Anda di halaman 1dari 10

Pendidikan Pancasila

Drs. Dearmawan M.Pd

Nama : Elsa Febri Damayanti


Kelas : 1C PGSD
No. Absen : 03
NIM : 1900827
Banyak orang memandang berfilsafat itu sebatas omong kosong. Mereka
berpikiran kalau filsafat tak ada fungsi serta peran dalam kehidupan kita. Itu
sebabnya banyak pendapat dengan paradigma ( cara pandang ) berfikir yang telah
keliru. Dikatakannya bahwa filsafat adalah hal yang serba rahasia, mistis dan aneh.
Bahkan, katanya filsafat bisa membuat seseorang yang mempelajarinya menjadi
murtad.

Cara terpenting untuk memahami apa itu filsafat tidak lain adalah dengan
berfilsafat. Berfilsafat adalah menyelidiki suatu permasalahan dengan menerapkan
argument-argumen yang filosofis ( memiliki sifat kritis, evaluative, rasional,
mendasar, menyeluruh ). Berfilsafat berarti mempertanyakan dasar dan usul serta
asal dari segala- galanya, mencari orientasi dasar bagi kehidupan manusia.

Eksistensi filsafat dewasa ini, sejatinya diyakini sebagai induk berbagai ilmu
pengetahuan yang sekarang tumbuh maju serta berkembang pesat. Namun sayang,
kini filsafat seolah berada di ujung jalan. Ia kian renta dan mandul oleh sebab
kedewasaan serta kemandirian ilmu-ilmu pengetahuan yang dilahirkannya kini
mengerjai hampir segala lini kehidupan manusia.

Dalam rangka berfilsafat itu, ada empat sikap yang diperlukan, yaitu :

1. Keberanian untuk menguji secara kritis hal yang kita yakini


2. Kesediaan untuk mengajukan hipotesis-hipotesis tentative dan memberikan
tanggapan awal terhadap suatu pertanyaan maupun pernyataan filsafat, tidak
peduli sekonyol apapun tampaknya tanggapan kita pada saat itu.
3. Tekad untuk menetapkan upaya mencari kebenaran diatas kepuasan karena
menang atau kekecewaan karna kalah dalam perdebatan.
4. Kemampuan untuk memisahkan kepribadian orang dari materi diskusi agar
tidak menyebabkan kekaburan dalam berfikir ataupun konflik pribadi
sehingga dapat menghambat proses diskusi filsafat.

Mengapa manusia harus berfilsafat ? Untuk apa manusia berfilsafat ?


Apakah ada atau hanya orang yang belajar filsafat saja yang bisa berfilsafat ?
Jawabannya adalah tidak ada manusia yang tidak berfilsafat. Karna pada suatu
saat, kita secara tidak langsung dan tidak sadar sudah bergelut dengan suatu
permasalahan filsafat yang dengan sendirinya menjadi bahan pemikiran kita.
Setiap orang pasti menyimpan asumsi-asumsi atau keyakinan-keyakinan
juga pemahaman-pemahaman lain dalam filsafat. Semua aspek yang dilakukan
manusia tidak bisa lepas dari aktivitas filsafat. Sesuai dengan makna kata filsafat
itu sendiri yang berarti filsafat adalah cinta kebijaksanaan. Ini artinya bahwa
menuju kebijaksanaan tersebut memiliki proses yang harus dipikirkan oleh
manusia untuk mencapainya.

Akal sebagai alat permir dari diri manusia sekaligus pembeda dari semua
makhluk yang ada, selalu mengajak manusia untuk melakukan proses pencari
jawaban terhadap apa yang dipertanyakannya. Maka dari itu, siapapun kita , pada
kenyataannya mengalami sebuah proses berfilsafat. Dengan demikian,
pertanyaanya bukan lagi “ Haruskah kita mengkaji permasalahan filsafat “,
melainkan “ Bagaimana caranya mengkaji permasalahan filsafat “.

Salah satu alasan mengapa seseorang berfilsafat adalah karena memang


dalam diri filsafat itu sendiri mengandung suatu tugas. Kita sudah mengetahui
bahwa filsafat itu didasari oleh suatu kebebasan berfikir. Teori filsafat yang
seringkali kompleks dan tak jarang rumus-rumusnya aneh-aneh itu, kiranya tidak
akan menarik minat sebelum seseorang tahu bagaimana teori-teori itu sebenarnya
menjawab permasalahan filsafat yang dihadapinya.

Di wilayah keseharian itu tersimpan masalah-masalah yang sangat mungkin


akan membawa seseorang masuk ke dalam suatu kajian filsafat secara umum.
Singkatnya dengan melakukan telaah filsafat, kita akan semakin mandiri secara
intelektual lebih toleran terhadap perbedaan sudut pandang dan semakin
membebaskan diri dari dogmatism ( berpegang pada sebuah kepercayaan tanpa
berfikir dan hanya ikut-ikutan saja ).

Kita kadang mungkin sadar bahwa diri kita sudah ada di dalam filsafat dan
terlibat dalam persoalan-persoalannya, tidak hanya berdiri di luar dan menunggu
sampai diyakini bahwa kita harus berfilsafat di dalamnya. Boleh dikatakan bahwa
kodrat berfilsafat telah ada dalam diri manusia, karna lingkungan dan bahkan kita
sendiri sesungguhnya telah menyimpan permasalahan-permasalahan filsafat.
Kita dapati disini sebagian dari kebenaran pernyataan bahwa “ Semua orang
memahami filsuf “. Namun harus dicatat juga bahwa sedikit sekali orang yang
berfikir berfilsafat secara sistematis. Para filsuf seringkali menulis dalam bahasa
khusus menurut spesialisasi bidangnya dalam mempertahankan atau mengkritik
suatu teori. Tidak jarang, teori-teori yang disoroti merupakan reaksi atas masalah-
masalah yang lain lagi.

Namun, tidak peduli sekompleks dan seberat apapun teori-teori tersebut


pada dasarnya adalah tanggapan terhadap masalah-masalah biasa seni, moralitas,
ilmu pengetahuan, agama, dan akal sehat. Di pinggiran-pinggiran wilayah
keseharian inilah para filsuf menemukan soal-soal yang tersembunyi mereka tidak
mengadakan masalah. Namun suatu kebebasan berfikir yang ditandai oleh hasrat
keakraban dengan kebenaran yang dikandung oleh penampilan realitas.

Sementara, tidak semua bentuk berfikir dalam filsafat harus terus menerus
dijamin oleh kesungguhan dan kejujuran dalam menempuh tahap-tahap pikiran
menuju kebenaran. Sedangkan kesaksian terhadap kesungguhan dan kejujuran ini
tidak bisa diterapkan oleh orang lain kecuali oleh nurani filsuf yang bersangkutan.
Daya tarik filsafat seringkali membuat kita lebih peka terhadap hal-hal yang tidak
pernah terpikirkan sebelumnya.

Dibawah ini, ditingkat akar rumput inilah, awal mula berkembangnya


persoalan besar filsafat. Ransangan untuk mulai berfilsafat seringkali muncul,
ketika orang berhadapan dengan sebuah pertanyaan yang dirasanya sebagai
kekeliruan. Misalnya, kita pasti akan terusik ketika mendengar pernyataan
sembrono semacam ini: “ Orang tidak harus bertanggung jawab atas perbuatannya
“. Mereka yang tidak menaruh minat pada teori-teori filsafat bila saja tertarik pada
satu dua permasalahan filsafat tertentu.

Tujuan utama pengantar filsafat biasanya adalah mengamati beberapa


contoh penting permasalahan filsafat. Meski demikian apa yang menjadi cara
pandang tersebut dalam memiliki filsafat bukanlah sesuatu yang diharamkan itu
malah justru dibangun pemahaman-pemahaman manusia yang lebih matang
kedepan serta membantu mereka menyadari paham-paham baru yang
meningkatkan keluasan berfikir manusia.
Sebagai manusia, sudah hal yang tak bisa dimungkiri lagi jika dituntut
berfikir kritis. Ini bertujuan guna memformulasikan pemahaman-pemahaman yang
telah ada dalam bingkai-bingkai berpikir mereka ( masing-masing manusia ) yang
berbeda. Bagi banyak orang, pertanyaan “ Untuk apa filsafat ? “ menyiratkan suatu
kepentingan praktis, yaitu “ Apa manfaat filsafat untuk ku, selain pengetahuan dan
demi pengetahuan itu sendiri ? “.

Ada sebuah jawaban yang juga praktis untuk pertanyaan itu. Keterlibatan
kita secara kritis dalam filsafat dapat mengubah keyakinan-keyakinan dasar kita,
termasuk system nilai yang kita miliki dan bagaimana kita memandang damai
secara umum. Penelaah filsafat yang efektif, sekali lagi, bersifat luas, mendalam
dan kritis. Relevasisi kritis dari penelaahan semacam itu tidak dapat dipungkiri.

Pada mulanya manusia takjub melihat benda-benda asing dialam


semestanya. Darinya muncul pertanyaan-pertanyaan, menghantui pikiran-pikiran
yang mencoba menjawab ketakjuban itu. Mencoba makin menjawab makin
muncul pula rasa ketidakpuasan akan jawaban-jawaban yang dilahirkannya.
Alhasil, manusia pun tampak terkurung dalam ruang-ruang pertanyaannya sendiri
tiada henti. Itulah hasrat setiap manusia yang tak akan pernah hilang.

Sebagaimana pernah dikatakan Jean Paul Sarte, manusia memang punya


hasrat untuk bertanya sebenar-benarnya. Jadi jangan heran ketika ada manusia
yang melulu bersikap ragu, skeptis. Apalagi terhadap sesuatu yang baginya belu,
mampu ia rasionalisasikan. Ini kemudian jadi sebab mengapa manusia senantiasa
dituntut untuk berfilsafat, berpikir secara filsafat. Karena dengan berfilsafat,
manusia akan mampu menjadi seseorang yang lebih manusiawi. Dalam arti,
mereka akan lebih mampu menggunakan rasio yang dimiliki sebagaimana manusia
adalah mahkluk yang berakal budi.

Sehingga dalam memutuskan sesuatu, tidak serta merta mereka akan


berpatokan lagi terhadap apa yang belum rill. Seperti pemahaman-pemahaman
yang telah ada, yang tidak menutup kemungkinan sudah tak bisa layak pakai dalam
suatu konteks. Dengan berfilsafat juga, manusia pun akan mampu berfikir secara
radikal. Radikal yang dimaksud adalah radikal yang universal, kritis/peka, dan
menjauhkan seseorang dari sifat-sifat akuisme dan akusentrisme.
Olehnya berfilsafat adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan
manusia. Itu harus bertujuan hanya guna mengoreksi ilmu pengetahuan sebanyak-
banyak mungkin dan kalau bisa itu akan hanya membimbingnya untuk
menerbitkan serta mengatur semua koreksi pengetahuannya dalam bentuk
sistematis. Ringkasnya, mengkaji permasalahan filsafat secara serius memberikan
manfaat pribadi dalam dua cara.

1. Pengkajian filsafat dapat membawa kepada perubahan keyakinan dan nilai-


nilai dasar seseorang yang pada gilirannya dapat mempengaruhi arah
kehidupan pribadi maupun profesinya.
2. Pengkajian filsafat dapat membuahkan kebebasan dari dogmatisme, toleransi
terhadap pandangan-pandangan yang berbeda serta kemandirian intelektual.

Namun, sudah disinggung diatas, tidak ada jaminan bahwa pengkajian


filsafat pasti akan menghasilkan buah-buah itu. Tentu ada hal-hal lain yang juga
dapat mengembangkan toleransi, kemandirian intelektual ataupun perubahan nilai
dan keyakinan dasar seseorang. Filsafat hanyalah alat atau salah satu alat alternatif
terbaik yang dapat membantu manusia dalam berpikir lebih terbuka dari sekian
cara yang ada.

Setelah itu kita dapat mengetahui atau lebih mengenal dengan baik akan apa
itu berfilsafat apabila kita tahu betul fungsi berfilsafat itu sendiri. Pada umumnya
dapat dikatakan bahwa studi filsafat semakin menjadikan orang-orang mampu
untuk menangani pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak
dalam wewenang metodis ilmu-ilmu spesial. Jadi filsafat membantu dalam/untuk
memahami pertanyaan-pertanyaan tersebut akan asasi manusia tentang makna
realitas (filsafat teoretis) dan lingkup tanggung jawab (filsafat praktis).

Kemampuan itu dipelajari dari dua jalur, secara sistematis dan juga secara
historis. Pertama, secara sistematis, artinya filsafat menawarkan metode-metode
muktahir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakekat
kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab
dan keadilan, dan sebaginya. Oleh karna itu orang yang berfilsafat adalah orang
yang berfikir sambil bertanggung jawab.

Selain dari fungsi, kita dapat mengenal lebih tentang berfilsafat dari manfaat
yang didapat dalam kehidupan kita, antara lain :
1. Bangsa Indonesia berada di tengah-tengah dinamika proses modernisasi
yang meliputi semakin banyaknya bidang dan hanya untuk sebagiannya
dapat dikemudikan melalui kebijakan pembangunan, menghadapi tantangan
modernisasi dengan perubahan pandangan hidup, nilai-nilai dan norma-
norma itu, filsafat membantu mengambil sikap yang sekaligus terbuka dan
kritis.
2. Filsafat merupakan sasaran baik untuk menggali kembali kekayaan
kebudayaan, tradisi-tradisi dan filsafat Indonesia untuk
mengaktualisasikannya bagi Indonesia modern yang sedang kita bangun,
agar kebudayaan dan tradisi tersebut tidak punah dan tetap lestari.
3. Filsafat yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya
secara museal dan herbalistik, melainkan secara evaluatif, kritis dan refleksi,
sehingga kekayaan rohani bangsa dapat menjadi modal dalam pembentuksn
terus menerus identitas modern bangsa Indonesia.
4. Sebagai kritik ideologi, filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi
dan membuka kedok-kedok ideologis berbagai bentuk ketidakadilan sosial
dan pelanggaran-pelanggaran terhadap martabat dan hak-hak asasi manusia
yang masih terjadi. Jadi flsafat membuat kesanggupan melihat secara
terbuka masalah-masalah sosial serta peraturan kekuasaan yang sedang
berlangsung.
5. Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpatisipasi secara kritis dalam
kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan khususnya dalam
kehidupan intelektual universitas-universitas dan lingkungan akademis.
Filsafat dapat berfungsi sebagai interdisipliner sistem, tempat bertemunya
berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Di universitas-universitas, fakultas
filsafat sering disebut “Fakultas Sentral” atau “Inter-fakultas, karena semua
falkultas lain, yang selalu menyelidiki salah satu segi dari kenyataan,
menjumpai pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan refleksi yang tidak
lagi termasuk bidang khusus mereka. Misalnya, pertanyaan tentang batas-
batas pengetahuan hidup kita, tentang asal bahasa, tentang hakikat hidup,
tentang hubungan badan dan jiwa, tentang hakikat materi, tentang dasar
moral.
6. Salah satu fungsi penting filsafat adalah bahwa ia menyediakan alasan dan
sarana sekaligus bagi diadakannya dialog antara agama-agama yang ada di
Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antar
agama dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur.

Terdapat juga kelebihan dan kekurangan aliran filsafat, antara lain :

1. Rasionalisme
- Kelebihan : Mampu menyusun sistem-sistem filsafat yang berasal dari
manusia.
- Kekurangan : Doktrin filsafat cenderung mementingkan subjek dari pada
objek sehingga rasionalisme hanya berikir yang keluar dari akal budinya
saja yang benar tanpa memerhatikan objek-objek rasional secara peka.
2. Empirisme
- Kelebihan : Pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan yang
benar karna paham empiris mengedepankan fakta-fakta yang terjadi di
lapangan.
- Kekurangan : indra terbatas, indra menipu, objek yang menipu, indra dan
objek sekaligus.
3. Positivisme
- Kelebihan : Mampu mendorong lajunya kemajuan di sturktur fisik dan
teknologi.
- Kekurangan : Manusia akan kehilangan makna, seni atau kehindahan,
sehingga manusia tidak dapat merasa bahagia dan kesenangan itu tidak
ada. Karna dalam positivisme semua hal itu dinaifkan.
4. Pragmatisme
- Kelebihan : Membawa kemajuan-kemajuan yang pesat bagi ilmu
pengetahuan maupun teknologi.
- Kekurangan : Filsafat pragmatisme adalah sesuatu yang nyata, praktis
dan langsung dapat dinikmati hasilnya oleh manusia, maka pragmatism
menciptakan pola pikir masyarakat yang matearistis.
5. Realisme
- Kelebihan : Tidak bergantung pada segala pengetahuan.
- Kekurangan : Menganggap bahwa realitas itu tidak sekedar apa yang
dilihat secara real, tapi realitas itu adalah pemikiran atau ide-ide.
6. Idealisme
- Kelebihan : Meningkatkan daya pemikiran dari segi menghasilkan ide
yang benar dan boleh dipakai.
- Kekurangan : Anggapan terhadap suatu nilai atau kebenaran yang kekal
sepanjang masa.
7. Materialisme
- Kelebihan : Anggapan materi itu berada diatas segala-galanya.
- Kekurangan : Memandang segala sesuatu bukan dari keseluruhannya,
tidak dari saling hubungannya, tetapi dipandang sebagai sesuatu yang
berdiri sendiri.
8. Vitalisme
- Kelebihan : Menyokong suatu kehidupan.
- Kekurangan : Tidak saling mengintervensi.
9. Eksistensialisme
- Kelebihan : Mengerti semua realitas, mengetahui pengetahuan tentang
manusia.
- Kekurangan : Menyangkal realitas.

Alasan kita harus berfilsafat : Pentingkah filsafat bagi manusia ? penting


atau tidak, pentingnya sebenarnya saat ini anda sudah berfilsafat dan memenuhi
kenapa filsafat itu ada, yaitu :

1. Keheranan : Rasa heran merupakan asal filsafat. Kita mengamati sesuatu


lalu terdorong untuk melakukan penyelidikan.

2. Keraguan : Sikap ragu-ragu sangat berguna untuk menemukan titik


pangkal yang tidak meragukan lagi. Titik pangkal ini berfungsi sebagai dasar untuk
semua pengetahuan lebih lanjut. Dengan kata lain, berfikir adalah menyadari apa
yang telah manusia perbuat.

3. Kesadaran akan keterbatasan : Beberapa filsuf mengatakan bahwa


manusia mulai menyadari betapa kecil dan lemah dirinya dibandingkan dengan
alam semesta disekelilingnya. Ia mulai memikirkan bahwa di luar manusia yang
terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.
4. Rasa ingin tahu : Karena pada dasanya manusia diciptakan untuk selalu
belajar, belajar dari kata itulah timbul rasa ingin tahu terhadap sesuatu akibat dari
keraguan dan keheranan juga.

5. Kodrat manusia sebagai mahluk berpikir : Tuhan menjadikan manusia


sebagai mahluk paling sempurna dari mahkluk Tuhan yang lainnya. Perbedaan
manusia dengan mahluk ciptaan Tuhan yang lain terletak pada akal pikiran. Sebab
itu manusia menjadikan kholifah di bumi ini untuk menjaga dan merawat bumi ini
serta dituntut agar manusia mampu atau dapat mengelola dengan cara yang
manusia itu miliki masing-masing. Serta dengan olah pikiran seperti itu, mampu
membuka pola pikiran baru dan juga jangkauan pikiran yang luas dan pemahaman
baru serta sikap-sikap baru dalam menanggapi filsafat.

Anda mungkin juga menyukai