Anda di halaman 1dari 54

PENGARUH PENERIMAAN PAJAK, PASAR MODAL SYARIAH,

DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA


(Periode 2017-2020)

Proposal

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Metode

Penelitian Dosen Pengampu: Tri Wahyono, M.E.

Disusun Oleh:

Aziz Gunawan

Saputro

63020190165

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji

bagi Allah SWT, berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan karunia-Nya proposal ini dapat

terselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan,

beliau Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari kegelapan menuju cahaya

yang terang benderang. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari

kata sempurna, baik dari segi bahasa maupun penyusunan. Maka dari itu penulis meminta

maaf apabila dalam penulisan proposal ini masih banyak kesalahan dan kekeliruan. Semoga

proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................................2

BAB I Pendahuluan ........................................................................................................................4

A. Latar Belakang Permasalahan ..........................................................................................................4

B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................................11

C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................................................12

D. Manfaat Penelitian .........................................................................................................................12

E. Sistematika Penulisan ....................................................................................................................13

BAB II Landasan Teori .................................................................................................................14

A. Telaah Pustaka ................................................................................................................................14

B. Kerangka Teori ...............................................................................................................................17

C. Kerangka Penelitian .......................................................................................................................27

D. Hipotesis .........................................................................................................................................28

BAB III Metode Penelitian ...........................................................................................................30

A. Jenis Penelitian ..................................................................................................................30

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................................31

C. Populasi dan Sampel .........................................................................................................31

D. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................................................31

E. Definisi Konsep dan Operasional .....................................................................................32

F. Instrumen Penelitian .........................................................................................................34

G. Uji Instrumen Penelitian ...................................................................................................34

H. Alat Analisis .....................................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................39


BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang Permasalahan

Permasalahan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara merupakan masalah klasik


yang hingga kini pasti terjadi, tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi juga merupakan
indicator yang seringkali kita digunakan dalam menentukan atau mengukur suatu kinerja
perekonomian dalam sebuah Negara. Kualitas kebijakan pemerintah atau mutu aparat di
bidang ekonomi secara keseluruhan juga biasanya diukur berdasarkan kecepatan
pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan (Yusuf et al., 2021). Dalam mengatasi
pertumbuhan ekonomi, harus ada upaya untuk meningkatkan pembangunan skala
nasional yang meliputi pula dukungan berupa pembangunan secara tepat per daerah.
Pertumbuhan dari sector ekonomi daerah sudah tentu akan mempengaruhi laju
pertumbuhan ekonomi nasional, dan hal ini bisa ditunjukkan dengan kenaikan GDP (Gross
Domestic Product) atau lebih dikenal dengan PDB (Produk Domestik Bruto).

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2010-2020


7

4
Dalam

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun

4
Sumber: BPS (diolah)

5
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2010-2020

Pada grafik diatas, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun
ke tahun mengalami penurunan yang signifikan, pada tahun 2016 mengalami
pertumbuhan sebesar 5.03%, di tahun 2017 tumbuh menjadi 5.07%, puncaknya yaitu
pada tahun 2018 mengalami pertumbuhan menjadi 5.17%, sayangnya pada tahun 2019
hingga 2020 mengalami penurunan secara drastis, salah satu faktor yang mengakibatkan
turunnya pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut berasal dari perang dagang antara
Amerika dan China. Selain karena perang dagang, disebabkan pula oleh wabah
pandemic covid-19 yang tidak hanya Indonesia saja yang terkena dampaknya, namun
seluruh Negara di dunia.

Untuk menanggulangi penurunan pertumbuhan ekonomi, perlu adanya pembangunan


dan pengelolaan ekonomi secara tepat. Seperti yang kita tahu bahwa salah satu tujuan
Negara Indonesia sendiri yang terdapat pada alinea keempat dalam Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 yaitu “Untuk memajukan kesejahteraan umum”, maka dengan adanya
pengelolaan dan pembangunan di sector ekonomi potensial diharapkan bisa memberikan
pembangunan yang adil, terstruktur dan merata bagi seluruh warga Negara Indonesia.
Guna mempercepat pertumbuhan ekonomi, pemerintah dituntut harus bisa merealisasikan
modal yang ada secara tepat. Modal untuk pembagunan haruslah digunakan sebagai biaya
pengelolaan dari kegiatan- kegiatan yang seharusnya diperlukan dalam menggerakan sector
perekonomian Negara. Salah satu cara untuk mendapatkan modal tersebut yaitu dengan
adanya penerimaan pajak, PNBP ( Penerimaan Negara Bukan Pajak), dan penerimaan dana
hibah. Pajak merupakan komponen penting dalam penerimaan negara dan memiliki
kontribusi yang besar dalam pembiayaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.
Begitu besarnya kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara dalam
pembiayaan pembangunan sehingga penerimaan pajak dapat mempengaruhi jalannya roda
pemerintahan (Sihaloho, 2020)

6
Penerimaan Pajak
1800000
1600000
1400000
1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Penerimaan Pajak

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 1.2 Penerimaan Pajak Indonesia Tahun 2010-2020

Berdasarkan grafik diatas dalam 10 tahun terakhir penerimaan pajak selalu


mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2020 yang diperkirakan menurun karena
dampak terjadinya pandemic Covid-19. Apabila kita kaji, kenaikan penerimaan pajak
menambah pendapatan dan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.

Selain itu dalam melaksanakan pembagunan dan pengelolaan ekonomi nasional


suatu Negara diperlukan pembiayaan baik dari pemerintah maupun masyarakat swasta,
salah satu pembiayaan dari masyarakat yaitu pertumbuhan di sector investasi. Pasar modal
bisa menjad i alternative dalam pendanaan pemerintah maupun swasta. Pemerintah yang
membutuhkan modal dapat melakukan penjualan obligasi kepada masyarakat melalui pasar
modal. Demikian pula masyarakat swasta, dalam kasus ini adalah perusahaan yang
membutuhkan modal dapat menerbitkan efek, baik itu berbentuk saham, obligasi,
maupun reksadana dan menjualnya kepada masyarakat melalui pasar modal. Pasar modal
memberikan manfaat penting dalam perekonomian karena menciptakan fasilitas bagi
keperluan industri ataupun investor dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal
(Kartika, 2019). Indonesia dengan mayoritas masyarakatnya beragama islam, tentunya
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi syariah. Pembentukan lembaga
keuangan syariah seperti pasar modal syariah oleh
7
pemerintah bermaksud sebagai alternatif dalam berinvestasi yang tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip Islam. Saham-saham yang melanggar prinsip ekonomi Islam tidak
diperbolehkan seperti riba, maysir dan gharar. Upaya pemerintah dalam
mengembangkan pasar modal syariah dilakukan dengan cara sosialisasi dan inovasi
untuk meningkatkan literasi, serta meningkatkan supply dan demand. Pada tahun 2020
sosialisasi dengan memberikan motivasi dan inovasi literasi dilakukan secara webinar
dan interaksi di sosial media untuk menjaring masyarakat yang lebih luas. Hasilnya
adalah terjadi peningkatan jumlah investor pengguna SOTS ( Sistem Online Trading
Syariah) yang mencapai 85.891 investor per akhir tahun 2020 dengan peningkatan 25.21%
dibandingkan dengan tahun 2019.

Sumber:
OJK

Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Produk Pasar Modal Syariah Tahun 2016-
2020

Berdasakan grafik diatas, perkembangan produk pasar modal syariah pada umumnya
mengalami kenaikan dalam 5 tahun terakhir. Bila dilihat dari jumlah produk, sukuk korporasi
beredar dan reksadana syariah mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dibandingkan produk
lainnya, pertumbuhan yang signifikan tersebut terjadi pada 2020 sebesar 13,29% dan 9,06%
dibandingkan tahun lalu.

8
Daftar Efek Syariah
Perusahaan Public
Keuangan
Emiten Tidak
Listing
Pertanian
Aneka Industri
Pertambangan
Industri Barang
Konsumsi Infrastruktur, Utilitas, Dan
Transportasi
Industri Dasar Dan
Kimia Properti, Real Estate Dan Kontruksi
Bangunan Perdagangan, Jasa, Dan Investasi

0 5 10 15 20 25 30
DALAM PERSEN

Daftar Efek Syariah

Sumber: OJK (diolah)

Grafik 1.4 Efek Saham Syariah Berdasarkan Sektor Tahun 2020

Per akhir tahun 2020 dengan jumlah 436 emiten termasuk dalam surat keputusan
Dewan Komisioner OJK Nomor KEP-63/D 04/2020 tentang daftar efek syariah (DES)
yang diterbitkan tanggal 23 November 2020 dan 5 emiten termasuk dalam DES
Insidentil yang efektif setelah tanggal penerbitan Surat Keputusan DES tersebut.
Berdasarkan grafik diatas mayoritas emiten DES berasal dari sector perdagangan, Jasa
dan Investasi (26.98%), selanjutnya diikuti oleh sector Properti, Real Estate & Kontruksi
(14.97%), sector Industri Dasar dan Kimia (12.93%), sector Infrastruktur, utilitas dan
trasnportasi (12.02%), Industri barang konsumsi (11.56%) dan sector lainnya masing-
masing dibawah 10%. Hal ini menunjukkan bahwa Saham Syariah memiliki peran
penting dalam sector investasi dengan menunjukkan kenaikan yang signifikan dalam 5
tahun terakhir.

Perkembangan instrument pasar modal berikutnya yaitu pada obligasi syariah atau
sukuk. Ditinjau dari aspek seperti tingkat biaya dan kebijakan ekonomi negara, sukuk
9
mempunyai resiko yang lebih rendah dibandingkan dengan pinjaman luar negeri (Datuk,
2014). Sukuk biasanya diterbitkan oleh pemerintah guna menambah anggaran yang
dikarenakan adanya

1
0
deficit APBN, sehingga saat pemerintah menerbitkan obligasi semakin banyak, maka
APBN akan tumbuh dan secara otomatis akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Sumber: OJK

Grafik 1.5 Perkembangan Sukuk Korporasi 2016-2020

Data yang telah diterbitkan oleh OJK menjelaskan bahwa selama tahun 2020, terdapat
penerbitan 42 seri sukuk korporasi. Total nilai penerbitan sebesar Rp6,91 triliun. Di periode
yang sama, ada sekitar 24 seri sukuk korporasi jatuh tempo dengan total nilai Rp5,28 triliun.
Hingga bulan Desember 2020, jumlah sukuk pada korporasi outstanding telah mencapai 162 seri
sukuk. Terjadi peningkatan 13,29% dibandingkan dengan jumlah sukuk tahun 2019. Bila dilihat
dari sisi nilai, terdapat peningkatan 1,76% dibandingkan tahun lalu, menjadi sebesar Rp30,35
triliun.

Pada tahun 2020 terdapat 6 emiten yang menerbitkan sukuk korporasi untuk pertama
kalinya, yaitu PT Sampoerna Agro Tbk, PT Pegadaian (Persero), PT Bussan Auto Finance, PT
Elnusa Tbk, PT Polytama Propindo, dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.

Instrumen pasar modal yang berikutnya yaitu adalah reksadana syariah, yang
membedakan dengan reksa dana konvensional adalah pada reksa dana syariah tidak
diperbolehkannya investasi dana pada saham-saham atau obligasi perusahaan yang
menyimpang dengan syariat Islam seperti perusahaan yang megolah
makanan/minuman
1
1
beralkohol, daging babi, bisnis yang berhubungan dengan perbuatan maksiat dan hal-hal yang
dilarang dalam agama Islam (Dosen et al., 2012)

Sumber: OJK

Grafik 1.6 Perkembangan Reksa Dana Syariah 2016-2020

Pertumbuhan yang siginfikan terlihat dalam 5 tahun terakhir mengenai jumlah reksa
dana syariah. Berdasarkan jenisnya, reksa dana syariah yang memiliki proporsi dari sisi
NAB terbesar pada akhir tahun 2020 adalah Reksa Dana Syariah Terproteksi sebesar
49,98%, diikuti dengan Reksa Dana Syariah berbasis Efek Luar Negeri sebesar 17,01%,
dan Reksa Dana Syariah Pasar Uang sebesar 13,62%. Hingga akhir tahun 2020 reksa
dana syariah mengalami kenaikan cukup signifikan dari sisi jumlah dengan bertambah
39 reksa dana syariah efektif terbit sepanjang tahun 2020, dikutip dari data laporan OJK.
Meskipun mengalami pertumbuhan, namun jumlah NAB Reksa dana Syariah masih
bisa dikatakan masih jauh apabila dibandingkan dengan Reksa dana konvensional, pada
akhir tahun 2020 total NAB reksa dana hanya berjumlah 74.37 Triliun, terpaut jauh
daripada NAB reksa dana konvensional yang memiliki jumlah 449.18 Triliun. Dari sini,
maka hal yang perlu diperhatikkan adalah ketersediaan produk syariah di pasar modal
yang masih terbatas jumlahnya. Produk syariah membutuhkan perhatian lebih lanjut agar
mampu berperan secara optimal sebagai alternaif investasi di pasar modal Indonesia
dan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional (Soemitra, 2014:227).

10
Maka selanjutnya perlu adanya

10
langkah untuk mengembangkan motivasi dan inovasi kepada masyarakat luas agar
nantinya mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian dalam jangka panjang.

Tak lepas dari itu semua, salah satu indikator penting dalam perekonomian yang
tidak bisa diabaikan adalah inflasi, karena dengan adanya inflasi maka akan timbul
pengaruh yang luas baik terhadap perekonomian maupun kesejahteraan masyarakat.
Bagi perekonomian inflasi yang tinggi dapat menyebabkan timbulnya ketidakstabilan
ekonomi, menurunkan investasi, menghambat ekspor dan maupun dapat berdampak
pada meningkatnya tingkat pengangguran. Dari sisi kesejahteraan, inflasi yang tinggi
menyebabkan turunnya pendapatan riil masyarakat, terutama bagi pekerja-pekerja yang
mempunyai penghasilan tetap, sehingga berdampak pada menurunnya tingkat konsumsi
masyarakat dan meningkatkan kemiskinan. Namun apabila dilihat dari penelitian
sebelumnya menunjukkan inflasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
(Ratnasari, 2016).

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik melakukan


penelitian dengan judul Pengaruh Penerimaan Pajak, Pasar Modal Syariah, dan
Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Periode tahun 2017-2020).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas maka dapat dirumuskan beberapa
masalah yang akan diteliti, yaitu:

1. Bagaimana pengaruh Penerimaan Pajak terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia periode tahun 2017-2020?

2. Bagaimana pengaruh Saham Syariah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

periode tahun 2017-2020?

3. Bagaimana pengaruh Obligasi Syariah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia periode tahun 2017-2020?

11
4. Bagaimana pengaruh Reksa Dana Syariah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia periode tahun 2017-2020?

5. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia periode

tahun 2017-2020?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari diadakannya penelitian ini berdasarkan rumusan permasalahan diatas adalah
sebagai berikut:

1. Untuk menguji pengaruh Penerimaan Pajak terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia periode tahun 2017-2020.

2. Untuk menguji pengaruh Saham Syariah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia periode tahun 2017-2020.

3. Untuk menguji pengaruh Obligasi Syariah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia periode tahun 2017-2020.

4. Untuk menguji pengaruh Reksa Dana Syariah terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di Indonesia periode tahun 2017-2020.

5. Untuk menguji pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

periode tahun 2017-2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu, wawasan ataupun

pengetahuan mengenai pengaruh penerimaan pajak, saham syariah, obligasi syariah,

reksa dana syariah,


12
dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Selain itu diharapkan

pula, mampu untuk berkontribusi dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi

negara.

2. Bagi Akademik

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah acuan ataupun referensi terkait

pembahasan mengenai pengaruh penerimaan pajak, saham syariah, obligasi syariah,

reksa dana syariah dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia apabila

ada yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

3. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah referensi dalam menganalisa

masalah sebelum mengambil kebijakan, sehingga hasil dari kebijakan tersebut

nantinya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran dan mempermudah penjelasan dari awal hingga akhir

penulisan, maka dibutuhkan sistematika penulisan secara runtut. Adapun sistematika

penulisan pada penelitan ini sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang permasalahan, rumusan

masalah, tujuan, dan manfaat serta sistematika dalam penulisan penelitian ini. Dalam

latar belakang diuraikan permasalahan permasalahan yang mendasari judul dari

penelitian, diuraikan pula data empiris dari variabel yang akan diteliti. Selain itu, diuraikan

pula rumusan masalah, tujuan serta manfaat yang akan dilakukan dalam penelitian.

13
Bab II Landasan Teori

Pada bab ini, berisi mengenai penjabaran teori-teori dari setiap variabel yang akan

diteliti dalam sub bab kajian pustaka, hal ini sebagai acuan yang dapat mendukung dalam

perumusan hipotesis. Pada bab ini juga dibahas mengenai research gap atau penelitian

terdahulu sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Dijelaskan pula mengenai kerangka

penelitian dan hipotesis dari penulis.

Bab III Metodologi Penelitian

Pada bab ini membahas mengenai jenis penelitian, lokasi, waktu, populasi, sampel,

teknik pengumpulan data, definisi konsep variabel, instrumen penelitian, uji instrumen

penelitian, dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian.

BAB II

LANDASAN

TEORI

A. Telaah Pustaka

Penelitian terdahulu adalah kumpulan dari beberapa hasil penelitan yang telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu, yang mana hasil penelitian akan berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Penelitian terdahulu adalah salah satu acuan
atau landasan yang akan digunakan oleh peneliti untuk mencari perbandingan dan
menemukan sebuah inspirasi baru untuk peneliti selanjutnya. Berdasarkan penusuran dari
penulis, terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan referensi dan memperkuat
penelitian:

14
Tabel 2.1 Research Gap Pengaruh Penerimaan Pajak terhadap Pertumbuhan Ekonomi

No Peneliti Variabel Hasil Penelitian


1. R.Ratnasari Penerimaan pajak (X1), Berpengaruh (+) dan
Belanja
(2016) tidak signifikan
Pembangunan/Modal (X2),
Tingkat Inflasi (X3),
Pertumbuhan Ekonomi (Y)
2. Wahyu Nuning Penerimaan Pajak (X1), Berpengaruh positif (+)
(2015) Pertumbuhan Ekonomi (Y) dan tidak signifikan
3. Yunita, Melni Penerimaan Pajak (X1), PMDN Berpengaruh positif (+)
Sentosa, Sri (X2), Tenaga Kerja dan signifikan
Ulfa (2019) (X3) Pertumbuhan
Ekonomi (Y)

Tabel 2.2 Research Gap Pengaruh Saham Syariah terhadap Pertumbuhan Ekonomi

No Peneliti Variabel Hasil Penelitian


1. Radjak, Lukfiah Saham Syariah (X1), Berpengaruh (-) dan tidak
Kartika, Ita
Pertumbuhan Ekonomi (Y) signifikan
Yuni
(2020)

2. Widodo (2018) Saham Syariah (X1), Berpengaruh (+) dan


Obligasi
signifikan
Syariah (X2), Reksa Dana
Syariah (X3), Pertumbuhan
Ekonomi (Y)
3. Nur Faroh (2016) Saham Syariah (X1), Berpengaruh (+) dan
Obligasi
tidak signifikan
Syariah (X2), Reksa Dana
Syariah (X3), Pertumbuhan
Ekonomi (Y)

15
Tabel 2.3 Research Gap Pengaruh Obligasi Syariah terhadap Pertumbuhan Ekonomi

No Peneliti Variabel Hasil Penelitian


1. Saskia Rizka Saham Syariah (X1), Berpengaruh (+) dan
Rinanda (2018) Obligasi
tidak signifikan
Syariah (X2), Reksa Dana
Syariah (X3), Pertumbuhan
Ekonomi (Y)
2. Nur Faroh (2016) Saham Syariah (X1), Berpengaruh (+) dan
Obligasi
signifikan
Syariah (X2), Reksa Dana
Syariah (X3), Pertumbuhan
Ekonomi (Y)
3. Kartika, Kharissa Saham Syariah (X1), Berpengaruh (+) dan
Obligasi
Dinna (2019) tidak signifikan
Syariah (X2), Reksa Dana
Syariah (X3), Inflasi (X4)
Pertumbuhan Ekonomi (Y)

Tabel 2.4 Research Gap Pengaruh Reksa Dana Syariah terhadap


Pertumbuhan Ekonomi

No Peneliti Variabel Hasil Penelitian


1. Saskia Rizka Saham Syariah (X1), Berpengaruh (+) dan
Rinanda (2018) Obligasi
tidak signifikan
Syariah (X2), Reksa Dana
Syariah (X3), Pertumbuhan
Ekonomi (Y)
2. Nur Faroh (2016) Saham Syariah (X1), Berpengaruh (+) dan
Obligasi
tidak signifikan
Syariah (X2), Reksa Dana
Syariah (X3), Pertumbuhan
Ekonomi (Y)
3. Kartika, Kharissa Saham Syariah (X1), Obligasi Berpengaruh (-) dan tidak
Dinna (2019) Syariah (X2), Reksa Dana signifikan

16
Syariah (X3), Inflasi (X4)
Pertumbuhan Ekonomi (Y)

Tabel 2.5 Research Gap Pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi

No Peneliti Variabel Hasil Penelitian


1. Indriyani, Siwi Inflasi (X1), Suku Bunga (X2) Berpengaruh (+) dan
(2016)
Pertumbuhan Ekonomi (Y) signifikan

2. Kartika, Kharissa Saham Syariah (X1), Berpengaruh (-) dan tidak


Obligasi
Dinna (2019) signifikan
Syariah (X2), Reksa Dana
Syariah (X3), Inflasi (X4)
Pertumbuhan Ekonomi (Y)
3. R.Ratnasari Penerimaan pajak (X1), Berpengaruh (-) dan
Belanja
(2016) signifikan
Pembangunan/Modal (X2),
Tingkat Inflasi (X3),
Pertumbuhan Ekonomi (Y)

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, masih menunjukkan hasil yang tidak


konsisten dan kesimpulan yang berbeda-beda sehingga mendorong peneliti untuk
mengkaji ulang dengan harapan hasil yang didapatkan mampu memperkuat teori yang
sudah ada.

B. Kerangka Teori
1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan


yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi masyarakat bertambah dan diiringi
dengan meningkatnya kemakmuran masyarakat (Sukirno, 2006:9). Suatu Negara

17
dikatakan

18
mengalami pertumbuhan ekonomi apabila pencapaian dari kegiatan ekonomi
mengalami peningkatan dibanding dengan tahun sebelumnya.
Menurut Sukirno (2006:243-270), teori-teori pertumbuhan ekonomi yang
berkembang, antara lain:
a. Teori Pertumbuhan Klasik
Teori Pertumbuhan klasik menurut Sukirno (2006) yang dipeloporo Adam
Smith, David Ricardo, Malthus, dan Jhon Stuart Mill. Menurut teori ini
pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu jumlah penduduk,
jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta ternologi yang
digunakan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada pengaruh pertambahan
penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka asumsikan luas tanah dan
kekayaan alam serta teknologi tidak mengalami perubahan. Teori yang
menjelaskan keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk
optimal.
b. Teori Pertumbuhan Neo-klasik
Teori Neo-Klasik berkembang sejak 1950 dan terus berkembang berdasarkan
analisis- analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menururt pandangan ekonomi
klasik. Ahli ekonomi menjadi perintis dalam mengembangkan teori.
c. Teori Harrod-Dommar
Harrod-Dommar menyatakan bahwa pembentukan modal merupakan faktor
utama tercapainya pertumbuhan ekonomi. Syarat yang harus dipenuhi supaya
perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh dalam jangka panjang
menurut analisis Harrod-Dommar menggunakan pemisalan-pemisalan sebagai
berikut:
1) Barang modal telah mencapai kapasitas
penuh
2) Tabungan adalah proposional dengan pendapatan
nasional
3) Rasio modal-produksi tetap
nilainya

Menurut Mankiw (2006:17) pertumbuhan ekonomi diukur dengan menggunakan


Produk Domestik Bruto (PDB). PDB dijadikan sebagai pengukur pertumbuhan
19
ekonomi karena mengukur aliran pendapatan dan pengeluaran dalam perekonomian
selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan menggunakan
angka-angka PDB pada harga konstan karena akan menunjukkan jumlah atau volume
fisik barang dan jasa

20
yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Nilai yang digunakan adalah PDB
berdasarkan harga konstan (riil) karena angka yang dihasilkan merupakan
pertumbuhan riil adanya peninngkatan produksi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sebagai
berikut (Soekirno, 2006:429):
a. Tanah dan kekayaan alam
lainnya
Kekayaan alam dapat mempermudah usaha pengembangan perekonomian
terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. Apabila
negara mempunyai kekayaan alam yang menguntungkan hambatan dalam
perekonomian seperti kekurangan modal, kekurangan tenaga ahli dan kekurangan
pengetahuan pengusaha dalam mengelola kekayaan alam dapat diatasi sehingga
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
b. Jumlah dan mutu penduduk dari penduduk dan tenaga
kerja
Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong
dan penghambat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk harus diiringi
dengan pendidikan supaya meningkatkan ketrampilan serta mampu
memaksimalakan hasil produksi.
c. Barang-barang modal dan tingkat
teknologi
Barang-barang modal yang bertambah jumlahnya serta diiringi dengan
kemajuan teknologi modern yang semakin berkembang memegang peranan penting
dalam pertumbuhan ekonomi. Tanpa adanya perkembangan teknologi, produktivitas
barang- barang modal tidak akan mengalami perubahan dan tetap berada pada
tingkat yang rendah.
d. Sistem sosial dan sikap
masyarakat
Sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius
dalam pembanguan ekonomi. Adat istiadat yang masih tradisional dapat
menghambat cara masyarakat memproduksi secara modern dan produktivitas yang
tinggi sehingga pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipercepat.

21
2. Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara guna
untuk mensejahterakan rakyat (Abdullah, 2018:162).
Pajak menurut perspektif ekonomi adalah beralihnya sumber daya sektor privat
ke sektor publik. Pajak menyebabkan perubahan dalam dua situasi yaitu
berkurangnnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya. Penerimaan negara
menurut UU No. 17 tahun 2003 pasal 1 huruf 9 pasal 11 ayat 3, bahwa penerimaan
negara adalah semua penerimaan kas yang masuk ke negara terdiri penerimaan pajak
dan bukan pajak serta hibah.
Pajak merupakan instrumen yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
dalam pelaksaan pembangunan pajak berfungsi sebagai sumber pendapatan yang
digunakan untuk membiayai semua anggaran pembangunan. Tak hanya itu pajak juga
sangat penting perannya dalam mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan
pajak. Beberapa fungsi pajak bagi Negara yaitu:
a. Fungsi Anggaran
Pajak dijadikan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke dalam
kas Negara berdasarkan undang-undang yang berlaku. Pajak berperan dalam
membiayai seluruh anggaran pengeluaran yang berkaitan dalam kegiatan
pemerintahan. Contoh lain penggunaan pajak yaitu seperti: belanja pegawai,
belanja barang, pemeliharaan dll.

b. Fungsi Mengatur
Pajak sebagai alat untuk mencapai tujuan dan pelengkap tertentu dari fungsi
anggaran oleh pemerintah. pemerintah dapat mengatur pertumbuhan ekonomi
melalui sebuah kebijkan. Contoh kebijakannya seperti: dalam rangka penan
aman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam
fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,
pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

20
c. Fungsi Stabilitas
Dengan pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan sebuah
kebijakan yang berutujuan dalam stabilitasi harga, sehingga dengan adanya
kebijkan tersebut inflasi dapat dikendalikan. Hal ini dapat dilakukan dengan
jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pa jak, penggunaan
pajak yang efektif dan efisien.

d. Fungsi Retribusi Pendapatan

Pajak digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum. Termasuk untuk


membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, sehingga
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

3. Saham Syariah

Saham atau stock adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada
suatu perusahaan terbatas (Soemitra, 2009:127). Semakin besar saham yang dimiliki
berarti semakin besar pula kekuasaannya di perusahaan tersebut. Saham syariah
merupakan surat berharga bukti penyertaan modal kepada perusahaan dan bukti
penyertaan pemegang saham yang berhak untuk mendapatkan bagian hasil dari
usaha perusahaan tersebut (Siregar, 2018).
Penyertaan modal berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah dan tidak melanggar
prinsip-prinsip syariah seperti memproduksi barang yang diharamkan seperti daging
bagi dan minuman beralkohol, perjudian, riba. Penyertaan modal di Indonesia tidak
berwujud saham syariah ataupun non syariah, melainkan berupa pembentukan indeks
saham berdasarkan prinsip syariah.
Macam-macam saham syariah menurut (Soemitra, 2009:249):
a. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling junior
terhadap pembagian deviden dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut sedang mengalami likuidasi. Saham biasa memiliki harga
nominal yang

21
nilainya ditetapkan oleh emiten (perusahaan yang menerbitkan saham). Besarnya
harga nominal saham tergantung pada keinginan emiten.
b. Saham Preferen (Prefered Sstock)
Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa
karena dapat menghasilkan pendapatan yang tetap. Saham ini lebih aman
dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan
perusahaan dan pembagian deviden terlebih dahulu. Dalam berinvestasi, sarana
yang paling sering digunakan adalah dengan penanaman modal, seperti saham
syariah. Masalah hukum jual belinya sangat berhubungan erat dengan prinsip
syariah, sehingga dalam implikasinya harus sesuai dengan prinsip syariah.
Di dalam mechanism pelaksanaan saham syariah, terdapat proses screening,
yaitu sebuah proses yang bertujuan untuk mengidentifikasi saham-saham yang
sekirannya melanggar aturan tanpa melihat aspek atau prinsip syariah seperti
riba, perjudian (masyir), dan ketidakpastian (gharar). Metode screening menjadi
langkah penting dalam melakukan pengawasan terhadap emiten di pasar modal.
Pengawasan yang baik dan benar akan memberikan dampak yang baik pula
terhadap pertumbuhan ekonomi karena mampu mendorong munculnya investor
terhadap pertumbuhan ekonomi karena mampu mendorong masuknya investor
yang akan bertanggung jawab dalam pemilihan investasi. Hal ini mendorong
produktivitas di sector riil yang berkontribusi pada pergerakan pertumbuhan
ekonomi.

4. Obligasi Syariah

Obligasi Syariah merupakan efek pendapatan tetap. Penerbitan, penggunaan dan


perdagangan obligasi tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah. Tujuan
penerbitan sukuk antara lain untuk pebiayaan dan pengembangan perusahaan.
Sebagai contohnya adalah, pemerintah menerbitkan obligasi untuk untuk pembiayaan
berbagai proyek pembangunan pemerintah. Sering disebut pula dengan istilah sukuk,
istilah tersebut berasal dari basaha Arab shukuk yang merupakan bentuk jamak dari
kata shakk yang dalam peristilahan ekonomi berarti legal instrument, deed atau
check. Sukuk menurut istilah didefinisikan sebagai surat berharga yang di dalamnya

22
berisi kontrak (akad) pembiayaan berdasarkan prinsip syariah (Huda et al., 2016:136).

23
Obligasi Syariah (sukuk) menurut Fatwa DSN No:32/DSN-MUI/IX/2002,
merupakan surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan
emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil atau margin serta
membayar obligasi lagi ketika sudah jatuh tempo.
Menurut Undang-Undang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Obligasi
syariah adalah “Surat berharga yang diterbitkan perusahaan/pemerintah berdasarkan
prinsip syariah dengan bukti dari penanaman dana dalam bentuk aset SBSN, dengan
mata uang rupiah maupun valuta asing”.

Berdasarkan jenis akad yang dipakai, obligasi syariah (sukuk) dibedakan


menjadi beberapa jenis yaitu (Huda et al., 2016:324):
a. Sukuk Ijarah
Sukuk ijarah merupakan sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad ijarah di mana pihak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau
menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga sewa
dan waktu sewa yang disepakati, tanpa diikuti pemindahan aset.
b. Sukuk Mudharabah
Sukuk Mudharabah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad mudharabah di mana satu pihak menyediakan modal (rab al mal) dan
pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib). Keuntungan dari
kerjasama tersebut dibagi berdasarkan perjanjiaan yang telah disetujui anatara dua
pihak. Kerugian akan ditanggung sepenuhnya oleh penyedia modal.
c. Sukuk Musyarakah
Sukuk musyarakah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad musyarakah di mana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal
untuk pembangunan proyek baru, mengembangkan dan membiayai kegiatan usaha.
Keuntungan dan kerudian dalam akad musyarakah ditanggung oleh masing-
masing pihak berdasarkan dengan partisipasi modal yang dikeluarkan.
d. Sukuk Istishna

24
Sukuk istishna merupakan sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad istishna, di mana para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan
suatu barang atau proyek. Adapun harga, waktu penyerahan dan spesifikasi
barang atau proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.

5. Reksa Dana Syariah

Reksa dana menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1
ayat 27 adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
No.20/DSN- MUI/IV/2001, pengertian Reksadana Syariah adalah reksadana yang
beroperasi menurut ketentuan dan prrinsip-prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk
akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/rabb al-mal) dengan manajer
investasi sebagai wakil shahib al-mal maupun antara manajer investasi sebagai wakil
shahib al-mal dengan penggunaan investasi.

Adapun jenis-jenis reksadana syariah sebagai berikut (Soemitra, 2009:225):


a. Reksadana Pendapatan Tetap Tanpa Unsur Saham
Reksadana yang megambil strategi investasi dengan tujuan untuk
mempertahankan nilai awal modal dan pendapatan yang tetap. Reksadana ini
tidak memiliki resiko kerugian yang umumnya ditimbun oleh efek saham.
Namun juga sulit untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari tingkat suku
bunga pinjaman.
b. Reksadana Pendapatan Tetap Dengan Unsur Saham
Reksadana yang apabila dalam alokasi investasi ditentukan bahwa sekurang-
kurangnya 80% dari nilai aktivanya diinvestasikan (seluruhnyaa atau sebagian)
dalam efek hutang.
c. Reksadana Saham
Reksadana saham adalah reksadana jenis ekuitas. Reksadana ini harus
menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% dari efeknya dalam efek ekuitas
atau saham.
25
d. Reksadana Campuran

Reksadana campuran adalah reksadana yang mempunyai kebebasan dalam


menentkan alokasi aset sehingga dapat sewaktu-waktu mempunyai portofolio
investasi dengan mayoritas saham dan di lain waktu merubah sehingga
mayoritas menjadi obligasi.

Pengelolaan reksadana dilakukan oleh perusahaan yang telah mendapatkan izin


dari Bapepam sebagai Manajer Investasi. Perusahaan pengelola reksadana dapat berupa:

a. Perusahaan efek, dimana umumnya berbentuk divisi tersendiri atau PT yang


Khusus menangani Reksadana, selain dua divisi yang lain yakni perantara
pedagang efek (broker dealer) dan penjamin emisi (underwriter),
b. Perusahaan secara khusus bergerak sebagai Perusahaan Manajemen Investasi
(PMI) atau investment management company atau Manajer Investasi.

Pihak lain yang terlibat dalam pengelolaan suatu reksadana adalah Bank
Kustodian. Bank Kustodian mempunyai wewenang dan tanggungjawab dalam 1
menyimpan, menjaga danmengadministrasikan kekayaan, baik dalam pencatatan serta
pembayaran/penjualan kembali suatu reksadana berdasarkan kontrak yang dibuat
dengan manajer investasi. Ketika ada investor membeli Unit Penyerta (UP) reksadana
maka uang investor ditransfer ke nomor akun reksadana di Bank Kustodian. Bank
Kustodian ini pula yang mengeluarkan surat konfirmasi kepada para investor bahwa
dana mereka sudah masuk dan transaksi pembelian telah dilakukan. Kalau ada
penjualan kembali, Bank Kustodian pula yang membayarkan dana hasil penjualannya.
(Sudarsono,2005).

6. Inflasi

Menurut Boediono (1995) inflasi diartikan sebagai kecenderungan dari harga-


harga untuk meningkat secara umum dan berlangsung terus-menerus. Menurut
Djohanputro (2006) inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga
secara umum. Kecenderungan yang dimaksudkan disini adalah bahwa kenaikan
tersebut bukan terjadi sesaat dan bukan hanya kenaikan harga satu jenis barang saja,
26
misalkan pada musim

27
liburan, harga tiket naik karena hanya harga tiket saja yang naik maka tidak disebut
dengan inflasi. Menurut Nanga (2005:247), atas dasar besarnya laju inflasi, inflasi dapat
dibagi ke dalam empat kategori, yakni:

a. Inflasi Ringan, yaitu inflasi yang masih belum mengganggu keadaan ekonomi.
Inflasi ini dapat dikendalikan karena harga-harga naik secara umum, tetapi belum
mengakibatkan krisis dibidang ekonomi. Inflasi ringan nilainya dibawah 10%
per tahun.
b. Inflasi Sedang, belum membahayakan kegiatan ekonomi, tetapi inflasi ini dapat
menurunkan kesejahteraan masyarakat yang mempunyai pendapatan yang tetap.
Inflasi sedang berkisar antara 10%-30%
c. Inflasi Berat, inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Pada kondisi
inflasi berat ini orang cenderung menyimpan barang. Orang tidak mau untuk
menabung karena bunga bank lebih rendah dari laju inflasi. Inflasi ini berkisar
30%-100% per tahun.
d. Hyperinflasi, inflasi ini sudah mengacaukan perekonomian dan susah
dikendalikan walaupun dengan tindakan moneter dan tindakan fiskal. Inflasi sangat
berat ini nilainya diatas 100% per tahun.

Inflasi bila dilihat dari penyebabnya bisa dikategorikan sebagai


berikut:

a. Inflasi Kenaikan Biaya Produksi (Cost Push


Inflation)

Penyebab inflasi salah satunya adalah karena kelangkaan produksi dan/atau


juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum
tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan.

b. Inflasi Permintaan (Demand Pull


Inflation)
Inflasi yang terjadi karena permintaan atau daya tarik masyarakat yang kuat
terhadap suatu barang. Inflasi terjadi karena munculnya keinginan berlebihan dari
suatu kelompok masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan
jasa yang tersedia di pasaran.
Karena keinginan yang terlalu berlebihan itu, permintaan menjadi
28
bertambah, sedangkan penawaran masih tetap yang akhirnya mengakibatkan harga
menjadi naik.

29
c. Tingginya Peredaran Uang
Penyebab inflasi ini terjadi karena uang yang beredar di masyarakat lebih
banyak dibanding yang dibutuhkan. Ketika jumlah barang tetap sedangkan uang
yang beredar meningkat dua kali lipat, maka bisa terjadi kenaikan harga-harga
hingga 100%. Hal ini bisa terjadi ketika pemerintah menerapkan sistem anggaran
defisit, di mana kekurangan anggaran tersebut diatasi dengan mencetak uang baru.
Namun hal ini malah membuat jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin
bertambah dan mengakibatkan inflasi.

Inflasi merupakan salah satu indikator stabilitas perekonomian. Inflasi juga


merupakan dilema yang menghantui perekonomian setiap negara.

C. Kerangka Penelitian
Berdasarkan teori-teori di atas, latar belakang permasalahan, dan research gap
dari penelitian sebelumnya, maka digambarkan kerangka teori penelitian sebagai berikut:

PENERIMAAN PAJAK
(X1)

SAHAM SYARIAH

H1 (X2)
H2

OBLIGASI SYARIAH
PERTUMBUHA
N EKONOMI
H3 (X3)
H4 (Y)

REKSADANA
SYARIAH
(X4)

H
5 INFLASI
(X5)

30
H5

H6

31
Keterangan:

Variabel Dependen : Pertumbuhan Ekonomi

(Y) Variabel Independen : Penerimaan Pajak

(X1)

Saham Syariah (X2)

Obligasi Syariah (X3)

Reksa Dana Syariah (X4)

Inflasi (X5)

D. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang bisa jadi benar ataupun salah, sehingga
dapat dianggap sebagai kesimpulan dari sifatnya yang sementara (Susilo, 2007:206).
Hipotesis dapat diambil dari pemikiran ataupun penelitian terdahulu yang relevan serta
teori yang telah ada. Berdasarkan penelitian terdahulu maka didapatkan hipotesis sebagai
berikut:

1. Pengaruh Pajak Terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Pajak menjadi salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam
pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan untuk
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat (Pohan, 2013:3).
Penerimaan pajak sangat berperan penting dalam menopang Anggaran Pengeluaran
Belanja Negara dan tujuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan penerimaan pemerintah melalui pajak memiliki hubungan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya pendapatan pajak dalam suatu Negara akan
mendorong dan meningkatkan belanja pemerintah, yang mana dengan belanja
tersebut timbul adanya pembangunan yang membantu kegiatan perekonomian
masyarakat di dalamnya. Penerimaan pajak memberikan pengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi apabila digunakan dalam membiayai aktivitas dan kegiatan
32
produktif.

H1: Penerimaan Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan


ekonomi.

33
2. Pengaruh Saham Syariah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara karena
memiliki fungsi sebagai fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan (Darmaji &
Fakhruddin, 2001:12).

Saham syariah merupakam salah satu instrument pasar modal syariah yang
menjadi solusi dalam berinvestasi, khususnya bagi umat muslim. Yang mana di
dalam saham syariah juga prinsip-prinsip syariah menjadi acuan di dalamnya. Saham
syariah mampu dalam mendorong pertumbuhan perekonomian Negara sebagai investasi
jangka panjang.

Dengan adanya investasi jangka panjang maka akan mendorong pertumbuhan


ekonomi karena meningkatkan produktivitas di bidang sector riil yang akan
berkontribusi terhadap pendapatan Negara. Investasi jangka panjang mempengaruhi
terhadap output potensial dan penawaran agregat (Kartini, 2019:56).

H2: Saham Syariah berpengaruh positif dan signifikan terhadap perekonomian Indonesia.

3. Pengaruh Obligasi Syariah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Umam (2013:113) Obligasi syariah atau sukuk merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi melalui modal atau
investasi. Perkembangan sukuk yang positif tiap waktunya menjadikan sebagai salah
satu tempat berinvestasi yang dapat menjadi salah satu faktor dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi negara.

Investasi melalui obligasi syariah dapat meningkatkan pendapatan negara,


pendapatan akan bertambah dan utang luar negeri akan berkurang sehingga
pembangunan dalam negeri berjalan dengan baik dan menghasilkan sektor-sektor
produktif yang menjadikan meningkatnya perekonomian.

H3: Obligasi Syariah berpengaruh positif dan signifikan terhadap perekonomian


Indonesia.

34
4. Pengaruh Reksa Dana Syariah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pasar modal merupakan salah satu sarana investasi yang dapat menyediakan
sumber pembiayaan bagi dunia usaha, serta memiliki peran yang strategis dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional. (Susanto, 2009:19),
perkembangan pasar modal di Indonesia mengalami peningkatan per tahunnya, tak
terkecuali dengan reksa dana syariah. Terdapat hubungan yang berbanding lurus antara
reksa dana syariah dan pertumbuhan ekonomi.

H4: Reksa Dana Syariah berpengaruh positif dan signifikan terhadap perekonomian
Indonesia.

5. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Adanya inflasi bisa berdampak baik dan buruk bagi perekonomian suatu Negara,
inflasi yang tinggi bisa menghambat pertumbuhan ekonomi. Biaya yang cenderung
mengalami kenaikan signifikan akan berdampak pada kegiatan produktif. Maka
biasanya pemilik modal akan menggunakan uangnya sebagai tujuan yang spekulatif,
akibatnya banyak pengangguran dan roda perekonomian di masyarakat menjadi kacau
sehingga dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi. BI sebagai poros moneter,
biasanya akan membuat kebijakan guna menjaga stabilitas inflasi.

H5: Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perekonomian Indonesia.

BAB III

METODE

PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dan menggunakan data sekunder.
Data sekunder diperoleh dari berbagai macam literature seperti jurnal, buku, data statistic,

30
maupun internet. Data yang digunakan diperoleh melalui lembaga yang berkaitan dengan
penelitian ini,

30
yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang di akses
melalui laman resmi dari lembaga tersebut.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian


Di dalam penelitian ini tidak terdapat lokasi penelitian, karena peneliti menggunakan
data sekunder sehingga hanya menggunakan objek penelitian saja. Peneliti mengambil
objek penelitian di Negara Indonesia. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dari tahun 2017 sampai dengan 2020.

C. Populasi Dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah lembaga-lembaga pusat yang terdiri dari Badan
Pusat Statistik dan Otoritas Jasa Keuangan. Data yang digunakan merupakan data
bulanan menggunakan time series yang diambil dalam kurun empat tahun terakhir.
Jumlah data yang terkumpul sebanyak 48 series data.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh anggota populasi, yaitu
seluruh data dari penerimaan pajak, pasar modal syariah, dan inflasi, dalam kurun waktu.
Sebanyak 48 data dari tahun 2017-2020 dikarenakan terbatasnya informasi.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang sudah siap untuk diolah, yang bersumber dari publikasi oleh
lembaga atau instasi terkait dan langsung bisa dimanfaatkan oleh peneliti. Data yang
digunakan dalam penelitian ini diambil dari masing-masing lembaga dalam laporan
statisik. Adapun data yang digunakan bersumber dari Badan Pusat Statistik dan Otoritas
Jasa Keuangan.

2. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yang
mana data diambil dari lembaga seperti Badan Pusat Statistik dan Otoritas Jasa
31
Keuangan. Data-

32
data tesebut diambil melalui laman resmi dari masing-masing lembaga, yang Antara
lain sebagai berikut:
a. Pertumbuhan Ekonomi
Data pertumbuhan ekonomi dapat diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS)
yang diunduh melalui laman www.bps.go.id
b. Penerimaan Pajak
Data penerimaan pajak dari tahun 2017-2020 dapat diambil dari Badan Pusat Statistik
(BPS) yang diunduh melalui laman www.bps.go.id
c. Saham Syariah
Data Saham Syariah bulanan dari tahun tahun 2017-2020 dapat diambil dari Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) yang diunduh melalui laman www.ojk.go.id
d. Obligasi Syariah
Data Obligasi Syariah bulanan dari tahun tahun 2017-2020 dapat diambil dari
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diunduh melalui laman www.ojk.go.id
e. Reksa Dana Syariah
Data Reksa Dana Syariah bulanan dari tahun tahun 2017-2020 dapat diambil dari
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diunduh melalui laman www.o jk.go.id
f. Inflasi
Data Inflasi dari tahun 2017-2020 dapat diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS)
yang diunduh melalui laman www.bps.go.id

E. Definisi Konsep Dan Operasional


Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variable bebas tidak terikat, yang mempengaruhi
variable dependen. Variable independen dalam penelitian ini adalah Penerimaan
Pajak, Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksa Dana Syariah, dan Inflasi. Penjelasan
terkait sebagai berikut:

33
a. Penerimaan pajak
Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara guna untuk mensejahterakan rakyat (Abdullah, 2018:162).
b. Saham Syariah

Saham atau stock adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada
suatu perusahaan terbatas (Soemitra, 2009:127). Saham syariah merupakan surat
berharga bukti penyertaan modal kepada perusahaan dan bukti penyertaan
pemegang saham yang berhak untuk mendapatkan bagian hasil dari usaha
perusahaan tersebut (Siregar, 2018).
c. Obligasi Syariah
Obligasi Syariah merupakan efek pendapatan tetap. Penerbitan, penggunaan
dan perdagangan obligasi tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah.
Tujuan penerbitan sukuk antara lain untuk pebiayaan dan pengembangan
perusahaan. Sebagai contohnya adalah, pemerintah menerbitkan obligasi untuk
untuk pembiayaan berbagai proyek pembangunan pemerintah.
d. Reksa Dana Syariah
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
No.20/DSN- MUI/IV/2001, pengertian Reksadana Syariah adalah reksadana yang
beroperasi menurut ketentuan dan prrinsip-prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk
akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/rabb al-mal) dengan
manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal maupun antara manajer investasi
sebagai wakil shahib al- mal dengan penggunaan investasi.
e. Inflasi
Menurut Boediono (1995) inflasi diartikan sebagai kecenderungan dari harga-
harga untuk meningkat secara umum dan berlangsung terus-menerus. Menurut
Djohanputro (2006) inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga
secara umum. Kecenderungan yang dimaksudkan disini adalah bahwa kenaikan
tersebut bukan terjadi sesaat dan bukan hanya kenaikan harga satu jenis barang
saja, misalkan pada musim

34
liburan, harga tiket naik karena hanya harga tiket saja yang naik maka tidak disebut
dengan inflasi.

2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variable yang dipengaruhi oleh variable independen
dan variabek dependen bersifat terikat. Dalam penelitian ini menggunakan
Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel dependennya.

Menurut Mankiw (2006:17) pertumbuhan ekonomi diukur dengan menggunakan


Produk Domestik Bruto (PDB). PDB dijadikan sebagai pengukur pertumbuhan
ekonomi karena mengukur aliran pendapatan dan pengeluaran dalam perekonomian
selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan menggunakan
angka-angka PDB pada harga konstan karena akan menunjukkan jumlah atau volume
fisik barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Nilai yang digunakan
adalah PDB berdasarkan harga konstan (riil) karena angka yang dihasilkan merupakan
pertumbuhan riil adanya peninngkatan produksi.

F. Instrument Penelitian
Analisis yang digunakan secara kuantitatif dengan alat bantu statistic, yaitu analisis
regresi linear berganda. Analisis linear berganda digunakan untuk mengetahui variable
terikat. Model regresi linear berganda ini dilakukan guna menunjukkan adanya hubungan
yang sistematis Antara satu variable dependent dengan lebih dari satu variable independent.
Alat statistic yang digunakan untuk menguji penelitian ini yaitu E-Views 9.

G. Uji Instrument Penelitian

Uji instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji stasioner untuk
menguji data sekunder. Sebuah data dikatakan stasioner apabila terpenuhinya asumsi rata-
rata, variansi konstan sepanjang waktu dan kovarian antara dua data runtut waktu
tergantung pada kelambanan antara dua periode. Pengambilan hasil uji stasioner dikatakan
bersifat stasioner apabila nilai probabilitas kurang dari atau lebih kecil dari 0,05 (Winarno,
2015:115).

35
H. Alat Analisis
1. Statistik Deskriptif
Statistika deskirptif akan memberikan sebuah interprestasi deskipsi suatu data
yang dilihat dari inlai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, nilai maksimum, nilai
minimum, sum, range, kurtois, dan skewness (Ghozali, 2016: 19).

2. Analisis Regresi

Analisis regresi digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen (variabel


bebas) dengan variabel dependen (variabel terikat), analisis regresi digunakan
terutama untuk tujuan peramalan model yang ada pada variabel dependen dan variabel
dependen. Adapun persamaan yang digunakan sebagai berikut:

Di � = 𝜷ₒ + 𝜷₁�₁ + 𝜷₂�₂ + 𝜷₃�₃ + 𝜷₄�₄ + 𝜷₅�₅ + 𝜺


mana:

� : Pertumbuhan Ekonomi �₃ : Obligasi Syariah


𝛽ₒ : Konstanta dari persamaan �₄ : Reksa Dana Syariah
regresi �₅ : Inflasi
�₁ : Penerimaan Pajak
𝜀: Error term
�₂ : Saham Syariah

3. Uji Statistik

a. Uji t (Uji Individual)


Uji statistik t adalah uji yang menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen atau variabel penjelas secara individual dalam menerangkan
variabel dependen (Sujarweni, 2015:229). Pengambilan keputusan dalam pengujian
ini sebagai berikut:
1)
Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima, artinya tidak ada hubungan yang
signifikan.
2)
Jika t hitung ≥ t tabel maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan.
36
3)
Selain membandingkan t hitung dengan t tabel agar dapat menentukan H0
ditolak atau diterima dapat dilihat dari nilai signifikan apakah kurang atau lebih
dari 5%.
b. Uji F
Uji F digunakan untuk adanya pengaruh antara variabel independen dengan
variabel dependen secara serentak (Sujarweni, 2015:228). Pengambilan keputusan
uji F adalah dengan melihat signifikansi model regresi secara simultan yang diuji
dengan nilai signifikansi (sig). Dalam uji F variabel independen dikatakan
berpengaruh terhadap variabel dependen apabila nilai signifikansi di bawah 0,05.
Adapun pengambilan keputusan sebagai berikut:

1)
Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
2)
Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak
3)
Jika p < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima

4)
Jika p > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak
c. Uji Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui sejauh mana
kecocokan garis regresi yang terbentuk dalam mewakili kelompok hasil
pengamatan. Koefisien determinasi menggambarkan bagian ddari variasi total
yang dapat diterangkan oleh model. Kecocokan atau ketepatan dikatakan baik
apabila nilai koefisien determinan (R2) mendekati angka 1.

4. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah analisis yang dilakukan untuk menilai apakah terdapat
masalah-masalah di dalam model regresi linear Ordinary Least Square (OLS). Adapun
uji asumsi klasik meliputi:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terdapat variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk
mengetahui adanya pelanggaran dalam asumsi normalitas, maka dapat dilakukan uji
Kolmogorov- Smirnov dan Uji Jarque-Bera. Pengambilan keputusan pada uji
37
normalitas dengan enilai nilai signifikannya. Variabel dikatakan berdistribusi
normal jika nilai signifikan

38
(sig) > 0,05. Begitupun sebaliknya variabel dikatakan tidak berdistribusi normal
jika nilai signifikan (sig) < 0,05.
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah asumsi yang menunjukkan adanya hubungan linear
yang kuat diantara beberapa atau semua variabel bebas dalam model regresi
berganda (Bawono & Shina, 2018:46). Uji multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas. Regresi
dikatakan baik apabila tidak ada korelasi diantara variabel bebas.
Indikasi dalam multikolinieritas biasanya ditunjukkan sebagai berikut
(Winarno, 2015:51):
1)
Nilai R2 tinggi atau mendekati angka 1, akan tetapi banyak variabel yang tidak
signifikan.
2)
Menghitung koefisien korelasi antar variabel independen. Apabila koefesien
yang dihasilkan rendah, maka tidak terjadi multikolinieritas.
3)
Melakukan regresi auxiliary untuk mengetahui hubungan atntara dua atau
lebih variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi satu variabel
independen yang lain.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan yang menunjukkan komponen ero berkorelasi
dengan dirinya sendiri menurut urutan waktu untuk model data time series dan
urutan ruang untuk model data cross section (Bawono & Shina, 2018:72). Uji
autokorelasi bertujuan Ujuntuk mengetahui ada atau tidaknya variabel pengganggu
pada suatu periode dengan periode sebelumnya. Untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi dapat dilakukam dengan uji Durbin-Watson (DW test) dengan kriteria
du < dw < 4 - du.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah suatu keadaan di mana model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan dengan pengaatan yang
lain. Pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas yaitu dengan merespon
variabel (x) sebagai variabel independen dengan nilai absolut unstandardized
residual regresi sebagai variavel-variabel dependen.

39
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan berbagai uji. Diantaranya adalah dengan model grafik, uji Glajser, Uji
Goldfeld-Quant, uji Bruesch-Pagan-Godfery, dan Uji White (Bawono & Shina,
2018:55). Hasil uji dikatakan mengandung heteroskedastisitas apabila signifikansi
dari nilai probabilitas lebUih kecil dari 0,05 dan sebalikya hasil uji dikatakan
tidak mengandung heteroskedastisitas apabila signifikansi dari nilai probabilitas
lebih besar dari 0,05 (Winarno, 2015:38).

40
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. (2018). Kamus Pajak. Garuda Mas Sejahtera.

Bawono, A., & Shina, A. F. I. (2018). Ekonometrika Terapan Untuk Ekonomi dan Bisnis
Islam Aplikasi dengan EVIEWS.

Datuk, B. (2014). Sukuk, dimensi baru pembiayaan pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi.
JRAB: Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis, 14(1).

Dosen, I., Tunas, A., Pematangsiantar, B., Almaida, Z., & Dosen, S. (2012). Pengaruh
Saham Syariah, Sukuk dan Reksadana Syariah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia. In Al Tansiq. www.ojk.go.id

Huda, N., Aliyadin, A., & Dkk. (2016). Keuangan Publik ISlam Pendekatan Teoritis dan Sejarah.
Kencana Prenada Media.

Kartika, K. D. (2019). PENGARUH SAHAM SYARIAH, OBLIGASI SYARIAH,


REKSADANA SYARIAH DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
INDONESIA PERIODE 2011-2017. IAIN SALATIGA.

Mankiw, N. G. (2006). Pengantar Ekonomi Makro. Ghalia Idonesia.

Pohan, C. A. (2013). Manajemen Perpajakan: Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis. PT


Gramedia Pustaka Utama.

Ratnasari, R. (2016). Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak, Belanja Pembangunan/Modal,


Dan Tingkat Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1979-2014. Berita
Resmi Statistik, 16, 1–11. https://www.bps.go.id/website/brs_ind/brsInd-
20170208123344.pdf

Sihaloho, E. D. (2020). Analisis pengaruh penerimaan pajak terhadap pertumbuhan


ekonomi indonesia : pendekatan vektor autoregressive Analisis pengaruh penerimaan
pajak terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia : pendekatan vektor autoregressive. Forum
Ekonomi, 22(2), 202–209.

Siregar, N. H. (2018). Pengaruh Saham Syari’ah, Sukuk, Dan Reksadana Syari’ah


Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Meddan.
41
Soemitra, A. (2009). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.

42
Sujarweni, A. W. (2015). Metode Penelitian Bisnis dan Eknomi.

Sukirno, S. (2006). Pengantar Teori Ekonomi Makro. Raja Grafindo Persada.

Winarno, W. W. (2015). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.

Yusuf, M., Ichsan, R. N., & Saparuddin. (2021). Determinasi Investasi dan Pasar Modal
Syariah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal Kajian Dan Kebijakan
Publik, 6(1), 397–401.

40

Anda mungkin juga menyukai