Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ELASTISITAS PERMINTAAN TENAGA KERJA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Ekonomi Ketenagakerjaan


Sumber Daya Manusia

Dosen Pengampu : Abdullah Kafabih

Disusun Oleh:

1. Ratna Dwi Astutik (G71219051)


2. Ratna Indah Lestari (G71219052)
3. Rina Ramadhani (G91219053)

ILMU EKONOMI B
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
Ketenagakerjaan dan Sumber Daya Manusia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang


bersangkutan yang telah memberikan tugas kepada kami. Dan kami berterima
kasih juga kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah
ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
keterbatasan kemampuan penyusun, maka kritik dan saran yang membangun
senantiasa dibutuhkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami, khususnya
pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Surabaya, 21 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................


A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................


A. Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja terkait Kesempatan Kerja dan
Jam Kerja .......................................................................................................... 3
B. Perubahan Permintaan Barang terhadap Tenaga Kerja Monopsonis ........ 3
1. Pasar Tenaga Kerja Monopsonis .................................................................... 3
2. Upah Minimum Pasar Tenaga Kerja Monopsoni ........................................... 5
C. Elastisitas Substitusi, Upah dan Elastisitas Silang .......................................... 6
1. Elastisitas Substitusi ....................................................................................... 6
2. Elastisitas Upah .............................................................................................. 7
3. Elastisitas Silang ............................................................................................. 7
D. Aturan Hick Marshal .......................................................................................... 8
E. Biaya Tetap Tenaga Kerja ................................................................................ 13

BAB III PENUTUP .........................................................................................................


Kesimpulan .............................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam suatu proses produksi tentunya memerlukan tenaga kerja
untuk bisa memenuhi target dari produksi suatu barang dan jasa. Dalam
kenyataannya jumlah terhadap permintaan tenaga kerja terkadang lebih
sedikit daripada penawaran tenaga kerja yang ditawarkan. Dengan tidak
seimbangnya antara permintaan tenaga kerja dengan penawaran kerja
inilah yang menimbulkan masalah ketenagakerjaan secara terus-menerus.
Akibat dari masalah ketenagakerjaan yang selalu ada setiap tahun ini
lahirlah studi mengenai ekonomi sumber daya manusia oleh para ahli
ekonomi. Ekonomi sumber daya manusia adalah salah satu studi ekonomi
yang mengkaji dan menganalisis pembentukan dan pemanfaatan sumber
daya manusia yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi.1
Didalam studi ekonomi sumber daya manusia tidak ada teori baru, semua
teori yang dipakai merupakan teori dasar dari teori mikro dan makro.2
Dalam pasar tenaga kerja permintaan terhadap tenaga kerja terbagi
menjadi dua jenis yaitu permintaan tenaga kerja jangka pendek dan
permintaan tenaga kerja jangka panjang. Seperti yang diketahui,
permintaan tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan atau pengusaha
selalu berkaitan erat dengan tingkat upah dan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan. Jika suatu perusahaan melakukan permintaan tenaga kerja di
suatu pasar dengan jumlah banyak sedangkan penawaran tenaga kerja
sedikit maka akan upah yang akan diberikan oleh perusahaan akan lebih
besar. Sedangkan, jika permintaan tenaga kerja yang diberikan oleh suatu
perusahaan di pasar sedikit jumlahnya tetapi jumlah penawaran tenaga
kerja lebih banyak, maka perusahaan tersebut akan memberikan upah yang
relatif kecil.

1
Amiruddin Idris, 2018. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia . Yogyakarta : Deepublish.
Hal 1
2
Lestari Sukarniati, 2019. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Deepublish. Hal 1

1
Dari latar belakang permasalahan permintaan tenaga kerja dalam
pasar tenaga kerja penulis akan membahas mengenai elastisitas permintaan
tenaga kerja, elastisitas upah, elastisitas subtitusi, elastisitas silang,
keterkaitan perubahan permintaan barang dengan kesempatan kerja,
permintaan tenaga kerja dalam pasar monopsonis dan aturan dari ekonom
Hick Marshall mengenai elastisitas permintaan tenaga kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari elastisitas permintaan kerja?
2. Bagaimana keterkaitan perubahan permintaan barang terhadap tenaga
kerja monopsonis dengan biaya mobilitas?
3. Bagimana elastisitas subtitusi, upah dan elastisitas silang?
4. Bagaimana aturan Hick Marshal mengenai elastisitas permintaan
tenaga kerja?
5. Bagaimana konsep biaya tetap tenaga kerja?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui elastisitas permintaan tenaga kerja terkait kesempatan kerja
dan jam kerja.
2. Mengetahui keterkaitan perubahan permintaan barang terhadap tenaga
kerja monopsonis dengan biaya mobilitas.
3. Mengetahui elastisitas subtitusi, upah dan elastisitas silang.
4. Mengetahui aturan Hick Marshal mengenai elastisitas permintaan tenaga
kerja.
5. Mengetahui konsep biaya tetap tenaga kerja.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja terkait Kesempatan Kerja dan


Jam Kerja
Permintaan akan suatu barang berkaitan dengan kesempatan kerja
serta jam kerja yang akan diberikan oleh pemilik perusahaan. Dalam hal
penjualan pasti ada yang namanya naik turun. Permintaan akan suatu
barang, naik turunya permintaan suatu barang ini akan berpengaruh
terhadap penyerapan tenaga kerja serta penambahan jam kerja bagi tenaga
kerja. Apabila dalam permintaan barang tersebut hasil yang diperoleh
perusahaan meningkat, maka produsen akan menambah kapasitas
produksinya. Jika kapasitas produksinya ditambah, jelas perusahaan
tersebut akan menambah tenaga kerjanya.3 Tidak hanya menyerap tenaga
kerja saja untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, perusahaan juga kan
menambah jam lembur dalam bekerja agar bisa menyelesaikan pekerjaan
tepat waktu dan menambah sebuah barang akan permintaan barang
tersebut.
B. Keterkaitan Perubahan Permintaan Barang terhadap Tenaga Kerja
Monopsonis dengan Biaya Mobilitas
1. Pasar Tenaga Kerja Monopsonis
Pasar monopsoni adalah pasar dimana hanya terdapat satu pembeli
yang berada dipasar sedangkan penjual yang berada di pasar memiliki
jumlah banyak. Pasar tenaga kerja yang bersifat monopsoni bermakna
bahwa didalam pasar hanya memiliki satu perusahaan yang akan
menggunakan atau memanfaatkan tenaga kerja yang ditawarkan. Pasar
tenaga kerja monopsoni dapat terbentuk jika disuatu daerah atau
tempat tertentu terdapat suatu perusahaan yang ukuranya sangat besar
dan perusahaan tersebut adalah satu-satunya perusahaan modern

3
Venty Oviartha Pradana, “Arif Pujiyono, Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil
Perabot Rumah Tangga Dari Kayu”, Volume 3, Nomor 1 tahun 2014

3
didaerah tersebut. Untuk menjelaskan tingkat upah didalam pasar
monopsoni dapat menggunakan dua pendekatan yaitu menggunakan
gambaran secara angka dan grafik atau kurva. Dibawah ini adalah tabel
upah dan juga penggunaan tenaga kerja didalam pasar tenaga kerja
monopsoni.4
Jumlah Upah atau Biaya Total Biaya Hasil
Tenaga Biaya Per (TCL) Marginal TK Penjualan
Kerja Tenaga (MCL) Marjinal
Kerja (MRC)
1 2 3 4 5
1 300,- 300,- 300,- 1.500,-
2 400,- 800,- 500,- 1.300,-
3 500,- 1.500,- 700,- 1.100,-
4 600,- 2.400,- 900,- 900,-
5 700,- 3.500,- 1.100,- 700,-
6 800,- 4.800,- 1.300,- 500,-

7 900,- 6.300,- 1.500,- 200,-


Tabel 1.2 Upah dan Penggunaan Tenaga Kerja didalam Pasar Monopsoni

4
Nur Laily dan Budiyono Pristyadi, 2013. Teori Ekonomi. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal 98.

4
Gambar 1.2 Kurva tingkat upah dan penggunaan tenaga kerja didalam
pasar monopsoni
Keterangan :
1) Kurva SS = W merupakan kurva penawaran tenaga kerja dari tingkat
upah yang di salah satu pihak menunjukkan besaran upah di berbagai
penggunaan upah, sedangkan dilain pihak menunjukkan jumlah
penawaran tenaga kerja di berbagai tingkat upah. Kurva SS = W ini
dibuat berdasarkan kolom angka (1) dan (2).
2) Kurva MCL merupakan kurva upah atau ongkos marjinal tenaga
kerja yang selalu berada di atas kurva SS = W yang semakin lama
semakin menjauhi kurva tersebut.
3) Sifat kurva MCL yaitu (i) upah atau ongkos marjinal tenaga kerja
selalu lebih besar dari tingkat upah, (ii) perbedaan upah diantara
upah dengan ongkos marjinal tenaga kerja semakin lama semakin
besar. Kedua sifat kurva ini menunjukkan perbandingan angka yang
terdapat dalam kolom (2) dan kolom (4).
4) Kurva DD = MRP merupakan kurva permintaan tenaga kerjadan
hasil penjualan marjinal yang menunjukkan angka pada kolom (5).
5) Didalam pasar tenaga kerja yang bersifat persaingan sempurna,
equilibrium atau keseimbangan dapat tercapai dalam kondisi kurva
SS dan kurva DD saling berpotongan. Sedangkan, dalam pasar
tenaga kerja yang bersifat monopsoni, equilibrium atau
keseimbangan dapat tercapai apabila kurva MCL = kurva MRP.
2. Upah minimum di pasar tenaga kerja monopsoni
Gambar 1.3 Kurva upah minimum dalam pasar monopsoni.
Gambar kurva di bawah ini menunjukkan upah minimum didalam
pasar tenaga kerja monopsoni yang ditunjukkan oleh garis w’.
Perusahaan atau pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja akan
membayar upah tenaga kerja yang ditunjukkan oleh garis Lo dan wo
juga akan mempekerjakan pekerja. Garis upah yang ditunjukkan oleh
garis w’ akan merubah kurva penawaran tenaga kerja yang akan

5
dihadapi oleh perusahaan sehingga membentuk garis horizontal yang
ditunjukkan oleh w’ hingga menyentuh kurva penawaran. Dalam pasar
tenaga kerja monopsoni yang bentuk kurva penawarannya adalah garis
horizontal, akan tetapi biaya marjinal dari tenaga kerja adalah sama

dengan upah pekerja. Didalam kondisi pasar monopsoni, kurva MFC,


MRP dan kurva penawaran tenaga kerja akan memaksimalkan laba
perusahaan dan dari kurva-kurva tersebut perusahaan akan mengetahui
kondisi optimal yang akan digunakan untuk mengetahui kapan akan
mempekerjakan pekerja yang ditunjukkan oleh L’ dan w’. Penerapan
upah minimum didalam pasar tenaga kerja monopsoni akan
mengakibatkan meningkatnya upah tenaga kerja yang diikuti dengan
penawaran tenaga kerja yang meningkat.5

C. Elastisitas Subtitusi, Upah dan Elastisitas Silang


Elastisitas adalah suatu hal yang mencoba untuk menggambarkan
perubahan sesuatu karena adanya perubahan hal lain, elastisitas ini
digunakan untuk mengukur tingkat kepekaan sampai dimana besarnya
respon atau kepekaan variabel terikat jika terjadi perubahan pada variabel
bebas tertentu.
5
https://studylibid.com/doc/446693/bab-2 (diakses pada tanggal 20 Maret 2021 pukul 20.30)

6
1. Elastisitas Substitusi
Elastisitas subtitusi adalah dampak dari perubahan biaya relatif faktor
produksi terhadap perubahan permintaan relatif faktor produksi.
Dampak dari perubahan biaya relatif ini ditentukan oeleh pergerakan
sepanjang isokuan yang sama dan mengukur tingkat substitusi tenaga
kerja terhadap modal dalam proses produksi.6 Kenaikan harga relatif
tenaga kerja terhadap harga modal menyebabkan rasio tenaga kerja
serta rasio modal menjadi kecil dikarenakan elastisitas substitusi yang
bernilai negatif. Harga tenaga kerja tersebut lebih tinggi dibanding
harga modalnya apabila rasio w/r menjadi lebih tinggi. Elastisitas
subtitusi nilainya nol apabila suatu fungsi produksi memiliki faktor
produksi tetap.
2. Elastisitas Upah
Elastisitas upah merupakan dampak dari perubahan upah terhadap
perubahan tenaga kerja, elastisitas ini digunakan untuk mengukur
kesensitifan perubahan jumlah tenaga kerja yang diminta apabila
terdapat perubahan jumlah upah.
3. Elastisitas Silang
Elastisitas silang merupakan perubahan dari tingkat harga didalam
faktor produksi selain tenaga kerja. Elastisitas ini menunjukan
hubungan antara jumlah barang yan diminta terhadap perubahan harga
barang lain yang masih mempunyai hubungan dengan barang tersebut.
Hubungan dalam elastisitas ini dapat bersifit substitusi dan dapat juga
bersifat komplementer. Dalam hal barang tersebut bersifat substitusi
adalah barang yang dapat digantikan dengan barang lain dan barang
yang bersifat komplementer adalah barang pelengkap barang lain.
Seperti gula dan kopi, smartphone dan paket data, serta barang lainya
yang sifatnya komplementer.

6
Dominick Salvatore, 2016. “MikroEkonomi, edisi keempat”, Penerbit Erlangga. Hal 108

7
Rumus

E=

Keterangan = Qx =Jumlah barang x yang diminta

E=

Py = harga barang y
Dalam elastisitas ini terdapat tiga macam respons perubahan permintaan
suatu barang yaitu, elastisitas silang positif, elastisitas silang negatif dan
elastisitas nol ;
a. Elastisitas silang positif
Peningkatan harga barang Q menyebabkan peningkatan jumlah
permintaan barang Y pula. Mengapa demikian, dalam elastisitas
positif ini kedua barang saling menggantikan. Sebagai contoh,
peningkatan harga kentang meningkatkan permintaan harga nasi.
Kedua barang tersebut dapat dikalasifikasikan dalam barang yang
saling menggantikan, ketika harga kentang melonjak tinggi maka
masyarakat akan menyerbu beras atau nasi (barang substitusi)
b. Elastisitas silang negative
Peningkatan harga barang Q menyebabkan menurunya permintaan
barang Y. Mengapa demikian, dalam elastisitas silang negatif ini
membahas tentang kelengkapan dalam suatu barang. Satu barang tidak
lengkap jika tidak memiliki pelengkapnya. Contoh saja kopi dengan
gula, kopi tidak akan manis jika tidak diberikan gula, ketika harga
gula melonjak naik maka akan berpengaruh kepada permintaan
terhadp kopi, permintaan terhadap kopi tersebut akan menurun
(barang komplementer).
c. Elastisitas silang nol
Peningkatan barang Q tidak berpengaruh terhadap permintaan Y.
Dalam hal ini kedua barang atau lebih sama sekai tidak memiliki
keterkaitan. Contohnya, kenaikan harga kopi tidak akan berpengaruh
terhadap permintaan pakaian.

8
D. Aturan Hick Marshal
Ketika membahas tentang factor-faktor penentu elastisitas upah
dari permintaan tenaga kerja, perlu diingat kembali bahwa kemiringan
negatif dari kurva permintaan tenaga kerja adalah hasil dari substitusi dan
skala efek yang terjadi sebagai respons terhadap perubahan tingkat upah.
Saat upah naik, substitusi efek menghasilkan pengurangan penggunaan
tenaga kerja dan peningkatan penggunaan input lain, memegang tingkat
output konstan. Efek skala yang dihasilkan dari kenaikan upah adalah
hasil dari penurunan penjualan dan output yang menyertai kenaikan biaya
produksi. Keduanya yaitu efek substitusi dan efek skala yang terkait
dengan kenaikan upah yang menghasilkan pengurangan jumlah tenaga
kerja yang diminta saat tingkat upah naik.
Elastisitas upah sendiri dari permintaan tenaga kerja menyatakan
bahwa besarnya perubahan dalam jumlah tenaga kerja yang diminta yang
terjadi ketika tingkat upah berubah. Karena perubahan upah
mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang diminta melalui efek substitusi
dan skala.
Hukum Hicks-Marshall dari permintaan turunan menyatakan
bahwa elastisitas upah sendiri terhadap permintaan tenaga kerja menjadi
relatif tinggi apabila:
1. Elastisitas harga permintaan produk akhir relatif tinggi.
2. Relatif mudah menggantikan faktor-faktor lain untuk kategori tenaga
kerja ini,
3. Pasokan faktor produksi lainnya relatif lebih elastis, dan
4. Kategori tenaga kerja ini menyumbang bagian yang relatif besar dari
total biaya.

Aturan Hicks-Marshall pertama disebabkan oleh efek skala yang


terkait dengan perubahan upah. Telah dicatat sebelumnya, efek skala
yang terkait dengan kenaikan upah melibatkan perubahan berikut:

9
1. Upah yang lebih besar menyebabkan biaya rata-rata dan biaya
marjinal yang lebih besar.
2. Biaya yang lebih besar menyebabkan harga keseimbangan yang lebih
tinggi dari produk akhir.
3. Kenaikan harga produk akhir (barang) menghasilkan penurunan
jumlahproduk yang diminta.
4. Penurunan kuantitas yang dijual menghasilkan penurunan kuantitas
output yang dihasilkan. (dan dalam jumlah masukan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan output ini).

Ketika elastisitas harga dari permintaan barang relatif tinggi,


peningkatan harga produk yang terjadi pada poin ke 3 menghasilkan
pengurangan yang lebih besar dalam barang yang diminta. Jika output
turun lebih banyak, maka perusahaan akan mengurangi penyerapan tenaga
kerja (dan input lainnya) dengan jumlah yang lebih besar. Sebab itu,
perubahan pada upah yang diberikan akan menghasilkan yang lebih besar
pengurangan jumlah tenaga kerja yang diminta ketika elastisitas harga
permintaan barang relatif mahal. Karena perubahan upah menghasilkan
pengurangan lapangan kerja yang lebih besar, elastisitas harga permintaan
barang relative mahal, dapat dilihat bahwa permintaan tenaga kerja lebih
elastis dalam kondisi ini.
Peraturan ini menjelaskan mengapa permintaan tenaga kerja akan
lebih elastis di tingkat pasar tenaga kerja daripada di tingkat perusahaan
individu. Ini juga menjelaskan mengapa permintaan tenaga kerja akan
menjadi kurang elastis di industri yang dicirikan oleh pasar output
kompetitif yang tidak sempurna.
Implikasi lain dari aturan ini adalah bahwa permintaan tenaga kerja
akan lebih elastis dalam jangka panjang daripada di tahun jangka pendek
(karena permintaan akan barang lebih elastis dalam jangka panjang
daripada jangka pendek).

10
Aturan kedua Hicks-Marshall menyatakan bahwa upah terhadap
elastisitas permintaan tenaga kerja relatif tinggi biladapat dengan mudah
untuk menggantikan tenaga kerja dengan factor-faktor produksi lainnya.
Hukum ini, jelas, bekerja melalui efek substitusi yang terkait dengan
perubahan upah. Jika relatif mudah untuk menggantikan faktor lain untuk
kategori tenaga kerja, akan menghasilkan kenaikan upah yang lebih besar
pengurangan kuantitas tenaga kerja.

Aturan ketiga Hicks-Marshall menyatakan bahwa elastisitas upah


sendiri dari permintaan tenaga kerja akan relatif tinggi apabila pasokan
faktor produksi lain relatif elastis. Hukum ini berlaku efek substitusi yang
terkait dengan perubahan upah. Diagram di bawah menggambarkan
bagaimana elastisitas harga penawaran modal dapat mempengaruhi jumlah
substitusi yang sebenarnya terjadi ketika tingkat upah naik. Ketika tingkat
upah naik, perusahaan akan mencoba mengganti faktor-faktor lain untuk
persalinan. Saat mereka melakukannya, permintaan untuk faktor-faktor ini
akan meningkat (seperti yang diilustrasikan oleh pergeseran dari D.ke D'
pada kurva di bawah). Ketika penawaran modal relatif elastis,
peningkatan ini termasuk dalam permintaan menghasilkan peningkatan
penggunaan modal yang relatif besar dan peningkatan yang relatif kecil
dalam harga modal.

Namun, ketika pasokan modal relatif tidak elastis, maka terjadi


peningkatan permintaan modal menaikkan harga modal dalam jumlah

11
yang relatif besar tetapi memiliki pengaruh yang relatif kecil terhadap
jumlah modal yang digunakan oleh perusahaan. Jika ini terjadi, kenaikan
harga modal membatasi jumlah tambahan modal yang akan digunakan
sebagai pengganti tenaga kerja.

Jadi, jika penawaran faktor lain relatif elastis, efek substitusi akan
lebih besar dan penggunaan tenaga kerja akan turun dalam jumlah yang
lebih besar. Disebabkan oleh tenaga kerja turun dalam jumlah yang lebih
besar sebagai respon atas kenaikan upah ketika penawaran faktor-faktor
lain lebih elastis, elastisitas upah sendiri akan menjadi relatif tinggi.

Aturan keempat Hicks-Marshall menyatakan bahwa elastisitas upah


sendiri relatif besar saat tenaga kerja menyumbang bagian yang relatif
besar dari total biaya. Hukum ini bekerja melalui efek skala yang terkait
dengan kenaikan upah. Jika biaya tenaga kerja mencapai 1% dari total
biaya penggandaan biaya tenaga kerja hanya akan meningkatkan biaya
total sebesar 1%. Jika biaya tenaga kerja mencapai 50% dari total biaya,
meskipun dua kali lipat dari biaya tenaga kerja akan meningkatkan biaya
total perusahaan sebesar 50%. Saat biaya tenaga kerja lebih besar dari
biaya total maka kenaikan upah akan berdampak lebih besar pada biaya
perusahaan dan karena itu berpengaruh pada harga output. Jika harga
output naik lebih banyak, skalanya efeknya akan lebih besar dan
pengurangan penggunaan tenaga kerja akan lebih besar. Oleh karena itu,
peningkatan kategori bagian tenaga kerja tertentu dari biaya total akan
menghasilkan elastisitas upah sendiri yang lebih tinggi sebesar permintaan
untuk jenis tenaga kerja ini.

Aturan Hicks-Marshall dan Strategi Serikat Pekerja, serikat


pekerja berusaha untuk meningkatkan pendapatan anggotanya. Ketika
permintaan tenaga kerja rellatif tidak elastis (inelastic), kenaikan upah
yang diberikan akan menghasilkan dampak yang lebih kecil terhadap
lapangan kerja. Jika permintaan tenaga kerja relatif elastis, namun
kenaikan upah menghasilkan penurunan yang relatif besar pekerjaan.

12
Jelas, serikat pekerja lebih suka beroperasi di pasar tenaga kerja di mana
tenaga kerja permintaan lebih tidak elastis. Ini menghasilkan beberapa
hasil menarik tentang strategi serikat pekerja:
1. Serikat pekerja akan lebih berhasil dalam menerima kenaikan upah di
pasar dimana tenaga kerja permintaan relatif tidak elastis.
2. Serikat pekerja akan berusaha untuk mengurangi elastisitas upah
sendiri atas permintaan pekerja mereka, dan
3. Serikat pekerja mungkin lebih memilih untuk mengatur pasar tenaga
kerja di mana permintaan tenaga kerja relative tidak elastis.7

E. Biaya Tetap Tenaga Kerja (Penetuan Upah di Pasar Tenaga Kerja)


Kajian atau studi mengenai pembayaran terhadap tenaga kerja merupakan
salah satu faktor produksi penting yang tidak boleh diabaikan dalam suatu
kegiatan produksi barang maupun jasa. Pembayaran terhadap tenaga kerja ini
dibedakan menjadi dua definisi yaitu upah dan gaji.
Didalam pengertian sehari-hari gaji diartikan sebagai pembayaran yang
diberikan kepada para pekerja tetap dan tenaga kerja profesional dengan
pembayaran yang diterima tersebut bersifat bulanan, seperti pegawai
pemerintah, dosen, guru, manajer dan akuntan. Sedangkan, pengertian dari upah
sendiri adalah pembayaran yang diterima oleh pekerja-pekerja kasar yang
pekerjaan yang dilakukannya mengharuskan berpindah-pindah, seperti pekerja
pertanian, tukang kayu, tukang batu dan buruh kasar.8
Sementara itu, pengertian upah dalam teori ekonomi adalah suatu
pembayaran ke atas jasa baik fisik maupun psikis yang telah disediakan oleh
para tenaga kerja untuk para pengusaha. Dengan demikian, didalam teori
ekonomi tidak dibedakan diantara pembayaran ke atas jasa pekerja tetap dan
pekerja profesional dengan pembayaran ke atas jasa pekerja kasar dan pekerja
tidak tetap. Terdapat beberapa aspek yang berkaitan dengan “Upah” diantaranya
adalah :
7
Dr. Jean Paul, Mpakaniye Ines Ruhengeri. Labor demand elasticity : Practice and Theories. Jurnal
Artikel, 2019.
8
Nur Laily dan Budiyono Pristyadi, 2013. Teori Ekonomi . Yogyakarta : Graha Ilmu. hal 93

13
1) Menunjukkan perbedaan antara upah dengan upah riel;
2) Menjelaskan peran produktivitas didalam penentuan upah riel dan faktor-
faktor yang menentukan produktivitas;
3) Menjelaskan penentuan tingkat upah didalam berbagai bentuk pasar
tenaga kerja;
4) Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terdapatnya perbedaan
upah diantara berbagai golongan tenaga kerja.9

a. Perbedaan upah uang dengan upah riil


Dalam jangka panjang terdapat kecenderungan yang selalu terjadi yaitu
keadaan dimana harga barang dan upah secara terus menerus mengalami
kenaikan. Akan tetapi, kenaikan yang terjadi tidak secara bersamaan dan juga
tidak terjadi pada tingkat yang sama besarnya. Untuk mengetahui masalah
yang terjadi dari kenaikan harga barang dan upah dijelaskan mengenai
perbedaan definisi dari upah uang dan riel, yaitu :
1) Upah uang atau nominal
Jumlah uang yang diterima oleh pekerja dari pengusaha sebagai
pembayaran atas tenaga fisik dan mental para pekerja yang digunakan
selama proses produksi berlangsung.10
2) Upah Riil
Tingkat upah yang diterima tenaga kerja yang diukur melalui sudut
pandang kemampuan dari upah yang diterima untuk membeli barang-
barang maupun jasa yang diperlukan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan para tenaga kerja.
b. Menghitung upah riil
Didalam kehidupan nyata untuk menghitung upah riil yang yang diterima
tidak mudah karena terdapat bermacam-macam jenis barang dan jasa didalam
suatu perekonomian. Dari tahun ke tahun barang dan jasa tersebut selalu
mengalami kenaikan harga yang tidak sama. Terdapat barang dan jasa yang

9
Nur Laily dan Budiyono Pristyadi, 2013. Teori Ekonomi. Yogyakarta : Graha Ilmu. hal 93
10
Ibid, hal 94

14
harganya naik, ada yang kenaikan harganya relatif lambat bahkan terdapat
barang maupun jasa yang mengalami kenaikan harga yang terlampau tinggi.
Upah riil dihitung dengan membagi jumlah upah nominal dengan indeks
harga konsumen (IHK).11 Cara untuk menghitung upah riil tenaga kerja bisa
dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1 Menghitung upah riil tenaga kerja
Tahun Upah Uang Indeks Harga Upah Riil
(Per Unit) Barang
Konsumen
1 2 3 4
1989 700,- 100 100/100 x 700 =
700,-
1995 1.050,- 105 100/105 x 1.050 =
1000,-
2000 1.800,- 150 100/150 x 1.800 =
1.200,-
2003 2.080,- 160 100/160 x 2.080 =
1.300,-

c. Tingkat produktivitas dan upah riil


1) Peranan produktivitas dalam menentukan upah
2) Upah riil yang diterima oleh tenaga kerja bergantung pada produktivitas
yang diberikan selama kerja kerja. Data terkait kenaikan upah
diberbagai negara terutama di negara maju, memperlihatkan bahwa
adanya keterkaitan yang sangat erat diantara kenaikan upah riil tenaga
kerja dengan kenaikan produktivitas yang diberikan.12

Gambar 1.1 Kurva upah riil tenaga kerja

11
bps.go.id (diakses pada 16-03-2021 pukul 19.20)
12
Nur Laily dan Budiyono Pristyadi, 2013. Teori Ekonomi. Yogyakarta : Graha Ilmu. hal 96.

15
Keterangan :
 Kurva MRP 0 = D 0 dan MRP 1 = D 1 memperlihatkan hasil
penjualan marjinal.
 MRP 1 berada diatas MRP 0 berarti setiap tingkat penggunaan
tenaga kerja hasil penjualan marginal yang digambarkan oleh
MRP 1 adalah lebih tinggi dari MRP0.
 MRP 1 menunjukkan kegiatan produksi yang memiliki
produktivitas yang lebih tinggi.
 MRP 0 menunjukkan kegiatan produksi yang memiliki
produktivitas lebih rendah.
 Sn adalah kurva penawaran tenaga kerja.
 W 1 adalah tingkat upah kerja dan permintaan yang ditunjukkan
oleh MRP 1 = D 1
 W 0 adalah tingkat upah tenaga kerja, jika permintaan
ditunjukkan oleh MRP 0 = D 0.
 Gambar kurva diatas memperlihatkan apabila produktivitas yang
dilakukan semakin meningkat maka upah riil yang akan diterima
juga semakin meningkat.
3) Faktor-faktor kenaikan produktivitas
Produktivitas diartikan sebagai suatu produksi yang dihasilkan oleh
seorang tenaga kerja pada waktu tertentu. Meningkatnya produktivitas
yang dimiliki oleh tenaga kerja dibebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya, yaitu :
a) Kemajuan teknologi produksi.
b) Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
oleh tenaga kerja.
c) Manajemen dalam organisasi perusahaan dan masyarakat yang
lebih baik.13

13
Devi Andriyani, Bahan Ajar Ekonomi Sumber Daya Alam (Ekonomi pembangunan, Universitas
Malikussaleh) (https://repository.unimal.ac.id/3445/1/6.%20BAHAN%20AJAR.pdf diakses pada
16-03-2021 pukul 21.46)

16
Selain faktor diatas, terdapat faktor-faktor lain yang
meningkatkan produktivitas yaitu langkah-langkah pemerintah
untuk memperbaiki infrastruktur seperti perbaikan dan
pembangunan jalan raya, pelabuhan, jaringan telekomunikasi dan
perbaikan dari peraturan yang mengatur kegiatan ekonomi dan
perusahaan.
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat upah
Dalam kehidupan sehari-hari upah yang diterima oleh masing-
masing tenaga kerja berbeda-beda. Perbedaan tingkat upah yang
diterima tersebut terjadi karena beberapa faktor, diantaranya yaitu :
1) Terdapatnya segmented labor markets
Suatu pekerjaan pasti memerlukan tingkat pendidikan dan
keterampilan yang berbeda-beda tergantung dengan bidang
pekerjaannya. Jika tenaga kerja memiliki pendidikan dan
keterampilan yang tinggi maka akan memperoleh upah yang
tinggi, begitu juga sebaliknya.
2) Persentase biaya tenaga kerja terhadap seluruh biaya produksi
Semakin besar skala dari biaya tenaga kerja terhadap biaya
keseluruhan perusahaan maka semakin kecil tingkat upah yang
akan diterima oleh tenaga kerja.
3) Adanya perbedaan jumlah keuntungan perusahaan dengan
penjualan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh oleh
perusahaan dari penjualan suatu produk maka akan semakin
tinggi tingkat upah yang akan diberikan kepada tenaga kerja
oleh perusahaan.
4) Kedudukan perusahaan didalam pasar
Kedudukan perusahaan di dalam pasar turut mempengaruhi
tingkat upah yang nantinya akan diberikan kepada tenaga kerja.
Untuk perusahaan monopoli yang mermperoleh keuntungan
besar, pasti memiliki peluang lebih besar untuk memberikan

17
upah yang tinggi kepada tenaga kerja yang berbanding terbalik
dengan perusahaan yang berada dalam pasar persaingan
sempurna.
5) Besar kecilnya perusahaan
Perusahaan besar yang memiliki economic of scale dapat
menjual produknya dengan harga yang murah dan dapat dengan
mudah mendominasi pasar sehingga perusahaan tersebut dapat
memberikan upah yang besar untuk setiap pekerjanya.
6) Tingkat efisiensi perusahaan
Semakin tinggi tingkat efisiensi suatu perusahaan maka akan
memperoleh tingkat keuntungan yang lebih besar, sehingga
dapat memberikan upah yang tinggi.
7) Adanya perbedaan kekuatan serikat pekerja
Perusahaan-perusahaan yang memiliki serikat pekerja yang kuat
cenderung akan memberikan tingkat upah yang tinggi untuk
para pekerjanya.
8) Kelangkaan tenaga kerja
Kelangkaan disini berarti langkanya tenaga kerja yang memiliki
pengetahuan atau keterampilan dibidang tertentu, sehingga
perusahaan yang ingin mempekerjakannya akan memberikan
upah yang tinggi.
9) Besar kecilnya resiko kerja
Semakin tinggi resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja dalam
pekerjaannya maka semakin tinggi pula upah yang akan
diberikan.14

14
Lestari Sukarniati, 2019. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Sleman : Deepublish. hal 65-66.

18
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Permintaan tenaga kerja terjadi berdasarkan permintaan produsen terhadap
salah satu faktor produksi yaitu sumber daya manusia.
2. Produsen meningkatkan input faktor produksi dikarenakan adanya
kenaikan jumlah barang yang diproduksi atas permintaan konsumen. Maka
dapat dikatakan sebagai turunan dari permintaan output.
3. Dalam pembahasan elastisitas permintaan dikarenakan substitusi tenaga
kerja dengan faktor produksi lain, maka diambil kesimpulan semakin kecil
elastisitas substitusi maka elastisitas permintaan juga semakin kecil.
4. Dalam pembahasan elastisitas permintaan terhadap barang yang
dihasilkan, maka diambil kesimpulan bahwa semakin besar elastisitas
permintaan terhadap barang hasil produksi maka elastisitas permintaan
terhhadap permintaan tenaga kerja juga besar.
5. Elastisitas permintaan tenaga kerja relative tinggi apabila proporsi jumlah
biaya tenaga kerja sama besarnya atau lebih besar dari biaya produksi
menyeluruh (total cost).

19
DAFTAR PUSTAKA

Idris, Amiruddin 2018. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia . Yogyakarta : Deepublish.
Laily, Nur dan Budiyono Pristyadi, 2013. Teori Ekonomi. Yogyakarta : Graha Ilmu
Paul, Jean Mpakaniye Ines Ruhengeri. Labor demand elasticity : Practice and Theories. Jurnal
Artikel, 2019.
Pradana, Venty Oviartha, Arif Pujiyono. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil
Perabot Rumah Tangga Dari Kayu”, Volume 3, Nomor 1 tahun 2014
Sukarniati, Lestari 2019. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Deepublish.
https://studylibid.com/doc/446693/bab-2 (diakses pada tanggal 20 Maret 2021 pukul 20.30)
Salvatore, Dominick. 2016. MikroEkonomi, edisi keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.

20

Anda mungkin juga menyukai