Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGANGGURAN, INFLANSI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

DISUSUN OLEH :

1. Aulya Kurnia Putri 64222175

2. Felda Ananta 64222556

3. Ahsyanul Imam 64222226

4. Heri Kuncoro 64222546

KELAS : 64.2E.26

DOSEN : Vicky Windasari, S. Ikom

EKONOMI MAKRO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah kami dengan judul
“Pengangguran, Inflansi Dan Kebijakan Pemerintah”. Makalah ini ditulis dalam rangka untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro.

Penyusunan laporan ini bersumber pada informasi internet, diharapkan pembaca dapat
mengetahui tentang Permasalahan dan Pengambilan Keputusan dalam Organisasi serta dapat
memberikan manfaat khususnya bagi para pembaca.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, izinkanlah kami untuk menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berjasa memberikan motivasi dalam rangka menyelesaikan
makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Vicky Windasari S.Ikom selaku dosen
mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa sekalian.

Demikian makalah ini kami buat. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Kami meminta maaf apabila ada kesalahan pada penyusunan kata
dalam penyusunan makalah ini karena pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................

BAB I......................................................................................................................................................

PENDAHULUAN .................................................................................................................................

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................

1.3 Maksud dan Tujuan .........................................................................................................................

1.4 Metode Penulisan .............................................................................................................................

BAB II....................................................................................................................................................

PEMBAHASAN.....................................................................................................................................

2.1 Pengangguran...................................................................................................................................

2.2 Jenis-jenis Pengangguran..............................................................................................


2.3 Hal Yang Menyebabkan Pengangguran........................................................................
2.4 Akibat Buruk Yang Ditimbulkan Oleh Pengangguran..................................................
2.5 Inflasi.............................................................................................................................
2.6 Cara Mengatasi Inflasi...................................................................................................
2.7 Jenis-jenis Inflasi...........................................................................................................
2.8 Efek Dari Inflasi............................................................................................................
2.9 Kebijakan Pemerintah....................................................................................................
2.10 Tujuan Kebijakan Pemerintah.....................................................................................
BAB III................................................................................................................................
PENUTUP...........................................................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok permasalahan
ekonomi makro. Pertama adalah masalah ketidakefisienan dalam penggunaan faktor-faktor
produksi yang tersedia dalam perekonomian. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah
indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga
berkaitan dengan kemampuan daya beli.

Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin
besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah inflasi tidak hanya
berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga sangat berkaitan
dengan purchasing power atau daya beli dari masyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat
sangat bergantung kepada upah riil. Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan
harga dibarengi dengan kenaikan upah riil.

Masalah ketiga adalah ketidakefisienan dalam menggunakan tambahan-tambahan faktor-


faktor produksi yang berlaku dari tahun ke tahun. Masalah ini menyebabkan masalah
pengangguran tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lainnya harus secara terus menerus
difikirkan dan dipecahkan. Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang
begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara
berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya
lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Juga masalah ini menyebabkan dari
waktu ke waktu tingkat kemakmuran mesyarakat selalu lebih rendah daripada tingkat
kemakmuran yang mungkin mereka capai.

Maka dari itu, kami membuat makalah ini dengan bertujuan untuk menunjukkan
keadaan-keadaan yang menimbulkan masalah-masalah itu, bentuk-bentuk dari masalah itu,
dan akibat-akibat buruk dari masalah itu kepada keseluruhan perekonomian dan kepada
perorangan-perorangan dalam perekonomian.
1.2 Rumusan masalah
1. Masalah pengangguran
2. Masalah inflasi
3. Kebijakan fiskal dan masalah pengangguran
4. Kebijakan moneter dan masalah penganggguran
5. Masalah inflasi dan kebijakan pemerintah
6. Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan ini dibuat untuk mempermudah tercapainya target penelitian dengan
baik dan dapat diselesaikan tepat waktu, maka dalam penelitian ini memfokuskan pada
materi Pengangguran, Inflansi dan Kebijakan Pemerintah sehingga uraian dalam makalah ini
bertujuan lebih mendalam lagi dan memperluas wawasan tentang pengangguran, inflansi
dan kebijakan pemerintah.

1. 4 Metode Penulisan
Berbagai metode dan teknik penulisan dapat kita gunakan. Namun dalam hal ini metode
penulisan yang kami gunakan dari berbagai referensi misalnya dengan cara browsing
internet dan kajian buku.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengangguran

Menurut Badan Pusat Statistik, Pengangguran meliputi penduduk yang tidak bekerja
tetapi sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha, merasa tidak mungkin
mendapat pekerjaan (putus asa), atau sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.

2.2 Jenis-jenis Pengangguran

 Menurut faktor penyebabnya, terbagi atas :

A. Pengangguran Friksional / Pengangguran Normal


Pada setiap masa sebagian kecil dari angkatan kerja adalah dalam keadaan
menganggur atas kemauan sendiri. Mereka berhenti dari tempat pekerjaan yang lama dan
mencari pekerjaan lain. Maksud mereka berhenti dari pekerjaan tersebut adalah untuk
mencari pekerjaan yang lebih baik, memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan
memperoleh jaminan sosial atau fasilitas lainnya yang lebih baik. Pengangguran yang
ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik tersebut dinamakan Pengangguran
Friksional.

B. Pengangguran Struktural

Kemajuan teknologi di kegiatan-kegiatan ekonomi lain, perubahan dalam cita rasa


masyarakat dan masuknya pesaing baru yang lebih efisien di pasar adalah beberapa faktor
yang dapat mengakibatkan kemunduran dalam sesuatu kegiatan ekonomi. Apabila hal ini
terjadi, terpaksalah para pekerja diberhentikan oleh instansi yang mempekerjakan
mereka. Pengangguran yang demikian dinamakan Pengangguran Struktural.

C. Pengangguran Teknologi

Pengangguran dapat pula disebabkan oleh adanya pergantian tenaga manusia oleh
mesin-mesin atau bahan-bahan kimia. Misalnya : racun lalang dan rumput, telah
mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan sawah, ladang dan
perkebunan. Begitu juga, mesin telah mengurangi keperluan tenaga kerja untuk mengorek
tanah, memotong rumput, membersihkan hutan untuk ditanami, dsb. Pengangguran yang
ditimbulkan oleh berlakunya pergantian tenaga manusia dengan mesin-mesin yang lebih
modern disebut Pengangguran Teknologi.

D. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik
turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran
kerja. Contohnya, orang-orang yang di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
 Menurut ciri-cirinya, terdiri atas :
A. Pengangguran Terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang
lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Efek dari kejadian ini, dalam jangka panjang,
mereka tidak melakukan suatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan tidak
ada pekerjaan sama sekali, oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka. Contohnya,
banyaknya sarjana namun sedikit lapangan pekerjaan.
B. Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran tersembunyi merupakan kondisi dimana jumlah tenaga kerja lebih
banyak dari yang seharusnya diperlukan. Kelebihan jumlah tenaga kerja menyebabkan
kegiatan tidak dapat berjalan dengan merata, sebagian ada yang bekerja dan sebagian ada
yang tidak bekerja.
Sebagai contoh, jumlah pelayan kafe yang terlalu banyak daripada kebutuhan
sebenarnya. Sebagian dari mereka akan bekerja melayani pelanggan, tapi sebagian akan
banyak menganggur karena sudah ada yang melayani pelanggan. Hal ini yang dinamakan
pengangguran tersembunyi.
Contoh lain yang bisa ditemui ada pada masyarakat di pedesaan. Mayoritas
bekerja sebagai petani dengan jumlah yang cukup banyak. Jumlah sawah yang harus
digarap oleh para petani tersebut tidak terlalu luas sehingga jika dikerjakan dengan
jumlah yang banyak tidak semua akan mendapatkan bagian yang sama dalam
mengerjakan.

C. Pengangguran Bermusim
Pengangguran jenis ini dapat ditemui pada mereka yang bekerja di bidang
pertanian atau nelayan. Ketika memasuki musim panen, petani akan bekerja penuh waktu
untuk mendapatkan hasil panen dalam jumlah yang banyak. Namun, apabila suatu masa
hasil pertaniannya tidak maksimal atau terjadi kegagalan panen akan membuat mereka
menjadi pengangguran. Sama halnya dengan mereka yang bekerja sebagai nelayan.
Ketika musim sedang tidak bagus untuk pergi ke laut, nelayan tidak bisa bekerja sehingga
harus menganggur beberapa waktu dan menunggu sampai ada waktu yang tepat untuk
melaut. Hal-hal tersebut yang menyebabkan mereka menjadi pengangguran musiman.
D. Setengah Menganggur
Setengah menganggur merupakan orang yang sebenarnya sudah memiliki
pekerjaan, tetapi jam kerjanya berbeda dengan pekerja pada umumnya. Mereka hanya
bekerja berdasarkan permintaan dari pemberi kerja dalam jangka yang tidak menentu,
mungkin satu sampai dua kali dalam satu minggu atau bekerja kurang dari 7 sampai 8
jam per hari. Orang yang bekerja secara part time atau freelance bisa disebut juga sebagai
setengah menganggur.

2.3 Hal Yang Menyebabkan Pengangguran


1. PHK masal.
2. Keterampilan yang kurang memadai.
3. Teknologi yang semakin modern.
4. Ketidakstabilan perekonomian dan politik suatu Negara.
5. Kualifikasi pendidikan yang kurang sesuai.

2.4 Akibat Buruk Yang Ditimbulkan Oleh Pengangguran


1. Peningkatan tindakan kriminalitas, misalnya perampokan/pencurian.
2. Tingkat kesehatan menurun.
3. Terjadinya kekacauan social dan politik (demontrasi dan perebutan kekuasaan)
4. Hilangnya kepercayaan diri dan menurunnya kemampuan kerja.
5. Perselisihan dalam keluarga.

2.5 Inflasi
Menurut Badan Pusat Statistik, inflasi adalah presentase tingkat kenaikan harga sejumlah
barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga.
Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, inflasi sebagai kenaikan harga barang dan jasa
yang terjadi secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu.
Kebalikan dari inflasi adalah deflasi. Deflasi bisa diartikan sebagai penurunan harga
barang dan juga jasa yang terjadi secara umum dan terus-menerus.

2.6 Cara Mengatasi Inflasi


1. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal ini sendiri berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran dari
anggaran pemerintah. Kebijakan fiskal ini antara lain dengan meningkatkan tarif pajak,
mengurangi pengeluaran dari pemerintah, dan melakukan pinjaman.
2. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter menjadi salah satu dari cara mengatasi inflasi yang bisa
dilakukan oleh pemerintah. Kebijakan moneter atau kebijakan keuangan bisa dilakukan
dengan menambah ataupun mengurangi jumlah uang yang beredar. Hal ini dilakukan
untuk menjaga kestabilan moneter dengan tujuan bisa meningkatkan kesejahteraan dari
masyarakat suatu Negara.
Kebijakan moneter lainnya adalah dengan melakukan kebijakan operasi pasar
terbuka. Kebijakan ini bisa dilakukan dengan cara mengendalikan jumlah uang beredar.
3. Kebijakan Non-Fiskal dan Non-Moneter
Kebijakan nonfiskal dan nonmoneter ini bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
a) Menambah nilai produksi
Pemerintah akan memberikan kebijakan-kebijakan yang bisa meringankan para
pengusaha. Hal ini dilakukan oleh pemerintah dengan harapan para pengusaha bisa
menggenjot produksi agar lebih banyak lagi.
Dengan banyaknya barang yang beredar dimasyarakat, maka perputaran uang
akan semakin cepat dan banyak, sehingga uang yang beredar menjadi kembali
seimbang.

b) Mempermudah masuknya barang impor


Tak semua barang bisa dipenuhi oleh produsen dalam negeri, untuk itu
mempermudah masuknya barang-barang impor menjadi salah satu solusi untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menurunkan
pajak dan juga mempermudah perizinan barang impor.
c) Menstabilkan pendapatan masyarakat
Menjaga pendapatan masyarakat agar tidak naik juga bisa menjadi salah satu cara
untuk menekan laju pertumbuhan inflasi yang tak terkendali.
d) Menetapkan harga maksimum
Pada saat terjadi inflasi, harga barang cenderung naik tak terkendali. Hal inilah
yang membuat daya beli dari masyarakat menurun. Dengan menetapkan harga
maksimum, pemerintah mengharap agar daya beli masyarakat menjadi lebih baik
lagi.
e) Pengawasan distribusi barang
Distribusi barang yang terhambat juga menjadi salah satu faktor naiknya harga di
suatu wilayah. Permintaan yang besar tidak diimbangi dengan jumlah barang yang
terbatas akibat terhambatnya proses distribusi barang. Dengan melakukan
pengawasan sebagai salah satu cara mengatasi inflasi, diharapkan barang tersebut
bisa cepat didistribusikan kepada masyarakat.

2.7 Jenis-jenis Inflasi


1. Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi Tarikan Permintaan adalah kesempatan kerja yang tinggi, menciptakan
tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi
kemampuan ekonomi. Misalnya mengeluarkan barang dan jasa.
Contohnya, suatu perusahaan Blackberry menawarkan berbagai aplikasi baru
untuk menambahkan minat masyarakat sehingga penawaran akan barang tersebut dapat
bertambah.

2. Inflasi Desakan Biaya


Inflasi Desakan Biaya adalah kenaikan harga barang produksi dari suatu
perusahaan dengan cara memberikan gaji dan upah yang tinggi kepada karyawannya
karena adanya permintaan perusahaan yang bertambah.
Contohnya, dalam suatu perusahaan membutuhkan 10 karyawan, untuk bekerja
sesuai jam kerja yang ditetapkan, namun berhubung karyawan yang perusahaan peroleh
hanya setengah dari 10 karyawan dan permintaan perusahaan semakin meningkat maka
perusahaan akan menaikan gaji atau upah yang lebih tinggi untuk karyawan yang
mengerjakan permintaan perusahaan yang meningkat itu.
3. Inflasi Diimpor
Inflasi Diimpor bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang diimpor. Inflasi
ini akan wujud, apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga
mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan.
Misalnya, Minyak yang berasal dari salah satu Negara terbesar penghasil minyak
yaitu Negara Arab Saudi, Negara Arab akan menaikkan harga minyak karena minyak
peranannya sangat penting dalam proses produksi barang-barang industry. Dengan
naiknya harga minyak, maka harga biaya produksi pun otomatis meningkat.

2.8 Efek Dari Inflasi


a. Efek Positif
1. Peredaran/perputaran barang lebih cepat.
2. Produksi barang bertambah karena keuntungan pengusaha bertambah.
3. Kesempatan kerja bertambah karena terjadi tambahan investasi.
b. Efek Negatif / efek buruk
1. Inflasi dan perkembangan ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi.
Biaya yang terus-menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak
menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya
untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan membeli harta-harta tetap
seperti tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan
kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan
tingkat kegiatan ekonomi menurun.
2. Inflasi dan kemakmuran masyarakat
a) Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan
tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka
inflansi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap.
b) Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang, simpanan di
bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain
merupakan simpanan keuangan. Nilai riil nya akan menurun apabila inflasi
berlaku.
c) Memperburuk pembagian kekayaan
Telat ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi
kemerosotan dalam nilai riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat
keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Akan tetapi
pemilik harta-harta tetap-tanah, bangunan dan rumah dapat mempertahankan atau
menambah nilai riil kekayaannya.

2.9 Kebijakan Pemerintah


 Kebijakan segi permintaan :
a) Kebijakan fiskal adalah usaha pemerintah untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi
dengan membuat perubahan dalam bentuk pengeluarannya dalam system pelajaran.
b) Kebijakan Moneter adalah langkah pemerintah yang dijalankan melalui Bank Sentral
untuk mengetahui kegiatan perekonomian dengan membuat perubahan dalam
penawaran uang dan suku bunga.
 Kebijakan segi penawaran :
a) Kebijakan segi penawaran adalah Langkah pemerintah yang berusaha meningkatkan
efisiensi kegiatan Perusahaan-perusahaan dan tenaga kerja sehingga Produksi
Nasional dapat ditingkatkan, Biaya Produksi dikurangkan dan teknologi semakin
berkembang.
b) Stagflasi adalah keadaan inflasi yang sangat tinggi dan berkepanjangan, ditandai
dengan macetnya kegiatan perekonomian yang menyebabkan pengangguran.

1. a. Kebijakan fiskal dan masalah pengangguran


Mengurangi pajak dan menambah pengeluaran pemerintah
b. Kebijakan Moneter dan masalah pengangguran
Menambah penawaran uang, mengurangi atau menurunkan suku bunga dan
menyediakan kredit khusus untuk kegiatan tertentu.
GRAFIK (i) Kebijakan Moneter dan masalah pengangguran

(a) Pendekatan Y=AE (b) Pendekatan AD-AS


Grafik (a) Efek Kebijakan Moneter dalam Analisis Y=AE
Untuk mengatasi pengangguran dan menggalakkan kegiatan ekonomi, bank
sentral menambah penawaran uang. Langkah ini menurunkan suku bunga dan
menggalakkan para pengusaha menambah investasi, yaitu sebesar ΔI. Pertambahan
investasi tersebut memindahkan pengeluaran agregat dari AE0 menjadi AE1 dan
memindahkan keseimbangan dari E0 ke E1 . Dengan demikian, pendapatan nasional
meningkat menjadi Y1. Peningkatan ini menambah kesempatan kerja dan mengurangi
pengangguran. Perubahan kegiatan ini berlaku pada harga yang tidak mengalami
perubahan-yaitu diasumsikan tingkat harga yang berlaku adalah P0.
Grafik (b) Efek Kebijakan Moneter dalam Analisis AD-AS
Penawaran agregat dalam perekonomian itu digambarkan oleh kurva AS, yang
landai bentuknya, dimisalkan banyak pengangguran dalam perekonomian. Permintaan
agregat asal adalah AD0 dan titik A menggambarkan keseimbangan yang mula-mula
dicapai dan keseimbangan ini adalah sama dengan E0 pada grafik (a)-yang
menggambarkan pendapatan nasional riil adalah Y0 dan tingkat harga P0. Seperti telah
dinyatakan, pada keseimbangan ini terdapat banyak pengangguran dalam
perekonomian. Dengan menjalankan kebijakan moneter, diharapkan suku bunga akan
menjadi semakin rendah dan investasi meningkat.
Telah ditunjukkan dan diterangkan dengan menggunakan grafik (a) bahwa
kebijakan moneter akan memindahkan pengeluaran agregat dari AE0 ke AE1, dan
meningkatkan pendapatan nasional dari Y0 ke Y1.
Dalam grafik (b) perpindahan tersebut digambarkan oleh perubahan AD0 menjadi
AD1 dan jarak AB sama dengan Y0Y1. Permintaan agregat AD1 memotong
penawaran agregat AS di titik C. Dengan demikian, sebagai akibat dari kebijakan
moneter, keseimbangan AD-AS berubah dari titik A ke titik C. Perubahan ini
menggambarkan perubahan berikut: efek dari dijalankannya kebijakan moneter
pendapatan nasional riil meningkat dari Y0 menjadi Y2 dan tingkat harga meningkat
dari P0 menjadi P1.
Grafik (b) jelas menggambarkan bahwa menurut analisis Y=AE (penawaran
agregat-pengeluaran agregat dari analisis Keynesian) perubahan pengeluaran (yaitu
dimisalkan investasi bertambah) dalam perekonomian menyebabkan pertambahan
yang lebih besar kepada pendapatan nasional apabila dibandingkan analisis AD-AS.
Hal ini disebabkan karena perbedaan pemisalan dalam kedua analisis tersebut. Dalam
analisis Y=AE dimisalkan harga tidak berubah (tetap pada P0). Akan tetapi dalam
analisis AD-AS harga dapat mengalami perubahan. Uraian di atas menunjukkan harga
mengalami kenaikan, yaitu dari P0 menjadi P1.
Perubahan ini menyebabkan:
i. Konsumsi riil rumah tangga berkurang;
ii. Ekspor berkurang;
iii. Impor bertambah.
Oleh karena itu, dalam analisis AD-AS pendapatan nasional riil hanya meningkat ke
Y2 dan bukan ke Y1.

2. Masalah Inflasi dan Kobijakan Pemerintah


GRAFIK (II)

(a) Pendekatan Y=AE (b) Pendekatan AD-AS

Efek Kebijakan Fiskal Menurut Pendekatan Y=AE


Pengeluaran agregat yang awal adalah AE(P0) dan pengeluaran ini mewujudkan
keseimbangan di titik E0 , pendapatan nasional adalah Y0 dan tingkat kesempatan kerja
penuh hampir dicapai.
Misalkan kenaikan ekspor menambah pengeluaran agregat dan pada waktu yang
sama kenaikan harga-harga menjadi lebih cepat. Tanpa kebijakan pemerintah
pengeluaran agregat akan mencapai AE(P1)-yaitu harga-harga juga mengalami kenaikan
dan mencapai P1. Dengan demikian kenaikan pengeluaran agregat tersebut telah
menimbulkan efek berikut: pendapatan nasional meningkat dari Y0 menjadi Y1 dan
tingkat harga meningkat dari P0 menjadi P1. Oleh karena Y1 lebih besar dari YF, tingkat
pengangguran adalah sangat rendah.
Sejak awal pemerintah menyadari bahwa pertambahan pengeluaran agregat yang
besar-yaitu dari AE(P0) menjadi AE(P1) akan menyebabkan tingkat inflasi bertambah
cepat. Pemerintah mencoba mengatasi arah aliran (kecenderungan) ini dengan cara
mengurangi pertambahan pengeluaran agregat yang berlaku, yaitu dengan cara
mengurani pengeluran pemerintah. Langkah ini menyebabkan pengeluaran agregat hanya
meningkat ke AE(P2) yang lebih rendah dari P1. Keseimbangan pendapatan nasional
yang baru dicapai di E2 yang menggambarkan ekonomi mencapai kesempatan kerja
penuh dan pendapatan nasional adalah YF. Gambaran ini menunjukkan bahwa kebijakan
fiskal (i) dapat mewujudkan tingkat kesempatan kerja penuh, dan (ii) kenaikan harga
yang berlaku tidak terlalu tinggi yaitu hanya mencapai P2 dan bukan P1.

Efek Kebijakan Fiskal Dalam Analisis AD-AS


Untuk menerangkan (i) bagaimana pertambahan pengeluaran akan mempengaruhi
kegiatan ekonomi, pendapatan nasional dan tingkat harga, dan (ii) bagaimana efek
kebijakan fiskal dalam mengendalikan inflasi, dapat pula digunakan analisis AD-AS.
Dengan menggunakan analisis ini, dapat ditunjukkan dengan lebih jelas
bagaimana perubahan pengeluaran dan kebijakan belanja akan mempengaruhi kegiatan
ekonomi dan tingkat harga.
Keseimbangan awal dalam perekonomian tersebut dicapai di titik A.
Keseimbangan ini memberikan gambaran mengenai keadaan yang sama yang
ditunjukkan oleh titik E0 dalam gambar (a)-yaitu pendapatan nasional riil adalah Y0 dan
tingkat harga P0. Telah diterangkan bahwa tanpa pengawasan dan kebijakan pemerintah,
pengeluaran agregat meningkat dari AE(P0) menjadi AE(P1).
Dalam gambar (b), perubahan tersebut ditunjukkan oleh peralihan kurva
permintaan agregat dari AD0 menjadi AD1 dan keseimbangan baru dicapai di titik B.
Pada keseimbangan pendapatan nasional yang baru ini, harga meningkat dari P0
menjadi P1 dan pendapatan nasional riil adalah Y1. Dengan demikian, walaupun terjadi
peningkatan dalam pendapatan nasional riil, tingkat inflasi juga sangat tinggi. Maka sejak
awal pemerintah berusaha menghindari kenaikan harga yang tinggi ini dengan
menjalankan kebijakan fiskal, yaitu dengan mengurangi pengeluaran pemerintah. Efek
dari kebijakan fiskal ini, permintaan agregat hanya meningkat menjadi AD2 saja dan
keseimbangan AD-AS dicapai di tiitik C. Keseimbangan itu menunjukkan tingkat
kesempatan kerja penuh dicapai-dan pendapatan nasional riil adalah YF. Tingkat harga
yang baru adalah P2 yang lebih rendah dari P1 dan berarti kebijakan fiskal dapat
mengendalikan inflasi.
3. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter dijalankan oleh dua pihak yang berbeda.
Kebijakan fiskal dilakukan oleh Kementerian Keuangan dan Kebijakan moneter
dijalankan oleh Bank Sentral.
Kedua institusi ini haruslah menyesuaikan kebijakan ekonominya dalam mengatasi
masalah yang dihadapi.

Untuk meningkatkan keefektifan kebijakan pemerintah, Kementerian Keuangan dan


Bank Sentral perlu menjalankan hal-hal berikut :

i. Untuk mengatasi pengangguran


Bank sentral perlu menurunkan suku bunga dan kementerian keuangan
menambah pengeluaran pemerintah yang dapat diikuti pula dengan pengurangan
pajak.
Langkah tersebut akan menyebabkan kenaikan dalam pengeluaran agregat sebagai
akibat : kenaikan investasi, kenaikan pengeluaran pemerintah dan kenaikan
pengeluaran rumah tangga (konsumsi).

ii. Untuk mengatasi inflasi


Bank sentral mengurangi penawaran uang dan menaikkan suku bunga. Kebijakan
moneter ini akan mengurangi investasi dan pengeluaran rumah tangga (konsumsi).
Kementerian keuangan mengurangi pengeluaran dan menaikkan pajak individu dan
perusahaan.
Langkah tersebut dapat mengurangi pengeluaran pemerintah, mengurangi
investasi dan mengurangi pengeluaran rumah tangga.

2.10 Tujuan Kebijakan Pemerintah


a. Tujuan bersifat ekonomi
Tujuan yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang bersifat ekonomi
- Dengan menyediakan lowongan pekerjaan
- Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat
- Memperbaiki pembagian pendapatan
b. Tujuan bersifat Sosial dan Politik
Suatu kepentingan bersama, untuk semua Masyarakat tanpa memandang status sosial
Masyarakat, serta untuk kepentingan Bangsa dan Negara.
- Meningkatkan kemakmuran keluarga dan Kestabilan keluarga
- Menghindari masalah kejahatan
- Mewujudkan kestabilan Politik

CONTOH BERITA DINAMIKA INFLASI DAN PENGANGGURAN MALUKU

Teori Philips yang juga dikenal dengan konsep kurva Philips adalah sebuah konsep ekonomi
yang menghubungkan antara inflasi dan tingkat pengangguran.

Teori ini mengasumsikan korelasi negatif (hubungan terbalik) yang berarti ketika tingkat
pengangguran rendah maka tingkat inflasi cenderung tinggi, dan sebaliknya ketika tingkat
pengangguran tinggi maka tingkat inflasi cenderung rendah.

Dalam prakteknya, konsep kurva Philips lebih cenderung menggambarkan hubungan antara
inflasi dan pengagguran dalam jangka pendek.

Tetapi perubahan struktural dalam perekonomian dan faktor-faktor ekonomi lainnya dapat
memengaruhi hubungan ini. Seperti perubahan dalam dinamika pasar tenaga kerja,
perkembangan teknologi, perubahan harga bahan baku, kebijakan perdagangan.

Tahun 2023 merupakan tahun yang berat untuk Provinsi Maluku dimana harus menghadapi
tantangan ekonomi yang kompleks terkait dengan dinamika pengangguran dan inflasi.

Tingkat pengangguran menjadi perhatian utama dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang
inklusif, selain itu inflasi yang tinggi atau tidak dapat terkendali dapat memberikan dampak
negatif terhadap daya beli masyarakat.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku ditemukan bahwa,
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Maluku pada bulan Februari 2023 berada pada
posisi 6,08 persen. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan dengan bulan Februari
2022 (6,44 persen) dan kondisi Agustus 2022 (6,88 persen).

Penurunan angka pengangguran terbuka terjadi secara konsisten baik pada penduduk laki-laki
(dari 5,68 persen pada Februari 2022 menjadi 5,22 persen pada Februari 2023) maupun
penduduk perempuan (dari 7,63 persen menjadi 7,30 persen).
Selain itu, penurunan angka TPT juga terjadi secara konsisten baik di wilayah perkotaan maupun
wilayah pedesaan.

Jika dilihat perkembangan tren 10 tahun terakhir pada kondisi Februari, mulai dari Februari 2013
sampai dengan Februari 2023 angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Maluku
berada pada kisaran 6,08 persen sampai dengan 7,77 persen. Sedangkan untuk rata-rata TPT
Provinsi Maluku selama 10 tahun terakhir berada pada kisaran 6,79 persen.

Dari kondisi tersebut terlihat Provinsi Maluku masih terjebak pada tingkat pengangguran
alamiah, dimana kisaran pengangguran antara 6 – 7 persen.

Dalam dinamika ketenagakerjaan Provinsi Maluku, terlihat adanya tanda-tanda pemulihan


setelah terdampak oleh pandemi COVID-19. Jika dianalisis lebih lanjut dengan
mempertimbangkan indikator ketenagakerjaan lainnya, maka tercatat adanya pergerakan yang
signifikan.

Pada bulan Agustus 2022, terjadi penurunan sebesar 113.290 orang pada jumlah penduduk usia
kerja yang terdampak COVID-19 di Maluku. Komponen yang paling berpengaruh terhadap
penurunan tersebut adalah pengurangan jam kerja (shorter hour) akibat pandemi COVID-19.

Selain pengangguran, inflasi juga bereran penting terhadap dinamika perekonomian Maluku.
Tingkat Inflasi yang stabil sangat penting untuk menjaga daya beli masyarakat dan stabilitas
ekonomi daerah. Tingkat infalasi yang tinggi dapat membawa pengaruh biaya hidup penduduk di
Provinsi Maluku. Jika inflasi tinggi, maka harga barang dan jasa cenderung mengalami kenaikan
dan hal ini akan mengurangi daya beli masyarakat.

Inflasi di Kota Ambon mengalami tren kenaikan yang signifikan mulai dari tahun 2021 hingga
April 2023. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, kenaikan
angka inflasi di Kota Ambon telah terlihat sejak tahun 2021.

Pada tahun 2020, inflasi di Kota Ambon hanya sebesar 0,09 persen, namun meningkat drastis
menjadi 4,05 persen pada tahun 2021. Selanjutnya, angka inflasi terus meningkat secara
beruntun di tahun 2022, mencapai puncaknya pada akhir tahun dengan angka inflasi 6,39 persen.
Hingga bulan April 2023, inflasi di Kota Ambon telah mencapai 4,86 persen, dan perlu diingat
bahwa masih terdapat 8 bulan lagi hingga akhir tahun 2023.

Pergerakan kenaikan angka inflasi di Kota Tual sudah terlihat sejak tahun 2019, mengikuti tren
yang serupa dengan kondisi Kota Ambon.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, inflasi di Kota Tual
pada akhir tahun 2018 hanya 1,62 persen. Namun, angka inflasi tersebut mengalami peningkatan
menjadi 2,34 persen pada akhir tahun 2019, dan terus meningkat hingga menembus angka 4,52
persen pada akhir tahun 2022. Hingga bulan April 2023, inflasi di Kota Tual telah mencapai 6,15
persen dan menjadi angka inflasi tertinggi di kawasan Sulawesi Maluku Papua (SULAMPUA).
Potensi peningkatan inflasi di Kota Ambon dan Kota Tual diperkirakan masih akan terjadi pada
beberapa bulan kedepan. Salah satu penyebabnya adalah faktor musim, dimana dalam beberapa
bulan kedepan akan memasuki musim timur sehingga akan berpengaruh pada supply komoditi
hasil perikanan. Jika berkurangnya supply dari hasil penangkapan ikan dan permintaan dari
konsumen tetap maka secara tidak langsung akan berpotensi menyebabkan kenaikan harga.

Faktor lain yang berpotensi mendorong kenaikan inflasi adalah harga tiket pesawat yang masih
relatif tinggi, dan berdampak pada kelompok pengeluaran transportasi.

Hingga bulan April 2023, inflasi pada komponen ini di Kota Ambon mencapai 13,41 persen,
sedangkan di Kota Tual mencapai 22,36 persen. Oleh karena itu, hal ini menjadi perhatian serius
bagi para pemangku kebijakan.

Dinamika inflasi dan pengangguran di Maluku memiliki hubungan yang sangat kompleks dan
saling memengaruhi dalam konteks perekonomian regional.

Perkembangan inflasi dapat memiliki dampak negatif terhadap pengangguran, sementara tingkat
pengangguran yang tinggi juga dapat berkontribusi pada masalah inflasi.

Ketika inflasi Kota Ambon dan Kota Tual terus meningkat maka biaya hidup akan cenderung
meningkat dan akan mengurangi daya beli masyarakat di Ambon dan Tual. Hal ini menyebabkan
penurunan tingkat konsumsi yang akan berpengaruh menghambat pertumbuhan ekonomi dan
implikasinya pada penurunan permintaan tenaga kerja.

Jika permintaan tenaga kerja menurun maka tingkat pengangguran cenderung meningkat, karena
jumlah pencari kerja melebihi kapasitas lapangan kerja yang tersedia.

Sehingga untuk mengatasi dinamika inflasi dan pengangguran di Maluku, perlu langkah-langkah
strategis yang diambil Pemerintah Daerah. Pemerintah dan pemangku kebijakan perlu
memperhatikan stabilitas harga dan menjaga inflasi pada tingkat yang terkendali melalui
kebijakan moneter dan fiskal yang tepat.

Selain itu, pengembangan sektor ekonomi yang berpotensi menciptakan lapangan kerja baru
perlu didorong seperti sektor pariwisata, pertanian, perikanan dan industri kreatif.

Investasi dalam pendidikan dan pelatihan ketrampilan juga menjadi sangat penting untuk
meningkatkan kualitas tenaga kerja di Maluku.

Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan serta pelatihan teknis akan mengurangi kesenjangan
antara keahlian yang diminta oleh pasar kerja dan ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja di
Maluku. Sehingga hal ini akan meningkatkan peluang kerja dan merupakan salah satu faktor
dalam mengurangi tingkat pengangguran di Maluku.
Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan masyarakat dirasakan
sangat penting untuk menciptakan sinergi yang efektif dalam mengatasi dinamika inflasi dan
pengangguran di Maluku.

Pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan didukung oleh kebijakan yang proaktif dan
inovatif, dapat membantu mencapai pertumbuhan ekonomi inklusif dan menciptakan lapangan
kerja yang lebih luas bagi masyarakat Maluku.

Penulis : Jefri Tipka, S.Si, M.Si; Statistisi Ahli Muda BPS Provinsi Maluku.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian diatas mengenai macam dan sebab tentang pengangguran, inflasi,
dan kebijakan pemerintah dapat bervariasi tergantung pada konteks dan faktor-faktor yang
terlibat. Namun, beberapa kesimpulan umum yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
Pengangguran: Tingkat pengangguran yang tinggi menunjukkan bahwa ada kekurangan
lapangan kerja yang tersedia dibandingkan dengan jumlah pencari kerja. Ini dapat
mengakibatkan konsekuensi negatif, seperti penurunan pendapatan, penurunan standar hidup,
dan ketidakstabilan sosial. Kebijakan pemerintah yang fokus pada menciptakan lapangan kerja,
pelatihan keterampilan, dan mendorong investasi sektor swasta dapat membantu mengurangi
tingkat pengangguran.
Inflasi: Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa secara umum naik secara
berkelanjutan. Tingkat inflasi yang tinggi dapat mengurangi daya beli masyarakat, menyebabkan
ketidakstabilan ekonomi, dan merugikan kelompok dengan pendapatan tetap. Kebijakan
pemerintah yang berfokus pada pengendalian inflasi melalui kebijakan moneter dan fiskal yang
tepat dapat membantu menjaga stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi yang seimbang.
Kebijakan pemerintah: Kebijakan pemerintah dapat memiliki dampak signifikan terhadap
pengangguran dan inflasi. Kebijakan fiskal, seperti pengeluaran pemerintah dan pajak, dapat
mempengaruhi tingkat permintaan agregat dan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan moneter,
seperti tingkat suku bunga dan operasi pasar terbuka, dapat mempengaruhi suplai uang, suku
bunga pinjaman, dan inflasi. Pemerintah juga dapat menerapkan kebijakan pelatihan
keterampilan, insentif investasi, dan perlindungan tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran.
Penting untuk dicatat bahwa efek kebijakan pemerintah terhadap pengangguran dan
inflasi dapat kompleks dan tergantung pada faktor-faktor ekonomi, politik, dan sosial yang
berbeda. Oleh karena itu, analisis yang lebih mendalam dan pertimbangan konteks spesifik
diperlukan untuk mengambil kesimpulan yang lebih tepat dan akurat.
B. Saran
Pemerintah harus mengatasi masalah pengangguran inflasi di Negara ini agar tidak ada
pengangguran yang bertambah semakin banyak. Dengan cara menyediakan lowongan pekerjaan,
meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat, memperbaiki pembagian pendapatan,
meningkatkan kemakmuran keluarga dan kestabilan keluarga, menghindari masalah kejahatan
dan mewujudkan kestabilan politik. Dengan cara ini pemerintah dapat mengatasi masalah
pengangguran walaupun hanya sebagian saja.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gramedia.com/literasi/jenis-pengangguran/#:~:text=atau%20kemerosotan
%20industri.-,3.,sebagian%20ada%20yang%20tidak%20bekerja

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220202114604-537-754013/3-cara-
mengatasi-inflasi-beserta-penjelasannya

https://an-nur.ac.id/pengertian-inflasi-jenis-dampak-buruk-dan-kebijakan-inflasi/
#:~:text=Dampak%20buruk%20inflasi&text=Masyarakat%20akan%20kesulitan
%20untuk%20membeli,harga%20di%20pasar%20sudah%20naik

https://www.tribun-maluku.com/dinamika-inflasi-dan-pengangguran-maluku/05/17/

Anda mungkin juga menyukai