Disusun Oleh:
ILMU EKONOMI B
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
Ketenagakerjaan dan Sumber Daya Manusia.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
keterbatasan kemampuan penyusun, maka kritik dan saran yang membangun
senantiasa dibutuhkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami, khususnya
pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam suatu proses produksi tentunya memerlukan tenaga kerja
untuk bisa memenuhi target dari produksi suatu barang dan jasa. Dalam
kenyataannya jumlah terhadap permintaan tenaga kerja terkadang lebih
sedikit daripada penawaran tenaga kerja yang ditawarkan. Dengan tidak
seimbangnya antara permintaan tenaga kerja dengan penawaran kerja
inilah yang menimbulkan masalah ketenagakerjaan secara terus-menerus.
Akibat dari masalah ketenagakerjaan yang selalu ada setiap tahun ini
lahirlah studi mengenai ekonomi sumber daya manusia oleh para ahli
ekonomi. Ekonomi sumber daya manusia adalah salah satu studi ekonomi
yang mengkaji dan menganalisis pembentukan dan pemanfaatan sumber
daya manusia yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi.1
Didalam studi ekonomi sumber daya manusia tidak ada teori baru, semua
teori yang dipakai merupakan teori dasar dari teori mikro dan makro.2
Dalam pasar tenaga kerja permintaan terhadap tenaga kerja terbagi
menjadi dua jenis yaitu permintaan tenaga kerja jangka pendek dan
permintaan tenaga kerja jangka panjang. Seperti yang diketahui,
permintaan tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan atau pengusaha
selalu berkaitan erat dengan tingkat upah dan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan. Jika suatu perusahaan melakukan permintaan tenaga kerja di
suatu pasar dengan jumlah banyak sedangkan penawaran tenaga kerja
sedikit maka akan upah yang akan diberikan oleh perusahaan akan lebih
besar. Sedangkan, jika permintaan tenaga kerja yang diberikan oleh suatu
perusahaan di pasar sedikit jumlahnya tetapi jumlah penawaran tenaga
kerja lebih banyak, maka perusahaan tersebut akan memberikan upah yang
relatif kecil.
1
Amiruddin Idris, 2018. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia . Yogyakarta : Deepublish.
Hal 1
2
Lestari Sukarniati, 2019. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Deepublish. Hal 1
1
Dari latar belakang permasalahan permintaan tenaga kerja dalam
pasar tenaga kerja penulis akan membahas mengenai elastisitas permintaan
tenaga kerja, elastisitas upah, elastisitas subtitusi, elastisitas silang,
keterkaitan perubahan permintaan barang dengan kesempatan kerja,
permintaan tenaga kerja dalam pasar monopsonis dan aturan dari ekonom
Hick Marshall mengenai elastisitas permintaan tenaga kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari elastisitas permintaan kerja?
2. Bagaimana keterkaitan perubahan permintaan barang terhadap tenaga
kerja monopsonis dengan biaya mobilitas?
3. Bagimana elastisitas subtitusi, upah dan elastisitas silang?
4. Bagaimana aturan Hick Marshal mengenai elastisitas permintaan
tenaga kerja?
5. Bagaimana konsep biaya tetap tenaga kerja?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui elastisitas permintaan tenaga kerja terkait kesempatan kerja
dan jam kerja.
2. Mengetahui keterkaitan perubahan permintaan barang terhadap tenaga
kerja monopsonis dengan biaya mobilitas.
3. Mengetahui elastisitas subtitusi, upah dan elastisitas silang.
4. Mengetahui aturan Hick Marshal mengenai elastisitas permintaan tenaga
kerja.
5. Mengetahui konsep biaya tetap tenaga kerja.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Venty Oviartha Pradana, “Arif Pujiyono, Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil
Perabot Rumah Tangga Dari Kayu”, Volume 3, Nomor 1 tahun 2014
3
didaerah tersebut. Untuk menjelaskan tingkat upah didalam pasar
monopsoni dapat menggunakan dua pendekatan yaitu menggunakan
gambaran secara angka dan grafik atau kurva. Dibawah ini adalah tabel
upah dan juga penggunaan tenaga kerja didalam pasar tenaga kerja
monopsoni.4
Jumlah Upah atau Biaya Total Biaya Hasil
Tenaga Biaya Per (TCL) Marginal TK Penjualan
Kerja Tenaga (MCL) Marjinal
Kerja (MRC)
1 2 3 4 5
1 300,- 300,- 300,- 1.500,-
2 400,- 800,- 500,- 1.300,-
3 500,- 1.500,- 700,- 1.100,-
4 600,- 2.400,- 900,- 900,-
5 700,- 3.500,- 1.100,- 700,-
6 800,- 4.800,- 1.300,- 500,-
4
Nur Laily dan Budiyono Pristyadi, 2013. Teori Ekonomi. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal 98.
4
Gambar 1.2 Kurva tingkat upah dan penggunaan tenaga kerja didalam
pasar monopsoni
Keterangan :
1) Kurva SS = W merupakan kurva penawaran tenaga kerja dari tingkat
upah yang di salah satu pihak menunjukkan besaran upah di berbagai
penggunaan upah, sedangkan dilain pihak menunjukkan jumlah
penawaran tenaga kerja di berbagai tingkat upah. Kurva SS = W ini
dibuat berdasarkan kolom angka (1) dan (2).
2) Kurva MCL merupakan kurva upah atau ongkos marjinal tenaga
kerja yang selalu berada di atas kurva SS = W yang semakin lama
semakin menjauhi kurva tersebut.
3) Sifat kurva MCL yaitu (i) upah atau ongkos marjinal tenaga kerja
selalu lebih besar dari tingkat upah, (ii) perbedaan upah diantara
upah dengan ongkos marjinal tenaga kerja semakin lama semakin
besar. Kedua sifat kurva ini menunjukkan perbandingan angka yang
terdapat dalam kolom (2) dan kolom (4).
4) Kurva DD = MRP merupakan kurva permintaan tenaga kerjadan
hasil penjualan marjinal yang menunjukkan angka pada kolom (5).
5) Didalam pasar tenaga kerja yang bersifat persaingan sempurna,
equilibrium atau keseimbangan dapat tercapai dalam kondisi kurva
SS dan kurva DD saling berpotongan. Sedangkan, dalam pasar
tenaga kerja yang bersifat monopsoni, equilibrium atau
keseimbangan dapat tercapai apabila kurva MCL = kurva MRP.
2. Upah minimum di pasar tenaga kerja monopsoni
Gambar 1.3 Kurva upah minimum dalam pasar monopsoni.
Gambar kurva di bawah ini menunjukkan upah minimum didalam
pasar tenaga kerja monopsoni yang ditunjukkan oleh garis w’.
Perusahaan atau pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja akan
membayar upah tenaga kerja yang ditunjukkan oleh garis Lo dan wo
juga akan mempekerjakan pekerja. Garis upah yang ditunjukkan oleh
garis w’ akan merubah kurva penawaran tenaga kerja yang akan
5
dihadapi oleh perusahaan sehingga membentuk garis horizontal yang
ditunjukkan oleh w’ hingga menyentuh kurva penawaran. Dalam pasar
tenaga kerja monopsoni yang bentuk kurva penawarannya adalah garis
horizontal, akan tetapi biaya marjinal dari tenaga kerja adalah sama
6
1. Elastisitas Substitusi
Elastisitas subtitusi adalah dampak dari perubahan biaya relatif faktor
produksi terhadap perubahan permintaan relatif faktor produksi.
Dampak dari perubahan biaya relatif ini ditentukan oeleh pergerakan
sepanjang isokuan yang sama dan mengukur tingkat substitusi tenaga
kerja terhadap modal dalam proses produksi.6 Kenaikan harga relatif
tenaga kerja terhadap harga modal menyebabkan rasio tenaga kerja
serta rasio modal menjadi kecil dikarenakan elastisitas substitusi yang
bernilai negatif. Harga tenaga kerja tersebut lebih tinggi dibanding
harga modalnya apabila rasio w/r menjadi lebih tinggi. Elastisitas
subtitusi nilainya nol apabila suatu fungsi produksi memiliki faktor
produksi tetap.
2. Elastisitas Upah
Elastisitas upah merupakan dampak dari perubahan upah terhadap
perubahan tenaga kerja, elastisitas ini digunakan untuk mengukur
kesensitifan perubahan jumlah tenaga kerja yang diminta apabila
terdapat perubahan jumlah upah.
3. Elastisitas Silang
Elastisitas silang merupakan perubahan dari tingkat harga didalam
faktor produksi selain tenaga kerja. Elastisitas ini menunjukan
hubungan antara jumlah barang yan diminta terhadap perubahan harga
barang lain yang masih mempunyai hubungan dengan barang tersebut.
Hubungan dalam elastisitas ini dapat bersifit substitusi dan dapat juga
bersifat komplementer. Dalam hal barang tersebut bersifat substitusi
adalah barang yang dapat digantikan dengan barang lain dan barang
yang bersifat komplementer adalah barang pelengkap barang lain.
Seperti gula dan kopi, smartphone dan paket data, serta barang lainya
yang sifatnya komplementer.
6
Dominick Salvatore, 2016. “MikroEkonomi, edisi keempat”, Penerbit Erlangga. Hal 108
7
Rumus
E=
E=
Py = harga barang y
Dalam elastisitas ini terdapat tiga macam respons perubahan permintaan
suatu barang yaitu, elastisitas silang positif, elastisitas silang negatif dan
elastisitas nol ;
a. Elastisitas silang positif
Peningkatan harga barang Q menyebabkan peningkatan jumlah
permintaan barang Y pula. Mengapa demikian, dalam elastisitas
positif ini kedua barang saling menggantikan. Sebagai contoh,
peningkatan harga kentang meningkatkan permintaan harga nasi.
Kedua barang tersebut dapat dikalasifikasikan dalam barang yang
saling menggantikan, ketika harga kentang melonjak tinggi maka
masyarakat akan menyerbu beras atau nasi (barang substitusi)
b. Elastisitas silang negative
Peningkatan harga barang Q menyebabkan menurunya permintaan
barang Y. Mengapa demikian, dalam elastisitas silang negatif ini
membahas tentang kelengkapan dalam suatu barang. Satu barang tidak
lengkap jika tidak memiliki pelengkapnya. Contoh saja kopi dengan
gula, kopi tidak akan manis jika tidak diberikan gula, ketika harga
gula melonjak naik maka akan berpengaruh kepada permintaan
terhadp kopi, permintaan terhadap kopi tersebut akan menurun
(barang komplementer).
c. Elastisitas silang nol
Peningkatan barang Q tidak berpengaruh terhadap permintaan Y.
Dalam hal ini kedua barang atau lebih sama sekai tidak memiliki
keterkaitan. Contohnya, kenaikan harga kopi tidak akan berpengaruh
terhadap permintaan pakaian.
8
D. Aturan Hick Marshal
Ketika membahas tentang factor-faktor penentu elastisitas upah
dari permintaan tenaga kerja, perlu diingat kembali bahwa kemiringan
negatif dari kurva permintaan tenaga kerja adalah hasil dari substitusi dan
skala efek yang terjadi sebagai respons terhadap perubahan tingkat upah.
Saat upah naik, substitusi efek menghasilkan pengurangan penggunaan
tenaga kerja dan peningkatan penggunaan input lain, memegang tingkat
output konstan. Efek skala yang dihasilkan dari kenaikan upah adalah
hasil dari penurunan penjualan dan output yang menyertai kenaikan biaya
produksi. Keduanya yaitu efek substitusi dan efek skala yang terkait
dengan kenaikan upah yang menghasilkan pengurangan jumlah tenaga
kerja yang diminta saat tingkat upah naik.
Elastisitas upah sendiri dari permintaan tenaga kerja menyatakan
bahwa besarnya perubahan dalam jumlah tenaga kerja yang diminta yang
terjadi ketika tingkat upah berubah. Karena perubahan upah
mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang diminta melalui efek substitusi
dan skala.
Hukum Hicks-Marshall dari permintaan turunan menyatakan
bahwa elastisitas upah sendiri terhadap permintaan tenaga kerja menjadi
relatif tinggi apabila:
1. Elastisitas harga permintaan produk akhir relatif tinggi.
2. Relatif mudah menggantikan faktor-faktor lain untuk kategori tenaga
kerja ini,
3. Pasokan faktor produksi lainnya relatif lebih elastis, dan
4. Kategori tenaga kerja ini menyumbang bagian yang relatif besar dari
total biaya.
9
1. Upah yang lebih besar menyebabkan biaya rata-rata dan biaya
marjinal yang lebih besar.
2. Biaya yang lebih besar menyebabkan harga keseimbangan yang lebih
tinggi dari produk akhir.
3. Kenaikan harga produk akhir (barang) menghasilkan penurunan
jumlahproduk yang diminta.
4. Penurunan kuantitas yang dijual menghasilkan penurunan kuantitas
output yang dihasilkan. (dan dalam jumlah masukan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan output ini).
10
Aturan kedua Hicks-Marshall menyatakan bahwa upah terhadap
elastisitas permintaan tenaga kerja relatif tinggi biladapat dengan mudah
untuk menggantikan tenaga kerja dengan factor-faktor produksi lainnya.
Hukum ini, jelas, bekerja melalui efek substitusi yang terkait dengan
perubahan upah. Jika relatif mudah untuk menggantikan faktor lain untuk
kategori tenaga kerja, akan menghasilkan kenaikan upah yang lebih besar
pengurangan kuantitas tenaga kerja.
11
yang relatif besar tetapi memiliki pengaruh yang relatif kecil terhadap
jumlah modal yang digunakan oleh perusahaan. Jika ini terjadi, kenaikan
harga modal membatasi jumlah tambahan modal yang akan digunakan
sebagai pengganti tenaga kerja.
Jadi, jika penawaran faktor lain relatif elastis, efek substitusi akan
lebih besar dan penggunaan tenaga kerja akan turun dalam jumlah yang
lebih besar. Disebabkan oleh tenaga kerja turun dalam jumlah yang lebih
besar sebagai respon atas kenaikan upah ketika penawaran faktor-faktor
lain lebih elastis, elastisitas upah sendiri akan menjadi relatif tinggi.
12
Jelas, serikat pekerja lebih suka beroperasi di pasar tenaga kerja di mana
tenaga kerja permintaan lebih tidak elastis. Ini menghasilkan beberapa
hasil menarik tentang strategi serikat pekerja:
1. Serikat pekerja akan lebih berhasil dalam menerima kenaikan upah di
pasar dimana tenaga kerja permintaan relatif tidak elastis.
2. Serikat pekerja akan berusaha untuk mengurangi elastisitas upah
sendiri atas permintaan pekerja mereka, dan
3. Serikat pekerja mungkin lebih memilih untuk mengatur pasar tenaga
kerja di mana permintaan tenaga kerja relative tidak elastis.7
13
1) Menunjukkan perbedaan antara upah dengan upah riel;
2) Menjelaskan peran produktivitas didalam penentuan upah riel dan faktor-
faktor yang menentukan produktivitas;
3) Menjelaskan penentuan tingkat upah didalam berbagai bentuk pasar
tenaga kerja;
4) Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terdapatnya perbedaan
upah diantara berbagai golongan tenaga kerja.9
9
Nur Laily dan Budiyono Pristyadi, 2013. Teori Ekonomi. Yogyakarta : Graha Ilmu. hal 93
10
Ibid, hal 94
14
harganya naik, ada yang kenaikan harganya relatif lambat bahkan terdapat
barang maupun jasa yang mengalami kenaikan harga yang terlampau tinggi.
Upah riil dihitung dengan membagi jumlah upah nominal dengan indeks
harga konsumen (IHK).11 Cara untuk menghitung upah riil tenaga kerja bisa
dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1 Menghitung upah riil tenaga kerja
Tahun Upah Uang Indeks Harga Upah Riil
(Per Unit) Barang
Konsumen
1 2 3 4
1989 700,- 100 100/100 x 700 =
700,-
1995 1.050,- 105 100/105 x 1.050 =
1000,-
2000 1.800,- 150 100/150 x 1.800 =
1.200,-
2003 2.080,- 160 100/160 x 2.080 =
1.300,-
11
bps.go.id (diakses pada 16-03-2021 pukul 19.20)
12
Nur Laily dan Budiyono Pristyadi, 2013. Teori Ekonomi. Yogyakarta : Graha Ilmu. hal 96.
15
Keterangan :
Kurva MRP 0 = D 0 dan MRP 1 = D 1 memperlihatkan hasil
penjualan marjinal.
MRP 1 berada diatas MRP 0 berarti setiap tingkat penggunaan
tenaga kerja hasil penjualan marginal yang digambarkan oleh
MRP 1 adalah lebih tinggi dari MRP0.
MRP 1 menunjukkan kegiatan produksi yang memiliki
produktivitas yang lebih tinggi.
MRP 0 menunjukkan kegiatan produksi yang memiliki
produktivitas lebih rendah.
Sn adalah kurva penawaran tenaga kerja.
W 1 adalah tingkat upah kerja dan permintaan yang ditunjukkan
oleh MRP 1 = D 1
W 0 adalah tingkat upah tenaga kerja, jika permintaan
ditunjukkan oleh MRP 0 = D 0.
Gambar kurva diatas memperlihatkan apabila produktivitas yang
dilakukan semakin meningkat maka upah riil yang akan diterima
juga semakin meningkat.
3) Faktor-faktor kenaikan produktivitas
Produktivitas diartikan sebagai suatu produksi yang dihasilkan oleh
seorang tenaga kerja pada waktu tertentu. Meningkatnya produktivitas
yang dimiliki oleh tenaga kerja dibebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya, yaitu :
a) Kemajuan teknologi produksi.
b) Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
oleh tenaga kerja.
c) Manajemen dalam organisasi perusahaan dan masyarakat yang
lebih baik.13
13
Devi Andriyani, Bahan Ajar Ekonomi Sumber Daya Alam (Ekonomi pembangunan, Universitas
Malikussaleh) (https://repository.unimal.ac.id/3445/1/6.%20BAHAN%20AJAR.pdf diakses pada
16-03-2021 pukul 21.46)
16
Selain faktor diatas, terdapat faktor-faktor lain yang
meningkatkan produktivitas yaitu langkah-langkah pemerintah
untuk memperbaiki infrastruktur seperti perbaikan dan
pembangunan jalan raya, pelabuhan, jaringan telekomunikasi dan
perbaikan dari peraturan yang mengatur kegiatan ekonomi dan
perusahaan.
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat upah
Dalam kehidupan sehari-hari upah yang diterima oleh masing-
masing tenaga kerja berbeda-beda. Perbedaan tingkat upah yang
diterima tersebut terjadi karena beberapa faktor, diantaranya yaitu :
1) Terdapatnya segmented labor markets
Suatu pekerjaan pasti memerlukan tingkat pendidikan dan
keterampilan yang berbeda-beda tergantung dengan bidang
pekerjaannya. Jika tenaga kerja memiliki pendidikan dan
keterampilan yang tinggi maka akan memperoleh upah yang
tinggi, begitu juga sebaliknya.
2) Persentase biaya tenaga kerja terhadap seluruh biaya produksi
Semakin besar skala dari biaya tenaga kerja terhadap biaya
keseluruhan perusahaan maka semakin kecil tingkat upah yang
akan diterima oleh tenaga kerja.
3) Adanya perbedaan jumlah keuntungan perusahaan dengan
penjualan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh oleh
perusahaan dari penjualan suatu produk maka akan semakin
tinggi tingkat upah yang akan diberikan kepada tenaga kerja
oleh perusahaan.
4) Kedudukan perusahaan didalam pasar
Kedudukan perusahaan di dalam pasar turut mempengaruhi
tingkat upah yang nantinya akan diberikan kepada tenaga kerja.
Untuk perusahaan monopoli yang mermperoleh keuntungan
besar, pasti memiliki peluang lebih besar untuk memberikan
17
upah yang tinggi kepada tenaga kerja yang berbanding terbalik
dengan perusahaan yang berada dalam pasar persaingan
sempurna.
5) Besar kecilnya perusahaan
Perusahaan besar yang memiliki economic of scale dapat
menjual produknya dengan harga yang murah dan dapat dengan
mudah mendominasi pasar sehingga perusahaan tersebut dapat
memberikan upah yang besar untuk setiap pekerjanya.
6) Tingkat efisiensi perusahaan
Semakin tinggi tingkat efisiensi suatu perusahaan maka akan
memperoleh tingkat keuntungan yang lebih besar, sehingga
dapat memberikan upah yang tinggi.
7) Adanya perbedaan kekuatan serikat pekerja
Perusahaan-perusahaan yang memiliki serikat pekerja yang kuat
cenderung akan memberikan tingkat upah yang tinggi untuk
para pekerjanya.
8) Kelangkaan tenaga kerja
Kelangkaan disini berarti langkanya tenaga kerja yang memiliki
pengetahuan atau keterampilan dibidang tertentu, sehingga
perusahaan yang ingin mempekerjakannya akan memberikan
upah yang tinggi.
9) Besar kecilnya resiko kerja
Semakin tinggi resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja dalam
pekerjaannya maka semakin tinggi pula upah yang akan
diberikan.14
14
Lestari Sukarniati, 2019. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Sleman : Deepublish. hal 65-66.
18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Permintaan tenaga kerja terjadi berdasarkan permintaan produsen terhadap
salah satu faktor produksi yaitu sumber daya manusia.
2. Produsen meningkatkan input faktor produksi dikarenakan adanya
kenaikan jumlah barang yang diproduksi atas permintaan konsumen. Maka
dapat dikatakan sebagai turunan dari permintaan output.
3. Dalam pembahasan elastisitas permintaan dikarenakan substitusi tenaga
kerja dengan faktor produksi lain, maka diambil kesimpulan semakin kecil
elastisitas substitusi maka elastisitas permintaan juga semakin kecil.
4. Dalam pembahasan elastisitas permintaan terhadap barang yang
dihasilkan, maka diambil kesimpulan bahwa semakin besar elastisitas
permintaan terhadap barang hasil produksi maka elastisitas permintaan
terhhadap permintaan tenaga kerja juga besar.
5. Elastisitas permintaan tenaga kerja relative tinggi apabila proporsi jumlah
biaya tenaga kerja sama besarnya atau lebih besar dari biaya produksi
menyeluruh (total cost).
19
DAFTAR PUSTAKA
Idris, Amiruddin 2018. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia . Yogyakarta : Deepublish.
Laily, Nur dan Budiyono Pristyadi, 2013. Teori Ekonomi. Yogyakarta : Graha Ilmu
Paul, Jean Mpakaniye Ines Ruhengeri. Labor demand elasticity : Practice and Theories. Jurnal
Artikel, 2019.
Pradana, Venty Oviartha, Arif Pujiyono. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil
Perabot Rumah Tangga Dari Kayu”, Volume 3, Nomor 1 tahun 2014
Sukarniati, Lestari 2019. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Deepublish.
https://studylibid.com/doc/446693/bab-2 (diakses pada tanggal 20 Maret 2021 pukul 20.30)
Salvatore, Dominick. 2016. MikroEkonomi, edisi keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.
20