Cara terpenting untuk memahami apa itu filsafat tidak lain adalah dengan
berfilsafat. Berfilsafat adalah menyelidiki suatu permasalahan dengan menerapkan
argument-argumen yang filosofis ( memiliki sifat kritis, evaluative, rasional,
mendasar, menyeluruh ). Berfilsafat berarti mempertanyakan dasar dan usul serta
asal dari segala- galanya, mencari orientasi dasar bagi kehidupan manusia.
Eksistensi filsafat dewasa ini, sejatinya diyakini sebagai induk berbagai ilmu
pengetahuan yang sekarang tumbuh maju serta berkembang pesat. Namun sayang,
kini filsafat seolah berada di ujung jalan. Ia kian renta dan mandul oleh sebab
kedewasaan serta kemandirian ilmu-ilmu pengetahuan yang dilahirkannya kini
mengerjai hampir segala lini kehidupan manusia.
Dalam rangka berfilsafat itu, ada empat sikap yang diperlukan, yaitu :
Akal sebagai alat permir dari diri manusia sekaligus pembeda dari semua
makhluk yang ada, selalu mengajak manusia untuk melakukan proses pencari
jawaban terhadap apa yang dipertanyakannya. Maka dari itu, siapapun kita , pada
kenyataannya mengalami sebuah proses berfilsafat. Dengan demikian,
pertanyaanya bukan lagi “ Haruskah kita mengkaji permasalahan filsafat “,
melainkan “ Bagaimana caranya mengkaji permasalahan filsafat “.
Kita kadang mungkin sadar bahwa diri kita sudah ada di dalam filsafat dan
terlibat dalam persoalan-persoalannya, tidak hanya berdiri di luar dan menunggu
sampai diyakini bahwa kita harus berfilsafat di dalamnya. Boleh dikatakan bahwa
kodrat berfilsafat telah ada dalam diri manusia, karna lingkungan dan bahkan kita
sendiri sesungguhnya telah menyimpan permasalahan-permasalahan filsafat.
Kita dapati disini sebagian dari kebenaran pernyataan bahwa “ Semua orang
memahami filsuf “. Namun harus dicatat juga bahwa sedikit sekali orang yang
berfikir berfilsafat secara sistematis. Para filsuf seringkali menulis dalam bahasa
khusus menurut spesialisasi bidangnya dalam mempertahankan atau mengkritik
suatu teori. Tidak jarang, teori-teori yang disoroti merupakan reaksi atas masalah-
masalah yang lain lagi.
Sementara, tidak semua bentuk berfikir dalam filsafat harus terus menerus
dijamin oleh kesungguhan dan kejujuran dalam menempuh tahap-tahap pikiran
menuju kebenaran. Sedangkan kesaksian terhadap kesungguhan dan kejujuran ini
tidak bisa diterapkan oleh orang lain kecuali oleh nurani filsuf yang bersangkutan.
Daya tarik filsafat seringkali membuat kita lebih peka terhadap hal-hal yang tidak
pernah terpikirkan sebelumnya.
Ada sebuah jawaban yang juga praktis untuk pertanyaan itu. Keterlibatan
kita secara kritis dalam filsafat dapat mengubah keyakinan-keyakinan dasar kita,
termasuk system nilai yang kita miliki dan bagaimana kita memandang damai
secara umum. Penelaah filsafat yang efektif, sekali lagi, bersifat luas, mendalam
dan kritis. Relevasisi kritis dari penelaahan semacam itu tidak dapat dipungkiri.
Setelah itu kita dapat mengetahui atau lebih mengenal dengan baik akan apa
itu berfilsafat apabila kita tahu betul fungsi berfilsafat itu sendiri. Pada umumnya
dapat dikatakan bahwa studi filsafat semakin menjadikan orang-orang mampu
untuk menangani pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak
dalam wewenang metodis ilmu-ilmu spesial. Jadi filsafat membantu dalam/untuk
memahami pertanyaan-pertanyaan tersebut akan asasi manusia tentang makna
realitas (filsafat teoretis) dan lingkup tanggung jawab (filsafat praktis).
Kemampuan itu dipelajari dari dua jalur, secara sistematis dan juga secara
historis. Pertama, secara sistematis, artinya filsafat menawarkan metode-metode
muktahir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakekat
kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab
dan keadilan, dan sebaginya. Oleh karna itu orang yang berfilsafat adalah orang
yang berfikir sambil bertanggung jawab.
Selain dari fungsi, kita dapat mengenal lebih tentang berfilsafat dari manfaat
yang didapat dalam kehidupan kita, antara lain :
1. Bangsa Indonesia berada di tengah-tengah dinamika proses modernisasi
yang meliputi semakin banyaknya bidang dan hanya untuk sebagiannya
dapat dikemudikan melalui kebijakan pembangunan, menghadapi tantangan
modernisasi dengan perubahan pandangan hidup, nilai-nilai dan norma-
norma itu, filsafat membantu mengambil sikap yang sekaligus terbuka dan
kritis.
2. Filsafat merupakan sasaran baik untuk menggali kembali kekayaan
kebudayaan, tradisi-tradisi dan filsafat Indonesia untuk
mengaktualisasikannya bagi Indonesia modern yang sedang kita bangun,
agar kebudayaan dan tradisi tersebut tidak punah dan tetap lestari.
3. Filsafat yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya
secara museal dan herbalistik, melainkan secara evaluatif, kritis dan refleksi,
sehingga kekayaan rohani bangsa dapat menjadi modal dalam pembentuksn
terus menerus identitas modern bangsa Indonesia.
4. Sebagai kritik ideologi, filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi
dan membuka kedok-kedok ideologis berbagai bentuk ketidakadilan sosial
dan pelanggaran-pelanggaran terhadap martabat dan hak-hak asasi manusia
yang masih terjadi. Jadi flsafat membuat kesanggupan melihat secara
terbuka masalah-masalah sosial serta peraturan kekuasaan yang sedang
berlangsung.
5. Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpatisipasi secara kritis dalam
kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan khususnya dalam
kehidupan intelektual universitas-universitas dan lingkungan akademis.
Filsafat dapat berfungsi sebagai interdisipliner sistem, tempat bertemunya
berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Di universitas-universitas, fakultas
filsafat sering disebut “Fakultas Sentral” atau “Inter-fakultas, karena semua
falkultas lain, yang selalu menyelidiki salah satu segi dari kenyataan,
menjumpai pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan refleksi yang tidak
lagi termasuk bidang khusus mereka. Misalnya, pertanyaan tentang batas-
batas pengetahuan hidup kita, tentang asal bahasa, tentang hakikat hidup,
tentang hubungan badan dan jiwa, tentang hakikat materi, tentang dasar
moral.
6. Salah satu fungsi penting filsafat adalah bahwa ia menyediakan alasan dan
sarana sekaligus bagi diadakannya dialog antara agama-agama yang ada di
Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antar
agama dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur.
1. Rasionalisme
- Kelebihan : Mampu menyusun sistem-sistem filsafat yang berasal dari
manusia.
- Kekurangan : Doktrin filsafat cenderung mementingkan subjek dari pada
objek sehingga rasionalisme hanya berikir yang keluar dari akal budinya
saja yang benar tanpa memerhatikan objek-objek rasional secara peka.
2. Empirisme
- Kelebihan : Pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan yang
benar karna paham empiris mengedepankan fakta-fakta yang terjadi di
lapangan.
- Kekurangan : indra terbatas, indra menipu, objek yang menipu, indra dan
objek sekaligus.
3. Positivisme
- Kelebihan : Mampu mendorong lajunya kemajuan di sturktur fisik dan
teknologi.
- Kekurangan : Manusia akan kehilangan makna, seni atau kehindahan,
sehingga manusia tidak dapat merasa bahagia dan kesenangan itu tidak
ada. Karna dalam positivisme semua hal itu dinaifkan.
4. Pragmatisme
- Kelebihan : Membawa kemajuan-kemajuan yang pesat bagi ilmu
pengetahuan maupun teknologi.
- Kekurangan : Filsafat pragmatisme adalah sesuatu yang nyata, praktis
dan langsung dapat dinikmati hasilnya oleh manusia, maka pragmatism
menciptakan pola pikir masyarakat yang matearistis.
5. Realisme
- Kelebihan : Tidak bergantung pada segala pengetahuan.
- Kekurangan : Menganggap bahwa realitas itu tidak sekedar apa yang
dilihat secara real, tapi realitas itu adalah pemikiran atau ide-ide.
6. Idealisme
- Kelebihan : Meningkatkan daya pemikiran dari segi menghasilkan ide
yang benar dan boleh dipakai.
- Kekurangan : Anggapan terhadap suatu nilai atau kebenaran yang kekal
sepanjang masa.
7. Materialisme
- Kelebihan : Anggapan materi itu berada diatas segala-galanya.
- Kekurangan : Memandang segala sesuatu bukan dari keseluruhannya,
tidak dari saling hubungannya, tetapi dipandang sebagai sesuatu yang
berdiri sendiri.
8. Vitalisme
- Kelebihan : Menyokong suatu kehidupan.
- Kekurangan : Tidak saling mengintervensi.
9. Eksistensialisme
- Kelebihan : Mengerti semua realitas, mengetahui pengetahuan tentang
manusia.
- Kekurangan : Menyangkal realitas.