Dosen Pengampu:
2023
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4
A. Pengertian Pengangguran........................................................................... 4
B. Kategori dan Pengukuran Pengangguran.................................................... 5
C. Pengertian Inflasi........................................................................................ 7
D. Kategori dan Pengukuran Inflasi................................................................ 8
A. Kesimpulan................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah ketenagakerjaan yang sering dihadapi oleh setiap
negara, khususnya negara berkembang seperti Indonesia adalah masalah
pengangguran. Masalah pengangguran ini memang selalu menjadi suatu
persoalan yang perlu dipecahkan dalam perekonomian Negara Indonesia.
Jumlah penduduk yang bertambah semakin besar setiap tahunnya membawa
akibat bertambahnya jumlah angkatan kerja. Tingginya tingkat pengangguran
dalam suatu negara dapat membawa dampak negatif terhadap perekonomian
negara tersebut. Menurut BPS (2022), pengangguran terbuka (open
unemployment) didasarkan pada konsep seluruh angkatan kerja yang mencari
perkerjaan, baik yang mencari perkerjaan pertama kali maupun yang pernah
bekerja sebelumnya. Pengangguran terjadi karena pertumbuhan angkatan
tenaga kerja lebih tinggi dari pertumbuhan lapangan pekerjaan yang ada.
Pengangguran yang tinggi dapat menjadi sumber utama kemiskinan sehingga
dapat memicu kriminalitas yang tinggi serta dapat menghambat pembangunan
dalam jangka panjang (Artriyan, 2013).
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati
adalah inflasi dan pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja
perekonomian ini dapat saling berkaitan? Kita melihat bahwa tingkat
pengangguran alamiah bergantung pada berbagai ciri pasar tenaga kerja,
seperti peraturan upah minimum, kekuasaan pasar serikat pekerja, peranan
upah efisiensi dan seberapa efektifnya proses pencarian kerja. Sebaliknya
tingkat inflasi terutama sekali bergantung pada jumlah uang yang beredar yang
dikendalikan oleh bank sentral, oleh sebab itu, pada jangka panjang, inflasi
dan pengangguran secara garis besar bukanlah dua masalah yang saling
berkaitan.
Pada awalnya inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah uang beredar
atau kenaikan likuiditas dalam suatu perekonomian. Pengertian tersebut
mengacu pada gejala umum yang ditimbulkan oleh adanya kenaikan jumlah
1
uang beredar yang diduga telah menyebabkan adanya kenaikan harga-harga.
Inflasi dan pengangguran merupakan bagian dari masalah makroekonomi
yang menjadi perhatian utama bagi negara-negara di dunia, termasuk
Indonesia. Inflasi dan pengangguran yang terlalu tinggi, akan berdampak pada
fundamental perekonomian negara tersebut. Rendahnya inflasi dan
pengangguran terkadang tidak menguntungkan juga, karena inflasi yang
rendah akan berdampak pada produktifitas industri negara tersebut. Hal ini
diakibatkan karena adanya deflasi dari harga barang yang dihasilkan, maka
masalah ini nantinya akan berdampak pada pengurangan lapangan pekerjaan,
yang nantinya hanya akan menambah pengangguran. Dapat dikatakan bahwa
inflasi dan pengangguran merupakan masalah jangka pendek dan jangka
panjang yang selalu menjadi momok bagi perekonomian suatu negara.
Dikatakan baik buruknya suatu perekonomian negara dapat dilihat dari tingkat
inflasi yang ada di negara tersebut. Insukindro (2010) menuturkan bahwa
perilaku inflasi di Indonesia memiliki karakter yang khas sebagai negara
berkembang, terjadinya ketidak sempurnaan informasi dan permasalahan
lembaga terkadang juga ikut mempengaruhi.
Indonesia juga menganut sistem ekonomi terbuka yang dimana dapat
mempengaruhi guncangan inflasi sendiri. Jadi banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya inflasi di Indonesia. Indonesia dari awal berdiri
hingga sekarang selalu menghadapi permasalahan inflasi dan pengangguran.
Perkembangan inflasi di Indonesia menunjukkan fluktuasi yang bervariasi dari
waktu ke waktu. Oleh karena itu berdasarkan pemaparan di atas, makalah ini
bermaksud untuk memaparkan keterkaitan antara inflasi dengan tingkat
pengangguran di Indonesia tahun 1991 – 2014 sehingga dapat diperoleh
mekanisme kerja kedua variabel tersebut.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil beberapa
rumusan masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud pengangguran?
2. Apa saja kategori dan pengukuran pengangguran?
3. Apa yang dimaksud inflasi?
2
4. Apa saja kategori dan pegukuran inflasi?
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan dalam
makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu pengangguran.
2. Untuk mengetahui saja kategori dan pengukuran pengangguran.
3. Untuk mengetahui apa itu inflasi.
4. Untuk mengetahui apa saja kategori pengukuran inflasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengangguran
1. Pengertian pengangguran
Menurut Sukirno (2004: 28) pengangguran adalah jumlah tenaga
kerja dalam perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan, tetapi
belum memperolehnya. Pengangguran adalah penduduk yang tidak
bekerja namun sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan
suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena
sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja. Pengangguran
(unemployment) tidak berkaitan dengan mereka yang tidak bekerja, tetapi
tidak atau belum menemukan pekerjaan. Pengangguran merupakan
kelompok orang yang ingin bekerja, sedang berusaha bekerja
(mendapatkan atau mengembangkan) pekerjaan tetapi belum berhasil
mendapatkannya. 1
Pengangguran merupakan masalah makro ekonomi yang
mempengaruhi kelangsungan hidup manusia secara langsung. Bagi
kebanyakan orang kehilangan suatu pekerjaan merupakan penurunan suatu
standar kehidupan. Jadi tidak mengejutkan apabila pengangguran menjadi
topik yang sering diperbincangkan dalam perdebatan poltik oleh para
politisi yang seringkali mengkaji bahwa kebijakan yang mereka tawarkan
akan membantu terciptanya lapangan pekerjaan. Fator utama yang
menyebabkan terjadinya pengangguran adalah kurangnya pengeluaran
agregat. Pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan maksud
memperoleh keuntungan, akan tetapi keuntungan tersebut akan diperoleh
apabila pengusaha tersebut dapat menjual barang dan jasa yang mereka
produksi. Semakin besar permintaan, semakin besar pula barang dan jasa
yang mereka wujudkan. Kenaikan produksi yang dilakukan akan
menambah penggunaan tenaga kerja.2
B. Kategori dan Pengukuran Pengangguran
1
Zaini Ibrahim, Pengantar Ekonomi Makro, (Banten: KOPSYAH BARAKA, 2013),
2
Iskandar putong, Economics : Pengantar Mikro Dan Makro ( Jakarta:Mitra Wacana
Media 2019, 417)
4
1. Jenis – Jenis Pengangguran
Dalam membedakan jenis-jenis pengangguran, terdapat dua cara
untuk menggolongkannya yaitu:
a. Pengangguran berdasarkan penyebabnya:
1. Pengangguran Normal atau Friksional, pengangguran sebanyak dua
atau tiga persen dinamakan normal atau friksional. Pengangguran
yang dimaksud bukan tidak dapat memperoleh pekerjaan, melainkan
sedang mencari pekerjaan yang dinilai lebih baik dari sebelumnya.
2. Pengangguran Struktural, dikatakan pengangguran struktural karena
sifatnya yang mendasar. Pencari kerja tidak mampu memenuhi
persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang
tersedia. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang berkembang
pesat. Pengangguran Struktural disebabkan oleh perubahan struktur
kegiatan ekonomi.
3. Pengangguran Siklikal, adalah pengangguran yang menganggur
akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga
kerja lebih rendah dari penawaran kerja.
4. Pengangguran Teknologi, Pengangguran dapat pula ditimbulkan oleh
adanya penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan
kimia. Perusahaan cenderung lebih memilih tenaga mesin dibanding
tenaga manusia karena lebih cepat, mudah, dan hemat biaya.3
b. Pengangguran berdasarkan cirinya
1. Pengangguran Setengah menganggur, merupakan orang yang
sebenarnya sudah memiliki pekerjaan, tetapi jam kerjanya berbeda
dengan pekerjaan umumnya. Mereka hanya bekerja berdasarkan
permintaan dari pemberi kerja dalam jangka yang tidak menentu,
mungkin satu sampai dua kali dalam satu minggu atau kurang dari 7-
8 jam per hari. Orang yang bekerja secara partime bisa disebut juga
setengah menganggur.
2. Pengangguran terbuka, diartikan sebagai suatu situasi dimana angka
ketersediaan pekerjaan lebih rendah daripada jumlah tenaga kerja.
3
Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, 2021, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro
Ekonomi dan Makro Ekonomi, 379
5
Pengangguran terbuka akan benar benar tidak memiliki pekerjaan
yang disebabkan karena menurunnya kegiatan perekonomian pada
suatu waktu, pengangguran jumlah tenaga kerja karena kecanggihan
teknologi , serta kemunduran atau kemerosotan industri.
3. Pengangguran Tersembunyi, merupakn kondisi dimana jumlah
tenaga kerja lebih banyak dari yang seharusnya diperlukan.
Kelebihan jumlah tenaga kerja menyebabkab kegiatan tidak dapat
berjalan dengan merata, sebagimana ada yang bekerja dan sebagian
ada yang tidak bekerja.
4. Pengangguran Musiman adalah pengangguran yang terjadi karena
pergantian musim atau perubahan permintaan tenaga kerja.
2. Pengukuran pengangguran
Badan statistik negara mengelompokkan orang dewasa pada setiap
rumah tangga yang disurvei ke dalam satu kategori berikut.
1. Bekerja
2. Pengangguran
3. Tidak termasuk angkatan kerja
Setelah mengelompokkan seluruh individu yang disurvei ke dalam tiga
kategori tersebut, badan statistik negara menghitung berbagai statistik
untuk merangkum kondisi angkatan kerja. Angkatan kerja (labor force)
adalah jumlah orang yang berkerja dan tidak berkerja.
Angkatan kerja = Jumlah orang yang bekerja + Jumlah yang
tidak bekerja.
Tingkat pengangguran (unemployment rate) adalah persentase angkatan
kerja yang tidak bekerja:
Tingkat Pengangguran =
jumlah pengangguran : jumlah angkatan kerja x 100
6
C. Inflasi
1. Pengertian inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga-harga umum yang berlaku dalam
suatu perekonomian dari satu periode keperiode lainnya 4. Inflasi adalah
suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus
(continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebapkan oleh
berbagai faktor antara lain: konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi
barang5.
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-
menerus. Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan
harga secara terus menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah
besar, sehingga pada tahap awal barang-barang menjadi langka, akan
tetapi pada tahap berikutnya jumlah barang akan semakin banyak karena
semakin berkurangnya daya beli masyarakat (https://www.academia.edu).
Sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi, yaitu manakala harga-harga
secara umum turun dari periode sebelumnya (nilai inflasi minus). Akibat
dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena
secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi, misalkan besarnya
inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sementara
pendapatan tetap, maka itu berarti secara riil pendapatan mengalami
penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif akan menurunkan daya beli
sebesar 5% juga.
Laju inflasi merupakan gabungan harga-harga. Harga yang
melambung tinggi tergambar dalam inflasi yang tinggi. Sementara itu,
harga yang relatif stabil tergambar dalam angka inflasi yang rendah.
Kenaikan harga ini diukur menggunakan indeks harga. Beberapa indeks
harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain:
1. Indeks biaya hidup (consumer price indeks)
4
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 27
5
Boediono, Ekonomi Makro: Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No, 2 hlm. 9
7
Indeks biaya hidupmengukur biayaa atau pengeluaran untuk membeli
sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk
keperluan hidup.
2. Indeks harga perdagangan besar (wholessale price indeks)
Indeks perdagangan besar menitik beratkan pada sejumlah barang pada
tingkat besar. Ini berati harga bahan mentah, bahan baku atau setengah
jadi masuk daalaam perhitungan indeks harga. Biasanya perubahan
indeks harga ini sejalan atau searah dengan indeks biaya hidup.
3. GNP deflator
GNP deflator adalah jenis indeks yang lain, berbeda dengan dua indeks
diatas dalam cangkupan barangnya. GNP deflator mencangkup jumlah
barang dan jasa yang masuk dalam penghitungan GNP, jadi lebih
banyak jumlanya bila dibanding dengan dua indeks diatas. GNP
deflator diperoleh dengan membagi GNP normal (atas dasar harga
berlaku) dengan GNP rill (diatas harga konstan)6.
8
kesempatan kerja yang tinggi perusahaan akan sangat memerlukan tenaga
kerja. Keadaan ini cenderung akan menyebapkan kenaikan upah dan gaji
karena:7
Perusaahaan-perusahaan akan berusaha mencegah perpindahan
tenaga kerja dengan menaikkan upah dan gaji.
Usaha-usaha untuk memperoleh pekerja tambahan hanya akan
berhasil apabila perusahaan-perusahaan menawarkan upah dan gaji
yang lebih tinggi.
c. Inflasi Diimpor
Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang
diimpor. Inflasi ini akan terwujud apabila barang-barang impor yang
mengalami kenaikan harga mempunyai peran yang penting dalam kegiatan
pengeluaran perusahaan-perusahaan. Salah satu contohnya adalah efek
kenaikan harga minyak dalam tahun 1970an kepada perekonomian negara-
negara barat dan negara-negara pengimpor minyak lainnya. Kenaikan
hargaminyak tersebut menaikkan biaya produksi, dan kenaikan biaya
produksi mengakibatkan kenaikan hargaharga. Kenaikan harga minyak
yang tinggi pada tahun 1970an (yaitu dari US$30.00 pada tahun 1973
berubah menjadi US$ 12.00 pada tahun 1974 menjadi US$ 30.00 pada
tahun 1979) menyebapkan masalah stagflasi yaitu inflasi ketika
pengangguran tinggi diberbagai negara.
2. Jenis Inflasi Menurut Sifatnya
Laju inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain
atau dalam satu negara untuk waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya
laju inflasi, maka inflasi dapat dibagi dalam tiga kategori yakni,
a. Inflasi menyerap (creeping inflation),
Inflasi merayap ditandai dengan adanya laju inflasi yang rendah, yang
mana terjadi kenaikan harga yang berjalan secara lambat dengan
persentase yang cenderung kecil serta dalam kurun waktu lama
menengah (galoping inflation) serta inflasi tinggi (hyper inflation).8
7
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga..., hlm. 335
8
Nopirin, Ph.D, Ekonomi Moneter Buku 2,Cetakan ke 10…, hlm.27
9
b. Inflasi menengah (galloping inflation) ditandai dengan kenaikan harga
yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan
kadang kala berjalandalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai
sifat yang akselerasi. Artinya harga-harga minggu atau bulan ini lebih
tinggi dari minggu atau bulan lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap
perekonomian lebih berat daripada inflasi yang menyerap (creeping
inflation).
c. Inflasi tinggi (hyper inflation) merupakan inflasi yang paling parah
akibatnya. Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak
lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan
tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang perputaran uang makin
cepat, hanya naik secara akselerasi.
3. Pengukuran inflasi
Ada beberapa cara menghitung inflasi salah satunya adalah dengan metode
Indeks Harga Konsumen, Produk Domestik Bruto dan Indeks Harga
Perdagangan Besar.
a. Indeks Harga Konsumen (IHK)
Cara menghitung inflasi yang pertama menggunakan IHK alias Indeks
Harga Konsumen. Indeks Harga Konsumen adalah indeks yang di
gunakan untuk menghitung rata-rata harga barang atau jasa tertentu
yang di konsumsi oleh masyarakat. Tingkat inflasi suatu Negara
biasanya di ukur menggunakan Indeks ini. Agar bisa memperkirakan
nilai Indeks Harga Konsumen di masa depan biasanya menggunakan
indeks harga produsen yakni harga rata-rata bahan yang di gunakan
untuk membuat produk oleh produsen. Cara menghitung IHK yakni
dengan mengumpulkan harga dari banyaknya jumlah barang atau jasa
tertentu. BPS juga akan mengukur jenis-jenis produk yang berbeda.
Kemudian mulai menghitung harga dari barang dan jasa tersebut.
Cara menghitung Indeks Harga Konsumen adalah IHK =
(Pn/Po)x100
Pn : Harga sekarang sedangkan
10
Po : Harga pada tahun dasar. Tahun dasar adalah Tahun yang akan di
jadikan sebagai perbandingan dengan tahun yang akan di hitung.
b. Produk Domestik Bruto (PDB)
Cara menghitung inflasi selanjutnya yakni dengan Produk Domestik
Bruto atau bisa di artikan semua barang atau jasa yang di produksi
dalam jangka waktu tertentu namun biasanya per tahun.
Ada dua cara yang bisa di gunakan untuk menghitung PDB yakni
dengan memakai dua metode yaitu pendekatan pengeluaran dan
pendekatan pendapatan.
Cara menghitung pendekatan pengeluaran:
PDB= Konsumsi+Investasi+Pengeluaran pemerintah+(ekspor-
impor)
Dari rumus tersebut dapat di simpulkan bahwa yang termasuk dalam
konsumsi adalah pengeluaran rumah tangga, investasi usaha,
pengeluaran pemerintah dan kegiatan ekspor maupun impor.
Cara menghitung pendekatan pendapatan:
PDB= sewa+upah+bunga+laba
Secara lebih rinci, pendekatan pendapatan di dapatkan dari faktor
produksi. Pendapatan faktor produksi mulai dari sewa, upah, bunga
untuk pemilik modal dan laba untuk pemilik usaha.
c. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
Cara menghitung inflasi yang ke tiga adalah dengan Indeks Harga
Perdagangan Besar atau yang juga bisa di sebut Indeks Harga
Produsen. IHPB merupakan angka indeks yang megukur tingkat harga
barang atau jasa yang di beli oleh konsumen.
Namun, ada juga yang mengatakan bahwa Indeks Harga Produsen
adalah indeks yang di dasarkan pada harga transaksi pedagang pertama
dengan pedagang selanjutnya di pasar yang masih berada dalam suatu
komoditas.
11
BAB III
PENTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan materi diatas, dapat disimpulkan mengenai pengangguran dan
inflasi yaitu: Menurut Sukirno (2004: 28) pengangguran adalah jumlah tenaga
kerja dalam perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan, tetapi belum
memperolehnya. Pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja namun
sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau
penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi
belum mulai bekerja. Pengangguran merupakan masalah makro ekonomi yang
mempengaruhi kelangsungan hidup manusia secara langsung. Bagi
kebanyakan orang kehilangan suatu pekerjaan merupakan penurunan suatu
standar kehidupan. Adapun beberapa mengenai jenis-jenis pengangguran
yaitu: pengangguran berdasarkan penyebabnya: Pengangguran Normal atau
Friksional, Pengangguran Struktural, Pengangguran Siklikal, Pengangguran
Teknologi. Dan pengangguran berdasarkan cirinya : Pengangguran Setengah
menganggur, Pengangguran terbuka, Pengangguran Tersembunyi, dan
Pengangguran musiman. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-
harga secara umum dan terus menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme
pasar yang dapat disebapkan oleh berbagai faktor antara lain: konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak
lancaran distribusi barang. Kategori dan pengukuran inflasi: Berdasarkan
Sumber atau Penyebabnya : Inflasi Tarikan Permintaan, inflasi desakan biaya,
dan inflasi diimpor. Jenis inflasi menurut sifatnya: Inflasi rendah, inflasi
mengah, inflasi tinggi. Dan cara menghitung inflansi dengan indeks harga
konsumen, Produk domwestik, dan Indeks harga perdagangan besar.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, D., Sudharyati, N., Putra, R. A., Ramdhan, N., Putra, M. I. N., & Putra,
H. H. (2023). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), dan Kemiskinan terhadap Tingkat Pengangguran
Terbuka di Provinsi Jambi Selama Tahun 2017-2021. Ekonomis:
Journal of Economics and Business, 7(1), 672-676.
Boediono, 2022, Ekonomi Makro: Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No,
2…, hlm. 9
Hilmi, H., Nasir, M., Ramlawati, R., & Peuru, C. D. (2022). Pengaruh Jumlah
Penduduk Dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Kabupaten Tolitoli. GROWTH Jurnal Ilmiah Ekonomi Pembangunan,
1(1), 20-27.
Sadono Sukirno, 2021, Makro ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga..., hlm. 335
13