Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS POTENSI DANA INSENTIF DAERAH DALAM PEMULIHAN EKONOMI

DI KABUPATEN BONE BOLANGO

OLEH :

RINALDA DWI WARDAIN DUNGGIO

(30.1313)

( F-3 )

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN

PROGRAM STUDI KEUANGAN PUBLIK

KAMPUS SUMATERA BARAT

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Penelitian ini dengan judul
“ANALISIS POTENSI DANA INSENTIF DAERAH DALAM PEMULIHAN EKONOMI
DI KABUPATEN BONE BOLANGO”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah metodologi Penelitian Sosial
Prodi Keuangan Publik IPDN Kampus Sumatera Barat Tahun Akademik 2021/2022.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini.
1. Bapak Drs. H. Asmungi, SH, M.Si selaku Dosen Pengampu mata kuliah Metodologi
Penelitian Sosial yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pelaksanaan
penyusunan makalah ini.
2. Narasumber baik primer maupun sekunder yang telah membantu menyediakan data
penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
3. Orang tua dan segenap keluarga penulis yang telah memberikan dorongan moril
maupun materiil.
Akhir kata, kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, oleh karena itu apabila dalam
penyusunan makalah ini terdapat kekeliruan penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak untuk memperbaiki makalah ini kedepannya. Semoga makalah
penelitian ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya.

Baso, 10 Juni 2022

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................................3
1.4.1. Manfaat Praktis..........................................................................................................................3
1.4.2 Manfaat Teoritis........................................................................................................................4
BAB II KONSEP TEORI DAN PEMBAHASAN......................................................................................5
2.1 Konsep Teori.....................................................................................................................................5
2.1.1 Hubungan Pemerintah Pusat dengan Daerah..............................................................................5
2.1.2 Dana Transfer ke Daerah............................................................................................................5
2.1.3 Pengertian Insentif.....................................................................................................................6
2.1.4 Pemulihan Ekonomi....................................................................................................................7
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................................................10
3.1. Jenis Penelitian...............................................................................................................................10
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................................................10
3.3. Batasan Operasional.......................................................................................................................10
3.4. Sumber Data...................................................................................................................................11
3.5. Metode Analisis..............................................................................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................................................13
4.1. Proses Penilaian Penetapan Dana Insentif Daerah Kabupaten Bone Bolango.................................13
4.2. Kategori yang Terpenuhi................................................................................................................15
4.3. Program Pemulihan Ekonomi di Kabupaten Bone Bolango...........................................................17
BAB V PENUTUP....................................................................................................................................19
5.1. Kesimpulan.....................................................................................................................................19
5.2. Saran...............................................................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Peristiwa menyebarnya pandemic Covid-19 selama hampir tiga tahun belakangan
ini tentu saja membawa dampak perubahan yang signifikan pada beberapa aspek
kebiasaan di masyarakat. Pembatasan sosial yang dicanangkan oleh pemerintah sebagai
bentuk pencegahan penyebaran penyakit pada akhirnya menyebabkan siklus ekonomi
terganggu sehingga terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi yang tidak sedikit. Di
Indonesia sendiri, bahkan sampai mencapai titik kontraksi ekonomi. Hal ini diambil dari
data Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang disediakan oleh Badan Pusat Statistik,
dimana menyimpulkan bahwa perekonomian Indonesia dalam tiga tahun terakhir terus
mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi hingga yang sangat signifikan terjadi pada
Triwulan II tahun 2020 yaitu menurun sebesar 8,29 % sehingga menjadi -5,32%.
Maka dari itu usaha-usaha untuk pemulihan ekonomi selalu menjadi prioritas
dalam program pemerintah baik di pusat maupun daerah. Hal ini bisa dilihat dari
peraturan terbaru yang dikeluarkan pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 23
tahun 2020 tentang pelaksanaan Program pemulihan ekonomi nasional dalam rangka
mendukung kebijakan keuangan negara untuk penanganan pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID -19) dan / atau menghadapai ancaman yang membahayakan
perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan serta penyelamatan ekonomi
nasional. Peraturan ini dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
di Indonesia terutama di daerah setelah sebelumnya mengalami penurunan yang
signifikan.
Selain program tersebut pemerintah juga telah melakukan beberapa upaya, baik
pada perbaikan regulasi, infrastruktur, ekonomi maupun fiskal. Berdasarkan data yang
diungkap oleh kementerian keuangan jumlah transfer ke daerah dan dana desa (TKDD)
setiap tahunnya mengalami peningkatan namun turun di tahun 2021. (Matriksa, 2020)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2019 Tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020 pada pasal 1 ayat 13
bahwa Transfer ke Daerah adalah bagian dari Belanja Negara dalam rangka mendanai

1
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa Dana Perimbangan, Dana Insentif Daerah, Dana
Otonomi Khusus, dan Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bersamaan dengan usaha pemerintah pusat dalam rangka mewujudkan pemulihan
ekonomi nasional tentu dibutuhkan dukungan Pemerintah daerah. Yang dalam hal ini
adalah pemerintah provinsi, kabupaten dan kota untuk dapat melaksanakan pembangunan
daerahnya masing-masing secara baik agar terwujudnya pembangunan dan pemulihan
ekonomi secara merata dari daerah. Salah satu upaya pemerintah pusat dalam
mendukung pemulihan ekonomi di daerah adalah Transfer ke daerah yang dirancangkan
melalui APBN ke pemerintah daerah dan kemudian menjadi Penerimaan Daerah dalam
bentuk uang serta dianggarkan dalam APBD.
Dana Insentif Daerah adalah satu dari beberapa dana transfer ke daerah yang
diberikan oleh pemerintah pusat dan penggunaannya diatur sendiri oleh pemerintah
daerah yang menerima. Dana Insentif Daerah setiap daerah memiliki nilai yang berbeda-
beda bahkan ada daerah yang tidak menerima transfer DID dari pemerintah pusat karena
tidak memenuhi kriteria tertentu dalam penentuan jumlah Dana Insentif yang diterima.
Hal ini terjadi karena Dana Insentif Daerah ini merupakan bentuk penghargaan yang
diterima oleh daerah karena sudah berprestasi dalam mengelola pemerintahan di
daerahnya sehingga memenuhi kriteria yang ditentukan. Misalnya penghargaan atas
perbaikan dan/atau pencapaian kinerja tertentu di bidang tata kelola keuangan daerah,
pelayanan umum pemerintahan, pelayanan dasar publik, dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam rangka mendorong peningkatan peran daerah dalam ekonomi daerah salah
satu penunjangnya adalah Dana Insentif Daerah, dimana DID pada tahun 2021 diarahkan
untuk melanjutkan kebijakan mendorong kemandirian daerah dan peningkatan kualitas
belanja APBD, penguatan indikator yang memiliki dampak besar terhadap perekonomian
nasional, dan mengedepankan kriteria kinerja yang dinamis dan strategis untuk
mendorong tata kelola pemerintahan daerah yang lebih ke depan dan mendorong agar
terbentuknya daerah yang lebih kompetitif seperti kinerja dalam aspek pengendalian
inflasi, indeks pencegahan korupsi, dan interkoneksi Sistem Informasi Keuangan Daerah
(SIKD) (Astuti et al., 2015)
Searah dengan kebijakan tersebut, di Provinsi Gorontalo dalam 4 tahun terakhir
kabupaten Bone Bolango tercatat merupakan kabupaten dengan jumlah peneriman dana

2
insentif daerah terbesar dibandingkan 4 kabupaten dan 1 kota lainnya di Provinsi
Gorontalo. Oleh sebab itu penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai
potensi dana insentif daerah yang diterima oleh kabupaten bone bolango dalam rangka
pemulihan ekonomi di daerah kabupaten bone bolango.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana Proses Penilaian dalam penetapan dana insentif daerah yang diterima oleh
daerah?
2) Berapa banyak kategori kinerja yang dipenuhi oleh kabupaten bone bolango dan kategori
kinerja apa saja yang berpotensi untuk dipenuhi oleh pemerintah daerah kabupaten bone
bolango untuk meningkatkan pendapatan dana insentif daerahnya?
3) Apa saja program pemulihan ekonomi yang telah dilakukan pemerintah kabupaten bone
bolango dengan memanfaatkan dana insentif daerah?

1.3 Tujuan Penelitian


1) Untuk mengetahui proses penilaian penetapan dana insentif daerah yang diterima oleh
daerah karena prestasinya
2) Untuk mengetahui kategori apa saja yang telah dipenuhi oleh kabupaten bone bolango
dan menganalisis kategori yang dapat dipenuhi untuk meningkatkan dana insentif daerah
3) Untuk mengetahui program-program pemulihan ekonomi yang telah dilakukan oleh
pemerintah kabupaten bone bolango dan memberikan referensi inovasi yang dapat
dilakukan oleh pemerintah daerah

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Praktis
1) Agar pemerintah kabupaten bone bolango serta aparatur sipil Negara lainnya
mengetahui saran inovasi yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan dana
transfer daerah sebagai dana pemulihan ekonomi karena ekonomi rendah akibat
pandemic covid-19

3
2) Sebagai media pembelajaran untuk praja ipdn mencanangkan inovasi-inovasinya
untuk peningkatan dana insentif yang diterima di daerah tempat bekerjanya nanti
3) Agar bisa menemukan sebab-akibat tidak terpenuhinya beberapa kategori
penilaian tertentu dan menemukan cara agar kategori tersebut selanjutnya
terpenuhi

1.4.2 Manfaat Teoritis


1) Untuk menganalisis seberapa berpotensinya dana insentif daerah untuk digunakan
dalam program pemulihan ekonomi di daerah kabupaten bone bolango
2) Sebagai referensi penelitian dan teori untuk penelitian-penelitian terkait lainnya
yang berhubungan dengan peningkatan potensi dana insentif daerah
3) Agar mampu sebagai wadah menganalisis apakah benar dana insentif daerah
berpotensi untuk digunakan dalam rangka pemulihan ekonomi di kabupaten bone
bolango

4
BAB II
KONSEP TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Hubungan Pemerintah Pusat dengan Daerah
Tingkat pemerintahan dibedakan menjadi Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Pemerintah daerah dibedakan lagi menjadi Pemerintah Daerah Tingkat satu dan
Pemerintah Daerah Tingkat Dua. Daerah Tingkat Satu disebut dengan Provinsi dan
Daerah Tingkat Dua disebut Kotamadya dan Kabupaten.
Dengan adanya pembagian daerah administrasi, maka negara dituntut adanya
suatu sistem keuangan negara yang akan dapat menjamin kelancaran pemerintahan dan
pembangunan khususnya dalam hal jasa publik maupun pencarian pendapatan dari
berbagai sumber. Alokasi tugas dalam menyediakan barang publik akan mempengaruhi
tanggung jawab keuangan dan hubungan keuangan antara pusat dan daerah.
Derajat sentralisasi keuangan negara sedang berkembang lebih tinggi dari negara
yang telah maju. Hal itu disebabkan oleh lemahnya kemampuan admisitrasi di tingkat
daerah, perbedaan situasi dan kondisi antar berbagai daerah, perlunya kekuatan pusat
yang kuat untuk mengurangi adanya gerakan-gerakan sparatis

2.1.2 Dana Transfer ke Daerah


Pelaksanaan urusan perimbangan keuangan pusat dan daerah terkait dengan
Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah. Pelaksanaan desentralisasi diwujudkan melalui pemberian
bantuan dalam bentuk transfer dana dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah
(Pemda).
Sejak awal tahun 2008, seiring dengan penunjukkan Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran bagian Anggaran Dana
Perimbangan dan Bagian Anggaran Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian, maka
mekanisme penyaluran diubah dengan menggunakan Transfer ke Daerah.
Menurut Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, transfer ke daerah adalah
dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari

5
Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Transfer ke Daerah
ditetapkan dalam APBN, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
yang selanjutnya dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang
ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan selaku Kuasa Pengguna
Anggaran atas nama Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran untuk tiap jenis
Transfer ke Daerah dengan dilampiri rincian alokasi per daerah. Dana perimbangan
pada dasarnya merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil yang berasal dari pajak dan
kekayaan daerah, dana alokasi umum yang berupa komponen terbesar dalam menciptkan
pemerataan dan keadilan antar serta dana alokasi khusus yang bertujuan membantu
mandanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional.

2.1.3 Pengertian Insentif


Besarnya balas jasa yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga karyawan secara
pasti mengetahui besarnya balas jasa/insentif yang akan diterimanya. Insentif inilah
yang akan dipergunakan karyawan beserta keluarganya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Jika balas jasa yang diterima karyawan semakin besar berarti
jabatannya semakin tinggi, dan pemenuhan kebutuhan yang dinikmatinya semakin
banyak pula.
Dengan demikian insentif merupakan suatu sarana motivasi yang diberikan pemimpin
kepada karyawan agar dalam diri mereka timbul semangat yang lebih tinggi untuk
bekerja demi tercapainya tujuan organisasi/perusahaan.
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian insentif, yaitu: Menurut
Mangkunegara (2004:89) Insentif adalah penghargaan atas dasar prestasi kerja yang
tinggi yang merupakan rasa pengakuan dari pihak organisasi terhadap prestasi kerja
karyawan dan kontribusi pada organisasi.
Menurut Panggabean (2004:88) Insentif adalah kompensasi yang mengkaitkan
gaji dengan produktivitas. Insentif merupakan penghargaan dalam bentuk uang yang

6
berdasarkan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standar yang telah
ditentukan.
Menurut Hariandja (2005;265) adalah : “Insentif merupakan bentuk pembayaran
langsung yang dikaitkan dengan kinerja dan gain sharing dan diartikan sebagai
pembagian keuntungan bagi pegawai akibat peningkatan produktivitas atau
penghematan biaya”

2.1.4 Pemulihan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi berpokok pada proses peningkatan produksi barang dan
jasa dalam kegiatan masyarakat. Selama hampir tiga dekade, pembahasan tentang
pertumbuhan mengacu pada model pertumbuhan Neo-klasik, dengan karya Solow
(1956) sebagai acuan utama. Perkembangan empirik mulai menunjukkan
ketidakkonsistenan antara teori pertumbuhan Neo-klasik dengan kenyataan di
lapangan. Salah satu premis dasar dalam teori Neo-klasik adalah kondisi diminishing
returns atas tambahan modal. Implikasinya adalah akan terjadi proses perlambatan
dalam pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pertambahan waktu. Hal ini melahirkan
teori atau paradigma konvergensi, bahwa pertumbuhan di negara yang baru
berkembang bersifat akseleratif, sementara di negara maju pertumbuhan mengalami
deselerasi. Akibatnya akan terjadi konvergensi dalam laju pertumbuhan. Akan tetapi
ternyata konvergensi itu tidak selamanya tercipta
Pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa investasi merupakan
pendorong bertumbuhnya ekonomi baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Hal ini bertentangan dengan model pertumbuhan Neo-klasik yang
menganggap bahwa investasi dalam jangka panjang tidak bisa mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Karena kelemahan ini, para ekonom mulai mencoba
melakukan pendekatan baru dalam pengembangan teori agar bisa lebih mendekati
kenyataan. Pendekatan baru ini kemudian dikenal sebagai Teori Pertumbuhan Baru
(New Growth Theory), dimana pada model pertumbuhan terdapat kondisi increasing
returns atas faktor produksi.
Suatu perekonomian dikatakan ideal apabila terus menerus mengalami
pertumbuhan, tanpa satu tahun atau bahkan satu triwulan pun mengalami penurunan.

7
Pertumbuhan yang ideal tersebut tentunya harus disertai dengan adanya stabilitas
harga dan kesempatan kerja yang terbuka luas. Dalam hal perdagangan dengan dunia
internasional, neraca perdagangan dan neraca pembayaran pun mestinya mengalami
surplus yang baik. Perekonomian seperti ini akan menjamin adanya kemakmuran
yang merata bagi seluruh rakyatnya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Akan
tetapi dalam dunia yang nyata, pada umumnya perekonomian semua negara selalu
mengalami gelombang pasang surut, terutama apabila dilihat dari tingkat
pertumbuhan ekonomi dan tingkat harga umum. Bahkan gelombang naik dan
turunnya perekonomian ini seringkali teratur dan periodik serta terjadi berulang-ulang
dengan rentang waktu yang bervariasi. Rentang waktu yang bervariasi ini ada yang
berdurasi pendek (bulanan atau tahunan), durasi panjang (seperti belasan tahun),
maupun yang berdurasi sangat panjang (puluhan tahun). Dalam ilmu ekonomi,
pergerakan naik dan turunnya derajat perekonomian ini dikenal sebagai siklus
ekonomi (economic cycle) atau siklus bisnis (business cycle). Sekalipun pergerakan
perokonomian tersebut bersifat teratur, tetapi kadang-kadang terjadi penyimpangan
pola yang cukup ekstrim dan berdampak sangat buruk bagi perekonomian suatu
negara atau bahkan beberapa negara sekaligus. Kejadian depresi besar (great
depression) yang dialami negara-negara kapitalis selama periode 1929 s.d. 1933
merupakan malapetaka dalam perekonomian dunia yang sangat dalam, dimana
tingkat output perekonomian turun drastis, sementara tingkat pengangguran
meningkat sangat tajam. Seperti yang terjadi pada awal tahun 2020 yang disebabkan
oleh adanya pandemic covid-19. Indonesia sendiri tercatat mengalami penurunan
pertumbuhan ekonomi pada Triwulan Ke-2 sebesar 8,29% sehingga menjadi -5,32%
atau sudah mencapai titik kontraksi ekonomi. Oleh karena itu, perancangan
pemulihan ekonomi di Indonesia acap kali dicanangkan oleh pemerintah baik pusat
maupun daerah.
Pemulihan ekonomi (recovery) ditandai dengan gerakan perekonomian yang
menaik(upturn) atau kadang disebut sebagai ekspansi bila gerakan menaik ini terjadi
selama minimal dua triwulan berturut-turut. Ekspansi ekonomi tidak akan terjadi
selamanya. Suatu ketika gerakan menaik ini akan mencapai titik tertinggi. Titik ini
disebut titik puncak atau kulminasi (peak). Setelah mencapai titik kulminasi,

8
perekonomian akan mengalami penurunan kembali. Yang dimaksud dengan gerakan
menurun adalah menurunnya output yang dilihat dari menurunnya tingkat
pertumbuhan perekonomian. Apabila gejala penurunan ini terjadi terus menerus
selama minimal dua triwulan secara berturut-turut, maka disebut sebagai keadaan
resesi. Gerakan menurun ini akan berlanjut hingga mencapai titik yang paling rendah
yang disebut sebagai titik nadir (trough) dimana setelah mencapai titik nadir tersebut,
perekonomian akan kembali pulih dilihat dari adanya gerakan menaik.

9
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yang
bertujuan menggambarkan, melukiskan, menerangkan,menjelaskan dan menjawab
secara lebih rinci permasalahan yang akan diteliti dengan mempelajari semaksimal
mungkin seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian.

Sugiyono (2008) mengemukakan bahwa metode kualitatif ialah metode penelitian


yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan
sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik penelitian
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis seberapa berpotensi


penggunaan dana insentif daerah untuk digunakan dalam program pemulihan
ekonomi yang dilakukan daerah.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di bagian pendapatan daerah kabupaten Bone
Bolango yang datanya diakses melalui media internet pada data kementrian keuangan
di situs http://www.djpk.kemenkeu.go.id,diolah. Waktu pelaksanaan penelitian yang
pada bulan Maret 2022 sampai dengan bulan April 2022.

3.3. Batasan Operasional


Batasan Operasional adalah penentuan batasan yang lebih menjelaskan
ciri-ciri spesifik yang lebih substansif dari suatu konsep. Alasan peneliti menetapkan
batasan operasional adalah untuk menghindari timbulnya salah tafsir terhadap istilah-
istilah dalam judul penelitian dan peneliti lebih fokus dalam melakukan pengamatan.
Sehingga fokus penelitian pada penelitian ini adalah potensi dana insentif daerah
yang diterima kabupaten Bone Bolango berikut potensinya untuk digunakan dalam
program pemulihan ekonomi. Penelitian difokuskan di kabupaten Bone Bolango
karena Kabupaten Bone Bolango menerima pendapatan dari dana insentif daerah

10
merupakan yang tertinggi di Provinsi Gorontalo dari 5 Kabupaten dan 1 Kota di
Gorontalo, selain itu ada permasalahan yang membutuhkan analisis dan saran
penyelesaian yaitu mengenai banyaknya kelompok kategori yang tidak terpenuhi
padahal hal itu bisa diusahakan untuk terpenuhi agar bisa meningkatkan pendapatan
di aspek dana insentif.

3.4. Sumber Data


Menurut Lofland (dalam Moleong, 2006) sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain. Yang dimaksud kata-kata dan tindakan disini yaitu
kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber
data utama (primer). Sedangkan sumber data lainnya bisa berupa sumber tertulis
(sekunder), dan dokumentasi seperti foto.

a) Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan dan
wawancara dengan informan atau responden. Peneliti akan wawancara dengan
informan untuk menggali informasi mengenai pendapatan dana insentif daerah
yang diterima oleh kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini yang menjadi sumber
data utama adalah Pejabat yang bertugas di Kantor Bupati Bone Bolango. Sumber
data pendukung dalam penelitian ini adalah Bupati Bone Bolango.
b) Data sekunder
Data sekunder merupakan data tambahan berupa informasi yang akan melengkapi
data primer. Data tambahan yang dimaksud meliputi dokumen atau arsip
didapatkan dari berbagai sumber, foto pendukung yang sudah ada, maupun foto
yang dihasilkan sendiri, serta data yang terkait dalam penelitian ini.
Data tambahan dalam penelitian ini adalah arsip data alokasi dana insentif daerah
Provinsi Gorontalo yang dikutip dari surat Menteri Keuangan kepada Gubernur,
Bupati dan Walikota Nomor : S-702/MK.07/2019 tanggal 24 September 2019
tentang Penyampaian Rincian Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun
Anggaran 2020

11
3.5. Metode Analisis
Metode analisis kualitatif merupakan kajian yang menggunakan data-
data teks, persepsi, dan bahan-bahan tertulis lain untuk mengetahui hal-hal yang tidak
terukur dengan pasti (intangible). Analisis data secara kualitatif bersifat hasil temuan
secara mendalam melalui pendekatan bukan angka atau nonstatistik (Istijanto, 2008).

Jadi, penelitian kualitatif tidak memiliki rumus atau aturan absolut untuk
mengolah dan menganalisis data. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data
secara induktif karena beberapa alasan. Pertama, proses induktif dapat lebih bisa
menemukan kenyataankenyataan jamak yang terdapat pada data. Kedua, analisis
induktif lebih bisa membuat hubungan peneliti-koresponden menjadi eksplisit, dapat
dikenal, dan akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan latar
secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat atau tidaknya
pengalihan suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan
pegaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. Kelima, analisis demikian
dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur
analitik.

Dalam penelitian kualitatif, metode analisis data lebih banyak dilakukan


bersamaan dengan pengumpulan data. Menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono
(2008), analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif melalui proses data
reduction, data display, dan verification.

12
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Proses Penilaian Penetapan Dana Insentif Daerah Kabupaten Bone Bolango
Dalam menyikapi Pandemi Covid - 19 yang menyebabkan kontraksi ekonomi ini maka
pemerintah menyadari bahwa pada tahun 2021, pemulihan ekonomi nasional perlu dipercepat,
penguatan reformasi kebijakan akan terus diarahkan agar bersifat inklusif dalam meningkatkan
kualitas kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Oleh karena itu, APBN 2021
mengusung tema “ Percepatan Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Reformasi”. Dalam rangka
percepatan pemulihan ekonomi, pemerintah akan terus melanjutkan program-program pro poor
dan pro employment di tahun 2021. Selanjutnya, penguatan reformasi akan diarahkak kepada
penguatan reformasi structural untuk meningkatkan competitiveness, kualitas dari SDM hingga
reformasi kebijakan APBN. Reformasi kebijakan TKDD ini menjadi pilar penting dalam
mendukung arah kebijakan tersebut. Secara umum kebiijakan TKDD tahun 2021 diarahkan
untuk peningkatan quality control anggaran TKDD dan mendorong peningkatan peran daerah
dalam pemulihan ekonomi, serta peningkatan kualitas kesehatan dan pendidikan dalam rangka
mendukung pemulihan dan penguatan ekonomi nasional. Dalam rangka mendorong peningkatan
peran daerah dalam ekonomi daerah salah satu penunjangnya adalah Dana Insentif Daerah,
dimana DID pada tahun 2021 diarahkan untuk melanjutkan kebijakan mendorong kemandirian
daerah dan peningkatan kualitas belanja APBD, penguatan indicator yang memiliki dampak
besar terhadap perekonomian nasional, dan mengedepankan kriteria kinerja yang dinamis dan
strategis untuk mendorong tata kelola pemerintahan daerah yang lebih ke depan dan mendorong
agar terbentuknya daerah yang lebih kompetitif seperti kinerja dalam aspek pengendalian inflasi,
indeks pencegahan korupsi, dan interkoneksi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) (Astuti
et al., 2015)
Searah dengan kebijakan tersebut, di Provinsi Gorontalo dalam 4 tahun terakhir kabupaten Bone
Bolango merupakan kabupaten dengan jumlah peneriman dana insentif daerah terbesar
dibandingkan 4 kabupaten dan 1 kota lainnya di Provinsi Gorontalo. Seperti yang dijabarkan
oleh data dibawah ini :

13
Tabel 1. Data Alokasi Dana Insentif Daerah Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran 2021

Daerah DID
Provinsi 39.742.780
Kab. Boalemo -
Kab. Gorontalo 28.850.674
Kota Gorontalo -
Kab. Pohuwato 42.082.902
Kab. Bone 54.186.573
Kab. Pohuwato 26.221.152
Jumlah 240.064.949
Dari data tersebut bisa dilihat bahwa Kabupaten Bone Bolango merupakan daerah
dengan pendapatan Dana Insentif Daerah tertinggi di Gorontalo dengan alokasi dana mencapai
54,186 Milliar Rupiah. Pencapaian ini tentu saja tidak bisa dipandang rendah karena nilai
pendapatan DID kabupaten Bone Bolango cukup tinggi jika dibandingkan Kabupaten lain
apalagi bahkan ada 2 kabupaten yang tidak menerima DID. Hal ini bisa dilihat dari kinerja
pemerintah kabupaten bone bolangi dalam memenuhi kriteria pernilaian baik itu kriteria utama,
kelompok kategori maupun kategori kinerja.

Perhitungan alokasi dana insentif daerah yang diberikan tersebut diatur dengan
berdasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 167/PMK-07/2020
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor : 141/PMK.07 /2019 yang mengatur Tentang Pengelolaan Dana
Insentif Daerah. Dimana ada 4 kriteria utama, 11 kelompok kategori, dan 24 kategori kinerja

Kriteria utama, merupakan kriteria yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah sebagai
penentu kelayakan daerah penerima Dana Insentif Daerah yaitu pertama, opini Badan Pemeriksa
Keuangan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Wajar Tanpa Pengecualian. kedua,
penetapan Peraturan Daerah mengenai APBD yang tepat waktu. ketiga, pelaksanaan e-
government, dan keempat, ketersediaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).

Sementara itu kelompok kategori terdiri dari 9 kelompok yaitu yang pertama kategori kesehatan
fiskal dan pengelolaan keuangan daerah; kedua kategori pelayanan dasar publik bidang
pendidikan , ketiga kategori pelayanan dasar publik bidang kesehatan; keempat kategori
pelayanan dasar public bidang infrastruktur; kelima kategori pelayanan umum pemerintahan;

14
keenam kategori kesejahteraan masyarakat; ketujuh kategori peningkatan investasi; kedelapan
kategori peningkatan ekspor; kesembilan kategori pengelolaan sampah; kesepuluh kategori
pengendalian inflasi; dan/atau yang terakhir yaitu kategori pencegahan korupsi.

Kemudian 11 kelompok kategori tersebut juga terbagi menjadi 24 kategori kinerja yang
dijabarkan sebagai berikut : Kelompok kategori kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan
daerah terdiri atas: pertama , kemandirian daerah yang didasarkan pada perbandingan antara
pendapatan asli daerah dengan produk domestik regional bruto; kedua, efektivitas pengelolaan
belanja daerah meliputi kategori: satu, kualitas belanja modal untuk pendidikan yang didasarkan
pada perbandingan antara belanja modal fungsi pendidikan dengan belanja fungsi pendidikan;
dan/atau dua kualitas belanja modal untuk kesehatan yang didasarkan pada perbandingan antara
belanja modal fungsi kesehatan dengan belanja fungsi kesehatan; Dan yang ketiga, Sistem
Informasi Keuangan Daerah berupa interkoneksi data transaksi melalui Sistem Informasi
Keuangan Daerah.

Kelompok kategori pelayanan dasar publik bidang pendidikan terdiri atas: angka partisipasi
murni dan peta mutu pendidikan. Kelompok kategori pelayanan dasar publik bidang kesehatan
terdiri atas: penanganan stunting; balita mendapatkan imunisasi lengkap; dan persalinan di
fasilitas kesehatan. Selanjutnya Kelompok kategori pelayanan dasar publik bidang infrastruktur
terdiri atas: akses sanitasi layak; dan akses air minum layak. Kemudian Kelompok kategori
pelayanan umum pemerintahan, terdiri atas: penyelenggaraan pemerintahan daerah; penghargaan
pembangunan daerah; Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; dan inovasi daerah
yang meliputi kategori: inovasi pelayanan publik dan inovasi Pemerintah Daerah. Kelompok
kategori kesejahteraan masyarakat terdiri atas: penurunan penduduk miskin; persentase
penurunan angka pengangguran; dan Indeks Pembangunan Manusia. Kemudian untuk Kelompok
kategori peningkatan investasi berupa penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal
asing. Kelompok kategori peningkatan ekspor berupa nilai ekspor. Kelompok kategori
pengelolaan sampah berupa kinerja pengelolaan sampah. Kelompok kategori pengendalian
inflasi berupa kinerja pengendalian inflasi daerah. Kelompok kategori pencegahan korupsi
berupa indeks pencegahan korupsi.

4.2. Kategori yang Terpenuhi


Berdasarkan data yang dikutip dari surat Menteri Keuangan kepada Gubernur, Bupati

15
dan Walikota Nomor : S-702/MK.07/2019 tanggal 24 September 2019 tentang Penyampaian
Rincian Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran 2020, diperoleh data
Alokasi Dana Insentif Daerah sebagai berikut :

Tabel 2. Dana Insentif Daerah Kabupaten Bone Bolango

KELOMPOK KATEGORI Nilai (Rp)


KATEGORI
1. Peningkatan investasi 1. Peningkatan investasi
2. Peningkatan ekspor 2. Peningkatan ekspor
3. Kesehatan fiskal dan 3. Kemandirian daerah
Pengelolaan
keuangan
4. Kualitas realisasi anggaran
5. Kualitas belanja modal
pendidikan
6. Kualitas belanja modal
kesehatan
7. Pembiayaan kreatif
8. Mandatory spending
9. Ketepatan waktu pelaporan
10. Peta mutu pendidikan
4. Pelayanan dasar publik
bidang
5. pelayanan dasar publik 11. Rata-rata nilai ujian
bidang kesehatan nasional
12. Angka partisipasi murni
13. Penanganan stunting 10.751.602
14. Balita yang mendapatkan 9.970.893
imunisasi
15. Persalinan di fasilitas
6. Pelayanan dasar publik 16. Sumber air minum layak
bidang infrastruktur
7. 17. Akses sanitasi layak
18. Persentase penduduk miskin
Kesejahteraan
19. Indeks pembangunan 10.751.196
Masyarakat
8. Pelayanan umum manusia/IPM
20. Penyelenggaraan
pemerintah 21. Perencanaan pembangunan
daerah
22. SAKIP 7.761.570
23. Inovasi pelayanan

16
24. Inovasi pemerintah
9. Pengelolaan sampah 25. Pengelolaan sampah
TOTAL ALOKASI DANA INSENTIF 38.713.261
Sumber : Surat Menteri Keuangan kepada Gubernur, Bupati dan Walikota Nomor :
S-702/MK.07/2019 tanggal 24 September 2019 tentang Penyampaian Rincian Alokasi Transfer
ke Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran 2020, diolah

Berdasarkan data diatas, pendapatan Dana Insentif Daerah yang diterima oleh
Kabupaten Bone Bolango adalah sebesar Rp.38.713.261.000, dengan kategori yang terpenuhi
hanya 4 kategori dari 25 kategori yang ada. Walaupun begitu jumlah pendapatan Dana Insentif
Daerah Kabupaten Bone Bolango adalah yang tertinggi dibandingkan Jumlah Dana Insentif
Daerah di wilayah Kabupaten/Kota lain di Provinsi Gorontalo. Hal ini bisa menjadi suatu
kebanggaan yang kemudian bertumbuh menjadi potensi yang dapat dikuatkan keberadaannya
oleh Pemerintah Kabupaten Bone Bolango. Ditambah pada tahun 2021 alokasi dana insentif
daerah kabupaten bone bolango naik pesat sekitar 42,1 persen dari tahun sebelumnya yaitu
sebesar Rp. 54.186.573.000.

4.3. Program Pemulihan Ekonomi di Kabupaten Bone Bolango


Selain itu, untuk melihat potensi Dana Insentif Daerah untuk pemulihan ekonomi dapat
diambil dari peran pemerintah mendukung pemulihan ekonomi ada tiga, yang pertama
meningkatkan indicator kesejahteraan daerah untuk mengatasi permasalahan ketimpangan antar
daerah dengan cara pemerataan pembangunan dan penguatan sinergi antar pusat dan daerah.
Kemudian yang kedua yaitu memberikan tambahan berupa biaya pemulihan ekonomi nasional
yang terbagi menjadi dua sisi yaitu Demand side dan Supply side .

Demand side yang terdiri dari kebutuhan rumah tangga seperti PKH, Sembako, Bansos
Jabodetabek , Bansos Non- Jabodetabek , Pra Kerja, Diskon Listrik , Logistik/Pangan/Sembako ,
BLT Dana Desa, dan Insentif Perumahan Bagi MBR. Kemudian untuk Supply side terbagi
menjadi 5 kelompok yaitu pertama, Ultra Mikro dan UMKM yang terdiri dari Subsidi Bunga,
Penempatan Dana untuk Restru UMKM, Belanja IJP, Penjaminan untuk Modal Kerja (Stop
Loss), PPh Final UMKM DTP, Pembiayaan Investasi melalui LPDB KUMKM , Kedua
Korporasi yang terdiri dari Penempatan Dana untuk Restru Padat Karya, PMN dan Surat Utang
ke PPA, PPh 21 DTP, Pembebasan PPh 22 Impor, Pengurangan Angsuran PPh 25, Pengembalian

17
Pendahuluan PPN, Penurunan Tarif PPh Badan, Stimulus Perpajakan Lainnya, Cadangan DAK
Fisik, Program Padat Karya K/L, Insentif Tiket untuk 10 Destinasi Pariwisata, Hibah dan
Pariwisata, Kompensasi Pajak Hotel/Restoran. Kemudian yang ketiga adalah kelompok BUMN
berupa PMN dan Pinjaman . yang keempat adalah Pemerintah Daerah dengan DID Pemulihan
Ekonomi, Pemberian Pinjaman ke Daerah , dan yang terakhir adalah Cadangan Perluasan.

Kemudian peran ketiga adalah dukungan APBN dalam pemulihan ekonomi di daerah
yang terdiri dari Penyiapan tambahan dukungan berupa Dana Insentif Daerah (DID) untuk
mendukung percepatan pemulihan perekonomian di daerah, Penyediaan fasilitas pinjaman
kepada Pemerintah Daerah untuk mendukung pemulihan ekonomi di daerah, dan Penggunaan
cadangan DAK fisik untuk program pembangunan fisik (antara lain untuk pemukiman dan
perumahan, serta pertanian) dengan metode swakelola , padat karya, tenaga lokal, dan selesai
dalam kurun waktu 3 s.d 4 bulan. (Ananda, n.d.)

Dan untuk di Kabupaten Bone Bolango Bupati Hamim Pou dalam pemaparannya pada
WEBINAR tentang Dana Insentif Daerah (DID) Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Daerah
yang digelar oleh Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan
mengungkapkan bahwa langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Bone
Bolango untuk meningkatkan ketahanan pangannya yaitu dengan menggalakan Rumahku
Kebunku, Gerakan Sayang tetangga, Hallo Patali, DeMantap, Layanan PBB-P2 Online dan
Pembayaran Digital QRIS. Selain itu Bupati juga mengapresiasi kabupaten bone bolango
menjadi salah astu daerah penerima dana insentif daerah tambahan sebesar 13,4 milyar yang
akan dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur pendukung ketahanan pangan, penguatan
kapasitas IKM,UMKM, pemberdayaan ekonomi produktif, pengembangan wisata potensial,
peningkatan layanan publik dan informasi digital, pemberdayaan UMKM serta penataan pasar
new normal(sindonews,2021)

18
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan dana intensif daerah
kabupaten bone bolango adalah pendapatan tertinggi selama 4 tahun terakhir di wilayah
Provinsi Gorontalo kemudian ditambah dengan kenaikan yang cukup signifikan dalam
beberapa tahun ini serta prestasi-prestassi dibidang inovasi yang bertambah membuat
kabupaten bone bolango berpotensi untuk meningkatkan pemulihan ekonomi di
daerahnya. Selain itu pendapatan dari penambahan dana insentif daerah yang diterima
oleh kabupaten bone bolango akan digunakan untuk beberapa keperluan pemulihan
ekonomi di daerah.

5.2. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan untuk pemerintah kabupaten bone bolango yaitu :

1. Pemerintah kabupaten bone bolango sebaiknya meningkatkan kategori lain juga bukan
hanya berfokus pada kesejahteraan tapi berusaha meningkatkan kategori lain seperti
sumber daya manusia atau inovasi pemerintah

2. Masih banyak kategori yang belum terpenuhi di bandingkan dengan kota besar di luar
provinsi gorontalo, maka sebaiknya pemerintah kabupaten bone bolango dapat fokus
untuk pendataannya karena sepertinya tiap tahun telah terjadi peningkatan kualitas
tersebut

3. Pemerintah dalam memanfaatkan dana insentif tersebut harus lebih berpikir lagi agar
pemanfaatannya dapat maksimal dengan mengutamakan kepada pemulihan ekonomi
misalnya membuat program pemberdayaan UMK/UMKM di desa-desa.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, C. F. (n.d.). Peran dana insentif daerah dalam rangka pemulihan ekonomi di daerah.

Astuti, S. I., Arso, S. P., & Wigati, P. A. (2015). Analisis Standar Pelayanan Minimal Pada
Instalasi Rawat Jalan Di RSUD Kota Semarang, 3, 103–111.

Hariandja, MTE. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Grasindo

Mangkunegara, A.A.Anwar. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Remaja


Rosda Karya

Matriksa, B. (2020). Potensi dana insentif daerah sebagai salah satu sumber pendapatan daerah
di provinsi dki jakarta 1. 02, 39–48

Nasrun, M. A. (2020). Kekuatan Dasar Pemulihan Ekonomi Pasca Covid-19 di Kabupaten


Kapuas Hulu. Prosiding Seminar Akademik Tahunan Ilmu Ekonomi Dan Studi
Pembangunan, 32–40

Panggabean, Mutiara Sibarani. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Ghalia
Indonesia

Zainul Abidin. (2015). Tinjauan Atas Kebijakan Dana Insentif Daerah dalam Mendukung
Kinerja Pemerintahan Provinsi dan Kesejahteraan Masyarakat. 1–18.
https://jurnal.bkn.go.id/index.php/asn/articl e/view/56

20

Anda mungkin juga menyukai