Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“ KETENAGAKERJAAN “
Dosen : Andi Rahman, S.Sos, MM

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Angellika Nabila (22012039)
Anti Dwi Sekar Wangi (22012040)
Rendy Reynaldi Dwi B. (22012041)
Muhammad Adam Ahda (22012042)
Dwi Wahyu Ningsih (22012043)
Arwan Firmansyah (22012044)
Mega Isnalia Rahma (22012045)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI REGULER KHUSUS


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN
FARMASI BOGOR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya Sehingga penyusun mampu
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila ini dan dapat terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.

Makalah yang berjudul “Ketenagakerjaan”. Berisi tentang definisi


ketenagakerjaan, kesempatan kerja, pengangguran, klasifikasi tenaga kerja,
sistem upah, hukum ketenagakerjaan di Indonesia, contoh kasus
Ketenagakerjaan yang berkaitan dengan HAM.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Andi Rahman, S.Sos,


MM selaku dosen pengampu pada mata kuliah Pendidikan Pancasila serta pihak
terkait yang telah membantu dalam menghadapi berbagai tantangan dalam
penyusunan makalah ini.

Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bemanfaat bagi penyusun


khususnya, serta bagi pembaca. Akhir kata, penyusun menyadari bahwa
makalah ini belum sempurna maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun.

Bogor, Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 3
2.1 Definisi Ketenagakerjaan................................................................................................. 3
2.2 Klasifikasi Ketenagakerjaan ............................................................................................ 3
2.3 Kesempatan Kerja ........................................................................................................... 6
2.4 Sistem Upah ....................................................................................................................... 7
2.4.1 Teori Upah Tenaga Kerja............................................................................................. 7
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Upah ............................................................................ 8
2.4.3 Syarat dan Tujuan Pemberian Upah ......................................................................... 8
2.4.4 Sistem Upah di Indonesia ............................................................................................ 8
2.5 Pengangguran ................................................................................................................ 11
2.5.1 Penyebab Pengangguran .......................................................................................... 11
2.5.2 Jenis-jenis Pengangguran ......................................................................................... 12
2.5.3 Dampak Pengangguran ............................................................................................. 14
2.5.4 Mengatasi Masalah Pengangguran di Indonesia ................................................. 15
2.5.5 Upaya Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja di Indonesia ................................... 16
2.6 Hukum Tenaga Kerja di Indonesia ............................................................................. 16
2.6.1 Asas dan Tujuan Hukum Ketenagakerjaan ........................................................... 17
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 18
3.1 Kasus Ketenagakerjaan yang berkaitan dengan HAM ........................................... 18
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 20
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 20
4.2 Saran .................................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan data yang dirilis (World Bank, 2013) disebutkan
bahwa jumlah angkatan kerja atau tenaga kerja di Indonesia merupakan
yang terbesar keempat didunia. Artinya jumlah angkatan kerja di Indonesia
mengalami peningkatan yang cukup tinggi seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk. Berdasarkan data dari BPS (2014) angkatan kerja
Indonesia berjumlah 122.742.601 jiwa, dan mengalami peningkatan
menjadi 125.316.991 jiwa pada tahun 2014. Dalam hal ini pemanfaatan
tenaga kerja secara maksimal wajib dilakukan oleh pemerintah, jika
pemerintah ingin survive dalam pembangunan, jika tidak perlahan tapi pasti
bertambahnya jumlah angkatan kerja yang tidak terserap (pengangguran)
akan menjadi beban dan penghambat dalam dalam perekonomian dan
pada akhirnya menjadi masalah (Faedlulloh, 2015).
Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai
permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada
negara - negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti
Indonesia. Masalah ketenagakerjaan, pengangguran, dan kemiskinan
Indonesia sudah menjadi masalah pokok bangsa ini dan membutuhkan
penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan menghalangi
langkah Indonesia untuk menjadi mengara yang lebih maju.
Pemerintah memiliki tugas dalam penyelenggaraan negara untuk
kepentingan masyarakat, berupa terpenuhinya berbagai kebutuhan dasar
untuk mencapai kesejahteraan umum. Perkembangan negara hukum
dengan meninggalkan konsep negara penjaga malam (nachtwachterstaat)
didasari pada perkembangan negara-negara Eropa yang mengalami krisis
ekonomi setelah Perang Dunia II yang melahirkan konsep negara
kesejahteraan (sociale rechtsstaat). Melalui konsep ini pemerintah dituntut
untuk memajukan kesejahteraan umum, sesuai dengan Pembukaan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea
keempat yang memuat rumusan tujuan negara, yang sejalan dengan
tujuanyang diharapkan dari konsep sociale rechtsstaat.

1
Wujud kesejahteraan umum adalah masyarakat yang sejahtera, salah
satu indikator masyarakat sejahtera adalah masyarakat memiliki kemampuan
secara ekonomi yang berhubungan juga dengan jumlah pendapatan dan
pemerataan pendapatan. pendapatan berkaitan dengan pekerjaan. Dalam
era globalisasi saat ini diperlukan sebuah perkembangan yang terus menerus
dilakukan agar memberikan kepastian hukum dalam suatu negara terkhusus
dalam sebuah pekerjaan yang dimana dituntut untuk saling memberikan
persiapan baik untuk pekerja maupun untuk perusahaan. Bagi para pekerja
diharapkan untuk mempersiapkan dan meningkatkan kualitas diri agar
memperoleh pekerjaan yang terbaik.
Globalisasi memberikan dampak terhadap dinamika ketenagakerjaan
sekarang ini dan mendorong globalisasi yang lebih sederhana (Fakih, 2001)
yang perlu dipahami, sebagai proses integrasi ekonomi nasional
bangsabangsa dalam suatu sistem ekonomi global. Pembangunan nasional,
tidak lain khususnya dalam bidang ketenagakerjaan yang tentunya mengarah
untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan serikat
pekerja. Saat ini banyak perusahaan-perusahaan yang telah berdiri yang
memiliki banyak tenaga kerja.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi ketenagakerjaan


2. Untuk mengetahui klasifikasi tenaga kerja
3. Untuk mengetahui definisi kesempatan kerja
4. Untuk mengetahui sistem upah bagi tenaga kerja
5. Untuk mengetahui definisi pengangguran
6. Untuk mengetahui hukum ketenagakerjaan di Indonesia
7. Untuk mengetahui contoh kasus Ketenagakerjaan yang Berkaitan dengan
HAM.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ketenagakerjaan


Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja.
Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki
usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15
tahun – 65 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja
disebut sebagai tenaga kerja.

2.2 Klasifikasi Ketenagakerjaan


Terdapat beberapa klasifikasi ketenagakerjaan, yaitu :
A. Berdasarkan Penduduknya
1. Tenaga Kerja
Tenaga Kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang
sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang
mengurus rumah tangga. (MT Rionga & Yoga Firdaus, 2007:2).
Sedangkan menurut pendapat Sumitro Djojohadikusumo (1987)
mengenai arti tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan
sanggup bekerja, termasuk mereka yang menganggur meskipun
bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang menganggur terpaksa
akibat tidak ada kesempatan kerja.
Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan
sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun
sampai dengan 64 tahun.

3
2. Bukan Tenaga Kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan
tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut
UndangUndang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah
penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun
dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para
pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.

B. Berdasarkan Batas Kerja


1. Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik
sedang bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena
suatu sebab, seperti patani yang sedang menunggu panen/hujan,
pegawai yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya. Disamping itu
mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari
pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan atau bekerja secara tidak
optimal disebut pengangguran.
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64
tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak
bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan.
2. Bukan Angkatan Kerja
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang bersekolah,
mengurus rumah tangga tanpa mendapat upah, lanjut usia, cacat
jasmani dan sebagainya, dan tidak melakukan suatu kegiatan yang
dapat dimasukkan kedalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja,
atau mencari pekerjaan.
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas
yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga. Contoh
kelompok bukan angkatan kerja adalah: anak sekolah dan mahasiswa,
ibu rumah tangga dan orang cacat, dan para pengangguran sukarela.

4
C. Berdasarkan Kualitasnya
1. Tenaga Kerja Terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian
atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau
pendidikan formal dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru
dan lain-lain.
2. Tenaga Kerja Terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam
bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja
terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu
menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya : apoteker, ahli bedah,
mekanik dan lain-lain.
3. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar
yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut,
pembantu rumah tangga dan sebagainya
Jumlah penduduk adalah banyaknya orang yang mendiami suatu
wilayah Negara. Dari sisi tenaga kerja, penduduk suatu Negara dapat dibagi
dalam dua kelompok, yakni kelompok penduduk usia kerja dan kelompok
bukan usia kerja. Penduduk usia kerja adalah mereka yang berumur 10
hingga 65 tahun. Namun dewasa ini usia kerja tersebut telah diubah menjadi
yang berumur 15 hingga 65 tahun. Penduduk usia kerja dapat pula dibagi
dalam dua kelompok, yakni kelompok angkatan kerja dan kelompok bukan
angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah semua orang yang siap bekerja disuatu Negara.
Kelompok tersebut biasanya disebut sebagai kelompok usia produktif. Dari
seluruh angkatan kerja dalam suatu Negara tidak semuanya mendapat
kesempatan bekerja. Diantaranya ada pula yang tidak bekerja, merekalah
yang disebut pengangguran. Pengangguran adalah angkatan kerja atau
kelompok usia produktif yang tidak bekerja. (YB Kadarusman, 2004:65)

5
2.3 Kesempatan Kerja
Secara umum, kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang
mencerminkan seberapa jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap
atau ikut serta secara aktif dalam kegiatan perekonomian. Selain itu
kesempatan kerja juga dapat diartikan sebagai jumlah penduduk yang
bekerja atau orang yang sudah memperoleh pekerjaan, semakin banyak
orang yang bekerja semakin luas kesempatan kerja.
Kesempatan kerja dimaknai sebagai lapangan pekerjaan atau
kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi
atau produksi. Dengan demikian pengertian kesempatan kerja nyata
mencakup lapangan pekerjaan yang masih lowong. Kesempatan kerja nyata
bisa juga dilihat dari jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia, yang
tercermin dari jumlah penduduk usia kerja (15 tahun) ke atas yang bekerja
(Sapsuha, 2009)
Kesempatan kerja merupakan partisipasi seseorang dalam
pembangunan baik dalam arti memikul beban pembangunan maupun dalam
menerima kembali hasil pembangunan. Dari definisi tersebut, maka
kesempatan kerja dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
1. Kesempatan Kerja Permanen
Kesempatan kerja yang memungkinkan orang bekerja secara terus
menerus sampai mereka pensiun atau tidak mampu lagi untuk bekerja.
Dimisalkan orang yang bekerja pada instansi pemerintah atau swasta
yang mempunyai jaminan sosial hingga tua dan tidak bekerja di tempat
lain.
2. Kesempatan Kerja Temporer
Kesempatan kerja yang memungkinkan orang bekerja dalam waktu yang
relatif singkat, kemudian menganggur untuk menunggu kesempatan kerja
yang baru. Dalam hal ini dimisalkan pegawai lepas pada perusahaan
swasta di mana pekerjaan mereka tergantung pesanan.

6
2.4 Sistem Upah
Upah adalah hak pekerja atau buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja atau buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut perjanjian kerja,
kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi
pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang
telah atau akan dilakukan.

2.4.1 Teori Upah Tenaga Kerja


1. Teori Upah Wajar (Alami)
Menurut David Ricardo, upah menurut kodrat adalah upah yang cukup
untuk pemeliharan hidup pekerja dengan keluarganya. Di pasar terdapat
upah, menurut harga pasar adalah upah yang terjadi di pasar dan
ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Upah harga pasar akan
berubah di sekitar upah menurut kodrat. Oleh ahli ekonomi modern, upah
kodrat dijadikan batas minimum dari upah pekerja.
2. Teori Upah Besi
Menurut Ferdinand Lassalle, penerapan sistem upah kodrat menimbulkan
tekanan terhadap kaum buruh, karena posisi buruh dalam posisi yang sulit
untuk menembus kebijakan upah yang telah ditetapkan oleh produsen.
Berhubungan dengan kondisi tersebut maka teori ini dikenal sebagai Teori
Upah Besi. Lassalle menganjurkan untuk menghadapi kebijakan produsen
terhadap upah agar dibentuk serikat pekerja.
3. Teori Dana Upah
Menurut John Stuart Mill, tinggi upah bergantung kepada permintaan dan
penawaran tenaga kerja sedangkan penawaran tenaga kerja tergantung
pada jumlah dana upah, yaitu jumlah modal yang disediakan perusahaan
untuk pembayaran upah. Peningkatan jumlah penduduk akan mendorong
tingkat upah yang cenderung turun, karena tidak sebanding antara jumlah
tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja.

7
4. Teori Upah Etika
Menurut kaum utopis (kaum yang memiliki idealis masyarakat yang ideal)
tindakan para pengusaha yang memberikan upah hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan minimum, merupakan suatu tindakan yang tidak
etis. Oleh karena itu, sebaiknya para pengusaha selain dapat memberikan
upah yang layak kepada pekerja dan keluarganya, juga harus memberikan
tunjangan keluarga.

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Upah


1. Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya
2. Peraturan undang-undang yang mengikat tentang upah minimum
pekerja (umr)
3. Produktifitas marginal tenaga kerja
4. Tekanan yang dapat diberikan oleh serikat buruh dan serikat pengusaha
5. Perbedaan jenis pekerjaan
6. Tingkat kebersaingan

2.4.3 Syarat dan Tujuan Pemberian Upah


Syarat dan tujuan Pemberian Upah adalah mampu memuaskan
kebutuhan dasar pekerja, menyediakan sistem pemberian upah yang
sebanding dengan perusahaan lain di bidang yang sama, memiliki sifat
adil, dan menyadari fakta bahwa setiap orang memiliki kebutuhan yang
berbeda. Tujuan pemberian upah kepada tenaga kerja adalah
memberikan rasa ketertarikan para tenaga kerja berbakat untuk masuk
ke perusahaan, membangun loyalitas dan mempertahankan karyawan
terbaik agar tidak berpindah ke perusahaan lain, dan memberikan
motivasi kepada karyawan agar bekerja lebih aktif.

2.4.4 Sistem Upah di Indonesia


A. Sistem Upah Didasarkan pada Fungsi, yakni:
1. Menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarga
2. Mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang

8
3. Menyediakan insentif untuk mendorong meningkatkan produktifitas
kerja.

B. Sistem Pemberian Upah di Indonesia Digolongkan sebagai berikut :


1. Sistem Upah Menurut Waktu
Mendasarkan pembayaran upahnya menurut waktu kerja seorang
pekerja. Satuan waktunya dapat ditentukan per jam, per hari, per
minggu atau per bulan. Contohnya perusahaan Viave menetapkan
pembayaran upahnya per hari sebesar Rp 50,000.00, maka jika
seorang pekerja bekerja selama 10 hari, upah yang akan dia terima
sebesar 10 hari x Rp 50,000.00 adalah Rp 500,000.00. kebaikan sistem
upah menurut waktu adalah pekerja tidak perlu bekerja terburu-buru
dan pekerja tahu dengan pasti jumlah upah yang akan diterima.
Keburukan sistem upah menurut waktu adalah pekerja biasanya kurang
giat dan kurang teliti, karena besarnya upah tidak didasarkan atas
prestasi kerja.
2. Sistem Upah Borongan
Mendasarkan pemberian upah berdasarkan balas jasa atau suatu
pekerja yang dipaketkan atau diborongkan. Contohnya, upah untuk
membangun tower sebuah operator TV, pembuatannya diborongkan
kepada perusahaan yang bergerak di bidangnya. Kebaikan sistem
upah borongan sebagai berikut: pertama, pekerja mengetahui dengan
pasti jumlah yang akan diterima; kedua, bagi majikan, tidak perlu
berhubungan langsung dengan pekerja dan mengetahui dengan pasti
berapa jumlah upah yang harus diberikan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Keburukannya yakni salah perhitungan, pekerja tidak dapat
diselesaikan dan terhenti di tengah jalan (tunda atau batal).
3. Sistem Co-Partnership
Memberikan upah kepada pekerjanya berupa saham atau obligasi
perusahaan. Dengan obligasi atau saham tersebut, para pekerja
merasa memiliki sendiri perusahaan tersebut. Dalam sistem ini,
pengusaha dan pekerja merupakan rekan atau mitra usaha. Kebaikan

9
system Co-partnership adalah apabila mendapatkan keuntungan
besar, maka pekerja menerima upah yang besar pula sedangkan
keburukan sistem Co-partnership adalah pada saat perusahaan
mendapatkan kerugian, maka masing-masing uang yang ditanamkan
dalam saham tidak memberikan keuntungan.
4. Sistem Upah Bagi Hasil
Memberikan upah kepada pekerjanya dengan sistem bagi hasil,
digunakan dalam penggarapan lahan pertanian di mana pemilik lahan
dan penggarap lahan membagi hasil pertaniannya dengan presentase
tertentu sesuai dengan kesepakatan bersama.
5. Sistem Upah Menurut Prestasi
Berdasarkan prestasi kerja yang diperoleh para pekerja, besarnya upah
yang diperoleh seseorang oleh seorang pekerja bergantung banyak
sedikitnya hasil yang dicapai dalam waktu tertentu oleh para pekerja
tersebut.
6. Sistem Upah Skala
Berdasarkan tingkat kemajuan dan kemunduran hasil penjualan. Jika
hasil penjualan meningkat, maka upah bertambah, dan sebaliknya.
Kebaikan sistem ini adalah pekerja giat bekerja dan produktivitasnya
tinggi sedangkan keburukan sistem ini adalah kualitas kerja kadang
kurang diperhatikan sebagai akibat pekerja bekerja terlampau keras
dan jumlah upah tidak tetap.
7. Sistem Upah Premi
Kombinasi sistem upah prestasi yang ditambah dengan sejumlah premi
tertentu. contohnya, jika Ani sebagai pekerja menyelesaikan 200
potong pakaian dalam 1 jam, maka dibayar Rp 5,000.00 dan jika
terdapat kelebihan dari 200 potong, maka diberikan premi misalnya
prestasi kerjanya 210 potong/jam, maka Ani akan mendapatkan Rp
5,000.00 ditambah (10/200 x Rp 5,000.00) = Rp 5,250.00.
8. Sistem Bonus
Memberikan upah kepada pekerja dari sebagian keuntungan pada akhir
tahun buku. Jadi selain upah tetap bulanan, pekerja mendapatkan upah

10
tambahan sebagai bonus atas partisipasinya dalam membangun
perusahaan sehingga mendapatkan keuntungan. Kebaikan sistem ini
adalah pekerja ikut bertanggung jawab bahkan berkepentingan atas
kemajuan perusahaan. Sedangkan keburukan sistem ini adalah tidak
semua pekerja mampu menunjukkan hasil yang dicapai atas kemajuan
perusahaan.
9. Sistem Upah Indeks Biaya Hidup
Mengaitkan pemberian upah dengan turun naiknya biaya hidup, jika
biaya hidup meningkat, maka upah pekerja dinaikkan, dan sebaliknya.
Upah dibayarkan dalam bentuk barang, seperti sembako.

2.5 Pengangguran
Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja
atau sedang mencari pekerjaan (bagi mereka yang belum pernah bekerja
sama sekali atau sudah pernah bekerja) atau sedang mempersiapkan suatu
usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi
belum pernah bekerja. Seseorang dikatakan sebagai pengangguran apabila
memenuhi salah satu unsur, sebagai berikut : tidak bekerja tetapi sedang
mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan usaha baru, tidak mempunyai
pekerjaan, sudah mendapat pekerjaan tetapi belum mulai tetapi belum mulai
bekerja.

2.5.1 Penyebab Pengangguran


1. Menurunnya permintaan tenaga kerja
2. Adanya kemajuan teknologi
3. Kelemahan dalam pasar tenaga kerja
4. Jumlah lapangan pekerjaan yang terbatas
5. Fenomena PHK
6. Kualitas tenaga kerja yang relative rendah
7. Kurang sesuai kemampuan tenaga kerja dengan pekerjaan
8. Persebaran tenaga kerja tidak merata
9. Serangan tenaga kerja asing

11
10. Rendahnya upah yang diterima oleh tenaga kerja

2.5.2 Jenis-jenis Pengangguran


A. Berdasarkan Ciri-cirinya :
1. Pengangguran terbuka (Open Unemployment) adalah pengangguran
yang terjadi karena pertambahan pekerjaan lebih rendah daripada
pertambahan tenaga kerja.dikarenakan kegiatan ekonomi yang
menurun, kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga
manusia atau kemunduran perkembangan suatu industri.
2. Pengangguran tersembunyi (Disguised Unemployment) adalah
pengangguran yang terjadi karena terlalu banyaknya tenaga kerja untuk
satu unut pekerjaan, padahal dengan mengurangi tenaga kerja sampai
jumlah tertentu tidak akan mengurangi jumlah produksi. Terjadi disektor
pertanian atau jasa. Contohnya: anggota keluarga yang besar
mengerjakan luas tanah yang sangat sempit.
3. Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu
tertentu di dalam satu tahun, terjadi di sektor pertanian dan perikanan.
Pengangguran musiman berlaku pada waktu dimana kegiatan bercocok
tanam sedang menurun kesibukannya, pada periode tersebut petani dan
tenaga kerja di sector pertanian tidak melakukan pekerjaan. Jenis
pengangguran ini hanya sementara. Cara mengatasi pengangguran
musiman adalah: pemberian informasi yang cepat jika lowongan kerja di
sector lain dan melakukan pelatihan di bidang keterampilan untuk
memanfaatkan waktu ketiga menunggu musim tertentu.
4. Setengah menganggur (Under Employment) pertambahan penduduknya
yang cepat telah menimbulkan percepatan dalam proses urbanisasi.
Banyak di antara mereka yang menganggur sepenuh waktu dan ada pula
yang mereka tidak yang menganggur, tetapi pula bekerja tidak sepenuh
waktu dan jam kerja mereka lebih rendah dari jam kerja normal.

12
B. Menurut Faktor Penyebabnya
1. Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment) adalah
pengangguran yang sifatnya sementara disebabkan adanya kendala
waktu, informasi, dan kondisi antara pencari kerja dan pembuka lamaran
pekerjaan. Pengangguran tidak ada pekerjaan bukan karena tidak
memperoleh pekerjaan, melainkan karena sedang mencari pekerjaan
lain yang lebih tinggi. Dalam proses mencari pekerjaan baru ini
sementara pekerja tersebut tergolong sebagai penganggur. Cara
mengatasi pengangguran Friksional adalah perluasan kesempatan kerja
dengan cara mendirikan industri baru yang bersifat padat karya;
deregulasi (penyederhanaan administrasi) dan debirokratisasi
(penyederhanaan peraturan) di berbagai bidang industri; menggalakkan
pengembangan sektor informal; menggalakan program transmigrasi;
pembukaan proyek umum oleh pemerintah.
2. Pengangguran Siklikal (Cyclical Unemployment) diakibatkan oleh
perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. Perekonomian tidak
selalu berkembang dengan pesat. Adakalanya permintaan agregat lebih
tinggi dan hal ini mendorong pengusaha menaikkan produksi untuk itu
lebih banyak pekerja baru digunakan dan pengangguran berkurang.
Akan tetapi, pada masa lainnya permintaan agregat (menyeluruh)
mengalami penurunan. Kemunduran ini menimbulkan efek pada
perusahan lain yang mempunyai hubungan juga akan mengalami
kemerosotan dalam permintaan terhadap produksinya. Kemerosotan
permintaan agregat ini mengakibatkan perusahan mengurangi pekerja
atau menutup perusahaannya. Cara mengatasi pengangguran siklikal
adalah mengarahkan permintaan terhadap barang dan jasa;
meningkatkan daya beli masyarakat.
3. Pengangguran struktural (Structural Unemployment) adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur kegiatan
ekonomi. Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian
akan terus berkembang maju sebagian akan mengalami kemunduran.
Kemorosotan itu akan menyebabkan kegiatan produksi dalam industri

13
tersebut menurun, dan sebagian pekerja terpaksa diberhentikan dan
menjadi pengangguran. Cara mengatasi pengangguran struktural adalah
peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja; segera memindahkan
kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan ke tempat
dan sektor ekonomi yang kekurangan; mengadakan pelatihan kerja
untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong;
segera mendirikan industri padat karya.
4. Pengangguran teknologi adalah pengurangan yang ditimbulkan oleh
penggunaan mesin dan kemajuan teknologi lainnya. Contohnya racun
rumput telah mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan
perkebunan. Cara mengatasi pengangguran teknologi adalah
memberikan pelatihan kepada para pendidik agar dapat menguasai
teknologi; mengenalkan teknologi kepada anak sejak usia dini;
memasukkan materi kurikulum mengenai teknologi.
5. Pengangguran Konjungtural (sama dengan Siklikal) adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan dalam tingkat kegiatan,
biasanya terjadi karena berkurangnya permintaan barang dan jasa
terutama pada saat resesi atau depresi. Cara mengatasi pengangguran
dengan meningkatkan daya beli masyarakat.
6. Pengangguran Deflasioner adalah pengangguran yang disebabkan oleh
lowongan pekerjaan tidak cukup menampung pencari kerja. Cara
mengatasi pengangguran deflasioner adalah: menarik investor baru
melalui pendirian berbagai perusahan untuk menyerap tenaga kerja.

2.5.3 Dampak Pengangguran


a. Dampak Ekonomi
1. Nilai GDP akan menurun
2. Pendapatan nasional akan berkurang bersamaan dengan turunnya
standar hidup
b. Dampak Sosial
1. Naiknya tingkat kejahatan
2. Naiknya ketergantungan narkoba dan alkohol

14
3. Hilangnya harga diri serta kepercayaan diri para pengangguran
c. Dampak Individu dan Keluarga
1. Jumlah konsumsi akan bekurang
2. Meningkatkan ketergantungan dengan pihak lain yang menjadi
tumpangan mereka selama menganggur.

2.5.4 Mengatasi Masalah Pengangguran di Indonesia


1. Memperluas lapangan kerja, Menurut Soemitro Djojohadikoesoemo,
melalui : industri padat karya dan penyelenggaraan proyek pekerjaan
umum.
2. Mengurangi tingkat pengangguran
a. Pemberdayaan angkatan kerja dengan mengirimkan tenaga kerja ke
Negara atau daerah yang memerlukan.
b. Pengembangan usaha sektor informal dan usaha kecil
c. Pembinaan generasi muda melalui kursus dan pembinaan home
industry.
d. Mengadakan program transmigrasi
e. Mendorong badan usaha untuk proaktif dengan lembaga Pendidikan
f. Mendirikan Balai Latihan Kerja (BLK)
g. Mendorong lembaga untuk meningkatkan skill
h. Mengefektifkan pemberian informasi ketenaga kerjaan melalui lembaga
terkait.
3. Meningkatkan kualitas angkatan kerja dan tenaga kerja
a. Menetapkan upah minimum regional
b. Mengikuti setiap pekerja dalam asuransi jaminan sosial tenaga kerja
c. Menganjurkan kepada setiap perusahaan untuk meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja
4. Mewajibkan kepada setiap perusahaan untuk memenuhi hak tenaga kerja
selain gaji, seperti cuti, istirahat dan sebagainya.

15
2.5.5 Upaya Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja di Indonesia
Manusia adalah faktor produksi yang sangat penting selain tanah,
teknologi dan modal. Ada beberapa upaya yang dilakukan pemerintah
dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia yaitu :
1. Mengadakan latihan-latihan kerja bagi tenaga kerja agar memiliki
kemampuan kerja yang baik
2. Menyiapkan tenaga kerja terampil dengan meningkatkan pendidikan
formal bagi penduduk usia sekolah
3. Mengadakan pelatihan-pelatihan untuk memberikan keterampilan kepada
tenaga kerja yang sedang mencari kerja agar dapat mengisi lowongan
sesuai dgn kebutuhan pasar tenaga kerja
4. Menyiapkan tenaga kerja yang mampu bekerjakeras dan produktif dengan
meningkatkankesehatan melalui perbaikan gizi penduduk

2.6 Hukum Tenaga Kerja di Indonesia

Menurut Molenaar dalam Asikin (1993: 2) Hukum Perburuhan adalah


bagian hukum yang berlaku, yang pokoknya mengatur hubungan antara
tenaga kerja dan pengusaha, antara tenaga kerja dan tenaga kerja serta
antara pengusaha dan tenaga kerja.
Menurut Syahrani (1999: 86) Hukum Perburuhan adalah keseluruhan
peraturan hukum yang mengatur hubungan-hubungan perburuhan, yaitu
hubungan antara buruh dengan majikan, dan hubungan antara buruh dan
majikan dengan pemerintah (pengusaha). Berdasarkan uraian di atas
hukum ketenagakerjaan memiliki unsur :
1. Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis.
2. Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja dan
pengusaha.
3. Adanya orang bekerja pada dan dibawah orang lain dengan mendapat
upah sebagai balas jasa.
4. Mengatur perlindungan pekerja/buruh, meliputi masalah keadaan sakit,
haid, hamil, melahirkan, keberadaan organisasi pekerja dan sebagainya.

16
2.6.1 Asas dan Tujuan Hukum Ketenagakerjaan
1. Asas Hukum Ketenagakerjaan
a. Berdasarkan pasal 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
dinyatakan bahwa: Pembangunan ketenagakerjaan berlandaskan
pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Selanjutnya dalam pasal tersebut ditegaskan bahwa :
Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Oleh sebab itu,
pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan untuk mewujudkan
manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil makmur, dan
merata, baik materiil maupun spritual.
b. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa:
Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas keterpaduan
melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah.

2. Tujuan Ketenagakerjaan
Menurut Manulang (1995) tujuan hukum ketenagakerjaan adalah:
1. Untuk mencapai keadilan sosial dalam bidang ketenagakerjaan.
2. Untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan yang tidak terbatas
dari pengusaha.
Berdasarkan ketentuan pasal 4 UU Nomor 13 tahun 2003
pembangunan ketenagakerjaan bertujuan:
1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secaraoptimal dan
manusiawi.
2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja
yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah.
3. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan.
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

17
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kasus Ketenagakerjaan yang Berkaitan dengan HAM


Adanya jaminan hak asasi manusia dan peradilan yang adil menjadi
syarat utama adanya suatu Negara hukum. Salah satu penerapan hak asasi
manusia itu adalah hak untuk bekerja, Setiap tenaga kerja memiliki
kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.
Sarana perlindungan hukum bagi pekerja kontrak dimaksudkan adalah
pemberian perlindungan hukum dalam hal mendapatkan pekerjaan yang
layak, sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Sampai saat ini, berbagai bentuk pelanggaran hak buruh masih marak
terjadi. Berbagai bentuk pelanggaran hak buruh yang terjadi antara lain
kontrak kerja yang tidak sesuai UU Ketenagakerjaan, status dan hubungan
industrial yang tidak wajar, besaran upah dan sistem pengupahan yang tidak
sesuai standar, serta tidak dipenuhinya hak-hak normatif lainnya.
Penyebab pelanggaran hak buruh terus terjadi salah satunya disebabkan
oleh minimnya pengawasan Pemerintah hingga level Dinas Pengawasan
Ketenagakerjaan yang bertugas untuk menegakkan peraturan
ketenagakerjaan yang menjamin pemenuhan hak buruh sekaligus menindak
tegas perusahaan/pemberi kerja yang melakukan pelanggaran. Salah satu
pelanggaran hak buruh menimpa salah satu buruh di PT Hyppe Teknologi
Indonesia.
Disnaker telah mengeluarkan Nota Anjuran yang pada intinya
menyatakan terjadinya pelanggaran Ketenagakerjaan yang dilakukan oleh
PT. Hyppe Teknologi Indonesia antara lain :
1. Bentuk hubungan kerja tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 155 UU No.
13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang mana harus diajukan
pengusaha untuk mendapatkan penetapan dari lembaga penyelesaian
PHI;
2. Melakukan PHK yang tidak didasarkan perjanjian atau tanpa alasan yang
jelas
3. Bentuk dan sistem upah yang tidak dapat dipertimbangkan sesuai dengan
ketentuan Pasal 60 ayat (2) UU 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

18
Lebih jauh, berdasarkan Nota Anjuran dari Disnaker tersebut, maka perlu
dipertanyakan apakah Dinas Pengawasan Ketenagakerjaan telah
menjalankan tugasnya dengan benar atau justru lalai. Perhimpunan Bantuan
Hukum dan HAM Indonesia (PBHI) sebagai kuasa hukum buruh PT Hyppe
Teknologi Indonesia yang menjadi korban pelanggaran hak tersebut,
mengecam keras pembiaran pelanggaran hak buruh yang terjadi akibat
lemahnya pengawasan oleh Dinas Pengawasan Ketenagakerjaan. Sehingga,
menambah panjang deretan kasus-kasus pelanggaran hak buruh. Oleh sebab
itu, PBHi mendesak agar:
1. Pemerintah Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi
Kota Administrasi Jakarta Selatan untuk pro aktif melakukan pengawasan
praktik-praktik Pelanggaran Ketenegakerjaan;
2. Pemerintah untuk melakukan pengawasan secara menyeluruh kepada PT.
Hyppe Teknologi Indonesia termasuk mengusut tuntas standarisasi kontrak
kerja, besaran dan bentuk pengupahan, guna mencegah praktik
pelanggaran Ketenagakerjaan serupa yang terjadi terhadap buruh pada
perusahaan tersebut;
3. Memastikan terpenuhinya hak buruh yang menjadi korban PT. Hyppe
Teknologi Indonesia, termasuk pelaksanaan Nota Anjuran Nomor:
24/1.835.3 atas Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak
oleh Perusahaan PT. Hyppe Teknologi Indonesia yang dikeluarkan oleh
Suku Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Energi Kota Administrasi
Jakarta Selatan.

19
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat.
2. Permasalahan pengangguran merupakan persoalan serius karena dapat
menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran
masyarakat tidak mencapai potensi maksimal. Perlu adanya upaya untuk
menanggulangi masalah ketenagakerjaan yang berkaitan dengan
banyaknya jumlah pengangguran.
3. Salah satu penerapan hak asasi manusia adalah hak untuk bekerja. .
Berbagai bentuk pelanggaran hak buruh yang terjadi antara lain kontrak
kerja yang tidak sesuai UU Ketenagakerjaan, status dan hubungan
industrial yang tidak wajar, besaran upah dan sistem pengupahan yang
tidak sesuai standar serta tidak dipenuhinya hak-hak normatif lainnya.

4.2 Saran
Berdasarkan uraian materi pada makalah ini, diharapkan agar pembaca
dapat memahami tentang ketenagakerjaan dan bagi pemerintah agar dapat
meningkatkan produktifitas tenaga kerja di berbagai sektor dengan
memberikan latihan keterampilan bagi tenaga kerja serta memperluas
kesempatan kerja sehingga output meningkat dengan cara meningkatkan
alokasi anggaran untuk pendidikan agar dapat memacu pertumbuhan
ekonomi. Baik pemerintah maupun perusahaan agar dapat memberikan
sosialisasi, seminar maupun pembinaan bagi pekerja/buruh tentang
hakhaknya maupun ketentuan-ketentuan tentang upah minimum.

20
DAFTAR PUSTAKA

Wjayanto, Hendra. 2019. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik & Pembangunan :


Dinamika Permasalahan Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Indonesia.
Jakarta: FISIP Universitas 17 Agustus 1945

Adjeng, Dewi. 2016. Makalah Ketenagakerjaan.


https://dewiadjenglestariblog.wordpress.com/2016/11/09/makalahketenagakerj
aan-lengkap/ Diakses pada 4-12-2022

Widyastiti, Puspa. 2015. Ekonomi Ketenagakerjaan.


https://www.academia.edu/17441331/MAKALAH_EKONOMI_KETENAGAKE
RJAAN Diakses pada 4-12-2022

Selfina, Sarah. 2021. Hukum Ketenagakerjaan. Bandung: Widina Bhakti


Persada

Gatiningsih. 2017. Modul Mata Kuliah : Kependudukan dan Ketenagakerjaan.


Sumedang: Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Anda mungkin juga menyukai