Anda di halaman 1dari 35

STRATEGI DALAM MEMULIHKAN PEREKONOMIAN

INDONESIA DI MASA PANDEMI COVID-19


MELALUI UMKM

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Lomba Karya Tulis Ilmiah


dalam Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ekonomi
Universitas Achmad Yani Banjarmasin

OLEH:

NOOR ISTIQAMAH
19612010005

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ACHMAD YANI BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan baik jasmani dan rohani sehingga kita dapat
menikmati indahnya alam semesta ciptaan-Nya. Sholawat serta salam selalu
kita curahkan kepada Nabi kita Nabi Muhammad SAW.
Disini saya selaku peneliti akhirnya dapat merasa sangat bersyukur
karena telah menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Strategi dalam Memulihkan Perekonomian Indonesia di Masa Pandemi
Covid-19 Melalui UMKM” yang disusun untuk mengikuti Pemilhan
Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ekonomi Universitas Achmad Yani
Banjarmasin 2021.
Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu, baik secara materil maupun moril hingga dapat
terselesaikannya karya tulis ilmiah ini, dan peneliti menyadari jika karya
ilmiah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Maka dari itu, peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.

Banjarmasin, 12 Desember 2021

Peneliti

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ................................................................ 3
1.3. TUJUAN MASALAH ..................................................................... 3
1.4. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN....................................... 3
1.5. SISTEMATIS PENULISAN ........................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 5
A. Pandemi Covid-19............................................................................... 5
B. UMKM ................................................................................................ 5
C. Strategi Bertahan ................................................................................. 7
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 8
A. Pengertian UMKM .............................................................................. 8
B. Tantangan dan Masalah yang dihadapi UMKM ............................... 11
C. Peran UMKM bagi Perekonomian Indonesia ................................... 14
D. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap UMKM ................................ 17
E. Strategi untuk Mempertahankan UMKM ......................................... 19
F. Upaya Pemerintah untuk Memajukan UMKM Indonesia ................ 27
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 30
4.1. Kesimpulan .................................................................................... 30
4.2. Saran .............................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 32

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah
satu sektor yang terimbas karena kondisi pandemi Covid-19. Kondisi
pandemi yang sudah berlangsung hampir kurang lebih dua tahun di
Indonesia pada akhirnya harus disikapi dengan sejumlah adaptasi
demi bertahan menghadapi ujiannya. UMKM mau tidak mau harus
menghadapi perubahan yang terjadi karena adanya pembatasan saat
pandemi Covid-19. Pembatasan aktivitas hingga perubahan prioritas
kebutuhan masyarakat saat pandemi ternyata menghantam UMKM,
bahkan bisnis kuliner sekalipun.
Krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 telah berdampak
terhadap kelangsungan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Berbeda pada saat krisis moneter tahun 1998 di mana UMKM betul-
betul menjadi penyelamat ekonomi nasional yang pada saat itu
mampu meningkat hingga 350 persen ketika banyak usaha besar yang
kolaps. Namun pada saat pandemi Covid-19 saat ini, justru UMKM
yang sangat terdampak. Dampak dari sulitnya berusaha
mengakibatkan banyaknya tenaga kerja yang terpaksa di rumahkan.
Di saat masa pandemi terjadi perubahan pola konsumsi barang
dan jasa masyarakat dari offline ke online. Pelaku UMKM pasti
kesulitan dalam mencapai target-target yang harus dicapai saat
perekonomian terganggu. Perubahan pola tersebut, seyogyanya
diikuti pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar
dapat bertahan, serta bisa berkembang sehingga mampu menghadapi
kondisi new normal. Digitalisasi menjadi sebuah kebutuhan penting,
terbukti di Masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
memberikan kenaikan pada pemanfaatan e-learning, eCommerce,
literasi digital, permintaan delivery, dan kebutuhan alat
kesehatan/kebersihan. Namun kita tidak dapat memungkiri adanya

1
permasalahan digitalisasi UMKM. Di beberapa daerah terpencil
keterbatasan akses internet masih menjadi kendala. Pemahaman dari
pelaku UMKM terhadap teknologi, pemasaran online terbatas, proses
produksi dan akses pasar daring yang masih dinilai belum cukup
maksimal. Selanjutnya, konsumen masih merasa tak aman dalam
melakukan transaksi digital.

Salah satu upaya pemulihan ekonomi nasional yang dilakukan


pemerintah di masa pandemi Covid-19 adalah mendorong sektor
UMKM, yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional
karena banyaknya pekerja yang terlibat langsung. Apalagi jumlah
hasil survei UMKM di Indonesia mencapai 64,19 juta, dengan
komposisi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) sangat dominan yakni
64,13 juta (99,92%) dari keseluruhan sektor usaha. Kelompok ini pula
yang merasakan imbas negatif dari pandemi Covid-19.
Salah satu solusi penting pemulihan UMKM adalah insentif
bagi UMKM melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)
pemerintah pusat di 2020 dan dilanjutkan di 2021. Hasilnya adalah
sebagian sektor informal dan UMKM dapat bertahan menghadapi
dampak pandemi Covid-19. Artinya tidak mengalami krisis yang
sangat berat dibandingkan beberapa industri besar. Selain itu,
program ini diharapkan dapat membantu menekan penurunan
pemutusan hak kerja (PHK) pada UMKM. Pasalnya, berdasarkan
data BPS per Agustus 2020, terdapat penciptaan kesempatan kerja
baru dengan penambahan 760 ribu orang yang membuka usaha dan
kenaikan 4,55 juta buruh informal (CNBC Indonesia, 28 April 2021).
Pemerintah juga terus berupaya mendorong para pelaku
UMKM untuk on board ke platform digital melalui Program Gerakan
Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI), dimana hingga
akhir 2020 sudah terdapat 11,7 juta UMKM on boarding. Pada 2030
targetnya jumlah UMKM yang go digital akan mencapai 30 juta.
Perluasan ekspor produk Indonesia bagi UMKM juga dilakukan
melalui ASEAN Online Sale Day (AOSD) di 2020. Dari 64,19 juta

2
UMKM di Indonesia, sebanyak 64,13 juta masih merupakan UMK
yang masih berada di sektor informal sehingga perlu didorong untuk
bertransformasi ke sektor formal (CNBC Indonesia, 28 April 2021).
Dorongan UMKM untuk memanfaatkan platform digital
sangat dibutuhkan apalagi pada kondisi pandemi saat ini.
Pemanfaatan platform digital dapat meningkatkan efisiensi serta
menambah saluran penjualan/pemasaran sektor UMKM yang saat ini
terbatas akses fisiknya dengan pelanggan/pengguna jasa.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud UMKM ?
2. Tantangan apa saja yang sering dialami UMKM ?
3. Apa saja peran UMKM bagi perekonomian Indonesia ?
4. Bagaimana dampak pandemi Covid-19 bagi UMKM ?
5. Bagaimana cara mempertahankan UMKM di masa pandemi
Covid-19 ?

1.3. TUJUAN MASALAH


1. Untuk mengetahui pengertian UMKM secara mendalam.
2. Untuk mengetahui tantangan yang sering dialami UMKM.
3. Menjelaskan peranan penting UMKM bagi perekonomian
Indonesia.
4. Menjelaskan dampak yang terjadi pada UMKM di masa
pandemi Covid-19.
5. Membuat strategi untuk mempertahankan UMKM di masa
pandemi Covid-19.

1.4. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN


1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor (1992), yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang

3
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan
perilaku orang-orang yang diamati.

2. Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang digunakan dalam penulisan ini
menggunakan Studi Dokumen atau teks. Teknik penelitian ini
merupakan kajian dari bahan dokumenter yang berasal dari
pikiran seseorang yang tertuang di dalam buku atau naskah-
naskah yang terpublikasikan.

1.5. SISTEMATIS PENULISAN


Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari empat bab dan
setiap bab terdiri dari sub-sub pembahasan dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :

1. Bab pertama pendahuluan, menguraikan tentang latar


belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, metode
dan teknik penelitian yang dilakukan, serta penguraian
sistematika penulisan.
2. Bab kedua menguraikan tentang landasan teori dan konsep-
konsep yang relevan dengan permasalahan yang dikaji dan
mengemukakan pemecahan masalah yang dikaji dalam
penulisan karya tulis ini.
3. Bab ketiga menguraikan pembahasan hasil kajian dari masalah
yang akan dibahas. Dalam bab ini, juga dikemukakan
pendapat atau ide gagasan yang sesuai dengan rumusan
masalah dan tujuan yang berlandaskan pada informasi serta
teori-teori yang ada.
4. Bab keempat adalah bagian akhir, yang berisi bab penutup dari
penulisan karya tulis ini, dalam bab disampaikan kesimpulan
dari karya yang ditulis. Pada bagian ini juga mengemukakan
saran yang sejalan dengan gagasan yang dibahas.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia merupakan persoalan
global yang yang harus segera diatasi olrh pemerintah. Pandemi ini
pertama kali muncul di Wuhan, China pada Desember 2019.
Perkembangan pandemi ini sangat cepat, tercatat pada situs
covid19.kemkes.go.id hingga 15 September 2021, total kasus
konfirmasi Covid-19 di dunia adalah 225.680.357 kasus dengan
4.644.740 kematian (CFR 2,1%) di 204 negara terjangkit dan 151
negara tranmisi komunitas. Sedangkan, pada situasi Indonesia hingga
15 September 2021, pemerintah RI telah melaporkan 4.178.164 orang
terkonfirmasi positif Covid-19 dan ada 139.682 kematian (CFR 3,3%)
terkait Covid-19 yang dilaporkan dan 3.953.519 pasien telah sembuh
dari Covid-19.

Pandemi ini telah menyebabkan berbagai masalah seperti


halnya permasalahan ekonomi. Pasalnya pandemi ini telah
menyebabkan kelumpuhan ekonomi di dunia, khususnya di Indonesia
sendiri. Kelumpuhan ekonomi ini salah satunya di sektor UMKM.
Penurunan omzet pendapatan yang dialami para pelaku usaha menjadi
problem yang harus segera diatasi mengingat UMKM sendiri
merupakan salah satu pilar penting sebagai penggerak Perekonomian
Indonesia yang banyak menyerap tenaga kerja.

B. UMKM

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2008, UMKM


(Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) artinya bisnis yang dijalankan
individu, rumah tangga, atau badan usaha ukuran kecil.
Penggolongan UMKM didasarkan batasan omzet pendapatan per

5
tahun, jumlah kekayaan aset, serta jumlah pegawai. Sedangkan yang
tidak masuk kategori UMKM atau masuk dalam hitungan usaha besar,
yaitu usaha ekonomi produktif yang dijalankan oleh badan usaha
dengan total kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar
dari usaha menengah. Adapun yang termasuk kriteria usaha mikro
adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih mencapai Rp.
50.000.000,- tidak termasuk bangunan dan tanah tempat usaha. Hasil
penjualan usaha mikro setiap tahunnya paling banyak Rp.
300.000.000,- Usaha kecil merupakan suatu usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, baik yang dimiliki perorangan atau kelompok dan
bukan sebagai badan usaha cabang dari perusahaan utama. Dikuasai
dan dimiliki serta menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah.
Kriteria usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan
bersih Rp 50.000.000,- dengan maksimal yang dibutuhkannya
mencapai Rp 500.000.000,-. Hasil penjualan bisnis setiap tahunnya
antara Rp 300.000.000,- sampai paling banyak Rp 2.500.000.000,-.
Sedangkan usaha menengah adalah usaha dalam ekonomi produktif
dan bukan merupakan cabang atau anak usaha dari perusahaan pusat
serta menjadi bagian secara langsung maupun tak langsung terhadap
usaha kecil atau usaha besar dengan total kekayan bersihnya sesuai
yang sudah diatur dengan peraturan perundang-undangan. Usaha
menengah sering dikategorikan sebagai bisnis besar dengan kriteria
kekayaan bersih yang dimiliki pemilik usaha mencapai lebih dari
Rp500.000.000,- hingga Rp10.000.000.000,- dan tidak termasuk
bangunan dan tanah tempat usaha. Hasil penjualan tahunannya
mencapai Rp2,5 miliar sampai dengan Rp50 miliar.
Keberadaan UMKM di Indonesia sangatlah berperan dalam
menekan tingkat pengangguran. Pasalnya perkembangan pelaku
usaha di Indonesia semakin tahun terus mengalami kenaikan.
Di masa pandemi Covid-19 banyak pelaku usaha yang
mengeluh karena terdampak terhadap usaha mereka. Tercatat sekitar

6
37.000 pelaku usaha yang sudah melaporkan dirinya kepada
Kementerian Koperasi dan UKM akibat terdampak Covid-19.
Dampak yang mereka alami umumnya mengenai penurunan jumlah
penjualan dikarenakan pembatasan kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah sehingga para konsumen hanya berdiam di rumah. Selain
itu mereka juga mengeluhkan keterbatasan modal karena penjualan
mereka yang mengalami penurunan. Serta, keluhan lainnya yaitu
minimnya ketersediaan bahan baku karena mereka ketergantungan
terhadap industry lain.

C. Strategi Bertahan
Strategi bertahan (Survival Strategy) perlu dilakukan dalam
menghadapi kondisi di masa pandemi Covid-19 ini. Adapun yang
dimaksud dengan strategi bertahan merupakan usaha yang dilakukan
dengan rencana oleh individua tau kelompok untuk memperoleh
tujuan yang diinginkannya serta untuk memecahkan permasalahan
yang sedang dihadapi. Dalam hal ini berupa perbuatan atau tindakan.
Adapun dalam hal ini strategi bertahan digunakan guna
menghadapi kondisi pandemi Covid-19 yang membuat berbagai
macam perubahan pola kehidupan. Permasalahan yang terjadi pada
pelaku usaha merupakan tugas yang harus segera diselesaikan secara
bersama-sama. Perlu adanya kerja sama antar berbagai pihak agar
permasalahan yang terjadi cepat selesai.

7
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian UMKM

Berdasarkan yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20


tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pengertian
UMKM adalah sebuah bisnis yang dioperasikan oleh pelaku usaha
secara individu, rumah tangga, ataupun badan usaha berskala kecil.
Sementara itu, jika melihat definisi UMKM yang dituturkan
para ahli, penjelasannya sebagai berikut:
1. M. Kwartono
Berdasarkan yang disampaikan M. Kwartono,
pengertian UMKM adalah sebuah kegiatan ekonomi rakyat
yang memiliki harta kekayaan bersih maksimal sebesar
Rp.200.000.000, dimana tanah serta bangunan tempat usaha
tidak termasuk dalam hitungan.
Dari sudut pandang lain, pengertian UMKM adalah
usaha yang memiliki omzet penjualan per tahun maksimal
sebesar Rp1 miliar dan dimiliki oleh WNI atau Warga Negara
Indonesia.

2. Ina Primiana
Berdasarkan yang diterangkan Ina Primiana,
pengertian UMKM adalah sebuah pengembangan empat
kategori kegiatan ekonomi utama yang tengah menjadi motor
penggerak untuk proses pembangunan Indonesia. Motor
penggerak tersebut, antara lain:
➢ Industri Manufaktur
➢ Bisnis Kelautan

8
➢ Sumber Daya Manusia
➢ Agribisnis

Di samping itu, Ina juga menjelaskan bahwa pengertian


UMKM dapat diartikan sebagai sebuah pengembangan
kawasan andalan untuk mempercepat pemulihan
perekonomian. Usaha ini juga mewadahi program prioritas
serta pengembangan untuk berbagai sektor di Indonesia.
Sedangkan usaha kecil adalah meningkatkan berbagai upaya
yang memberdayakan masyarakat.

3. Rudjito

Berdasarkan yang disampaikan Rudjito, pengertian


UMKM adalah usaha yang memiliki peran signifikan dalam
sistem perekonomian negara Indonesia, baik dari segi
penciptaan lapangan kerja maupun segi jumlah usahanya.

Sehingga, dari pengertian UMKM di atas, secara umum,


definisi UMKM adalah usaha yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu
mikro, kecil, dan menengah, dilakukan oleh individu ataupun sebuah
badan usaha, menyimpan aset dan omzet tertentu, serta berperan
penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia.
Adapun pengertian UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah) secara terperinci dan karakteristiknya adalah sebagai
berikut :
❖ Usaha Mikro

Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008, yang


dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha produktif milik
orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria usaha mikro sebagai mana diatur dalam
undang-undang. Maksimal omzet dari usaha mikro yakni
sebesar Rp 300 juta dengan jumlah aset bisnis Rp 50 juta (di
luar tanah dan bangunan). Dari pengelolaan keuangannya, tak

9
sedikit keuangan usaha mikro menyatu dengan keuangan
pribadi perintisnya. Artinya, usaha mikro belum menerapkan
sistem professional. Contoh usaha mikro, yaitu warung kopi,
pedagang asongan, pangkas rambut, pedagang di pasar, dan
sebagainya.

❖ Usaha Kecil

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang


berdiri sendiri, dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha
kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang.
Kekayaan bersih usaha kecil berkisar antara Rp 50 juta sampai
Rp 500 juta dengan penjualan per tahun antara Rp 300 juta
sampai Rp 2,5 miliar.
Perbedaan antara usaha mikro dan kecil bisa dilihat
dari pengelolaan keuangannya. Untuk usaha kecil,
pengelolaan keuangan sudah lebih terorganisir dan dilakukan
secara lebih profesional. Adapun contoh usaha kecil, yaitu
restoran kecil, katering, binatu, usaha fotokopi, bengkel motor,
dan sebagainya.

❖ Usaha Menengah

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang


berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha
kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-

10
undang. Kriteria usaha menengah, yakni memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp 500 juta sampai dengan paling banyak Rp
10 miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha).
Selain itu, usaha menengah juga memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp 2,5 miliar sampai dengan paling banyak
Rp 50 miliar.
Ciri-ciri usaha menengah bisa dilihat dari pengelolaan
keuangan yang lebih profesional dan telah memiliki legalitas.
Adapun contoh usaha menengah, di antaranya restoran besar,
perusahaan pembuat roti, hingga toko bangunan.

B. Tantangan dan Masalah yang dihadapi UMKM


Setiap bisnis pasti memiliki tantangannya masing-masing,
termasuk juga UMKM. Berikut ulasannya.

• Sumber Daya Manusia


Bagi UMKM hal ini merupakan tantangan terbesar.
UMKM membutuhkan sumber daya manusia yang ahli dan
memiliki kemampuan yang profesional dalam menjalankan
bisnis. Selain itu, sumber daya yang memiliki talenta yang
mumpuni juga tentunya membantu pelaku usaha dalam
mengembangkan bisnisnya agar dapat menjadi lebih baik.
Sementara jika merekrut anggota baru yang minim kualifikasi
juga bukan solusi. Bukannya untuk memudahkan justru
menyulitkan mengingat proses mengajar dan pengenalan yang
memakan banyak waktu dan bisa saja uang yang digunakan
cukup besar.
• Akses Teknologi
Permasalahan yang sering dijumpai dalam pelaku
UMKM adalah terbatasnya kemampuan dan pengetahuan
mereka dalam memanfaatkan teknologi serta platform digital.
UMKM umumnya belum mengetahui cara memaksimalkan

11
berbagai macam fitur pada platform digital yang dapat
menjangkau skala pertumbuhan yang lebih besar
dibandingkan dengan metode konvensional. Contohnya
seperti bagaimana cara utilisasi media sosial sebagai sarana
digital marketing untuk usaha mereka.
• Strategi Bisnis
Bisnis UMKM pun harus fokus pada strategi yang
perlu dilakukan agar produk yang dijual dapat berkembang
dan laku di pasaran. Kualitas produk dengan fitur yang baik
dan unik akan cenderung lebih mudah menciptakan
ketertarikan dan loyalitas dari pembeli. jika strategi yang
diterapkan berhasil dan kreatif, besar kemungkinan bisa
membantu memajukan jalan dari bisnis UMKM itu sendiri.
➢ Permodalan
Isu permodalan merupakan salah satu tantangan yang
menjadi perhatian terbesar bagi pelaku UMKM, karena
merupakan kunci dari menjalankan kegiatan operasional dan
mengembangkan bisnis mereka. Saat ini masih banyak pelaku
UMKM yang masih mengalami kekurangan modal, sehingga
mereka mengalami kendala untuk bisa scale up.
Akses permodalan bisa didapatkan dari berbagai
macam institusi finansial seperti perbankan, multifinance, dan
Peer-to-Peer (P2P) lending. Umumnya, persyaratan untuk
mendapatkan pinjaman modal ke perbankan dan multifinance
sangat banyak dan menyulitkan pelaku UMKM untuk bisa
mendapatkan modal kerja, maka dari itu lah hadir P2P lending
sebagai alternatif permodalan melalui financial technology
(fintech) platform yang mempertemukan peminjam dana
(borrower) dengan pemberi dana (lender).

Adapun, masalah yang dihadapi dalam UMKM diantaranya


sebagai berikut :

12
➢ Kurangnya Inovasi Produk

Dalam hal meningkatkan daya saing bisnis, para


pengusaha seringkali dihadapkan pada kendala ketika
melakukan inovasi produknya. Saat ini, jumlah produk UKM
yang bisa menembus di kancah Internasional kemungkinan
masih bisa dihitung dengan jari. Penyebabnya sulitnya produk
UKM bersaing di tingkat Internasional adalah rendahnya daya
saing produk mereka. Terlebih lagi, jika ada hubungannya
dengan harga yang sudah ditawarkan, produk UKM di
Indonesia juga bisa dibilang masih jauh dari kualitas
Internasional.

➢ Kesulitan dalam Mendistribusikan Barang

Masalah UKM selanjutnya adalah pendistribusian


barang. Selama ini, kebanyakan pelaku UKM selalu
kekurangan channel dalam hal mendistribuskan produknya.
Kebanyakan dari mereka juga hanya fokus dalam hal
mendistribusikan barang pada beberapa mitra dan pengepul
yang memang hanya dikenalnya saja. Cara ini tentunya masih
sangat sederhana dan tingkat jangkauannya pun belum luas.

➢ Belum Mengoptimalkan Pemasaran Online

Masalah yang berikutnya ini pada dasarnya berkaitan


dengan poin sebelumnya, yaitu sulitnya dalam
mendistribusikan barang. Salah satu faktor yang
menimbulkan pendistribusian barang kurang meluas adalah
karena para pengusaha belum mampu melakukan
pemasarannya secara online.
Beberapa dari mereka mungkin ada yang memang
sudah memasarkan produknya melalui berbagai media online,
seperti media sosial, marketplace, forum, dan lain-lain.
Namun, dalam prakteknya masih jauh dari kata maksimal.

13
Akibatnya, hasil dari apa yang mereka dapatkan pun menjadi
kurang maksimal.

➢ Tidak Ada Branding


Tidak Ada Branding adalah masalah UKM lainnnya,
masalah lain yang sering diabaikan oleh pengusaha UKM
adalah branding. Belum banyak dari mereka yang menyadari
akan pentingnya branding untuk produk dan bisnisnya.
Sehingga, kebanyakan dari mereka hanya fokus berjualan saja
tanpa memikirkan kualitas merk produknya.
➢ Tidak Melakukan Program Loyalitas Pelanngan
Masalah yang cukup krusial lainnya adalah tidak
adanya program loyalitas pelanggan. Mulai dari pendaftaran
member, komunitas pelanggan, hingga promo reguler.
Padahal, menjaga loyalitas pelanggan sangatlah penting.
Semakin sering kita melakukan program ini, maka loyalitas
para pelanggan kita pun akan semakin kuat. Sehingga,
nantinya pelanggan akan lebih sering dalam melakukan repeat
order. Bahkan kemungkinan dari mereka juga akan sukarela
menawarkan produk kita pada teman-temannya.

C. Peran UMKM bagi Perekonomian Indonesia


UMKM merupakan pilar terpenting dalam perekonomian
Indonesia. Dijelaskan oleh Bappenas, bahwa Peran UMKM terdiri
atas :
1. Perluasan kesempatan kerja dan penyerapan tenaga kerja.
2. Pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).
3. Penyediaan jaring pengaman terutama bagi masyarakat
berpendapatan rendah untuk menjalankan kegiatan ekonomi
produktif.

Secara umum, terdapat tiga peran UMKM atau kontribusi


UMKM terhadap perekonomian Indonesia meliputi:

14
1. Peran UMKM untuk meratakan perekonomian
Sebagai negara kepulauan, Indonesia perlu bekerja
secara ekstra untuk bisa mencapai kesejahteraan. Kehadiran
UMKM dianggap mampu meratakan perekonomian di
berbagai pelosok. Masyarakat di daerah terpencil bisa
memenuhi kebutuhannya tanpa perlu mengunjungi kota besar.
Apalagi jumlah total UMKM di Indonesia mencapai 99,9%
dari total unit usaha di Indonesia, sehingga UMKM memiliki
peran besar dalam menyumbang perekonomian yang merata di
Tanah Air.
2. Peran UMKM untuk mengurangi kemiskinan
UMKM memberikan peluang bagi pelaku usaha untuk
membuka lapangan kerja baru. Penyerapan tenaga kerja yang
tinggi bisa mengurangi kemiskinan sehingga berkurangnya
angka pengangguran di Indonesia. Dari data UMKM yang
dimiliki oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah, angka pertumbuhan pelaku UMKM selalu naik
dari tahun ke tahun. Misal dari tahun 2018, UMKM mampu
menyerap tenaga kerja hingga 120 jutaan orang. Ini
menunjukkan sinyal bagus bagi tenaga kerja karena semakin
terbuka lebarnya peluang.
3. Sarana Pemasukan Devisa bagi Negara.
Negara kepulauan memberikan benefit lain bagi
Indonesia dalam mengembangkan UMKM. Usaha kecil,
mikro, dan menengah ini dinilai mampu menyumbang devisa
bagi negara. Sumber-sumber devisa tersebut antara lain,
adanya ekspor barang dan jasa ke negara lain serta kehadiran
wisatawan asing yang berbelanja di dalam negeri. Sejatinya
UMKM sumbang devisa bagi negara sebab pasarnya tidak
hanya menjangkau nasional melainkan hingga ke luar negeri.

UMKM sebagai salah satu pilar perekonomian Indonesia,


memiliki peran yang signifikan yaitu sebagai berikut:

15
1. UMKM memiliki kontribusi besar terhadap PDB yaitu 61,97%
dari total PDB nasional atau setara dengan Rp. 8.500 triliun
pada tahun 2020.
2. UMKM menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar yaitu
97% dari daya serap dunia usaha pada tahun 2020. Jumlah
UMKM yang banyak berbanding lurus dengan banyaknya
lapangan pekerjaan di Indonesia sehingga UMKM memiliki
andil besar dalam penyerapan tenaga kerja.
3. UMKM menyerap kredit terbesar pada tahun 2018 sebesar
kurang lebih Rp. 1 triliun

Menurut Tulus Tambunan dalam bukunya yang berjudul


Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia, ada beberapa alasan
yang mengemukakan pentingnya UMKM bagi perekonomian
nasional:
1. Jumlah UMKM yang sangat banyak dan tersebar di perkotaan
maupun pedesaan bahkan hingga di pelosok terpencil.
2. UMKM tergolong sangat padat karya, mempunyai potensi
pertumbuhan kesempatan kerja yang besar dan peningkatan
pendapatan.
3. UMKM banyak terdapat dalam sektor pertanian yang secara
tidak langsung mendukung pembangunan.
4. UMKM membantu dalam menampung banyak pekerja yang
memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
5. Dalam kondisi krisis ekonomi, UMKM mampu untuk
bertahan, seperti yang terjadi pada tahun 1997/1998.
6. Menjadi titik awal mobilitas investasi di pedesaan sekaligus
wadah bagi peningkatan kemampuan wiraswasta.
7. Menjadi alat untuk mengalihkan pengeluaran konsumsi warga
pedesaan menjadi tabungan.
8. UMKM mampu menyediakan barang-barang kebutuhan
relatif murah.

16
9. Melalui beragam jenis investasi dan penanaman modal,
UMKM mampu dan cepat beradaptasi dalam kemajuan
zaman.
10. Memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi.

D. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap UMKM


Semenjak Covid-19 ditetapkan berstatus pandemi, ada banyak
sektor ekonomi domestik dan global yang terpengaruhi. Dampak
pandemi paling terasa terjadi pada sektor usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM). Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah (Kemenkop UKM) melaporkan bahwa pada tahun 2018,
jumlah UMKM di Indonesia adalah sekitar 64.194.057 buah dengan
daya serap sebanyak 116.978.631 total angkatan kerja. Angka ini
setara dengan 99% total unit usaha yang ada di Indonesia, dengan
persentase serapan tenaga kerja di sektor ekonomi setara dengan 97%.
Sementara 3% sisanya dibagi-bagi pada sektor industri besar.
Berbekal penelitian pendahuluan di April 2020, dengan
sampel UMKM yang terdata di Kemenkop UKM, dilaporkan bahwa
sejumlah 56% UMKM mengaku mengalami penurunan pada hasil
omzet penjualan akibat pandemi Covid-19, 22% lainnya mengalami
kesulitan dalam mendapatkan pembiayaan/kredit, 15% mengalami
permasalahan dalam distribusi barang, dan 4% sisanya melaporkan
kesulitan mendapatkan bahan baku mentah.
Berbicara mengenai sektor UMKM yang terpengaruh oleh
pandemi Covid-19, BI melaporkan bahwa UMKM eksportir
merupakan yang paling banyak terpengaruh, yaitu sekitar 95,4% dari
total eksportir. UMKM yang bergerak dalam sektor kerajinan dan
pendukung pariwisata terpengaruh sebesar 89,9%. Sementara sektor
yang paling kecil terimbas pandemi Covid-19 adalah sektor pertanian,
yakni sebesar 41,5%.
Sementara itu, pada level pengusaha, data riset Kementerian
Koperasi dan UKM, melaporkan UMKM yang terdiri dari pedagang

17
besar dan pedagang eceran mengalami dampak pandemi Covid-19
yang paling tinggi (40,92%), disusul UMKM penyedia akomodasi,
makanan minuman sebanyak (26,86%) dan yang paling kecil
terdampak adalah industri pengolahan sebanyak (14,25%).
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir
menyebut, sebanyak 87,5 persen UMKM di Indonesia terdampak
akibat pandemi Covid-19. Lalu hanya 12,5 persennya saja UMKM
yang bisa merasakan dampak yang cukup kecil. Ketua Dewan
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso
menjelaskan, bahwa dampak besar pandemi Covid-19 yang dirasakan
UMKM disebabkan oleh turunnya tingkat konsumsi masyarakat.
Terbatasnya aktivitas di tengah pandemi membuat ekonomi tertekan,
sehingga masyarakat menahan belanjanya. Ketua Komunitas UMKM
Naik Kelas Raden Tedy mengatakan bahwa pihaknya sudah
melakukan 4 kali survei dan kajian pada UMKM.
Pada April 2020, Berdasarkan hasil survei Katadata Insight
Center (KIC) yang dilakukan terhadap 206 pelaku UMKM di
Jabodetabek, mayoritas UMKM sebesar 82,9% merasakan dampak
negatif dari pandemi ini dan hanya 5,9% yang mengalami
pertumbuhan positif. Kondisi Pandemi ini bahkan menyebabkan
63,9% dari UMKM yang terdampak mengalami penurunan omzet
lebih dari 30%. Hanya 3,8% UMKM yang mengalami peningkatan
omzet. Survei KIC tersebut juga menunjukkan para UMKM
melakukan sejumlah upaya untuk mempertahankan kondisi usahanya.
Mereka melakukan sejumlah langkah efisiensi seperti: menurunkan
produksi barang/jasa, mengurangi jam kerja dan jumlah karyawan dan
saluran penjualan/pemasaran. Meski begitu, ada juga UMKM yang
mengambil langkah sebaliknya, yaitu menambah saluran pemasaran
sebagai bagian strategi bertahan (Katadata.co.id, 2020).
Sementara itu, di Era New Normal, di bulan Juli 2020,
pihaknya kembali mengeluarkan hasil survei dan kajian bahwa ada
perbaikan, di mana UMKM yang berpotensi bangkrut 43%. Pada,

18
Maret 2021, mereka kembali mengeluarkan hasil survei dan kajian,
ada 5,4% atau 3,5 juta pelaku UMKM yang sudah bangkrut dan 34,8%
UMKM yang masih berpotensi bangkrut. Survei keempat dilakukan
pada bulan Agustus 2021, yang hasilnya di rilis pada bulan September.
Terdapat 19% UMKM yang sudah bangkrut, atau 11 juta UMKM
yang sudah tutup usahanya, dan masih ada 21,4% UMKM yang
berpotensi bangkrut.
Dalam situasi krisis ekonomi seperti ini, sektor UMKM sangat
perlu perhatian khusus dari pemerintah karena merupakan
penyumbang terbesar terhadap PDB (Product Domestik Bruto) dan
dapat menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja, mensubtitusi
produksi barang konsumsi atau setengah jadi.

E. Strategi untuk Mempertahankan UMKM


Adapun strategi-strategi yang dapat digunakan atau dijalankan
oleh UMKM adalah sebagai berikutr:
➢ E-Commerce
Di era pandemi Covid-19 ini banyak sekali perubahan
yang terjadi pada pola perikaku konsumen. Perubahan ini
disebabkan karena berubahnya aturan yng diberlakukan di
masa pandemi, seperti halnya aturan pemerintah
pemberlakuan PSBB, dimana semua kegiatan masyarakat
di batasi dan dianjurkan tetap berdiam diri di rumah. Namun
hal ini tentunya sangat berat, mengingat kebutuhan manusia
yang terus ada, namun disisi lain mereka dibatasi
pergerakanya agar tetap di rumah. Hal ini membuat perilaku
konsumen berubah yang dulunya mencari kebutuhan secara
langsung dengan mengunjungi tempat yang diinginkan,
sekarang berubah dengan mencari kebutuhan secara online.
Hal tersebut tentunya harus diikuti oleh para pelaku usaha agar
mereka tetap bertahan dalam bisnisnya. Mereka harus
membuka jaringan baru yang sesuai dengan kondisi saat ini

19
yakni dengan cara memanfaatkan penjualan secara
Ecommerce.
Menurut Jony Wong E-commerce sendiri merupakan
kegiatan transaksi seperti penjualan, pembelian barang dan
jasa yang dilakukan melalui system elektronik, seperti
komputer ataupun internet. Dengan adanya E-commerce ini
diharapkan dapat membantu pelaku usaha dalam menjalankan
bisnisnya di tengah pandemi ini. E-commerce sendiri dirasa
sangat membantu karena mengingat kondisi PSBB yang
mengharuskan berdiam di rumah dengan adanya E-commerce
konsumen akan lebih bebas dan tak terbatas dimanapun berada
dapat memilih apa yang mereka butuhkan. Selain itu bagi
pelaku usaha E-commerce juga akan sangat efisien dimana
para pelaku usaha tidak perlu mencetak katalog karena
konsumen bisa langsung melihat perubahan jenis, dan harga
barang setiap waktu. Dengan adanya update jenis barang dan
harga terbaru, hal tersebut dirasa lebih transparan sehingga
memudahkan konsumen dalam membeli dan menentukan
barang yang mereka butuhkan. Berdasarkan penelitian
terdahulu, yakni penelitian dari (Helmalia & Afrinawati,
2018) mengungkapkan bahwa dengan adanya E-commerce
dapat meningkatkan kinerja dan pendapatan yang diperoleh
UMKM, hal ini berarti terdapat dampak positif dan pengaruh
yang signifikan dengan adanya E-commerce terhadap
UMKM. Akan tetapi hal tersebut tidak selalu berjalan lancar.
Berdasarkan penelitian dari (Hardilawati, 2019)
dimana dengan adanya E-commerce dapat berdampak positif
terhadap UMKM akan tetapi tidak diikuti dengan peningkatan
kinerja pemasaran secara signifikan. Hal ini disebabkan
karena kurangnya pengetahuan yang luas dari pelaku usaha.
Pelaku usaha perlu mengembangkan kemampuan dalam
menggunakan E-commerce agar hasil yang didapatkan juga

20
maksimal. Hal ini bisa dilakukan dengan bantuan dari pihak
ketiga seperti pemerintah ataupun para praktisi yang bisa
membantu para pelaku usaha dalam meningkatkan
pengetahuan akan E-commerce agar nantinya dapat
memaksimalkan hasil yang diperoleh. Hal ini tentunya harus
terus dikembangkan mengingat saat ini merupakan era
Revolusi Industri yang sudah banyak mengalami perubahan ke
arah digital. Hal ini didukung dengan kondisi pandemi yang
membatasi pergerakan konsumen. Dengan adanya adanya
Ecommerce ini dirasa sudah efektif menjadi jalan keluar bagi
para pelaku usaha yang diharapkan dapat mempertahankan
keberlangsungan usaha. Pada dasarnya dengan hadirnya
Ecommerce sangatlah membantu memudahkan para pelaku
usaha dalam menjalankan usaha dengan adanya E-commerce
para pelaku usaha dapat meningkatkan omset pendapatanya
dan juga mampu bertahan di kondisi pandemi saat ini. Selain
itu dengan adanya E-commerce pelaku usaha bisa menjangkau
pangsa pasar yang lebih luas diberbagai daerah. Pasalnya
semua orang dapat dengan mudah mengakses web yang
digunakan. Selain itu, pelaku usaha juga bisa lebih efektif dan
efisien dalam menjalankan usaha.

➢ Digital Marketing
Di era pandemi Covid-19 ini Indonesia tengah
mengalami kelesuan ekonomi. Kelesuan ekonomi ini
diakibatkan banyaknya sector yang mengalami penurunan
akibat pandemi. Salah satu sektor yang mengalami penurunan
adalah sector UMKM. Banyak pelaku usaha yang kesulitan
dalam memasarkan produknya. Kesulitan ini disebabkan
adnaya pembatasan pada semua kegiatan manusia. Perlu
adanya inovasi ataupun perubahan dalam model pemasaran.
Mengingat kondisi Indonesia saat ini berada di era 4.0
yang mengharuskan kita untuk beralih ke tekhnologi. Hal ini

21
merupakan momentum yang baik bagi pelaku usaha dalam
memanfaatkan internet sebagai ajang mengembangkan usaha
mereka. Namun mereka harus juga memaksimalkan kinerja
mereka agar hasilnya bisa maksimal. Mengingat ketatnya
persaingan yang terjadi pada dunia internet. Mereka juga
harus kreatif dan inovatif agar nantinya konsumen dapat
tertarik kepada produk mereka. Karena pada saat ini
penggunaan internet sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa
ditinggalkan. Apalagi mengingat kondis pandemi saat ini
pelaku usaha harus siap dalam menggunakan internet
khususnya Digital Marketing jika mereka masih ingin
mengembangkan usahanya.
Menurut Chaffey, Digital Marketing sendiri
merupakan suatu kegiatan pemasaran yang menggunakan
sebuah tekhnologi yang mempunyai tujuan dalam
meningkatkan pengetahuan para konsumen dengan
menyesuaiakan kebutuhan yang mereka butuhkan. Digital
Marketing sendiri di zaman sekarang sudah menjadi hal yang
lumrah di semua kalangan umur. Hampir semua tingkatan
umur dapat mengakses sesuka mereka. Maka dari itu menjadi
suatu keharusan bagi para pelaku usaha dalam mempelajari
dan memahami digital marketing ini sehingga dapat diambil
manfaatnya semaksimal mungkin. Cara kerja digital
marketing ini yakni dengan pemasaran melalui media sosial
yang sering kita gunakan sehari-hari seperti instagram,
facebook, tiktok dan masih banyak lagi yang lainya.
Perkembangan ini semakin hari akan semakin pesat, maka dari
itu para pelaku usaha harus segera mungkin mulai
menggunakannya dan mulai beralih ke digital marketing.
Pengguna media sosial yang semakin hari semakin banyak
bisa dijadikan peluang bagi para pelaku usaha untuk
memasarkan produknya melalui media sosial. Hal ini

22
merupakan momentum dalam peralihan usaha offline ke usaha
online. Bahkan 70% pelaku usaha kreatif mengungkapkan
digital marketing akan menjadi sasaran utama dalam
pemasaran produk mereka dan toko offline mereka menjadi
pelengkap bisnis mereka. Karena mengingat kemudahan yang
ditawarkan digital marketing dapat menarik banyak konsumen
baru bahkan dapat menjangkau atau menjaring konsumen
dengan pangsa yang lebih luas. Namun penggunaan digital
marketing ini perlu adanya kepercayaan diri dan optimis yang
tinggi. Karena memulai digital marketing ini perlu adanya
kepercayaan dari konsumen, karena mendapatkan
kepercayaan dari konsumen sangatlah susah apalagi pelaku
usaha yang baru memulai menggunakan media sosial dalam
berbisnis. Adapun cara yang dapat dilakukan pelaku usaha
dalam menumbuhkan kepercayaan konsumen melalui media
sosial sebagai berikut :
1. Melakukan promosi secara kontinu atau berulang-
ulang
2. Melakukan update jenis dan harga barang yang
dipasarkan secara intensif, agar konsumen tidak
merasa tertipu dan nantinya akan timbul kepercayaan.
3. Mendesain foto atau video barang yang dipasarkan
sekreatif mungkin agar konsumen tertarik dengan
produk yang dipasarkan.
4. Menggunakan pengiklanan yang disediakan media
sosial seperti instagram ads atau google ads agar dapat
menjangkau konsumen yang lebih luas.
5. Melibatkan konsumen dalam mereview produk yang
dipasarkan agar konsumen yang lain mengetahui
kualitas barang yang kita pasarkan atau menampilkan
hasil testimoni barang yang kita pasarkan ke media
sosial agar bisa dilihat oleh calon konsumen.

23
Adapun dalam melakukan strategi digital marketing,
pelaku usaha harus mampu melihat kondisi yang sedang
terjadi. Pelaku usaha dituntut untuk kreatif dalam memasarkan
produk mereka. Karena mengingat para pengguna media
sosial terdiri dari berbagai macam golongan usia. Maka dari
itu pelaku usaha harus bisa menyesuaikan dalam berkmunikasi
dan memasarkan sesuai pangsa pasar yang dituju. Dengan
begitu penggunaan digital marketing dalam pemasaran akan
menjadi efektif dan tepat sasaran.
➢ Perbaikan Kualitas Produk dan Pelayanan
Pandemi Covid-19 yang terjadi belakangan ini telah
memberikan dampak yang cukup besar. Menurunnya
kepercayaan konsumen terhadap barang yang dipasarkan oleh
para pelaku usaha membuat para pelaku usaha mengalami
kerugian bahkan mengalami penurunan omzet pendapatan.
Hal tersebut dikarenakan sikap konsumen yang berhati-hati
dalam berbelanja. Penyebab lainnya yakni keterbatasan
konsumen dalam melakukan belanja membuat bisnis para
pelaku usaha menurun. Hal ini tentunya harus segera diatasi.
Para pelaku usaha harus segera memperbaiki kepercayaan para
konsumen dan memperbaiki kualitas produk mereka agar
nantinya mereka kembali percaya dan berbelanja lagi.
Peningkatan pelayanan dan kualitas produk tentunya
sangat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh pelaku
usaha hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Lestari dan R, 2019) yang menyebutkan bahwa peningkatan
kualitas layanan dan produk UMKM dapat menimbulkan
pengaruh positif dan dampak secara signifikan terhadap
kepuasan konsumen. Maka dari itu hal ini sangatlah penting
bagi pelaku usaha untuk terus meningkatkan kualitas agar
nantinya timbul kepercayaan dari konsumen. Kualitas
merupakan hal yang penting dan perlu diutamakan. Hal ini

24
penting dilakukan karena konsumen cenderung mementingkan
kualitas.
Menurut Tjiptono kualitas merupakan sifat dan
karakteristik yang dapat mengukur nilai dari barang tersebut
sesuai kebutuhanya. Dalam mencapai kualitas yang
diinginkan maka perlu adanya standarisasi kualiatas. Menurut
Zheithalm Indikator dari produk bisa dikatakan berkualitas
apabila produk tersebut memenuhi beberapa indikator
diantaranya kemudahan produk digunakan, daya tahan produk
yang bagus, terdapat kejelasan fungsi produk, terdapat
bermacam-macam ukuran produk, dan lain-lain. Cara yang
bisa dilakukan pelaku usaha dalam meningkatkan kualitas
produk diantaranya dengan selalu melakukan monitoring
terhadap terhadap kualitas produk, selain itu pelaku usaha
harus selalu memastikan kebersihan dan keamanan produk
yang dipasarkan. Pelaku usaha juga harus memperhatikan
ketahanan produk mereka. Mereka harus lebih meningkatkan
kualitas ketahanan produk mereka, karena mengingat di zaman
sekarang lebih banyak menggunkan pemasaran secara online
yang dalam proses pengirimannya memakan waktu, jadi
ketahanan harus lebih diperhatikan.
Hal lain yang harus diperhatikan selain kualitas produk
adalah kualitas pelayanan kepada para konsumen. Hal ini
sangatlah penting karena konsumen akan betah apabila
pelayanan yang diberikan ramah dan nyaman. Kualitas
pelayanan yang bisa diterapkan pelaku usaha adalah dengan
memberikan inovasi pelayanan seperti lebih memperketat
ketika pengirman barang. Dalam hal ini pelaku usaha akan
lebih memperhatikan kualitas barang yang akan dikirim
seperti halnya kebersihan barang, keamanan barang atau daya
tahan barang. Pelayanan lain yang bisa ditingkatkan dalam
mencapai kualitas yang baik adalah pelayanan dalam

25
komunikasi. Mengingat pemasaran saat ini menggunakan
layanan online maka pelaku usaha harus semaksimal mungkin
memberikan respon yang cepat dan tepat kepada konsumen.
Hal ini bertujuan agar konsumen tidak menunggu terlalu lama
sehingga konsumen lebih percaya dan menumbuhkan
kepercayaan yang tinggi kepada produk kita, apabila
pelayanan dan kualitas yang baik sudah terpenuhi maka bisa
dipastikan pelnggan akan betah dan yakin dalam berbelanja.
Hal ini menjadi faktor penting karena mengingat konsumen
tidak bisa kontak fisik secara langsung tetapi melakukan
komunikasi secara online.

➢ Customer Relationship Marketing (CRM)

Customer Relationship Marketing atau bisa disebut


dengan pemasaran hubungan pelanggan merupakan strategi
pemasaran yang berupaya menjaga hubungan kepada
pelanggan agar tetap baik dalam waktu panjang. Hal ini
dilakukan agar pelanggan yang telah berbelanja bisa datang
kembali untuk berbelanja kembali. Hal ini bisa terjadi apabila
tercapai kepuasan didapatkan oleh pelanggan yang telah
berbelanja. Karena apabila mereka merasa puas maka mereka
akan kembali berbelanja kepada kita. Cara yang dapat
dilakukan para pelaku usaha agar dapat terjalin hubungan yang
baik antara pelaku usaha dan konsumen adalah seperti dengan
meningkatkan kepedulian kita terhadap konsumen yang
mengalami dampak dari adanya pandemi ini. Kita bisa
memberikan perhatian kita dengan ikut berempati kepada para
konsumen yang terdampak adanya pandemi ini dengan
memberikan promo atau diskon yang sekiranya dapat
meringankan konsumen yang sedang berbelanja kepada kita,
dengan begitu akan menimbulkan hubungan baik, dan
kepercayaan yang tinggi antara pelaku usaha dengan

26
konsumen. Selain itu kita juga bisa menjalin komunikasi yang
baik dengan konsumen dengan memberikan bantuan ataupun
solusi dari keluh kesah mereka, dengan begitu akan terjalin
komunikasi yang baik antara pelaku usaha dan konsumen.
Pelaksannan strategi Customer Relation Marketing ini
dapat memberikan pengaruh yang positif dalam meningkatkan
pemasaran. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh
(Farida et al, 2017) bahwasanya dengan adanya strategi
Customer Relationship Marketing ini mampu memberikan
pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan
pemasaran, karena semakin baik hubungan antara konsumen
dan pelaku usaha maka akan semakin tinggi pula tingkat
pemasarannya. Selain itu, para pelaku usaha yang berani
mengambil resiko dan mempunyai pengalaman bisnis serta
fleksibel dalam menjalankan bisnisnya akan dapat membuat
konsumenya percaya sehingga konsumen akan bertahan.
Akan tetapi dalam penelitian yang dilakukan (Hardilawati,
2019) memberkan hasil yang berbeda dimana Customer
Relationship Marketing mampu memberikan pengaruh yang
positif akan tetapi tidak signifikan terhadap pemasaran pelaku
usaha. Hal tersebut disebabkan para pelaku usaha tidak
semuanya mampu melaksanakan Customer Relationship
Marketing dengan baik.

F. Upaya Pemerintah untuk Memajukan UMKM


Indonesia
1. Undang-Undang Cipta Kerja
Dari total keseluruhan jumlah UMKM di Indonesia,
sebanyak 64,13 juta merupakan UMK yang masih berada di
sektor informal sehingga perlu didorong untuk bertransformasi
ke sektor formal. Indonesia masih memiliki kendala dalam
perizinan yang rumit serta tumpang tindih antara regulasi di
tingkat pusat dan daerah. Oleh karena itu Pemerintah

27
berupaya mengakomodir permasalahan tersebut melalui
penyusunan UU Cipta Kerja yang telah disahkan pada tahun
2020. Salah satu substansi yang diatur adalah mengenai
kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan UMKM.
Pemerintah berharap melalui UU Cipta Kerja, UMKM dapat
terus berkembang dan berdaya saing.

2. Program PEN
Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)
merupakan salah satu program yang dicetuskan pemerintah
untuk memulihkan ekonomi Indonesia akibat dampak Covid-
19. Program ini juga merupakan respon pemerintah atas
penurunan aktivitas masyarakat yang terdampak, khususnya
sektor informal atau UMKM. Program ini dibuat berdasarkan
PP Nomor 23 tahun 2020 yang kemudian diubah menjadi PP
Nomor 43 tahun 2020. Sebagai salah satu upaya pemerintah
untuk memajukan UMKM, berikut merupakan rincian
program PEN untuk UMKM, yaitu:
• Subsidi bunga/margin
• Belanja Imbal Jasa Penjaminan (IJP)
• Penempatan Dana Pemerintah di perbankan
• Penjaminan Loss Limit kredit UMKM
• Pajak penghasilan final UMKM ditanggung pemerintah
• Pembiayaan investasi kepada koperasi melalui Lembaga
Pengelola Dana Bergulir (LPDB) koperasi UMKM
• Program Bantuan Presiden (Banpres) Produktif Usaha
Mikro

3. Kredit Usaha Rakyat (KUR)


Upaya lain dari pemerintah untuk memajukan UMKM
yaitu program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan
melalui lembaga keuangan dengan pola penjaminan. Adapun
biaya jasa (suku bunga) atas kredit/pembiayaan modal kerja

28
disubsidi oleh pemerintah. Tujuan KUR adalah untuk
meningkatkan meningkatkan akses pembiayaan dan
memperkuat permodalan UMKM.

4. Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI)


Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas
BBI) merupakan salah satu program pemerintah sebagai upaya
pemerintah untuk memajukan UMKM yang diluncurkan pada
tahun 2020. Tujuan Gernas BBI yaitu mendorong National
Branding produk lokal unggulan untuk menciptakan industri
baru dan tentunya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Melalui program ini, pemerintah mendorong pelaku UMKM
untuk bergabung ke platform digital.

5. Perluasan Ekspor Produk Indonesia melalui ASEAN


Online Sale Day (AOSD)
ASEAN Online Sale Day (AOSD) atau Hari Belanja
Daring ASEAN merupakan acara belanja yang dilakukan
secara serentak oleh platform niaga-elektronik di sepuluh
negara ASEAN. AOSD diselenggarakan bertepatan pada hari
ulang tahun ASEAN yaitu 8 Agustus sejak tahun 2020.
Peserta AOSD adalah pelaku usaha di kawasan ASEAN yang
menyediakan barang dan jasa melalui Perdagangan Melalui
Sistem Elektronik (PMSE). AOSD merupakan kesempatan
bagi Indonesia untuk mempromosikan dan membangun citra
produk lokal nusantara ke kancah ASEAN serta mendorong
dan meningkatkan kegiatan ekspor produk Indonesia.

Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat memajukan UMKM,


meningkatkan jumlah UMKM di Indonesia dan tentunya dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan demikian,
semakin banyak lapangan pekerjaan yang dibuka sehingga angka
pengangguran dan kemiskinan di negeri ini dapat menurun.

29
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Indonesia saat ini sedang dilanda pandemi Covid-19 yang


mengakibatkan terjadi kelesuan ekonomi. Hal yang paling terdampak
diantaranya adalah sektor UMKM. UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah) adalah sebuah bisnis yang dioperasikan oleh pelaku usaha
secara individu, rumah tangga, ataupun badan usaha berskala kecil.
Dampak yang dirasakan para pelaku usaha ini diantaranya
menurunnya jumlah pembeli sehingga omzet para pelaku usaha
menurun, ini disebabkan oleh adanya pembatasan kegiatan dalam
skala besar.
Hal ini mengakibatkan banyak pelaku usaha yang gulung tikar
sementara karena sepi akan pembeli. Hal tersebut harus segera diatasi
dengan menyiapkan berbagai strategi mengingat berubahnya kondisi
dan perilaku konsumen ketika pandemi.
Adapun strategi yang dapat dilakukan para pelaku usaha agar
dapat bertahan di tengah pandemi diantaranya, yaitu :
1. Beralih ke pemasaran secara E-Commerce mengingat
masyarakat saat ini lebih banyak berada di rumah sehingga
mereka banyak yang memilih ke belanja online.
2. Melakukan kegiatan pemasaran menggunakan media digital
atau teknologi digital dengah tujuan meraih pansa pasar yang
lebih luas.
3. Memperbaiki kualitas produk dan layanan konsumen agar
nantinya menciptakan hubungan yang baik dan royal antara
pelaku usaha dan konsumen.
4. Menerapkan setrategi pemasaran hubunganpelanggan
(Customer Relationtip Marketing) dengan tujuan

30
menumbuhkan kepercayaan konsumen sehingga konsumen
bertahan dengan produk kita.
Adapun upaya pemerintah untuk memajukan UMKM
di Indonesia, diantaranya yaitu :
1. Undang-Undang Cipta Kerja
2. Program PEN
3. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
4. Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas
BBI)
5. Perluasan Ekspor Produk Indonesia melalui ASEAN
Online Sale Day (AOSD).

4.2. Saran

Saran yang bisa dilakukan diantaranya sebagai berikut :


1. Pelaku UMKM dapat menerapkan strategi yang telah
dijelaskan dengan tujuan dapat bertahan dengan
kondisi yang sering berlangsung. Dengan adanya
strategi tersebut diharapkan pelaku usaha mampu
mengembangkan dirinya mengikuti perkembangan
zaman yang semakin maju dengan memanfaatkan
teknologi digital. Selain itu, diharapkan dapat
memperbaiki kualitas usaha mereka baik dari segi
kualitas produk ataupun kualitas pelayanan.
2. Pemerintah diharapkan dapat menjadi pihak ketiga
dalam memberikan pelatihan ataupun Pendidikan
mengenai pemanfaatan teknologi digital agar nantinya
semua pelaku usaha bisa memaksimalkan usaha
mereka melalui pemanfaatan digital. Pemerintah juga
bisa diharapkan menjadi wadah bagi para pelaku usaha
agar komunikasi antar pelaku usaha agar komunikasi
antar pelaku usaha terjalin dengan baik

31
DAFTAR PUSTAKA

Alfin, A. (Januari 2021). Analisis Strategi UMKM dalam Menghadapi Krisis Di Era
Pandemi Covid-19. Jurnal Inovasi Penelitian, Vol. 1 No.8.
Annisa, D. (2021, September 16). Situasi Terkini Perkembangan Coronavirus
Disease Covid-19 16 September 2021. Retrieved from Infeksi Emerging:
https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/situasi-terkini-
perkembangan-coronavirus-disease-covid-19-16-september-2021
Ismail, I. (2020, September 21). 7 Masalah yang Terjadi Tada UKM dan Tips
Mengatasinya. Retrieved from Accurate: https://accurate.id/bisnis-ukm/7-
masalah-yang-terjadi-pada-ukm-dan-tips-mengatasinya/
Mulachela, H. (2021, August 25). UMKM adalah: Ciri, peran, dan Faktor
Perkembangannya. Retrieved from Katadata.co.id:
https://www.google.com/amp/s/katadata.co.id/amp/sortatobing/finansial/61
25bb463f83b/umkm-adalah-ciri-peran-dan-faktor-perkembangannya
NISP, R. O. (2021, April 7). Pengertian UMKM, Kriteria, dan Perannya dalam
Ekonomi RI. Retrieved from OCBC NISP:
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/04/07/pengertian-umkm
Sandi, F. B. (2020, Juni 24). Peran UMKM di Indonesia yang Perlu Anda Ketahui.
Retrieved from Pajak: https://www.online-pajak.com/seputar-pph-
final/peran-umkm
Sujarweni, V. W. (2021). Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS.
Tanifund, D. M. (n.d.). Perkembangan dan Tantangan UMKM di Indonesia.
Retrieved from Tanifund:
https://tanifund.com/blog/pinjaman/perkembangan-dan-tantangan-umkm-
di-indonesia
Upaya Pemerintah Untuk memajukan UMKM Indonesia. (n.d.). Retrieved from
Kementerian Investasi/BKPM:
https://www.bkpm.go.id/id/publikasi/detail/berita/upaya-pemerintah-untuk-
memajukan-umkm-indonesia
Usaha Mikro Kecil Menengah. (n.d.). Retrieved from Wikipedia:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Usaha_mikro_kecil_menengah

32

Anda mungkin juga menyukai