Anda di halaman 1dari 17

TUGAS 1 GEOGRAFI INDUSTRI

PEMBANGUNAN INDUSTRI INDONESIA DI ERA 4.0

Dosen Pengampu:
Drs. Suhardjo, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Alya Nisrina Zain 1402617038
Ayu Handayani 1402617062
Giti Irmayasari 1402617063
Lasmia Saleh Lingara 1402617086

Program Studi Pendidikan Geografi


Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta
2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat serta karunianya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
Geografi Industri dalam topik PEMBANGUNAN INDUSTRI INDONESIA DI ERA
4.0 dengan baik. Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada banyak pihak yang telah berjasa dalam memberikan pengajaran, bantuan,
pengarahan, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih penulis
ditujukan kepada yang terhormat, antara lain:

• Dosen pengampu mata kuliah Geografi Industri, Bapak Suhardji


• Teman – teman mahasiswa mata kuliah Geografi Industri
• Semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa saran dan kritik yang
membangun dalam pembuatan makalah ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi
Geografi. Makalah ini juga berguna untuk mempelajari lebih dalam mengenai
PEMBANGUNAN INDUSTRI INDONESIA DI ERA 4.0. Penyusun menyadari
makalah ini masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu, penulis menerima berbagai
kritik dan saran dari para pembaca demi tercapai hasil yang lebih baik. Penulis ucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Jakarta, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................... 3
2.1 Pengertian Revolusi Industri 4.0 .....................................................................3
2.2 Sejarah Transformasi Revolusi Industri .......................................................... 3
2.3 Ciri-ciri Revolusi Industri ................................................................................4
2.4 Keunggulan dan Kelemahan Revolusi Industri 4.0 .........................................5
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................ 7
3.1 Sejarah Perkembangan Industri di Indonesia ..................................................7
3.2 Kondisi Industri di Indonesia ..........................................................................7
3.3 Pemanfaatan Teknologi dalam Industri di Era 4.0 ..........................................8
3.4 Langkah Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0 ...................................9
BAB IV PENUTUPAN ...................................................................................................13
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................13
4.2 Saran ..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri berasal dari bahasa latin yang artinya yaitu industri yang
bermakna buruh (tenaga kerja) dan industrios yang bermakna kerja keras.
Menurut UU No. 3 Tahun 2014, Pengertian Industri adalah seluruh bentuk dari
kegiatan ekonomi yang mengelolah bahanya baku dan atau memanfaatkan sumber
daya industri, sehingga dapat menghasilkan barang yang memiliki nilai tambah
atau manfaat yang lebih tinggi, termasuk juga jasa industri. Pembangunan industri
merupakan salah satu upaya manusia dalam meningkatkan kualitas hidup, salah
satu tujuan dari pembangunan industri diantaranya adalah untuk memperluas
lapangan kerja, menunjang pemerataan pembangunan, meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat.
Keberadaan industri di suatu daerah dalam skala industri besar maupun
skala industri kecil akan memberi pengaruh dan membawa perubahan terhadap
kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. dengan dibukanya lapangan
pekerjaan pada suatu industri yang besar sifatnya mengakibatkan terbentuknya
kesempatan baru, baik yang langsung diakibatkan oleh industri, misalnya
terbukanya kesempatan kerja baru, yang akan dipekerjakan sebagai karyawan di
unit usaha baru tersebut, dan akibat lain yang bersifat langsung misalnya,
kesempatan dalam usaha-usaha ekonomi bebas, usaha-usaha ekonomi bebas
adalah merupakan usaha yang langsung memenuhi kebutuhan industry (Singgih,
1991: 6).
Revolusi industri artinya adalah perubahan besar dan radikal terhadap cara
manusia memproduksi barang (Forbes, 2018). Revolusi industri pertama terjadi
di Inggris pada tahun 1784 di mana penemuan mesin uap dan mekanisasi mulai
menggantikan pekerjaan manusia. Revolusi industri memiliki peran dalam
mewujudkan pembangunan dan pengembangan sektor industri dan manufaktur
dunia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana revolusi industri mempengaruhi kegiatan perindustrian di
Indonesia?
2. Bagaimana keadaan industri di Indonesia dalam menghadapi revolusi
industri 4.0?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Dari pernyataan rumusan masalah di atas dapat di simpulkan beberapa tujuan
penulisan, diantaranya, yaitu:
1. Untuk mengetahui hubungan revolusi industri dengan kegiatan perindutrian
di indonesia.
2. Untuk mengetahui kondisi industri di indonesia dalam menghadapi revolusi
industri di era 4.0.
3. Untuk memenuhi tugas 1 matakuliah Geografi Industri.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Revolusi Industri 4.0
Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Terlepas dari mau
atau tidak, bahkan siap atau tidak, perkembangan teknologi yang serba canggih
telah mengantarkan masyarakat dunia pada titik ini. Revolusi industri 4.0
sebenarnya bukan dimulai baru-baru ini, tetapi telah berjalan sejak 2011. Hampir
seluruh negara di dunia ini menyambutnya dengan gegap gempita, tetapi ada pula
yang hanya dengan persiapan seadanya. Revolusi industri 4.0 merupakan
perubahan fundamental di bidang industri yang telah memasuki era baru.
Gelombang keempat dari perjalanan dan perkembangan revolusi industri. Sebab
itulah disebut dengan Revolusi Industri 4.0.
Revolusi Industri 4.0 secara sederhana dapat dipahami sebagai
perkembangan teknologi pabrik yang mengarah pada otomasi dan pertukaran data
terkini secara mudah dan cepat yang mencakup sistem siber-fisik, internet untuk
segala (internet of things), komputasi awan (cloud computing), dan komputasi
kognitif. Otomasi sendiri merupakan sebuah teknik penggunaan mesin yang
disertai dengan teknologi dan sistem kontrol guna mengoptimalkan produksi dan
pengiriman barang serta jasa. Dalam teknik ini, peran tenaga kerja manusia tak
lagi mendominasi, karena kerja mesin-mesin robotik mampu bekerja lebih cepat
dengan hasil yang lebih baik dalam kuantitas maupun kualitas.
Pada revolusi industri 4.0 akan banyak bermunculan pabrik cerdas
berstruktur modular dengan sistem siber-fisik yang mengawasi proses produksi
fisik, menciptakan salinan dunia fisik secara virtual, dan membuat atau
mengambil keputusan yang tidak tersentralisasi. Teknologi internet untuk
segala (internet of things) memungkinkan siber-fisik saling berkomunikasi dan
bekerja sama dengan manusia secara sinergis. Sementara komputasi awan (cloud
computing) memungkinkan layanan internal dan lintas organisasi atau perusahaan
tersedia dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak dalam rantai nilai.

2.2 Sejarah Transformasi Revolusi Industri


Revolusi industri 4.0 pertama kali dicetuskan oleh Jerman melalui proyek
strategis teknologi canggih yang memprioritaskan komputerisasi pada seluruh
pabrik di negara tersebut. Seolah ingin memantapkan, revolusi industri 4.0
dibahas kembali pada tahun 2011 dalam acara Hannover Fair, Jerman. Seolah
menjadi isu strategis, revolusi industri 4.0 dijadikan sebagai tema utama pada
pertemuan ekonomi internasional World Economic Forum (WEF) di Davos,
Swiss pada tahun 2016. Transformasi di bidang industri ini mendapat sambutan
positif terutama dari negara-negara yang memang memiliki kesiapan untuk

3
mengadopsinya, seperti Jerman, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Cina, Korea,
India, dan juga Vietnam.
Secara historis, revolusi industri gelombang pertama terjadi sejak abad ke-
17 dan berkembang hingga memasuki gelombang keempat pada abad ini:
a. Revolusi industri pertama
Berdasarkan catatan sejarah yang ada, revolusi industri pertama
terjadi pada kisaran tahun 1750-1830. Pada gelombang pertama ini,
revolusi industri ditandai dengan adanya penemuan mesin uap dan
kereta api. Mesin uap digunakan untuk menggantikan tenaga manusia
dan hewan dalam proses produksi.
b. Revolusi industri kedua
Revolusi industri kedua terjadi pada rentang tahun 1870-1900 yang
ditandai dengan adanya penemuan listrik, alat komunikasi, minyak, dan
bahan-bahan kimia. Berbagai penemuan tersebut mendukung
pelaksanaan konsep produksi massal.
c. Revolusi industri ketiga
Revolusi industri gelombang ketiga terjadi mulai tahun 1960
hingga saat ini yang ditandai dengan adanya penemuan komputer,
telepon genggam atau ponsel, dan internet. Penemuan-penemuan
tersebut tentu saja bermanfaat untuk melakukan otomasi proses
produksi dalam kegiatan produksi.
d. Revolusi industri keempat
Dikenal dengan istilah revolusi industri 4.0 di mana era baru ini
ditandai dengan berintegrasinya beberapa teknologi sekaligus yaitu
biologi, fisika, dan digital. Perpaduan teknologi ini memungkinkan
pelaksanaan proses produksi menjadi lebih mudah dan cepat serta
produktif.

2.3 Ciri-ciri Revolusi Industri


Meski bertopang pada revolusi industri ketiga, namun revolusi industri 4.0
bukanlah perpanjangan atau kelanjutan dari revolusi industri gelombang ketiga
yang dikenal dengan revolusi digital. Revolusi industri 4.0 memiliki ciri tersendiri
yang membedakan dengan revolusi industri sebelumnya.
Di setiap era revolusi, industri membutuhkan waktu yang cukup panjang
untuk berkembang. Contohnya pada era revolusi gelombang ketiga di mana
komputer ditemukan yang awalnya berbasis analog berkembang menjadi digital.
Namun, perubahan akan perkembangan teknologi tersebut membutuhkan waktu
yang cukup lama. Di era revolusi industri 4.0 teknologi berkembang demikian
cepat sehingga memungkinkan terciptanya inovasi-inovasi baru yang
penyebarannya jauh lebih cepat dibandingkan dengan era sebelumnya. Bahkan

4
kecepatan terobosan baru di era ini terjadi dalam skala eksponensial, bukan lagi
linear.
Teknologi yang berkembang pesat menciptakan platform yang mampu
mengintegrasikan beberapa bidang ilmu sehingga memungkinkan proses produksi
berjalan lebih efektif dan efisien dengan biaya produksi yang lebih rendah dan
produktivitas lebih tinggi. Tak hanya itu, transformasi industri juga berpengaruh
positif pada seluruh sistem produksi, manajemen, dan tata kelola organisasi atau
perusahaan.
Revolusi industri 4.0 terjadi secara global sehingga berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan industri di hampir seluruh negara di dunia.

2.4 Keunggulan dan Kelemahan Revolusi Industri 4.0


Revolusi industri 4.0 digadang-gadang mampu memberikan manfaat pada
peningkatan produktivitas di berbagai industri seperti petrokimia, otomotif,
semen, makanan dan minuman, dan yang lainnya. Tak heran jika gelombang
revolusi industri 4.0 ini dinilai lebih unggul dibanding sebelumnya. Beberapa
keunggulannya antara lain sebagai berikut:
a. Mampu meningkatkan kualitas hidup
Seiring dengan peningkatan produktivitas, revolusi industri 4.0
mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dunia. Peningkatan
produktivitas dapat menaikkan rata-rata pendapatan per kapita di
dunia. Artinya, tingkat kesejahteraan masyarakat juga akan mengalami
kenaikan sehingga kemampuan masyarakat untuk mengakses
kesehatan akan semakin baik. Secara lebih lanjut, hal ini akan
berpengaruh pada meningkatnya usia harapan hidup.
b. Teknologi dalam genggaman
Revolusi industri 4.0 yang mencakup internet untuk segala saat ini
telah terwujud dalam sebuah ponsel pintar (smartphone).
Sebuah smartphone dapat dipasangi dengan berbagai aplikasi yang
memungkinkan pengguna untuk mengelola investasi, mengatur
keuangan, mengakses multimedia, memesan taksi, ojek, bahkan
makanan, membeli tiket pesawat, mengatur perjalanan, main game,
dan lain sebagainya. Semua itu bisa dilakukan dengan mudah dan
cepat melalui satu perangkat teknologi saja, sebab seluruh data untuk
mengakses berbagai hal tersebut telah tersimpan di awan (cloud
computing). Kini ponsel tak hanya sekadar berfungsi sebagai
perangkat komunikasi dan mengirim pesan singkat saja, tetapi sudah
mencakup berbagai kebutuhan. Tak heran jika kecanggihan dan
kemudahan teknologi seolah berada dalam genggaman.

5
Meski dianggap mampu memberikan manfaat besar bagi peradaban
manusia, namun revolusi industri 4.0 tetap saja memiliki celah yang menjadi
kelemahannya. Berikut beberapa kelemahan atau sisi negatif dari revolusi industri
gelombang keempat ini:
a. Mempersempit lapangan kerja
Revolusi industri 4.0 mengintegrasikan teknik otomasi, komputer,
dan jaringan internet untuk meningkatkan produktivitas di bidang
industri. Artinya, proses produksi dalam industri lebih banyak
dijalankan oleh mesin-mesin atau robot yang dinilai lebih produktif
dan murah. Contohnya saja dalam industri makanan di Jepang, banyak
pengusaha yang menggunakan robot untuk memproduksi sushi dengan
berbagai topping. Tak hanya itu, bahkan banyak restoran yang
menggunakan robot untuk melayani para pelanggannya. Dengan
demikian, tenaga kerja manusia harus bersaing dengan robot, sehingga
lapangan kerja untuk tenaga kerja manusia semakin sempit.
a. Hilangnya privasi
Penyebaran data pribadi dalam bentuk digital yang semakin mudah
menyebabkan hilangnya privasi. Pengguna aplikasi smartphone tak
lagi memiliki tempat yang aman untuk menyimpan data pribadinya.
Terlepas dari sisi positif maupun negatifnya, gelombang revolusi
industri 4.0 telah terjadi di tengah-tengah masyarakat dunia, sehingga
tak mungkin untuk menunda, menolak, atau bahkan menghindarinya.
Sebab itu, meningkatkan kualitas diri menjadi penting agar tidak gagap
dalam menghadapi revolusi industri 4.0.

6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Perkembangan Industri di Indonesia
Pada tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir semua industri
dimiliki oleh orang asing meskipun jumlahnya relatif sedikit. Industri yang ada
pada masa itu hanya berupa rumah tangga seperti penggilingan padi, tekstil dan
sebagiannya tidak terkoordinasi. Angkatan kerja terpusat di sector pertanian dan
perkebunan untuk memenuhi kebutuhan ekspor kolonial. Terdapat Dua unit
purusahaan besar modern yang di miliki orang asing yaitu: pemilik Pabrik rokok
bernama British American Tobacco dan perakitan kendaraan bermotor General
Car Assembly. Depresiasi yang melanda sekitar tahun 1930-an telah meruntuhkan
perekonomian. Penerimaan ekspor turun hingga mengakibatkan banyaknya
pengangguran. Situasi tersebut memaksa pemerintah kolonial mengubah sistem
dan pola kebijaksanaan ekonomi yang sebelumnya menitik beratkan pada sektor
perkebunan beralih ke sektor industri dengan memberikan kemudahan dalam
pemberian izin dan fasilitas bagi pendirian industri baru. Sejarah ini kemudian
menjadi cikal-bakal berkembangnya sektor indutri di Indonesia hingga kini
(Dumairy, 1997).
Proses industrialisasi di Indonesia sejak tahun 1985 terkesan cepat akan
tetapi pada tahun 1993 laju pertumbuhan output di sektor industri manufkatur
mulai turun sebelum krisis ekonomi. Selanjutnya, pada masa krisis ekonomi yang
melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah membuat proses industrialiasasi
mengalami pertumbuhan yang negatif sekitar 12 persen (Dumairy, 1997). Hal ini
di sebabkan oleh tingkat ketergantungan yang sangat tinggi terhadap impor barang
modal, bahan baku, dan jasa utang luar negeri. Sementara itu nilai tukar rupiah
mengalami depresiasi yang besar terhadap nilai dolar AS dan banyak perusahaan
manufaktur di dalam negeri terpaksa harus mengurangi volume produksinya.
3.2 Kondisi Industri Indonesia
Secara kumulatif pada tiga triwulan pertama tahun 2019 pertumbuhan
Industri Pengolahan total (migas dan nonmigas) tercatat sebesar 3,85%, lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sebesar 4,28% pada periode yang
sama tahun 2018. Sementara itu pertumbuhan Industri Batubara dan Pengilangan
Migas yang tercatat sebesar minus 1,73% pada tiga triwulan pertama tahun 2019,
lebih buruk dibandingkan dengan pertumbuhan minus 0,07% pada periode yang
sama tahun 2018. Pada triwulan III 2019 pertumbuhan industri nonmigas tercatat
mencapai sebesar 4,68%. Seperti halnya pada Industri Pengolahan secara total
(migas dan nonmigas), tingkat pertumbuhan industri nonmigas pada triwulan III
2019 tersebut juga lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan II 2019 yang

7
sebesar 3,98%, namun lebih rendah dari pertumbuhan triwulan III 2018 yang
tercatat sebesar 5,02%. Sehingga secara kumulatif selama tiga triwulan pertama
tahun 2019 (Triwulan I s/d Triwulan III 2019) pertumbuhan industri nonmigas
yang mencapai sebesar 4,48%, juga lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan sebesar 4,79% pada periode yang sama tahun 2018. Seperti halnya
pada triwulan-triwulan sebelumnya (kecuali triwulan I dan triwulan II tahun
2016), pada triwulan III 2019 pertumbuhan industri nonmigas kembali lebih
tinggi dari pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur secara keseluruhan (migas
dan nonmigas), yang sebesar 4,15%. Hal ini disebabkan karena kembali
terjadinya kontraksi pertumbuhan pada industri batubara dan pengilangan migas
pada triwulan III 2019, yaitu sebesar 0,74%, dimana pada triwulan I dan triwulan
II 2019 industri ini masing-masing juga mengalami kontraksi sebesar 4,19% dan
0,25% (Kemenperin, 2019).
Berikut merupakan industri dengan pertumbuhan yang relatif lebih tinggi
pada triwulan III:
1. Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman
2. Industri Minuman
3. Industri Pakaian Jadi
Sementara, berikut merupakan Industri yang mengalami penurunan pada
triwulan III 2019:
1. Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer
2. Industri Mesin dan Perlengkapan
3. Industri Barang Galian bukan Logam (Kemenperin, 2019)
3.3 Pemanfaatan Teknologi dalam Industri di Era 4.0
Secara umum pelaksanaan IR 4.0 tidak terlepas dari pengelolaan data dan
analisis sebagai inti teknologi. Pengelolaan data dan analisis tersebut meliputi
digitalisasi dan integrasi rantai pasok secara horizontal dan vertikal. Komponen
teknologi yang digunakan adalah IoT platform, Cloud Computing, dan Mobile
Devices sebagai digitalisasi produk dan layanan. Komponen teknologi yang
digunakan Augmented reality, multilevel costumer interraction and costumer
profilling, big data analytics and advanced algorithm, dan smart sensor sebagai
pelaksanaan bisnis secara digital dan layanan konsumer yang berkemajuan.
Teknologi yang digunakan diantaranya 3D Printing, Location Detection
Technology, Advanced Human-Machine interfaces, dan authentification and
fraud detection. Terdapat 5 teknologi mendasar sebagai fundamental penguasaan
teknologi terhadap daya saing suatu negara, industry manufaktur dan value chain
proses produksi. Kearney dalam Roadmap Implementasi Industry 4.0 di Indonesia
(2017) menyebutkan kelima teknologi tersebut adalah:

8
1. Artificial Intelligence (AI),
2. Internet of Things (IoT),
3. Wearables Technology (Augmented Reality – AR and Virtual Reality
– VR),
4. Advanced Robotics,
5. 3D printing.
Kelima teknologi Industri 4.0 ini mencakup keseluruhan arus logik
(logical layer), arus konektivitas (connectivity layer) dan arus fisik (physical
layer) (Suharman dan Murti, 2019).
Pada era ini penggunaan kecerdasan buatan mulai digunakan dan
diterapkan dalam proses bisnis, misalnya mulai dikenal teknologi robotic process
automation yang merupakan mesin untuk menggantikan tugastugas proses
pelaporan, akuntansi, dan lainlain di lingkungan industri. Seiring dengan
meningkatnya kekuatan komputasi dan semakin tidak terbatasnya kemampuan
untuk menyimpan informasi melalui big data, pelaku industri semakin yakin
bahwa era paska 2017, kecerdasan buatan akan semakin besar peranannya di
berbagai industri, dan semakin mampu untuk terlibat dalam berbagai keputusan
operasional dan strategis. Kecerdasan buatan mampu mempercepat pengambilan
keputusan, menjamin transparansi pada setiap komponen value chain yang ada
(pertukaran data dan analisa dapat dilakukan secara real time), melihat pola-pola
yang ada berdasarkan data yang sangat besar, dan pengambilan keputusan pada
saat yang tepat (Kearney, 2017).
3.4 Langkah Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0
Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, Kementerian Perindustrian
menyusun inisiatif “Making Indonesia 4.0” untuk mengimplementasikan strategi
dan Peta Jalan (Roadmap) 4IR di Indonesia. Peta Jalan ini melibatkan berbagai
pemangku kepentingan, mulai dari institusi pemerintah, asosiasi industri, pelaku
usaha, penyedia teknologi, maupun lembaga riset dan Pendidikan (Suharman dan
Murti, 2019). Peta Jalan Making Indonesia 4.0 memberikan arah dan strategi yang
jelas bagi pergerakan industri Indonesia di masa yang akan datang, termasuk di
lima sektor yang menjadi fokus, yakni makanan dan minuman (mamin), tekstil,
otomotif, elektronik, dan kimia. Kelima industri ini merupakan tulang punggung
perekonomian yang diharapkan akan mampu memberikan efek ungkit yang besar,
meningkatkan daya saing, serta memberikan kontribusi nyata terhadap ekonomi
Indonesia (Satya, 2018).
Indonesia akan mendorong 10 prioritas nasional, yang bersifat lintas
sektoral untuk mempercepat perkembangan industri manufaktur di Indonesia,
dalam inisiatif “Making Indonesia 4.0”, dalam menghadapi industri di era 4.0 dari

9
penerapan tersebut diyakini dapat mempercepat pengembangan indutri
manufaktur nasional agar lebih berdaya saing global.
1. Perbaikan alur aliran barang dan material
Indonesia bergantung pada impor bahan baku maupun komponen
bernilai tinggi, khususnya di sektor kimia, logam dasar, otomotif, dan
elektronik. Indonesia akan memperkuat produksi lokal pada sektor
hulu dan menengah melalui peningkatan kapasitas produksi dan
percepatan adopsi teknologi. Indonesia akan mengembangkan
rancangan jangka panjang untuk perbaikan alur aliran barang dan
material secara nasional dan menyusun strategi sumber material.
2. Desain ulang zona industri
Indonesia telah membangun beberapa zona industri di penjuru
negeri. Indonesia akan mengoptimalkan kebijakan zona-zona industri
ini termasuk menyelaraskan peta jalan sektor sektor yang menjadi
fokus dalam Making Indonesia 4.0 secara geografis, serta peta jalan
untuk transportasi dan infrastruktur. Untuk mengoptimalkan
penggunaan lahan, Indonesia akan mengevaluasi zona-zona industri
yang ada dan akan membangun satu peta jalan zona industri yang
komprehensif dan lintas industri.
3. Mengakomodasi standar-standar keberlanjutan (sustainability)
Komunitas global telah menyuarakan kekhawatiran terkait
keberlanjutan di berbagai sektor. Indonesia melihat tantangan
keberlanjutan sebagai peluang untuk membangun kemampuan
keberlanjutan berbasis teknologi bersih, EV, biokimia, dan energi
terbarukan. Oleh karenanya, Indonesia akan berusaha memenuhi
persyaratan keberlanjutan di masa mendatang, mengidentifikasi
aplikasi teknologi dan peluang pertumbuhan ramah lingkungan, serta
mempromosikan lingkungan yang kondusif (termasuk peraturan,
pajak dan subsidi) untuk investasi yang ramah lingkungan.
4. Memberdayakan UMKM
Hampir 70 persen tenaga kerja Indonesia bekerja untuk usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pemerintah Indonesia
berkomitmen untuk mendukung pelaku usaha UMKM dengan
membangun platform e-commerce untuk UMKM, petani dan
pengrajin, membangun sentra sentra teknologi (technology bank)
dalam rangka meningkatkan akses UMKM terhadap akuisisi
teknologi, dan memberikan dukungan mentoring untuk mendorong
inovasi.

10
5. Membangun infrastruktur digital nasional
Untuk mendukung Peta Jalan Making Indonesia 4.0, Indonesia
akan melakukan percepatan pembangunan infrastruktur digital,
termasuk internet dengan kecepatan tinggi dan digital capabilities
dengan kerjasama pemerintah, publik dan swasta untuk dapat
berinvestasi di teknologi digital seperti cloud, data center, security
management dan infrastruktur broadband. Indonesia juga akan
menyelaraskan standar digital, sesuai dengan norma-norma global,
untuk mendorong kolaborasi antar pelaku industri sehingga dapat
mempercepat transformasi digital.
6. Menarik minat investasi asing
Indonesia perlu melibatkan lebih banyak pelaku industri
manufaktur terkemuka untuk menutup kesenjangan teknologi dan
mendorong transfer teknologi ke perusahaan lokal. Untuk
meningkatkan FDI, Indonesia akan secara aktif melibatkan perusahaan
manufaktur global, memilih 100 perusahaan manufaktur teratas dunia
sebagai kandidat utama dan menawarkan insentif yang menarik, dan
berdialog dengan pemerintah asing untuk kolaborasi tingkat nasional.
7. Peningkatan kualitas SDM
SDM adalah hal yang penting untuk mencapai kesuksesan
pelaksanaan Making Indonesia 4.0. Indonesia berencana untuk
merombak kurikulum pendidikan dengan lebih menekankan pada
STEAM (Science, Technology, Engineering, the Arts, dan
Mathematics), menyelaraskan kurikulum pendidikan nasional dengan
kebutuhan industri di masa mendatang. Indonesia akan bekerja sama
dengan pelaku industri dan pemerintah asing untuk meningkatkan
kualitas sekolah kejuruan, sekaligus memperbaiki program mobilitas
tenaga kerja global untuk memanfaatkan ketersediaan SDM dalam
mempercepat transfer kemampuan.
8. Pembangunan ekosistem inovasi
Ekosistem inovasi adalah hal yang penting untuk memastikan
keberhasilan Making Indonesia 4.0. Pemerintah Indonesia akan
mengembangkan cetak biru pusat inovasi nasional, mempersiapkan
percontohan pusat inovasi dan mengoptimalkan regulasi terkait,
termasuk diantaranya yaitu perlindungan hak atas kekayaan intelektual
dan insentif fiskal untuk mempercepat kolaborasi lintas sektor diantara
pelaku usaha swasta/BUMN dengan universitas.
9. Insentif untuk investasi teknologi
Insentif memiliki potensi untuk menggerakkan inovasi dan adopsi
teknologi. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia akan mendesain

11
ulang rencana insentif adopsi teknologi, seperti subsidi, potongan
pajak perusahaan, dan pengecualian bea pajak impor bagi perusahaan
yang berkomitmen untuk menerapkan teknologi 4IR. Selain itu,
Indonesia akan meluncurkan dana investasi negara untuk dukungan
pendanaan tambahan bagi kegiatan investasi dan inovasi di bidang
teknologi canggih.
10. Harmonisasi aturan dan kebijakan
Indonesia berkomitmen melakukan harmonisasi aturan dan
kebijakan untuk mendukung daya saing industri dan memastikan
kordinasi pembuat kebijakan yang erat antara kementerian dan
lembaga terkait dengan pemerintah daerah.

12
BAB IV
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
Revolusi industri mulai di terapkan oleh Negara jerman pada tahun 2011
melalui proyek strategis teknologi canggih yang memprioritaskan komputerisasi
pada seluruh pabrik di Negara tersebut. Pada saat Revolusi Industri 4.0 di terapkan
banyak pabrik-pabrik cerdas berstruktur modular dengan sistem fisber-fisik yang
mengawasi proses produksi fisik, menciptakan salinan dunia fisik secara virtual,
membuat dan mengambil keputusan yang tidak tersentralisasi. Transformasi ini
mendapatkan sambutan positif dari 9 negara yang memiliki kesiapan untuk
menerpakan Revolusi Industri 4.0 seperti Jerman, Amerika Serikat, Inggris,
Jepang, Cina, Korea, India dan Juga Vietnam. Pertumbuhan dan perkembangan
Revolusi industri 4.0 terjadi secara global bahkan industri-industri tersebut
berkembang pesat hampir di seluruh Negara di dunia.
Di Negara Indonesia sendiri baru menerapkan Revolusi Industri 4.0
triwulan pertama pada tahun 2018-2019 pertumbuhan industri pengolahan total
(Migas dan nonmigas). Selain itu ada 3 industri dengan pertumbuhan yang relatif
lebih tinggi pada triwulan lll yakni industri percetakan dan Reproduksi Media
Rekaman, Industri Minuman, dan industri Pakaian Jadi. Dalam menghadapi
Revolusi Industri 4.0 kementrian perindustrian menyusun inisiatif “making
Indonesia 4.0” untuk mengimplementasikan strategi dan peta jalan (Roadmap)
4IR di Indonesia. Indonesia pun akan mendorong 10 prioritas nasional, yang
bersifat lintas sektoral untuk mempercepat perkembangan industri manufaktur di
Indonesia, dalam inisatif “Making Indonesia 4.0”, dalam menghadapi industri era
4.0.
4.2 Saran
Indonesia harus lebih cermat dalam mengembangkan Revolusi Industri
4.0 agar Negara Indonesia tidak tertinggal dan lebih mengikuti perkembangan
zaman. Dan generasi sekarang dan generasi yang akan datang supaya lebih
memperdalam ilmu teknologi agar Negara Indonesia tidak tertinggal oleh Negara
lain.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Alif. (2016). Pengertian industri Menurut UU No. 3 tahun 2014


http://alifabdul102023.blogspot.com/2016/03/undang-undang-no3-
tahun2014.html (Diakses pada tanggal 20/03/2020).
Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hartarto, Airlangga. Fourth Industrial Revolution (4IR). Making Indonesia 4.0. Jakarta:
Kementrian Perindustrian. Diakses melalui:
https://www.kemenperin.go.id/download/18384 (diunduh pada Tanggal
20/03/2020).
Kearney. (2017). Roadmap Implementasi Industry 4.0 di Indonesia ed. Jakarta:
Kementerian Perindustrian.
Kemenperin (2019). Analisis Perkembangan Industri Edisi I - 2019. Jakarta: Kementrian
Perindustrian.
Nawawi, Imam. (2013). Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi dan Budaya. Jurnal Sosietas: Universitas Pendidikan Indonesia Vol. 5,
No. 2.
SimulasiKredit.com. (2013). Apa Itu Revolusi Industri 4.0. Diunduh dari:
https://www.simulasikredit.com/apa-itu-revolusi-industri-4-0/ (Jumat, 20 Maret
2020 jam 13.26).
Suharman, dan Hari Wisnu Murti. (2019). Kajian Industri 4.0 Untuk Penerapannya Di
Indonesia. Jurnal Manajemen Industri dan Logistik Vol. 3, No.1 (h. 01-13). Diakses
melalui: https://jurnal.poltekapp.ac.id/index.php/JMIL
Welianto, Ari. (2019). Pengertian Industri 4.0. Kompas.com. Diunduh dari:
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/16/160000169/pengertian-industri-
4.0-dan-penerapannya-di-indonesia?page=all (Jumat, 20 Maret 2020 jam 13.45).

14

Anda mungkin juga menyukai