(Penentuan Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Masing-Masing Kabupaten di Provinsi NTT
Berdasarkan PDRB Perkapita dan Laju Pertumbuhan PDRB)
Oleh:
Kelas RC:
2018
TIPOLOGI KLASEN
Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur
pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah
berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita
daerah. Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang
berbeda, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high income), daerah maju tapi
tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but income), dan
daerah relatif tertinggal (low growth and low income) (Kuncoro dan Aswandi, 2002: 27-45) dan
Radianto, 2003: 479-499).
1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran sektor
dengan laju pertumbuhan PDRB yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan daerah yang menjadi
acuan atau provinsi. Sektor dalam kuadran I diartikan sebagai sektor yang potensial karena memiliki
kinerja laju pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang lebih besar dari pada daerah yang menjadi acuan
atau provinsi.
2. Sektor maju tapi tertekan (Kuadran II). Sektor yang berada pada kuadran ini memiliki nilai
pertumbuhan PDRB yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan
atau provinsi, tetapi memiliki kontribusi terhadap PDRB daerah yang lebih besar dibandingkan kontribusi
nilai sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau provinsi.
3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Kuadran ini merupakan
kuadran untuk sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB
daerah yang menjadi acuan atau provinsi , tetapi kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB lebih kecil
dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau provinsi.
4. Sektor relatif tertingggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh sektor yang memiliki nilai
pertumbuhan PDRB yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan
atau provinsi dan sekaligus memiliki kontribusi tersebut terhadap PDRB yang lebih kecil dibandingkan
nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau provinsi.
Tabel 1. Klasifikasi Tipologi Klassen
y1 > y y1 < y
Keterangan:
r1 : Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten
r: Laju pertumbuhan PDRB Provinsi
y1: Pendapatan per kapita kabupaten
y: Pendapatan per kapita Provinsi
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 2. PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi NTT Menurut Harga Konstan, 2012-2016 (milyar).
Tahun
Kabupaten/Kota
2012 2013 2014 2015 Rata- rata
Sumba Barat 5,03 5,16 4,76 4,82 4,94
Sumba Timur 5,08 5,07 4,99 5,04 5,05
Kupang 5,04 5,07 5,1 5,05 5,07
Timor Tengah Selatan 4,18 4,25 4,36 4,4 4,30
Timor Tengah Utara 4,42 4,4 4,58 4,7 4,53
Belu 5,28 6,04 5,57 5,35 5,56
Alor 4,84 4,24 4,8 4,89 4,69
Lembata 4,77 4,96 5,09 4,98 4,95
Flores Timur 4,41 4,82 4,84 4,62 4,67
Sikka 3,91 4,2 4,56 4,4 4,27
Ende 5,26 5,33 5,01 5,09 5,17
Ngada 6,21 5,09 4,83 4,68 5,20
Manggarai 5,27 5,43 5,11 5 5,20
Rote Ndao 4,43 4,25 4,85 5,02 4,64
Manggarai Barat 3,83 4,49 4,08 4,45 4,21
Sumba Tengah 4,17 4,39 4,22 4,8 4,40
Sumba Barat Daya 6,47 5,54 4,02 4,62 5,16
Nagekeo 4,43 4,54 4,59 4,61 4,54
Manggarai Timur 6 5,34 5,27 5,17 5,45
Sabu Raijua 6,25 5,04 5,14 5,04 5,37
Malaka 4,74 5,65 5,08 4,9 5,09
Kota Kupang 7,52 7,2 6,81 6,63 7,04
Nusa Tenggara Timur 5,46 5,41 5,05 5,02 5,24
y1 > y y1 < y
-Manggarai
-Rote Ndao
- Manggarai Barat
-Sumba Tengah
-Nagekeo
-Malaka
2. Pembahasan
Berdasarkan data dikedua tabel diatas, dapat membagi Kabupaten di Provinsi NTT menjadi 4
klasifikasi sesuai dengan Tipologi Klassen. Kabupaten Belu dan Kota Kupang termasuk dalam klasifikasi
daerah berkembang cepat. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini
merupakan kuadran sektor dengan laju pertumbuhan PDRB yang lebih besar dibandingkan
pertumbuhan daerah yang menjadi acuan atau provinsi. Sektor dalam kuadran I diartikan sebagai sektor
yang potensial karena memiliki kinerja laju pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang lebih besar dari
pada daerah yang menjadi acuan atau provinsi.
Kabupaten Sumba Timur, Kupang, Flores Timur, Ende, dan Ngada merupakan daerah yang maju
tapi tertekan /potensial . Sektor yang berada pada kuadran ini memiliki nilai pertumbuhan PDRB yang
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau provinsi, tetapi
memiliki kontribusi terhadap PDRB daerah yang lebih besar dibandingkan kontribusi nilai sektor tersebut
terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau provinsi.
Daerah Manggarai Timur dan Sabu Raijua termasuk daerah yang berkembang pesat, sektor
potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran
untuk sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah
yang menjadi acuan atau provinsi , tetapi kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB lebih kecil
dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau provinsi.
Daerah yang masuk dalam klasifikasi daerah tertinggal adalah Sumba Barat, Timor Tengah selatan,
Timor Tengah Utara, Alor, Lembata, Sikka, Manggarai, Rote Ndao, Menggarai Barat, Sumba Tengah,
Sumba Barat Daya, Nagekeo dan Malaka, Sektor relatif tertingggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati
oleh sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB
daerah yang menjadi acuan atau provinsi dan sekaligus memiliki kontribusi tersebut terhadap PDRB
yang lebih kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan
atau provinsi.
Menurut hasil yang diperoleh Pemerintah daerah bisa memberikan konsentrasi yang lebih kepada
daerah yang masih tertinggal jauh dari daerah yang sudah berkembang. Sedangkan untuk daerah yang
sudah berkembang, pemerintah dapat mengurangi konsentrasi perhatiannya dibanding daerah yang
tertinggal sehingga tidak akan terjadi disparitas antar daerah di Nusa Tenggara Timur.
PENUTUP
Kesimpulan
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi yang cukup baik, namun kurangnya eksplorasi
potensi yang dimiliki kabupaten dibeberapa Provinsi di NTT membuat kabupaten tersebut menjadi
tertinggal. Kabupaten Belu dan Kota Kupang yang merupakan daerah yang berkembang di NTT
sedangkan Kabupaten Sumba Timur, Kupang, Flores Timur, Ende, dan Ngada merupakan daerah yang
maju tapi tertekan /potensial.
Daerah yang masuk dalam klasifikasi daerah tertinggal adalah Sumba Barat, Timor Tengah selatan,
Timor Tengah Utara, Alor, Lembata, Sikka, Manggarai, Rote Ndao, Menggarai Barat, Sumba Tengah,
Sumba Barat Daya, Nagekeo dan Malaka, Sektor relatif tertingggal. Daerah Manggarai Timur dan Sabu
Raijua termasuk daerah yang berkembang pesat, sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan
pesat.
Analisis ini untuk melihat keadaan wilayah secara umum, apakah terdapat disparitas di daerah yang
kita analisis. Jika hasilnya terdapat disparita yang menonjol antar daerah maka pemerintah / stake
holder sebaiknya mengupayakan supaya kemajuan setiap daerah merata,dengan lebih memprioritaskan
daerah yang masih tertinggal.
DAFTAR PUSTAKA
Loka Data,Beritagar,2018. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi NTT 2012 – 2015.
Badan Pusat Statistika, 2018. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi NTT 2012-2015.