Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EKONOMI MAKRO

“PENGANGGURAN DAN INFLASI “

DOSEN:
HERI KISWANTO S.E., M.M.

DISUSUN OLEH:

1. EKO SAPUTRA 20216120100024

2. EXCELLA AGISTHA PUTRI 20216120100054

3. FANY NURHIKMAH 20216120100002

4. FERNANDO 20216120100037

UNIVERSITAS TRUNAJAYA BONTANG


FAKULTAS EKONOMI
MANAJEMEN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karania, serta taufik
dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang pengangguran dan inflasi
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada
bapak Heri Kiswanto, S.E.M.M. selaku Dosen mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Pengantar Ekonomi Makro. Kami juga menyadari bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami
sangat berharap saran dan kritik yang membangun berasal dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Demikian yang kami sampaikan. Semoga makalah yang kami buat ini dapat dipahami
dan berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.

Bontang, 1 juni 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 Pengertian Pengangguran.............................................................................................5
2.1.1 Jenis-Jenis Pengangguran..........................................................................................5
2.1.2 Dampak Negatif Pengangguran.................................................................................8
2.1.3 Solusi Mengatasi Pengangguran................................................................................8
2.2 Pengertian Inflasi..........................................................................................................9
2.2.1 Penyebab Inflasi.........................................................................................................9
2.2.2 Jenis-Jenis Inflasi.....................................................................................................10
2.2.3 Dampak Dari Inflasi.................................................................................................11
2.2.4 Inflasi dan Perkembangan Ekonomi........................................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................14
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................................14
3.2 SARAN.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang dihadapi setiap
negara Kedua masalah ekonomi itu dapat mewujudkan beberapa pengaruh buruk yang
bersifat ekonomi, politik, dan sosial Untuk menghindari berbagai pengaruh buruk yang
mungkin timbul, berbagai kebijakan ekonomi perlu dijalankan.
Inflasi dan tingkat pengangguran merupakan dua indikator yang dapat menggambarkan performa
ekonomi di suatu negara. Hubungan kedua variabel tersebut merupakan masalah ekonomi makro
yang banyak didiskusikan dalam praktik ekonomi. Relevansi hubungan antara inflasi dan tingkat
pengangguran juga berpengaruh terhadap bauran kebijakan di setiap negara untuk mencapai
kondisi perekonomian lebih baik.

Pengangguran merupakan salah satu masalah yang cukup fundamental dalam perekonomian suatu
negara, baik negara maju maupun negara berkembang khususnya negara berkembang seperti
Indonesia . Penyerapan tenaga kerja yang masih rendah menjadi permasalahan utama khususnya
di negara dengan jumlah penduduk yang tinggi
Dalam pembangunan ekonomi Indonesia kesempatan kerja masih menjadi masalah
utama. Hal ini timbul karena adanya kesenjangan atau ketimpangan dalam
mendapatkannya. Pokok dari permasalahan ini bermula dari kesenjangan antara
pertumbuhan jumlah angkatan kerja di satu pihak dan kemajuan berbagai sektor
perekonomian dalam menyerap tenaga kerja di pihak lain. Pertumbuhan ekonomi
memiliki peran penting dalam mengurangi jumlah pengangguran. Pertumbuhan ekonomi
yang tinggi akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja yang artinya dapat
mengurangi jumlah pengangguran. Sebaliknya jika pertumbuhan ekonomi turun maka
pengangguran akan meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pengangguran
2. Apa saja jenis-jenis pengangguran
3. Apa dampak dari pengangguran
4. Bagaimana cara mentatasi pengannguran
5. Apa yang dimaksud dengan inflasi
6. Apa saja penyebab dari inflasi
7. Apa saja jenis-jenis inflasi
8. Apa dampak dari inflasi
9. Apa itu inflasi dan perkembangan ekonomi
10. Bagaimana cara mengatasi inflasi

1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengangguran

Pengangguran adalah "kesempatan yang timpang yang terjadi antara angkatan kerja dan
kesempatan kerja sehingga sebagian angkatan kerja tidak dapat melakukan kegiatan
kerja". Pengangguran tidak hanya disebabkan karena kurangnya lowongan pekerjaan,
tetapi juga disebabkan oleh kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh pencari kerja
Persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan oleh dunia kerja, tidak dapat dipenuhi oleh
pencari kerja
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam indikator ketenagakerjaan, pengangguran
adalah penduduk yang tidak bekerja namun sedang mencari pekerjaan atau sedang
mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena
sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.
Menurut Sukirno (1994), pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang
termasuk dalam angkatan kerja ingin memperoleh pekerjaan akan tetapi belum
mendapatkannya. Seseorang yang tidak bekerja namun tidak secara aktif mencari
pekerjaan tidak tergolong sebagai pengangguran. Fator utama yang menyebabkan
terjadinya pengangguran adalah kurangnya pengeluaran agregat. Pengusaha
memproduksi barang dan jasa dengan maksud memperoleh keuntungan, akan tetapi
keuntungan tersebut akan diperoleh apabila pengusaha tersebut dapat menjual barang dan
jasa yang mereka produksi. Semakin besar permintaan, semakin besar pula barang dan
jasa yang mereka wujudkan. Kenaikan produksi yang dilakukan akan menambah
penggunaan tenaga kerja.

2.1.1 Jenis-Jenis Pengangguran


A. Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya
Berdasarkan penyebabnya pengangguran dapat dibagi empat kelompok (Sukirno, 1994) :

1) Pengangguran Normal atau Friksional


bukanlah wujud sebagai akibat dari ketidakmampuan memperoleh pekerjaan, melainkan
sebagai akibat dari keinginan untuk mencari kerja yang lebih baik.
Dalam perekonomian yang berkembang pesat, pengangguran adalah rendah dan
pekerjaan mudah diperoleh. Sebaliknya pengusaha susah memperoleh pekerja,
akibatnya pengusaha menawarkan gaji yang lebih tinggi. Hal ini akan mendorong
para pekerja untuk meninggalkan pekerjaanya yang lama dan mencari pekerjaan baru
yang lebih tinggi gajinya atau lebih sesuai dengan keahliannya. Dalam proses mencari
kerja baru ini untuk sementara para pekerja tersebut tergolong sebagai penganggur.
Mereka inilah yang digolongkan sebagai pengangguran normal.

2) Penggangguran Siklikal
Perekonomian tidak selalu berkembang dengan teguh. Adakalanya permintaan
agregat lebih tinggi, dan ini mendorong pengusaha menaikkan produksi. Lebih
banyak pekerja baru digunakan dan pengangguran berkurang. Akan tetapi pada masa
lainnya permintaan agregat menurun dengan banyaknya. Misalnya, di negara-negara
produsen bahan mentah pertanian, penurunan ini mungkin disebabkan kemerosotan
harga-harga komoditas. Kemunduran ini menimbulkan efek kepada perusahaan-
perusahaan lain yang berhubungan, yang juga akan mengalami kemerosotan dalam
permintaan terhadap produksinya. Kemerosotan permintaan agregat ini
mengakibatkan perusahaan-perusahaan mengurangi pekerja atau menutup
perusahaanya, sehingga pengangguran akan bertambah. Pengangguran dengan wujud
tersebut dinamakan pengangguran siklikal.

3) Pengangguran Struktural
Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan terus berkembang
maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran. Kemerosotan ini ditimbulkan oleh
salah satu atau beberapa faktor berikut:
 Wujudnya barang baru yang lebih baik
 Kemajuan teknologi mengurangi permintaan ke atas barang tersebut
 Biaya pengeluaran sudah sangat tinggi dan tidak mampu bersaing,
 Ekspor produksi industri itu sangat menurun oleh karena persaingan yang
lebih serius dari negara-negara lain.
Kemerosotan itu akan menyebabkan kegiatan produksi dalam industri tersebut
menurun, dan sebagian pekerja terpaksa diberhentikan dan menjadi penganggur.
Pengangguran yang wujud digolongkan sebagai pengangguran struktural. Dinamakan
demikian karena disebabkan oleh perubahan struktur kegiatan ekonomi.

4) Pengangguran Teknologi
Pengangguran dapat pula ditimbulkan oleh adanya penggantian tenaga manusia oleh
mesin-mesin dan bahan kimia. Racun ilalang dan rumput misalnya, telah mengurangi
penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan perkebunan, sawah dan lahan pertanian
lain. Begitu juga mesin telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat
lubang, memotong rumput, membersihkan kawasan, dan memungut hasil. Sedangkan
di pabrik- pabrik, ada kalanya robot telah menggantikan kerja-kerja manusia.
Pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemajuan teknologi
lainnya dinamakan pengangguran teknologi.
B. Penggangguran Berdasarkan Cirinya
Berdasarkan cirinya, Pengangguran dibagi menjadi empat kelompok (Sukirno, 1994):

1) Pengangguran Terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih
rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian
semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek
dari keadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak
melakukan suatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan separuh waktu,
dan oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka dapat
pula wujud sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan
teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari
kemunduran perkembangan suatu industri.

2) Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran ini terutama wujud di sektor pertanian atau jasa. Setiap kegiatan
ekonomi memerlukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan
tergantung pada banyak faktor, faktor yang perlu dipertimbangkan adalah besar
kecilnya perusahaan, jenis kegiatan perusahaan, mesin yang digunakan (apakah
intensif buruh atau intensif modal) dan tingkat produksi yang dicapai. Pada negara
berkembang seringkali didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi
adalah lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat menjalankan
kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan
dalam pengangguran tersembunyi. Contoh-contohnya ialah pelayan restoran yang
lebih banyak dari yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggota keluarga yang
besar yang mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.

3) Pengangguran Musiman
Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Pada musim
hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan
terpaksa menganggur. Pada musim kemarau pula para petani tidak dapat mengerjakan
tanahnya. Disamping itu pada umumnya para petani tidak begitu aktif di antara waktu
sesudah menanam dan sesudah menuai. Apabila dalam masa tersebut para penyadap
karet, nelayan dan petani tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa
menganggur. Pengangguran seperti ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim.

4) Setengah Menganggur
Pada negara-negara berkembang migrasi dari desa ke kota sangat pesat. Sebagai
akibatnya tidak semua orang yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan
dengan mudah. Sebagian terpaksa menjadi penganggur sepenuh waktu. Disamping itu
ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam
kerja mereka adalah jauh lebih rendah dari yang normal. Mereka mungkin hanya
bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja-
pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai
setengah menganggur (underemployed). Dan jenis penganggurannya dinamakan
underemployment.

2.1.2 Dampak Negatif Pengangguran


Pengangguran juga akan menimbulkan beberapa dampak negatif jika sifat pengangguran sudah
sangat struktural atau kronis. Dampak negatif yang ditimbulkan diantaranya adalah terganggunya
stabilitas perekonomian dan stabilitas sosial politik.
a. Terganggunya Stabilitas Perekonomian
Pengangguran struktural dan atau kronis akan mengganggu stabilitas perekonomian dilihat
dari sisi permintaan dan penawaran agregat.

(1) Melemahnya Permintaan Agregat


Untuk dapat bertahan hidup, manusia harus bekerja. Sebab dengan bekerja dia akan
memperoleh penghasilan, yang digunakan untuk belanja barang dan jasa. Jika tingkat
pengangguran tinggi dan bersifat struktural, maka daya beli
akan menurun, yang imbas panjangnya akan menimbulkan penurunan permintaan
agregat.
(2) Melemahnya Penawaran Agregat
Tingginya tingkat pengangguran juga akan menurunkan penawaran agregat, bila dilihat
dari peranan tenaga kerja sebagai faktor produksi utama. Semakin sedikit tenaga kerja
yang digunakan, maka semakin kecil penawaran agregat. Dampak pengangguran
terhadap penawaran agregat semakin terasa dalam jangka panjang. Semakin lama
seseorang menganggur, keteranpilan, produktivitas maupun etika kerjanya akan
mengalami penurunan.
b. Terganggunya Stabilitas Sosial Politik
Kronisnya kondisi pengangguran suatu negara juga akan menyebabkan terganggunya
stabilitas sosial politik suatu negara, karena saat ini pengangguran bukan hanya masalah
ekonomi, melainkan juga masalah sosial politik. Sebab dampak sosial dari pengangguran
sudah jauh lebih besar dari masa-masa sebelumnya. Pengangguran yang tinggi akan
meningkatkan angka kriminalitas, baik berupa kejahatan pencurian, perampokan,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang maupun kegiatan-kegiatan ekonomi ilegal lainnya.

2.1.3 Solusi Mengatasi Pengangguran


Beberapa program yang bisa dikembangkan untuk mengurangi pengangguran diantaranya seperti
yang disarankan oleh Bank Dunia, yaitu:
a. Penciptaan Pertumbuhan Ekonomi
Yaitu dengan mendorong laju investasi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan
menciptakan efek penggandaan. Namun peningkatan investasi perlu kerja keras karena
pemerintah dan masyarakat harus menciptakan lingkungan yang kondusif untuk usaha.
Antara lain, keamanan harus dijamin, biaya murah, adanya kepastian hukum, dan
kebutuhan infrastruktur terpenuhi.
b. Fleksibelitas dan Investasi Tenaga Kerja
Berkaitan dengan tenaga kerja, saat ini pengusaha merasa beban yang harus
ditanggungnya menjadi semakin berat, khususnya terhadap pekerja yang keluar karena
harus memberikan pesangon yang tinggi. Belum lagi produktivitasyang rendah pada
sebagian pekerja Indonesia. Pemerintah perlu turun tangan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dan mendorong perusahaan agar mengalokasikan dana untuk
pengembangan kualitas karyawannya.
c. Penciptaan Lapangan Kerja Baru
Yang perlu mendapatkan perbaikan adalah seberapa efektif penciptaan lapangan kerja
tersebut dalam menyerap tenga kerja yang benar-benar membutuhkan, seberapa efektif
output yang dihasilkan dari lapangan pekerjaan tersebut, dan seberapa sesuai antara
kebutuhan masyarakat dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Bisa jadi perlu
perpindahan penduduk dari daerah yang kelebihan tenaga kerja ke daerah yang
kekurangan tenaga kerja.

2.2 Pengertian Inflasi


Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Sedangkan kebalikan
dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus menerus, akibatnya daya beli
masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi
pada tahap berikutnya jumlah barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli
masyarakat. Sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi, yaitu manakala harga-harga secara umum
turun dari periode sebelumnya (nilai inflasi minus). Akibat dari inflasi secara umum adalah
menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi,
misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan
tetap, maka itu berarti secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif
akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga.
Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada
pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan
pemerintah karena ia adalah sukar untuk dicapai. Yang paling penting untuk diusahakan adalah
menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba atau
wujud sebagai akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar ekspektasi pemerintah, misalnya
efek dari pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang) yang sangat besar atau ketidakstabilan politik.
Menghadapi masalah inflasi yang bertambah cepat ini pemerintah akan menyusun langkah-langkah
yang bertujuan agar kestabilan harga-harga dapat diwujudkan kembali

2.2.1 Penyebab Inflasi


Selengkapnya, berikut ini adalah beberapa penyebab inflasi:
1. Meningkatnya Permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi yang terjadi disebabkan karena peningkatan permintaan untuk jenis barang/ jasa tertentu.
Dalam hal ini, peningkatan permintaan jenis barang/ jasa tersebut terjadi secara agregat (agregat
demand). Hal ini terjadi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:

 Meningkatnya belanja pemerintah


 Meningkatnya permintaan barang untuk diekspor
 Meningkatnya permintaan barang untuk swasta
2. Meningkatnya Biaya Produksi (Cost Pull Inflation)
Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi. Adapun peningkatan biaya produksi
disebabkan oleh kenaikan harga bahan-bahan baku, misalnya:

 Harga bahan bakar naik


 Upah buruh naik
3. Tingginya Peredaran Uang
Inflasi yang terjadi karena uang yang beredar di masyarakat lebih banyak dibanding yang
dibutuhkan. Ketika jumlah barang tetap sedangkan uang yang beredar meningkat dua kali lipat,
maka bisa terjadi kenaikan harga-harga hingga 100%.
Hal ini bisa terjadi ketika pemerintah menerapkan sistem anggaran defisit, dimana kekurangan
anggaran tersebut diatasi dengan mencetak uang baru. Namun hal tersebut membuat jumlah uang
yang beredar di masyarakat semakin bertambah dan mengakibatkan inflasi.

2.2.2 Jenis-Jenis Inflasi


A. Menurut Sifatnya
Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama yaitu sebagai berikut:
• Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10%
pertahun
• Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun. Inflasi ini
biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada
kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20%, 30%, dan sebagainya.
• Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100% pertahun. Dalam
kondisi ini harga-harga secara umum naik.
• Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara
drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi
menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat tajam, sehingga lebih baik ditukarkan
dengan barang.

B. Berdasarkan sebabnya
Inflasi berdasarkan penyebab terbagi:
• Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi
di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full
employment), akibatnya adalah sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak
sementara penawaran tetap, maka harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara terus-
menerus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk
mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan
tenaga kerja baru.
• Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi
(naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata
uang negara yang bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya
tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya biaya
produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen, yaitu: pertama, langsung
menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya
naik (karena tarik menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi

C. Bedasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama
1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya
defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara
untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga
naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan dan
sebagainya.
2. Inflasi yang berasal dari luar negeri
Karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang
tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga dan juga ongkos produksi relatif mahal,
sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga jualnya
di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.

2.2.3 Dampak Dari Inflasi


Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian,
akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off
antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat
pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian
Negara, dan lain sebagainya. Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun
positif dari inflasi adalah sebagai berikut:
A. DAMPAK NEGATIF
1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga
perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan
uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya
negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik
tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya
bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut) atau rendahnya dana investasi
yang tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar
keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk
pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya
memiliki banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan
semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada
sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan
perampasan.

B. DAMPAK POSITIF
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan
seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi
semakin dipercaya dan tangguh.

3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk
melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.

2.2.4 Inflasi dan Perkembangan Ekonomi


Kenaikan harga – harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan. Kenaikan
harga menyebabkan barang – barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran internasional.
Maka ekspor menurun. Sebaliknya, harga – harga produksi dalam negeri yang semakin tinggi
sebagai akibat inflasi menyebabkan barang – barang impor menjadi relatif murah. Maka lebih
banyak impor akan di lakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah
menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran
akan memburuk. Di samping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi
juga akan menimbulkan efek – efek yang berikut kepada individu masyarakat:
1. Inflasi akan menurunkan pendapatan rill orang – orang yang berpendapatan tetap. Pada
umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga – harga. Maka inflasi akan
menurunkan upah rill individu – individu yang berpendapatan tetap.
2. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan
masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan
simpanan dalam institusi – istitusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai
rillnya akan menurun apabila inflasi berlaku.
3. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukan bahwa penerima pendapatan tetap
akan menghadapi kemerosotan dalam nilai rill pendapatannya, dan pemilik kekayaan
bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai rill kekayaannya. Akan tetapi
pemilik harta – harta tetap (tanah), bangunan dan (rumah) dapat mempertahankan atau
menambah nilai rill kekayaannya. Juga sebagai penjual/pedagang dapat mempertahankan
nilai rill pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di
antara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik – pemilik harta tetap dan
penjual/pedagang akan menjai semakin tidak merata

2.2.5 Cara Mengatasi Inflasi

A) Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Bank Sentral
dapat mengatur uang giral melalui peralatan moneter yaitu :
(1) Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana pengendalian
jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual atau membeli surat-surat
berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang beredar, Bank Sentral menjual surat-surat
berharga. Sedangkan untuk menurunkan jumlah uang beredar, Bank Sentral membeli
surat-surat berharga
(2) Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan tingkat bunga yang
ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang diberikan kepada Bank Umum
(3) Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement) yaitu proporsi
cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan masyarakat yang
dimiliki. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah
uang menjadi lebih kecil.
B) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan
yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total 12 dan dengan demikian akan
mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan
fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat
mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.

C) Kebijakan yang Berkaitan dengan Output


Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai
misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor cenderung meningkat.
Bertambahnya jumlah barang dalam negeri cenderung menurunkan harga.

D) Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing


ini dilakukan dengan penentuan harga, serta didasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji
ataupun upah (gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik,gaji atu upah juga
dinaikkan.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan dari pembahasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan, bahwa inflasi


menunjukkan tingkat kenaikan harga, sedangkan pengangguran adalah kesempatan yang
timpang yang terjadi antara angkatan kerja dan kesempatan kerja sehingga sebagian
angkatan kerja tidak dapat melakukan kegiatan kerja

Inflasi mempunyai keterkaitan terhadap pengangguran dan kesempatan kerja. Tingkat


pengangguran yang rendah akan menimbulkan masalah inflasi, sebaliknya bila tingkat
pengangguran tinggi tingkat harga-harga relatif stabil. Tetapi hal ini tidak selalu terjadi.

3.2 SARAN

Tentunya kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik
dari tulisan maupun bahasan yang kami sajikan mengenai pengangguran dan inflasi. Oleh
karena itu, mohon diberikan sarannya agar kami
bisa membuat makalah lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi kita semua, dan menjadi wawasan kita dalam memahami teori permintaan dan
penawaran
DAFTAR PUSTAKA

https://eprints.umm.ac.id/35311/2/jiptummpp-gdl-vivynurjan-48009-2-babi.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10415/F.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://osf.io/gwnb3/download
%23:~:text%3DDari%2520gambar%25201%2520diketahui%2520bahwa,negara%2520mengalami
%2520inflasi%2520yang
%2520rendah.&ved=2ahUKEwiIxK3z_Ib4AhUP6nMBHZxHCgoQFnoECAMQBg&usg=AOvVaw1QW
nSfJkApgTkuCnqZKNOf

http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._EKONOMI_DAN_KOPERASI/
196302211987032-NETI_BUDIWATI/
INFLASI_KAITANNYA_DENGAN_PENGANGGURAN_DAN_KESEMPATAN_KE
RJA.pdf

https://barki.uma.ac.id/2020/10/26/pengertian-inflasi-penyebab-jenis-dampak-dan-teori-inflasi/

Anda mungkin juga menyukai