Penentuan KDB didasari oleh kemampuan lahan yaitu semakin tinggi nilai lahan semakin
tinggi pula intensitas pemanfaatan ruang, agar tidak terjadi pemanfaatan ruang yang
berlebihan maka perlu dilakukan pengendalian pemanfaatan ruang.
3. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Koeffisien Lahan Bangunan, dapat juga dikenal dengan istilah Floor Area Ratio, yaitu
perbandingan antara luas total lantai bangunan dengan luas bangunan.
Untuk mengetahui KLB dapat diketahui pada didekati dengan keadaan jumlah lantai yang
ada. Pada umumnya jumlah lantai bangunan di seluruh wilayah masing-masing
Kecamatan 1 lantai. Namun demikian. Terdapat juga beberapa bangunan yang memiliki
jumlah 2 lantai atau yang diklasifikasikan 2 lantai
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam rangka pengembangan KLB, antara lain :
A.
B.
kegiatan yang akan terjadi pada lantai bangunannya. Daya dukung yang dimaksud
selain mengenai struktur dan karaktristik tanah yang ada, juga berkaitan dengan
prasarana serta sarana yang mendukunganya.
4. Kerapatan Bangunan
Jumlah bangunan per-hektar, dapat mencerminkan tingkat kerapatan bangunan yang
ada. Sebagaimana perkembangan kota pada kota yang tumbuh/ berkembang, di
kawasan pusat desa memiliki tingkat kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan pada
kawasan transisi. Kerapatan bangunan kotor, artinya jumlah rumah dibagi luas
adminisatrasi wilayah (desa) tanpa melihat apakah daerah tersebut sudah terbangun
seluruhnya atau masih bayak terdapat lahan sawah.