Dosen Pengampu :
Oleh :
Kelompok 5
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Successful
And Failed Businesses During Pandemic: An Analysis From Entrepreneur
Perspective” tepat pada waktunya. Makalah ini diajukan dengan tujuan untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Bisnis dan Wirausaha.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Rr. Sri Kartiko,
M.A., M.Buss Dosen Pengampu mata kuliah Pendidikan Bisnis dan Wirausaha
yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Serta untuk
teman-teman seperjuangan.
Di dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan baik dari segi
bahasa maupun isi oleh sebab itu penulis meminta kritik dan saran yang
membangun untuk makalah ini agar lebih baik kedepannya. Semoga kita semua
selalu dalam lindungan Allah SWT. Amiin.
KELOMPOK 5
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................ 29
B. Saran ...................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pandemi Covid-2019 membawa berbagai dampak pada perekonomian
seperti terjadi kesusahan dalam mencari lapangan pekerjaan, susah untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tidak mempunyai penghasilan dalam
memenuhi kebutuhan untuk sehari-hari dan juga banyak kesusahan yang di
terima dari semua sektor perekonomian dalam semua bidang juga merasakan
dampak dari Covid-19 (Hanoatubun, 2020).
Sampai dengan 17 April 2020, sebanyak 37.000 pelaku UMKM
melaporkan diri kepada Kementerian Koperasi dan UKM terdampak pandemi
COVID-19 (Setiawan, 2020). Menurut rilis data tersebut, kesulitan yang
dialami oleh UMKM selama pandemi itu terbagi dalam empat masalah.
Pertama, terdapat penurunan penjualan karena berkurangnya aktifitas
masyarakat di luar luar sebagai konsumen. Kedua, kesulitan permodalan
karena perputaran modal yang sulit sehubungan tingkat penjulan yang
menurun. Ketiga, adanya hambatan distribusi produk karena adanya
pembatasan pergerakan penyaluran produk di wilayah-wilayah tertentu.
Keempat, adanya kesulitan bahan baku karena sebagai UMKM
menggantungkan ketersediaan bahan baku dari sektor industri lain. Tabel
dibawah memperlihatkan bahwa dari keempat persoalan tersebut, dampak
penurunan penjualan menjadi persoalan terbesar yang dirasakan oleh pelaku
UMKM. Dampak pandemi terhadap UKM diyakini dapat lebih besar, karena
tingginya tingkat kerentanan dan minimnya ketahanan akibat keterbatasan
sumber daya manusia, supplier, dan opsi dalam merombak model bisnis
(Febrantara, 2020).
B. Rumusan Masalah
Rumsan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bisnis apa saja yang mengalami kegagalan akibat pandemi ?
2. Apa faktor penyebab kegagalan bisnis akibat pandemi ?
1
3. Bisnis apa saja yang masih bertahan di era pandemi ?
4. Apa faktor pendukung bertahannya bisnis di era pandemi ?
5. Bagaimana bisnis yang baru dan berpeluang untuk lebih berkembang di
era pandemi ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumsan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bisnis apa saja yang mengalami kegagalan akibat
pandemi
2. Untuk mngetahui faktor yang menyebabkan kegagalan bisnis akibat
pnademi
3. Untuk mengetahui bisnis apa saja yang masih bertahan di era andemi
4. Untuk mengetahui faktor pendukung bertahannya bisnis di era pandemi
5. Untuk mengetahui bagaimana bisnis yang baru dan berpeluang untuk lebih
berkembang di era pandemi
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
penulis tentang bisnis agar lebih berkembang dan mampu mengatasi
permaslaahn bisnis terutama di masa pandemi seperti sekarang ini. Sehingga
bisnis dapat bertahan atau bahkan berkembang meskipun dalam keadaan sulit
seperti pandemi saat ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Indonesia, maka dampak dari penurunan pendapatan UMKM pun sangat
berimbas pada pelemahan ekonomi Indonesia.
Sekitar 44% UMKM beralih ke platform online Untuk mendapatkan pasar
yang lebih luas, UMKM banyak beralih ke platform online. Banyak
pengusaha muda yang kreatif dan inovatif menjadikan platform online
sebagai pasar untuk berdagang. Dengan gaya milenial dan desain ala anak
muda, banyak yang tertarik untuk berbelanja. Platform online khususnya
Instagram merupakan platform yang banyak dikunjungi oleh masyarakat.
Dengan bagitu, lebih luas produk yang dapat di pasarkan. Apalagi di masa
pandemi ini kita dianjurkan oleh pemerintah untuk keluar hanya untuk
keperluan yang penting saja dan harus menjaga jarak. Jadi belanja online
adalah alternatif yang sangat cocok untuk kamu yang suka berbelanja namun
tidak bisa keluar karena tidak bisa keluar di masa pandemi ini. Semoga
pandemi ini cepat berakhir dan kita bisa kembali hidup seperti biasa dan
dapat menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pola Industri dengan mmeperkirakan perkiraan berdasarkan
pengelompokan industri utama. Hampir setiap industri mengalami penurunan
jumlah pemilik usaha yang cukup besar.Satu-satunya pengecualian adalah
Pertanian yang jumlah pemilik bisnisnya meningkat sejak Februari
2020.Konstruksi yang dianggap penting pada 23/8 mengalami penurunan
besar hampir 670.000 pemilik bisnis di Amerika Serikat.Meskipun bisnis
konstruksi mengalami banyak perubahan permintaan, tidak jelas berapa
banyak pemilik bisnis ini yang dapat kembali. Bagian depan toko di seluruh
negeri telah ditutup karena pembatasan yang diamanatkan COVID-19,
Perdagangan ritel menunjukkan penurunan 108.000 pemilik bisnis yang
mewakili 10 persen dari level Februari 2020. Restoran mengalami penurunan
sebesar 22 persen meskipun banyak dari yang tetap buka beralih ke layanan
bawa pulang atau pesan antar.Sektor seni, rekreasi dan akomodasi sangat
terpukul karena kehilangan 35 persen pemilik bisnis.
Baik layanan berketerampilan tinggi maupun kurang terampil terpukul
keras oleh COVID-19.Angkutanlayanan yang mencakup taksi dan beberapa
4
pengemudi uber turun 22 persen.Layanan berketerampilan lebih tinggi seperti
aktivitas keuangan dan layanan profesional dan bisnis masing-masing
kehilangan 12 persen dan 18 persen.Bahkan pelayanan kesehatan mengalami
penurunan sebesar 16 persen. Meskipun ada beberapa variasi di seluruh
industri, COVID-19 berdampak besar pada semua mereka kecuali pertanian.
Dimungkinkan juga untuk mengkategorikan industri menjadi penting vs tidak
penting menurut pedoman pemerintah negara bagian atau lokal, meskipun ada
banyak variasi di seluruh pedoman ini dalam hal industri tertentu. Delaware
State memberikan daftar bisnis penting yang paling rinci dan komprehensif di
tingkat industri 4 digit dan mengikuti kode industri 4 digit yang sama
sepertiCPS (Sistem Klasifikasi Industri Amerika Utara, NAICS). Namun,
klasifikasi tersebut kemungkinan tidak sempurna, karena definisi, penegakan,
kepatuhan pemilik bisnis, dan reaksi konsumen berbeda-beda di seluruh
negeri.Menggunakan kategorisasi ini, industri "esensial" terdiri dari 76 persen
pemilik bisnis.
Kerugian dalam jumlah pemilik usaha lebih rendah untuk industri esensial
sebesar 17 persen dibandingkan dengan 38 persen di antara industri non-
esensial (seperti yang diharapkan). Menurut penelitian Robert Fairlie pada
tahun 2020, kuranngnya Distribusi Industri-industri bisnis yang dimiliki oleh
kelompok demografis yang berbeda menempatkan mereka pada risiko
penutupan terkait COVID yang lebih tinggi atau lebih rendah. Untuk
mengeksplorasi pertanyaan ini, peneliti mensimulasikan jumlah total pemilik
bisnis untuk setiap kelompok demografis dengan mengalihkan distribusi
industri mereka ke distribusi industri nasional AS. Distribusi industri
keduanya diukur dal.CPS (Sistem Klasifikasi Industri Amerika Utara,
NAICS).Klasifikasi mungkin.menjadi tidak sempurna, bagaimanapun, karena
definisi, penegakan, kepatuhan pemilik bisnis dan reaksi konsumen bervariasi
di seluruh negeri. Menggunakan kategorisasi ini, industri "esensial" terdiri
dari 76 persen pemilik bisnis.Kerugian dalam jumlah pemilik usaha lebih
rendah untuk industri esensial sebesar 17 persen dibandingkan dengan 38
persen di antara industri non-esensial (seperti yang diharapkan).
5
2. Judul Penelitian : Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Sektor Usaha Di
Kalimatan Timur
Disuusn Oleh Irwan Gani
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Mulawarman, Samarinda 2021.
Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa sektor usaha yang mengalami
penurunan selama pandemic adalah dibidang Pertanian Kehutanan, dan
Perikanan mengalami penurunan sebesar 3,88%, sektor Pertambangan dan
Penggalian mengalami penurunan sebesar 6,4%, Industri Pengolahan
mengalami penurunan sebesar 10,97%, Pengadaan Listrik, Gas mengalami
penurunan sebesar 0,83%, Konstruksi mengalami penurunan sebesar 0,32%,
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
mengalami penurunan sebesar 6,94%, Transportasi dan Pergudangan
mengalami penurunan sebesar 18,48%, Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum mengalami penurunan sebesar 18,37%, Real Estate mengalami
penurunan sebesar 1,89%, Jasa Perusahaan mengalami penurunan sebesar
6,73%, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
mengalami penurunan sebesar 2,15%, dan Jasa lainnya juga mengalami
penurunan sebesar 13,91%. Sementara sektor ekonomi yang dapat tumbuh
positif dan mampu bertahan dengan baik adalah sektor Pengadaan Air yang
naik sebesar 2,12% dari kwartal 1, untuk sektor Informasi dan Komunikasi
juga naik sebesar 0,71%, untuk Jasa Keuangan posisinya stagnan dari kwartal
sebelumnya, untuk Jasa Pendidikan naik 0,7%, sementara untuk sektor Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial naik sebesar 1,89%.
3. Judul Penelitian : Pandemi Covid-19 Dampaknya Terhadap Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah Di Pasaman Barat.
Disuusn Oleh Erdawati, M.M Esda
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasaman, 2021.
Dalam penelitian ini kepada 30 pelaku usaha UMKM yang ada di Pasaman
Barat. Dari jenis kelamin responden, berjenis kelamin laki-laki merupakan
6
responden terbesar yaitu sebesar 53,3% dan sisanya perempuan, sedangkan
untuk usia responden terbesar terdapat pada usia 40 tahun keatas sebesar
33,3%. Semua responden 100% merupakan pemilik UMKM dan status usaha
Responden sudah berbadan hukum 70,8% dan sisanya belum berbadan
hukum sedangkan usaha yang dihasilkan berupa produk 83,3% dan sisanya
adalah berbentuk jasa. Dan golongan usaha 36,7% skala mikro, dan 50% skala
kecil, dan sisanya untuk skala menengah dan besar. Responden penelitian ini
dalam menjalankan usahanya mempunyai target pasar utama untuk produk
usahanya, dalamhal ini sebesar 53,3% target pasar nya masih dalam wilayah
local dan 46,7% target pasarnya dalam kabupaten Pasaman Barat.
Kemampuan Daya Beli Konsumen Sebelum Pandemi
Daya Beli Frekuensi Presentase
Diatas Normal 7 23,3 %
Normal 21 70%
Dibawah Normal 2 6,7 %
Dari tabel di atas permintaan atas barang / jasa sebelum pandemi untuk
kondisi normal sebesar 70% , Diatas Normal 23,3% sedangkan tingkat
permintaan dibawah normal hanya 6,7 %. Artinya permintaan atas barang/jasa
masih berjalan normal pada saat sebelum pandemi COVID-19. Adapun
kondisi UMKM saat pandemi COVID-19 melanda, dapat kita lihat pada tabel
dibawah ini :
Hasil Penjualan Saat Pendemi Covid - 19
Hasil penjualan
Frekuensi Presentase
saat
Pandemi
Meningkat 2 7,1 %
Tetap 5 17,9 %
Menurun 21 75%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil penjualan saat pada pandemi
Menurun 75%, sedangkan 17,9% penjualan tetap dan hanya 7,1% persentase
penjualan meningkat.
7
B. Faktor Penyebab Kegagalan Bisnis Akibat Pandemi
Penyebab Banyak bisnis UMKM Bangkrut Saat Pandemi di beberapa
negara termasuk Indonesia yaitu sejak virus corona merebak, aktifitas
perekonimian dihentikan sementara. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
angka penyebaran penyakit. Namun, dampaknya banyak pelaku bisnis gulung
tikar dan banyak pula yang tutup untuk selamanya. Menurut Penelitian
Abdurrahman Firdaus Thaha pada tahun 2020 penyebab UMKM banyak yang
bangkrut setidaknya ada beberapa penyebab utama yang membuat UMKM
mengalami banyak kerugian hingga terjadi kebangkrutan. Diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Pembatasan Sosial yang Ditetapkan oleh Pemerintah
Sebelum menjalankan New Normal, pemerintah lebih dulu menetapkan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Ketetapan ini merupakan upaya
untuk memutus persebaran virus corona yang mematikan. Namun, dampak
kebijakan PSBB ini dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama pelaku
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Banyak dari pelaku UMKM ini
tidak dapat menjalankan bisnis sama sekali. Menurut survey yang dilakukan
oleh beberapa lembaga, terdapat 47% pelaku UMKM di Indonesia tidak dapat
beroperasi sama sekali. Faktor utama penyebab kondisi ini tidak lain adalah
masalah arus kas dan kesulitan dan supply barang.
2. Pendapatan di Bawah Normal
Hasil survey yang dilakukan oleh perusahaan riset pasar Ipsos didapat
84% pelaku usaha mengalami penurunan pendapatan. Beberapa diantaranya
mengaku mengalami penurunan hingga lebih dari 50%. Selama pandemi
Covid-19 permintaan domestik dan konsumen rumah tangga mengalami
penurunan. Kondisi ini juga mempengaruhi rasio investasi yang turut
merendah. Usaha kecil dan menengah (UMKM) berada di garis depan
guncangan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19. Langkah-
langkah penguncian (lockdown) telah menghentikan aktivitas ekonomi secara
tiba-tiba, dengan penurunan permintaan dan mengganggu rantai pasokan di
seluruh dunia. Dalam survei awal, lebih dari 50% UMKM mengindikasikan
8
bahwa mereka bisa gulung tikar dalam beberapa bulan ke depan. Sejak itu,
kebangkrutan telah menumpuk dan tingkat awal mulai runtuh.
3. Aktivitas Jual Beli Mengalami Penurunan
Pola belanja masyarakat Indonesia mengalami perubahan selama
pandemi Covid-19, dari belanja offline beralih ke online. Akan tetapi, tidak
semua pelaku UMKM melayani konsumen secara online. Seperti contohnya,
pemilik salon atau penyedia jasa lainnya yang mengharuskan adanya
pertemuan antara penjual dan pelanggan. Mengenai hal ini, hasil penelitian
yang dilakukan oleh Center for Micro and Small Enterprise Dynamic
(CEMSED), menyatakan Indonesia memiliki kemampuan yang unik untuk
berkembang dan bertahan dalam masa krisis. Misalnya, para pengusaha
warteg tetap buka hanya melayani kemasan atau take a way. Tidak menerima
pembeli yang makan ditempat. Para pelaku usaha tetap bertahan memberikan
pelayanan terhadap konsumen, dengan catatan tidak melanggar aturan
pemerintah. Seperti tidak berjabat tangan, menerima konsumen bergerombol,
serta memberikan fasilitas cuci tangan di tempat kerja. Bahkan beberapa
penyedia jasa memberikan pelayanan dengan datang ke rumah pelanggan.
4. Bahan Baku Sulit Didapat dan Semakin Mahal
Kebijakan PSBB untuk memutus rantai penularan Covid-19 membuat
aktivitas produksi terhenti. Sebagian besar perusahaan memilih kebijakan
Work From Home (WFH), tidak sedikit yang memutuskan untuk
merumahkan karyawan, hingga terjadi PHK masal. Menurut data yang
didapat dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebanyak 30.137 pekerja
di PHK dan 1.322.799 di rumahkan tanpa upah. Kondisi ini memberikan efek
domino yang menyebabkan penurunan kapasitas produksi yang ekstrim.
Secara langsung bahan baku yang dibutuhkan rumah tangga menjadi langka
dan harga melonjak naik. Pelaku UMKM seperti home industri makanan
dipusingkan oleh harga gula dan telur yang mahal. Sehingga, otomatis harga
jual produk juga ikut naik. Tentu ini sangat beresiko, apalagi daya beli
masyarakat sedang menurun.
9
5. Jalur Pendistribusian Terhambat
Seperti yang dapat dilihat, awal kepemimpinan Joko Widodo pemerintah
terus memaksimalkan jalur perindustrian melalui pembangunan infrastruktur
yang besar-besaran. Hasilnya pun signifikan, jalus distrubusi semakin cepat,
dan mempengaruhi pemangkasan kesenjangan harga. Hal ini mendorong laju
perekonomian Indonesia semakin kencang. Akan tetapi, wabah virus corona
merubah segalanya. Data yang didapat dari Asosiasi Tol Indonesia (ATI), lalu
lintas harian di seluruh tol mengalami penurunan sekitar 40% hingga 60%
tercatat sejak Maret 2020. Penurunan paling banyak terjadi di wilayah
Jabodetabek. Terhentinya aktivitas distribusi tentu mempengaruhi pemasaran
produk bisnis UMKM. Pelaku bisnis ini sulit menjangkau market yang lebih
luas, seperti luar kota, lintas provinsi, sampai luar pulau. Antar barang oleh
pedagang online juga mengalami keterlambatan pengiriman.
6. Penyedia Barang dan Jasa Tidak dapat Beroperasi
Dampak Covid-19 tidak hanya dirasakan oleh pelaku UMKM yang
bergerak di bidang industri rumahan. Penyedia jasa juga banyak yang
meliburkan diri bahkan berhenti total. Penurunan omset dialami oleh hampir
semua pelaku bisnis. Seperti wedding organizer, fotografer pernikahan, make
artis, dan lainnya kehilangan sumber penghasilan karena banyak proyek yang
ditunda untuk mematuhi PSBB. Pemerintah Indonesia sangat berani dengan
tidak mengambil kebijakan lockdown, sehingga beberapa UMKM di daerah
tertentu masih dapat menjalankan usahanya. Relasi kredit, gratis dan diskon
listrik, serta suntikan modal diberikan untuk membangkitkan perekonomian.
Sejauh ini, pemerintah masih berupaya mencari cara agar perekonomian
Indonesia kembali bangkit seperti sedia kala. Selain itu, usaha untuk
mencegah penularan Covid-19 juga tetap dipantau. Masyarakat tetap
dihimbau selalu mematuhi protokol kesehatan dalam setiap aktivitasnya.
10
C. Bisnis UMKM Yang Masih Bertahan dan Sukses Di Era Pandemi
1. Judul : Henry Mintzberg’s Business Management Strategy Post-
Pandemi c Covid-19 (Social Learning Approach on Ali Murah Shop
Madinah) Starategi Manajemen Bisnis Henry Mintzberg Pasca Pandemi
Covid-19 (Pendekatan pembelajaran Sosial pada Toko Ali Murah
Madinah)`
Peneliti : Fania Mutiara Savitri1* , Yuris Tri Naili2.
Penerbit : International Journal of Social Learning (IJSL),Vol. 1 (1)
December 2020.
Penelitian ini dilakukan di Madinah, Arab Saudi oleh peneliti yang
bernama Fania Mutiara Savitri dan Yuris Tri Naili. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh permasalahan yang terjadi pada UMKM akibat
pandemi covid-19. Dimana adanya peraturan dari pemerintah Arab Saudi
yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar dan penerapan Work
From Home (WFH) untuk pegawai swasta dan pemerintah. Dengan
adanya penerapan peraturan tersebut banyak department store, mall, dan
fasilitas yang berpotensi besar dapat melularkan virus terpaksa seperti
ditutup. Adanya pembatasan masuknya wisatawan, pembatasan mroh
untuk pengunjung lokal dan luar negeri ditutup. Mesjid untuk sementara
tidak lagi dibuka untuk sholat lima waktu dan sholat jum’at. Adanya
kebijakan dari pemerintah tersebut membawa pengaruh terhadap
penerimaan negara dan pengaruh terhadap kinerja usaha UMKM. Dimana
pendapatan UMKM terutama diperoleh dari sektor pariwisata yang
mengandalkan dari kunjungan wisatawan. Toko Ali murah Madinah
adalah salah satu contoh UMKM disektor retail yang terkena imbas dari
aturan yang diterapkan oleh pemerintah Arab Saudi. Toko ini terletak di
Madinah Munawarah dibawah gerbang Hotel Baharudin Masjid 25. Toko
ini menjual kebutuhan haji/umroh dan oleh-oleh khas arab untuk
wisatawan dari berbagai negara yang mengunjungi Mesjid Nabawi. Ada
ratusan toko disekitar Masjid Nabawi yang terkena dampak pandemi yang
mengalami penurunan kinerja secara keseluruhan. Studi ini memilih toko
11
ini sebagai objek studi kasus, mengingat toko ini memiliki daya tahan
yang lebih baik dibandingkan dengan took yang lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi
manajemen bisnis Toko Ali Murah Madinah pasca pandemi Covid-19
sebagai deskripsi praktik ritel di Madinah, Arab Saudi. Kajian ini mengacu
pada startegi Henry Mintzberg (posisi, remcana, perspektif, proyek, dan
persiapan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dan metode
pengumpulan data menggukan wawancara terstruktur yang dilakukan
kepada 3 orang responden secara online melalui Chat, Phone Call, Video
Call via Whatsapp sesuai kebutuhan. Penelitian ini juga menggunakan
sosial pendekatan pembelajaran untuk mendapatkan analisis yang
mendalam. Hasil penelitian menjelaskan bahwa manajemen bisnis strategi
pasca pandemi covid-19 Toko Ali Murah Madinah dapat dilaksanakan
untuk mendapatkan perbaikan dan pembangunan berkelanjutan yang
dilampirkan oleh manajemen penguatan dibidang pemasaran, sumber daya
manusia, keuangan, dan operasional sebagai langkah strategis untuk
menciptakan eksistensi bisnis yang efisien dan efektif. Lebih-lebih lagi
menegenai pendekatan pembelajaran sosial, Toko Ali Murah Madinah
dituntut untuk memiliki manajemen pengetahuan dan daya serap yang baik
terutama dalam mencegah penularan covid-19. Toko Ali Murah Madinah
menggunakan konsep e-commerce yang lebih dikenal melalui platform
digital dan dapat meningkatkan pendapatan UMKM atau setidaknya
membuatnya terkenal tentang kesadaran merk ritelnya. Penerapan e-
commerce terkait dengan teori resource-based view yang bisa diterapkan
pascapandemi ini teori mengoptimal sumber daya manusia untuk
keunggulan kompetitif melalui personal branding. Meningkatkan personal
branding dengan berkolaborasi dengan influencer di setiap negara untuk
membantu mempromosikan dan merekomendasikan Toko Ali Murah
Madinah sebagai took oleh-oleh wisata islami di Madinah, Arab Saudi.
12
2. Jurnal : STRATEGI SURVIVAL UMKM BATIK TULIS
PEKALONGAN DITENGAH PANDEMI COVID-19
Peneliti : Mohammad Rosyada dan Ana Wigiawati
Volume Jurnal : Banco, Volume 2, November 2020
Penerbit : IAIN Pekalongan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Batik Pesisir Pekalongan melalui
observasi dan wawancara kepada pemilik Batik Pesisir Pekalongan, Bapak
Failasuf. Sebagaimana kita ketahui bahwa strategi bersaing suatu perusahaan
tidak hanya berkaitan dengan memperoleh konsumen tetapi juga bagaimana
bersaing dengan produsen yang memiliki sasaran pasar yang sama. Menurut
beliau, dalam memajukan batik tulis agar semakin dikenal oleh pasar itu ada
berbagai macam cara yang ditempuh. Hasil wawancara dengan Bapak Failasuf
tanggal 2 Juli 2020 sebagai berikut :
13
dampak wabah Covid-19 di wilayah Jakarta dan Surabaya. Akan tetapi Batik
Pesisir masih tetap bisa survive melewati bulan Maret dan April dan kondisi
berangsur membaik di bulan Mei ketika mendekati hari raya idul fitri 1441
H. Hal ini menunjukkan strategi-strategi yang diterapkan oleh Batik Pesisir
Pekalongan untuk tetap survive di tengah pandemic Covid-19 sudah layak
digunakan dan patut untuk dikembangkan lagi serta contoh bagi usaha
batik lainnya.
14
Menyikapi kondisi ini, PKL harus memiliki strategi bertahan hidup
untuk menghadapinya. Istilah strategi bertahan hidup diambil dari konsep
livelihood strategies yang dikemukakan (Chaudhuri, 2018), yaitu cara
rumah tangga untuk memperoleh pendapatan dengan mengoptimalkan
berbagai sumber daya yang dimiliki sehingga dapat menghasilkan sesuatu
yang bernilai ekonomis. Untuk itu perlu adanya strategi berdagang yang
merupakan salah satu cara atau langkah-langkah yang dilakukan agar
mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam usaha-usaha yang
akan dilakukan pedagang kaki lima.
Berbagai strategi bertahan hidup biasanya dilakukan oleh
masyarakat rentan perkotaan dalam masa krisis, seperti nafkah ganda,
pengurangan kuantitas barang yang dikonsumsi atau dengan cara
menambah penghasilan melalui pekerjaan sampingan atau bekerja di
sektor informal. Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh pelaku
usaha kecil seperti pedagang kaki lima adalah melakukan transformasi
usaha secara online (e-commerce). Usaha online memiliki pengaruh
signifikan dalam meningkatkan aspek pemasaran dan pendapatan pelaku
usaha. Akan tetapi, tidak semua pelaku usaha informal memiliki
kemampuan adaptasi dengan iklim usaha online, karena keterbatasan
sumber daya pada pelaku usaha informal, seperti keterampilan rendah dan
teknologi sederhana.
15
Yang beralih ke e-commerce dengan menggunakan Gojek atau Grab
sebagai strategi pemasaran digitalnya
16
Yang beralih ke e-commerce dengan menggunakan Facebook sebagai strategi
pemasaran digitalnya.
17
Covid-19 media yang paling banyak dipakai adalah Whatsapp, instagram dan
facebook.
18
Gambar Data Presentase Responden yang Meningkatkan Penggunaan Media
Digital selama Covid-19.
19
melakukan differensiasi produk. Inovasi dan kreatiitas harus selalu dijaga
kekhasannya, kualitas produk harus dikedepankan.
E. Bisnis UMKM Yang Baru Dan Berpeluang Untuk Lebih Berkembang Di
Era Pandemi
1. Judul Penelitian : Dampak Covid 19 Terhadap Penjualan Masker Dan Hand
Sanitizer Di Kabupaten Sumenep
Disusun Oleh : Khairul Rakhmat Gunawan , Fakultas Ekonomi Dan Bisnis-
UTM, 2020.
Dengan adanya pandemi covid19 ini tentunya kebutuhan konsumen
terhadap produk – produk yang bisa mencegah dan melindungi diri mereka
dari penularan covid 19, diantaranya yaitu suplemen vitamin, minuman
kesehatan, hand sanitiser dan masker. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri
bagi para pelaku usaha melihat peluang pasar masker dan hand sanitiser,
berdasarkan berita di kompas tanggal 9 April 2020 produsen masker
jumlahnya meningkat drastis selama pandemi covid 19 di Indonesia.
Kementerian Kesehatan mencatat angkanya melonjak hingga 200%.
Dampak Covid 19 memberikan beberapa pengaruh terhadap ekonomi
kemasyarakatan. Hal tersebut bisa kita lihat diantaranya terjadi kelesuan
UMKM. Meskipun demikian dengan kondisi tersebut UMKM tetap harus
bangkit dari dampak Covid 19 ini. Banyaknya belanja maupun transaksi
online di beberapa marketplace adalah salah satu bentuk perubahan yang
dilakukan oleh sebagian UMKM. Penelitian ini bertujuan untuk
mendiskripsikan tentang penjualan masker dan hand sinitizer saat pandemi
Covid 19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,
pendekatan yang digunakan studi kasus. Sumber data pada penelitian ini
menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara. Dengan sejumlah
informan sebanya 5 orang penjual masker di Desa Batuan, Kec. Batuan - Kab
Sumenep. Dari hasil penelitian bahwa masker kain dengan motif gambar
lebih banyak diminati oleh warga Ds. Batuan, Kec. Batuan Sumenep.
Meskipun banyak permintaan pembelian masker dan hand sinitizer, maka
akan berpengaruh terhadap harga yang ditentukan. Namun demikian
20
meskipun dari harga telah mengalami kenaikan terkait dengan prosuk masker
dan hand sinitizer, maka untuk kualitas produk juga memiliki pengaruh. Oleh
karena itu pemilik UMKM menyesuaikan harga dengan kualitas dari masker
dan hand Sanitizer yang ditawarkan dan disesuaikan juga dengan aturan yang
diberikan oleh pememrintah.
Masker jenis kain dengan motif gambar di Kec. Batuan Sumenep memiliki
respon positif terhadap konsumen, hal tersebut ditandai beberapa hasil
wawancara para penjual masker dan hand sinitizer. Dengan perilaku dari
warga Kec. Batuan ini mereka membeli masker dan hand sinitizer disebabkan
takut tertular. Sedangkan hand sinitizer yang diminati dengan bahan
kandungan alkohol 40%.
2. Judul Penenlitian : STRATEGI BISNIS “CEJEDW FROZEN FOOD” PADA
MASA PANDEMI COVID-19
Disusun Oleh Eva Dwi Astutika, Chyntia Fiorika Silalahib, Ana Insyafiatul
Azizahc, Elvika Nur Anjanid, Syeren Al Gistae, Ramadhan Alfarizif
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya, 2021
Selain bisnis kedai kopi diatas, salah satu bentuk bisnis UMKM yang baru
dan berkembang saat masa pandemi adalah frozen food, seperti penelitian
yang dilakukan oleh Eva Dwi Astuti pada tahun 2021 dengan melakukan
wawancara terhadap pemilik UMKM CejeDw frozen food. CejeDW frozen
food sendiri merupakan usaha kecil rumah tangga yang bergerak pada bidang
makanan olahan jamur, ayam, dan aneka seafood. Usaha ini dibentuk atas
tingginya minat masyarakat yang suka dengan makanan instan, salah satunya
yaitu frozen food sebagai pendamping nasi maupun cemilan. Bisnis fozen
food ini telah memiliki IUMK (Izin Usaha Mikro dan Kecil), izin merk, dan
izin pendirian UD (Usaha Dagang). CejeDW fozen food berada dibawah
naungan usaha kecil menengah milik UD. Hariyanto yang berlokasi di Dusun
Secikal, RT/RW 001/001, Kelurahan Kenongomulyo, Kecamatan
Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, Jawa Timur dan berdiri sejak 7 februari
2018.
21
Produk ini terdiri dari berbagai varian, seperti nugget jamur, nugget ayam,
cumi crispy, pentol jamur, namun diantara varian tersebut yang paling
diminati yaitu nugget jamur karena jarang dijumpai di pasaran.
Strategi yang digunakan untuk mempertahankan usaha CejeDW frozen
food di saat pandemi covid-19 dengan mencantumkan izin edar, berinovasi
dengan berbagai varain rasa dan tidak menggunakan bahan yang berbahaya
dan aman dikonsumsi. Prioritas pertama alternatif yang dipilih oleh CejeDW
frozen food adalah mencantumkan izin produk pada kemasan.
Strategi ini dapat menjadikan produk lebih diyakini konsumen karena
telah mendapat izin usaha yang jelas sehingga komsumen memiliki rasa aman
dan terpecaya akan produk. Pada masa pandemi covid-19 tingkat
kewaspadaan masyarakat sangat tinggi. Dengan mencantumkan nomor izin
produk pada kemasan dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dalam
mengonsumsi produk CejeDW frozen food. Hal ini secara tidak langsung
dapat meningkatkan keunggulan bersaing antar UMKM di kondisi yang tidak
menentu seperti saat ini.
3. Jurnal : Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Keluarga Pelaku UMKM
di Masa Pandemi COVID-19.
Peneliti : Fatmawati, Nur Arisah , Andi Tenri Ampa , Muhammad Ihsan
Said Ahmad, Muhammad Hasan.
Volume Jurnal : Volume 1 Nomor 8 Agustus 2021 Hal. 132-143 e ISSN:
2798-9895 : 2021
Penelitian ini bertujuan agar bisa mengetahui bagaimana perilaku
ekonomi rumah tangga keluarga pelaku UMKM di masa pandemi
COVID-19. Metode yang digunakan adalah deskripsi kuantitatif. Dan ada
beberapa Dimensi penelitian ini meliputi,
a. Rumah tangga sebagai unit produksi. Indikator rumah tangga sebagai unit
produksi, yaitu:
a) Pelaku usaha memproduksi barang sesuai kebutuhan pembeli.
b) Pelaku usaha meningkatkan inovasi dan kreativitas produk.
22
c) Pelaku usaha meningkatkan jumlah produksi barang sesuai
permintaan pembeli, dan
d) Pelaku usaha berupaya menciptakan dan meningkatkan nilai produk
dan nilai pelanggan.
b. Rumah tangga sebagai unit konsumsi. Indikator rumah tangga sebagai unit
konsumsi yaitu,
a) Pelaku usaha membelanjakan pendapatannya untuk konsumsi barang
secara proporsional,
b) Pelaku usaha tidak terlalu membelanjakan pendapatan untuk perilaku
konsumsi yang berlebihan,
c) Pelaku usaha membeli bahan baku sesuai kebutuhan usaha,
d) Pelaku usaha menyesuaikan pembelian persediaan barang dagangan
sesuai modal usaha yang dimiliki, dan
e) Pelaku usaha tetap membeli barang konsumsi dari pelaku usaha
lainnya.
c. Rumah tangga memilih keputusan tepat. Indikator rumah tangga memilih
keputusan tepat adalah,
a) Pelaku usaha memilih jenis usaha yang tepat
b) Pelaku usaha memilih sarana promosi secara digital yang tepat,
c) Pelaku usaha merekrut karyawan yang tepat, dan
d) Pelaku usaha memilih sistem penjualan dan pembelian secara tepat
d. Rumah tangga sebagai individu tunggal. Indikator rumah tangga sebagai
individu tunggal, yaitu
a) Pelaku usaha mencari nafkah melalui usaha yang bermanfaat bagi diri
sendiri dan keluarga,
b) Pelaku usaha mencari kerja sama yang baik dengan pelaku usaha
lainnya yang dapat bermanfaat bagi diri dan usahanya, dan
c) Pelaku usaha menambah usaha sampingan sendiri yang tidak
mengganggu usaha utama. Instrumen penelitian digambarkan sesuai
tabel dibawah
23
Dari beberapa dimensi di atas dapat diketahui bahwa pelaku UMKM di
masa pandemi berupaya menciptakan dan meningkatkan nilai produk dan nilai
pelanggan. Ini seperti pandangan yang menjelaskan rencana tindakan
mengekspresikan alasan dan memberikan informasi dan bukti lain yang
menunjukkan bagaimana perusahaan membuat dan menawarkan beberapa
keuntungan kepada pembeli (Teece, 2010). Menaikkan harga jual produk dengan
tetap mempertahankan kualitas atau tidak menaikkan harga produk dengan catatan
kualitas produk yang diberikan menurun dari sebelumnya (Fadilah Nur Azizah,
2020)
24
UMKM adalah tetap fokus terhadap kebutuhan konsumen terutama pada
peningkatan inovasi dan kreativitas produk atau jasa sesuai dengan perubahan
preferensi dan perilaku konsumen.
Ketika UMKM menghasilkan teknologi serta proses keberlanjutan unik,
dapat menggunakan potensi inovasi mereka untuk menggerakkan pelanggan
mereka dalam rantai pasokan kearah yang lebih berkelanjutan (Walker H, Preuss
L, 2008). Inovasi dan kreativitas juga merupakan salah satu domain yang
berkontribusi pada tanggung jawab sosial perusahaan (Popescu dkk, 2019).
Kegiatan inovasi saat ini mendapat perhatian dari para peneliti akademis.
Inovasi merupakan bagian integral dari pertumbuhan ekonomi dan merupakan
faktor penting dalam kesuksesan dan daya saing bisnis (Tomizawa, A., et all.
2020). Inovasi harus diperhatikan secepat mungkin untuk menghasilkan manfaat
yang maksimal dari kelumpuhan ekonomi di hadapan kita (Adenle, A. A., et all.
2017 & Drobyazko, S. et all. 2019 ).
Pelaku UMKM di masa pandemi berupaya menciptakan dan meningkatkan
nilai produk dan nilai pelanggan. Ini seperti pandangan yang menjelaskan rencana
tindakan mengekspresikan alasan dan memberikan informasi dan bukti lain yang
menunjukkan bagaimana perusahaan membuat dan menawarkan beberapa
keuntungan kepada pembeli (Teece, 2010). Menaikkan harga jual produk dengan
tetap mempertahankan kualitas atau tidak menaikkan harga produk dengan catatan
kualitas produk yang diberikan menurun dari sebelumnya (Fadilah Nur Azizah,
2020).
Tabel 1.1 Persentase Skor Per Indikator Rumah Tangga Sebagai Unit Produksi
No Indikator ∑ Skor % Skor
1 Di masa pandemi COVID-19, pelaku usaha 195 84.78
memproduksi barang sesuai kebutuhan pembeli
2 Di masa pandemi COVID-19, pelaku usaha 177 76.95
meningkatkan inovasi dan kreativitas produk
3 Di masa pandemi COVID-19, pelaku usaha 194 84.34
meningkatkan jumlah produksi barang sesuai
25
permintaan pembeli
4 Di masa pandemi COVID-19, pelaku usaha berupaya
menciptakan dan meningkatkan nilai produk dan nilai 197 85.65
pelanggan
Jumlah 763 82,93%
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2021)
Berdasarkan data diatas terlihat rata-rata skor hasil penyebaran kuesioner
adalah 82,93% dimana skor tertinggi adalah 85,65%, dan skor paling rendah
adalah 76,95%. Disimpulkan bahwa beberapa pelaku UMKM di beberapa daerah
di Sulawesi Selatan merupakan rumah tangga yang berperilaku sebagai unit
produksi. Secara umum dengan skor rata-rata 82,93% menggambarkan bahwa
pelaku UMKM di beberapa daerah di Sulawesi Selatan termasuk kedalam
klasifikasi sangat baik.
Hasil kajian ini menunjukkan bahwa responden berada dalam kategori baik.
Hal tersebut membuktikan bahwa pelaku UMKM di masa pandemi meningkatkan
inovasi dan kreativitasnya terhadap suatu produk. Hal ini seperti pendapat yang
mengatakan bahwa hal penting yang bisa dijalankan oleh pelaku UMKM adalah
tetap fokus terhadap kebutuhan konsumen terutama pada peningkatan inovasi dan
kreativitas produk atau jasa sesuai dengan perubahan preferensi dan perilaku
konsumen. Inovasi dan kreativitas juga merupakan salah satu domain yang
berkontribusi pada tanggung jawab sosial perusahaan (Popescu dkk, 2019).
Inovasi merupakan Pelaku UMKM di masa pandemi berupaya menciptakan
dan meningkatkan nilai produk dan nilai pelanggan. Ini seperti pandangan yang
menjelaskan rencana tindakan mengekspresikan alasan dan memberikan informasi
dan bukti lain yang menunjukkan bagaimana perusahaan membuat dan
menawarkan beberapa keuntungan kepada pembeli (Teece, 2010). Menaikkan
harga jual produk dengan tetap mempertahankan kualitas atau tidak menaikkan
harga produk dengan catatan kualitas produk yang diberikan menurun dari
sebelumnya (Fadilah Nur Azizah, 2020)
Tabel 1.2.Persentase Skor Per Indikator Rumah Tangga Memilih Keputusan Tepat
26
No Indikator ∑ Skor % Skor
1 Di masa pandemi COVID-19, pelaku usaha memilih 293 84,92
jenis usaha yang tepa
2 Di masa pandemi COVID-19, pelaku usaha memilih 198 86,08
sarana promosi secara digital yang tepat
3 Di masa pandemi COVID-19, pelaku usaha merekrut 186 80,86
karyawan yang tepat
4 Di masa pandemi COVID-19, pelaku usaha memilih
sistem penjualan dan pembelian secara tepat 97 84,34
Jumlah 774 84,05%
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2021)
Berdasarkan data diatas terlihat rata-rata skor pada hasil penyebaran
kuesioner adalah 84,05% dimana skor tertinggi adalah 86,08%, dan skor paling
rendah adalah 80,86%. Disimpulkan bahwa pelaku UMKM di beberapa daerah di
Sulawesi Selatan merupakan rumah tangga yang memilih keputusan tepat dalam
setiap pengambilan keputusan. Secara umum, dengan skor rata-rata 84,05%
menggambarkan bahwa pelaku UMKM di beberapa daerah di Sulawesi Selatan
termasuk kedalam klasifikasi sangat baik.
Pelaku UMKM di masa pandemi lebih memilih sarana promosi secara
digital (online). Hal ini seperti pendapat yang mengatakan bahwa keterbatasan
ruang antara penjual dan pembeli menjadikan sistem elektronik digital sebagai
solusi utama untuk mengatasi jarak yang tercipta antara penjual dan pembeli.
Pelaku bisnis perlu membuka pikiran untuk mulai belajar tentang promosi
berbasis online (Darwis Harahap et all, 2020). Strategi promosi produk bukan
mempromosikan kekuatan produk tetapi menempatkan iklan yang dapat menarik
minat konsumen dengan unsur perhatian, minat, keinginan, dan tindakan (Darwis
Harahap et all) 2020).
Mencari pelanggan baru dengan cara mempromosikan produk yang dijual
dengan menambah media promosi atau mengikuti pameran (Dameria, 2016).
Media sosial atau media berbasis web mempunyai beberapa informasi mentah
yang akan menggambarkan fakta penting, diantaranya merupakan perilaku
27
konsumen dalam menentukan pilihan pembelian atau mengamalkan produk apa
yang dibutuhkan di kemudian (Kim, D., & Ammeter, A. P. 2018).
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 membawa
pengaruh atau dampak terhadap UMKM. Pandemi membawa Beberapa pelaku
UMKM di beberapa daerah di Sulawesi Selatan juga merupakan rumah tangga
yang memilih keputusan tepat dalam setiap pengambilan keputusan. Dimana
pelaku usaha akan memilih jenis usaha yang tepat, memilih sarana promosi secara
digital, merekrut karyawan yang tepat, serta memilih sistem penjualan dan
pembelian secara tepat. Ini dilakukan pelaku usaha di tengah wabah virus corona
untuk tetap mempertahankan usahanya. Secara umum, dengan skor rata-rata
84,05% menunjukkan bahwa pelaku UMKM di beberapa daerah di Sulawesi
Selatan masuk dalam klasifikasi sangat baik. Beberapa pelaku UMKM di
beberapa daerah di Sulawesi Selatan merupakan rumah tangga yang berperilaku
sebagai individu tunggal. Dimana pelaku usaha mencari nafkah melalui usaha
yang bermanfaat bagi diri sendiri dan keluarga, melakukan kerja sama yang baik
dengan pelaku usaha lainnya, serta menambah usaha sampingan. Hal ini
dilakukan guna mengembangkan usahanya serta menambah pendapatan yang
dimiliki melalui suatu usaha yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan keluarga.
Dari keempat dimensi di atas menggambarkan berbagai macam perilaku
ekonomi rumah tangga keluarga pelaku UMKM di masa pandemi COVID-19
untuk mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Hal ini dilakukan Secara
umum, dengan skor rata-rata 84,05% menunjukkan bahwa pelaku UMKM di
beberapa daerah di Sulawesi Selatan masuk dalam klasifikasi sangat baik. Dari
keempat dimensi menggambarkan berbagai macam perilaku ekonomi rumah
tangga keluarga pelaku UMKM di masa pandemi COVID-19 untuk
mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Hal ini dilakukan agar dapat
memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri maupun keluarga.
28
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tersebut di atas, dapat kita ambil kesimpulan
bahwa sama seperti di hampir semua negara, sektor UMKM di Indonesia
mengalami dampak dari Pandemi COVID-19. Dampak tersebut berturut
adalah penurunan penjualan, kesulitan permodalan, hambatan distribusi
produk, serta kesulitan bahan baku. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan
dalam rangka memperdayakan UMKM dalam situasi pandemi COVID-
Terdapat beberapa alternative yang bisa dilakukan oleh pelaku bisnis
terutama di bisnis UMKM yaitu: melakukan inovasi dan kreatifitas terhadap
produknya, melakukan penjualan berbasis digital, melihat peluang pasar yang
sedang diminati serta aktif sosialisasi dengan pelanggan tetap.
1.2 Saran
Untuk bertahan dalam masa pandemi seperti saat ini para pelaku UMKM
harus melakukan beberapa strategi stau cara seperti menambah inovasi
produk atau jasa, meningkatkan kuliatas produk serta memberikan pelayanan
yang baik bagi pembeli. Selain itu pelaku UMKM juga harus menerapkan
promosi atau iklan secara digital agar masyarakat lebih tertarik untuk
membeli produk yang ditawarkan tersebut. Karena sekarang lebih
berkembang usaha atau bisnis yang mampu menerapkan dengan konsep
digital.
29
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Firdaus Thaha. “Dampak Covid-19 Terhadap Umkm Di
Indonesia a . Pendahuluan.” Jurnal Brand 2, no. 1 (2020).
Dwi Astuti, Eva, dkk.(2021). Stategi Bisnis CejeDW Frozen Food Pada
Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Bisnis dan Kajian Strategi
Manajemen,5,(1).
Mohammad Rosyada, (2020). Strategi Survival UMKM Batik Tulis
Pekalongan Di Tengah Pandemi Covid-19 Studi Kasus Pada Batik
Pesisir Pekalongan). IAIN Pekalongan, Vol.2.
Erdawati, M.M Esda, (2021). Pandemic Covid-19 Dampaknya Terhadap
Usaha Mikro, Kecil Dan Menegah Di Pasaman Barat. STEI Pasaman.
Vol. 2(1)
Hanna Z, Kintan A, dkk, (2021). Strategi Mempertahankan Usaha Pedagang
Kaki Lima (PKL) Dimasa Pandemi Covid-19. Universitas Pancasila,
Jakarta. Vol. 8(1)
Fatmawati, Nur Arisah, dkk. (2021). Prilaku Ekonomi Rumah Tangga
Pelaku Umkm Dimasa Pandemic Covid-19.Jurusan Akuntansi,
Politeknik Ujung Pandang. Vol.1 (8)
Fania M, Yuris Tri (2020). Henry Mintzberg’s Business Management
Strategy Post-Pandemi c Covid-19 (Social Learning Approach on
Ali Murah Shop Madinah) Starategi Manajemen Bisnis Henry
Mintzberg Pasca Pandemi Covid-19 (Pendekatan pembelajaran Sosial
pada Toko Ali Murah Madinah). International Journal of Social
Learning. Vol. 1 (1).
Irwan Gani, (2021). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Sector Usaha Di
Kalimatan Timur. Universitas Mulawarman, Samarinda. Vol. 17 (1)
Setiawan, Bagus.(2021). Implementasi Virtual Reality Pada Museum De
Javasche Berbasis Android. Journal Of Computer Science and
Information Technology, Vol. 1(1).
30
Siderska, Julia.(2021). The Adoption Of Robotic Process Automation
Technoogy to Ensure Business Processes During The Covid-19
Pndemic. Sustainability,13.
Susilawati.(2021). Bisnis UMKM Jamu Raden Sri Rastra di Masa Pandemi
Covid-19. Jurnal Swabumi. Vol. 9(1), 57-63.
31