Anda di halaman 1dari 7

1.

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, ditetapkan bahwa Laporan Keuangan


pemerintah pada gilirannya harus diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
sebelum disampaikan kepada pihak legislatif sesuai dengan kewenangannya.
Pemeriksaan BPK dimaksud adalah dalam rangka pemberian pendapat (opini)
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004. Dengan
demikian, Laporan Keuangan yang disusun oleh pemerintah yang disampaikan kepada
BPK untuk diperiksa masih berstatus belum diaudit (unaudited financial statements).
Sebagaimana lazimnya, Laporan Keuangan tersebut setelah diperiksa dapat disesuaikan
berdasarkan temuan audit dan/atau koreksi lain yang diharuskan oleh SAP. Laporan
Keuangan yang telah diperiksa dan telah diperbaiki itulah yang selanjutnya diusulkan
oleh pemerintah pusat/daerah dalam suatu rancangan undang-undang atau peraturan
daerah tentang Laporan Keuangan pemerintah pusat/daerah untuk dibahas dengan dan
disetujui oleh DPR/DPRD. Selain itu, menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003,
pada rancangan undang-undang atau peraturan daerah tentang Laporan Keuangan
pemerintah pusat/daerah disertakan atau dilampirkan informasi tambahan mengenai
Kinerja instansi pemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh Pengguna
Anggaran sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan. Pengungkapan informasi
tentang Kinerja ini adalah relevan dengan perubahan paradigma penganggaran
pemerintah yang ditetapkan dengan mengidentifikasikan secara jelas keluaran (output)
dari setiap kegiatan dan hasil (outcomes) dari setiap program. Di dalam Lampiran I PP
71/2010 tentang SAP (Akrual) dijelaskan bahwa pelaporan keuangan pemerintah
seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik
dengan:
a. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya
keuangan;
b. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran;
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan
dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan
berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,
apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang
dilakukan selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi,
transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih,
surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu
entitas pelaporan agar tidak terjadi asimetri informasi keuangan negara. ). Berkaitan
Dengan adanya pengungkapan informasi tersebut akan dapat mengatasi masalah
asymetry information antara masyarakat atau pihak konstituen yang memberikan
amanah kepada pemerintah dalam mengelola sumber daya publik (Darmawan, 2014).
Laporan keuangan yang dimaksud yaitu:
a. Laporan Realisasi APBD.
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan,
belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggaranya dalam satu periode (PP No. 24 Tahun 2005).
b. Neraca.
Penyajian laporan keuangan berupa neraca sangat penting, sebab pemerintah
umumnya mempunyai jumlah aset yang signifikan dan utang, pengungkapan atas
informasi ini merupakan suatu elemen dasar dari transparansi fiskal dan akuntabilitas
(Mulyana, 2006).
c. Laporan Arus Kas.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2, pengertian
laporan arus kas adalah memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan
setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan
arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, maupun pendanaan (financing)
selama suatu periode akuntansi.
d. Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan
perusahaan daerah.
Pembuatan Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan
keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk
pembaca tertentu. Untuk menghindari kesalahpahaman, laporan keuangan harus
dibuat catatan atas Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan
pengguna dalam memahami Laporan Keuangan (PP No. 24 Tahun 2005).
2. Cara untuk mewujudkan Penyajian Laporan Keuangan yang memadai oleh
pemerintah dengan mengimplementasikan Standar Akuntasi Pemerintah pada
pelaporan keuangan. Misalnya pelaporan keuangan yang mengacu pada PP No. 71
tahun 2010 tentang SAP. PP No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah, Peraturan Menteri dalam Negeri No.21 tahun 2011. Karena dengan penerapan
peraturan tersebut akan berpengaruh terhadap pengetahuan pengelola dan ketersediaan
sarana dan prasarana terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan.

3. LRA menyajikan informasi mengenai realisasi anggaran pendapatan, belanja dan


pembiayaan dalam satu tahun anggaran tertentu yang diperbandingkan dengan
anggarannya masing-masing dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Dan neraca
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan pada tanggal tertentu yang terdiri
dari aset, kewajiban (utang) dan ekuitas dana (kekayaan bersih).
Macam transaksi-transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yang akan mempengaruhi
baik rekening-rekening di Laporan Realisasi Anggaran maupun rekening-rekening di
Neraca. Transaksi-transaksi yang memiliki karakteristik di atas, adalah:
a. Transaksi pengeluaran kas yang dibebankan ke belanja modal
b. Transaksi penerimaan kas yang perlakukan sebagai penerimaan pembiayaan
c. Transaksi pengeluaran kas yang dibebankan ke pengeluaran pembiayaan
Contoh: Jika terjadi transaksi pengeluaran kas untuk membeli Tanah, maka
catatan akuntansinya adalah sebagai berikut:

PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

A (Kas) + B + PK = P + PT

Kas Belanja
Modal
Tanah

- +

KOROLARI
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

A (selain = K + E
Kas)

Tanah EDI

+ +

4. Target kinerja
a. Agenda i. : agenda peningkatan kesalehan sosial dalam beragama
b. Agenda ii. : agenda peningkatan aksesibilitas terhadap kualitas pendidikan dan
kesehatan
c. Agenda iii. : agenda penanggulangan kemiskinan, pengangguran, perbaikan iklim
ketenagakerjaan dan memacu kewirausahaan
d. Agenda iv. : agenda percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan
berkelanjutan dan pembangunan infrastruktur.
e. Agenda v. : agenda optimalisasi pengendalian sda, pelestarian lingkungan hidup dan
penataan ruang
f. Agenda vi. : agenda peningkatan ketentraman dan ketertiban, supremasi hukum dan
ham
g. Agenda vii. : agenda revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah melalui
reformasi birokrasi dan peningkatan pelayanan public
Realisasi anggaran di tahun 2018 untuk belanja pendapatan asli daerah sebesar
120.17%. Realisasi anggaran Belanja Daerah tercapai 95.6%, untuk belanja tidak
langsung sebesar 97.3 % , untuk belanja langsung sebesar 94.1% yang terdiri dari 7
(tujuh) program dan 16 kegiatan.
Adapun data selengkapnya dapat di lihat pada kolom dibawah ini:
NO KEGIAT TARGET REALISASI PROSENTAS
AN E
1 Pendapatan asli daerah 4.683.030.660, 5.645.830.300,- 120.17%
-
Retribusi IMB 4.683.030.660, 5.645.830.300,- 120.17%
-
2 Belanja tidak langsung 4.185.312.246, 4.185.312.246,- 97.3%
-
3 Belanja langsung 4.584.709.627, 4.313.170.255.27 94.1%
- ,
-
Program pelayanan administrasi 2.671.881.419, 2.521.521.549.11 94.4%
perkantoran - ,
-
Program peningkatan sarana dan prasarana 467.755.000,- 410.953.952,- 87.9%
aparatur
Program peningkatan pengembangan 55.528.206,- 51.429.347.28,- 92.6%
sistem pelaporan capaian kinerja dan
penyusunan
laporan capaian kinerja
Program Pelayanan Penanaman Modal dan 353.120.354,- 331.714.752.08,- 93.9%
Perizinan
Program Pengawasan dan 76.128.206,- 73.614.038.10,- 96.7%
Penanganan Pengaduan
Penanaman Modal dan Perizinan
Program Pengembangan Penanaman Modal 637.105.824,- 607.857.352.40,- 95.4%
dan Perizinan
Program Penguatan Regulasi dan 323.190.618,- 316.079.264.30,- 97.8%
Pengembangan Kinerja Layanan
Penanaman Modal dan Perizinan

Penjelasan Realisasi Pendapatan:


Target Pendapatan Retribusi Perizinan Tertentu Tahun 2018 yang terdiri dari :
- Retribusi IMB sebesar Rp. 4.698.030.660,-

Realisasi Pendapatan Retribusi Perizinan Tertentu Tahun 2018 yang terdiri dari:
- Retribusi IMB sebesar Rp. 5.645.830.300,- (120.17%)
Realisasi Retribusi IMB sudah melebihi target dikarenakan:
- Adanya beberapa izin perubahan dan pengembangan hotel serta izin apartemen
yang tarifnya besar dan diluar perkiraan dan perencanaan.
Penjelasan Pencapaian Kinerja per kegiatan untuk:
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
1 Kegiatan penyediaan rapat-rapat koordinasi dan konsultansi terealisasi
sebesar Rp 420.809.759,- atau 99.0% dari target, karena untuk belanja makan dan
minum harian pegawai adanya hari libur, cuti bersama sehingga tidak bisa
direalisasikan, belanja makan dan minum tamu sesuai dengan kunjungan tamu yang
datang, belanja makan dan minum rapat adanya besaran yang dibawah standarisasi,
untuk belanja perjalanan dinas sesuai undangan, konsultasi, koordinasi dan
pendampingan.
2 Kegiatan Penyediaan Jasa peralatan dan perlengkapan kantor terealisasi
sebesar Rp. 1.565.196.827,- atau 92.3% dari target.
- Adanya sisa negoisasi harga dengan pihak ketiga.
3 Kegiatan Penyediaan Jasa pengelola pelayanan perkantoran terealisasi
sebesar Rp. 535.514.963.11,- atau 97.2% dari target. Hal ini karena adanya 2
orang Tenaga Bantuan yang mengundurkan diri pada Triwulan III dan IV
Program Peningkatan Sarana dan Aparatur
1 Kegiatan Pemeliharaan Rutin/berkala Gedung Kantor terealisasi sebesar Rp
311.229.500,- atau 93.3% dari target, hal ini karena sesuai kebutuhan untuk
pemeliharaan aquarium, dan ada sisa negosiasi dengan pihak ketiga.
2 Kegiatan Pemeliharaan Rutin/berkala kendaraan Dinas Operasional terealisasi
sebesar Rp.99.724.452,- atau 74.4 % dari target, hal ini karena:
a. sesuai kebutuhan service kendaraan dinas (efisiensi) ;
b. sesuai kebutuhan penggantian suku cadang kendaraan dinas ( efisiensi );
c. selisih harga BBM antara perencanaan dengan realisasi harga BBM di pasaran.

Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan


Keuangan

Kegiatan Penyusunan Dokumen Perencanaan, Pengendalian dan Laporan Capaian


Kinerja SKPD terealisasi sebesar Rp 51.429.347.28,- atau 92.6 % dari target. Adanya
efisiensi biaya cetak dari negosiasi harga dengan pihak penyedia. Adanya realisasi
kontrak belanja jasa penyedia tenaga teknis hanya 9 bulan dari rencana kontrak 11
bulan.
Program Pelayanan Penanaman Modal dan Perizinan
a. Kegiatan Pelaksanaan Koordinasi dan Penelitian Lapangan terealisasi sebesar
Rp.163.323.052.40,- atau 98.6% dari target, hal ini karena ada 1 (satu) orang tenaga
teknis yang kontraknya hanya direalisasikan 10 bulan, selisih harga bbm per liter
antara perencanaan dengan realisasi harga bbm;
b. Kegiatan Pelaksanaan Operasional Pelayanan Perizinan terealisasi
sebesar Rp. 94.126.952.40,- atau 87.2% dari target, hal ini karena ada OSS dan
pelayanan online sehingga blanko tidak perlu digandakan lagi;
c. Kegiatan pelaksanaan penerbitan perizinan terealisasi sebesar Rp. 74.264.747.28,-
atau 93.3%, adanya negoisasi harga dengan pihak ketiga, ada 1 (satu) orang tenaga
teknis yang kontraknya hanya direalisasikan 9 bulan dari rencana kontrak 11 bulan;
d. Kegiatan Pengawasan perizinan terealisasi sebesar Rp. 54.891.238.10,- atau 97.8% ,
hal ini karena adanya selisih harga bbm per liter antara perencanaan dengan realisasi
harga bbm dan adanya belanja makan dan minum yang besarannya dibawah harga
standar;
e. Kegiatan Pengelolaan Pengaduan terealisasi sebesar Rp. 18.722.800,- atau 93.6%
dari target, hal ini karena selisih harga bbm per liter antara perencanaan dengan
realisasi harga bbm;
f. Kegiatan Pengelolaan Data dan Informasi Perizinan terealisasi sebesar Rp.
242.534.338.10,- atau 95,7% dari target, hal ini karena sesuai kebutuhan dan adanya
negosiasi harga dengan pihak ketiga;
g. Kegiatan Pengembangan dan Penyelenggaraan Promosi Penanaman Modal
terealisasi sebesar Rp. 259.312.338.10,- atau 94.6%, hal ini karena sesuai kebutuhan
dan adanya negosiasi harga dengan pihak ketiga;
h. Kegiatan Pengendalian dan Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal terealisasi
sebesar Rp. 106.010.676.20,- atau 96.7%, untuk belanja tenaga ahli/instruktur sesuai
kehadiran peserta sosialisasi dan untuk belanja perjalanan dinas dalam daerah
menyesuaikan kehadiran peserta;
i. Kegiatan Pengkajian dan Sosialisasi Peraturan Perizinan terealisasi sebesar
Rp.197.872.988.10,- atau 97.0% dari target, hal ini karena untuk belanja perjalanan
dinas dalam daerah menyesuaikan kehadiran peserta dan adanya negosiasi dengan
pihak penyedia
j. Kegiatan Pengembangan Kinerja Pelayanan Perizinan terealisasi Rp.
118.206.276.20%,- atau 99.2% dari target hal ini karena ada sisa negoisasi dari
pihak ketiga.

5. Perhitungan biaya persediaan


Biaya persediaan berdasarkan PSAP No.5 harus meliputi semua biaya
pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada
dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location
and condition).
Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak
lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh organisasi kepada
kantor pajak) dan biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya yang
secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa.
Diskon dagang (trade discount), rabat dan pos lain yang serupa dapat
dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian
Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait
dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan biaya
overhead variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses
konversi bahan menjadi barang jadi. Biaya overhead produksi tetap adalah biaya
produksi tak langsung yang relatif konstan, tanpa memperhatikan volume
produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan
peralatan pabrik serta biaya manajemen dan administrasi pabrik. Biaya overhead
produksi variabel adalah biaya yang berubah secara langsung atau hampir secara
langsung mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tak langsung dan
upah tak langsung.
Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya
tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap
untuk dijual atau dipakai.
CONTOH:
Dibeli suatu persediaan HVS sebanyak 100 rim dengan harga Rp 10.000/rim,
dimana untuk pembeliannya dikenakan biaya angkut sebesar Rp 10.000
danmemberikan potongan harga sebesar Rp 500/rim. Maka nilai persediaan
yang akan dimasukkan kedalam buku persediaan adalah sebesar:
Harga beli (100 rim x Rp 10.000) Rp 1.000.000
Biaya angkut Rp 10.000
Total harga Rp 1.010.000
Dikurangi potongan harga (Rp 500 x 100) Rp 50.000-
Nilai persediaan sebesar Rp 960.000
6. A. hitung nilai persediaan per 31 desember 200x
Stock opname:
a. kertas fc 70 gr ukuran A4 sebanyak 5-2 rim x 28.000 =Rp 84.000
b. kertas fc 70 gr ukuran F4 sebanyak 12-3 rim x 30.000 =Rp 270.000
c. kertas fc 70 gr ukuran A3 sebanyak 10-1 rim x 60.000 =Rp 540.000
d. ordner folio sebanyak 10 buah x 1000 =Rp 10.000
e. stof maf diamond 25-4 lembar x 1.500 =Rp 31.500
total persediaan =Rp 935.000
B. jurnal pencatatan nilai persediaan yang harus disajikan dineraca per 31
desember 200x
Persediaan Rp 935.000
Cadangan persediaan Rp 935.000

Anda mungkin juga menyukai