Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGANTAR EKONOMI MAKRO

“PENGAGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH”

Dosen Pengampu: Adzil Arsyi Syabana SE, ME

Disusun Oleh :

KELAS B KELOMPOK 6

Fadhilla Putri Anggraeni (2021050101055)

Moh. Ainul Yaqhin Yusup (2021050101056)

Ferdian Charter (2021050101057)

Salikha Khanum Imtisal (2021050101058)

Hijrawati DM (2021050101059)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Assalamu’laikum wr. wb

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan


Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah yang
di berikan oleh dosen pengampuh dalam mata kuliah PENGANTAR EKONOMI
MAKRO. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada pemimpin paling mulia,
manusia yang paling baik akhlaknya yaitu Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, para sahabat serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Aamiin.

Makalah ini berjudul ”PENGAGGURAN INFLASI & KEBIJAKAN


PEMERINTAH” yang nantinya akan memberikan pemahaman kepada pembaca
tentang hal-hal yang berkaitan dengan sistem perekonomian di Indonesia.
Mungkin kami tidak bisa membuat makalah ini dangan sesempurna mungkin.
oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca.
Khususnya dari dosen yang telah membimbing kami dalam mata kuliah ini.

Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada dosen pengampuh yang
telah memberikan arahan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Wassalamualaikum wr. wb
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

BAB II Pembahasan

A. Pengangguran
B. Inflasi
C. Kebijakan Pemerintah
D. Kebijakan Segi Penawaran

BAB III Penutup

A. Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok
permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah ketidakefisienan dalam
penggunaan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian. Kedua
adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan
jasa secara umum, yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan
daya beli.

Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi


berarti semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun
masalah inflasi tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan
jasa. Inflasi juga sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari
masyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung kepada upah riil.
Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi dengan
kenaikan upah riil.

Masalah ketiga adalah ketidakefisienan dalam menggunakan tambahan-


tambahan faktor-faktor produksi yang berlaku dari tahun ke tahun. Masalah ini
menyebabkan masalah pengangguran tenaga kerja dan faktor-faktor produksi
lainnya harus secara terus menerus difikirkan dan dipecahkan. Memang masalah
pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di
negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali
dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan
pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Juga masalah ini menyebabkan dari
waktu ke waktu tingkat kemakmuran mesyarakat selalu lebih rendah daripada
tingkat kemakmuran yang mungkin mereka capai.
Maka dari itu, kami membuat makalah ini dengan bertujuan untuk
menunjukkan keadaan-keadaan yang menimbulkan masalah-masalah itu, bentuk-
bentuk dari masalah itu, dan akibat-akibat buruk dari masalah itu kepada
keseluruhan perekonomian dan kepada perorangan-perorangan dalam
perekonomian.

B. Rumusan Masalah
1. Masalah Pengangguran
2. Masalah Inflasi
3. Kebijakan Pemerintah
4. Kebijakan Segi Penawaran
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam kategori angkatan kerja
(penduduk yang berumur 15-59 tahun,ada beberapa negara lain memakai
kategori 15-64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum
mendapatkannya. Jumlah tenaga kerja atau angkatan kerja tidak boleh
disamakan dengan jumlah penduduk. Mengapa demikian? Sebagian dari
penduduk tidak dapat digolongkan sebagai angkatan kerja karena terlalu muda
atau terlalu tua untuk dapat bekerja secara efektif. Golongan penduduk ini tidak
termasuk ke dalam angkatan kerja. Tetapi tidak semua penduduk yang berada
dalam lingkungan umur 15-59 tahun atau 15-64 tahun dapat dipandang sebagai
Angkatan Kerja. Apabila mereka tidak bekerja dan tidak mencoba mencari
pekerjaan,walaupun umur mereka seperti di atas, maka mereka tidak termasuk
golongan Angkatan Kerja. Adapun pengangguran menurut faktor penyebabnya
ialah:
1. Pengangguran Friksional / Pengangguran Normal
Pada setiap masa sebagian kecil dari angkatan kerja adalah
dalam keadaan menganggur atas kemauan sendiri. Mereka berhenti
dari tempat pekerjaan yang lama dan mencari pekerjaan lain.
Maksud mereka berhenti dari pekerjaan tersebut adalah untuk
mencari pekerjaan yang lebih baik, memperoleh pendapatan yang
lebih tinggi dan memperoleh jaminan sosialatau fasilitas lainnya
yang lebih baik. Pengangguran yang ingin memperoleh pekerjaan
yang lebih baik tersebut dinamakan Pengangguran Friksional.
2. Pengangguran Struktural
Kemajuan teknologi di kegiatan-kegiatan ekonomi lain, perubahan
dalam cita rasa masyarakat dan masuknya pesaing baru yang lebih
efisien di pasar adalah beberapa faktor yang dapat mengakibatkan
kemunduran dalam sesuatu kegiatan ekonomi. Apabila hal ini
terjadi, terpaksalah para pekerja diberhentikan oleh instansi yang
mempekerjakan mereka. Pengangguran yang demikian dinamakan
Pengangguran Struktural.

3. Pengangguran Teknologi
Pengangguran dapat pula disebabkan oleh adanya
pergantian tenaga manusia oleh mesin-mesin atau bahan-bahan
kimia. Misalnya : racun lalang dan rumput, telah mengurangi
penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan sawah, ladang dan
perkebunan. Begitu juga, mesin telah mengurangi keperluan tenaga
kerja untuk mengorek tanah, memotong rumput, membersihkan
hutan untuk ditanami, dsb. Pengangguran yang ditimbulkan oleh
berlakunya pergantian tenaga manusia dengan mesin-mesin yang
lebih modern disebut Pengangguran Teknologi.
4. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang
menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga
permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.

Adapun ciri-cirinya ialah:

1. Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang benar-
benar terlihat menganggurnya(nyata dilihat), tidak ada pekerjaan
sama sekali.
2. Pengangguran tersembunyi
Apabila dalam suatu kegiatan ekonomi jumlah tenaga kerja
sangat berlebihan, sehingga berada dalam suatu keadaan di mana
sebagian tenaga kerjanya dipindahkan ke sektor lain tetapi
produksi dalam kegiatan itu tidak berkurang, maka dalam kegiatan
itu telah berlaku suatu jenis pengangguran yang dinamakan
Pengangguran Tersembunyi atau Pengangguran Tak Kentara.
3. Pengangguran musiman
Pengangguran yang terjadi pada masa-masa tertentu di
dalam suatu tahun. Biasanya pengangguran seperti itu berlaku pada
masa-masa dimana kegiatan bercocok tanam sedang menurun
kesibukannya. Di dalam masa itu, para petani tidak melakukan
pekerjaan sama sekali, berarti mereka dalam keadaan menganggur.
Tetapi pengangguran itu adalah untuk sementara saja, dan berlaku
dalam waktu-waktu tertentu. Oleh sebab itu, dinamakan
Pengangguran Musiman.
4. Setengah pengangguran
Setengah pengangguran, terdiri atas pengangguran sukarela
(voluntary unemployment) dan dukalara (involuntary
unemployment). Pengangguran suka rela adalah pengangguran
yang menganggur untuk sementara waktu karena ingin mencari
pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran duka lara
adalah pengengguran yang menganggur karena sudah berusaha
mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan kerja.

Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran antaralain:

1. Penduduk yang relatif banyak.


2. Pendidikan dan keterampilan yang rendah.
3. Angkatan kerja tidak dapat memenuhi yang diminta dunia kerja.
4. Teknologi yang semakin modern.
5. Pengusaha yang selalu mengejar keuntungan dengan cara
melakukan penghematan-penghematan.

Dampak yang ditimbulkan oleh pengangguran:

1. Peningkatan tindakan kriminalitas.


2. Tingkat kesehatan menurun.
3. Terjadinya kekacauan sosial dan politik (demonstrasi dan
perebutan kekuasaan).
4. Hilangnya kepercayaan diri dan menurunnya kemampuan kerja.
5. Perselisihan dalam keluarga.

B. Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang
dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor-faktor, atau bisa juga di
sebut penurunan nilai mata uang.

Adapun macam-macam Inflasi adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan Tingkat Keparahannya


a. Inflasi Ringan (kurang dari 10% per tahun)
b. Inflasi Sedang (antara 10-30 % per tahun)
c. Inflasi Berat antara 30-100% per tahun)
d. Inflasi Liar atau Hyperinflasi yaitu kenaikan harga-harga
barang lebih dari 100% per tahun.

2. Berdasarkan Penyebabnya
a. Inflasi Tarikan & Permintaan
Biasanya terjadi pada masa perkonomian
berkembang dengan pesat kesempatan kerja yang tinggi
menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan
selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi
kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.
Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi.
AS

P2 AD3

Tingkat
harga PF
AD2
P1
AD1

Y1 YF Y2
Pendapatan Nasional Rill

b. Inflasi Desakan Biaya


Inflasi ini berlaku dalam masa perekonomian
berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran
sangat rendah. Apabila perusahaan masih menghadapi
permintaan yang bertambah mereka akan berusaha
menaikkan produksi dengan cara menaikkan gaji dan upah
yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja
baru dengan tawran pembayaran yang lebih tinggi langkah
ini mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang
akhirnya mengakibatkan kenaikan harga-harga barang
Tingkat Harga
AS3
AS2
AS1
AS1
P4

P3
P2
AD2
P1
AD1

AD

Y3 Y2 YF = Y1

Pendapatan Nasional Rill

c. Inflasi Diimpor
Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga
yang diimpor. Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang import
yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting
dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan

Efek buruk inflasi

Kenaikan harga yang terus menerus bukan saja menimbulkan


beberapa efek buruk ke atas kegiatan ekonomi, tetapi juga kepada
kemakmuran individu dan masyarkat.

1. Inflasi dan perkembangan ekonomi


Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkkan
perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik
menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.
Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya
untuk spekulasi. Antar lain tujuan ini dicapai dengan mebeli harta
harta tetap seperti tanah, rumah dan bangunan.
2. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
a. Inflasi akan menurunkan pendapatan rill masyarakat yang
berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidak
secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan
menurunkan upah rill individu yang berpendapatan tetap.
b. Inflais akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk
uang.
c. Memeperburuk pembagian kekayaan.

C. Kebijkan Pemerintah
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter umumnya dianggap
sebagai kebijakan untuk mengelola sisi permintaan akan barang dan jasa
dalam suatu perekonomian. Kedua kebijakan ini menyangkut masalah
pengelolaan permintaan dengan tujuan untuk mempertahankan produksi
nasional suatu perekonomian atau suatu negara yang mendekati
kesempatan kerja penuh (full employment) dan juga mempertahankan
tingkat harga barang dan jasa pada tingkat yang sudah tercapai sekarang.
Apabila terdapat kelebihan permintaan di atas penawaran akan dapat
menimbulkan inflasi, sedangkan apabila terdapat kelebihan penawaran di
atas permintaan akan terjadi deflasi dan pengangguran
Pemerintah dapat mempengaruhi permintaan dalam perekonomian
dengan menggunakan kebijakan fiskal yaitu dengan cara meningkatkan
dan mengurangi pengeluaran pemerintah dan subsidi, meningkatkan dan
mengurangi tingkat pajak, sedangkan dengan kebijakan moneter
pemerintah dapat mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar,
atau dengan campuran dua kebijakan itu yaitu dengan mengubah
pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang beredar secara
bersama-sama
1. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilaksanakan oleh
pemerintah dengan cara memanipulasi anggaran pendapatan dan
belanja negara, artinya pemerintah dapat meningkatkan atau
menurunkan pendapatan negara atau belanja negara dengan tujuan
untuk mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pendapatan
nasional.
Kebijakan Anggaran/ Politik Anggaran:
a. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal
Ekspansif Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah
untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan
negara guna memberi stimulus pada perekonomian.
Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi
sedang resesif.

b. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal


Kontraktif Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah
untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada
pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus
dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang
ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk
menurunkan tekanan permintaan.
c. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan
pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik
anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran
serta meningkatkan disiplin.

2. Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang diambil oleh
pemerintah atau Bank Central yang berhubungan dengan jumlah
uang yang beredar dan tingkat suku bunga. Di dalam kebijakan
moneter hal yang biasa dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu
adalah menahan inflasi, dan mendorong usaha pembangunan
nasional. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu
kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal
(pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni
menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang.

Kebijakan moneter dapat dilakukan oleh pemerintah dan Bank


Sentral dengan cara langsung atau tidak langsung.
a. Kebijakan moneter langsung
Pemerintah langsung campur tangan dalam hal
peredaran uang atau kredit perbankan.
b. Kebijakan moneter tidak langsung
Dilakukan oleh Bank sentral dengan cara
mempengaruhi kemampuan bank-bank umum
dalam memberikan kredit.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur


dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

a. Kebijakan Moneter Ekspansif/ Moneter


Expansive Policy adalah suatu kebijakan dalam
rangka menambah jumlah uang yang beredar
b. Kebijakan Moneter Kontraktif/ Monetary
Contractive Policy adalah suatu kebijakan dalam
rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut
juga dengan kebijakan uang yang ketat (tight money
policy)

D. Kebijakan pemerintah dari segi penawaran


Pembahasan yang terdahulu mengenai bagaimana kebijakan fiskal
dan keuangan digunakan untuk mengatasi masalah pengangguran dan
inflasi dapat juga dinamakan sebagai kebijakan segi penawaran. Kebijakan
segi permintaan pada hakikatnya merupakan kebijakan pemerintah untuk
mempengaruhi magnitud dari berbagai komponen pengeluaran dan
permintaan agregat sedangkan kebijakan segi penawaran adalah langkah-
langkah pemerintah yang bertujuan untuk mempengaruhi penawaran
agregat.
Teori sisi penawaran adalah pendekatan ekonomi berdasarkan
gagasan bahwa cara terbaik untuk membuat ekonomi tumbuh adalah
dengan mendorong bisnis untuk memasok lebih banyak barang dan jasa
untuk dibeli. Penawaran dan permintaan adalah kekuatan dasar yang
membentuk semua kegiatan ekonomi. Pasokan adalah jumlah barang dan
jasa yang bersedia dan mampu diproduksi oleh bisnis pada waktu tertentu
dalam kisaran harga, dan permintaan adalah jumlah barang dan jasa yang
bersedia dan mampu dibeli konsumen pada waktu tertentu dalam kisaran
harga tertentu.
Ketika pemerintah ingin mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, ia
dapat berfokus pada sisi permintaan atau sisi penawaran ekonomi. Ia dapat
menggunakan kebijakan yang berfokus pada pengeluaran (program sosial,
militer, atau jalan raya, misalnya), pajak (kenaikan pajak, pemotongan
pajak), dan jumlah uang beredar (jumlah uang beredar) untuk mengubah
jumlah produk yang diinginkan orang, untuk membeli jumlah produk yang
ingin diproduksi oleh perusahaan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Masalah Pengangguran
Adanya ppengangguran membuat pendapatan nasional
berkurang, Maka kebijakan pemerintah adalah membuka lapangan
pekerjaan untuk menampung banyaknya pngangguran tersebut.
Namun, ketika dengan banyaknya lapangan kerja yang mencapai
kesempatan tenaga kerja penuh akan menimbulkan potensi inflasi
karena proses kenaikan harga upah tenaga kerja berefek kepada
naiknya harga barang.
b) Masalah Inflasi
Inflasi yang terjadi akbit kenaikan harga harga yang beredar
di masyarakat membuat daya beli masyarakat akan berkurang.
Karena masyarakat akan berpikir memebeli barang mahal yang di
tawarkan oleh perusahaan tersebut. Maka masyarakat yang yang
memepunyai daya beli berkurang tadi akan lebih cenderung
menggunaan uangya untuk spekulasi yang menjanjikan profit lebih
besar.
c) Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah. Dengan melihat inflasi yang
berlebihan maka langkah pemerintah mengatur kebijakannya
melalui bank central dengan menaikkan suku bunga agar nasabah
cenderung ingin menabung dengan adanya persentase bunga bank
yang tinggi.
Kebijakan pemerintah dengan banyaknya pengangguran
yaitu dengan membuka lapangna pekerjaan yang merata sehingga
pengangguran semakin kecil atau bahkan tidak ada lagi
pengangguran.

d) Kebijakan Pemerintah Segi Penawaran


Dalam kurva penawaran agregat,ketika kapasitas produktif
menignkat , maka akan bergeer ke kanan, itu akan menghasilkan
PDB potensial yang lebih tinggi. Meski menghasilkan
pertumbuhna yang lebih tinggitan pa menimbulkan inflasi, tapi
kebijkan sisi penawaran biasanya lamban. Butuh waktu yang lebih
lama untuk memghasilkan efeknya. Kenaikan PDB potensial juga
mugkin akan menghasilkan tekanan bawah apermintaan agregat.
Hasilnya, tekanan deflasi mungkin pula akan muncul dalam jangka
pendek sebagai akibat dari peningkatan dalam produktifitas.
DAFTAR PUSTAKA

Suparmoko, M. 1991. Pengantar Ekonomika Makro. BPFE. Yogyakarta


Sukirno,Sadono.1985. Pengantar Teori Makroekonomi.Bina Grafika. Jakarta
https://www.encyclopedia.com/finance/encyclopedias-almanacs-transcripts-and-
maps/supply-side-theory

Anda mungkin juga menyukai