Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EKONOMI MAKRO

PENGANGGURAN INFLASI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VI : IRMA LISTIA MANURUNG (2161201085)

YENNI MARIANY (2161201218)

SARI HUTABARAT (2161201175)

BELA SUCI (2161201034)

PUTRI ANDANI (2161201133)

REGINA HUTABARAT (2161201149)

KELAS : III-C

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)


AL-WASLIYAH SIBOLGA/TAPANULI TENGAH
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “PENGANGGURAN,
INFLASI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH” ini. Makalah ini merupakan laporan yang
dibuat sebagai bagian dalam memenuhi kriteria mata kuliah.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh
kedangkalan dalam memahami teori. Keterbatasan keahlian, dan tenaga penilis. Semoga
segala bantuan, dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang telah diberikan kepada kami
dapat bernilai bagi seluruh pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, khususnya bagi penulis sendiri. Salam dan terimakasih

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….3

A. Latar Belakang…………………………………………………………………….3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………4
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………..4
D. Metode dan Teknik Penulisan……………………………………………………..4

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………..5

1. Pengangguran……………………………………………………………………...5
2. Inflasi………………………………………………………………………………7
3. Kebijakan Pemrintah……………………………………………………………..10
a. Kebijakan Fiskal………………………………………………………….11
b. Kebijakan Moneter……………………………………………………….11

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam indicator ekonomi makro ada 3 hal terutama yang menjadi pokok permasalahan
ekonomi makro. Pertama adalah masalah ketidakefisienan dalam penggunaan faktor-faktor
produksi yang tersedia dalam perekonomian. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah
indicator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga
berkaitan dengan kemampuan daya beli.

Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin
besar adanya kecenderungan kearah stabilitas harga. Namun masalah inflasi tidak hanya
berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga sangat berkaitan
dengan purchasing power atau daya beli dari masyarakat. Sedangkan daya beli dari
masyarakat sangat bergantung kepada upah rill. Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah
jika kenaikan hara dibarengi dengan kenaikan upah rill.

Masalah ketiga adalah ketidakefisien dalam menggunakan tambahan-tambahan faktor-


faktor produksi yang berlaku dari tahun ke tahun. Masalah ini menyebabkan masalah
pengangguran tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lainnya harus secara terus menerus
difikirkan dan dipecahkan. Memang masalah penganguran telah menjadi momok yang begitu
menakutkan khususnya di Negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara
berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya
lapangan pekerjaan dan esarnya jumlah penduduk. Juga masalah ini menyebabkan dari waktu
ke waktu tingkat kemakmuran masyarakat selalu lebih rendah daripada tingkat kemakmuran
yang mungkin mereka capai.

Maka dari kami membuat makalah ini dengan bertujuan untuk menunjukkan keadaan-
keadaan yang menimbulkan masalah-masalah itu, bentuk-bentuk dari masalah itu, dan akibat-
akibat buruk dari masalah itu kepada keseluruhan perekonomian dan kepada perorangan
dalam perekonomian.

3
B. Rumusan masalah
1. Masalah Pengangguran
2. Masalah Inflasi
3. Masalah Pengangguran dan kebijakan fisikal
4. Masalah Pengangguran dan kebijakan moneter
5. Masalah Inflasi dan kebijakan pemerintah

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu pengangguran, inflasi dan kebijakan pemerintah
2. Memperluas wawasan tentang pengangguran, inflasi, dan kebijakan pemerintah
3. Menurut mahasiswa mengetahui tentang pengangguran, inflasi dan kebijakan
pemerintah

D. Metode dan Teknik Penulisan


Berbagai metode dan teknik penulisan dapat kita gunakan. Namun dalam hal ini
metode dan teknik penulisan yang kami gunakan dengan cara browsing internet dan
kajian buku

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGANGGURAN

Pengangguran adalah orang yang masuk dalam kateori angkatan kerja ( penduduk yang
berumur 15-59 tahun, ada beberapa Negara lain memakai kategori 15-64 tahun) yang sedang
mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Jumlah tenaga kerja atau angkatan kerja tidak
boleh disamakan dengan jumlah penduduk. Mengapa demikian? Sebagian dari penduduk
tidak dapat digolongkan sebagai angkatan kerja karena terlalu muda atau terlalu tua untuk
dapat bekerja secara efektif. Golongan penduduk ini tidak termasuk ke dalam angkatan kerja.
Tetapi tidak semua penduduk yang berada dalam lingkungan lingkungan umur 15-59 tahun
atau 15-64 tahun dapat dipandang sebagai angkatan kerja. Apabila mereka tidak bekerja dan
tidak mencoba mencari pekerjaan, walaupun umur mereka seperti di atas, maka mereka tidak
termasuk golongan angkatan kerja. Golongan masyarakat seperti ini adalah : pelajar sekolah
menengah, mahasiswa dan ibu rumah tangga, dengan demikian jumlah penduduk yang
berada dalam lingkungan umur diatas yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan.

 Rumus Menghitung Tingkat Pengangguran

Perbandungan diantara jumlah angkatan kerja yang menganggur dengan angkatan kerja
keseluruhannya disebut tingkat pengangguran. Untuk mengukur tingkat pengangguran pada
suatu wilayah bisa didapat dari presentasi membagi jumlah pengangguran dengan jumlah
angkatan kerja.

JUMLAH PENGANGGURAN
TINGKAT PENGANGGURAN = X 100 %
JUMLAH ANGKATAN KERJA

 Jenis- jenis pengangguran


 Menurut faktor penyebab nya :
1. Pengangguran friksional / pengangguran normal

Pada setiap masa sebagian kecil dari angkatan kerja adalah dalam keadaan menganggur atas
kemauan sendiri. Mereka berhenti dari tempat pekerjaan yang lama dan mencari pekerjaan
lain. Maksud mereka berhenti dari tempat pekerjaan tersebut adalah untuk mencari pekerjaan
yang lebih baik. Memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan memperoleh jaminan
sosialitau fasilitas lainnya yang lebih baik. Pengangguran yang ingin memperoleh pekerjaan
yang lebih baik tersebut dinamakan friksional.

5
2. Pengangguran structural /structural unemployment

Kemajuan teknologi di kegiatan-kegiatan ekonomi lain, perubahan dalam cita rasa


masyarakat dan masuknya pesaing baru yang lebih efisien dipasar adalah beberapa faktor
yang dapat mengakibatkan kemunduran dalam sesuatu kegiatan ekonomi. Apabila hal ini
terjadi, terpaksalah para pekerja diberhentikan oleh instansi yang mempekerjakan mereka.
Pengangguran yang demikian dinamakan pengangguran structural.

3. Pengangguran teknologi

Pengangguran dapat pula disebabkan oleh adanya pergantian tenaga manusia oleh mesin-
mesin atau bahan-bahan kimia. Misalnya: racun lalang dan rumput, telah mengurangi
penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan sawah, lading dan perkebunan. Begitu juga,
mesin telah mengurangi keperluan tenaga kerja untuk mengorek tanah, memotong rumput,
membersihkan hutan dan lain sebagainya. Pengangguran yang ditimbulkan oleh berlakunya
pergantian tenaga manusia dengan mesin-mesin yang lebih modern disebut pengangguran
teknologi.

4. Pengangguran siklikal

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas dari naik turun
siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.

 Menurut ciri-cirinya terdiri atas ;


1. Pengangguran terbuka

Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang benar-benar terlihat menganggurnya


( nyata dilihat) tidak ada pekerjaan sama sekali

2. Pengangguran tersembunyi

Apabila dalam suatu kegiatan ekonomi jumlah tenaga kerja sangat berlebihan, sehingga
berada dalam suatu keadaan dimana sebagian tenaga kerjanya dipindahkan ke sector lain
tetapi produksi dalam kegiatan itu tidak berkurang. Maka dalam kegiatan itu telah berlaku
suatu jenis pengangguran yang dinamakan pengangguran tersembunyi atau pengangguran
tidak ketara.

3. Pengangguran musiman

Pengangguran yang terjadi pada masa-masa tertentu didalam satu tahun. Biasanya
pengangguran seperti itu berlaku pada masa-masa dimana kegiatan bercocok tanam sedang
menurun kesibukannya. Didalam masa itu, para petani tidak melakukan pekerjaan sama
sekali, berarti mereka dalam keadaan menganggur. Tetapi pengangguran itu adalah untuk
sementara saja, dan berlaku dalam waktu-waktu tertentu. Oleh sebab itu, dinamakan
pengangguran musiman.

6
4. Setengah pengangguran

Setengah penganguran terdiri atas pengangguran sukarela (voluntary unemployment) dan


dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran sukarela adalah penganguran yang
menganggur untuk sementara waktu karena ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik.
Sedangkan pengganguran duka lara adalah pengangguran yang menganggur karena sudah
berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan kerja.

 Beberapa hal yang menyebabkan pengangguran antara lain:


 Penduduk yang relative banyak
 Pendidikan dan keterampilan yang rendah
 Angkatan kerja tidak dapat memenuhi pesyaratan yang diminta dunia kerja
 Teknologi yang semakin modern
 Pengusaha yang selalu mengejar keuntungan dengan cara melalukan
penghematan-penghematan
 Penerapan rasionalisasi
 Adanya lapangan kerja yang dengan dipengaruhi musim
 Ketidakstabilan perekonomian politik dan keamanan suatu Negara

 Akibat-akibat buruk yang ditimbulkan oleh pengangguran


 Peningkatan tindakan kriminalitas
 Tingkat kesehatan menurun
 Terjadinya kekacauan social dan politik (demosntrasi dan perebutan
kekuasaan)
 Hilangnya kepercayaan diri dan menurunnya kemampuan kerja
 Perselisihan dalam keluarga

2. INFLASI

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai macam fakotr-faktor
atau bisa juga disebut penurunan nilai mata uang.

7
 Faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi :
 Tingkat permintaan barang dan jasa yang meningkat namun persediaan barang dan
jasa terbatas
 Kenaikan harga bahan dan biaya produksi
 Tuntutan kenaikan upah dari pekerja
 Kenaikan harga barang impor
 Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru
 Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998
akibatnya yang beredar terlalu banyak

 Macam-macam infalsi
1. Berdasarkan tingkat keparahannya
a. Inflasi ringan (kurang dari 10% pertahun )
b. Inflasi sedang (antara 10-30% per tahun)
c. Inflasi berat (antara 30-100% pertahun)
d. Inflasi liar atau hyper inflasi yaitu kenaikan harga barang lebih dari
100%pertahun
2. Berdasarkan dari penyebabnya, inflasi terbagi atas :
a. Inflasi permintaan (demand pull inflation) adalah inflasi yang disebabkan oleh
adanya tarikan permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga mendorong harga
untuk meningkat. Tarikan permintaan ini biasanya disebabkan oleh adanya
pembelanjaan deficit atau anggaran belanja pemerintah yang deficit
b. Inflasi penawaran (cost push inflation) adalah inflasi yang ditimbulkan karena
desakan kenaikan biaya produksi, terutama kenaikan biaya tenaga kerja atau upah
buruh.
c. Inflasi spiral (spiral inflation) adalah inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga
yang didorong oleh kenaikan upah, dan diikuti oleh kenaikan harga lagi, dan
diikuti oleh kenaikan upah lagi.
d. Inflasi impor atau imported inflation. inflasi jenis ini terjadi karena
pengaruh inflasi dari luar negeri, yaitu akibat adanya perdagangan
antar Negara

 Mengukur inflasi

Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat presentase perubahan sebuah indeks
harga. Harga indeks tersebut diantaranya :

8
 Indeks harga konsumen (IHK) adalah indeks yang mengukur harga rata rata dari
barang tertentu yang diikuti oleh konsumen
 Indeks biaya hidup atau cost of living index
 Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-
barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering
digunakan untuk meramalkan IHK dimasa depan karena perubahan harga bahan baku
meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-
barang konsumsi.
 Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas tertentu
 Indeks harga barang-barang modal
 Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru,
barang produksi local, barang jadi, dan jasa.

 Kurva Phillips

Terdapat suatu trade-off antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran, yaitu bila tingkat
pengangguran tinggi, laju inflasi rendah sedangkan bila tingkat pengangguran rendah laju
inflasi tinggi. Keadaan ini pertama kali dikemukakan oleh A.W Philips pada tahun 1958 yang
mulanya melukiskan hubungan antatra tingkat perubahan upah dengan tingkat perubahan
kesempatan kerja.

Kurva Philips ini memiliki 3 ciri yaitu:

a. Mempunyai lereng yang negative, sehingga kurva ini turun dari kiri atas ke kanan
bawah
b. Kurva Phillips mempunyai intersep pada sumbu horizontal pada tingkat
pengangguran natural, dimana pada saat itu tingkat inflasi sama dengan nol
c. Kurva ini menunjukkan tanggapan tingkat terhadap perubahan tingkat inflasi. Ini
ditunjjukan oleh besar kecilnya lereng kurva Phillips tersebut.

Kurva Phillips ini tidak selalu tetap letaknya, tetapi seperti pendapat friedman dan phelps,
bahwa kurva Philips tidak menunjukkan suatu hubunga jangka panjang yang stabil. Kurva
Phillips itu akan bergeser ke luar bila pengambil keputusan mencoba mempertahankan
tingkat pengangguran natural, maka kurva Phillips akan ergeser ke bawah. Selanjutnya
firedman dan ohelps seperti halnya dengan Phillips sendiri menyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga, dan semakin tinggi
inflasi akan semakin cepat pada kenaikan tingkat upah.

9
 Dampak inflasi
 Dampak positif
Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan
membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
 Dampak negative
- Bertambahya jumlah pengangguran dan memperlambat pembangunan
- Menurunkkan pendapatan riel dari orang yang berpenghasilan tetap
- Kekacauan social dan politik

3. KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kebijakan fiscal dan kebijakan moneter umumnya dianggap sebagai kebijakan untuk
mengelola sisi permintaan akan barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Kedua kebijakan
ini menyangkut masalah pengelolaan permintaan dengan tujuan untuk mempertahankan
produksi nasional suatu perekonomian atau suatu Negara yang mendekati kesempatan kerja
penuh (full employment) dan juga mempertahankan tingkat barang dan jasa pada tingkat
yang sudah tercapai sekarang. Apabila terdapat kelebihan permintaan diatas oenawaran akan
dapat menimbulkan inflasi, sedangkan apabila terdapat kelebihan penwaran diatas permintaan
akan terjadi deflasi dan pengangguran.

Pemerintah dapat mempengaruhi permintaan dalam perekonomian dengan menggunakan


kebijakan fiscal yaitu dengan cara meningkatkan dan mengurangi pengeluaran pemerintah
dan submit, meninggalkan dan mengurangi tingkat pajak, sedangkan dengan kebijakan
moneter pemerintah dapat mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar, atau
dengan campuran dua kebijakan itu yaitu dengan mengubah pengeluaran, pengenaan pajak
atauapun jumlah uang yang beredar secara bersama-sama.

1. Kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar suat berharga
2. Kedua pasar tersebut akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga, dan tingkat
bunga akan mempengaruhi permintaan agregat
3. Kebijakan fisikal akan mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat dan
penawaran agregat.
4. Pada gilirannya permintaan agregat dan penawaran agregat itu akan menemukan
keadaan di pasar barang dan jasa
5. Kondisi pasar dan jasa itu akan menentukan tingkat harga dan pengerjaan dari faktor-
faktor produksi

10
6. Selanjutnya tingkat harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat pendapatan
dan tingkat upah yang diharapkan
7. Keduanya akan mempunyai umpan balik yaitu terhadap permintaan agregat dan upah
harapan mempunyai umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar uang serta
pasar surat berharga

A. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiscal adalah kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan cara
memanipulasi anggaran pendapatan dan belanja Negara, artinya pemerintah dapat
meningkatkan atau menurunkan pendapatan Negara atau belanja Negara dengan tujuan
untuk mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pendapatan nasional.

Kebijakan anggaran / politik anggaran :

 Anggaran deficit (deficit budget) / kebijakan fiscal ekspansif


anggaran deficit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar
dari pemasukan Negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya
sangat baik digunakan jika keadaan ekonomi sedang resesif.
 Anggaran surpus / kebijakan fistal kontraktif
Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih
besar dari pada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk
menurunkan tekanan permintaan.
 Anggaran berimbang (balanced budget)
Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah mendapatkan pengeluaran sama besar
dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian
anggaran serta meningkatkan disiplin.

B. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah atau Bank Central
yang berhubungan dengan jumlah uang yang beredar dan tingkat suku bunga. Didalam
kebijakan moneter hal yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu adalah menahan
inflasi, dan mendorong usaha pembangunan nasional. Kebijakan moneter pada dasarnya
merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga
sublisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca
pembayaran internasional yang seimbang.

11
Kebijakan moneter dapat dilakukan oleh pemerintahan dan Bank Sentra dengan cara
langsung atau tidak langsung.

 Kebijakan moneter langsung yaitu pemerintah langsung campur tangan dalam hal
peredaran uang atau kredit perbankan
 Kebijakan moneter tidak langsung dilakukan oleh Bank Sentral dengan cara
mempengaruhi kekmampuan bank-bank umum dalam memberikan kredit. Pengaturan
jumlah uang yang beredar ppada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan
menjadi dua yaitu:
1. Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka
menambah jumlah uang yg beredar
2. Kebijakan moneter kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka
mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang
ketat (tight money policy)

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrument kebijakan moneter yaitu:

a. Operasi pasar terbuka (open market operation)


Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual
atau membeli surat berharga pemerintah (govement securities). Jika ingin menambah
jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun,
bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat
berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berarga pemerintah diantaranya adalah
SBI atau serfitifikat Bank Indonesia dan SPBU atau surat berharga pasar uang.
b. Fasilitas diskonto (discount rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan
tingkat bunga bank sentral pada bank umum
c. Rasio cadangan wajib
rasio cadangan wajib adalah jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah
dana cadangan perankan yang harus disimpan pada pemerintah.
d. Himbauan moral
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar
dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seprti
menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati – hati dalam mengeluarkan
kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam
uang lebih ke bank Sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada
perekonomian.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari berbagai uraian diatas mengenai macam dan sebab, serta cara menanggulangi
inflasi, kita telah memahami bahwa inflasi pada tingkat yang rendah akan berfungsi
mendorong perkembangan perekonomian. Sedangkan inflasi pada laju yang tinggi justru
akan menghambat perkembangan oerekonomian. Inflasi dapat disebabkan oleh tarikan
pemerintah dan dapat pula dikarenakan oleh meningkatnya anggaran deficitpemerinta dan
dapat pula dikarenakan oleh meningkatnya biaya produksi karena desakan kenaikan upah
tenaga kerja oleh para organisasi buruh.

Terdapat suatu trade-off antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran yaitu bila
tingkat inflasi ditekan, tingkat inflasi akan menjadi lebih cepat padahal kedua keadaan itu
sama sama tidak menyenangkan bagi masyarakat.

Inflasi yang sudah berkembang cepat perlu ditanggulang karena akan merusak
struktur perekonomian. Dan inflasi dapat ditanggulangi secara cepat, namun dibarengi
dengan timbulnya angka penganguran yang tinggi, dan alternative lain inflasi dapat
ditanggulangi secara perlahan, tapi penyembuhan inflasi menjadi tidak jelas walaupun
dibarengi dengan tinkat pengangguran yang rendah tindakan yang diambil dapat dengan
mengurangi jumlah uang yang beredar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Suparmoko, M.1991. Pengantar Ekonomika Makro. BPFE.Yogyakarta


Sukirno,Sadono.1985. Pengantar Teori Makroekonomi.Bina Grafika.jakarta
www.google.com
http://organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskal-
instrumen-serta-penjelasannya
Wikipedia.com

14

Anda mungkin juga menyukai