Anda di halaman 1dari 32

Assalaamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat zat yang Maha Agung Allah SWT, karena atas rahmat dan
bimbingan-Nya sehingga Penyusunan “Proposal Sarana Produksi dan Alsintan” ini dapat terselesaikan.

Dalam pembangunan dan pengembangan pertanian perlu dilakukan melalui perencanaan yang
matang, strategis operasional, terpadu dan berkelanjutan. Untuk mendukung hal tersebut perlu adanya
penyediaan sarana produksi serta alat dan mesin pertanian yang memadai untuk mencapai sasaran dan
tujuan pembangunan pertanian yang diharapkan. Bukanlah suatu yang berlebihan bila dikatakan
dukungan sarana produksi serta alat dan mesin pertanian yang cukup dan memadai senantiasa
diperlukan pada setiap tahap pembangunan pertanian.

Dalam proposal ini disajikan data dan informasi serta gambaran yang lengkap tentang
pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian di Kota Bima dan permasalahan yang dihadapi dalam
pelaksanan kegiatan, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pengambilan kebijakan untuk perencanaan
kegiatan pada tahun berjalan dan tahun berikutnya serta sebagai sebagai salah satu bentuk pertanggung
jawaban Dinas Pertanian Kota Bima dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.

Kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
memberikan data dan informasi yang mendukung dalam penyusunan proposal ini. Disadari sepenuhnya
bahwa dalam penyusunan proposal ini masih terdapat kekurangan dan kekeliruan, sehingga diharapkan
saran kritik yang membangun demi kesempurnaan proposal ini.

Akhirnya, kami berharap semoga ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalaamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Raba-Bima, Desember 2022

Kepala Dinas,

SULISTIYANTO, S.Pt
NIP. 196503021986031024

i
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................... 1
1.2 TUJUAN ......................................................................................................... 2
1.3. SASARAN ...................................................................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH ............................................................................. 4
2.1. KARAKTERISTIK BIOFISIK ........................................................................... 8
2.2. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN ............................................................. 4
2.3. RENCANA POLA RUANG .............................................................................. 5
2.4. POTENSI EKONOMI SEKTOR PERTANIAN KOTA BIMA .............................. 7
2.5. POTENSI WILAYAH ....................................................................................... 8
2.6. POTENSI SEKTOR PERTANIAN ................................................................... 9
2.7. POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN BERBASIS KAWASAN ............... 15
2.8. POTENSI INVESTASI BERBASIS KOMODITI ................................................ 16
BAB II PENUTUP .............................................................................................................. 24
PENUTUP .............................................................................................................. 24

LAMPIRAN
DAFTAR USULAN SARANA PRODUKSI DAN ALSINTAN (APBN) ......................................... 72

ii
1.1. LATAR BELAKANG
Suatu wilayah selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika
masyarakat dan berbagai kegiatan yang ada, baik itu direncanakan ataupun tidak direncanakan.
Perkembangan wilayah ini tidak akan sama antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Wilayah
yang mempunyai potensi besar cenderung berkembang dengan cepat, sementara wilayah yang
potensinya kurang perkembangannya relatif lambat. Perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah
ditandai tingginya intensitas kegiatan, penggunaan tanah yang intensif dan tingginya mobilisasi
penduduk sehingga menyebabkan kebutuhan tanah untuk pengembangan fisik semakin meningkat.
Fenomena tersebut juga terjadi pada wilayah Kota Bima baik sebagai wilayah perkotaan
maupun wilayah kecamatan sebagai wilayah parsial. Perkembangan pada kota-kota besar
cenderung melampaui daya dukung lahan, sehingga membutuhkan eksploitasi sumber daya
potensial yang mampu memberikan pelayanan serta mengimbangi kebutuhan masyarakat lokal dan
menciptakan daya saing yang berskala regional.
Pemanfaatan sumber daya, baik itu sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM)
dan sumber daya buatan (SDB) sangat diperlukan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dari 3 (tiga) aspek pokok pembangunan tersebut memiliki hubungan keterkaitan yang saling
mempengaruhi secara kualitas maupun kuantitas. Sehingga dibutuhkan peran aktif dari stakeholder
yaitu pemerintah, masyarakat dan swasta (pemodal) sebagai motor pembagunan wilayah yang
berlandaskan pada pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Berbagai pola penyempurnaan dan perbaikan tetap diselaraskan dengan semangat
desentralisasi yang mendasarkan kepada penggalian potensi wilayah, sehingga dapat dicapai
kemandirian pembangunan daerah yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, terutama
pada bidang Pembangunan Ekonomi Daerah.
Pembangunan pertanian merupakan cara untuk melakukan perubahan dengan inovasi dan
teknologi sesuai dengan potensi agroekosistem wilayah untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan hidup petani. Pembangunan pertanian yang lebih menekankan pada pertumbuhan
ekonomi akan menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan. Untuk menjaga keberlanjutan pembangunan pertanian masa mendatang diperlukan
reorientasi paradigma pembangunan baik dari segi arah, strategi maupun kebijakan. Pembangunan
pertanian berkelanjutan dapat menjadi solusi alternatif bagi peningkatan kesejahteraan rakyat tanpa
mengabaikan kelestarian sumber daya alam. Pembangunan pertanian berkelanjutan akan makin
optimal jika disinergikan dengan pengembangan wilayah dan kesiapan kelembagaan pertanian.

Hal 1 dari 25
Pemerintah Kota Bima telah melakukan berbagai program dan kegiatan
pengembangan sektor pertanian guna meningkatkan kesejahteraan petani Kota Bima yang
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2018-2023.
Program pembangunan pertanian di Kota Bima dilaksanakan melalui berbagai macam kegiatan
pemberdayaan masyarakat tani dan pelaku usaha dibidang pertanian.
Disisi lain, masih terdapat berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan pertanian di Kota Bima. Secara garis besar berbagai kendala tersebut dapat
dikelompokkan menjadi 2, yaitu kendala teknis dan non teknis. Kendala teknis berkaitan dengan
keterbatasan lahan, serangan hama, ketersediaan sarana produksi dan alsintan, perubahan cuaca
dan minimnya pengetahuan petani tentang teknik budidaya yang baik. Kendala teknis ini
berimplikasi pada kesulitan di lapangan serta kuantitas dan kualitas hasil panen yang tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Sementara kendala non teknis terkait erat dengan kurangnya antusiasme
angkatan muda untuk berusaha dan bekerja disektor pertanian.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peran Dinas Pertanian sebagai leading sector
sangatlah penting terutama peran tenaga penyuluh pertanian yang bersentuhan langsung dengan
para pelaku usaha tani sekaligus sebagai ujung tombak pembangunan pertanian untuk
menginformasikan kemajuan teknologi dan pola-pola usaha tani yang berdaya saing. Kinerja
penyuluh pertanian yang baik merupakan dambaan setiap stakeholder pertanian. Keadaan petani
saat ini yang masih banyak terbelenggu pada kemiskinan merupakan ciri bahwa penyuluhan
pertanian masih perlu untuk terus meningkatkan perannya dalam rangka membantu petani
memecahkan masalah mereka terutama dalam aspek usaha tani mereka secara menyeluruh. Hal ini
sejalan dengan definisi penyuluhan pertanian itu sendiri sebagai suatu pendidikan nonformal bagi
petani dan keluarganya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan titik fokus
pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Oleh karena itu, dalam rangka percepatan pembangunan pertanian kota Bima dalam segala
aspek perlu didukung oleh ketersediaan sarana produksi serta alat dan mesin pertanian yang cukup
dan memadai serta sesuai kebutuhan. Untuk terpenuhinya sarana produksi serta alat dan mesin
pertanian guna mendukung program peningkatan perekonomian, peningkatan pendapatan,
perluasan kesempatan kerja dan peningkatan ketahanan pangan diperlukan perhatian dan dukungan
semua pihak dalam penyediaannya. Sehubungan dengan hal ini, maka Dinas Pertanian Kota Bima
mengajukan Proposal Sarana Produksi dan Alsintan (Alat dan Mesin Pertanian) kepada
Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

1.2. TUJUAN
Tujuan pengajuan Proposal Sarana Produksi dan Alsintan (Alat dan Mesin Pertanian) oleh
Dinas Pertanian Kota Bima adalah:

Hal 2 dari 25
1. Peningkatan pemanfaatan alat dan mesin pertanian dalam upaya meningkatkan kinerja dan
keragaan alat dan mesin pertanian di Kota Bima;
2. Peningkatan Indeks Pertanaman (IP) baik pada lahan sawah maupun lahan tegalan;
3. Optimalisasi mekanisasi pertanian dalam meningkatkan efisiensi biaya produksi;
4. Peningkatan pemanfaatan alat dan mesin pertanian dalam upaya mengurangi kehilangan
hasil panen dan pasca panen;
5. Peningkatan pemanfaatan alat dan mesin pertanian dalam meningkatkan fungsi layanan
irigasi;
6. Peningkatan produksi dan produktivitas melalui penambahan luas areal tanam dan
pemanfaatan benih yang berkualitas;

1.3. SASARAN
Sasaran yang ingin diharapkan dari pengajuan proposal ini adalah:
1. Meningkatnya efisiensi biaya/ongkos produksi pertanian;
2. Meningkatnya pemenuhan sarana irigasi pertanian;
3. Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman melalui penambahan Indeks Pertanaman
(IP);
4. Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman melalui peningkatan luas tanam dan
pemanfaatan benih berkualitas;
5. Meningkatnya pemanfaatan alat dan mesin pertanian dalam upaya peningkatan mutu hasil
pertanian.

Hal 3 dari 25
2.1. KARAKTERISTIK BIOFISIK
Secara geografis Kota Bima terletak di Pulau Sumbawa bagian Timur pada posisi 1180 41’
00” - 1180 48’ 00” Bujur Timur dan 80 30’ 00” - 80 20’ 00” Lintang Selatan dengan batas - batas
wilayah :
▪ Sebelah Utara : Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima
▪ Sebelah Timur : Kecamatan Wawo Kabupaten Bima
▪ Sebelah Selatan : Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima
▪ Sebelah Barat : Teluk Bima

Luas Wilayah Kota Bima 222,25 Km2, dengan perincian 37,18 persen Hutan Negara, 10,76
persen Hutan Rakyat. Luas lahan yang dipergunakan untuk pertanian yaitu sebesar 40,42 persen,
yakni 6,88 persen sawah, 27,70 persen tegal/kebun, 5,84 persen ladang/huma sedangkan untuk
lahan dan pekarangan mencapai 4,19 persen. Lainya merupakan lahan tambak, kolam, perkebunan
dan lain-lain. Kota Bima terbagi dalam 5 kecamatan dan 38 kelurahan sebagaimana yang dijelaskan
pada Tabel 2.1. berikut ini.
Tabel 2.1
Wilayah Administrasi Kota Bima

No. Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Jumlah Kelurahan


1.Rasanae Barat 10,14 6
2.Mpunda 15,28 10
3.Rasanae Timur 64,07 8
4.Raba 63,73 11
5.Asakota 69,03 6
Jumlah 222,25 41
Sumber Data : Kota Bima Dalam Angka 2022

2.2. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN


2.2.1. Rencana Strategis Pembangunan Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah merupakan produk rencana
strategis yang memuat visi dan misi pembangunan daerah Kota Bima yang ingin dicapai dalam
jangka panjang (20 tahun) dan menengah (5 tahun). Pada dasarnya RPJPD dan RPJMD merupakan
hasil dari proses perencanaan pembangunan yang disusun oleh Pemerintah Kota Bima (eksekutif)
dan melibatkan unsur masyarakat, swasta, perguruan tinggi dan DPRD (legislatif) serta stakeholder
(pemangku kepentingan) lainnya, dalam rangka menuju pembangunan Kota Bima yang
berkelanjutan.

Hal 4 dari 25
2.2.2. Rencana Tata Ruang Wilayah

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bima tahun 2011-2031 disusun pada tahun 2011 telah
ditetapkan sebagai peraturan daerah (PERDA) Kota Bima nomor 4 tahun 2012. Pembahasan dalam
RTRW tersebut akan dibagi dalam beberapa bagian, dimana pada masing-masing bagian tersebut
akan langsung difokuskan pada kebijakan dan rencana dalam dokumen RTRW yang terkait dengan
pembangunan pertanian di Kota Bima.

Perencanaan tata ruang yang komprehensif untuk pengembangan dan pembangunan sektor
strategis diperlukan dalam pencapaian hasil pembangunan yang optimal di Kota Bima. Tujuan
perencanaan ruang pada kawasan sektor strategis adalah memadukan penggunaan ruang secara
fungsional antar berbagai sektor untuk mendorong sektor strategis agar tercapai pertumbuhan
wilayah yang seimbang. Perencanaan Pengembangan Kawasan Sentra Produksi (P-KSP)
merupakan salah satu bentuk perencanaan ruang untuk sektor strategis yang diharapkan dapat
mendorong percepatan peningkatan nilai tambah yang diikuti peningkatan produksi pada sentra-
sentra produksi dari sektor pertanian yang didukung oleh sarana dan prasarana yang relevan.

Konsep kawasan dalam Kawasan Sentra Produksi (KSP) dapat berdiri diri dan ataupun
menyatu dalam satu kawasan lebih luas (beberapa bagian wilayah kecamatan), tergantung dari
potensi sentra produksi (fungsi kawasan) serta faktor jarak geografis dan faktor jarak aksesibilitas.
Faktor jarak aksesibilitas sangat berperan didalam menentukan orientasi suatu kawasan, terutama
kawasan potensial yang jauh dari pusat pengembangannya. Sehingga penentuan kawasan sentra
produksi tidak lagi dipengaruhi oleh batas administratif. Oleh karena itu untuk mempercepat
pertumbuhan dan perkembangan, dilakukan penyusunan rencana pengembangan Kawasan Sentra
Produksi guna pengembangan komoditas unggulan/utama sektor pertanian. Ini dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Bima serta pemerataan pembangunan ekonomi
wilayah. Dalam jangka pendek upaya ini diharapkan dapat mendorong pemanfaatan sumber daya
pertanian dalam arti luas dan pengembangan infrastruktur penunjangnya secara optimal.

2.3. RENCANA POLA RUANG (KAWASAN PERUNTUKAN WILAYAH)


Didalam rencana pola ruang Kota Bima, dijelaskan lebih terperinci mengenai kawasan
peruntukan pertanian di Kota Bima yang meliputi kawasan : lahan basah; tadah hujan; dan
holtikultura (kebun campur), dan kawasan perikanan serta peternakan yang lokasinya menyebar di
seluruh kecamatan yang ada di Kota Bima.

Adapun strategi pengembangan pola ruang termasuk diantaranya strategi pengembangan


kawasan budidaya untuk kawasan pertanian dalam rangka mewujudkan kebijakan tersebut diatas
adalah :

Hal 5 dari 25
a. Strategi Pengembangan Kawasan Pertanian terdiri atas :
1. Meminimalisir konversi lahan pertanian irigasi teknis menjadi lahan terbangun dan/atau
aktivitas budidaya non pertanian;
2. Mengembangkan lahan pertanian menjadi lahan pertanian hortikultura, taman kota,
dan/atau hutan kota pada kawasan pertanian yang tidak memiliki dukungan prasarana
irigasi memadai untuk mempertahankan fungsi kawasan sebagai ruang terbuka hijau;
3. Mengembangkan sarana prasarana irigasi pertanian;
4. Mengembangkan produk pertanian unggulan yang berorientasi agroindustry.

b. Strategi Pengembangan Kawasan Perkebunan terdiri atas:


1. Meminimumkan luas lahan tidur dan terlantar dengan memperhatikan kaidah-kaidah
lingkungan hidup.
2. Peningkatan produksi dan produktivitas, nilai tambah dan daya saing produk perkebunan
3. Mengembangkan kelembagaan kelompok tani kearah kelembagaan ekonomi/koperasi,
melalui upaya penguatan modal, kewirausahaan, membuka akses pasar, kemitraan, serta
pemberdayaan asosiasi petani.
4. Pengembangan sarana dan prasarana pada sentra produksi perkebunan rakyat melalui
pengembangan sarana produksi (pupuk dan pestisida), alat dan mesin perkebunan dan
pengembangan jalan usaha tani di sentra perkebunan rakyat.

c. Strategi Pengembangan Kawasan Peternakan terdiri atas:


1. Melakukan pemberdayaan masyarakat petani ternak pada lahan terlantar, dan lahan
berpotensi untuk produktivitas peternakan, dengan mengembangkan sumber air alternatif
skala kecil di lahan kering untuk komoditas peternakan dan hijauan makan ternak HTM.
2. Mendorong rasionalisasi manajemen usaha tani dengan mempertimbangkan peningkatan
potensi kemandirian manajemen petani, diversifikasi usaha tani, dan percepatan adaptasi
teknologi baru
3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan hewan dan koordinasi dalam pengendalian dan
pemberantasan penyakit hewan menular serta jaminan mutu komoditas hewan dan obat
hewan.
4. Meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit hewan menular melalui
pengawasan lalu lintas hewan dan peredaran obat‐obatan dan vaksin, pengamatan
penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular dan pelayanan
kesehatan ternak melalui pemberdayaan Pos Kesehatan Hewan (Pos Keswan).

Hal 6 dari 25
Gambar 2.1
Wilayah Administrasi Kota Bima

2.4. POTENSI EKONOMI SEKTOR PERTANIAN KOTA BIMA


Penduduk Kota Bima pada Tahun 2021 berjumlah lebih kurang 156.224 jiwa yang tersebar di
5 wilayah kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk yang tidak merata, tingkat kepadatan
penduduk rata-rata yaitu 702,92 jiwa/km2 (Kota Bima dalam Angka 2022). Wilayah kecamatan
terpadat adalah Kecamatan Rasanae Barat dengan kepadatan mencapai 3.022,49 jiwa/km2 dan
kepadatan terkecil adalah Kecamatan Rasanae Timur dengan kepadatan mencapai 291,96 jiwa/km2.
Kualitas sumber daya manusia relatif baik dengan jumlah tamatan pendidikan dasar, menengah, dan
pendidikan tinggi yang cukup banyak.

Hal 7 dari 25
Mengingat peran penduduk yang begitu strategis, maka dimasa-masa mendatang aspek
kependudukan perlu mendapat perhatian serius. Karena perkembangan/perubahan dalam tiap-tiap
komponen kependudukan (fertilitas, mortalitas dan migrasi) terjadi begitu dinamis. Sedangkan,
perbaikan kondisi kependudukan memerlukan waktu yang tidak sebentar dan harus disertai dengan
upaya serius dari pemerintah dan peran serta aktif masyarakat dalam mengimplementasikan
berbegai program pengendalian, program kesehatan dan program pembangunan di bidang ekonomi,
sosial, budaya secara keseluruhan.

Tabel 2.2.
Jumlah Penduduk yang Bekerja di Sektor Pertanian Dirinci per Kecamatan
di Kota Bima Tahun 2021
Kecamatan
No Pekerjaan Rasanae Rasanae Jumlah
Mpunda Raba Asakota
Barat Timur
1 Petani/Pekebun 195 926 2.311 2.295 1.340 7067
2 Peternak 6 6 9 6 7 34
3 Buruh Tani/Perkebunan 43 171 251 633 247 1345
4 Buruh Peternakan 3 1 2 - 10 16
Jumlah 247 1.104 2.573 2.934 1.604 8.462
Sumber : Kota Bima Dalam Angka 2022

2.5. POTENSI WILAYAH


Wilayah Kota Bima terbagi menjadi beberapa wilayah pembangunan yang masing-masing
mempunyai karakteristik dan potensi wilayah yang berbeda, baik potensi sumber daya manusia,
sumber daya alam, serta infrastruktur fisik dan kelembagaan penunjang pembangunan. Potensi
sumber daya wilayah ini tampaknya masih belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan secara optimal, terutama karena terbatasnya modal dan teknologi. Beberapa kendala
yang dihadapi antara lain karena masih terbatasnnya informasi teknologi dan informasi pasar yang
diperlukan untuk mengembangkan wilayah tersebut, serta lemahnya akses masyarakat terhadap
peluang-peluang bisnis yang ada.

Adapun wilayah pengembangan di Kota Bima adalah sebagai berikut :


1. Wilayah Kecamatan Asakota;
2. Wilayah Kecamatan Rasanae Barat;
3. Wilayah Kecamatan Rasanae Timur;
4. Wilayah Kecamatan Mpunda; dan
5. Wilayah Kecamatan Raba.

Dengan adanya pemerataan pembangunan yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Kota
Bima maka wilayah yang menjadi prioritas pembangunan adalah Wilayah Asakota, Rasanae Barat
dan Wilayah Rasanae Timur. Diharapkan kedepan semua wilayah yang berada di Kota Bima dapat
dikembangkan agar pembangunan yang berkelanjutan dapat direalisasikan dengan efisien, efektif
dan sesuai dengan yang telah direncanakan.

Hal 8 dari 25
Menyadari arti pentingnya pembangunan pertanian dalam arti luas pemerintah pusat
mencanangkan program yang dikenal dengan revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan.
Program ini melihat kembali peran sektor pertanian sebagai sektor andalan dalam pembangunan
ekonomi, serta menekankan kembali arti pentingnya sektor pertanian dalam rangka ketahanan
pangan, mengurangi kemiskinan dan pengangguran serta meningkatkan daya saing ekonomi
daerah. Selain itu sektor pertanian merupakan sektor basis/dasar untuk kemajuan ekonomi wilayah,
karena mampu menyediakan komoditas-komoditas yang dapat diolah menjadi barang/produk yang
bernilai ekonomi lebih tinggi, sebagai salah satu sektor yang memberikan kontribusi ke dua setelah
sektor sekunder pada PDRB kota Bima. Dan Pemerintah Daerah dapat menindaklanjuti program
tersebut dengan melihat potensi yang ada.

2.6. POTENSI SEKTOR PERTANIAN


Untuk mendukung produksi beras nasional, Dinas Pertanian Kota Bima terus berupaya
meningkatkan luas areal pertanaman padi guna meningkatkan produksi dan produktifitas, disamping
itu juga dilakukan pengembangan sarana dan prasarana pertanian untuk meningkatkan produksi
dan meningkatkan nilai kompetitif produk-produk pertanian yang dihasilkan di Kota Bima.

2.6.1. Penggunaan Lahan


Luas lahan sawah di Kota Bima adalah seluas 1.528,50 Ha (6,88%) selebihnya merupakan
lahan kering yaitu seluas 20.696,50 Ha (93,12%). Lahan kering terdiri atas pekarangan, tegal/kebun,
ladang/huma, padang rumput penggembalaan, lahan sementara tidak diusahakan, hutan rakyat,
hutan negara, perkebunan, dan lainnya. Hutan negara merupakan kawasan terluas diantara lahan-
lahan yang lain, yaitu mencapai 8.265,00 Ha (37,19%) disusul tegal/kebun yang mencapai 6.146,89
ha (27,66%). Data luas lahan menurut penggunaannya di Kota Bima, dapat disajikan dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 2.3
Luas Wilayah Dirinci per Kelurahan dalam Kecamatan
Menurut Jenis Penggunaan Tanah Tahun 2021

Hal 9 dari 25
Hal 10 dari 25
Sumber: Dinas Pertanian Kota Bima 2022. (data diolah)

Dari tabel diatas luas areal sawah beriigasi sebesar 79,85% dari luas baku sawah. Dan yang
menjadi sentra produksi padi adalah di Kecamatan Rasanae Timur dan Kecamatan Raba sebesar
72,02% dari luas baku sawah Kota Bima.

2.6.2. Perkembangan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditi
Strategis Tanaman Pangan
Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditi Strategis Tanaman Pangan di
Kota Bima dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.
Tabel 2.4
Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditi Strategis
Tanaman Pangan di Kota Bima selama 5 (lima) Tahun Terakhir

Hal 11 dari 25
Hal 12 dari 25
Sumber: Dinas Pertanian Kota Bima 2022 (data diolah)

2.6.3. Pengembangan Komoditi Strategis Tanaman Pangan dan Hortikulruta


Tabel. 2.5
Jenis Komoditi Per Kecamatan Di Kota Bima

No. Kecamatan Pilihan Jenis Komoditas


1. Rasanae Barat Buah-buahan (Mangga, Nangka, Pisang)
2. Mpunda Padi, Jagung, Ubi Kayu, Kacang, K.Kedelai, Bayam, Buah-Buahan (Mangga,
Sawo, Nangka dan Sirsak)
3. Rasanae Timur Padi, Jagung, Ubi Kayu, Kacang Tanah, Kedelai, Kacang Panjang, Buah-
Buahan (Mangga, Jeruk, Durian, Pisang, Nagka dan Sirsak)

Hal 13 dari 25
No. Kecamatan Pilihan Jenis Komoditas
4. Raba Padi, Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Kedelai, Kacang Panjang,
Bayam, Tomat, Ketimun, Buah-Buahan (Mangga, Pisang, Sawo,, Nangka dan
Sirsak)
5. Asakota Padi, Jagung, Ubi Kayu, Kedelai, Buah-Buahan (Mangga, Nenas, Nangka dan
Sirsak), Bawang Merah, Cabe
Sumber : Dinas Pertanian Kota Bima

2.6.4. Daya Dukungan Penyuluh Pertanian Lapanggan (PPL)


Tabel. 2.6
Petugas Penyuluh Pertanian Di Kota Bima Tahun 2022

No. Kecamatan PNS P3K


1 2 3 4
1 Rasanae Barat dan Mpunda 10 4
3 Rasanae Timur 7 4
4 Raba 8 5
5 Asakota 7 2
Jumlah 32 15

Tenaga penyuluh pertanian lapangan di Kota Bima tercatat sebanyak 28 orang dari Pegawai
Negeri Sipil, Idealnya satu desa memiliki satu penyuluh sehingga jumlah desa di wilayah Kota Bima
terdapat 38 desa/kelurahan, sehingga kekurangannya dapat ditutupi dengan 25 orang dari Tenaga
Harian Lepas (THL)/ Kontrak.
Beberapa kegiatan sebagai bagian program pembangunan pertanian Kota Bima selama
beberapa tahun terakhir yang menjjadi fokus kegiatan dan terus mendapat perhatian dalam
pelaksanaan tugas penyuluh pertanian yaitu : (1) Upaya peningkatan teknis budidaya seperti melalui
penggunaan benih unggul dan bersertifikasi, (2) Bimbingan budidaya melalui Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), (3) perluasan areal tanam, (4) Peningkatan kualitas
pemanfaatan air irigasi dan pengendalian OPT, (4) Penanganan kehilangan hasil (lossis), (5)
Intensifikasi pertanian serta mekanisasi pertanian pada proses budidaya dan pasca panen
pertanian.
Tabel. 2.7
Kelembagaan Tani Per Kecamatan di Kota Bima Tahun 2021
Pengolahan

Pemasaran

Perikanan
Tanaman

HUTBUN
Pangan

Ternak

Hasil

Hasil

KWT

No. Kecamatan

1. Rasanae Timur 55 - 1 1 - 7 1.615


2. Rasanae Barat 1 6 12 11 - 3 584
3. Mpunda 30 11 5 4 - 6 1.934
4. Raba 45 7 17 2 - 6 3.496
5. Asakota 23 4 10 - - 3 1.211
TOTAL 154 38 45 18 7 25 8.840
Sumber : Dinas Pertanian Kota Bima

Hal 14 dari 25
2.7. POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN BERBASIS KAWASAN
Pendekatan kawasan dirancang untuk meningkatkan efektivitas kegiatan, efisiensi biaya dan
mendorong keberlanjutan penumbuhan/pengembangan kawasan komoditi unggulan. Melalui
pengembangan kawasan diharapkan dapat terwujud pelayanan pembangunan yang lebih bersifat
partisipatif dan efisien dengan fokus pada upaya pengembangan komoditi unggulan. Dalam
pembangunan kawasan mutlak diperlukan suatu perencanaan yang disusun dengan melibatkan
masyarakat setempat dan seluruh pemangku kepentingan.

Fokus pengembangan kawasan komoditas unggulan, terutama dalam hal :


1. Penguatan Sumber daya Manusia, diarahkan kepada kegiatan peningkatan kapasitas dan
kualifikasi petugas pendamping (penyuluh, staf teknis), pelaku utama (petani) dan pelaku
usaha, yang beorientasi pada budidaya yang baik, SLPHT (Sekolah Lapangan Penanganan
Hama Terpadu), penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran, pengembangan
bisnis dan profesionalisme, serta kelembagaan yang terfokus pada komoditas unggulan.
2. Penelitian dan Pengembangan, merupakan faktor penting dalam rancang bangun kawasan.
Dukungan penelitian dan pengembangan diperlukan dalam alih teknologi untuk memenuhi
kebutuhan petani akan teknologi melalui pendampingan dan sosialisasi penerapan hasil-hasil
penelitian secara langsung melalui pelatihan atau magang.
3. Sumber Permodalan, diperlukan fasilitasi dan kemudahan bagi pelaku usaha di kawasan
untuk akses terhadap lembaga keuangan dengan persyaratan yang tidak membebani pelaku
usaha.
4. Pengembangan Pasar, merupakan faktor utama yang dalam pengembangan komoditas
unggulan. Potensi pasar perlu dieksplorasi secara optimal, antara lain (tujuan pasar,
kontinuitas permintaan, kualitas, jumlah), penyediaan informasi pasar, pengembangan
jaringan pasar dan promosi. Pengembangan pasar dilakukan bersamaan dengan
pembenahan manajemen rantai pasok.
5. Pengembangan Prasarana dan Sarana (seperti infrastruktur jalan, bendungan, dan irigasi),
untuk menjamin akses keluar-masuk transportasi ke kawasan sehingga produk dapat
disalurkan ke luar kawasan dan menentukan kualitas produk hortikultura yang dihasilkan.
Selain itu, juga dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi dan/atau
pengolahan.
6. Kelembagaan, di tingkat petani (kelompok tani dan kelompok usaha) perlu dikembangkan
dalam upaya pengembangan usaha di kawasan. Pengembangan kelompok tani diarahkan
pada penumbuhan dan pengaktifan kelompok tani, gabungan kelompok tani, asosiasi, dan
kelembagaan ekonomi petani serta diarahkan untuk bermitra dengan perusahaan/swasta
yang memiliki akses pasar. Pengelolaan kelembagaan dilakukan dengan pendekatan
partisipatif melalui pemberdayaan masyarakatnya. Para champion setiap mata rantai
(produksi sampai pasar) diberdayakan untuk mendorong keberhasilan agribisnis.

Hal 15 dari 25
7. Iklim Usaha, seperti perbaikan regulasi yang memberikan kemudahan dalam berusaha serta
diarahkan pada peninjauan kembali dan perbaikan terhadap peraturan atau kebijakan-
kebijakan pemerintah yang menghambat iklim usaha yang kondusif.
6. Jejaring Kerja, melalui kerjasama, komunikasi, dan interaksi antar pelaku yang ada di
dalamnya (pemangku kepentingan), yaitu pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat
sehingga berbagai permasalahan yang timbul dapat diselesaikan secara cepat dan tepat, dan
9. Komitmen, sangat diharapkan dalam memberikan dukungan/fasilitas untuk pengembangan
kawasan secara berkelanjutan. Komitmen dari pemerintah daerah (provinsi, dan
kabupaten/kota) akan mempunyai dampak yang nyata terhadap pengembangan kawasan.

Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan ditetapkan dengan pertimbangan utama


untuk peningkatan dan pemenuhan kebutuhan pangan bagi wilayah Kota Bima. Lahan pertanian
tanaman pangan merupakan lahan pertanian dengan didukung irigasi baik teknis maupun non
teknis. Berdasarkan hal tersebut, maka penetapan kawasan pertanian lahan basah ditentukan pada
kawasan yang saat ini sudah memiliki prasarana irigasi dan kemampuan lahan yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman pangan (padi).

Peruntukan kawasan pertanian lahan sawah tadah hujan di Kota Bima dialokasikan pada
kawasan-kawasan yang relatif kurang membutuhkan air. Alokasi kawasan peruntukan pertanian
lahan sawah tadah hujan direkomendasikan di kawasan perbatasan kawasan tanaman tahunan dan
kawasan pertanian lahan basah dengan komoditi perdagangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
serta daya saing pasar yang kuat seperti jagung, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan
ubi kayu.

2.8. POTENSI INVESTASI BERBASIS KOMODITI


A. JAGUNG
1. Potensi eksisting
JAGUNG saat ini merupakan salah satu komoditas yang paling banyak diminta dipasaran baik
regional, maupun internasional, bahkan Indonesia beberapa tahun terakhir ini trend import
jagungnya terus meningkat. Kalau dilihat dari potensi lahan, Indonesia memiliki lahan yang
cukup luas, namun faktualnya kita masih belum dapat memenuhi kebutuhan jagung kita sendiri.
Oleh karena itu perlu secara sungguh – sungguh untuk berswasembada jagung dengan
melibatkan seluruh pemangku amanah (stakeholders) secara optimal, sehingga jelas
pembagian peran, siapa dan berbuat apa.

Ada beberapa hal yang membuat jagung memiliki keunggulan, diantaranya:


a. Sudah menjadi tanaman utama (main crop) petani pada lahan kering dan tanaman kedua
(second crop) setelah tanaman padi pada lahan sawah.
b. Dapat tumbuh pada hampir semua jenis lahan dan kondisi lahan.

Hal 16 dari 25
c. Mudah dibudidayakan dan relatif lebih aman dari gangguan hama dan penyakit tanaman.
d. Memiliki nilai tukar yang tinggi dibanding dengan tanaman pangan lainnya.
Jagung dengan nama latin Zea Mays merupakan komoditi pangan yang sangat penting bagi
Indonesia selain padi dan kedelai. Selain dikonsumsi sebagai bahan pangan, jagung juga
diolah menjadi pakan ternak dan bahan baku industri. Konsumsi jagung terus mengalami
peningkatan yang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pola
hidup sehat dan kebutuhan gizi yang baik, meningkatnya pendapatan, maupun meningkatnya
kegiatan ekonomi yang lain seperti peternakan dan industri.
Provinsi Nusa Tenggara Barat semakin optimis menjadi produksi lumbung jagung nasional.
Pasalnya, petani semakin semangat dan termotivasi untuk menanam jagung, seiring harga jual
yang kian membaik. Terlebih lagi dengan adanya aturan Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
untuk jagung, menjadi tanaman utama bagi petani setelah padi. Sehingga luas areal tanam
jagung terus bertambah yang berdampak pada peningkatan jumlah produksi.
Melihat potensi pasar yang ada, maka sesungguhnya Kota Bima memiliki peluang yang cukup
besar untuk mengambil bagian dalam industri ini karena potensi lahan yang masih luas, iklim
yang mendukung untuk budidaya, kondisi sosial budaya masyarakat yang sangat familiar
dengan komoditi jagung. Produksi jagung Kota Bima setiap tahunnya terus mengalami
pertumbuhan yang sangat positif. Peningkatan produksi ini dilakukan dengan memperbaiki
system usaha tani melalui langkah-langkah seperti :
- Meningkatkan peranan penyuluhan pertanian untuk sosialisasi penggunaan varietas jagung
hibrida menggantikan varietas jagung lokal yang rendah produktifitasnya;
- Memberikan jaminan ketersediaan benih jagung berlabel (benih bermutu);
- Memberikan jaminan ketersediaan pupuk;
- Memberikan dukungan permodalan kepada petani jagung, terutama yang mengkonversikan
varietas jagung lokal dengan varietas jagung hibrida. Budidaya jagung hibrida membutuhkan
input sarana produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya jagung lokal.

Peningkatan produksi jagung secara ekstensifikasi akan dapat dilaksanakan apabila upaya
peningkatan produksi jagung secara intensifikasi berhasil dilaksanakan. Keberhasilan upaya
peningkatan produksi jagung secara intensifikasi akan menjadi daya tarik tersendiri bagi petani
lain untuk mengkonversi tanaman palawija yang selama ini diusahakan ke komoditas jagung.
Hal ini sangat mungkin terjadi apabila petani telah melihat dengan nyata keuntungan yang bisa
diperoleh dari usaha tani jagung, terutama bila telah ada dukungan pemerintah dalam
penyediaan kebutuhan sarana produksi dan pemasaran serta pembinaan lainya.

2. Potensi Lahan
Potensi lahan di Kota Bima untuk pengembangan jagung adalah sebanyak 7.445,89 hektar
untuk pertanaman pada musim hujan lahan kering. Mulai tahun 2020, banyak petani Kota Bima

Hal 17 dari 25
mulai mengalihkan pertanaman mereka pada musim kemarau (MK) 1 dan musim kemarau
(MK) 2 dari tanaman padi ke tanaman jagung, sehingga terdapat penambahan luas pertanaman
jagung di lahan-lahan sawah.

3. Peluang pasar
Pasar jagung tidak mengalami kendala karena terdapat perusahaan daerah di tingkat Propinsi
NTB maupun perusahaan nasional yang membangun cabangnya di Kabupaten Bima, dan juga
telah membangun kemitraan dengan para pengusaha lokal untuk menjadi pembeli sekaligus
pengekspor jagung.
Tanaman jagung merupakan komoditi pangan andalan bagi sebagian besar masyarakat
didaerah Nusa Tenggara Barat (NTB). Selain sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja,
jagung juga termasuk komoditi yang bisa mendatangkan devisa bagi Negara. Subsektor
tanaman pangan NTB telah lama dikenal sebagai penyangga pangan (beras) dan penghasil
kedelai nasional. Selain itu, kini NTB juga mulai diperhitungkan sebagai penghasil jagung.
Dalam beberapa tahun terakhir ini terlihat indikasi yang jelas bahwa, permintaan jagung akan
terus meningkat seiring dengan penambahan jumlah penduduk. Selain itu, jagung juga dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, bahan baku industri pangan dan kini juga dimanfaatkan
sebagai bahan baku bioenergi (bioetanol) sebagai pengganti bahan bakar fosil yang
ketersediaannya mulai terbatas.
Pemerintah Propinsi NTB menetapkan jagung sebagai program unggulan pembangunan
daerah, hal ini merupakan langkah tepat karena selain memiliki potensi daerah (potensi lahan),
tanaman jagung merupakan tanaman yang cukup mudah untuk dibudidayakan, disamping tidak
terlalu membutuhkan banyak air, aman dari serangan hama dan penyakit. Hal yang tidak kalah
penting adalah, jagung memiliki peran yang cukup besar dalam perekonomian nasional dengan
berkembangnya industri pangan yang ditunjang oleh teknologi budidaya dan varietas unggul.
Untuk menyukseskan hal tersebut, diperlukan peran serta seluruh jajaran terkait agar komoditi
jagung yang telah ditetapkan sebagai komoditi unggulan didaerah ini dapat terus di dukung
perkembangannya dan mampu memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi kesejahteraan
petani.

4. Pasca Panen Dan Pemasaran


Penanganan pasca panen perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh semua pemangku
amanah (stakeholders) khususnya pada panen MH, biasanya pada saat itu masih ada hujan
sehingga kualitas produk kurang memuaskan karena prasarana seperti alat/mesin pengering
sangat terbatas. Kondisi ini sering menimbulkan kerugian bagi petani, karena kadar air hasil
produksi mereka tidak sesuai dengan persyaratan pembeli yang pada akhirnya akan
menurunkan daya simpan hasil produksi.

Hal 18 dari 25
Jagung yang dijual oleh petani di pulau Sumbawa umumnya dalam bentuk pipil kering panen,
dan dijual pada pedagang pengumpul atau pada perusahaan mitra usahanya. Pada waktu –
waktu tertentu petani tidak dapat menjual barangnya (jagung) khususnya pada panen MH,
karena pihak pedagang pengumpul sering beralasan gudang sudah penuh/tutup sehingga
diminta dengan harga yang relatif rendah, hal seperti ini membuat petani kadang kurang
beruntung dan bahkan mengalami kerugian.

5. Kemitraan
Tidak bisa dipungkiri bahwa meningkatnya areal tanam jagung di NTB tidak lepas dari mitra
usaha/perusahaan yang semakin banyak menempatkan kegiatannya di NTB, selain BUMN
yang sudah ada seperti PT. SHS maupun PT. Pertani dengan GP3K-nya. Dalam
pelaksanaannya, kemitraan ini perlu juga mendapatkan perhatian serius oleh semua pihak,
karena kedua belah pihak yang seharusnya mengedepankan win–win solution (saling
membutuhkan, saling menguatkan, dan saling menguntungkan), tapi tidak jarang keduanya
saling merugikan diantara mereka, karena hilangnya makna kemitraan diantara kedua belah
pihak.

6. Masalah Yang Dihadapi


Masalah yang dihadapi yaitu :
a. Penerapan anjuran teknologi produksi jagung yang dilaksanakan petani belum optimal,
sehingga produksi yang diperoleh belum sesuai harapan.
b. Terbatasnya sarana dan prasarana pasca panen sehingga kualitas jagung pada musim
hujan relatif rendah.
c. Pola kemitraan yang ada, varietas jagung hibrida yang disalurkan oleh pemerintah berikan
tidak seperti yang diharapkan dan harga sarana produksi relatif mahal.
d. Masih dijumpai petani yang terlilit hutang karena bunga pinjaman yang cukup tinggi.
e. Masih lemahnya pendampingan yang diberikan kepada sehingga petani menjalankan
usaha taninya apa adanya.

7. Langkah-Langkah Strategis Kedepan


Langkah-langkah strategis:
a. Meningkatkan pendampingan pada kelompok tani/Gapoktan dalam menerapkan teknologi
produksi sampai dengan pasca panen agar petani berorientasi agribisnis tidak sebagai
petani biasanya (farmers as usual).
b. Membangun sarana/prasarana pasca panen berskala kecil untuk kawasan-kawasan
tertentu untuk memudahkan petani meraih nilai jual yang layak.
c. Membuka ruang atau kesempatan kepada pelaku utama (petani) dan pelaku usaha
(pedagang) untuk memperoleh akses permodalan dengan mudah.

Hal 19 dari 25
8. Bentuk investasi
Mengingat lahan usaha tani di Kota Bima pada umumnya adalah berstatus hak milik, maka
model investasi yang dapat dilakukan adalah dengan pola kemitraan. Beberapa peluang
investasi adalah antara lain :
- Pengolahan jagung untuk industry, pangan maupun pati memberikan hasil sampingan
yang bermanfaat untuk pakan ternak.
- Jerami jagung merupakan bahan pakan penting untuk sapi pada saat rumput sulit
diperoleh terutama pada musim kemarau. Jerami jagung yang diawetkan dengan
pengeringan mataharii menghasilkan hay dan dapat disimpan untuk persediaan pakan
sapi pada musim kemarau.
- Tongkol jagung dapat diolah menjadi concobu (tongkol jagung dicacah lalu diayak
sampai menghasilkan serbuk sebagai bahan pakan ternak yang sangat diminati oleh
jepang. Saat ini jepang membutuhkan 5 ton concobu per minggu.
- Kelobot jagung digunakan sebagai pembungkus dodol dan kerajinan tangan lainnya.
Sedangkan peluang investasi off-farm antara lain:
- Industry pengeringan, sortasi dan packaging jagung
- Industri pengolahan limbah jerami atau jerami jagung sebagai pakan ternak
- Industry pengolahan tongkol jagung menjadi concobu

B. PADI
1. Kondisi Eksisiting
Selama ini produksi padi nasional masih mengandalkan sawah irigasi, namun ke depan bila
hanya mengandalkan padi sawah irigasi akan menghadapi banyak kendala, hal tersebut
disebabkan banyaknya lahan sawah irigasi subur yang beralih fungsi ke penggunaan lahan non
pertanian, tingginya biaya pencetakan lahan sawah baru dan berkurangnya debit air. Dilain
pihak lahan kering tersedia cukup luas dan pemanfaatannya untuk pertanaman padi belum
optimal, sehingga ke depan produksi padi non sawah juga dapat dijadikan andalan produksi
padi di Kota Bima.
Salah satu tantangan dalam peningkatan produksi padi di Kota Bima, selain karena
keterbatasan lahan yang ada, juga terjadinya kecenderungan menurunnya produktivitas lahan.
Disisi lain sumber daya alam terus menurun sehinga perlu diupayakan untuk tetap menjaga
kelestariannya.
Salah satu strategi dalam upaya pencapaian produktivitas usaha tani padi adalah penerapan
inovasi teknologi yang sesuai dengan sumber daya pertanian di suatu tempat (spesifik lokasi).
Teknologi usaha tani padi spesifik lokasi tersebut dirakit dengan menggunakan pendekatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). PTT padi merupakan suatu pendekatan inovatif dalam
upaya peningkatan efisiensi usahatani padi dengan menggabungkan komponen teknologi yang

Hal 20 dari 25
memiliki efek sinergistik. Artinya tiap komponen teknologi tersebut saling menunjang dan
memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
Demikian pula dalam usaha tani padi di Kota Bima, agar usaha tani padi dapat berkelanjutan,
maka teknologi yang diterapkan memperhatikan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial, sehingga agribisnis padi dapat terlanjutkan. Karena keterbatasan
lahan sawah yang dimiliki dan sumber daya lahan yang terus menurun karena proses alih
fungsi lahan sawah di Kota Bima. Maka pola usaha tani padi yang menjadi prioritas yang
dilakukan adalah melakukan usaha tani yang memproduksi benih padi untuk memenuhi
kebutuhan regional
Dalam melaksanakan usaha perioritas tersebut, Pemerintah Kota Bima melalui Dinas Pertanian
Kota Bima melaksanakan sisten Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah, penerapan
PTT dilaksanakan melalui empat prinsip, yaitu :
1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air
dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu;
2. Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik dengan memperhatikan
keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi;
3. Spesifik lokasi : PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik
maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat;
4. Partisipatif : berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang
sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran
dalam bentuk laboratorium lapangan.

2. Peluang Pasar
PT. Pertani (Persero) melaporkan keberhasilan perseroan memasok kebutuhan benih padi
inbrida untuk lebih dari 1 juta hektare sawah di seluruh Indonesia sepanjang 2020. Adapun,
penjualan benih PT. Pertani sampai dengan Desember 2020 mencapai 31.150 ton dengan
rincian permintaan pasar benih padi bantuan pemerintah sebesar 28.855 ton dan penjualan
secara retail ke distributor dan kios ritel sebesar 2.295 ton.
Total kebutuhan benih padi nasional setiap tahunnya rata-rata kurang lebih 350.000 ton.
Pemenuhan kebutuhan tersebut masih menjadi permasalahan dalam penyediaannya,
perusahaan-perusahaan besar masih mengalami kendala dalam memenuhi kebutuhan benih
untuk bantuan pemerintah, belum lagi untuk memnuhi kebutuhan benih secara nasional. Oleh
karena itu, peluang investasi dalam penyediaan benih tanaman padi masih sangat terbuka
lebar karena pemenuhan kebutuhan benih nasional masih mengalami kesulitan.

3. Bentuk Investasi
Melihat yang disampaikan di atas, maka bentuk investasinya adalah dengan mengembangkan
pola kemitraan dalam proses produksi benih tanaman padi, dimana petani penangkar benih

Hal 21 dari 25
yang ada di Kota Bima diberikan modal awal dan input-input produksi serta bimbingan dengan
perjanjian hasil produksi mereka dijual ke perusahaan atas dasar harga kesepakatan.

C. KEDELAI
1. Kondisi Eksisting
Kedelai merupakan salah satu komoditas yang dapat diunggulkan karena dapat memenuhi
kriteria sebagai komoditas unggulan. Pertanaman kedelai di Kota Bima biasanya dilakukan
disaat musim kemarau dalam satu tahun di lahan sawah, atau ditanam di lahan kering di musim
hujan. Sebagaimana telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya bahwa luas tanam
kedelai setiap tahunnya terus mengalami penurunan yang disebabkan oleh semakin
berkurangnya minat petani untuk menanam tanaman tersebut.

2. Peluang Pasar
Komoditi kedelai sebenarnya memiliki cakupan pemasaran yang cukup luas. Tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan pasar lokal namun juga pasar antar pulau yaitu Lombok, Bali, dan Jawa.
Apalagi dengan tingginya permintaan terhadap produk olahan kedelai (tahu, tempedan susu
kedelai) dapat dipastikan bahwa permintaan terhadap komoditi kedelai tinggi. Permasalahan
yang terjadi di Kota Bima justru lebih dominan disebabkan oleh kesulitan dalam pemasaran
hasil produksi dan harga yang sering mengalami fluktuasi, hal tersebut yang menyebabkan
budidaya komoditi kedelai di Kota Bima luas areal tanamnya terus menurun setiap tahun, hasil
produksinya hanya untuk dikonsumsi secara langsung dan dipasarkan antar kota untuk
kebutuhan industri tahu dan tempe.

3. Bentuk Investasi
Model investasi yang dapat dikembangkan adalah dengan model kemitraan terutama kemitraan
yang mampu menciptakan kepastian pasar dan stabilitas harga di tingkat petani.

D. SRIKAYA (GAROSO)
Srikaya alias Annona squamosa L. merupakan salah satu buah eksotis yang saat ini tengah
banyak dibudidayakan petani tanaman buah dan kolektor tanaman buah di Indonesia. Salah
satu jenis srikaya lokal yang punya potensi bagus untuk dikembangkan datang dari sudut
nusantara, tepatnya dari Nusa Tenggara Barat, bernama Srikaya Bima Raba. Srikaya Bima
Raba merupakan salah satu buah andalan dari Kabupaten/Kota Bima. Karena banyak tumbuh
atau dihasilkan di Bima, buah ini sudah terkenal dengan sebutan Garoso Mbojo. Rasanya yang
menggoda membuat orang menanti kehadiran musimnya yang hanya dua kali setahun.

Buah srikaya ini termasuk salah satu plasma nutfah andalan dari wilayah NTB. Varietas inipun
sudah terdaftar di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP),
Kementan dengan nomer pendaftaran 35/PVL/2008. Kontribusi tanaman srikaya ini bagi

Hal 22 dari 25
perkembangan ekonomi warga sangatlah besar. Dimana srikaya bima ini sudah sampai
‘diekspor’ keluar daerah.

Menilik morfologinya, pohon srikaya ini memiliki tinggi sekitar 3 meter, jumlah buah per
tandannya 1 buah, panjang buah matang 8 cm, diameter buah matang 6 cm, panjang tangkai
buah 2-2,5 cm, bentuk buah matang bulat lonjong, berat buah 100-170 gram, bentuk melintang
buah bulat agak lonjong, warna kulit buah kala matang hijau muda kemerahan, ketebalan kulit
buah 0,3-0,4 cm, permukaan kulit buah bersusun seperti genteng, kedalaman tangkai buah
dangkal, tekstur daging buah lunak berair, dan warna daging buahnya putih.

Pohon srikaya tidak bisa dikembangbiakkan dengan cara dicangkok, karena kulit batangnya
yang tipis. Teknik pengembangbiakan yang biasa digunakan ada dua, yaitu okulasi (budding)
dan sambung (grafting). Dua cara tersebut mempunyai keunggulan masing-masing. Okulasi
dipandang sebagai cara pengembangbiakan yang paling efisien, dengan tingkat keberhasilan
70%. Pengembangbiakan sistem sambung mempunyai tingkat keberhasilan lebih tinggi yakni
90%, tapi sistem sambung menggunakan lebih banyak mata tunas (7-10 buah), sedangkan
okulasi hanya menggunakan 1-2 buah mata tunas. Singkat kata, kalau 10 mata tunas hanya
jadi satu buah bibit sambung, dengan okulasi bisa menjadi 5-10 bibit okulasi.

1. Kondisi eksisting
Srikaya (Garoso) merupakan perdu tahunan atau berupa pohon kecil dengan tinggi 2-5 meter.
Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis dan sub tropis di tanah berbatu, kering dan terkena
cahaya sinar matahari langsung. Garoso dapat tumbuh pada ketinggian 1-800 meter dpl.
Kota Bima adalah merupakan daerah yang sangat cocok untuk budidaya Garoso dengan rata-
rata produksi mencapai 2.132,60 ton/tahun. Produksi terbanyak dihasil oleh kecamatan
Rasanae Timur, Kecamatan Mpunda, dan Kecamatan Asakota

2. Peluang Pasar
Garoso merupakan buah primadona masyarakat Pulau Sumbawa dan selalu menjadi buah
tangan untuk di bawa ke luar daerah, sehingga pemasarannya masih pada tingkat lokal Pulau
Sumbawa dan sebagian di pasarkan di Pulau Lombok. Pemasaran Garoso belum menjangkau
wilayah yang lebih luas karena jenis buah ini tidak tahan lama sehingga perlu teknologi
kemasan sehingga bias menjangkau pasar yang lebih luas lagi.

3. Bentuk Investasi
Dapat dikembangkan dengan pola kemitraan yang lebih khusus dalam hal pembinaan dan
pengenalan teknologi budidaya dan teknologi pasca panen.

Hal 23 dari 25
Pembangunan pertanian di Kota Bima tidak terpisahkan dari wawasan integritas nasional,
oleh karena itu arah pembangunan pertanian Kota Bima harus mampu mengikuti sekaligus
memenuhi tuntutan pembangunan regional dan nasional tanpa mengabaikan kebutuhan fisik
daerah, kearifan lokal dan komoditi spesifikasi lokasi. Tingginya keragaman biofisik dan sosial
budaya di Kota Bima dalam beberapa kondisi merupakan kendala, namun disisi lain merupakan
potensi sebagai pendorong laju pembangunan pertanian daerah.

Kejelian dan kecermatan kelompok perencana dan pelaksana pembangunan pertanian dalam
memanfaatkan potensi dan mengatasi kendala tersebut menjadi jawaban permasalahan di atas.
Arah dan tujuan pembangunan pertanian Kota Bima selaras dengan spesifikasi dan karateristik
wilayah sasaran berdasarkan kondisi agroekosistem setempat, sifat komoditas yang dikembangkan,
kondisi infrastruktur dan situasi sosial budaya kelompok sasaran. Kondisi dan situasi tersebut tetap
ditunjang pula oleh faktor kebijakan yang kondusif dan keberpihakan pada kebutuhan petani.

Mengingat tanaman pangan (padi dan palawija) merupakan salah satu ketahanan pangan
nasional, penting bagi Kota Bima untuk dapat mencukupi panganya sendiri, sehingga perlu lebih
digenjot pertumbuhannya dengan berbagai program dan pembinaan dari Pemerintah Daerah Kota
Bima serta dengan memberikan bantuan dan kemudahan dalam dukungan dana dari pihak terkait
baik dari pemerintah, BUMN/BUMD, pihak swasta dan pihak terkait lainya.

Untuk menjaga keberlanjutan produksi dan peningkatan produktivitas komoditi pertanian


tanaman pangan di Kota Bima perlu dilakukan perbaikan dari segi perencanaan yang lebih
komprehensif tentang tata guna lahan, areal pertanaman, pola tanam, kesesuaian komoditas, pilihan
waktu tanam, pola pertanaman dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal
tersebut berguna untuk mengidentifikasi dengan jumlah lahan pertanian yang ada untuk berproduksi
secara optimal.

Perlu optimalisasi penerapan teknologi dan input pertanian agar potensi unggulan dapat
dimaksimalkan dengan intervensi berbagai program meliputi keseluruhan proses mulai dari on farm/
produksi/ hulu sampai off farm/industri/ hilir dan permodalan usaha tani. Penyediaan sarana
infrastruktur bangunan penampung air bendungan, embung, dan chek dam dan prasarana
penyediaan air lainnya.

Beberapa permasalahan penting yang masih harus diperhatikan dalam pengembangan usaha
pertanian dan di Kota Bima adalah seperti berikut :

Page 24 of 25
a. Kualitas SDM. Kualitas sumber daya manusia pertanian salah satu kendala utama yang masih
perlu ditanggulangi yakni dalam mengelola usaha tani secara terpadu. Petani produsen padi
konsumsi dan petani produsen benih umumnya masih banyak yang miskin dan belum cukup
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam menangani masalah dalam usaha taninya.
Perbaikan kualitas sumber daya petani merupakan tujuan utama sekaligus dianggap menjadi
wahana pendorong pembangunan pertanian yang paling tepat di Kota Bima.
b. Pengembangan agrobisnis terpadu pembangunan pertanian belum dianggap berhasil
mendorong pembangunan industri pengolahan hasil pertanian yang terkait erat dengan sektor
pertanian primer. Mengingat keterbatasan sumber daya lahan yang ada, maka usaha
peningkatan pendapatan masyarakat secara umum haruslah dengan mengembangkan sentra-
sentra produksi benih tanaman dan usaha-usaha industri pengolahan hasil dan distribusinya.
Oleh karena itu pengembangan industri perbenihan dan pengolahan hasil merupakan
tantangan yang harus diprioritaskan pada masa mendatang.
c. Konservasi sumber daya alam dan lingkungan pembangunan pertanian yang dilaksanakan
selama ini lebih berfokus pada upaya intensifikasi dan ekstensifikasi sektor primer. Program
intensifikasi pertanian ditempuh melalui penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara
berlebihan dan merupakan kebutuhan mutlak. Padahal pada kenyataannya, penggunaan
bahan-bahan tersebut berdampak pada penurunan kualitas (degradasi) lingkungan. Oleh itu,
kegiatan konservasi dan perlindungan lingkungan dalam upaya melestarikan penyediaan dan
ketersediaan pangan.sudah merupakan keharusan.

Pengembangan sumber daya manusia pertanian perlu diartikan secara luas, termasuk
membina sikap mental dan wawasan entrepreneurship petani, masyarakat, pedagang, pengusaha,
penyuluh dan lainnya. Corak, gaya dan esensi pengembangan sumber daya manusia ini
disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi yang ada. Investasi masyarakat diarahkan pada
komoditas agribisnis terpilih termasuk sarana produksi serta alat dan mesin pertanian penunjangnya
dilihat dari segi kepentingan untuk meningkatkan ketersediaan pangan sepanjang tahun sekaligus
meningkatkan nilai tambah dan sumber pendapatan serta perluasan kesempatan kerja bagi
masyarakat. Dengan kata lain, investasi yang perlu dikembangkan adalah bentuk-bentuk investasi
yang mampu memberikan pengganda pendapatan dan tenaga kerja yang tinggi. Investasi ini tidak
terbatas investasi pada produksi dan pengembangan sumber daya, tetapi lebih penting lagi investasi
pada bidang kawasan industri pangan milik masyarakat.

Demikian proposal ini kami susun, besar harapan kami agar proposal ini dapat diakomodir
untuk peningkatan produksi tanaman pangan di Kota Bima, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, Terima Kasih.

Hal 25 dari 25
LAMPIRAN
DAFTAR USULAN SARANA PRODUKSI DAN ALSINTAN
KELOMPOK KETUA ALAMAT LUAS LAHAN JUMLAH
NO URAIAN USULAN SATUAN RENCANA TANAM
TANI KELOMPOK KELURAHAN KECAMATAN USULAN (Ha) USULAN
1 BENIH PADI 1 Dam Sipi I H. A. Malik Dodu Rasanae Timur 6,0 150,0 Kg April - Juni 2023
2 Dam Sipi II H. Abidin Dodu Rasanae Timur 7,0 175,0 Kg April - Juni 2023
3 Dam Sipi III H. Muhdar Dodu Rasanae Timur 6,0 150,0 Kg April - Juni 2023
4 Karikeka I Ahmad Abdullah Dodu Rasanae Timur 5,0 125,0 Kg April - Juni 2023
5 Karikeka II H. Idrus H. Mansyur Dodu Rasanae Timur 3,0 75,0 Kg April - Juni 2023
6 Karikeka III H. A. Faruk Dodu Rasanae Timur 5,0 125,0 Kg April - Juni 2023
7 Karikeka IV Hasnun H. AR Dodu Rasanae Timur 5,0 125,0 Kg April - Juni 2023
8 Oi Lupe I Junaidin Dodu Rasanae Timur 5,0 125,0 Kg April - Juni 2023
9 Samada I M. Yasin Ishaka Dodu Rasanae Timur 9,0 225,0 Kg April - Juni 2023
10 Samada II A. Latif M. Nur Dodu Rasanae Timur 4,0 100,0 Kg April - Juni 2023
11 Samada III Adhar Dodu Rasanae Timur 15,0 375,0 Kg April - Juni 2023
12 Samada IV H. Asalam M. Nur Dodu Rasanae Timur 3,0 75,0 Kg April - Juni 2023
13 Bersama I H. Abdullah H. Ahsan Kodo Rasanae Timur 4,0 100,0 Kg April - Juni 2023
14 Bersama II Mahfud Kodo Rasanae Timur 4,0 100,0 Kg April - Juni 2023
15 Mangge Pambu Sahlan Kodo Rasanae Timur 16,0 400,0 Kg April - Juni 2023
16 Mangge Pambu I Muhidin Kodo Rasanae Timur 10,0 250,0 Kg April - Juni 2023
17 Mpori Lembo Mahful Ulul Kodo Rasanae Timur 12,0 300,0 Kg April - Juni 2023
18 Panggalasa H. Mansyur Kodo Rasanae Timur 23,0 575,0 Kg April - Juni 2023
19 So Dungga H. Muslikh H. Anwar, SH
Kodo Rasanae Timur 8,0 200,0 Kg April - Juni 2023
20 Terus Maju II Abdullah Kodo Rasanae Timur 3,0 75,0 Kg April - Juni 2023
21 Harapan Makmur II Blok I Burhan Kumbe Rasanae Timur 8,0 200,0 Kg April - Juni 2023
22 Harapan Makmur II Blok II Nurdin Abdullah Kumbe Rasanae Timur 8,0 200,0 Kg April - Juni 2023
23 Harapan Makmur II Blok III Idrus Kumbe Rasanae Timur 8,0 200,0 Kg April - Juni 2023
24 Diwu Monca Sahrul Lampe Rasanae Timur 11,0 275,0 Kg April - Juni 2023
25 Donggo Nae H. M. Din Azis Lampe Rasanae Timur 16,0 400,0 Kg April - Juni 2023
26 Kreatif Baru A. Halik Lampe Rasanae Timur 24,0 600,0 Kg April - Juni 2023
27 Rejeki Murni M. Ali Lampe Rasanae Timur 14,0 350,0 Kg April - Juni 2023
28 Terus Maju I A. Wahab Lampe Rasanae Timur 20,0 500,0 Kg April - Juni 2023
29 Dana Nae M. Said Lelamase Rasanae Timur 16,0 400,0 Kg April - Juni 2023
30 Dam Bronjong I A. Halik Nungga Rasanae Timur 9,0 225,0 Kg April - Juni 2023
31 Dewa Cici I H. Usman Nungga Rasanae Timur 14,0 350,0 Kg April - Juni 2023
32 Dewa Cici II M. Saidin Nungga Rasanae Timur 19,0 475,0 Kg April - Juni 2023
33 La Konca I Ismail H. Ahmad Nungga Rasanae Timur 6,0 150,0 Kg April - Juni 2023
34 La Konca II M. Said Nungga Rasanae Timur 6,0 150,0 Kg April - Juni 2023
35 Ompu Bau I Ahmad Amin Nungga Rasanae Timur 7,0 175,0 Kg April - Juni 2023
KELOMPOK KETUA ALAMAT LUAS LAHAN JUMLAH
NO URAIAN USULAN SATUAN RENCANA TANAM
TANI KELOMPOK KELURAHAN KECAMATAN USULAN (Ha) USULAN
36 Ompu Bau II H. Muhammad Nungga Rasanae Timur 13,0 325,0 Kg April - Juni 2023
37 Telaga I Arifin Nungga Rasanae Timur 7,0 175,0 Kg April - Juni 2023
38 Tololalu Barat Abdul Gafur Oi Foo Rasanae Timur 24,0 600,0 Kg April - Juni 2023
39 Tololalu Timur Ishaka Oi Foo Rasanae Timur 24,0 600,0 Kg April - Juni 2023
40 Harapan Makmur I Abd. Haris Oi Mbo Rasanae Timur 9,0 225,0 Kg April - Juni 2023
41 Harapan Makmur III Azhar Oi Mbo Rasanae Timur 11,0 275,0 Kg April - Juni 2023
42 la bonto I Hasnah Kendo Raba 13,0 325,0 Kg April - Juni 2023
43 la bonto II Muhaimin Kendo Raba 13,0 325,0 Kg April - Juni 2023
46 La Nao I Ruslan Kendo Raba 12,0 300,0 Kg April - Juni 2023
47 La Nao II Ismail Kendo Raba 11,0 275,0 Kg April - Juni 2023
56 Dadi Kolo Kamaluddin, S.Sos Penanae Raba 17,0 425,0 Kg April - Juni 2023
57 kambu Kaharudin Penanae Raba 10,0 250,0 Kg April - Juni 2023
58 Nggahi Rawi Pahu Abubakar Penanae Raba 13,0 325,0 Kg April - Juni 2023
59 panca usaha Mustamin Penaraga Raba 5,0 125,0 Kg April - Juni 2023
60 satampa Rifaid penaraga Raba 17,0 425,0 Kg April - Juni 2023
61 morisama I Amirudin Rabadompu Barat Raba 6,0 150,0 Kg April - Juni 2023
62 morisama II H. M. Nor Rabadompu Barat Raba 4,0 100,0 Kg April - Juni 2023
65 usaha bersama I Sukiman S.Sos Ntobo Raba 9,0 225,0 Kg April - Juni 2023
66 usaha bersama II H. A. Karim Ntobo Raba 9,0 225,0 Kg April - Juni 2023
69 la sangga Amirudin Rabangodu Utara Raba 11,0 275,0 Kg April - Juni 2023
71 la lembo Muhajir Rontu Raba 7,0 175,0 Kg April - Juni 2023
72 sejahtera I Rusdin Rontu Raba 4,0 100,0 Kg April - Juni 2023
73 sejahtera II M. Ali Rontu Raba 4,0 100,0 Kg April - Juni 2023
74 Mada Oi Niu Muhammad Dara Rasanae Barat 3,0 75,0 Kg April - Juni 2023
75 Kacompo Mufakat Saiful H. M. Tahir Sadia Mpunda 17,0 425,0 Kg April - Juni 2023
76 Setia Usaha H.A. Bakar Sadia Mpunda 9,0 225,0 Kg April - Juni 2023
77 Ntuwu Lamba H. M. Ali M. Saleh Sambinae Mpunda 11,0 275,0 Kg April - Juni 2023
78 Sarinci Oi H. Abdurahman Sambinae Mpunda 6,0 150,0 Kg April - Juni 2023
79 Telaga Gora A. Latif Sambinae Mpunda 9,0 225,0 Kg April - Juni 2023
80 Lenggenae I Junaidin Santi Mpunda 6,0 150,0 Kg April - Juni 2023
81 Matakando II H. A. Majid Santi Mpunda 4,0 100,0 Kg April - Juni 2023
82 Mekar II Agusalim Santi Mpunda 5,0 125,0 Kg April - Juni 2023
83 Tolorato I H. Abdullah Lewirato Mpunda 4,0 100,0 Kg April - Juni 2023
84 Tolorato II H. Ismail Lewirato Mpunda 3,0 75,0 Kg April - Juni 2023
85 Doro Toi Jamaludin, S.Pd Mande Mpunda 11,0 275,0 Kg April - Juni 2023
86 Lasangga Mustamin Mande Mpunda 28,0 700,0 Kg April - Juni 2023
87 Mekar Baru Makrudin Hermanto Mande Mpunda 6,0 150,0 Kg April - Juni 2023
88 Matakando I Lutfi H. Ahmad Matakando Mpunda 8,0 200,0 Kg April - Juni 2023
KELOMPOK KETUA ALAMAT LUAS LAHAN JUMLAH
NO URAIAN USULAN SATUAN RENCANA TANAM
TANI KELOMPOK KELURAHAN KECAMATAN USULAN (Ha) USULAN
89 Mekar I HM. Kasin H. daud Matakando Mpunda 5,0 125,0 Kg April - Juni 2023
90 Oi Kawinda H. Abdurrahim Matakando Mpunda 6,0 150,0 Kg April - Juni 2023
91 Sandaka Supu I H. Ishaka Panggi Mpunda 15,0 375,0 Kg April - Juni 2023
92 Sandaka Supu II A. Malik Panggi Mpunda 15,0 375,0 Kg April - Juni 2023
93 Toti Mori Ridwan Panggi Mpunda 9,0 225,0 Kg April - Juni 2023
94 Fajar Hasan Penatoi Mpunda 5,0 125,0 Kg April - Juni 2023
95 Oi Lanco Sudirman Penatoi Mpunda 6,0 150,0 Kg April - Juni 2023
96 Mada Oi Karatu H. Ahmad Ule Asakota 32,0 800,0 Kg April - Juni 2023
97 So Raba Bou Syafruddin Jatibaru Timur Asakota 8,0 200,0 Kg April - Juni 2023
98 Wuba Mboha Mukhlis Jatibaru Timur Asakota 8,0 200,0 Kg April - Juni 2023
99 Harapan Maman Jatiwangi Asakota 13,0 325,0 Kg April - Juni 2023
100 Kawinda Ibrahim Jatiwangi Asakota 9,0 225,0 Kg April - Juni 2023
101 Lacici Julkifli Jatiwangi Asakota 14,0 350,0 Kg April - Juni 2023
102 Limbi Dese M. Amin Jatiwangi Asakota 18,0 450,0 Kg April - Juni 2023
103 Mada Oi Pali Arif Hasan Jatiwangi Asakota 16,0 400,0 Kg April - Juni 2023
104 Tolo Tike A. Salam Mansyur Jatibaru Asakota 12,0 300,0 Kg April - Juni 2023
105 Dadi Ahmad Jatibaru Timur Asakota 14,0 350,0 Kg April - Juni 2023
106 Mori Sama Drs. Muhtar Jatibaru Timur Asakota 6,0 150,0 Kg April - Juni 2023
107 Nggaro Lembo Hasnuddin Jatibaru Timur Asakota 8,0 200,0 Kg April - Juni 2023
108 Raba Wuwu Muhtar Jatibaru Timur Asakota 7,0 175,0 Kg April - Juni 2023
109 So Raba Bou Syafruddin Jatibaru Timur Asakota 8,0 200,0 Kg April - Juni 2023
110 Wuba Mboha Mukhlis Jatibaru Timur Asakota 8,0 200,0 Kg April - Juni 2023
JUMLAH 964,0 24.100,0 Kg
2 BENIH JAGUNG 1 mufakat sama I Ramli H. Abubakar Rabadompu Barat Raba 6,0 90,0 Kg April - Juni 2023
2 mufakat sama II H. Abdul Halik Rabadompu Barat Raba 7,0 105,0 Kg April - Juni 2023
3 La Sangga I Drs. Sudirno Kendo Raba 16,0 240,0 Kg April - Juni 2023
4 La sangga II Hamzah Kendo Raba 12,0 180,0 Kg April - Juni 2023
5 La Mbolo I Saidin Kendo Raba 14,0 210,0 Kg April - Juni 2023
6 La Mbolo II H. Abdul Halik Kendo Raba 12,0 180,0 Kg April - Juni 2023
7 Dam Bronjong II M. Nor Ismail Nungga Rasanae Timur 7,0 105,0 Kg April - Juni 2023
8 Dewa Cici III H. M. Nor Nungga Rasanae Timur 6,0 90,0 Kg April - Juni 2023
9 Telaga II Muh Jafar Nungga Rasanae Timur 5,0 75,0 Kg April - Juni 2023
10 So Tolo Woro Bakri Kodo Rasanae Timur 9,0 135,0 Kg April - Juni 2023
JUMLAH 94,0 1.410,0 Kg
3 TRAKTOR RODA 2 1 Dam Bronjong I Halik Kel. Nungga Rasanae Timur 9,3 1,0 Unit
2 Dam Bronjong II M. Nor Ismail Ntobo Raba 6,8 1,0 Unit
3 Oi Mori H. Muhammad Sidik Ntobo Raba 25,7 1,0 Unit
4 Mufakat sama II H. Halik Rabadompu Barat Raba 7,1 1,0 Unit
JUMLAH 48,9 4,0 Unit
KELOMPOK KETUA ALAMAT LUAS LAHAN JUMLAH
NO URAIAN USULAN SATUAN RENCANA TANAM
TANI KELOMPOK KELURAHAN KECAMATAN USULAN (Ha) USULAN
4 MESIN POMPA AIR 1 Telaga Gora II A. Rahman Sambinae Mpunda 8,9 1,0 Unit
2 Kambu Kahrudin Penanae Raba 10,1 1,0 Unit
3 Telaga I Arifin Nungga Rasanae Timur 6,7 1,0 Unit
4 Kacampo Mufakat Saeful Sadia Mpunda 16,9 1,0 Unit
5 Panggalasa H. Mansyur Kodo Rasanae Tumur 22,8 1,0 Unit
6 So Dungga H. Muslikh Kodo Rasanae Timur 8,4 1,0 Unit
7 Mangge Pambu I Muhidin Kodo Rasanae Timur 10,4 1,0 Unit
8 Mada Oi Karatu H. Ahmad Ule Asakota 31,8 1,0 Unit
9 So Toloworo Bakri Kodo Rasanae Timur 8,6 1,0
JUMLAH 124,6 9,0 Unit
5 CORN COMBINE HARVESTER 1 Sangari llham Kel. Ntobo Raba 42,2 1,0 Unit
BESAR 2 Oi Lupe Masrun Kel. Ntobo Raba 41,0 1,0 Unit
3 So Ndano Iyem Kolo Asakota 30,0 1,0 Unit
JUMLAH 113,1 3,0 Unit
6 MIST BLOWER 1 So Ati Asrin Kolo Asakota 40,0 3,0 Unit
2 Jujur Idrus Jatibaru Timur Asakota 30,0 3,0 Unit
3 Mada Oi Karatu H. Ahmad Ule Asakota 31,8 3,0 Unit
4 So Tolo Asi Adam Ishaka Panggi Mpunda 35,0 3,0 Unit
5 Oi Rau Sukri Seno Lelamase Rasanae Timur 62,0 3,0 Unit
JUMLAH 198,8 15,0 Unit
7 COMBINE HARVESTER BESAR 1 Tani Sejahtera II M. Ali Rontu Raba 4,5 1,0 Unit
2 Bersama I H. Abdulah Kodo Rasanae Timur 3,7 1,0 Unit
3 Samada I Yasin Dodu Rasanae Timur 9,3 1,0 Unit
JUMLAH 17,5 3,0 Unit
8 DRONE SPRAYING 1. Mori Sama I Amiruddin Rabadompu Barat Rasanae Timur 5,5 1,0 Unit
2. Tani Sejahtera I Rusdin Rontu Raba 3,6 1,0 Unit
JUMLAH 9,1 2,0 Unit

Kota Bima, Desember 2022

Mengetahui :

Kepala Dinas Pertanian Kota Bima,

SULISTIYANTO, S.Pt
NIP. 196503021986031024

Anda mungkin juga menyukai