Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MENGURAI KEBIJAKAN PENGANGGURAN DAN MENGANALISIS


PENGANGGURAN DI KABUPATEN JEMBER DAMPAK
REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN PANDEMI COVID-19

Diajukan sebagai memenuhi tugas mata kuliah Seminar Ekonomi SDM kelas B

Dosen Pengampu :
Dr. Siti Komariyah, S.E., M.Si.

Disusun Oleh :
Yayang Matfiana 170810101099
Nanang Kosim 170810101115
Wahyu Siti Masythoh 170810101132

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayahNya kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Mengurai Kebijakan Pengangguran Dan Menganalisis Pengangguran Di Kabupaten
Jombang Dampak Revolusi Industri 4.0 Dan Pandemi Covid-19”.
Makalah ini kami susun dengan maksimal dengan bantuan dan pertolongan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut berkontribusi di
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah ini sehingga menjadi makalah yang baik
dan benar.
Akhir kata kami meminta semoga makalah yang kami buat tentang “Mengurai
Kebijakan Pengangguran Dan Menganalisis Pengangguran Di Kabupaten Jombang Dampak
Revolusi Industri 4.0 Dan Pandemi Covid-19” ini bisa memberi manfaat ataupun inspirasi
pada pembaca.

Jember, 26 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... i


Daftar Isi ........................................................................................................................ ii
BAB I PEMBUKAAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peluang Dan Tantangan Revolusi Industri 4.0 ................................................. 3
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran ..................................................... 6
2.3 Dampak Pandemi Covid-19 Bagi Ketenagakerjaan ........................................ 7
2.4 Upaya Pemerintah Dalam Menanggulangi Pengangguran .............................. 12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 17

ii
BAB I
PEMBUKAAN

1.1 Latar Belakang


Revolusi Industri 4.0 merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Di
Indonesia sendiri, perkembangan teknologi dan informasi terjadi begitu cepat. Revolusi
industri 4.0 adalah peluang sekaligus tantangan. Hal ini karena memiliki potensi untuk
meningkatkan output manufaktur global untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan manusia
tanpa merusak lingkungan. Dengan kata lain, itu bisa membuat dunia lebih sustainable.
Dampak era revolusi industri 4.0 ini tentu sengat besar bagi dunia industri juga perilaku di
masyarakat. Dalam bidang industri, yang sebelumnya masih mengandalkan tenaga manusia
dalam proses produksi barang. Namun saat ini barang dibuat secara masal dengan
menggunakan mesin dan berteknologi canggih. Keadaan seperti ini dikenal sebagai revolusi
industri 4.0. Tidak dapat dipungkiri, perlahan semua sudah beralih ke arah digital. Sehingga
interaksi antara manusia dan teknologi sudah tidak terelakkan lagi.
Pada saat yang sama, terdapat ketakutan bahwa itu akan menghilangkan jumlah
lapangan pekerjaan yang signifikan. Hal ini berisiko memperluas ketimpangan antara negara
maju dan negara lain. Teknologi baru dapat meningkatkan tingkat efisiensi dan produktivitas
proses produksi industri yang dapat membantu menciptakan kota pintar. Tidak diragukan
lagi, sejumlah besar pekerjaan dan sektor pekerjaan akan rentan terhadap otomatisasi, dengan
beberapa perkiraan menunjukkan bahwa hingga setengah dari semua pekerjaan dapat
terancam. Apalagi saat ini ditambah dengan adanya pandemi covid 19. Hal tersebut
mengakibatkan PHK besar – besaran di sejumlah daerah karena output yang dihasilkan oleh
industri maupun sektor ekonomi lainnya mengalami penurunan serta pendapatan yang tidak
cukup untuk membayar seluruh karyawannya sehingga meningkatkan pengangguran.
Kabupaten Jember juga mengalami hal yang sama dimana harus bisa beradaptasi
dengan era revolusi industri 4.0 dan adanya pandemi covid 19 yang sudah menyebarluas di
berbagai daerah. Pemerintah Kabupaten Jember harus berupaya dalam menangani adanya
permasalahan pengangguran yang diakibatkan oleh revolusi industri 4.0 maupun adanya
pandemi covid 19 dengan membuat kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi saat ini agar
tepat sasaran dan mampu menurunkan tingkat pengangguran di Kabupaten Jember.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang dibuat yaitu sebagai berikut :

1
1. Bagaimana peluang dan tantangan adanya revolusi industri 4.0 bagi tenaga kerja di
Indonesia dan Khususnya di Kabupaten Jember?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengangguran di Kabupaten Jember?
3. Bagaimana dampak pandemi covid 19 terhadap tingkat pengangguran di Jawa Timur
dan Kabupaten Jember?
4. Bagaimana upaya pemerintah Kabupaten Jember dalam menanggulangi
pengangguran yang disebabkan oleh adanya revolusi 4.0 dan pandemi covid 19?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tantangan dan peluang adanya revolusi industri 4.0 bagi tenaga kerja di
Indonesia dan khususnya di Kabupaten Jember.
2. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember.
3. Mengetahui dampak dari adanya pandemi covid 19 terhadap tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember.
4. Mengetahui upaya pemerintah Kabupaten Jember dalam menanggulangi pengangguran
akibat revolusi industri 4.0 dan pandemi covid 19.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peluang Dan Tantangan Revolusi Industri 4.0


 Peluang
Peluang tenaga kerja Indonesia dalam persaingan di era digital saat ini terbuka sangat
lebar jika beberapa hal berikut dapat dilewati. Pertama penyiapan SDM dan infrastruktur
yang memadai. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan melek teknologi merupakan
prasyarat mutlak jika ingin memenangkan persaingan di era digital ini. Karena bagaimanapun
juga penguasaaan teknologi akan menghadirkan kesiapan tenaga kerja Indonesia untuk
bersaing. Karena adanya perkembangan teknologi akan memiskinkan dan memingirkan
kepada individu yang tidak mengerti penguasaan teknologi di pasar kerja. Just Job Network
(2016:9) dalam studinya menjelaskan bahwa“Technology alone cannot pull marginalized
workers out of poverty or grant them access to high-quality segments of the labor market”.
Hal tersebut menjadi pembelajaran jangan sampai adanya perkembangan teknologi tersebut
menjadi bencana dalam dalam sektor ketenagakerjaan.
Kondisi pasar kerja saat ini selain terampil juga dibuktikan dengan sertifikasi
khususnya yang diakui di tingkat internasional. Sertifikasi tersebut sebagai pengakuan dan
merupakan bagian dari cara kerja kapitalis. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan tenaga
kerja yang terampil. Pembagian kerja sebagai upaya dalam efisiensi dan bentuknya kondisi
sekarang ini adalah dalam bentuk sertifikasi tersebut.
Penguatan pelatihan atau keterampilan tersebut melahirkan pusat-pusat pelatihan sesuai
dengan kebutuhan dunia industri. Tuntutan produktivitas dan efisiensi ini karena industri
memerlukan investasi mesin yang cukup besar untuk menggantikan tenaga manusia.
Kondisi industri saat ini, produksi di perusahaan tidak mengandalkan kapasitas jumlah tenaga
manusia justru menumpuk mesin otomatis yang secara kontrol lebih mudah daripada
mengontrol tenaga manusia. Hal tersebut misalnya jika mengandalkan buruh maka akan ada
reaksi misalnya demonstrasi menuntut hak dan peraturan normatif lainnya. Hal ini berbeda
dengan menggantikannya dengan mesin dimana mesin tinggal disesuaikan dengan target
produksi. Kondisi saat ini semua produksi mengarah ke digital dan otomatisasi mesin
tersebut.
Kecepatan perkembangan teknologi dan internet tersebut harus segera disikapi dan
pemerintah harus memiliki road map yang jelas dalam mempersiapkan SDM dalam rangka
untuk memenangkan persaingan di tingkat global. Apalagi adanya perkembangan teknologi

3
tersebut maka akan semakin memperluas pembagian kerja sesuai dengan spesifikasi.
Spesialisasi yang lebih mengandalkan keterampilan tersebut menjadi jantung dalam
memenangkan persaingan.
Di Kabupaten Jember sendiri banyak perguruan tinggi yang nantinya menghasilkan
tenaga kerja yang akan bersaing di pasar kerja. kemampuan bekerja dalam tim dapat
membantu dalam mengeliminasi berbagai rintangan yang dihadapi antar divisi, di samping itu
mampu meningkatkan semangat para pekerja dan meningkatkan motivasi dalam bekerja.
Disisi lain, tim yang baik merupakan kunci masa depan, terutama dalam menghadapi
persaingan di era revousi industry 4.0. Hal ini karena hanya dengan tim yang solid dan
kokoh,serta semua agenda terprogram dengan baik yang akan memiliki peran sentral dalam
meningkatkan kualitas kerja.Disamping itu, sebuah tim dapat menentukan bentuk dan jenis
aktivitas atau pekerjaan yang dapat diterima.Hal tersebut dapat berpengaruh positif pada
produktivitas di dalam tim kerja. Kesiapan dari segi soft skills merupakan modal utama agar
mahasiswa nantinya setelah lulus bisa memenuhi atau bersaing di dunia kerja. Banyaknya
mahasiswa Kabupaten Jember yang telah siap memasuki dunia kerja tidak lepas dari
persiapan mahasiswa yang mengasah soft skills sejak dini, baik melalui kegiatan
ekstrakurikuler maupun di dalam proses pembelajaran. Pernyataan ter-sebut diperkuat oleh
Bartkus dkk., (2012:694) yang menyatakan bahwa mahasiswa yang berpartisipasi atau
mengikuti kegiatan ekstra-kurikuler telah diakui mampu mengem-bangkan kompetensi soft
skills mahasiswa dan dapat menentukan keberhasilan karir di masa depan.
 Tantangan
Untuk menjawab tantangan perkembangan teknologi dalam industry 4.0 tersebut
diperlukan adanya peran dan fungsi baru sumber daya manusia, bukan hanya peran
administratif namun melangkah lebih jauh pada peran dan fungsi bisnis dan strategis sebagai
berikut : 1. Sebagai Employee Champion. Peran dan fungsi ini berorientasi pada pentingnya
tingginya moral karyawan (high employee morale) untuk terus berkomitmen dan kontribusi
dalam mencapai keberhasilan organisasi. 2. Sebagai Agen Perubahan (Change Agent).
dituntut untuk memiliki inisiatif dalam melakukan perubahan yang terutama fokus pada
penciptaan kinerjateam (high-performing teams), megurangi waktu siklus dalam berinovasi
(reducing cycle time for innovation), dan mengimplementasikan teknologi baru yang telah
didefinisikan dan dikembangkan dalam waktu yang relatif cepat. Disamping Tuntutan
Revolusi 4.0 yang memerlukan peningkatan keterampilan (up-skilling) atau pembaruan
keterampilan (reskilling) untuk tenaga kerja. Lembaga pendidikan juga memiliki peran
penting dalam menyiapkan sumberdaya manusia yang siap dalam era revolusi industri 4.0.

4
Disadari bahwa,kemajuan teknologi digital dan internet pastilah berawal dari dunia
pendidikan.yang lebih duluan mengalami kemajuan.
Penggantian mesin memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap dan unggul.
Oleh karena itu dalam penggantian tenaga manusia ke mesin juga memerlukan waktu dan
penyiapan kapasitas SDM. Apalagi industri saat ini mengarah ke pembagian kerja yang
mengarah ke spesialisasi jika dihadapkan dengan kondisi saat ini. Spesialisasi membutuhkan
proses yang cukup panjang berupa pelatihan.
Salah satu tantangan yang sudah mulai menjadi momok yakni akan adanya
pengurangan tenaga manusia / tenaga kerja dalam proses produksi alias terjadi pengangguran
baru, karena akan digantikan oleh mesin, robat, dan berbagai jenis teknologi lain yang
menuntut gerak cepat dan efisiensi dari semua aspek. Apalagi mengingat tenaga kerja di
Indonesia kebanyakan dari latar belakang pendidikan yang tergolong relatif rendah.
Diketatuhi bahwa saat ini 60 % dari 128 juta angkatan kerja Indonesia hanya lulusan SD dan
SMP. hadirnya revolusi indstri 4.0 bisa menjadi ancaman tersendiri bagi tenaga kerja dalam
negeri yang tidak memiliki keterampilan untuk beradaptasi dalam pekerjaan-pekerjaan jenis
baru yang akan mulai bermunculan akibat adanya teknologi digital. minimnya penyerapan
tenaga kerja akibat revolusi industri 4.0 bukan hanya disebabkan oleh rendahnya keahlian
tenaga kerja semata. Lapangan pekerjaan itu tentu harus terbuka lebar. Sehingga, investasi
dari dunia usaha tentu dibutuhkan.
Maka dari itu, untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang dibawa oleh revolusi
industri 4.0, seorang pekerja harus memiliki kemampuan yang tidak akan bisa dilakukan oleh
mesin. Misalnya, kemampuan untuk memecahkan masalah atau kreativitas. Soft skill adalah
kuncinya. Untuk dapat menghadapi perubahan pada tahun-tahun mendatang, dibutuhkan para
pekerja yang memiliki soft skill seperti diantaranya pemecahan masalah yang komplek,
berpikir kritis, kreativitas, manajemen manusia, berkoordinasi dengan orang lain, kecerdasan
emosional, penilaian dan pengambilan keputusan, berorientasi servis, negosiasi, dan
fleksibilitas kognitif. Hal tersebut memiliki artian, soft skill menjadi salah satu faktor paling
penting untuk dimiliki para pekerja di masa depan, seperti kemampuan berkomunikasi dan
bekerja sama dengan orang lain, memecahkan masalah, serta aspek kecerdasan emosional
lainnya. Pada umumnya, industri menekankan kebutuhan akan karyawan yang bisa terus
belajar, cepat beradaptasi dan melek teknologi. Maka dari pada hal tersebut, sistem
pendidikan juga menekankan pengembangan soft skill, selain keterampilan teknis, generasi
milenial ke depan bisa lebih mampu beradaptasi secara cepat terhadap perubahan dan

5
memiliki bekal mumpuni untuk menghadapi masa depan dan pengembangan karirnya di
tengah geliat revolusi industri 4.0.

2.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran di Kabupaten Jember


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember antara lain:
1. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya tingkat pengangguran di Kab. Jember. Jumlah penduduk yang ada di Kabupaten
Jember setiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut ada yang disebabkan
oleh peningkatan penduduk asli daerah Kabupaten Jember sendiri maupun pendatang yang
berasal dari luar daerah Jember. Tentunya penambahan jumlah penduduk ini memberikan
permasalahan baru terkait penambahan jumlah pengangguran yang ada di Kabupaten Jember.
Akan tetapi, penduduk yang ada di Kabupaten Jember dapat melakukan kegiatan
kewirausahaan yang nantinya akan menciptakan lapangan kerja baru sehingga mampu
mengurangi tingkat penganggurannya dan akan memberikan sumber pendapatan bagi
masyarakat di Kabupaten Jember. Hal tersebut sesuai dengan teori Malthus yang menyatakan
bahwa pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menyebabkan kebutuhan konsumsi lebih
banyak daripada kebutuhan untuk berinvestasi sehingga sumber daya yang ada hanya akan
dialokasikan lebih banyak ke pertumbuhan tenaga kerja yang tinggi daripada untuk
meningkatkan kapital kepada setiap tenaga kerja sehingga akan menyebabkan penyerapan
tenaga kerja yang lambat di sektor – sektor modern dan meningkatkan pengangguran.
2. Tingkat inflasi
Variabel tingkat inflasi juga berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember. Hal tersebut dikarenakan tingkat inflasi di Kabupaten Jember mengalami fluktuatif
atau naik turun setiap tahunnya, peningkatan atau penurunan yang terjadi tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat inflasi di Kabupaten Jember.
Namun, dengan tingkat inflasi yang terjadi selama ini mampu memberikan kemampuan pada
perusahaan serta sektor ekonomi yang ada untuk dapat menggunakan modalnya secara
maksimal dalam mengembangkan usahanya. Perusahaan atau sektor yang ada dapat
menyerap tenaga kerja di wilayahnya dan memberikan dampak terhadap kurangnya tingkat
pengangguran di Kabupaten Jember. Setiap adanya peningkatan inflasi maka akan
menurunkan tingkat pengangguran. Seperti yang dijelaskan dalam teori kurva Phillips bahwa
hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa

6
tingkat inflasi merupakan kata lain dari adanya kenaikan permintaan agregat. berdasarkan
teori permintaan, permintaan mengalami kenaikan akan diikuti dengan harga yang naik pula.
Dengan tingginya harga atau inflasi maka untuk memenuhi permintaan tersebut, produsen
akan meningkatkan jumlah produksinya dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja
merupakan satu – satunya input yang dapat meningkatkan output). Jadi, pengangguran akan
cenderung berkurang karena meningkatnya permintaan tenaga kerja dan harga – harga.
3. Upah minimum
Upah minimum juga berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Jember
selain jumlah penduduk dan tingkat inflasi. Upah minimum di Kabupaten Jember setiap
tahunnya mengalami peningkatan yang relatif disesuaikan dengan kebutuhan konsumsi
masyarakatnya dan profit dari perusahaan atau sektor ekonomi yang ada di Kabupaten
Jember. Peningkatan upah minimum yang relatif stabil dapat memberikan kemampuan
perusahaan, sektor ekonomi dan masyarakat untuk meningkatkan aktivitas usahanya dan
mengembangkan usahanya. Apabila usahanya meningkat dan berkembang maka perusahaan
atau sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Jember mampu memberikan kontribusi dalam
penyerapan tenaga kerja dan pengurangan pengangguran di Kabupaten Jember. Hal ini sesuai
dengan penjelasan Mankiw (2007) yang menyatakan bahwa jika upah yang ditetapkan di
suatu daerah terlalu rendah, maka akan berakibat pada tingginya jumlah pengangguran yang
ada di daerah tersebut.
4. Indeks pembangunan manusia (IPM)
Indeks pembangunan manusia di Kabupaten Jember setiap periodenya mengalami
peningkatan yang relatif rendah. Indeks yang ada tentunya dapat mengurangi jumlah
pengangguran yang ada di Kabupaten Jember, ketika indeks pembangunan manusianya
mengalami peningkatan maka dapat diartikan pembangunan otonomi daerah Jember lebih
baik dari tahun sebelumnya. Peningkatan indeks yang ada dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti pendidikan, kesejahteraan masyarakat yang meningkat, dan sebagainya.
Apabila beberapa hal tersebut terus mengalami peningkatan perbaikan maka kualitas
masyarakat yang ada di Kabupaten Jember juga akan mengalami peningkatan yang relatif
baik sehingga kemampuan dan kualitas penduduk dalam mengurangi tingkat pengangguran
juga meningkat.

2.3 Pandemi Covid-19 dan Ketenagakerjaan Jawa Timur & Kab. Jember
 Dampak Pandemi Covid-19 pada Ketenagakerjaan di Jawa Timur

7
Adanya pandemi covid-19 di Indonesia termasuk Jawa Timur berdampak bukan hanya
pada masalah kesehatan, melainkan banyak aspek kehidupan lainnya. Salah satunya dalam
hal ini berdampak pada aktivitas perekonomian penduduk yang di dalamnya meliputi
aktivitas dan dinamika ketenagakerjaan. Pandemi covid-19 tidak hanya berdampak pada
penambahan penduduk penganggur, melainkan juga pada dinamika aktivitas ketenagakerjaan
penduduk usia kerja secara umum di Jawa Timur.
Dampak pandemi covid-19 pada penduduk usia kerja dapat dikelompokkan menjadi
empat (4) komponen, yaitu Penganggur dan Bukan Angkatan Kerja (BAK) yang pernah
berhenti bekerja pada periode Februari – Agustus 2020 bagi mereka yang saat ini tidak
bekerja serta Penduduk yang berstatus sementara tidak bekerja dan Penduduk bekerja yang
mengalami pengurangan jam kerja bagi mereka yang saat ini masih bekerja.

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 31,66 juta penduduk usia kerja di Jawa
Timur, 4,23 juta atau 13,36 persen diantaranya terdampak covid-19. Proporsi penduduk laki-
laki yang terdampak pandemi covid-19 lebih besar dibandingkan penduduk perempuan.
Penduduk usia kerja laki-laki yang terdampak sebesar 14,61 persen, sedangkan penduduk
usia kerja perempuan yang terdampak sebesar 11,87 persen. Berdasarkan daerah tempat
tinggal, penduduk usia kerja perkotaan lebih terdampak pandemi covid-19 dibandingkan
penduduk usia kerja di perdesaan. Penduduk usia kerja yang terdampak covid-19 di daerah
perkotaan 2,07 kali lipat dibandingkan penduduk usia kerja di perdesaan. Persentase
penduduk usia kerja yang terdampak covid-19 di perkotaan sebesar 18,15 persen,
sedangkan di perdesaan sebesar 8,75 persen.

8
Jika dilihat berdasarkan kelompok umur penduduk usia kerja di Jawa Timur, terdapat
3,35 juta orang atau sekitar 79,28 persen dari penduduk usia kerja terdampak covid-19 adalah
kelompok usia dewasa, dalam hal ini berumur 25-59 tahun. Pada PUK kategori muda (umur
15-24 tahun), covid-19 berdampak pada sekitar 498 ribu orang. Pada PUK lansia (umur 60
tahun ke atas), covid-19 berdampak pada sekitar 379 ribu orang.
 Karakteristik Pengangguran di Jawa Timur
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja. TPT Jawa
Timur pada Agustus 2020 sebesar 5,84 persen, mengalami kenaikan 2,02 persen poin
dibanding TPT Agustus 2019 sebesar 3,82 persen.
Dilihat dari daerah tempat tinggalnya, TPT di daerah perkotaan Jawa Timur lebih
tinggi dibandingkan TPT di daerah perdesaannya. Pada Agustus 2020, TPT perkotaan
sebesar 7,37 persen, sedangkan TPT perdesaan sebesar 4,13 persen. Dibandingkan Agustus
2019, terjadi kenaikan TPT baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Meski demikian,
kenaikan TPT di perkotaan naik cukup tajam dibandingkan setahun lalu, yaitu sebesar 2,88
persen poin.

9
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, TPT laki-laki di Jawa Timur cenderung lebih
tinggi dibandingkan TPT perempuan. Pada Agustus 2020, TPT laki-laki sebesar 6,48 persen,
jauh lebih tinggi dibandingkan TPT perempuan sebesar 4,92 persen. TPT laki-laki dan TPT
perempuan pada Agustus 2020 sama-sama mengalami kenaikan dibandingkan Agustus 2019.
Dibandingkan setahun sebelumnya, TPT laki-laki mengalami kenaikan 2,51 persen poin,
sedangkan TPT perempuan naik 1,32 persen poin. Peran laki-laki cenderung sebagai kepala
keluarga atau pencari nafkah utama menjadi salah satu penyebab tingginya TPT laki-laki
dibandingkan perempuan.

Dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan pada Agustus 2020, TPT untuk
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih mendominasi diantara tingkat pendidikan yang
lain, yaitu sebesar 11,89 persen. TPT tertinggi berikutnya terdapat pada Sekolah Menengah
Atas (SMA) sebesar 9,34 persen. Dengan kata lain, permasalahan titik temu antara tawaran
tenaga kerja lulusan SMK/SMA di Jawa Timur dengan tenaga kerja yang diminta di pasar
kerja masih terjadi. Sebaliknya, TPT terendah terdapat pada pendidikan SD ke bawah
sebesar 2,78 persen. Penduduk dengan pendidikan rendah cenderung lebih mudah menerima
tawaran pekerjaan apa saja tanpa banyak mengajukan persyaratan karena keterbatasan
pendidikan / ijazah yang dimiliki. Dibandingkan Agustus 2019, terjadi kenaikan TPT di
semua tingkat pendidikan. Kenaikan TPT tertinggi dalam setahun terakhir terjadi pada
lulusan SMK yaitu 3,50 persen poin, lulusan Diploma naik sebesar 2,91 persen poin, dan
lulusan SMA naik sebesar 2,46 persen poin.

10
 Keadaan Pengangguran di Kabupaten Jember
Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Jember,
Agustus 2018 – Agustus 2020
No. Agustus 2018 Agustus 2019 Agustus 2020 Perubahan Perubahan
Agst 2018-2019 Agst 2019-2020
1 4,01% 3,69% 5,12% -0,32% 1,43%

Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Jember,


Sebelum dan Setelah Terjadi Pandemi Covid-19
Sebelum Terjadi Pandemi Setelah Terjadi Pandemi
(Februari 2020) (Agustus 2020)
3,51% 5,12%

Persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Mengindikasikan


besarnya persentase angkatan kerja yang termasuk dalam pengangguran. TPT yang tinggi
menunjukkan bahwa terdapat banyak angkatan kerja yang tidak terserap pada pasar kerja.
Indikator dihasilkan dari Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS).
Dilihat dari tabel di atas bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten
Jember sempat mengalami penurunan menjadi 3,69 persen pada Agustus 2019 dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, Agustus 2018. Namun pada Agustus 2020 mengalami peningkatan
yaitu bertambah 1,43 persen menjadi 5,12 persen.

11
Jika dilihat berdasarkan tahun yang sama, TPT Kabupaten Jember pada Februari
2020, ketika belum terjadi pandemi covid-19 sempat mencapai angka 3,51 persen, namun
setelah terjadi pandemi covid-19 meningkat cukup signifikan menjadi 5,12 persen di bulan
Agustus 2020. Peningkatan tersebut selain karena PHK dan pengurangan jam kerja karena
pandemi covid-19 dan dampak revolusi industri 4.0, juga karena bertambahnya jumlah
angkatan kerja pada Agustus 2020. Sejalan dengan itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) juga naik.

2.4 Upaya Pemerintah Dalam Menanggulangi Pengangguran


Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ketahun mengakibatkan
ketidakseimbangan antara pertumbuhan lapangan pekerjaan dengan bertambahnya tenaga
kerja. Hal itu akan menimbulkan kelebihan penawaran tenaga kerja daripada permintaannya,
sehingga memunculkan fenomena pengangguran. Di satu sisi, pengangguran menunjukkan
adanya selisih antara permintaan (demand of labour) dan penawaran tenaga kerja (supply of
labour) dalam suatu perekonomian. Sedangkan pertambahan penduduk yang semakin pesat
dan semakin besar jumlahnya menyebabkan masalah pengangguran menjadi bertambah
buruk (Budiarto,1985).
Berdasarkan publikasi keadaan tenaga kerja Jawa Timur berdasarkan Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur, menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di
Kabupaten Jember mengalami penurunan dari tahun 2016 ke tahun 2019. Permasalahan
pengangguran memang sangat kompleks untuk dibahas dan merupakan isu penting, karena
dapat dikaitkan dengan beberapa indikator-indikator. Faktor-faktor ekonomi yang
mempengaruhi tingkat pengangguran antara lain pertumbuhan ekonomi wilayah
bersangkutan, tingkat inflasi, serta besaran upah yang berlaku serta faktor-faktor lain antara
lain adanya revolusi industri 4.0 dan adanya pandemi Covid-19.
Data Tingkat Pengagguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Jember
Tahun 2015-2019
Tahun Tingkat Pengagguran Terbuka (%)
2019 3,80
2018 4,09
2017 5,16
2016 5,21
2015 4,77
2014 4,64

12
A. Mendorong Iklim Investasi Yang Baik
Berdasarkan data tersebut, sebagian besar bekerja pada lapangan kerja informal,
sebagian besar memiliki tingkat pendidikan formal dan keterampilan yang rendah serta
umumnya masih berusia muda, setidaknya terdapat dua tantangan besar yang dihadapi, yaitu
menciptakan lapangan pekerjaan formal atau modern yang seluas-luasnya. Oleh karena itu,
juga menjadi tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Jembr untuk dapat menggairahkan iklim
berusaha sehingga memiliki daya tarik bagi investor agar berminat menanamkan modalnya.
Semua ini bertujuan agar dapat membuka lapangan kerja baru. Dalam hal ini diperlukan
kebijakan yang dapat memberikan iklim usaha yang kondusif. Iklim yang kondusif di sini
berarti adanya stabilitas ekonomi, termasuk politik dan keamanan, serta biaya produksi yang
rendah dan yang lebih penting lagi adanya kepastian hukum.
Dalam upaya mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerintah
daerah sebagai otoritas pembangunan dituntut untuk menerapkan kebijakan yang dapat
menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan-kegiatan produktif para pelaku ekonomi.
Salah satu kebijakan yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan tersebut adalah dengan
mendorong terciptanya iklim investasi yang baik. Peran pemerintah daerah dapat dijalankan
melalui salah satu instrumen kebijakan, yaitu pengeluaran pemerintah (baik belanja rutin
maupun pembangunan dan atau pemeliharaan dan belanja modal), dimana pengeluaran
pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk
melaksanakan kebijakan tersebut. Pengeluaran pembangunan (dan atau belanja modal dan
pemeliharaan) merupakan pengeluaran pemerintah untuk pelaksanaan proyek-proyek terdiri
dari sektor sektor pembangunan dengan tujuan untuk melakukan investasi.
B. Kebijakan Lembaga Kredit Mikro Masyarakat (LKMM)
Program Lembaga Kredit Mikro Masyarakat (LKMM) di Kabupaten Jember masih
sebatas pada hasil kebijakan dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
kabupaten Jember. Kebijakan LKMM di Jember merupakan ide dari pihak Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro Kredit Menengah. Kebijakan ini berawal dari isu kebijakan yang mana di
kabupaten Jember belum ada program untuk pelaku ekonomi mikro. Kebijakan ini tidak serta
merta dilakukan sesuai dengan kehendak Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kredit Menengah,
tetapi dalam pelaksanaan kebijakan ini disesuaikan dengan kondisi dan kapasitas lingkungan
masyarakat yang ada. Pedoman itu wujud dari kebijakan yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan program kegiatan LKMM agar LKMM yang ada di kabupaten Jember selaras
dan dapat berkesinambungan antar semua program LKMM se kabupaten Jember, paling tidak
dalam prosedur kegiatan kerja.

13
Pengurusan kegiatan LKMM tentunya melibatkan masyarakat, karena pada intinya
kegiatan ini untuk masyarakat ekonomi kecil sehingga semua kelompok masyarakat terlibat
langsung dalam kegiatan ini. Selain itu ada program pendampingan dan pelatihan bagi
pengurus LKMM karena masyarakat yang terlibat adalah masyarakat yang awam dan perlu
bimbingan dan arahan dalam kegiatan ini.
Program LKMM di Jember merupakan program dibawah pengendalian dinas koperasi
yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat dengan upaya menanggulangi kemiskinan
dan mengurangi tingkat pengangguran dengan sasaran kelompok masyarakat rumah tangga
miskin yang menekankan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Pelatihan dan pembinaan
kepengurusan LKMM bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memahami dan merumuskan kriteria dan karakteristik dalam berorganisasi sehingga dalam
menerapkan program di LKMM dapat sesuai dengan harapan. Program LKMM di Kabupaten
Jember perlu diperluas lagi untuk meningkatkan kerjasama dengan pihak luar masyarakat
penyelenggara LKMM karena dengan banyak bekerjasama tentunya akan meningkatkan
produktivitas LKMM untuk semakin berkembang yang nantinya akan memunculkan banyak
pelaku UMKM dan diharapkan dapat menyerap tenaga kerja.
C. Kegiatan Job Market Fair (JMF)
Untuk mengatasi permasalahan pengangguran disuatu daerah, dibutuhkannya sinergi
yang kuat antara pemerintah dan pihak swasta. Dalam hal ini, guna mengurangi angka
pengangguran, Pemerintah Kabupaten Jember berkerjasama dengan pihak swasta dalam
kegiatan Job Market Fair (JMF). Kegiatan Job Market Fair (JMF) yang digelar setiap tahun
oleh Pemerintah Kabupaten Jember, mampu mengurangi angka pengangguran. Berdasarkan
data di Dinas Tenaga Kerja Jember, setiap tahunnya, event JMF mampu menyerap tenaga
kerja mencapai 500-600 orang. Menurut kepala Dinas Ketenagakerjaan, kegiatan JMF
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pihaknya, untuk mengurangi angka
pengangguran. Terbukti berdasarkan data, angka pengangguran di Kabupaten Jember
berkurang. Lebih jauh lagi, faktor tingginya masyarakat yang masih belum mendapatkan
pekerjaan disebabkan persoalan kompetensi atau skill. Masyarakat Jember yang mempunyai
skill khusus jumlahnya sangat minim.
Kegiatan JMF yang dilaksanakan pada tahun 2019 oleh diikuti oleh 43 perusahaan dan
pada tahun 2018 Terdapat 40 perusahaan dengan formasi lowongan 3000 jabatan. Pencari
kerja diperkirakan 3.500 orang. Dari kegiatan ini diperkirakan bakal merekut 1.231 orang
pencari kerja. Kegiatan JMF ini merupakan media penting bagi perusahaan untuk mendapat
tenaga kerja berkualitas. Disisi lain, bagi pencari pekerja, kegiatan JMF bermanfaat

14
mendapatkan informasi dari tangan pertama. Dimana, kegiatan JMF akan menambah
perluasan lapangan kerja dan penyediaan tenaga kerja.
D. Pelatihan Berbasis Kompetensi
Sejak pandemi Covid-19, telah melakukan upaya-upaya mitigasi risiko dampak
pandemi Covid-19 di bidang ketenagakerjaan. Mitigasi pertama yang dilakukan Kemnaker
adalah melakukan pelatihan berbasis kompetensi dengan mengoptimalkan Balai Latihan
Kerja (BLK) di bawah Kemnaker. Pelatihan ini tetap dilakukan dengan melalui model
blended training maupun full secara luring (luar jaringan) dengan protokol kesehatan.
Dimasa pandemi Covid-19, Kemnaker juga memiliki program perluasan kesempatan
kerja melalui kegiatan penciptaan wirausahan baru, inkubasi bisnis, dan padat karya. Bahkan
tiga kegiatan tersebut memperoleh anggaran tambahan jaring pengaman sosial mengingat
situasi saat ini lapangan kerja baru relatif terbatas dibandingkan kondisi normal. Selain itu
mitigasi yang dilakukan Kemnaker yaitu membuka informasi pasar kerja untuk memgurangi
tingkat pengangguran. Kemnaker telah memiliki layanan informasi pasar kerja “karirhub”
yang terintegrasi dalam satu ekosistem sistem informasi ketenagakerjaan (Sisnaker). Untuk
mengoptimalkan layanan informasi pasar kerja saat ini, Menaker sedang mempersiapkan
pusat pelayanan pasar kerja dan ditargetkan dapat beroperasi. Sampai saat ini, ada sekitar
11.694 lowongan kerja yang tersedia di karir.hub. Ini menunjukkan pada masa pandemi pun,
meski tidak sebanyak pada kondisi normal, masih ada perusahaan yang membutuhkan tenaga
kerja. Selain memberi informasi, pusat pelayanan pasar juga dapat mengakselerasi
penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri sehingga fenomena
missmatch tidak terus terulang.

15
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:
Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan melek teknologi merupakan prasyarat
mutlak jika ingin memenangkan persaingan di era digital ini. Untuk menjawab tantangan
perkembangan teknologi dalam industry 4.0 tersebut diperlukan adanya peran dan fungsi baru
sumber daya manusia, bukan hanya peran administratif namun melangkah lebih jauh pada
peran dan fungsi bisnis dan strategis. Tuntutan Revolusi 4.0 yang memerlukan peningkatan
keterampilan (up-skilling) atau pembaruan keterampilan (reskilling) untuk tenaga kerja. Maka
dari itu, untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang dibawa oleh revolusi industri 4.0,
seorang pekerja harus memiliki kemampuan (skill) yang memumpuni. Namun dengan adanya
revolusi industri 4.0 banyaknya tugas yang seharunya dikerjakan oleh sumber daya manusia
(orang) digantikan oleh keberadaan mesin atau teknologi ditambah lagi adanya pandemi
Covid-19 maka angka pengangguran semakin meningkat. Untuk mengatasi tingginya angka
pengangguran maka diperlukan upaya atau kebijakan yang dapat menurunkan tingkat
pengangguran. Salah satu kebijakan yang dilakukan Kabupaten Jember untuk mengurangi
tingkat pengangguran diantaranya mengadakan program Job Market Fair yang mana
pemerintah dan pihak swasta harus bersinergi dalam hal ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adiona Advertising. (2020). Peluang Dan Tantangan Revolusi Industri 4.0.


http://www.adiona.co.id/en/articles/62-peluang-dan-tantangan-revolusi-industri-4-0

Firdhania, Riza dan Fivien Muslihatinningsih. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Tingkat Pengangguran Di Kabupaten Jember. Jember. Universitas Jember. E-Journal
Ekonomi Bisnis Dan Akuntansi. Volume 4 No. 1.

Laily Chodariyanti. 2016. Pengaruh Alokasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah
(APBD) Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten Jember. Jember.
Universitas Islam Lamongan. Jurnal Ekbis. Volume 15 No. 1.

Pratama, H. A., & Iryanti, H. D. (2020). Transformasi SDM Dalam Menghadapi Tantangan
Revolusi 4.0 di Sektor Kepelabuhan. Majalah Ilmiah Bahari Jogja, 18(1), 71–80.
https://doi.org/10.33489/mibj.v18i1.229

Richat Tri Laksono. 2016. Efektifitas Pengeluaran Pemerintah (Goverment Expendicture)


Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten Jember. Jember. Universitas Moch
Sroedji Jember. Jurnal Bisnis Dan Manajemen. Volume 10 No. 2.

Sulistiyono. 2013. Identifikasi Kebijakan Lembaga Kresit Mikro Masyarakat (LKMM) Di


Kabupaten Jember. Jember.

Triyono. (2020). Peluang Tenaga Kerja Indonesia Di Era Digital.


https://kependudukan.lipi.go.id/id/kajian-kependudukan/ketenagakerjaan/843-peluang-
tenaga-kerja-indonesia-di-era-digital

17

Anda mungkin juga menyukai