Anda di halaman 1dari 25

KAJIAN ANALISIS PROYEKSI PEREKONOMIAN INDONESIA

TAHUN 2019-2022

Dalam Rangka Memenuhi Project Matakuliah Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu :

Wiwin Hartanto, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Alvi Maghfiroh 190210301041

PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan kajian analisis yang berjudul Proyeksi Perekonomian Indonesia
Tahun 2019-2022 ini tepat pada waktunya. Analisis ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dimanapun berada.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan
analisis ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 10 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan Analisis......................................................................................................................5
1.4 Manfaat Analisis....................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
KAJIAN TEORI..............................................................................................................................7
2.1 Pertumbuhan Ekonomi...........................................................................................................7
2.2 Faktor Pertumbuhan Ekonomi...............................................................................................9
BAB III..........................................................................................................................................11
METODOLOGI.............................................................................................................................11
3.1 Metode Literatur..................................................................................................................11
3.2 Jenis Literatur.......................................................................................................................11
3.3 Variabel Literatur.................................................................................................................11
3.4 Pustaka.................................................................................................................................11
3.5 Analisis Data...................................................................................................................12
BAB IV..........................................................................................................................................13
PEMBAHASAN............................................................................................................................13
4.1 Proyeksi Perekonomian 2019...............................................................................................13
4.2 Proyeksi Perekonomian 2020...............................................................................................15
4.3 Proyeksi Perekonomian 2021...............................................................................................18
4.4 Proyeksi Perekonomian 2022...............................................................................................21
BAB V...........................................................................................................................................24
KESIMPULAN..............................................................................................................................24
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tantangan pembangunan ekonomi Indonesia kedepannya menjadi tanggungjawab yang tidak
mudah untuk diselesaikan. Kondisi dan dinamika perekonomian skala domestik dan global
membuat Indonesia harus senantiasa siap terhadap segala kemungkinan perubahan. Indonesia
sebagai pusat baru gravitasi ekonomi global yang berletak di kawasan Asia Timur dan Asia
Tenggara harus dengan gigih mempersiapkan diri dalam upaya mempercepat terwujudnya suatu
negara maju dengan hasil pembangunan dan kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata
oleh seluruh masyarakat (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011). Indonesia
dengan visi besar yakni sebagai negara maju dan sejahtera pada tahun 2025 bertekad kuat
mempercepat transformasi dan mengupayakan percepatan pembangunan ekonomi. Oleh
karenanya, disusunlah Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) dengan mengutamakan pendekatan not business as usual,dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan, stake holder dan terus fokus pada prioritas konkrit dan terukur.

MP3EI merupakan bagian integral dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Selaras
dengan visi pembangunan nasional dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, maka visi Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia yakni “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri,
Maju, Adil, dan Makmur”. Dengan adanya MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan
ekonomi menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per
kapita antara USD 14.250-USD 15.500 dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara
USD 4,0-4,5 Triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4-
7,5 persen pada periode 2011-2014, dan sekitar 8,0-9,0 persen pada periode 2015-2025.
Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen
pada periode 2011-2014 menjadi 3,0 persen pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inflasi
demikian mencerminkan karakteristik negara maju. Strategi implementasi MP3EI dengan
mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu: (1) mengembangkan potensi ekonomi wilayah di
6 (enam) Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi

4
Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali-Nusa
Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku; (2) memperkuat konektivitas
nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global (locally integrated, globally
connected); (3) memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung
pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi.

Dengan perencanaan yang matang dan sinergitas bersama tentu Indonesia di tahun 2025 akan
mampu menyandang predikat negara maju. Namun kondisi selalu fluktuatif terlebih pada akhir
desember 2019 dunia dilanda pandemic covid-19 dihampir seluruh negara di dunia tak terkecuali
di Indonesia. Secara resmi diumumkan pada awal Maret 2020 kasus pertama covid-19 dan sejak
saat itu pemerintah Indonesia melalui berbagai kebijakan yang dikeluarkan untuk berupaya
mencegah persebaran dan dalam waktu yang sama tetap melangsungkan aktivitas perekonomian.
Kondisi ini menarik untuk dikaji sebab diketahui bersama bahwa pada Mei 2022 secara resmi
masyarakat diperbolehkan lepas masker untuk berkegiatan di luar ruangan artinya aktivitas sosial
perekonomian terhitung telah kembali seperti sedia kala. Kajian analisis ini akan membahas
proyeksi perekonomian Indonesia dalam periode 2019 sampai dengan 2022. Analisis ini menjadi
menarik sebab yang dianalisis adalah proyeksi perekonomian sebelum pandemic, saat pandemic
dan pasca pandemic. Letak menariknya pada bagaimana kajian ini dilihat secara utuh sebagai
kajian terintegrasi pada perekonomian di Indonesia dalam tiga situasi dan kebijakan
perekonomian yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proyeksi perekonomian Indonesia pada tahun 2019?
2. Bagaimana proyeksi perekonomian Indonesia pada tahun 2020?
3. Bagaimana proyeksi perekonomian Indonesia pada tahun 2021?
4. Bagaimana proyeksi perekonomian Indonesia pada tahun 2022?

1.3 Tujuan Analisis


1. Mengetahui bagaimana proyeksi perekonomian Indonesia pada tahun 2019
2. Mengetahui bagaimana proyeksi perekonomian Indonesia pada tahun 2020
3. Mengetahui bagaimana proyeksi perekonomian Indonesia pada tahun 2021
4. Mengetahui bagaimana proyeksi perekonomian Indonesia pada tahun 2022

5
1.4 Manfaat Analisis
1. Untuk mahasiswa: digunakan sebagai referensi dan rujukan dalam kajian topik proyeksi
perekonomian Indonesia dalam kurun waktu 2019-2022
2. Untuk institusi: digunakan sebagai arsip dan rujukan dalam kajian serupa. Keberadaan
kajian analisis ini juga akan bermanfaat bagi kajian-kajian dalam topik serupa di hari
kemudian.
3. Untuk pengambil kebijakan: kajian ini dapat dijadikan referensi dalam pengambilan
kebijakan untuk kedepannya.

6
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan dalam
suatu perekonomian. Kemajuan suatu perekonomian ditentukan oleh besarnya
pertumbuhan yang ditunjukan oleh perubahan output nasional. Adanya perubahan output
dalam perekonomian merupakan analisis ekonomi jangka pendek. Secara umum teori
tentang pertumbuhan ekonomi dapat di kelompokan menjadi dua, yaitu teori
pertumbuhan ekonomi klasik dan teori pertumbuhan ekonomi modern.
Pada teori pertumbuhan ekonomi klasik, analisis di dasarkan pada kepercayaan dan
efektivitas mekanisme pasar bebas. Teori ini merupakan teori yang dicetuskan oleh para
ahli ekonom klasik antara lain Adam Smith, David Ricardo. Teori lain yang menjelaskan
pertumbuhan ekonomi adalah teori ekonomi modern. Teori pertumbuhan Harrod-Domar
merupakan salah satu teori pertumbuhan ekonomi modern, teori ini menekankan arti
pentingnya pembentukan investasi bagi pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi investasi
maka akan semakin baik perekonomian, investasi tidak hanya memiliki pengaruh
terhadap permintaan agregat tetapi juga terhadap penawaran agregat melalui pengaruhnya
terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif yang lebih panjang investasi akan
menambah stok kapital.
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan kapasitas produksi untuk mencapai
penambahan output, yang diukur menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi
adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Tekanannya pada tiga
aspek, yaitu: proses, output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah
suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini kita melihat aspek
dinamis dari suatu perekonomian, yaitu bagaimana suatu perekonomian berkembang atau
berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya ada pada perubahan atau perkembangan itu
sendiri. Menurut Prof. Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas
jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang

7
ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas tersebut dimungkinkan oleh adanya
kamajuan atau penyesuaian penyesuaian teknologi, intitusional dan ideologi terhadap
berbagai keadaan yang ada. Perkembangan ekonomi mengandung arti yang lebih luas
serta mencakup perubahan pada susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh.
Pembangunan ekonomi pada umunya didefinisikan sebagai suatu proses yang
menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka
panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Pembangunan ekonomi
merupakan suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus, usaha untuk
menaikkan pendapatan perkapita, kenaikan pendapatan perkapita harus terus berlangsung
dalam jangka panjang dan yang terakhir perbaikan sistem kelembagaan disegala bidang
(misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya). Sistem ini bisa ditinjau dari dua
aspek yaitu: aspek perbaikan dibidang organisasi (institusi) dan perbaikan dibidang
regulasi baik legal formal maupun informal. Dalam hal Ini, berarti pembangunan
ekonomi merupakan suatu usaha tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu negara
dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan
peran serta masyarakat, pemeritah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara
untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. Dari berbagai teori pertumbuhan
yang ada yakni teori Harold Domar, Neoklasik, dari Solow, dan teori endogen oleh
Romer, bahwasanya terdapat tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan
ekonomi. Ketiganya adalah:
a) Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia.
b) Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selajutnya akan memperbanyak jumlah
angkatan kerja.
c) Kemajuan teknologi Pembangunan daerah dilaksanakan untuk mencapai tiga tujuan
penting, yaitu mencapai pertumbuhan (growth), pemerataan (equity), dan keberlanjutan
(sustainability).
1. Pertumbuhan (growth), tujuan yang pertama adalah pertumbuhan ditentukan
sampai dimana kelangkaan sumber daya dapat terjadi atas sumber daya manusia,
peralatan, dan sumber daya alam dapat dialokasikan secara maksimal dan
dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan produktif.

8
2. Pemerataan (equity), dalam hal ini mempunyai implikasi dalam pencapaian
pada tujuan yang ketiga, sumber daya dapat berkelanjutan maka tidak boleh
terfokus hanya pada satu daerah saja sehingga manfaat yang diperoleh dari
pertumbuhan dapat dinikmati semua pihak dengan adanya pemerataan. 3.
Berkelanjutan (sustainability), sedangkan tujuan berkelanjutan, pembangunan
daerah harus memenuhi syarat-syarat bahwa penggunaan sumber daya baik yang
ditransaksikan melalui sistem pasar maupun diluar sistem pasar harus tidak
melampaui kapasitas kemampuan produksi. Pembangunan daerah dan
pembangunan sektoral perlu selalu dilaksanakan dengan selaras, sehingga
pembangunan sektoral yang berlangsung didaerah-daerah, benar-benar dengan
potensi dan prioritas daerah. Untuk keseluruhan pembangunan, daerah juga benar-
benar merupakan satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan
keamanan didalam mewujudkan tujuan nasional.

2.2 Faktor Pertumbuhan Ekonomi


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara umum, antara
lain:

a. Sumber daya alam


b. Jumlah dan mutu pendidikan penduduk
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Sistem sosial
e. Pasar

Untuk menilai prestasi pertumbuhan ekonomi haruslah terlebih dahulu dihitung


pendapatan nasional riil yaitu PNB atau PDB yang dihitung menurut harga-harga yang
berlaku dalam tahun dasar. Nilai yang diperoleh dinamakan PNB atau PDB harga tetap
yaitu harga yang berlaku dalam tahun dasar. Tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung dari
pertambahan PNB atau PDB riil yang berlaku dari tahun ke tahun.

9
Untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan ekonomi setiap periodenya, dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

PDRBt −PDRB(t −1)


r(t-1) =
PDRBt −1

Ket:

r 1 = Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto tahun yang dihitung

PDRB t 1 = Produk Domestik Regional Bruto tahun sebelumnya

10
BAB III

METODOLOGI
3.1 Metode Literatur
Metode yang digunakan merupakan studi literatur yang mencari data base dari berbagai
referensi; laporan Bank Indonesia periode pencatatan 2019-2022, jurnal penelitian, informasi
yang relevan dengan topik yang digarap. Pencarian literatur dilakukan dengan menggunakan
mesin pencari google di internet dengan kata kunci : proyeksi perekonomian Indonesia tahun
2019-2022.

3.2 Jenis Literatur


Studi Literatur ini menggunakan Systematic Literature Reviews (SLR), yakni sebuah sintesis
dari studi literatur yang bersifat sitematik, jelas, menyeluruh, dengan mengidentifikasi,
menganalisis, mengevaluasi melalui pengumpulan datadata yang sudah ada dengan metode
pencarian yang eksplisit dan melibatkan proses telaah kritis dalam pemilihan studi. Tujuan
dari metode ini adalah untuk membantu peneliti lebih memahami latar belakang dari
literature review yang menjadi subyek topik yang dicari serta memahami kenapa dan
bagaimana hasil dari literature review tersebut sehingga dapat menjadi acuan untuk literatur
baru. Kelebihan dalam menggunakan systematic reviews yaitu memberikan suatu summary
of evidence bagi para klinis dan pembuat keputusan yang tidak memiliki banyak waktu untuk
mencari berbagai bukti primer yang jumlahnya sangat banyak dan menelaahnya satu-persatu
(Dila, 2012).

3.3 Variabel Literatur


Review Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Variabel independendalam penelitian ini adalah
status ekonomi, dukungan suami dan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah, status
ekonomi dan dukungan suami.Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah status
anemia.

3.4 Pustaka
Pencarian jurnal dilakukan dengan menggunakan mesin pencari google dengan kata kunci :
proyeksi perekonomian Indonesia tahun 2019-2022.
11
3.5 Analisis Data
Bahan yang dicari diseleksi dengan menggunakan kriteria inklusi. Kriteria inklusi yang
digunakan adalah jurnal yang berhubungan dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah ,
status ekonomi, dukungan suami dan status anemia. Sumber yang digunakan hanya terfokus
pada bagaimana proyeksi perekonomian Indonesia tahun 2019-2022.

12
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Proyeksi Perekonomian 2019


Perekonomian Indonesia Berdaya Tahan Pertumbuhan ekonomi global yang melambat
berdampak pada turunnya kinerja ekspor Indonesia 2019. Ekspor 2019 terkontraksi 0,87%,
berbalik arah dari kinerja 2018 yang tumbuh 6,55%. Penurunan ekspor tercatat cukup dalam
pada semester I 2019, sebelum sedikit berkurang pada semester II 2019 ditopang oleh
peningkatan permintaan beberapa produk ekspor, seperti crude palm oil (CPO) dan batu bara.
Perbaikan ekspor di beberapa komoditas merupakan dampak diversifikasi produk dan tujuan
ekspor, serta beberapa kebijakan domestik. Diversifikasi produk ekspor didukung daya saing
yang membaik sehingga menopang kinerja positif beberapa produk ekspor seperti produk besi
baja, otomotif, pulp dan waste paper, emas, dan serat tekstil. Tujuan ekspor juga meluas seperti
ke pasar ASEAN dan Arab Saudi, khususnya untuk produk besi baja. Sementara itu, beberapa
kebijakan domestik memengaruhi perbaikan kinerja ekspor komoditas nikel dan tembaga. Di
tengah kinerja sektor eksternal yang kurang menguntungkan, permintaan domestik tetap kuat
sehingga menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 tetap baik yakni 5,02%. Konsumsi
swasta sedikit meningkat didukung oleh daya beli yang terpelihara sejalan dengan pendapatan
yang terjaga dan inflasi yang rendah, serta keyakinan konsumen yang baik. Konsumsi swasta
juga didukung oleh dampak penyelenggaraan Pemilu 2019 sehingga meningkatkan pertumbuhan
konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT). Kinerja investasi tetap
baik, terutama didukung investasi bangunan yang tetap tinggi didorong oleh pembangunan
infrastruktur dan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN), serta kinerja konstruksi swasta
yang meningkat. Sementara itu, investasi nonbangunan menurun dipengaruhi kontraksi ekspor
dan permintaan domestik yang tidak sekuat tahun sebelumnya. Daya tahan perekonomian yang
tetap baik juga dipengaruhi proses penyesuaian ekonomi domestik terhadap gejolak eksternal
sehingga mendorong penurunan impor. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi domestik
yang terjaga pada 2019 berdampak positif pada kesejahteraan masyarakat, tercermin pada

13
menurunnya tingkat kemiskinan dan pengangguran. Daya tahan pertumbuhan ekonomi domestik
yang tetap baik ditopang respons banyak daerah yang mengoptimalkan perdagangan antardaerah
serta meningkatkan nilai tambah produk. Kondisi ini tergambar pada perdagangan antardaerah
yang meningkat seperti pada produk minyak sawit terkait implementasi program B20 yang
mendukung pertumbuhan ekonomi di Sumatera. Pertumbuhan ekonomi Bali-Nusa Tenggara
(Balinusra) yang meningkat juga didukung oleh perbaikan ekspor komoditas tembaga dan bijih
nikel. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan ditopang oleh perbaikan ekspor komoditas primer,
antara lain ekspor batu bara ke Tiongkok. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi wilayah Jawa
dan Sulampua (Sulawesi-Maluku-Papua) melambat terutama dipengaruhi ekspor yang menurun
serta kendala produksi tembaga di Sulampua. Perekonomian domestik yang tetap berdaya tahan
mendorong kenaikan aliran masuk modal asing, menopang surplus Neraca Pembayaran
Indonesia (NPI), dan memperkuat nilai tukar Rupiah. NPI 2019 tercatat surplus 4,68 miliar dolar
AS, berbalik arah dari kondisi 2018 yang mengalami defisit sebesar 7,13 miliar dolar AS.
Surplus NPI 2019 didukung oleh kenaikan surplus Transaksi Modal dan Finansial (TMF) sejalan
terjaganya optimisme investor terhadap prospek perekonomian domestik dan tingginya daya
tarik pasar keuangan domestik, serta menurunnya ketidakpastian pasar keuangan dunia pada
triwulan IV-2019. Defisit transaksi berjalan yang menurun menjadi 2,72% dari PDB juga
mendukung surplus NPI 2019. Cadangan devisa juga meningkat menjadi 129,18 miliar dolar AS
atau setara dengan pembayaran 7,33 bulan impor dan ULN pemerintah, serta berada di atas
standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. Kinerja sektor eksternal yang positif
kemudian berkontribusi pada apresiasi nilai tukar Rupiah, yang secara rerata menguat 0,76% dan
secara point-to-point (ptp) menguat 3,58% sehingga ditutup di level Rp13.883 per dolar AS pada
akhir 2019. Stabilitas nilai tukar Rupiah juga didukung struktur pasar valas yang makin dalam
dan efisien, termasuk pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) yang terus meningkat.
Inflasi juga tetap rendah dan terkendali sehingga mendukung stabilitas makroekonomi. Inflasi
Indeks Harga Konsumen (IHK) pada 2019 tercatat 2,72%, menurun dibandingkan dengan
capaian 2018 yang mencapai 3,13%. Perkembangan ini membawa inflasi IHK kembali berada
dalam kisaran sasaran 3,5±1%, melanjutkan pencapaian 4 tahun terakhir yang juga konsisten
berada dalam kisaran sasarannya. Inflasi 2019 yang rendah dipengaruhi faktor siklikal
permintaan domestik yang terjaga dan nilai tukar yang terapresiasi, serta inflasi kelompok
Administered Prices yang rendah. Selain itu, inflasi yang tetap rendah juga dipengaruhi oleh

14
perbaikan struktural seperti peran ekspektasi inflasi dalam pembentukan inflasi yang makin besar
dan terjangkar, dampak nilai tukar ke inflasi yang menurun, serta dampak positif sinergi
koordinasi Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi pangan. Stabilitas
sistem keuangan juga tetap terkendali, didukung transmisi kebijakan moneter yang baik. Pada
2019, Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) berada dalam zona normal didukung oleh
kinerja institusi keuangan dan pasar keuangan yang baik. Hal ini tercermin pada rasio kecukupan
modal (Capital Adequacy Ratio) yang terjaga, risiko kredit bermasalah (Non Performing Loans)
yang aman, dan rasio alat likuid bank terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) yang tinggi.
Transmisi pelongaran kebijakan moneter yang tetap berjalan baik juga mendukung
perkembangan ini. Likuiditas di pasar uang dan perbankan tetap memadai sehingga mendukung
cukup baiknya transmisi suku bunga di pasar uang. Transmisi kepada suku bunga perbankan juga
berlanjut, meskipun belum optimal.

Dengan karakter sebagai negara dengan perekonomian terbuka, pertumbuhan ekonomi dunia
yang melambat berdampak pada ekspor 2019 yang menurun. Namun demikian, permintaan
domestik yang tetap kuat dapat menopang perekonomian Indonesia tetap baik, sehingga mampu
mencatat pertumbuhan 5,02% pada 2019. Permintaan domestik yang kuat antara lain didorong
oleh bauran kebijakan akomodatif Bank Indonesia dan stimulus kebijakan fiskal, serta dampak
positif pelaksanaan Pemilihan Umum sampai dengan triwulan III 2019. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang tetap baik berkontribusi pada aliran masuk modal asing yang meningkat pada
2019 dan menopang surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Kondisi ini kemudian
berkontribusi pada nilai tukar yang menguat dan inflasi yang tetap berada dalam kisaran target
3,5+1%. Stabilitas sistem keuangan juga tetap terkendali, meskipun belum kuatnya pertumbuhan
kredit perbankan yang dipengaruhi oleh sisi permintaan dan penawaran menjadi perhatian.

4.2 Proyeksi Perekonomian 2020


Indonesia yang tidak kecil, khususnya melalui jalur pariwisata, ekspor, dan investasi,
memengaruhi prakiraan ini. Pada Maret 2020, Bank Indonesia memprakirakan COVID-19 yang
terus meluas ke banyak negara, makin menekan prospek perekonomian dunia, termasuk
Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan menjadi lebih rendah dipengaruhi oleh
penurunan sisi permintaan dan penawaran, termasuk pengaruh disrupsi sisi produksi dan

15
menurunnya keyakinan. Hal ini karena mobilitas pelaku ekonomi yang terhambat sejalan dengan
upaya penanganan penyebaran COVID-19 di banyak negara, termasuk di Indonesia, akan
menurunkan kinerja perekonomian dari sektor pariwisata, perdagangan, manufaktur, dan
kemudian merambat sektor lainnya. Kondisi ini akan menurunkan kinerja ekspor barang dan
jasa, serta mendorong konsumsi swasta dan investasi menjadi lebih rendah. Ketidakpastian pasar
keuangan juga meninggi dipicu prospek perekonomian global yang menurun dan memengaruhi
penanaman modal, termasuk aliran modal jangka pendek, ke negara berkembang, termasuk
Indonesia. Kondisi ini akhirnya memberikan tekanan kepada mata uang dunia, termasuk Rupiah.
Dengan perkembangan sampai Maret 2020, Bank Indonesia merevisi kembali prospek
pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi 4,2-4,6%. Di tengah prospek penurunan
pertumbuhan ekonomi, stabilitas perekonomian diperkirakan tetap terjaga. Prospek NPI 2020
diprakirakan tetap aman ditopang oleh penurunan defisit transaksi Pembayaran Indonesia 2025
(BSPI 2025) sebagai respons kebijakan yang komprehensif dalam menghadapi disrupsi digital.
Blueprint diarahkan untuk mendukung integrasi ekonomikeuangan digital nasional sehingga
menjamin fungsi bank sentral dalam proses peredaran uang, kebijakan moneter, dan stabilitas
sistem keuangan, serta mendukung inklusi keuangan. Di sisi tunai, efisiensi dan jangkauan
distribusi pengedaran uang terus diperluas ke berbagai wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dengan tetap menjaga kualitas uang yang diedarkan. Ekonomi Tertahan di
2020, Membaik di Jangka Menengah Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan
ekonomi 2020 tidak sekuat capaian 2019 sejalan dengan meluasnya dampak penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) ke seluruh dunia. Bank Indonesia awalnya pada akhir 2019
sempat memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 akan meningkat dalam kisaran
5,1-5,5%. Prakiraan ini dipengaruhi oleh optimisme pemulihan ekonomi global dan perbaikan
harga komoditas yang diprakirakan menopang perbaikan kinerja ekspor dan investasi, terutama
investasi nonbangunan. Namun, pasca merebaknya COVID-19 di Tiongkok, pada Februari 2020,
Bank Indonesia memprakirakan prospek pertumbuhan ekonomi domestik sedikit menurun
menjadi 5,0-5,5% untuk tahun 2020. Prospek ini dipengaruhi oleh dampak langsung dan tidak
langsung penurunan ekonomi Tiongkok. Peran ekonomi Tiongkok dalam perekonomian
berjalan, yang diprakirakan berada pada kisaran 2,5-3,0% dari PDB tahun 2020. Inflasi 2020
diprakirakan terkendali dalam sasaran 3,0±1% ditopang oleh inflasi inti yang terjaga dipengaruhi
terjangkarnya ekspektasi inflasi dan belum kuatnya permintaan yang akan menciptakan stabilnya

16
inflasi inti. Sementara itu, stabilitas sistem keuangan diprakirakan tetap kuat, meskipun
intermediasi perbankan kembali menghadapi tantangan akibat penurunan pertumbuhan ekonomi.
Bank Indonesia merevisi proyeksi pertumbuhan kredit dalam kisaran 6,0-8,0% pada 2020, dan
pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan diprakirakan mencapai 6,0-8,0%. Prospek
perekonomian global dan domestik pada 2020 sangat tergantung pada proses penanganan dan
pemulihan ekonomi pasca COVID-19. Risiko berlanjutnya penyebaran COVID-19 dalam jangka
waktu lebih lama dan wilayah yang lebih luas dapat menyebabkan pertumbuhan PDB dan
volume perdagangan dunia makin melambat. Hal tersebut dapat kembali menimbulkan koreksi
terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini karena semakin terhubungnya jalur
perdagangan dan sistem keuangan antarnegara saat ini, membuat dampak penurunan
pertumbuhan global dapat makin cepat tertransmisikan ke negaranegara lainnya.

Prospek Perekonomian 2020


Perekonomian Indonesia 2021 diprakirakan terus membaik didukung kemajuan penanganan
Covid-19 termasuk vaksinasi, pemulihan ekonomi global, serta stimulus dan penguatan
kebijakan. Perkembangan sejumlah indikator dini hingga akhir Desember 2020 mengonfirmasi
optimisme perbaikan ekonomi global, yang didukung peningkatan mobilitas dan stimulus
kebijakan di berbagai negara. Secara umum, kecepatan pemulihan ekonomi global akan
dipengaruhi oleh kemajuan penanganan Covid-19, terutama implementasi vaksinasi; peningkatan
mobilitas; besaran dan kecepatan stimulus kebijakan; kondisi sektor keuangan dan korporasi;
serta struktur perekonomian suatu negara. Di negara maju, pemulihan ditopang terutama oleh
ekonomi AS yang terus membaik sejalan dengan stimulus kebijakan yang berlanjut, meskipun
peningkatan kasus Covid-19 tetap menjadi perhatian. Di negara berkembang, ekonomi Tiongkok
diprakirakan pulih tercepat sebagai dampak dari stimulus fiskal yang besar dan penyebaran
Covid-19 yang berkurang, sedangkan perbaikan ekonomi negara berkembang lainnya belum
terlalu kuat. Perekonomian global pada 2021 diprakirakan tumbuh di kisaran 5%, meningkat
setelah terkontraksi sekitar 3,8% pada 2020. Perbaikan ekonomi dunia mendukung peningkatan
volume perdagangan dan harga komoditas. Ketidakpastian pasar keuangan global juga mereda
sehingga mendorong aliran modal kembali "Perekonomian Indonesia 2021 diprakirakan terus
membaik didukung kemajuan penanganan Covid-19 termasuk vaksinasi, pemulihan ekonomi
global, serta stimulus dan penguatan kebijakan" masuk ke negara berkembang dan menopang
penguatan mata uangnya. Perekonomian domestik yang mulai membaik pada semester II 2020

17
diprakirakan terus menguat pada 2021. Perkembangan sejumlah indikator dini hingga akhir
Desember 2020 mengonfirmasi arah pemulihan tersebut, seperti perbaikan Purchasing
Manager’s Index (PMI) manufaktur, dan keyakinan serta ekspektasi konsumen yang menguat
terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan kegiatan usaha. Prospek kecepatan
pemulihan akan banyak dipengaruhi vaksinasi dan disiplin masyarakat dalam penerapan protokol
Covid-19, yang menjadi prasyarat pemulihan ekonomi nasional tersebut. Selain itu, berbagai
kebijakan untuk medorong pemulihan ekonomi perlu dilakukan, yaitu (i) pembukaan sektor-
sektor produktif dan aman secara nasional maupun di masing-masing daerah, (ii) percepatan
realisasi fiskal, (iii) peningkatan kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran, (iv)
keberlanjutan stimulus moneter dan makroprudensial, serta (v) percepatan digitalisasi ekonomi
dan keuangan, khususnya terkait pengembangan UMKM, juga menjadi faktor yang
memengaruhi prospek pemulihan perekonomian domestik. Dengan berbagai faktor pendukung
tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 diperkirakan meningkat di kisaran 4,8-5,8%.

4.3 Proyeksi Perekonomian 2021


Perekonomian Indonesia baru kembali membaik pada 2021. Hal ini didukung oleh proyeksi
pertumbuhan ekonomi global 2021 yang kembali meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi
global pasca berakhirnya tekanan COVID-19. Prospek perbaikan ekonomi dunia pasca
berakhirnya COVID-19 mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 kembali meningkat
menjadi 5,2-5,6%. Stabilitas ekonomi juga terjaga sehingga inflasi diprakirakan tetap terkendali
dalam sasaran 3,0±1%. Prospek ini dipengaruhi oleh terjangkarnya ekspektasi inflasi,
terkelolanya permintaan, dan membaiknya kondisi eksternal sehingga inflasi inti diprakirakan
tetap terkendali. Prospek inflasi volatile food tetap terkendali didukung prospek inflasi pangan di
sebagian besar wilayah yang diprakirakan tetap terjaga. Prospek ini ditopang oleh penguatan
kerja sama antardaerah dalam menjaga ketersediaan pangan melalui Tim Pengendali Inflasi
Daerah (TPID), yang turut mendukung pencapaian sasaran inflasi secara nasional. Dalam jangka
menengah, perekonomian Indonesia diprakirakan terus menguat sejalan dengan perbaikan
perekonomian global dan peningkatan produktivitas. Pemulihan ekonomi global yang
mendorong aktivitas perdagangan dunia dan harga komoditas global akan memberikan peluang
bagi Indonesia untuk meningkatkan kinerja sektor eksternal. Selain itu, produktivitas Indonesia

18
juga diprakirakan meningkat sejalan dengan dampak positif reformasi struktural yang telah
ditempuh dan pemanfaatan bonus demografi. Bank Indonesia memparkirakan dalam jangka
menengah, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 5,5-6,1% dengan inflasi yang
terjaga di kisaran sasarannya serta defisit transaksi berjalan yang berada pada kisaran 2,2-2,7%
dari PDB hingga 2024. NPI dalam jangka menengah tetap baik, didukung oleh terjaganya defisit
transaksi berjalan dan meningkatnya aliran modal asing. Inflasi dalam jangka menengah yang
terkendali dalam lintasan menurun dipengaruhi dengan produktivitas dan kapasitas
perekonomian yang terus meningkat. Prakiraan inflasi yang terkendali juga disertai disparitas
inflasi antarwilayah dan antarwaktu yang mengecil. Secara keseluruhan, dengan lintasan prospek
tersebut, Indonesia diprakirakan mampu menjadi negara maju berpendapatan tinggi pada 2045.

Prospek Perekonomian 2021

Prospek dunia yang membaik dan berbagai perbaikan kondisi domestik mendorong pertumbuhan
ekonomi domestik terus membaik pada tahun 2021. Perkembangan berbagai indikator dini
hingga akhir Desember 2020 yang terus meningkat mengonfirmasi perbaikan ekonomi domestik
yang berlanjut. Mobilitas masyarakat di beberapa daerah terus menunjukkan perbaikan di tengah
pembatasan kegiatan masyarakat yang masih diberlakukan di sejumlah wilayah untuk memitigasi
kenaikan kembali kasus positif Covid-19. Perbaikan kinerja PMI Manufaktur yang terjadi pada
semester II diprakirakan akan terus berlanjut sejalan dengan aktivitas produksi di beberapa sektor
yang mulai membaik. Keyakinan dan ekspektasi konsumen terhadap penghasilan, ketersediaan
lapangan kerja, dan kegiatan usaha ke depan juga terindikasi terus menguat. Perbaikan
ekspektasi ini sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang membaik dan rencana
implementasi vaksinasi oleh Pemerintah yang akan dimulai pada awal 2021. Dengan optimisme
tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan meningkat pada kisaran 4,8-5,8% pada
2021. Kecepatan prospek pemulihan ekonomi Indonesia 2021 dan ke depan secara umum
dipengaruhi pemenuhan satu prasyarat dan efektivitas 5 kebijakan. Prasyarat utama kecepatan
pemulihan akan terkait dengan vaksinasi dan disiplin masyarakat dalam penerapan protokol
Covid-19. Kedua aspek ini sangat penting menjadi perhatian karena akan memengaruhi mobilitas
manusia serta barang dan jasa. Semakin tinggi mobilitas tanpa dibarengi dengan peningkatan
kasus penyebaran, maka akan semakin cepat pemulihan ekonomi akan terjadi. Selain itu, prospek
perekonomian domestik yang membaik juga dipengaruhi oleh lima langkah kebijakan yang

19
saling menguatkan. Kelima kebijakan tersebut ialah (i) pembukaan sektor-sektor produktif dan
aman secara nasional maupun di masing-masing daerah, (ii) percepatan realisasi fiskal, (iii)
peningkatan kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran, (iv) keberlanjutan stimulus
moneter dan makroprudensial, serta (v) percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan,
khususnya terkait pengembangan UMKM. Vaksinasi dan disiplin protokol Covid-19 akan
menentukan kecepatan pemulihan ekonomi domestik. Episentrum krisis yang bersumber dari
pandemi, memerlukan keberhasilan penanganan kesehatan sebagai prasyarat sehingga mobilitas
masyarakat dapat kembali berangsur normal, aktivitas perekonomian dan kondisi dunia usaha
membaik, dampak rambatan ke sektor keuangan dan moneter dapat diatasi. Ketersediaan vaksin
dan proses vaksinasi yang direncanakan Pemerintah akan dimulai pada awal 2021 diharapkan
dapat mendukung upaya membangun optimisme pemulihan ekonomi nasional. Proses vaksinasi
ke sebagian besar penduduk Indonesia akan memerlukan waktu sehingga penerapan protokol
Covid-19 tetap harus dijalankan untuk mencegah peningkatan kembali kasus positif Covid-19 di
berbagai daerah. Kombinasi kedua inisiatif ini akan memungkinkan keberlanjutan kemajuan
pemulihan ekonomi dalam era kenormalan baru. Dalam kaitan dengan kebijakan pembukaan
sektorsektor ekonomi maka hal ini akan berkaitan dengan upaya meningkatkan nilai tambah
perekonomian, namun tetap aman dan sehat terhadap pandemi Covid-19. Pembukaan sektor-
sektor ekonomi tersebut berdasarkan pada kontribusinya pertumbuhan ekonomi (PDB) dan/atau
ekspor yang tertinggi dengan mempertimbangkan risiko penularan Covid-19 berdasarkan
tingkatannya masing-masing. Hasil pemetaan mengindikasikan terdapat 52 (lima puluh dua)
sektor yang sesuai dengan tingkat produktif dan aman terhadap Covid-19. maupun ekspor, yakni
industri makanan dan minuman; industri kimia; farmasi dan obat tradisional; kehutanan dan
penebangan kayu; tanaman hortikultura; tanaman perkebunan, serta pertambangan bijih logam.
Sektor yang berada pada prioritas kedua terdiri atas 15 (lima belas) sektor ekonomi yang aman
dan memberikan kontribusi besar terhadap PDB atau ekspor, sebagaimana terlihat pada Gambar
4.1. Secara keseluruhan kedua prioritas tersebut menyumbang sekitar 38% dari PDB nasional.
Dengan demikian, pembukaan sektor produktif dan aman dapat difokuskan pada perusahaan-
perusahaan yang termasuk dalam kedua prioritas tersebut, baik dengan memastikan berjalannya
protokol Covid-19 maupun dengan sejumlah kebijakan insentif dari kementerian teknis dan
insentif fiskal untuk dunia usaha. Sinergi kebijakan untuk mendorong kredit perbankan dari sisi
permintaan dan penawaran juga perlu terus dilakukan, khususnya pada sektorsektor produktif

20
dan aman. Seperti dikemukakan pada bagian sebelumnya, pertumbuhan kredit perbankan pada
tahun 2021 diprakirakan membaik sejalan dengan kondisi korporasi yang membaik. Secara
umum, prospek pertumbuhan ekonomi yang meningkat pada 2021 ditopang oleh perbaikan
seluruh komponen PDB baik berdasarkan pengeluaran maupun Lapangan Usaha (LU). sisi
pengeluaran, kinerja ekspor diprakirakan terus membaik sejalan peningkatan permintaan global,
terutama dari AS dan Tiongkok, serta kenaikan harga komoditas. Kinerja seluruh komponen
permintaan domestik juga diprakirakan membaik. Konsumsi pemerintah terus menguat didorong
oleh stimulus fiskal yang berlanjut untuk akselerasi pemulihan ekonomi. Konsumsi swasta
diprakirakan meningkat sejalan dengan kenaikan upah minimum dan pendapatan ekspor, serta
peningkatan ekspektasi konsumen. Kinerja investasi juga akan membaik didorong perbaikan
ekspor dan pembangunan infrastruktur pada Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berlanjut.
Selain itu, perbaikan iklim berusaha sebagai dampak positif implementasi UU Cipta Kerja, juga
akan menopang perbaikan investasi. Secara lebih rinci untuk PDB sisi pengeluaran, kinerja
ekspor diprakirakan meningkat dan mendukung berlanjutnya pemulihan ekonomi pada 2021.
Perbaikan perekonomian global yang diprakirakan berlanjut, baik di negara maju maupun negara
berkembang, mendorong perbaikan ekspor, sehingga menopang pemulihan ekonomi nasional.
Volume perdagangan dunia dan harga komoditas global yang diprakirakan meningkat turut
mendukung peningkatan permintaan atas produk ekspor Indonesia. global sebagaimana
tercermin pada kenaikan PMI global yang akan meningkatkan permintaan produk ekspor
Indonesia (Grafik 4.4). Optimisme peningkatan ekspor tersebut sejalan dengan karakteristik
komoditas ekspor Indonesia yang memiliki hubungan positif dengan permintaan eksternal.
Perbaikan ekspor diprakirakan akan bertumpu pada komoditas pertambangan batu bara dan
tembaga serta produk manufaktur seperti besi baja, produk kertas, pulp, makanan dan minuman,
kimia, TPT, dan otomotif. Secara khusus, prospek ekspor Indonesia didukung oleh pemulihan
aktivitas ekonomi di negara tujuan ekspor utama, antara lain Tiongkok.

4.4 Proyeksi Perekonomian 2022


Kuat di Tengah Moderasi Pertumbuhan Ekonomi Global

Menurut Laporan World Economic Outlook (WEO) International Monetary Fund (IMF) edisi
Januari 2022 menunjukkan bahwa setelah mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,9% di 2021,

21
perekonomian global diprediksi mengalami moderasi ke level 4,4% di 2022 atau turun -0,5
percentage points dibandingkan WEO Oktober 2021 dan 3,8% di 2023. Beberapa faktor yang
menjadi penyebab antara lain kemunculan varian Omicron, kenaikan harga energi dan disrupsi
suplai yang mendorong lonjakan inflasi, serta adanya kebijakan pengetatan regulasi pada sektor
perumahan di Tiongkok.

Moderasi terjadi secara luas pada ekonomi negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS)
Tiongkok, serta Eropa. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan turun dari 5,6% di 2021, menuju
4,0% di 2022, dan 2,6% di 2023. Dalam periode yang sama, proyeksi pertumbuhan Tiongkok
adalah 8,1%, 4,8% dan 5,2%, sedangkan di Eropa sebesar 5,2%, 3,9%, dan 2,5%. Arah
normalisasi kebijakan moneter serta berlanjutnya disrupsi suplai diperkirakan menjadi
kontributor utama melambatnya pertumbuhan ekonomi AS. Perlambatan yang terjadi pada
perekonomian Tiongkok diperkirakan merupakan dampak adanya disrupsi pada sektor
perumahan serta kebijakan zero Covid-19 yang mempengaruhi mobilitas. Di Eropa,
perkembangan Covid-19 dan gangguan suplai juga berpotensi mempengaruhi perekonomian ke
depan di wilayah tersebut.

Proyeksi pertumbuhan negara-negara ekonomi baru (emerging markets) utama beragam di 2021
hingga 2023. India diproyeksikan tumbuh tinggi sebesar 9,0% di 2021 dan 9,0% di 2022, dan
kemudian mengalami moderasi menjadi 7,1% di 2023. Prospek perekonomian India diperkirakan
membaik seiring pertumbuhan kredit yang diperkirakan akan berpengaruh positif pada tingkat
investasi dan konsumsi. Sedangkan di Kawasan ASEAN-5, pertumbuhan ekonomi diperkirakan
justru berada dalam tren meningkat. Dalam periode 2021-2023, Indonesia diramalkan akan
bertumbuh kuat sebesar 3,3%, 5,6%, dan 6,0%, sedangkan Malaysia 3,5%, 5,7%, dan 5,7%.
Dalam periode yang sama, pertumbuhan PDB Thailand akan berada pada 1,3%, 4,1%, 4,7%,
sedangkan Filipina 4,6%, 6,3%, dan 4,9%. Untuk tahun 2021, Kementerian Keuangan lebih
optimis dalam memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kisaran 3,5%-4%,
dengan mempertimbangkan kondisi terkini dari pergerakan mobilitas dan indikator-indikator di
sisi konsumsi dan produksi yang terus menunjukkan penguatan. Outlook pertumbuhan PDB
Indonesia pada Triwulan IV/2021 berada pada angka yang lebih optimis yaitu 5,1%, sesuai
dengan kondisi terkini yang menunjukkan pemulihan yang kuat. Perekonomian Indonesia yang
kuat bertumbuh terlihat di Tahun 2022 dan berlanjut ke 2023 adalah bukti bahwa penanganan

22
pandemi berbuah signifikan pada relatif cepatnya pemulihan ekonomi Indonesia. Kebijakan
penanganan pandemi dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang efektif di 2021 dan
diperkuat dengan fokus penciptaan tenaga kerja selain kesehatan dan perlindungan masyarakat di
2022 tentunya menjadi faktor penting. Momentum pemulihan ke depan dengan tetap waspada
terhadap berbagai risiko.

Beberapa risiko yang perlu diwaspadai ke depan antara lain potensi kemunculan varian baru
Covid-19, isu disrupsi suplai dan volatilitas harga energi yang memberi ketidakpastian pada
tingkat inflasi, risiko pada stabilitas keuangan emerging markets. Selain itu, normalisasi
kebijakan moneter negara maju dengan menaikkan suku bunga, tensi geopolitik yang masih
tinggi, dan isu perubahan iklim juga menjadi risiko-risiko yang perlu diwaspadai ke depan.

Dalam laporan WEO Januari 2022 tersebut, IMF juga memberikan beberapa rekomendasi
penguatan kerangka kebijakan yang komprehensif untuk negara-negara, yaitu memperkuat
kebijakan di sektor kesehatan, termasuk pemerataan vaksin, perubahan kebijakan moneter yang
harus didukung dengan komunikasi yang efektif, memperkuat posisi dan kesinambungan fiskal,
memperkuat kerja sama internasional, dan melanjutkan reformasi struktural dan kebijakan
perubahan iklim.

23
BAB V

KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kondisi perekonomian dalam 3 perodisasi situasi jelas memiliki tantangan dan potensi yang
berbeda. Tentu dari sini kebijakan yang diambil juga disesuaikan dengan urgensi kebutuhan agar
perekonomian tetap tumbuh secara positif. Diakhir tahun 2019, Dunia mengalami pandemi yang
juga dialami Indonesia artinya secara taktis harus dilaksanakan upaya pencegahan penyebaran
covid-19 dan dalam waktu yang sama harus memastikan perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat terletak pada tempatnya. Lain halnya dengan 2020 dimana kondisi perekonomian
sepanjang tahun harus mengalokasikan dana untuk focus pada pencegahan dan penanganan
covid-19. Di tahun 2021 kondisi perekonomian cenderung mengalami tren positif sebab
pelonggaran kebijakan dan aktivitas perekonomian sudah berangsur-angsur kembali pulih. Pun
di tahun 2022, diproyeksikan pertumbuhan ekonomi di angka yang baik mengingat Indonesia
terhitung sukses mencegah dan melakukan pemulihan ekonomi dan pada Mei 2022 Presiden RI
membebaskan masyarakat tidak menggunakan masker saat berkegiatan di ruang terbuka.
Perekonomian adalah sesuatu yang dinamis dan terus bergerak. Kondisinya terus berubah
disesuaikan dengan kondisi dan sistematika pasar secara umum.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincoln. 1999. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. STIE YKPN Yogyakarta.

Bank Indonesia. (2020, Februari 5). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2019 Tetap Berdaya
Tahan.

Retrieved from https://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaranpers/Pages/SP_220820.aspx

Bank Indonesia. (2020, November 27). LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN

2019. Retrieved from https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Pages/LPI_2019.aspx

Bank Indonesia. (2022, Januari 26). LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN

2021. Retrieved from https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Pages/LPI_2021.aspx

Bank Indonesia. (2022, Januari 26). LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN


2020.

Retrieved from https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Pages/LPI_2020.aspx

Boediono. 2009. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE UGM

Deliarnov, 1995. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : III Press.

Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi, Jakarta : Erlangga.

Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi: Teori Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Pustaka.

25

Anda mungkin juga menyukai