Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UANG

RESUME MATERI KELOMPOK 2


LEMBAGA KEUANGAN
Dosen : George A. Simson Nubatonis, S.E.,M.Ak

OLEH KEL. 2 :

PASKALIA IAN NAHAK (20190003)


HELENA LOVENIA FAHIK (20190008)
STEFANIA KONO (20190011)
ANASTASIA NGGERU (20190158)

KELAS : 4/C

1
PEMBAHASAN

UANG

A. Pengertian Uang

Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang
dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apa pun yang dapat
diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa.
Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan
secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-
jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang. Beberapa ahli juga
menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran. Secara kesimpulan uang
adalah suatu benda yang dapat diterima secara umum oleh masyarakat untuk mengukur
nilai, menukar, dan melakukan pembayaran atas pembelian barang dan jasa, dan pada
waktu yang bersamaan bertindak sebagai alat penghimpun kekayaan.

Keberadaan uang menyediakan alternatif transaksi yang lebih mudah daripada


barter yang lebih kompleks, tidak efisien, dan kurang cocok digunakan dalam sistem
ekonomi modern karena membutuhkan orang yang memiliki keinginan yang sama
untuk melakukan pertukaran dan juga kesulitan dalam penentuan nilai. Efisiensi yang
didapatkan dengan menggunakan uang pada akhirnya akan mendorong perdagangan
dan pembagian tenaga kerja yang kemudian akan meningkatkan produktivitas dan
kemakmuran.

Pada awalnya di Indonesia, uang dalam hal ini uang kartal diterbitkan oleh
pemerintah Republik Indonesia. Namun sejak dikeluarkannya UU No. 13 tahun 1968
pasal 26 ayat 1, hak pemerintah untuk mencetak uang dicabut. Pemerintah kemudian
menetapkan Bank Sentral, Bank Indonesia, sebagai satu-satunya lembaga yang berhak
menciptakan uang kartal. Hak untuk menciptakan uang itu disebut dengan hak oktroi.

2
B. Sejarah Uang

Uang yang kita kenal sekarang ini telah mengalami proses perkembangan yang
panjang. Pada mulanya, masyarakat belum mengenal pertukaran karena setiap orang
berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha sendiri. Manusia berburu jika ia lapar,
membuat pakaian sendiri dari bahan-bahan yang sederhana, mencari buah-buahan
untuk konsumsi sendiri; singkatnya, apa yang diperolehnya itulah yang dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhannya hal ini terjadi pada masa sebelum adanya sistem barter.

Perkembangan selanjutnya menghadapkan manusia pada kenyataan bahwa apa


yang diproduksi sendiri ternyata tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhannya.
Untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri, mereka mencari
orang yang mau menukarkan barang yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan
olehnya. Akibatnya muncullah sistem barter', yaitu barang yang ditukar dengan barang.
Namun pada akhirnya, banyak kesulitan-kesulitan yang dirasakan dengan sistem ini. Di
antaranya adalah kesulitan untuk menemukan orang yang mempunyai barang yang
diinginkan dan juga mau menukarkan barang yang dimilikinya serta kesulitan untuk
memperoleh barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnya dengan nilai
pertukaran yang seimbang atau hampir sama nilainya. Untuk mengatasinya, mulailah
timbul pikiran-pikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu untuk digunakan
sebagai alat tukar. Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat pertukaran itu adalah
benda-benda yang diterima oleh umum (generally accepted), benda-benda yang dipilih
bernilai tinggi (sukar diperoleh atau memiliki nilai magis dan mistik), atau benda-benda
yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari.

Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada. Kesulitan-
kesulitan itu antara lain karena benda-benda yang dijadikan alat tukar belum
mempunyai pecahan sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan (storage), dan
pengangkutan (transportasian) menjadi sulit dilakukan serta timbul pula kesulitan
akibat Kurangnya daya tahan benda-benda tersebut sehingga mudah hancur atau tidak
tahan lama.

Kemudian muncul apa yang dinamakan dengan uang logam. Logam dipilih
sebagai alat tukar karena memiliki nilai yang tinggi sehingga digemari umum, tahan
lama dan tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa mengurangi nilai, dan mudah
dipindah-pindahkan. Logam yang dijadikan alat tukar karena memenuhi syarat-syarat
tersebut adalah emas dan perak.. Pada saat itu, setiap orang berhak menempa uang,
melebur, menjual atau memakainya, dan mempunyai hak tidak terbatas dalam
menyimpan uang logam.

Sejalan dengan perkembangan perekonomian, timbul kesulitan ketika


perkembangan tukar-menukar yang harus dilayani dengan uang logam bertambah
sementara jumlah logam mulia (emas dan perak) sangat terbatas. Penggunaan uang

3
logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar sehingga diciptakanlah
uang kertas

Mula-mula uang kertas yang beredar merupakan bukti-bukti pemilikan emas dan
perak sebagai alat/perantara untuk melakukan transaksi. Dengan kata lain, uang kertas
yang beredar pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100% dengan emas atau perak
yang disimpan di pandai emas atau perak dan sewaktu-waktu dapat ditukarkan penuh
dengan jaminannya. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat tidak lagi
menggunakan emas (secara langsung) sebagai alat pertukaran. Sebagai gantinya,
mereka menjadikan 'kertas-bukti' tersebut sebagai alat tukar.

C. Kriteria yang Dapat Dijadikan Uang


Suatu benda dapat dijadikan sebagai "uang" jika benda tersebut telah memenuhi
syarat-syarat tertentu.
1. Dapat Diterima oleh Masyarakat Umum (Acceptability)
Benda yang dijadikan alat pembayaran harus bisa diterima oleh warga
masyarakat sebagai alat transaksi. Tolak ukurnya, benda itu akan cepat beredar
di tengah masyarakat.
2. Tidak Berkurang Nilainya (StabilityofValue)
Benda yang dijadikan alat pembayaran akan tetap nilainya jika disimpan atau
sedang tidak digunakan untuk transaksi. Tolak ukurnya, begitu ada transaksi,
benda itu selalu bisa digunakan akibatnya masyarakat tidak merasa khawatir
menyimpan benda itu dalam waktu lama karena nilainya akan tetap.
3. Tahan Lama dan Tidak Mudah Rusak (Durability)
Benda yang dijadikan alat pembayaran akan berupa bahan tahan lama. Tolak
ukurnya, benda itu tidak berubah rupa atau bentuk setelah lama disimpan.
Itulah sebabnya sejak awal peradaban manusia menggunakan emas yang tahan
lama sebagai alat pembayaran.

4. Mudah Dipindahkan dan Dibawa Bepergian (Portability)


Benda yang dijadikan alat pembayaran harus praktis dan mudah dibawa untuk
keperluan transaksi di tempat yang berjauhan. Tolak ukurnya, benda itu harus
tidak terlalu berat dan besar agar bisa dimasukkan dalam tempat tertentu lalu
bisa dibawa dari satu tempat ke tempat lain.
5. Mudah Dibagi Tanpa Mengurangi Nilai (Divisability)
Benda yang dijadikan alat pembayaran harus bisa dipecah menjadi beberapa
unit nilai (denominasi) yang lebih kecil. Tolak ukurnya, nilai keseluruhan unit
kecil itu akan sama nilainya dengan benda asal. Akibatnya, masyarakat dapat
membawa sebagian pecahan bernilai secukupnya sementara sebagian lainnya
dapat disimpan.
6. Seragam Nilainya (Uniformity)
Benda yang dijadikan alat pembayaran harus selalu sama nilai per tipa unitnya.
Tolak ukurnya, pertambahan unit benda sama dengan kelipatan nilainya. Dua

4
unit benda senilai dua kali lipat, tiga unit benda senilai tiga kali lipat, begitu
seterusnya. Akibatnya masyarakat mempunyai patokan jelas berapa benda
yang harus dibayarkan senilai barang yang ingin diperolehnya.
7. Jumlah Terbatas (Limited Supply)

Benda yang dijadikan alat pembayaran harus tersedia terbatas agar nilainya tetap
bertahan. Tolak ukurnya, semakin terbatas suatu benda maka semakin tinggi nilainya
dan semakin dibutuhkan semua orang. Akibatnya, benda bernilai itu bisa selalu
digunakan sebagai alat transaksi.

D. Fungsi Uang

Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk pertukaran barang
dengan barang, juga untuk menghindarkan perdagangan dengan cara barter. Secara
lebih rinci, fungsi uang dibedakan menjadi dua: fungsi asli dan fungsi turunan.

1. Fungsi Asli
Fungsi asli uang menunjukkan fungsi yang mula-mula melekat pada uang atau
fungsi yang mengacu pada tujuan awal diciptakannya uang, yaitu sebagai berikut.
a. Uang sebagai alat tukar
Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat
mempermudah pertukaran. Orang yang akan melakukan pertukaran tidak perlu
menukarkan dengan barang, tetapi cukup menggunakan uang sebagai alat
tukar. Kesulitan-kesulitan pertukaran dengan cara barter dapat diatasi dengan
pertukaran uang. Uang sebagai satuan hitung
b. Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) karena uang dapat
digunakan untuk menunjukkan nilai berbagai macam barang/jasa yang
diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar
kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai untuk menentukan harga barang/jasa
(alat penunjuk harga). Sebagai alat satuan hitung, uang berperan untuk
memperlancar pertukaran.
c. Uang sebagai alat penyimpan nilai
Uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai (valuta) karena dapat digunakan
untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa mendatang. Ketika
seorang penjual saat ini menerima sejumlah uang sebagai pembayaran atas
barang dan jasa yang dijualnya, maka ia dapat menyimpan uang tersebut untuk
digunakan membeli barang dan jasa di masa mendatang.

5
2. Fungsi Turunan
Selain ketiga hal di atas, uang juga memiliki fungsi lain yang disebut sebagai
fungsi turunan. Fungsi turunan itu antara lain uang sebagai alat pembayaran,
sebagai alat pembayaran utang, sebagai alat penimbun atau pemindah kekayaan
(modal), dan alat untuk meningkatkan status sosial.
a. Uang sebagai alat pembayaran yang sah
Kebutuhan manusia akan barang dan jasa yang semakin bertambah dan
beragam tidak dapat dipenuhi dengan cara tukar-menukar atau barter. Guna
mempermudah dalam mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan, manusia
memerlukan alat pembayaran yang dapat diterima semua orang, yaitu uang.
b. Uang sebagai alat pembayaran utang
Uang dapat digunakan untuk mengukur pembayaran pada masa yang akan
datang.
c. Uang sebagai alat penimbun kekayaan
Sebagian orang tidak menghabiskan semua uang yang dimilikinya untuk
keperluan konsumsi. Ada sebagian uang yang disisihkan dan ditabung untuk
keperluan pada masa yang akan datang.
d. Uang sebagai alat pemindah kekayaan
Seseorang yang hendak

E. Jenis – jenis Uang


Uang yang beredar dalam masyarakat dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu uang
kartal (sering pula disebut sebagai common money) dan uang giral. Uang kartal
adalah alat bayar yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat dalam melakukan
transaksi jual-beli sehari-hari. Sedangkan yang dimaksud dengan uang giral adalah
uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) yang dapat ditarik
sesuai kebutuhan. Uang ini hanya beredar di kalangan tertentu saja, sehingga
masyarakat mempunyai hak untuk menolak jika ia tidak mau barang atau jasa yang
diberikannya dibayar dengan uang ini. Untuk menarik uang giral, orang menggunakan
cek.
1. Menurut Bahan Pembuatannya
Uang menurut bahan pembuatannya terbagi menjadi dua, yaitu uang logam dan
uang kertas.
a. Uang logam
Uang logam biasanya terbuat dari emas atau perak karena emas dan perak
memenuhi syarat-syarat uang yang efisien. Karena harga emas dan perak
yang cenderung tinggi dan stabil, emas dan perak mudah dikenali dan
diterima orang. Di samping itu, emas dan perak tidak mudah musnah. Emas
dan perak juga mudah dibagi-bagi menjadi unit yang lebih kecil. Di zaman
sekarang, uang logam tidak dinilai dari berat emasnya, namun dari nilai

6
nominalnya. Nilai nominal itu merupakan pernyataan bahwa sejumlah
emas dengan berat tertentu terkandung di dalamnya. Uang logam memiliki
tiga macam nilai :
 Nilai Intrinsik yaitu nilai bahan untuk membuat mata uang,
misalnya berapa nilai emas dan perak yang digunakan untuk
mata uang. Menurut sejarah, uang emas dan perak pernah
dipakai sebagai uang. Ada beberapa alasan mengapa emas dan
perak dijadikan sebagai bahan uang antara lain :
- Tahan lama dan tidak mudah rusak (Durability)
- Digemari oleh umum atau sebagian besar masyarakat
(Acceptability)
- Nilainya tinggi dan jumlahnya terbatas (Scarcity)
- Nilainya tetap sekalipun dipecah menjadi bagian-bagian
kecil (Divisability)

Sekalipun emas dan perak sudah memenuhi syarat-syarat uang,


namun pada saat ini, emas dan perak tidak dipakai lagi sebagai
bahan uang karena beberapa alasan, yaitu :

- Jumlahnya sangat langka sehingga sulit didapatkan dalam


jumlah besar.
- Kadar emas di setiap daerah berbeda-beda menyebabkan
persediaan emas tidak sama.
- Nilainya tidak dapat diukur dengan tepat.
- Uang emas semakin hilang dari peredaran, biasanya karena
banyak yang dilebur atau dijadikan perhiasan.
 Nilai Nominal, yaitu nilai yang tercantum pada mata uang atau
cap harga yang tertera pada mata uang. Misalnya seratus rupiah
(Rp. 100,00), atau lima ratus rupiah (Rp. 500,00).
 Nilai Tukar, nilai tukar adalah kemampuan uang untuk dapat
ditukarkan dengan suatu barang (daya beli uang). Misalnya
uang Rp. 500,00 hanya dapat ditukarkan dengan sebuah permen,
sedangkan Rp. 10.000,00 dapat ditukarkan dengan semangkuk
bakso).
b. Uang kertas
Uang kertas adalah uang yang terbuat dari kertas dengan gambar dan cap
tertentu dan merupakan alat pembayaran yang sah. Menurut penjelasan UU
No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang dimaksud dengan uang
kertas adalah uang dalam bentuk lembaran yang terbuat dari bahan kertas
atau bahan lainnya (yang menyerupai kertas).Uang kertas mempunyai nilai
karena nominalnya. Oleh karena itu, uang kertas hanya memiliki dua
macam nilai, yaitu nilai nominal dan nilai tukar. Ada 2(dua) macam uang
kertas :
a) Uang Kertas Negara (sudah tidak diedarkan lagi).

7
Yaitu uang kertas yang dikeluarkan oleh pemerintah dan alat
pembayaran yang sah dengan jumlah yang terbatas dan ditandatangani
menteri keuangan.
b) Uang Kertas Bank, yaitu uang yang dikeluarkan oleh bank sentral,

 Beberapa keuntungan penggunaan alat tukar (uang) dari kertas


di antaranya :
- Penghematan terhadap pemakaian logam mulia
- Ongkos pembuatan relatif murah dibandingkan dengan
ongkos pembuatan uang logam.
- Peredaran uang kertas bersifat elastis (karena mudah dicetak
dan diperbanyak) sehingga mudah disesuaikan dengan
kebutuhan akan uang.
- Mempermudah pengiriman dalam jumlah besar

2. Menurut Lembaga Uang yang Mengeluarkannya


Menurut lembaga uang yang mengeluarkannya, uang dibedakan menjadi uang
kartal (kepercayaan) dan uang giral (simpanan di Bank)
a. Uang Kartal
Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. Uang kartal adalah
alat bayar yang sah dan wajib diterima oleh masyarakat dalam melakukan
transaksi jual beli sehari-hari. Menurut Undang-undang Bank Sentral No.
13 tahun 1968 pasal 26 ayat 1, Bank Indonesia mempunyai hak tunggal
untuk mengeluarkan uang logam dan kertas. Hak tunggal untuk
mengeluarkan uang yang dimiliki Bank Indonesia tersebut disebut hak
oktroi.
Menurut Undang-Undang Pokok Bank Indonesia No. 11/1953, terdapat
dua jenis uang kartal, yaitu uang negara dan uang bank.
 Uang negara adalah uang yang dikeluarkan oleh pemerintah,
terbuat dari kertas yang memiliki ciri-ciri :
- Dikeluarkan oleh pemerintah
- Dijamin dengan undang-undang
- Bertuliskan nama negara yang mengeluarkannya
- Ditanda tangani oleh menteri keuangan

Namun, sejak berlakunya Undang-undang No. 13/1968, uang


negara dihentikan peredarannya dan diganti dengan Uang Bank.

 Uang Bank adalah uang yang dikeluarkan oleh Bank Sentral


berupa uang logam dan uang kertas, Ciri-cirinya sebagai
berikut.
- Dikeluarkan oleh Bank Sentral
- Dijamin dengan emas atau valuta asing yang disimpan bank
sentral

8
- Bertuliskan nama bank sentral negara yang bersangkutan (di
Indonesia : Bank Indonesia)
- Ditandatangani oleh gubernur bank sentral.

b. Uang Giral
Uang giral tercipta akibat semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat
akan adanya sebuah alat tukar yang lebih mudah, praktis dan aman. Di
Indonesia, bank yang berhak menciptakan uang giral adalah bank umum
selain Bank Indonesia. Menurut UU No. 7 tentang Perbankan tahun 1992,
definisi uang giral adalah tagihan yang ada di bank umum, yang dapat
digunakan sewaktu-waktu sebagai alat pembayaran. Bentuk uang giral
dapat berupa cek, giro, atau telegrafic transfer. Uang giral bukan
merupakan alat pembayaran yang sah. Artinya, masyarakat boleh menolak
dibayar dengan uang giral. Uang giral dapat ditarik dengan menggunakan
cek, bilyet giro, dan perintah pembayaran (telegraphic transfer).

1) Terjadinya uang giral


Uang giral dapat terjadi dengan cara berikut:
a) Menyetorkan uang tunai kepada bank dan dicatat dalam
rekening koran atas nama penyetor, penyetor menerima buku
cek dan buku biro bilyet. Uang tersebut sewaktu-waktu dapat
diambil atau penyetor menerima pembayaran utang dari debitur
melalui bank. Penerimaan piutang itu oleh bank dibukukan
dalam rekening koran orang yang bersangkutan. Cara di atas
disebut primary deposit.
b) Karena transaksi surat berharga. Uang giral dapat diciptakan
dengan cara menjual surat berharga ke bank, lalu bank
membukukan hasil penjualan surat berharga tersebut sebagai
deposit dari yang menjual. Cara ini disebut derivative deposit.
c) Mendapat kredit dari bank yang dicatat dalam rekening koran
dan dapat diambil sewaktu-waktu. Cara ini disebut dengan loan
deposit.

2) Keuntungan menggunakan uang giral


Keuntungan menggunakan uang giral sebagai berikut :
a) Memudahkan pembayaran karena tidak perlu menghitung uang.
b) Alat pembayaran yang dapat diterima untuk jumlah yang tidak
terbatas, nilainya sesuai dengan yang dibutuhkan (yang ditulis
oleh pemilik cek/bilyet giro).
c) Lebih aman karena risiko uang hilang lebih kecil dan bila hilang
bisa segera dilaporkan ke bank yang mengeluarkan cek/bilyet
giro dengan cara pemblokiran.

9
c. Uang Kuasi
Uang kuasi adalah surat-surat berharga yang dapat dijadikan sebagai alat
pembayaran. Biasanya uang kuasi ini terdiri atas deposito berjangka dan
tabungan serta rekening valuta asing milik swasta domestik.

3. Menurut nilainya
Menurut nilainya, uang dibedakan menjadi uang penuh (full bodied money)
dan uang tanda (token money)
a) Nilai uang dikatakan sebagai uang penuh apabila nilai yang tertera di atas
uang tersebut sama nilainya dengan bahan yang digunakan. Dengan kata
lain, nilai nominal yang tercantum sama dengan nilai intrinsik yang
terkandung dalam uang tersebut. Jika uang itu terbuat dari emas, maka nilai
uang itu sama dengan nilai emas yang dikandungnya.
b) Sedangkan yang dimaksud dengan uang tanda adalah apabila nilai yang
tertera di atas uang lebih tinggi dari nilai bahan yang digunakan untuk
membuat uang atau dengan kata lain nilai nominal lebih besar dari nilai
intrinsik uang tersebut. Misalnya, untuk membuat uang Rp1.000,00
pemerintah mengeluarkan biaya Rp750,00.

4. Berdasarkan Kawasan
a) Uang lokal
Uang lokal merupakan uang yang berlaku di suatu negara tertentu.
Contohnya rupiah di Indonesia, yen di Jepang, ringgit di Malaysia, dan
sebagainya.
b) Uang regional
Uang regional adalah uang yang berlaku di kawasan tertentu yang lebih
luas dari uang lokal. Misalnya di kawasan Benua Eropa berlaku mata uang
tunggal Eropa yaitu Euro.
c) Uang internasional
Uang internasional adalah uang yang berlaku antarnegara. Misalnya US
dolar menjadi standar pembayaran internasional.

F. Nilai Uang
Nilai uang adalah kemampuan uang untuk dapat ditukarkan dengan sejumlah barang
tertentu. Nilai uang tersebut dapat dibedakan menjadi tiga macam.
1. Nilai Nominal
Nilai nominal uang adalah nilai yang tertera/tertulis pada setiap mata uang yang
bersangkutan. Contoh: pada uang Rp50.000,00 tertera angka lima puluh ribu

10
rupiah, maka nilai nominal uang tersebut adalah lima puluh ribu rupiah. Terdapat
dua istilah menyangkut nilai nominal pada uang yaitu  full bodied
money dan fiducier money. Full bodied money yaitu uang yang memiliki nilai
nominal sama dengan nilai intrinsiknya. Contoh: semua jenis uang logam.
Fiducier money yaitu uang yang memiliki nilai nominal lebih besar daripada nilai
intrinsiknya. Contoh: semua uang kertas.
2. Nilai Intrinsik
Nilai intrinsik uang adalah nilai bahan yang digunakan untuk membuat uang.
Contoh: untuk membuat uang kertas Rp50.000,00 diperlukan kertas dan bahan
lainnya yang harganya Rp3.000,00 maka nilai intrinsik uang tersebut adalah
Rp3.000,00.
3. Nilai Riil
Nilai riil uang adalah nilai yang dapat diukur dengan jumlah barang dan jasa yang
dapat ditukar dengan uang itu. Jika uang Rp1.000,00 dapat ditukar dengan satu
gelas minuman teh, maka dapat dikatakan bahwa nilai riil uang Rp1.000,00 adalah
segelas minuman teh.

Dilihat dari penggunaannya, nilai uang dibedakan menjadi nilai internal uang dan
nilai eksternal uang.
a. Nilai internal uang adalah daya beli uang terhadap barang dan jasa. Contoh:
dengan uang Rp5.000,00 kalian dapat membeli sebuah buku tulis, maka nilai
internal uang Rp5.000,00 tersebut adalah sebuah buku tulis.
b. Nilai eksternal uang adalah nilai uang dalam negeri, jika dibandingkan dengan
mata uang asing, yang lebih dikenal dengan kurs. Kurs ada dua macam yaitu kurs
jual dan kurs beli. Kurs jual adalah kurs yang berlaku apabila bank menjual valuta
asing. Sedangkan kurs beli adalah kurs yang berlaku apabila bank membeli valuta
asing. Contoh: kalian dapat menukarkan uang Rp9.000,00 dengan satu dolar
Amerika Serikat di bank yang melayani penukaran valuta asing. Dalam hal ini
nilai kurs Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$1 = Rp14.000,00).

11
DAFTAR PUSTAKA

Sofia, D . 21 Februari 2010. “Makalah Uang‘,


https://dona-donasofia.blogspot.com/2010/02/makalah-uang.html, di akses pada Maret 2022

Decequeen, K. Maret 2022. “ Makalah Uang” https://doc.lalacomputer.com/makalah-uang/, di


akses pada Maret 2022

www.Kelaspintar.id. Apa Saja Syarat Benda Sebagai Uang ?.


https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/apa-saja-syarat-benda-sebagai-uang-11047/, di
akses Maret 2022

Coretantangan. 5 Mey 2014. “Makalah Uang dan Lembaga Keuangan”


http://shintaderis.blogspot.com/2014/05/makalah-uang-dan-lembaga-keuangan.html?m=1, di
akses pada Maret 2022

12

Anda mungkin juga menyukai