INDUSTRI 4.0
Dosen: Dr. SUGENG KHAIRUDDIN M.Si
DISUSUN OLEH:
Repli Surang
1962201013
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYAGAMA MAHAKAM SAMARINDA
SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul “Industry 4.0” dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah
Sistem Informasi Manajemen
Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen,
teman- teman dan yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu maupun
semangat bagi penulis.
Kami sadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sebagai instrospeksi untuk lebih baik kedepannya. Akhir kata kami berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1. Industri.......................................................................................................................3
2.2. Sejarah Revolusi Industri.........................................................................................3
2.3. Sejarah Revolusi Industri.........................................................................................3
2.4. Elemen Industri 4.0...................................................................................................4
2.5. Penerapan Sistem Informasi Manajemen Secara Umum......................................5
2.6 Dampak yang terjadi dalam penggunaan sistem informasi manajemen di era
industri 4.0...........................................................................................................................10
2.7 Dampak Dunia Digital dan Revolusi Industri Keempat......................................11
2.8 Pengembangan Skill Industri 4.0...........................................................................11
2.9 Strategi Menghadapi Industri 4.0..........................................................................12
2.10 Contoh Kasus Industri Makanan dan Minuman 4.0...........................................12
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUA
Ekonomi global pada titik puncak perubahan besar yang sebanding besarnya dengan
munculnya revolusi industri pertama atau perkembangan produksi atau bahkan penemuan
microcip. Kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya otonomisasi hampir disemua
bidang. Sementara itu, kepemilikan seperangkat pintar diberbagai bagian dunia mengarah
pada tingkat keterkaitan satu sama lain yang tak terbayangkan sebelumnya. Diantara berbagai
tantangan yang dihadapi dunia saat ini, mungkin yang paling besar adalah bagaimana
membentuk Revolusi Industri keempat (disebut juga sebagai industri 4.0) yang dimulai pada
permulaan abad ini.
Saat ini kita berada di ambang revolusi teknologi yang secara fundametal dan
mengubah cara kita hidup bekerja, dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Kita belum
tahu persis apa yang akan terjadi dimasa depan, tetapi ada satu hal yang jelas; dunia harus
merespon terhadap perubahan tersebut secara terintegrasi dan komprehensif dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai dari sektor publik dan
swasta, sampai akademisi dan tentunya masyarakat sipil. Sektor manufaktur nasional harus
siap menuju perubahan besar dalam mengahadapi revolusi industri keempat ini.
Konsekuensinya, pendekatan dan kemampuan baru diperlukan untuk membangun sistem
produksi yang inovatif dan berkelanjutan.
Revolusi ini akan mentransformasi proses manufaktur yang sinkron dengan kecepatan
perubahan karena kebutuhan pelanggan yang memberikan gambaran bahwa proses produksi
akan lebih fleskibel tanpa menghabiskan lebih banyak waktu. Pada 20 tahun lalu, ragam
produk didesain dan dirancang di Eropa atau Amerika Serikat untuk selanjutnya dikirim ke
Asia untuk proses manufaktur masal yang murah. Para pelaku manufaktur Asia berada jauh
dibelakang rantasi pasokan. Tapi saat ini, berbagai perusahaan manufaktur yang dipimpin
oleh Tiongkok mengelola desain dan manufaktur secara mandiri. Singapura dan Malaysia
memiliki teknologi yang maju dan memimpin dunia di banyak segmen. Kekuatan utama
negara-negara tersebut terletak pada integrasi teknologi mikro diberbagai produk, contoh
utamanya adalah fotonik.
1
Sementara Vietnam dan Indonesia adalah negara yang kaya dengan tenaga kerja
berupah rendah yang harus mengakhiri model lama pembangunan yaitu upah rendah dan
inovasi rendah. Proses transisi yang dilakukan Vietnam dan Indonesia akan berlangsung baik
apabila pemerintah kedua negara ini memiliki beragam kebijakan yang diperlukan untuk
manufaktur yang berkualitas. Tak hanya itu, persaingan degan beberapa negara ASEAN
lainnya yang semakin meningkat akan memotivasi kedua negara ini untuk beralih ke
manufaktur baru, iklim uang bisnis, sumber investasi yang beragam dan rantai pasokan yang
besar.
1.3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASA
2.1. Industri
Industri adalah bidang yang menggunakan keterampilan dan ketekunan kerja (bahasa
inggris ; industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang pengelolaan hasil-hasil bumi, dan
distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai
selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan
bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan
tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya
dan politik.
Dalam arti luas industri adalah suatu bidang yang berdasar komersial yang
meggunakan keterampilan kerja serta teknologi untuk menghasilkan suatu produk dengan
tujuan mendapatkan keuntungan. Produk industri tidak hanya berupa barang (manufaktur)
tetapi juga dalam bentuk pelayanan (jasa). Tujuan pembangunan industri adalah menciptakan
dan memperluas lapangan pekerjaan, memperkokoh struktur ekonomi nasional, mengurangi
ketergantungan pada barang-barang impor, menghasilkan dan menghemat devisa negara
2.2. Sejarah Revolusi Industri
Industrialisasi dunia dimulai pada akhir abad ke-18 dengan munculnya tenaga uap dan
penemuan kekuatan alat tenun, secara radikal mengubah bagaimana barang-barang
diproduksi. Seabad kemudian, listrik dan jalur perakitan memungkinkan produksi massal.
Pada 1970-an, revolusi industri ketiga dimulai ketika kemajuan dalam otonomisasi bertenaga
komputer memugkinkan kita memprogram mesin dan jaringan.
Saat ini masuklah revolusi industri keempat megubah ekonomi, pekerjaan dan
bahkan masyarakat itu sendiri. Banyak teknologi fisik dan digial yang di gabungkan melalui
analirik, kecerdasan buatan teknologi kognitif, dan Internet of things (IoT) untuk menciptaka
perusahaan digital yang saling terkait dan mampu meghasilkan keputusan yang lebih tepat.
3
teknologi cyber. Ini merupakan tren otonomisasi dan pertukaran data dalam teknologi
4
manufakur. Ini termasuk sistem cyber-fisik, Internet of Things (IoT), komputasi awan dan
komputasi kognitif. Istilah “Industri 4.0” diangkat kembali di Hannover Fair tahun 2011.
Pada oktober 2012, Working Group On Industry 4.0 memaparkan rekomenasi pelaksanaan
industri
4.0 kepada pemerintah federal Jerman. Anggota kelompok kerja industri 4.0 diakui sebagai
bapak pendiri dan perintis industri 4.0. Industri 4.0 bertujuan untuk menigkatkan
produktivitas pabrikan dengan mengurangi waktu pemasaran dan menekan biaya
keseluruhan. Munculnya industri 4.0 dilandasi oleh banyaknya tantangan yang dihadapi
pelaku manufaktur seiring tuntutan ekonomi dunia yang semakin kompetitif.
Tantangan ini hanya dapat diatasi ketika sistem produksi secara real time (seketika)
dengan dunia siber, yang didorong oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (ICT).
Dibawah pengertian apa itu industri 4.0, banyak teknologi fisik dan digital yang digabungkan
melalui analitik, kecerdasan buatan, teknologi kognitif, dan Internet of Things (IoT) untuk
menciptakan perusahaan digital yang saling terkait dan mampu menghasilkan keputusan yang
lebih tepat. Perusahaan digital dapat berkomunikasi, meganalisis, dan menggunakan data
untuk mendorong tindakan cerdas di dunia fisik. Singkatnya, revolusi ini menanamkan
teknologi yag cerdas dan terhubung tidak hanya di dalam perusahaan, tetapi juga kehidupan
sehari-hari kita
Seperti pada penjelasan definisi Industri 4.0 sebagai lanjutan dari industri 3.0 yang
menambahkan instrumen konektivitas untuk memperoleh dan mengolah data, otomatis
perangkat jaringan, IoT, big data analytics, komputasi awan dan keamanan cyber merupakan
komponen utama dalam industri 4.0
Perangkat konektivitas tersebut dihubungkan pada perangkat fisik industri. Tujuannya adalah
untuk menerima dan mengirim data sesuai perintah yang ditentukan, baik secara manual
maupun otomatis berdasar keecerdasan buatan.
Perangkat IoT pada Industri 4.0 dikenal dengan IIoT atau Industrial Internet of Things, yang
sebelumnya sangat berguna untuk monitoring secara internal.
Dalam konsep industri 4.0, perangkat IoT tersebut dapat terhubung ke jaringan WAN melalui
lingkungan cloud. Sampai di lingkungan cloud, data dapat diproses dan di sebar ke pihak
lain. Disini memerlukan otomatisasi dan orkestrasi pada lingkungan hybrid cloud. Salah satu
5
caranya adalah dengan menggunakan pendekatan DevOps yang memakai sistem
kontainerisasi
6
untuk memudahkan pengembang dan pihak operasional untuk terus meningkatkan performa
dan layanan.
Informasi merupakan fakta, kejadian, statistik atau bentuk data lainnya yang dapat
dipahami dan mempunyai arti, bernilai atau bermanfaat bagi seseorang untuk keperluan atau
pekerjaan tertentu. Data pada umumnya harus diolah terlenbih dahulu sehingga menjadi
informasi yang dapat dipahami dan bermanfaat atau lebih bermanfaat. Sistem informasi
merupakan suatu sistem yang menerima data dan input lainnya dan memeprosesnya menjadi
informasi sebagai output. Suatu sistem informasi mengumpulkan, menyimpan, memproses,
dan menyebarkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.
Sistem informasi adalah sekumpulan elemen yang saling berhubungan (terintegrasi), yang
mengumpulkan (mendapatkan), menyimpan, memproses, dan menyebarkan informasi untuk
menunjang pengambilan keputisan dan tujuan lain, baik orang maupun organisasi.
7
A. Komponen sistem informasi :
1.Infrastruktur (teknologi informasi)
2.SDM
3. Prosedur
4. Secara teori, sistem informasi dapat berupa lembaran kertas
5. Sistem informasi yang berbasis komputer (Computer-Based Information System/CBIS)
8
transaksi bisnis, mengontrol proses industrial, dan mendukung komunikasi serta produktivitas
kantor secara efisien.
a.Transaction Processing Systems
Transaction processing systems (TPS) berkembang dari sistem informasi manual untuk
sistem proses data dengan bantuan mesin menjadi sistem proses data elektronik (electronic
data processing systems). TPS mencatat dan memproses data hasil dari transaksi bisnis,
seperti penjualan, pembelian, dan perubahan persediaan. TPS menghasilkan berbagai
informasi produk untuk penggunaan internal maupun eksternal. Sebagai contoh, TPS
membuat pernyataan konsumen, cek gaji karyawan, kuitansi penjualan, order pembelian,
formulir pajak dan rekening keuangan. TPS juga memperbaharui database yang digunakan
perusahaan untuk diproses lebih lanjut oleh SIM.
b.Process Control Systems
Sistem informasi operasi secara rutin membuat keputusan yang mengendalikan proses
operasional, seperti keputusan pengendalian produksi. Hal ini melibatkan process control
systems (PCS) yang keputusannya mengatur proses produksi fisik yang secara otomatis
dibuat oleh komputer.
c.Office Automation Systems
Office automation systems (OAS) mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mengirim
data dan informasi dalam bentuk komunikasi kantor elektronik. Contoh dari office
automation (OA) adalah word processing, surat elektronik (electronic mail),teleconferencing,
dan lain-lain. 2.Sistem Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen.
Sistem informasi manajemen atau SIM (management information system) adalah sistem
informasi yang dirancang untuk menyediakan informasi akurat, tepat waktu, dan relevan
yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh para manajer. Konsep SIM adalah
meniadakan pengembangan yang tidak efisien dan penggunaan komputer yang tidak efektif.
Konsep SIM sangat penting untuk sistem informasi yang efektif dan efisien oleh karena
Menekankan pada orientasi manajemen (management orientation) dari pemrosesan informasi
pada bisnis yang bertujuan mendukung pengambilan keputusan manajemen (management
decision making). Menekankan bahwa kerangka sistem (system framework) harus digunakan
untuk mengatur penggunaan sistem informasi. Penggunaan sistem informasi pada bisnis
harus dilihat sebagai suatu integrasi dan berhubungan, tidak sebagai proses yang berdiri
sendiri. Secara garis besar SIM terdiri dari 3 macam yakni:
9
a. Information Reporting Systems
Information reporting systems (IRS) menyediakan informasi produk bagi manajerial end
users untuk membantu mereka dalam pengambilan keputusan dari hari ke hari. Akses data
IRS berisi informasi tentang operasi internal yang telah diproses sebelumnya oleh transaction
processing systems. Informasi produk memberi gambaran dan laporan yang dapat dilengkapi
(1) berdasarkan permintaan, (2) secara periodik, atau (3) ketika terjadi situasi pengecualian.
Sebagai contoh, manajer penjualan dapat menerima laporan analisa penjualan setiap
minggunya untuk mengevaluasi hasil penjualan produk.
b. Decision Support Systems
Decision support systems (DSS) merupakan kemajuan dariinformation reporting systems dan
transaction processing systems. DSS adalah interaktif, sistem informasi berbasis komputer
yang menggunakan model keputusan dan database khusus untuk membantu proses
pengambilan keputusan bagi manajerial end users. Sebagai contoh, program kertas kerja
elektronik memudahkan manajerial end user menerima respon secara interaktif untuk
peramalan penjualan atau keuntungan.
c. Executive Information Systems
Executive information systems (EIS) adalah tipe SIM yang sesuai untuk kebutuhan informasi
strategis bagi manajemen atas. Tujuan dari sistem informasi eksekutif berbasis komputer
adalah menyediakan akses yang mudah dan cepat untuk informasi selektif tentang faktor-
faktor kunci dalam menjalankan tujuan strategis perusahaan bagi manajemen atas. Jadi EIS
harus mudah untuk dioperasikan dan dimengerti (O’brien, 2000).
3.Sistem Informasi untuk Keuntungan Strategis
Sistem informasi dapat memainkan peran yang besar dalam mendukung tujuan strategis dari
sebuah perusahaan. Sebuah perusahaan dapat bertahan dan sukses dalam waktu lama jika
perusahaan itu sukses membangun strategi untuk melawan kekuatan persaingan yang berupa
(1) persaingan dari para pesaing yang berada di industri yang sama, (2) ancaman dari
perusahaan baru, (3) ancaman dari produk pengganti, (4) kekuatan tawar-menawar dari
konsumen, dan (5) kekuatan tawar-menawar dari pemasok. Kelima faktor tersebut merupakan
hal-hal yang harus diperhatikan dalam membangun upaya peamsaran yang mengarah kepada
competitive advantage strategies. Hubungan kelima faktor tersebut dapat digambarkan seperti
pada gambar 2 berikut. Beberapa strategi bersaing yang dapat dibangun untuk memenangkan
persaingan adalah:
•Cost leadership (keunggulan biaya) – menjadi produsen produk atau jasa dengan biaya
rendah.
10
•Product differentiation (perbedaan produk) – mengembangkan cara untuk menghasilkan
produk atau jasa yang berbeda dengan pesaing.
•Innovation – menemukan cara baru untuk menjalankan usaha, termasuk di dalamnya
pengembangan produk baru dan cara baru dalam memproduksi atau mendistribusi produk
dan jasa.
11
memperoleh perangkat keras dan perangkat lunak, mengembangkan jaringan telekomunikasi,
menyewa spesialis sistem informasi, dan melatih end users.
Sistem informasi memungkinkan perusahaan untuk membuat basis informasi strategis
(strategic information base) yang dapat menyediakan informasi untuk mendukung strategi
bersaing perusahaan. Informasi ini merupakan aset yang sangat berharga dalam
meningkatkan operasi yang efisien dan manajemen yang efektif dari perusahaan.
2.6 Dampak yang terjadi dalam penggunaan sistem informasi manajemen di era
industri 4.0
Sistem Informasi manajemen di era industri 4.0 memiliki banyak manfaat. Dan ada
juga dampak sistem informasi manajemen dari segi ekonomi yaitu ; disparitas yang timbul
pada pasar tenaga kerja akibat dari perusahaan-perusahaan yang menjadi capital intensive,
lebih mengedepankan modal mesin dan perkembangan teknologi daripada tenaga kerja
manusia. Industri yang saat ini terancam adalah lembaga keuangan. Pada beberapa tahun
lalu, beberapa lembaga keuangan sudah mulai melakukan pengurangan tenaga kerja.
Penggurangan tersebut dikarenakan peran pekerja front office Bank mulai tidak lagi seperti
dahulu yang selalu mengatasi masalah yang dialami oleh nasabah, tetapi kini hal ini tidak lagi
berlaku. Disebabkan ada ranasab lebih menyukai melakukan aktivitas perbankan melalui
ATM (Anjungan Tunai
Mandiri) maupun melalui mobile banking maupun internet banking.
Ancaman:
Secara global era digitalisasi akan menghilangkan sekitar 1 – 1,5 miliar pekerjaan sepanjang
tahun 2015-2025 karena digantikannya posisi manusia dengan mesin otomatis (Gerd
Leonhard, Futurist); Diestimasi bahwa di masa yang akan datang, 65% murid sekolah dasar
di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada di hari ini (U.S. Department of
Labor report).
Peluang:
Era digitalisasi berpotensi memberikan peningkatan net tenaga kerja hingga 2.1 juta
pekerjaan baru pada tahun 2025. Terdapat potensi pengurangan emisi karbon kira-kira 26
miliar metrik ton dari tiga industri: elektronik (15,8 miliar), logistik (9,9 miliar) dan otomotif
(540 miliar) dari tahun 2015-2025 (World Economic Forum).
3. Menggali bentuk kolaborasi baru bagi model sertifikasi atau pendidikan dalam ranah
peningkatan digital skill
Pemerintah menetapkan roadmap Industri 4.0 agar masuk dalam Top 10 negara pada tahun
2030. Konsep Industri 4.0 menggunakan sistem cyber-physical yang mengintegrasikan
manusia, mesin, data dengan lini produksi secara digital dan realtime melalui internet. Sistem
tersebut mencakup penggunaan internet untuk segala (IoT), autonomous robot, big data dan
quantum computing.
Pemerintah telah memilih lima sektor industri utama yang akan menerapkan Industri 4.0.
Salah satunya adalah industri makanan dan minuman. Gabungan Pengusaha Makanan dan
Minuman Indonesia (GAPMMI) memperkirakan, industri makanan dan minuman skala
menengah besar dapat meningkat hingga 50% pada tahun 2025 jika menerapkan sistem itu.
Sementara kami menilai, ada tiga hal strategi dalam industri makanan dan minuman.
Pertama, industri makanan dan minuman berkontribusi 30,5% terhadap pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan 2017. Porsi itu meningkat ketimbang catatan
2010 yakni 23,8%.
14
Tahun lalu, industri makanan dan minuman juga mencatatkan pertumbuhan hingga 9,2%.
Pencapaian itu lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan industri pengolahan secara
keseluruhan yakni 4,3% dan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,07%.
Kedua, industri makanan dan minuman memiliki potensi pengembangan pasar yang besar.
Populasi penduduk yang besar dan pertumbuhan kelas menengah menjadi basis pasar
domestik. Sementara ekspor makanan dan minuman Indonesia juga menunjukkan trend
peningkatan.
Ketiga, industri makanan dan minuman menyerap 4,73 juta orang atau sekitar 27% dari total
tenaga kerja sektor industri pada tahun lalu. Selanjutnya, peningkatan sektor itu diharapkan
berdampak pada kesejahteraan tenaga kerjanya.
Sejumlah pemain industri makanan dan minuman telah menerapkan Industri 4.0 meski belum
sepenuhnya. Contohnya, PT Coca Cola Amatil Indonesia yang menerapkan program
digitalisasi di area supply chain dan layanan penjualan. PT Indolakto, bagian dari Grup
Indofood juga telah menerapkan sistem automatisasi pergudangan melalui automated storage
& retrieval system (ASRS).
Namun, kami melihat masih banyak tantangan dan kendala yang dihadapi industri makanan
dan minuman untuk menerapkan sistem Industri 4.0. Sebut saja, keterbatasan modal
investasi. Padahal penerapan teknologi tinggi tentu memerlukan investasi besar.
Kendala lain, jumlah dan kesiapan vendor penyedia sistem teknologi Industri 4.0 di Indonesia
masih terbatas. Lalu, kesiapan sumber daya manusia yang kompeten. Penerapan teknologi
industri 4.0 yang cukup kompleks seringkali membutuhkan pekerja yang kompeten dengan
kualifikasi khusus.
Tak ketinggalan, belum ada regulasi pemerintah yang secara lebih detail mendorong
penerapan Industri 4.0 di berbagai skala industri. Sementara regulasi tersebut penting karena
lebih dari 99% pelaku industri makanan dan minuman di indonesia berskala kecil dan mikro.
Mereka rentan terhadap perubahan teknologi.
Oleh karena itu, kami memandang masih perlu beberapa upaya strategis lain guna mendorong
implementasi Industri 4.0. Pemerintah perlu merumuskan roadmap dan prioritas yang lebih
jelas untuk tahap jangka pendek, menengah dan panjang.
15
Perlu juga dukungan pemerintah melalui insentif fiskal seperti penundaan dan pemotongan
pajak tertentu (tax allowance dan tax holiday) dalam implementasi teknologi Industri 4.0.
Pasalnya, modal investasi yang diperlukan cukup besar.
Selain itu, harus ada sinergi dan koordinasi antarkementerian dan kelembagaan yang lebih
baik. Secara bersamaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mampu menguasai
teknologi digital dan mengintegrasikan penggunaan internet juga perlu ditingkatkan melalui
pendidikan vokasi.
Pada akhirnya, kita semua tentu berharap agar implementasi Industri 4.0 berjalan sesuai
dengan roadmap yang telah ditetapkan. Dengan begitu, sistem tersebut dapat mendorong
efisiensi serta meningkatkan kinerja dan daya saing industri makanan dan minuman
Indonesia di pasar global.
COCA-COLA Amatil Indonesia (CCAI) turut serta dalam Industry Summit 4.0 yang
diadakan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia pada Kamis (4/4) di Jakarta.
Nurlida Fatmikasari, Regional Corporate Affairs Manager Public Affairs & Communications
Coca Cola Amatil Indonesia mengatakan bahwa sejak lima tahun lalu CCAI memulai proses
otomatisasi dan digitalisasi. Sebagian besar sistem tersebut dirancang dan dikembangkan oleh
tim internal, yang merupakan putra putri Indonesia.
"Sistem dirancang berbasis internet platform yang mudah dan dapat dioperasikan melalui
perangkat komputer atau tablet atau telepon genggam," ujarnya.
"Program digitalisasi ini berjalan di area Supply Chain dan pelayanan penjualan, dimulai
sejak produk dikembangkan sampai berada di toko-toko yang menjual produk CCAI,"
jelasnya.
"Hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi terakurat (real time) mengenai proses,
output, biaya, dan pelayanan, yang berguna untuk meningkatkan kinerja dan kualitas di
seluruh operasional CCAI," ungkapnya.
16
BAB III
KESIMPULA
Industri 4.0 adalah nama tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik.
Stilah ini mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala, komputasi awan, dan komputasi
kognitif. Pendidikan masyarakat perlu mulai di adaptasikan untuk memenuhi kebutuhan
keahlian pada era industri 4.0. setelah itu indonesia dapat menggunakan teknologi IoT dan
sebagainya untuk mengoptimalkan rantai pasokan dan pemghasil. Inilah hakikat dari industri
4.0, harap tidak dipolitisir dan disesatkan agar bener-benar bermanfaat
.
17
DAFTAR PUSTAKA
Kohler, D, & Weisz, J.D. (2016). Industry 4.0: the challenges of the transforming
manufacturing. Germany: BPIFrance.
18