneter hanya jika hal itu
merupakan proses yang terus menerus. Jadi, inflasi dapat didefinisikan
sebagai kenaikan tingkat harga yang terus-menerus dan cepat.
Pertumbuhan uang yang tinggi mengakibatkan laju inflasi yang
tinggi. Inflasi tidak diakibatkan oleh kebijakan fiskal ataupun fenomena
yang terjadi di sisi penawaran. Ringkasnya, dari analisis penawaran dan
permintaan agregat menunjukkan bahwa inflasi yang tinggi dapat terjadi
hanya jika tingkat pertumbuhan uang yang beredar yang tinggi.
Meskipun dampak dari inflasi telah diketahui, namun
pemerintah tetap melaksanakan kebijakan yang mengakibatkan jumlah
uang yang beredar dalam masyarakat meningkat atau yang disebut
kebijakan moneter inflasioner. Hal ini karena beberapa alasan diantaranya
adalah meningkatkan kesempatan kerja. Pemerintah sering kali berusaha
menyediakan kesempatan kerja yang tinggi namun mengabaikan
konsekuensi darai kebijakan tersebut terhadap inflasi. Sehingga dapat
menyebabkan dua jenis inflasi yaitu: inflasi karena dorongan biaya
(CostPush Inflation) dan inflasi karena terikan permintaan (Demand-Pull
Inflation).
Kebijakan fiskal pemerintah juga dapat memicu terjadinya
inflasi. Defisit dapat menjadi sumber inflasi yang berkelanjutan hanya jika
defisit itu terjadi terus-menerus dan bukan sementara dan jika pemerintah
mendanai denagn menciptakan uang daripada menerbitkan obligasi ke
publik. Namun, jika defisit pemerintah didanai oleh kenaikan jumlah
obligasi yang dipegang oleh publik, tidak terdapat pengaruh terhadap uang
primer demikian pula terhadap uang yang beredar.
DAFTAR PUSTAKA
Macroeconomics, 7th Edition. New York: Worth. Publishers. Mankiw
N,Gregory, dkk. 2012, Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba.
Empat.

Anda mungkin juga menyukai