DOSEN PENGAMPU:
Dr. Tri Sudarwanto, S.Pd., MSM
DISUSUN OLEH:
Kelompok 2 :
1. Irma Laili Fajriyah 17080304007
2. Novita Aprilia 17080304021
3. Eva Mardian Ningsih 17080304025
4. Mareta Nurrindar 17080304031
5. Aliffia Nuraini W. 17080304037
6. Dwi Rahma Lestari 17080304051
7. Nur Afni K. 17080304059
8. Masrotin 17080304067
9. Nutia Feby Hanes P. 17080304077
10. Fania Riski Felani 17080304087
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
makalah Keselamatan Kerja di Perusahaan dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing dalam membuat
makalah dengan baik dan benar.
Tentunya ada banyak hal yang ingin kami sampaikan dan berikan kepada rekan maupun
pihak-pihak lain melalui makalah ini. Karena itu, semoga makalah ini dapat membawa banyak
manfaat untuk kita semua.
Tim penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, tim penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian, dasar hukum serta tujuan program keselamatan kerja
2. Mengetahui ketentuan umum, persyaratan, dan sanksi hukum dalam keselamatan
kerja
3. Mengetahui definisi, ketentuan, hingga program JAMSOSTEK
BAB 2
KAJIAN TEORI
Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas
dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang
kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan
pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas
emosi secara umum.
Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000), mengartikan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan
aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Jackson (1999), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerjamenunjukkan
kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan
oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
BAB 3
PEMBAHASAN
Pasal 10
Pasal 11
(1). Jika perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dilakukan oleh suatu
persekutuan atau suatu badan hukum, maka tuntutan pidana dilakukan dan
pidana dijatuhkan terhadap pengurus dari persekutuan atau pengurus badan
hukum itu.
(2). Ketentuan ayat (1) berlaku pula terhadap persekutuan atau badan hukum lain
yang bertindak sebagai pengurus dari suatu persekutuan atau badan hukum lain
itu.
(3). Jika pengusaha atau pengurus perusahaan sebagaimana disebut dalam ayat (1)
dan ayat (2) berkedudukan di luar wilayah Indonesia, maka tuntutan pidana
dilakukan dan pidana dijatuhkan terhadap wakilnya di Indonesia.
Pasal 12
Selain dari pegawai penyidik umum, maka kepada pegawai pengawas perburuhan
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang pernyataan
berlakunya undang-undang pengawasan perburuhan Nomor 23 Tahun 1948, diberikan
juga wewenang untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran terhadap ketentuan
dalam Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya
Istilah Khusus
1) "Tempat Kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya
sebagaimana diperinci dalam pasal 2; Termasuk Tempat kerja ialah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian
atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut;
3) "Pengusaha" ialah :
a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri
dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu
usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat
kerja;
c. Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau badan
hukum termaksud pada (a) dan (b), jika kalau yang mewakili
berkedudukan di luar Indonesia.
4) "Direktur" ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan Undang-undang ini.
6) "Ahli Keselamatan Kerja" ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari Luar
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya Undangundang ini.
Ruang Lingkup
1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air
maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia;
j. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
rendah;
m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap,
gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
Secara jelas dan tegas di dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan
kerja, ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh setiap orang
atau yang menjalankan usaha, baik formal maupun informal, dimanapun berada dalam
upaya memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan semua orang yang berada
dilingkungan usahanya.
Pengaturan SKK
Pasal 4
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
ditetapkan dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung
dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
2. Syarat-syarat keselamatan kerja tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah
menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis
yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan,
perlengkapan alat-alat perlin-dungan, pengujian, dan pengesahan, pengepakan atau
pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang, produk tehnis
dan aparat produksi guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri,
keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.
3. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat
(1) dan (2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajib-an
memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut.
Pasal 3
Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah sebagai
berikut :
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau
ahli keselamatan kerja
2. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan
4. Meminta pada pengurus (perusahaan) agar dilaksanakan semua syarat keselamatan
dan kesehatan kerja yang diwajibkan
5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas
dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung- jawabkan.
“Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua
petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat pelindung diri yang
diwajibkan.”
Kewajiban penggurus
1. Secara tertulis menempatkan ditempat kerja semua syarat keselamatan kerja yang
diwajibkan, disertai UU yang mendasari pada tempat yang mudah dibaca.
2. Memasang semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan dibaca.
3. menyediakan secara Cuma-Cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja dan kepada setiap orang yang memasuki tempat kerja tersebut
disertai petunjuk-pentunjuknya.
Pelanggaran :
Peraturan perundangan ini dapat memberi ancaman pidana atas pelanggaran dengan
hukuman kurungan maksimal 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp
100.000,-
Ketentuan umum
1. Dasar pemikiran kenapa setiap perusahaan harus memberi jaminan sosial bagi
tenaga kerja adalah :
1) Untuk mewujudkan masyarakat sejahtera , adil dan makmur.
2) Semakin tinggi tingkat resiko yang mengancam keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraan keluarga.
3) Memberikan ketenangan kerja sehingga terjadi peningkatan prosuktifitas
kerja.
2. Dasar hukum
1. UUD 1945 (pasal 5,20,27).
2. UU N0.3/1951-Pengawasan Pemburuhan.
3. UUNo.14/1969 –Ketentuan Pokok Tenaga Kerja.
4. UU No.1 /1970 – Keselamatan Kerja
5. UU No 7/1980 - Wajib Lapor Ketenagakerjaan.
6. UU No.40 / 2004 – Sistem Jaminan Sosial Nasional.
7. UU No. 24/ 2011 –Badan penyelenggara jaminan sosial nasional.
Program JAMSOSTEK
Kepesertaan
• Setiap pengusaha dan tenaga kerja wajib ikut serta dalam program Jamsostek.
• Untuk kepentingan tersebut perusahaan wajib memiliki daftar tenaga kerja beserta
keluarganya ,daftar upah ,dan daftar kecelakaan kerja di perusahaan
• Bila terdapat kekeliruan/kesalahan terhadap data tersebut , maka terjadi tuntutan
dari tenaga kerja akan menjadi tanggungan perusahaan
• Pentahapan kepesertaan program Jamsostek di teteapkan dengan peraturan
pemerintah.
• Sesuai dengan prinsip resiko pekerjaan menjadi tanggung jawab perusahaan yang
belum ikut serta program ini tetap tetap bertangung jawab atas jaminan kecelakaan
tenaga kerja.
Kententuan pidana
• Barang siapa melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang ini,yaitu tidak
memenuhi kewajiban memberikan jaminan perlindungan terhadap tenaga
kerja ,diancam dengan humkuman penjara maksimal 6(enam) bulan atau denda
maksimal Rp. 50.000.000
• Untuk pelanggaran kedua dan seterusnya maka pelanggaran tersebut di pidana
kurungan 8 bulan.
• selain ketentua pidana,maka terhadap beberapa pelanggaran Undang-Undang ini,
juga dikenakan sangsi administrasi ,ganti rugi, dan denda.
Badan Penyelenggara
• Penyelenggaraan program jamsostek dilakukan, yaitu BUMN ( perusahaan,
perseroan/persero)
• BUMN tersebut melaksanakan fungsi & tugas dengan megutamakan pelayanan
kepada peserta dalam rangka peningkatan perlindungan & kesejahteraan tenaga
kerja & keluarga.
• Badan tersebut wajib membayar Jamsostek tenaga kerja dalam waktu tidak lebih
dari 1 (satu) bulan.
• Pengadilan terhadap penyelenggaraan program tersebut dilakukan oleh
pemerintah. Sedangkan dalam pengawasan mengikut serta kan unsur pengusaha &
tenaga keerja.
• Penempatan investasi & pengolaan dana program Jamsostek diatur dengan
peraturan pemerintah.
1. Ketentuan pidana
Barang siapa melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang ini, yaitu
tidak memberikan jaminan perlindungan terhadap tenaga kerja, diancam
dengan hukuman penjara maksimal 6 (enam) bulan atau denda maksimal Rp
50.000,000,-
Untuk pelanggaran kedua dan seterusnya maka pelanggaran tersebut dipidana
kurungan maksimal 8 bulan
Selain ketentuan pidana, maka terhadap beberapa pelanggaran Undang-
Undang ini, juga dikenakan sangsi administrasi, ganti rugi, dan denda.
2. Sebagai contoh yaitu JAMSOSTEK mandul sangsinya yaitu :
a. Hukuman Kurungan
b. Sanksi Administrasi
Husnilala. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta. PT. Raja Grafindo
persada