Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EKONOMI MATERI UANG INDONESIA KE INDONESIA

DI SUSUN OLEH :

NAMA : LIRA VIRNA RETA

KELAS : X IPS 2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rida dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Uang Indonesia Dari Masa
Ke Masa “. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada berbagai sumber yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat terwujud.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata pelajaran ekonomi
materi mengenai Uang Indonesia Dari Masa Ke Masa. Dan pada makalah ini akan dibahas
perkembangan uang Indonesia.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam makalah yang disusun.
Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari pembaca
senantiasa diterima oleh penulis guna meningkatkan kualitas pembuatan makalah ke depannya.

Bengkulu. 24 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Uang adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi hampir semua orang. Bagaimana
tidak, semua kebutuhan setiap orang baru akan terpenuhi jika mempunyai uang. Baik untuk
bertahan hidup seperti membeli makan dan kebutuhan primer lainnya, maupun untuk
memenuhi kebutuhan lainnya. Baik kebutuhan sekunder bahkan kebutuhan tersier.
Di masa sekarang masyarakat menggunakan uang untuk mempermudah kesehariannya.
Bisa dikatakan masyarakat menjadi sangat bergantung pada uang. Uang menjadi barang yang
tidak boleh ketinggalan untuk di bawa kemana pun. Kemana pun dalam artian kemana saja,
bahkan untuk buang air kecil di toilet umum pun harus bayar.
Seiring perkembangan zaman, masyarakat mulai terbiasa dengan kebiasaan instan dan
tidak praktis. Salah satu contoh adalah masyarakat lebih memilih membawa uang kemana-
mana dalam bentuk uang kertas dibandingkan membawa uang koin. Benar jika dikatakan
tidak praktis, karena secara uang koin memiliki bentuk yang solid/keras dan apabila di bawa
dalam jumlah yang banyak tentu akan sangat mengganggu. Karena kebiasaan instan itulah
masyarakat mulai malas menggunakan koin sebagai alat pembayaran. Kebiasaan ini tentunya
berlaku di semua kalangan masyarakat dengan berbagai golongan dan berbagai usia. Tidak
terkecuali terjadi dengan para pelaku usaha berupa toko ataupun pelaku usaha lain.
Beberapa tahun terakhir kebiasaan instan dan malas menggunakan uang koin ini menjadi
ramai diperbincangkan masyarakat, Pasalnya beberapa pelaku usaha saat terjadi transaksi
jual beli dengan konsumen, memberikan permen sebagai pengganti uang kembalian dari
sebuah transaksi jual beli.
Mata uang berfungsi sebagai pengganti alat tukar atau yang dahulu dikenal dengan istilah
barang barter. Untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan, saat ini dibutuhkan uang sebagai
alat transaksi tunai dalam jual beli barang ataupun jasa.
Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai Uang di Indonesia Dari Masa Ke
Masa.
1.2 Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini :
1.2.1 Apa definisi Uang ?
1.2.2 Apa saja fungsi dan jenis uang ?
1.2.3 Bagaimana sejarah uang di Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berikut adanya tujuan penulisan pada makalah ini sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui definisi uang.
1.3.2 Mengetahui fungsi dan jenis uang.
1.3.3 Mengetahui sejarah uang di Indonesia.
BAB II
PENDAHULUAN
2.1 Definisi Uang
Sebelum mengenal uang masyarakat menggunakan sistem barter. Menurut Indrawati
(1988:4) sistem barter adalah pertukaran suatu komoditi dengan komoditi lain secara
langsung sesuai dengan kebutuhan yang bersangkutan. Sistem barter mengalami banyak
kesulitan, diantaranya menyepakati standar mengenai nilai suatu barang yang akan ditukar,
seperti seekor sapi ditukar dengan pakaian. Hal ini menyebabkan perekonomian barter tidak
efisien. Adanya keterbatasan-keterbatasan dalam perekonomian barter menimbulkan
kebutuhan akan suatu benda yang disebut dengan uang.
Robertson dalam bukunya Money, mendefinisikan uang sebagai segala sesuatu yang
umum diterima dalam pembayaran barang-barang (money is something which is widely
accepted in payments for goods).
R.S. Sayer dalam bukunya Modern Banking, mengartikan uang sebagai segala sesuatu
yang umum diterima sebagai pembayar utang (money is widely accepted for the settlement
of debts). A.C.
Pigou dalam bukunya The Veil of Money mengatakan, uang adalah segala sesuatu yang
umum dipergunakan sebagai alat penukar (money are those things that are widely used as a
media for exchange).
Albert Geilart Hart dalam bukunya yang berjudul Money, Debt and Economic Activity
mengatakan, uang adalah kekayaan dengan mana si empunya dapat melunaskan utangnya
dalam jumlah tertentu pada waktu itu juga (money is property with which the owner can pay
off the debt with certainly and without delay).
Rolin G. Thomas dalam karyanya berjudul Our Modern Banking and Monetary System
mengatakan, uang sebagai segala sesuatu yang siap sedia dan biasanya diterima umum atas
penjualan barang-barang, jasa-jasa dan aset lain yang berharga dan untuk pembayar utang
(money is something that is readily and generally accepted by the public for the sale of
goods, service, and other valuable assets, and for the payment of debts).
Uang adalah sesuatu yang diterima oleh masyarakat yang digunakan sebagai alat
pembayaran dan pembelian barang- barang dan jasa juga sebagai alat pembayaran hutang
(Iswardono,1999:4). uang dapat dijadikan sebagai alat perjuangan serta menunjukan
kedaulatan sebuah negara.
 Uang adalah segala sesuatu yang diterima umum sebagai alat pembayar barang-barang,
alat penukar, merupakan kekayaan dan dapat digunakan untuk membayar hutang (Rahardja,
1997, h.6). Dengan demikian, uang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran
yang sah di suatu negara. Uang menjadi benda yang sangat penting bagi kehidupan manusia
ketika melakukan transaksi ekonomi.

2.2 Fungi Dan Jenis Uang

Fungsi uang dalam masyarakat adalah sebagai alat:

1. Penukar (medium of exchange)


Uang Sebagai Alat Penukar Tukar menukar dengan tidak mempergunakan uang
banyak terdapat dalam masyarakat yang belum maju (istilahnya adalah barter). untuk
pemenuhan kebutuhannya. Uang sebagai alat penukar, maka kesulitan-kesulitan
seperti yang dihadapi masyarakat primitif tidak dijumpai lagi, karena adanya alat
penukar yang dapat diterima umum tanpa keragu-raguan. Masyarakat melakukan
tugasnya untuk memperoleh uang. Dengan uang ini pula berbagai kebutuhannya
dapat dipuaskan
2. Pengukur nilai (standart of value)
Uang sebagai alat pengukur nilai Jika suatu benda bertindak sebagai alat penukar,
pada hakikatnya benda itu telah pula menjalankan fungsinya sebagai alat pengukur
nilai. Jadi aneka macam kebutuhan manusia dapat diukur nilainya jika saja ada uang
sebagai alat ukurnya. Dan uang pada dasarnya memenuhi syarat untuk dijadikan
sebagai pengukur nilai yang umum. Dengan demikian, adanya uang sebagai alat
pengukur nilai, akan mempermudah anggota masyarakat untuk melakukan
perhitungan-perhitungan dalam upaya pemenuhan kebutuhannya.
3. Penimbun/penghimpun kekayaan (storage of value).
Uang sebagai alat penimbun kekayaan secara berkelakar dapat dimengerti bahwa
dengan adanya uang maka dapat menimbun harta baik harta tetap seperti perabotan,
maupun harta lancar berupa uang tunai yang ada di laci almari dan di sakunya, yang
penggunaannya pun dapat dilakukan di masa yang akan datang. Juga dapat mengatur
kebutuhan yang perlu dipuaskan secara tepat. Dan tidak perlu menyediakan gudang
khusus untuk menyimpan hartanya dalam bentuk barang kebutuhannya, tetapi cukup
dengan menyisihkan sebagian penghasilannya dalam bentuk uang tunai. Fungsi uang
berubah karena perubahan zaman, yakni dari zaman masyarakat primitif ke arah
zaman modern, maka sistem perekonomian ternyata juga mempunyai pengaruh atas
sifat fungsi primer dari uang.
Jenis Uang
Dalam perkembangan sejarah pemakaian uang, terdapat berbagai jenis uang yang beredar
di masyarakat dengan bermacam-macam istilah seperti full bodied money, token money,
uang kertas (paper money/folding money), uang giral (bank deposit money), dan near money.
Jenis-jenis uang tersebut ada yang dikeluarkan oleh pemerintah dan ada pula yang
dikeluarkan oleh lembaga keuangan (bank), baik bank pemerintah maupun swasta nasional
dan swasta asing.
A. Full Bodied Money ( Uang Bernilai Penuh)
Dikatakan bernilai penuh karena ada kesamaan antara nilai yang tertulis dalam mata
uang itu (nilai nominal) dengan nilai materi dari apa mata uang itu dibuat (nilai
intrinsiknya). Jadi mata uang yang nilai materi atau intrinsiknya sama dengan nilai
nominal atau nilai moneternya, disebut dengan istilah Full Bodied Money.
Bahwa pada umumnya yang termasuk Full Bodied Money adalah mata uang
yang terbuat dari logam mulia (terbuat dari emas dan perak). Di samping persyaratan
pada bahannya, persyaratan lainnya adalah:
1. ada kebebasan masing-masing orang untuk menempa jenis uang tersebut,
melebur, menjual dan memakainya
2. tiap orang mempunyai hak yang tidak terbatas dalam menyimpan (menimbun)
uang logam tersebut.
Eksistensi dari Full Bodied Money itu dapat dipertahankan kalau kedua syarat
tersebut dapat dijamin, karena persyaratan itu yang menyebabkan dapat terjadinya
kesamaan antara nilai nominal dan nilai materi daripada jenis uang tersebut.
Full Bodied Money umum dijumpai pada zaman dahulu, ketika negara-negara
atau kerajaan-kerajaan membuat mata uangnya dari emas dan perak.
B. Token Money (Token Munt)
Mata uang yang nilai intrinsik/materinya lebih kecil daripada nilai nominalnya. Uang
kertas bank maupun uang kertas pemerintah, atau uang logam yang lebih rendah
nilainya seperti timah, alumunium, nikel, platina, pada umumnya termasuk token
money, karena nilai nominal/moneternya sering lebih tinggi dari nilai
materi/intrinsiknya.
Walaupun nilai materinya kecil sekali, namun pada umumnya mata uang yang
terbuat dari kertas ini banyak dipergunakan, dengan alasan:
Pertama, ongkos pembuatannya relatif kecil bila dibandingkan dengan ongkos
pembuatan mata uang logam.
Kedua, jenis mata uang ini lebih ringan dan mudah dibawa, sehingga sifatnya
lebih praktis.
Ketiga, mudah dalam pemenuhannya bila sewaktu-waktu perlu ditambah, karena
relatif mudah untuk mendapatkan bahan bakunya (tidak perlu menambang terlebih
dahulu).
C. Uang Giral
Uang Giral (Bank deposits money) adalah utang suatu bank yang pengambilannya
dapat dilakukan sewaktu-waktu baik dengan cek ataupun giro. Cek adalah surat
perintah membayar yang dapat ditulis kepada pemegang serta dapat diindossir
kepada bank tertentu yang pembayarannya dengan tunai. Sedang giro adalah surat
perintah membayar kepada bank dengan pemindahbukuan atas nama seseorang atau
suatu badan hukum. Sebenarnya uang giral (bank deposits money) atau utang bank
pada seseorang atau suatu badan usaha itu ada 2 macam, yaitu:
1. Demand deposits money.
2. Time deposits money.
Namun yang dianggap sebagai uang giral hanya demand deposits money.
Sedang time deposits money bukan uang giral, karena tidak dapat diambil sewaktu-
waktu dengan cek ataupun giro. Kiranya jelas, jika uang kertas dikeluarkan oleh bank
sentral, maka uang giral dikeluarkan oleh bank sentral maupun bank komersial atau
bank umum. Pada dasarnya uang giral bukan merupakan alat pembayaran/penukaran
yang sah menurut Undang-Undang, sebab setiap orang tidak akan dapat dituntut, bila
tidak bersedia menerima alat pembayaran dengan uang giral tersebut. Berbeda halnya
dengan uang kertas bank. Karena uang tersebut merupakan alat pembayaran yang sah
2.3 Sejarah Uang Di Indonesia
 Era Kerajaan Nusantara
Di antara tahun 800 sampai 1600 Masehi transaksi dilakukan dengan koin emas dan
perak. Produk koin pertama yang ditemukan di Indonesia berasal dari dinasti Syailendra
yang diproduksi dari abad ke-9 hingga ke-12.
Selain menggunakan koin emas dan perak, untaian manik-manik juga dipakai sebagai alat
tukar. Manik-manik ini diproduksi oleh kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan menyebar
hingga pulau Jawa, Kalimantan sampai Indonesia bagian timur seperti Maluku. Di akhir
abad ke-13 Kerajaan Majapahit menerima kedatangan pedagang China dan menjadikan
koin tembaga sebagai alat tukar di masa itu.
 Era Kolonial Hindia-Belanda
Ketika orang-orang Eropa mulai berdatangan ke Indonesia atau Nusantara mereka
membawa koin emas dari Portugal dan Venesia. Lalu, perusahaan Hindia Timur Belanda
atau kita kenal dengan nama VOC pada abad ke-17 mengimpor koin perak untuk
membantu perdagangan di masa tersebut.
Namun, karena kurangnya pasokan timah, pada tahun 1724 perusahaan itu mulai
memproduksi koin tembaga sendiri, dicetak di enam provinsi di Belanda dan diimpor
dalam jumlah besar selama abad ke-18 hingga ke-19. Lalu, uang kertas pertama muncul
di tahun 1752 berkat pembentukan De Bank Courant dan Bank van Leening. Setelah
VOC bangkrut pada 31 Desember 1799, Republik Batavia mengeluarkan uang sendiri
dan membuat koin gulden perak pada tahun 1802.
 Era Penjajahan Jepang
Di tahun 1942, Jepang menginvasi Indonesia dan mengambil alih seluruh negeri.
Jepang membawa mata uang sendiri termasuk uang lokal dan gulden, lalu likuidasi bank-
bank, termasuk De Javasche Bank. Setelah itu terbitlah uang kertas yang dikeluarkan
oleh De Japansche Regeering dan menjadi alat pembayaran yang sah sejak Maret 1942.
Uang Jepang seharusnya memiliki nilai yang sama dengan uang Belanda, namun
terjadi hiperinflasi karena mencetak uang secara berlebihan. Di tahun 1944, Jepang
mengeluarkan uang yang dicetak dalam bahasa Indonesia. Stok uang kertas ini tetap
dipakai oleh pemerintah Indonesia sampai tahun 1946 ketika pemerintah baru bisa
mencetak uang sendiri.
 Era Perang Kemerdekaan

Pasca-kemerdekaan di 1945, Indonesia masih menghadapi berbagai permasalahan seperti


pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang hingga ancaman kedatangan tentara
NICA yang ingin menduduki lagi wilayah Indonesia. Maka dari itu, pada 1 Oktober
1945, Pemerintah Indonesia menetapkan berlakunya mata uang bersama di wilayah
Republik Indonesia (RI), yaitu uang De Javasche Bank, uang Hindia Belanda dan uang
Jepang. 

Kemudian keesokan harinya yakni pada 2 Oktober 1945, pemerintah Indonesia


mengeluarkan Maklumat Pemerintah Republik Indonesia yang menetapkan bahwa uang
NICA tidak berlaku di wilayah Republik Indonesia. Pada 3 Oktober 1945 pemerintah
Indonesia mengeluarkan kembali maklumat untuk menentukan jenis-jenis uang yang
sementara masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. 

Saat itu, Indonesia memiliki empat mata uang yang sah. Pertama, sisa zaman kolonial
Hindia-Belanda yaitu uang kertas De Javasche Bank. Kedua, uang kertas dan logam
pemerintah Hindia-Belanda yang telah disiapkan Jepang sebelum menguasai Indonesia
yaitu De Japansche Regeering dengan satuan gulden (f) yang dikeluarkan tahun 1942. 

Ketiga, uang kertas pendudukan Jepang yang menggunakan Bahasa Indonesia yaitu Dai
Nippon emisi 1943 dengan pecahan bernilai 100 rupiah. Keempat, Dai Nippon Teikoku
Seibu, emisi 1943 bergambar Wayang Orang Satria Gatot Kaca bernilai 10 rupiah dan
gambar Rumah Gadang Minang bernilai 5 rupiah. 

Kemudian setelah maklumat tersebut dikeluarkan, pemerintah RI pun menerbitkan Oeang


Republik Indonesia (ORI). Pencetakan ORI dikerjakan setiap hari dari jam 7 pagi sampai
jam 10 malam dari Januari 1946. Namun, pada Mei 1946, situasi keamanan
mengharuskan pencetakan ORI di Jakarta dihentikan dan terpaksa dipindahkan ke daerah-
daerah seperti Yogyakarta, Surakarta, Malang, dan Ponorogo. 

Hal ini yang menyebabkan, ketika ORI pertama kali beredar pada 30 Oktober 1946 yang
bertanda tangan di atas ORI adalah A.A Maramis meskipun sejak November 1945 ia
tidak lagi menjabat sebagai Menteri Keuangan. Pada waktu ORI beredar yang menjadi
Menteri Keuangan adalah Sjafruddin Prawiranegara di bawah Kabinet Sjahrir. 

Inflasi merajalela dan naik hingga 27 persen di tahun 1961. Di tahun selanjutnya,
melonjak jadi 174 persen dan menjadi 600 persen pada tahun 1965. Akibat kekacauan ini,
harga-harga pun melonjak naik dan indeks harga pada akhir tahun 1965 telah dihitung
363 kali lebih tinggi dari tahun 1958.

Akibat inflasi ini, beberapa nominal baru rupiah ditambahkan. Pada tahun 1970, Bank
Indonesia menambahkan nominal Rp 5.000 dan Rp 10.000 pada uang kertas baru. Setelah
inflasi terkendali, koin rupiah mulai diperkenalkan lagi, mulai dari nominal Rp 1 hingga
Rp100. Di September 1975, uang kertas pecahan Rp 100 ditarik permanen dari peredaran.
Era Krisis 1997-1998

Krisis keuangan Asia yang terjadi di tahun 1997-1998 mengurangi nilai rupiah hingga 80
persen. Inilah juga yang membuat orang-orang menggulingkan Soeharto dari kursi
kepresidenan setelah 32 tahun menjabat. Pada Juni 1998, rupiah mencapai titik terendah
yang menyentuh angka Rp 16.800 per 1 USD.

Lalu, uang pecahan Rp 50.000 yang sebelumnya bergambar Soeharto diganti dengan
gambar WR Soepratman pada pecahan yang sama. Ini dilakukan untuk menandai
berakhirnya kekuasaan orde baru dan memulai babak baru di era reformasi.
Era Reformasi 

Pada tahun 2000, uang kertas pecahan 100 dan 500 rupiah resmi dihentikan produksinya.
Ini terjadi karena ada devaluasi dramatis terhadap mata uang Indonesia. Penghentian ini
selaras dengan munculnya pecahan uang baru Rp 1.000 dan Rp 5.000. Sekitar tahun
2004, pecahan uang Rp 20.000 diperkenalkan. Sementara itu, di tahun 2005, direksi Bank
Indonesia mendesain ulang pecahan uang kertas Rp 10.000 dan Rp 50.000.
Terakhir, di tahun 2016, perubahan terbaru dilakukan. Tepatnya pada 19 Desember 2016,
Bank Indonesia meluncurkan desain baru uang kertas dan koin rupiah. Bank Indonesia
juga menempelkan teks ‘Negara Kesatuan Republik Indonesia’ pada uang kertas, bukan
Bank Indonesia seperti pada seri uang sebelumnya.
 Era Uang Digital 
Uang elektronik semakin bertumbuh dan berkembang. Alat pembayaran digital semakin
populer karena digalakkannya pembayaran tol nontunai. Terdapat dua jenis uang
elektronik yang telah diakui Bank Indonesia. Pertama yaitu berbasis kartu dengan chip
seperti kartu uang elektronik yang dikeluarkan oleh bank-bank. Kemudian ada e-wallet
atau dompet uang digital yang disediakan melalui platform-platform dompet uang
digital. 

Anda mungkin juga menyukai