Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM

EKONOMI PERTANIAN

KABUPATEN : BANGKA BARAT


PROVINSI : BANGKA BELITUNG

Disusun oleh :
Mutya Ayuningtias
H0420057

LABORATORIUM EKONOMI PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM EKONOMI PERTANIAN

KABUPATEN : BANGKA BARAT


PROVINSI : BANGKA BELITUNG

Disusun oleh:
Mutya Ayuningtias
H0420057

Telah dinyatakan memenuhi syarat dan disahkan


Pada tanggal : 22 Desember 2020

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Co–Assisten

Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si. Ade Candra Puspita


NIP.196606111991031002 NIM.H0819001

Mengetahui,
Kepala Program Studi Agribisnis

Dr. Ir. Sri Marwanti, M.S.


NIP. 19590709 198303 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Ekonomi
Pertanian ini dengan baik. Laporan ini disusun guna melengkapi nilai mata kuliah
Ekonomi Pertanian. Adanya laporan ini, penulis mengharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang Ekonomi Pertanian.
Penyelesaian dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa
pihak yang telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku
laporan ini. Ucapan terimakasih penulis disampaikan kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian UNS Surakarta, Bapak Prof. Dr. Samanhudi, S.P.,
M.Si., yang telah membantu dalam pengadaan praktikum ini.
2. Kepala Program Studi Agribisnis, Dr. Ir. Sri Marwanti M.S., yang telah
memberikan masukan kepada penyelenggaraan praktikum ini.
3. Dosen pengampu Mata Kuliah Ekonomi Pertanian yang telah Mengkoordinir
berjalannya Praktikum ini.
4. Co-Assisten Ekonomi Pertanian yang telah membimbing dan membantu
dalam penyusunan laporan ini
5. Orang tua penulis dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat
dan doa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna.
Perubahan menuju kesempurnaan itu penting, maka dari itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnyanya laporan
ini. Akhir kata penulis mengharap laporan ini berguna bagi pembaca pada
umumnya dan penulis sendiri pada khususnya

Surakarta, Desember 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... .iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang....................................................................................... 1
B.Perumusan Masalah ............................................................................... 2
C.Tujuan Praktikum Ekonomi Pertanian................................................... 2
D.Kegunaan Praktikum Ekonomi Pertanian ............................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Karakteristik Wilayah ............................................................................ 4
B.Pertanian dan Produktivitas Usahatani .................................................. 5
C.Kajian Mikro (Potensi Pertanian) .......................................................... 6
D.Kajian Makro (PDRB, Konsumsi, Inflasi) ............................................ 7
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Karakteristik Wilayah ............................................................................ 8
1. Gambaran Wilayah............................................................................. 9
2. Penduduk ............................................................................................ 9
a. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga............................. 10
b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ................................... 11
c. Jumlah Penduduk Menurut Umur ................................................ 12
d. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ....................................... 13
e. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ............................. 14
3. Kegiatan Sosial Ekonomi Kab/Kota ............................................... 15
a. Sarana Transportasi ...................................................................... 16
b. Sarana Pendidikan dan Kesehatan ............................................... 16
c. Sarana Peribadatan dan Sosial Kemasyarakatan .......................... 18
B. Kajian Mikro (Potensi Pertanian) ....................................................... 19
C. Kajian Makro (PDRB, Konsumsi, Inflasi) ......................................... 20
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 26
B. Saran ................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Kabupaten/Kota Bangka Barat
Tahun 2018 ........................................................................................... 11

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Bangka


Barat Tahun 2018 ................................................................................. 13

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur Kabupaten/Kota Bangka Barat Tahun
2018. ..................................................................................................... 14

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Kabupaten/Kota Bangka Barat


Tahun 2018 ........................................................................................... 15

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Provinsi Bangka


Belitung Tahun 2018. ......................................................................... 16

Tabel 3.6 Sarana Transportasi Kabupaten/Kota Bangka Barat Tahun 2018 ...... 18

Tabel 3.7 Sarana Pendidikan Kabupaten/Kota Bangka Barat Tahun 2018 ........ 19

Tabel 3.8 Sarana Kesehatan Kabupaten/Kota Bangka Barat Tahun 2018 .......... 20

Tabel 3.9 Sarana Peribadatan Kabupaten/Kota Bangka Barat Tahun 2018....... 21

Tabel 3.10 Jumlah Rumah Tangga Usaha Jasa Pertanian di Kabupaten Bangka
Barat Tahun 2013 ............................................................................... 22

Tabel 3.11 Jumlah Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (milliar rupiah), pada Provinsi Bangka
Belitung Tahun 2018 .......................................................................... 24

Tabel 3.12 Rata-rata Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Kelompok


Komoditas di Provinsi Bangka Belitung (rupiah) Tahun 2018. ....... 26

Tabel 3.13 Laju Inflasi Harga Konsumen per Bulan di provinsi Bangka Belitung
Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2018 ................................... 27

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kabupaten/Kota Bangka Barat………………..9


Gambar 3.2 Peta Wilayah Provinsi Bangka Barat……………………….10

vi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi Pertanian yaitu sesuatu yang substansional dalam
pembangunan yang berupa pemenuhan kebutuhan pangan, penyediaan bahan
mentah untuk industri, penyumbang devisa Negara dan penyedia lapangan.
Potensi lahan pertanian di Indonesia saat ini bukan lagi kawasan hutan, tetapi
telah menjadi lahan pertanian atau lahan yang pernah digunakan seluas 70,2
juta ha, yang terdiri atas sawah, tegalan, pekarangan, perkebunan, padang
penggembalaan, kayu-kayuan, dan tambak/kolam. Luas lahan pertanian ini
sangat mungkin bagi Indonesia untuk mulai berdikari dalam memenuhi
kebutuhan pangan, dengan pendekatan sistem ekonomi berbasis Intelegensis
of thing yang berkelanjutan, tidak kalah dengan potensi yang dimiliki Negeri
Sejiran Setason atau Bangka Barat, yaitu salah satu wilayah bagian Bangka
Belitung, berpotensi di Sektor Pertanian, Kehutanan, Perikanan juga sektor
Industri pengolahan.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
indicator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam
suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan, Konsumsi diartikan sebagai penggunaan barang-barang dan jasa-jasa
yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Konsumsi atau
lebih tepatnya pengeluaran konsumsi pribadi adalah pengeluaran oleh rumah
tangga atas barang-barang akhir dan jasa sedangkan inflasi merupakan suatu
kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga secara umum dan
berlangsung secara secara terus menerus yang diukur dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK). Praktikum ini bertujuan untuk mengaplikasikan teori yang
dipelajari dimata kuliah ekonomi pertanian yang mengkaji potensi
perekonomian khususnya dibidang pertanian secara makro di Provinsi
Bangka Belitung yang secara teknis didukung oleh factor pendidikan, sarana
dan prasarana, sumber daya alam yang terkandung juga komoditas utama
yang dihasilkan, serta dikaji melalui PDRB (Pendapatan Domestik Regional

1
2

Bruto), tingkat konsumsi dan Inflasi. Praktikum ini juga mengkaji secara
mikro di Kabupaten/Kota di Bangka Barat yang mengacu pada data sekunder.
Pratikum ini diharapkan berguna sebagai titik acuan dalam pengembangan
potensi perekonomian dibidang pertanian suatu daerah khususnya
Kabupaten/Kota Bangka Barat dan lebih luasnya di Provinsi Bangka
Belitung, karena untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi yang
terkandung dalam suatu daerah maka perlu dilakukan pengkajian-pengkajian
seperti hal nya praktikum ini.

B. Perumusan Masalah
Ekonomi Pertanian merupakan semua proses pengolahan hasil-hasil
pertanian yang berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
menggunakan prinsip-prinsip ekonomi. Kabupaten Bangka Barat merupakan
salah satu Kabupaten/Kota Bangka Barat di Provinsi Bangka Belitung, yang
memiliki potensi pertanian tersendiri. Berdasarkan gambaran tersebut dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik wilayah Kabupaten/Kota Bangka Barat?
2. Bagaimana kondisi makro (potensi pertanian) pada Kabupaten/Kota
Bangka Barat?
3. Bagaimana kondisi makro yang meliputi PDRB, konsumsi dan inflasi di
Provinsi Bangka Belitung?
C. Tujuan Praktikum Ekonomi Pertanian
Perkembangan perekonomian suatu wilayah itu memiliki prospek
bidang yang bermacam-macam, tetapi dalam pemenuhan kebutuhan pokok
manusia, sektor pertanian yang memainkan peran penting. Sektor pertanian
tidak akan hilang selama manusia itu ada, karena manusia sebagai makhluk
ekonomi yang berarti manusia tidak akan pernah merasa puas dengan apa
yang diperolehnya dan selalu memenuhi kebutuhannya, untuk itu sektor
pertanian sebagai pemenuh kebutuhan pokok terus dikembangkan dan
ditingkatkan. Peningkatan tersebut akan diperoleh melalui pengkajian yang
salah satunya dilakukan melalui praktikum, untuk itu praktikum ini memiliki
tujuan :
3

1. Mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui karakteristik wilayah


Kabupaten/Kota Bangka Barat.
2. Mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui kondisi mikro (potensi
pertanian) pada Kabupaten/Kota Bangka Barat.
3. Mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui kondisi makro (produk
domestic regional bruto, konsumsi, dan inflasi) pada Provinsi Bangka
Belitung.
D. Kegunaan Praktikum Ekonomi Pertanian
Data yang relevan mengenai Ekonomi Pertanian bisa didapatkan dengan
pengkajian yang mendalam. Salah satu pengkajian yang bisa dilakukan yaitu
melalui Praktikum. Sehingga dalam Praktikum Ekonomi Pertanian ini
diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa, praktikum ini dapat menambah wawasan tentang
Ekonomi Pertanian, sebagai persyaratan dalam menempuh mata kuliah
Ekonomi Pertanian. Praktikum ini juga sebagai bentuk pembiasaan
pengkajian mahasiswa terhadap kondisi dan potensi ekonomi suatu daerah
khususnya dibidang pertanian. Praktikum ini juga dapat digunakan
mahasiswa untuk mengembangkan potensi pertanian khususnya didaerah
yang dikaji dalam praktikum ini.
2. Bagi Fakultas Pertanian, hasil praktikum ini diharapkan dapat mendukung
penerapan mata kuliah Ekonomi Pertanian, dimana dalam mata kuliah
tersebut mencakup banyak sekali aspek dalam Pertanian itu sendiri,
sehingga berdampak pada kebermanfaatan mempelajari mata kuliah
tersebut. Praktikum ini diharapkan dapat mendukung kelengkapan dalam
penerapan kurikulum pendidikan pertanian. Praktikum ini juga berguna
untuk syarat peningkatan akreditasi Fakultas.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Pedesaan
Desa menggambarkan suatu bentuk kesatuan masyarakat atau komunitas
penduduk yang tempat tinggal dalam suatu lingkungan dimana mereka saling
mengenal dengan baik karena corak kehidupan mereka relative homogeny
dan memiliki hubungan yang intim dan awet. Lebih jauh, desa di Indonesia
diasosiasikan dengan suatu masyarakat yang hidup secara sederhana, ikatan
social, adat dan tradisi masih kuat, sifatnya jujur dan bersahaja. Menilik
kondisi tersebut, potensi persatuan (unity) masyarakat desa lebih dapat
tumbuh subur (Lutfia,2013).
Sifat dan karakteristik desa secara umum dapat dilihat dari keadaan alam
dan lingkungan hidupnya. Suasana dan cuaca alamnya yang cerah, hamparan
sawah yang menghijau jika musim tandur dimulai dan menguning jika musim
panen tiba, dari kejauhan tampak gunung menjulang tinggi di langit biru.
Tipologi wilayah pedesaan, hampir sebagian besar masih perkampungan atau
dusun. Mata pencaharian masyarakatnya lebih dominan pada sektor
pertanian, perkebunan, peternakan, dan sejenisnya. Karakteristik
masyarakatnya masih berkaitan dengan etika dan budaya setempat, seperti
berperilaku sederhana, mudah curiga, menjunjung tinggi kekeluargaan, lugas,
tertutup dalam hal keuangan, menghargai orang lain, jika diberi janji akan
selalu diingat, suka bergotong royong, demokratis, religius, dan lainnya.
Karakteristik desa selalu dikontraskan dengan pemahaman masyarakat kota.
Artinya, desa merupakan gambaran yang masyarakatnya masih bersahaja,
sederhana, dan apa adanya (alami dan damai) (Jamaludin, 2015).
Masyarakat pedesaan memiliki ciri hubungan antar warga masyarakat
bersifat resiprokal berupa strata patron-klien antara tokoh agama/masyarakat
dengan rakyat biasa. hanya saja, patron klien dinilai positif karena
memberikan benefit sosial. Dependensi terhadap tokoh agama/masyarakat
membuktikan bahwa masih minimnya kontribusi pemerintah desa, baik
karena faktor birokrasi maupun politis; proses sosial berlangsung secara

4
5

asosiatif (gotong-royong, simpan-pinjam via koperasi, dan hajatan


keagamaan maupun hari-hari besar) dan disosiatif (desas-desus dan
perbedaan kepentingan pribadi). Menuju akar sublimasi mesti direorientasi ke
sisi teknokratis dengan mengkreasikan industrialisasi pertanian berbasis lokal,
pemberdayaan ekonomi kreatif dan kewirausahaan, pendidikan remaja desa,
dan ekowisata (Pohan dan Wahju, 2019).

B. Pertanian dan Produktivitas Usahatani


Perencanaan dengan program terhadap usahatani ditujukan untuk memilih
dan mengkombinasikan kegiatan tanam dan ternak untuk menghasilkan
keadaan yang optimum. Terdapat beberapa program yang bisa digunakan,
antara lain:
1. Program sederhana (simplied programming): perhitungannya dapat
dikerjakan dengan tangan dan kalkulator, tetapi masalahnya perencanaan
yang sederhana hanya melibatkan beberapa kegiatan dan kendala.
2. Linier programming : perencanaan usahatani dengan bantuan komputer
maupun manual yang digunakan untuk memilih kombinasi beberapa
kegiatan yang dapat memaksimumkan pendapatan kotor.
3. Risk programming : merupakan cara yang sesuai untuk perencanaan
usahatani bila produktivitas, harga dan koefisien perencanaan dalam
kegiatan sulit diduga terlebih dahulu. Ketidakpastian itu bertambah
penting dalam merencanakan usahatani. Cara memperhitungkan faktor
resiko dalam pendapatan kotor dengan menggunakan program resiko
kuadratik (Quadratik risk programming) dengan menyusun sebuah matrik
yang memuat ragam dan peragam (variance, covariance) pendapatan
kotor (Shinta Agustina,2011).
Biasanya besar Faktor yang mempengaruhi merosotnya
produktivitas usaha tani yaitu: Pemanfaatan lahan untuk kegiatan usaha
belum optimal. Kegiatan usaha belum dilaksanakan secara intensif,
sehingga produktivitas masih relatif rendah (belum optimal sesuai
potensi hasil). Keterbatasan kemampuan SDM karena belum intensifnya
pembinaan dan pendampingan. Budidaya ternak masih konvensional dan
6

dalam skala kecil, serta pemberian pakan belum proporsional sehingga


produksi ternak belum optimal. Limbah ternak (padat dan cair) belum
dikelola atau diproses dengan baik untuk menjadi pupuk yang bermutu
dan juga untuk biogas. Limbah tanaman yang dapat dipergunakan
sebagai pakan ternak juga belum dikelola atau diproses dengan baik
menjadi pakan bermutu dan tahan simpan untuk kebutuhan pada musim
kemarau. Belum berkembangnya kegiatan pengolahan hasil pertanian
dan kendala dalam pemasaran hasil khususnya pada musim panen raya
(Rosita et al., 2017).
Konsekuensi ekonomi dari iklim global mengubah dampak pada
pertanian dengan mengeksplorasi interaksi antara biofisik dan geografi
ekonomi. Cara melakukan dengan menjembatani tubuh literature yang
luas pada dampak iklim pada hasil dan produktivitas fisik dalam produksi
tanaman global, hubungan dengan literature yang kurang berkembang
pada geografis ekonomi yaitu perubahan iklim yang berdampak. Seperti
tanaman Jaringan Global yang Inter comparison, Model dikoordinasikan
oleh AgMIP yang dihasilkan dari evaluasi dampak perubahan iklim
global jaringan. Namun, alih-alih menggunakan model tertentu, lebih
baik menggunakan meta-analisis statistik yang mencakup semua studi
yang tersedia untuk IPCC-AR5. Pendekatan ini tidak hanya lebih
komprehensif, tetapi juga memungkinkan kita untuk mengisolasi elemen
spesifik dari distribusi spasial iklim dampak, termasuk peran suhu awal,
pola pemanasan , dan berbeda respon tanaman yang berbeda terhadap
pemanasan di seluruh dunia. Meta-analisis statistik ini juga
memungkinkan analisis yang lebih canggih tentang ketidakpastian yang
terkait dengan iklim(Baldos, 2019).

C. Kajian Mikro (Potensi Pertanian)


Kabupaten Bangka Barat memiliki sektor basis hanya satu yaitu sektor
industri pengolahan, jika dianalisis per sektor nya Bangka Barat memiliki
nilai positif yang artinya mengalami pertumbuhan lebih cepat ketimbang
Provinsi yaitu disektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor industri
7

pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air,


pengolahan sampah, limbah dan daur ulang, sektor pengadaan air, pengolahan
sampah, limbah dan daur ulang, sektor perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan sepeda motor, sektor penyedia akomodasi dan makan
minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi,
sektor real estate, sektor jasa perusahaan, sektor adminitrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor jasa pendidikan, sektor jasa
kesehatan dan kegiatan sosial, sektor jasa lainya. Kabupaten Bangka Barat
juga memiliki potensial disektor pertambangan dan penggalian.
Pertambangan yang paling banyak dilakukan adalah pertambangan bijih
timah (Widiarsih, 2016).
Pengukuran potensi daerah dapat menggunakan Analisis Location
Quotient (LQ), Location Quotient (LQ) merupakan alat analisis untuk
mengetahui ada tidaknya spesialisasi suatu wilayah untuk sektor (industri)
tertentu. Pemanfaatan analisis LQ dimaksudkan untuk melihat sektor yang
menjadi sektor basis dan sektor bukan basis, sehingga daerah melihat
keunggulan sektor yang dapat dijual dan dikembangkan untuk mendorong
perekonomian di daerah atau kabupaten (Nano, 2010).
Bangka Barat juga sangat berpotensi dalam perkebunan dengan komoditas
Kelapa Sawit, untuk itu kemitraan hadir sebagai pemecah masalah untuk
mendongkrak perekonomian rakyat di kabupaten Bangka Barat. Pola
kemitraan yang ada saat ini merupakan kelanjutan, peningkatan, perluasan,
penataan, dan pemantapan dari kerja sama kemitraan sebelumnya. Secara
garis besar, di Indonesia terdapat lima pola kemitraan, yaitu Pola PIR, Pola
Subkontrak, Pola kemitraan perdagangan umum, Pola kemitraan keagenan,
dan Pola KKPA (Saputra et al., 2017).
Tingginya produktivitas dan nilai ekonomi kelapa sawit dibanding
komoditas lainnya, menjadikan kelapa sawit sebagai komoditas andalan di
beberapa negara tropis, terutama Indonesia dan Malaysia. Kelapa sawit
merupakan spesies tanaman tropis, dan tidak dapat ditumbuhkan di daerah
subtropis. Termasuk ke dalam kelompok palma (suku Arecaceae), kelapa
8

sawit satu keluarga dengan kelapa dan kelompok pinang-pinangan (palem)


lainnya (Nugroho Agung, 2019).

D. Kajian makro (PDRB, Konsumsi, Inflasi)


Sarana merupakan segala sesuatu yang bisa dipakai sebagai akat dalam
mencapau suatu maksud dan tujuan tertentu. Sarana dan Prasarana adalah
sesuatu yang mendukung kegiatan social, ekonomi dan budaya kegiatan
dalam masyarakat Infrastruktur yang tepat adalah penentu keberhasilan suatu
proses pembangunan ekonomi di suatu daerah (Fadilah et al., 2018).
Pertumbuhan ekonomi daerah dapat dicerminkan dari perubahan PDRB
dalam suatu wilayah. PDRB mempunyai pengaruh terhadap jumlah angkatan
kerja yang bekerja dengan asumsi apabila nilai PDRB meningkat, maka
junlah nilai tambah output dalam sleuruh unit ekonomi disuatu wilayah akan
meningkat. Output yang jumlahnya meningkat tersebut akan menyebabkan
terjadinya peningkatan terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja yang
diminta (Kairupan, 2013).
Inflasi merupakan proses kenaikan harga secara umum dan terus menerus
(terkait) dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
factor. Ketika tingkat inflasi semakin tinggi, biaya hidup juga meningkat.
Perubahan tingkat inflasi yang diharapkan mempengaruhi kredit dan risiko
investasi ulang. Sebagai acuan, tingkat inflasi yang semakin tinggi akan
berdampak pada harga aset (Yunita dan Robiyanto, 2018).
Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makro
ekonomi. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. Hal
ini berarti semakin besar pendapatan semakin besar pula pengeluran
konsumsinya (Chandra, 2016).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Wilayah
Wilayah merupakan daerah tertentu yang terdapat sekelompok kondisi
fisik yang telah memungkinkan terciptanya tipe-tipe ekonomi tertentu. Setiap
wilayah dapat di bedakan melalui karakteristik yang dijabarkan dari segi
monografi, komoditas utama, ragam penduduk dengan kebudayaan, dan
sarana untuk mengembangkan wilayah tersebut. Karakteristik wilayah dapat
dijadikan penanda perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah
lainnya.
1. Gambaran Wilayah

Gambar 3.1 Peta Kabupaten/Kota Bangka Barat

9
10

Gambar 3.2 Peta Provinsi Bangka Belitung


Kabupaten adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia
setelah provinsi, yang dipimpin oleh seorang bupati, selain kabupaten,
pembagian wilayah administratif setelah provinsi adalah kota. Secara
umum, baik kabupaten dan kota memiliki wewenang yang sama.
Kabupaten bukanlah bawahan dari provinsi, karena itu bupati atau wali
kota tidak bertanggung jawab kepada gubernur. Kabupaten maupun kota
merupakan daerah otonom yang diberi wewenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahannya sendiri. Kabupaten/Kota Bangka Barat
merupakan wilayah yang bagian dari provinsi Bangka Belitung, dengan
sebutan Negeri Sejiran Setason dengan luas wilayah 2.821 km².
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten/Kota Bangka Barat yaitu,
dibagian utara berbatasan dengan Laut Natuna, sebelah timur berbatasan
dengan Teluk Kelabat, Kecamatan Bakam dan Kecamatan Puding Besar,
disebelah selatan berbatasan dengan Selat Bangka, serta disebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Mendo. Kabupaten/Kota Bangka Barat juga
memiliki 6 wilayah dengan beberapa jumlah desa/kelurahan. Wilayahnya
yaitu, Kecamatan Jebus dengan 11 kelurahan/Desa, Kecamatan Kelapa
dengan 14 kelurahan/desa, Kecamatan Mentok dengan 7 Kelurahan/Desa,
Kecamatan Parittiga dengan 10 Kelurahan/Desa, Kecamatan Simpang
11

Terittip dengan 13 kerlurahan/Desa, serta Kecamatan Tempilan dengan 9


Kelurahan/Desa
2. Penduduk
Penduduk merupakan semua orang yang berdomisili di wilayah
geografis suatu daerah tertentu selama jangka waktu tertentu, dan
dianggap sudah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh
peraturan di suatu daerah atau wilayah. Rata-rata penduduk yang
mendiami suatu wilayah maka akan berkembang dan melakukan kegiatan
ekonomi di wilayah tersebut. Jumlah penduduk yang semakin meningkat
dengan diikuti perkembangan intelegensis akan meningkatkan taraf hidup
masyarakat di wilayah tersebut.
a. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga
Jumlah penduduk yang terus mengalami pertumbuhan yang
dinamis juga diikuti dengan pertambahan jumlah anggota rumah tangga
per KK nya. Pertambahan ini diakumulasi maka disebut laju
pertumbuhan. Laju pertumbuhan yang semakin meningkat
mengakibatkan pada pemadatan penduduk.

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Kabupaten/Kota


Bangka Barat Tahun 2018
Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga
2018 2018
2.09.011 6,31
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Berdasarkan data pada tabel diatas dinyatakan bahwa pada tahun
2018 di Kabupaten/Kota Bangka Belitung memiliki jumlah penduduk
2.09.011 dengan jumlah rumah tangga sebesar 6,31. Jumlah penduduk
itu bersifat dinamis, dimana dari hari ke hari akan semakin bertambah
dan beraneka ragam. Jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga sangat
erat kaitannya dengan kepadatan penduduk jika di hitung kepadatan
penduduk di Kabupaten/Kota Bangka Barat yaitu :
12

Jumlah Penduduk (Jiwa)


Kepadatan Penduduk =
Luas Wilayah (Km)

2.09.011 Jiwa
=
2.821 km².

= 74 jiwa/km

Berdasarkan penghitungan tersebut diperoleh bahwa kepadatan


penduduk di Kabupaten/Kota Bangka Barat sebesar 74 jiwa/km dengan
jumlah rumah tangga sebesar 6,31 di tahun 2018. Penghitungan ini
penting untuk mengetahui persebaran penduduk suatu wilayah dan
penataan ruang khususnya distribusi permukiman. Kepadatan penduduk
merupakan indikator awal untuk mendeteksi tingkat perkembangan
wilayah beserta seluruh kemungkinan dampak yang di timbukan.

b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Rasio Jenis Kelamin adalah suatu angka yang menunjukkan
perbandingan banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan banyaknya
jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu.
Biasanya dinyatakan dalam banyaknya jumlah penduduk laki-laki per
100 penduduk perempuan. Data rasio jenis kelamin ini, berguna untuk
pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender,
terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki
dan perempuan secara adil. Rasio Jenis kelamin juga digunakan untuk
melihat proporsi penduduk berdasarkan jenis kelamin dan untuk
berbagai perencanaan kegiatan seperti penyediaan Rumah Sakit
Bersalin, penyediaan ragam pendidikan dan lain sebagainya. Selain itu,
informasi rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi,
terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam
parlemen.
13

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/Kota


Bangka Barat Tahun 2018
Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

1.09.137 99.874 2.09.011 109 %

Sumber : Badan Pusat Statistik Kepulauan Bangka Belitung


Berdasarkan data pada tabel 2 diatas ditunjukkan bahwa sex ratio
di Kabupaten/Kota Bangka Barat sejumlah 109% jika di lihat dari
rumus maka :
∑ Penduduk Laki-Laki x 100%
Sex Ratio =
∑ Penduduk Perempuan
109 137
= X 100 %
99 874
= 109 %
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap 100
perempuan terdapat 109 laki-laki. Kesimpulannya bahwa penduduk
menurut jenis kelamin di Kabupaten/Kota Bangka Barat ditahun 2018
lebih banyak laki-lakinya.

c. Jumlah Penduduk Menurut Umur


Rasio Ketergantungan (Depedency Ratio) adalah perbandingan
antara jumlah penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah
penduduk 65 tahun keatas (keduanya disebut dengan bukan angkatan
kerja) dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun
(angkatan kerja). Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat
digunakan sebagai indicator yang secara kasar dapat menunjukkan
keadaan ekonomi suatu Negara apakah tergolong negara maju atau
negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah
satu indicator demografi yang penting. Semakin tinggi presentase
14

dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus


ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk
yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sisi lain mengatakan
bahwa presentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan
semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif
lagi.
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur Kabupaten/Kota Bangka
Barat Tahun 2018.

Umur (tahun) Jumlah %


0-4 20.603 10%
5-9 19.739 10%
10-14 18.265 9%
15-19 16.699 8%
20-24 18.274 9%
25-29 19.053 9%
30-34 18.505 9%
35-39 17.335 8%
40-49 14.742 7%
45-49 12.922 6%
50-54 10.087 4%
55-59 8.113 3%
60-64 6.833 3%
>65 8.439 5%
Jumlah Penduduk Menurut Umur 2.09.011 100 %
Sumber : Badan Pusat Statistik Kepulauan Bangka Belitung
Berdasarkan data pada tabel 3 dapat dinyatakan bahwa jumlah
penduduk produktif lebih banyak dari pada jumlah penduduk yang non
produktif, karena jika dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu penduduk
dengan umur muda yaitu 0-14 tahun maka sebesar 29%, sedangkan
penduduk umur produktif dengan rentang umur 15-64 tahun sebesar 66
15

% dan penduduk dengan umur tua atau dalam artian penduduk tidak
produktif sebesar 5 %. Mengacu dari data diatas dapat dikatakan bahwa
penduduk produktif lebih besar dari pada non produktif ini berdampak
pada pemenuhan kebutuhan yang terjamin. Kebutuhan yang terjamin
akan meningkatkan taraf hidup setiap individu.
d. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu media untuk meningkatkan
perkembangan intelegensis, kreativitas dan inovasi setiap individu.
Pendidikan yang merata akan meningkatkan kualitas SDM dari
penduduk suatu wilayah tersebut. Penduduk menurut pendidikan dibagi
menjadi beberapa tingkatan pendidikan diantaranya.

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Kabupaten/Kota


Bangka Barat Tahun 2018
No. Pendidikan Jumlah
1. Tidak/ belum pernah sekolah 10.791
2. Tidak/Belum tamat SD 1. 29.433
3. SD 1.86.044
4. SMP 1.09.639
5. SMA 1.36.739
6. SMK 85.369
7. Diploma I/II/III/Akademi 25.170
8. Universita 44.733
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan 7.27.918
Sumber : Badan Pusat Statistik Kepulauan Bangka Belitung
Berdasar tabel 4 menunjukkan bahwa masih ada penduduk yang
belum tersentuh pendidikan sebesar 10.791 jiwa. Meskipun demikian
banyak penduduk yang sudah maju dalam pendidikan terbukti bahwa
ada tingkatan pendidikan yang masing-masing memiliki jumlah yang
banyak. Terdapat factor yang mengakibatkan belum tersentuhnya
pendidikan di sebagian penduduk nya diantaranya motivasi dan
lingkungan social. Ketika lingkungan social berkembang kearah yang
16

positif dimana disini pendidikan dianggap penting dan harus didapatkan


minimal 12 tahun maka itu akan menimbulkan motivasi pada individu,
tetapi jika lingkungan tidak mendukung adanya proses belajar atau
pendidikan itu sendiri maka tidak ada motivasi untuk menimba
pendidikan.

e. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian


Pekerjaan adalah upaya manusia untuk berdikarai dalam
pemenuhan ebutuhan pokok maupun tersiernya sendiri. Pekerjaan atau
mata pencaharian penduduk dalam satu wilayah itu bisa bermacam-
macam tetapi juga bisa ada beberapa pekerjaan yang mendominasi. Hal
itu tergantung pada bentuk wilayah, komoditi hasil utama dan macam-
macam pendidikan yang dienyam penduduk nya.
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Provinsi
Bangka Belitung Tahun 2018.

No. Mata Pencaharian Jumlah


1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan 2.19.022
Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian 91.438
3. Industri Pengolahan 42.623
4. Listrik,Gas, dan Air 2.502
5. Bangunan 35.520
6. Pedagangan besar, Eceran, Rumah Makan, 1.34.065
dan Hotel
7. Angkutan, Pergudangan, dan komunikasi 17.409
8. Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan 11.856
Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan
9. Jasa kemasyarakatan, social, dan 1.18.203
perorangan.

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian 7.01.366


Sumber : Badan Pusat Statistik Kepulauan Bangka Belitung
17

Berdasarkan data pada tabel 5 dapat dinyatakan bahwa mata


pencaharian yang paling utama di Provinsi Bangka Belitung adalah
sektor Pertanian, Kehutanan, perburuan dan Perikanan. Mengacu dari
data diatas juga ditunjukkan bahwa sektor yang paling minim yaitu
pada sektor Listrik, Gas dan Air. Hal ini disebabkan karena kandungan
SDA di Provinsi Bangka Barat yang biasanya dimanfaatkan secara
langsung dan meskipun itu di ekspor maka itu berbentuk bahan baku
bukan hasil olahan sehingga mata pencahariannya paling banyak pada
sektor pertanian.

3. Kegiatan Sosial Ekonomi Kab/Kota Bangka Barat


Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam
kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi,
pendidikan serta pendapatan. Ruang Lingkup pembahasan social ekonomi
sering menjadi objek pembahasan yang berbeda. Pengkajian social
ekonomi tersebut dapat dilihat dari beberap factor yaitu sarana
transportasi, sarana pendidikan dan kesehatan, juga sarana peribadatan dan
social masyarakat.

a. Sarana Transportasi
Transportasi sangat mendukung kegiatan social terutama yang
bertujuan terbentuknya interaksi ekonomi maka dibutuhkan
transportasi. Transportasi dimanfaatkan dalam pendistribusian hasil
produksi ataupun bahan untuk produksi. Transportasi dapat dikatakan
sebagai factor keberhasilan dalam suatu usaha ekonomi.
18

Tabel 3.6 Sarana Transportasi Kabupaten/Kota Bangka Barat


Tahun 2018

No. Sarana Transportasi Jumlah


1. Mobil penumpang/Sedan 5.163
2. Bus 77
3. Jeep 409
4. Pick Up 1.959
5. Truk 691
6. Sepeda Motor 35.131
Sumber : Badan Pusat Statistik Kepulauan Bangka Belitung
Berdasarkan data pada tabel 6 terdapat 35.131 sarana transportasi
berbentuk sepeda motor, dan yang lain adalah sarana transportasi
dengan roda 4. Data tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan
masyarakat di Kabupaten/Kota Bangka Barat memiliki mobilitas yang
sangat padat dengan kegiatan ekonomi yang didominasi oleh pertanian.
Hal ini dikarena keberadaan sarana transportasi yang lain biasanya
digunakan untuk pendistribusian hasil produksi pertanian berbentuk
bahan baku ataupun bahan olahan.

b. Sarana Pendidikan dan Kesehatan


Pendidikan yang baik harus memiliki struktur yang terorganisir
didalam kelembagaan. Berbicara kelembagaan yang terorganisir
didalamnya juga terdapat sarana yang menunjang keberhasilan
penerapan pendidikan di setiap lapis atau tingkatan pendidikan tersebut.
Bermodal sarana yang baik maka pendidikan akan berkembang dengan
baik dan mampu menunjukkan esistensinya dimana jika pendidikan
disuatu daerah memiliki eksistensi yang baik dan terus mengalami
peningkatan hal tersebut berdampak pada pemenuhan berkembangnya
suatu daerah tersebut.
19

Tabel 3.7 Sarana Pendidikan Kabupaten/Kota Bangka Barat


Tahun 2018
No. Sarana Pendidikan Jumlah
1. Taman Kanak-kanak (TK) 2.890
2. Raudatul Athfal (RA) 172
3. Sekolah Dasar (SD) 26.342
4. Madrasah Ibtidaiyah (MI) 542
5. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 8.024
6. Madrasah Tsanawiyah (MTs) 1.984
7. Sekolah Menengah Atas (SMA) 4.146
8. Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) 3.182
9. Madrasah Aliyah (MA) 795
10. Perguruan Tinggi -

Sumber : Badan Pusat Statistik Kepulauan Bangka Belitung


Berdasarkan data pada tabel 7 diatas menunjukkan sudah
terpenuhinya sarana pendidikandi masing-masing tingkatan. Hanya saja
satu sarana pendidikan yang belum ada yaitu sarana pendidika ditingkat
Perguruam Tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa di Kabupaten/Kota
Bangka Barat belum menunjukkan pengaruh yang positif pendidikan di
tingkat Perguruan Tinggi.
Kesehatan menjadi factor penting dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat melalui perkembangan wilayahnya. Sehat
secara fisik menjadikan individu mampu untuk mengembangkan
kemampuannya dan bisa memenuhi kebutuhan melalai usaha
perekonomian. Dimana setiap usaha perekonomian itu membutuhkan
kesehatan yang prima.
20

Tabel 3.8 Sarana Kesehatan Kabupaten/Kota Bangka Barat Tahun


2018

No. Sarana Kesehatan Jumlah


1. Rumah Sakit Umum 3
2. Rumah Sakit Khusus -
3. Pukesmas 8
4. Pukesmas Non Rawat Inap -
5. Klinik/Balai Kesehatan 5
6. Posyandu 182
7. Polindes 11
8. Puskesmas Pembantu 19

Sumber : Badan Pusat Statistik Kepulauan Bangka Belitung


Berdasarkan data diatas setiap Desa di Kabupaten/Kota
Bangka Barat sudah memiliki sarana kesehatan yang memadai hal ini
di tandai dengan adanya puskesmas dan puskesmas pembantu yang
cukup untuk pelayanan. Kota/Kabupaten Bangka Barat juga memiliki
RSU yang besar untuk wilayah yang berfungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif)
dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Penyediaan
pelayanan kesehatan yang sangat memadai ini akan berimbas pada
peningkatan pengembangan setiap Desa, karena dapat diketahui
bahwa indikator keberhasilan pengembangan suatu desa dapat dilihat
dari Indikator Kesehatan, Pendidikan dan Pemenuhan Ekonomi.

c. Sarana Peribadatan dan Sosial Kemasyarakatan


Sehat secara jasmani saja tidak cukup untuk mampu berdikari
dalam pemenuhan kebutuhan primer atau tersier. Hal itu harus di
imbangi dengan kesehatan secara rohani yang pemenuhannya dapat
diwujudkan dalam bentuk tempat peribadatan. Tempat Peribadatan
sebagai sarana terjadinya interaksi social kemasyarakatan yang salah
satunya dapat mengakibatkan terwujudnya interaksi ekonomi yang
saling menguntungkan.
21

Tabel 3.9 Sarana Peribadatan Kabupaten/Kota Bangka Barat Tahun


2018
No. Sarana Kesehatan Jumlah
1. Masjid 175
2. Mushola 75
3. Gereja Protestan 28
4. Gereja Katolik 2
5. Pura -
6. Vihara 13
7. Klenteng 27

Sumber : Badan Pusat Statistik Kepulauan Bangka Belitung


Berdasarkan data pada tabel 9 menunjukkan bahwa tempat
peribadatan yang paling banyak adalah agama islam, sesuai dengan
karakteristik Indoensia sebagai Negara dengan jumlah penganut Islam
terbanyak didunia, secara tidak langsung data tersebut membuktikan hal
tersebut benar adanya. Mengacu dari data diatas tempat peribadatan
yang tidak ada di Kabupaten/Kota Bangka Barat adalah Pura. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada eksistensi penduduk yang menganut
agama Hindu.

B. Kajian Mikro (Potensi Pertanian)


Ekonomi mikro atau mikroekonomi secara langsung berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan dalam hal penawaran dan permintaan
barang atau jasa. Sehingga dari definisi ekonomi mikro tersebut memiliki
tujuan utama bagi perusahaan yakni untuk menganalisis pasar dan bagaimana
mekanismenya untuk membentuk harga relatif produk dan jasa.
Mikroekonomi mengkaji perilaku penjual dan pembeli, termasuk interaksi
keduanya dalam pasar faktor produksi. Mikroekonomi menunjukkan seberapa
besar potensi daerah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakatnya yang
ditunjukkan dengan pengembangan prospek pertanian itu menjadi
diversifikasi beberapa subsector pertanian. bermatapencaharian pertanian
setiap individu bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
22

Tabel 3.10 Jumlah Rumah Tangga Usaha Jasa Pertanian di Kabupaten


Bangka Barat Tahun 2013
No. Subsektor Jumlah Rumah Tangga Pertanian

1 Tanaman Pangan 156

2 Hortikultura 70

3 Perkebunan 1.402

4 Peternakan 76

5 Perikanan 130

6 Kehutanan 121

Jumlah 1.633

Sumber : Data Badan Pusat Statistik Provinsi Bangka Belitung


Berdasarkan data pada tabel 10 di Kabupaten/ Kota Bangka Barat
memiliki prospek usaha dibidang pertanian, dan usaha tersebut juga
bermacam-macam. Usaha yang bermacam-macam akan meningkatakan
pendapatan daerah secara mikro. Hal ini berakibat pada peningkatan kualitas
penduduknya.

C. Kajian Makro (PDRB, Konsumsi, Inflasi)


1. Produk Domestik Regional Bruto
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan kondisi utama bagi
kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Cara untuk mengetahuinya
dengan mengukur kemajuan perekonomian daerah dengan mengamati
seberapa besar laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai daerah tersebut
yang tercermin dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
PDRB Provinsi Bangka Belitung selama tahun 2018 mengalami
pertumbuhan karena banyak factor yang mempengaruhinya, seperti:
Tabungan, Kredit, PAD dan Belanja Daerah.
Struktur perekonomian selain mencerminkan peranan lapangan
usaha terhadap pembentukan PDRB, juga dapat menggambarkan lapangan
23

usaha unggulan yang menggerakkan perekonomian dalam satu wilayah.


Peranan setiap lapangan usaha terhadap PDRB dapat dilihat dari
sumbangan yang diberikan oleh lapangan usaha tersebut terhadap
pembentukan PDRB setiap tahunnya.
24

Tabel 3.11 Jumlah Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha (milliar rupiah), pada
Provinsi Bangka Belitung Tahun 2018
No. Lapangan Usaha PDRB Tahun
2018
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 13.159,6

2. Pertambangan dan Penggalian 7.741,5

3. Industri Pengolahan 15.078,7

4. Pengadaan Listrik dan Gas 86,8

5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 14,8


Limbah, dan Daur Ulang.

6. Konstruksi 7.110,4

7. Perdagangan Besar dan Eceran; 1. 471,2


Reparasi Mobil dan Sepeda Moto

8. Transportasi dan Pergudangan 3.104,7

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 1.896,8


Minum

10. Informasi dan Komunikasi 1.254,8

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 1.408,2

12. Real Estat 2.517,5

13. Jasa Perusahaan 217,3

14. Administrasi Pemerintahan, 4.372,1


Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

15. Jasa Pendidikan 2.128,7

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan 905,8


Sosial
17. Jasa Lainnya 600,4
Jumlah 73 086,3

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung


25

Berdasarkan data pada table diatas menunjukkan bahwa lapangan


usaha dibidang industri pengolahan memiliki jumlah yang paling tinggi
yaitu sebesar 15.078,7. Mengacu pada data tersebut dituliskan bahwa
pada sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,Limbah, dan Daur
Ulang. Memiliki jumlah sebesar 14,8 hal ini menunjukkan di Provinsi
Bangka Belitung masih rendah pengolahan sampah, limbah dan daur
ulang. Pengolahan industri yang meningkat pasti disertai dengan efek
samping berupa sampah dan limbah, jika sampah dan limbah tidak diolah
dengan baik maka akan mencemari lingkungan. Hal tersebut harus di
sertai dengan perlakuan dan pengolahan sampah yang baik agar tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan.

2. Konsumsi
Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya.
Hal ini berarti semakin besar pendapatan semakin besar pula pengeluran
konsumsinya. Perilaku tabungan juga dipengaruhi oleh faktor
pendapatan. Garis besarnya jika pendapatan bertambah baik konsumsi
maupun tabungan akan sama-sama bertambah. Perbandingan besarnya
tambahan pengeluaran konsumsi terhadap pendapatan disebut hasrat
marginal untuk konsumsi atau MPC, sedangkan besarnya tambahan
tabungan terhadap pendapatan dinamakan hasrat marginal untuk
menabung atauMPS.
Pebedaan antara masyarakat negara yang sudah maju dengan negara
yang sedang berkembang bukan hanya terletak dalam atau dicerminkan
oleh perbandingan relatif besar kecilnya angka MPC atau MPS, akan
terjadi juga dalam pola konsumsi itu sendiri. Pola konsumsi masyarakat
yang sedang berkembang didominasi oleh konsumsi kebutuhan pokok
atau kebutuhan primer. Berbeda dengan masyarakat yang sudah maju
cenderung lebih banyak teralokasi kebutuhan sekunder atau tersier.
26

Tabel 3.12 Rata-rata Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Kelompok


Komoditas di Provinsi Bangka Belitung (rupiah) Tahun 2018.
No. Kelompok Komoditas Konsumsi
1. Bahan Makanan 7.10.401

2. Bukan Makanan 7.09.094

Jumlah 1.419.495

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung


Berdasarkan data tabel 12 dinyatakan bahwa jumlah konsumsi bahan
makanan dan non makanan memiliki jarak atau ketimpangan yang sangat
dekat. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di Provinsi Bangka
Belitung sudah mampu memenuhi kebutuhan primer beriringan dengan
pemenuhan kebuthan sekundernya. Berdasarkan hal tersebut dapat
dikatakan bahwa rata-rata kesejahteraan masyarakatnya baik.

3. Inflasi
Inflasi adalah ukuran dari peningkatan umum tingkat harga dalam
perekonomian, yang diwakili biasanya dengan indeks harga inklusif,
sepertisebagai Indeks Harga Konsumen di Amerika Serikat. Istilah
menunjukkan banyak harga individu meningkat bersama-sama daripada
satu atau duaharga terisolasi, seperti harga bensin di lingkungan harga
dinyatakan tenang. Tingkat inflasi biasanya dinyatakan sebagai tingkat
pertumbuhan tahunan pada harga (sekali lagi, yang diukur dengan
indeks) bahkan jika diukur selama periode waktu yang lebih singkat.
Tingkat inflasi yang tinggi sangat mempengaruhi pada tingkat
kesejahteraan penduduk, dimana jika harga bahan pokok yang notabene
di dapat dari hasil pertanian meningkat sedangkan tidak diikuti
peningkatan pendapatan pokok dari setiap penduduknya maka hal
tersebut akan menimbulkan banyak dampak salah satunya ketimpangan
social dan menurunnya taraf hidup penduduk.
Tabel 3.13 Laju Inflasi Harga Konsumen per Bulan di provinsi Bangka Belitung Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun
2018
Bahan Makanan Jadi, Minuman, Perumahan, Air, Listrik,
Bulan Makanan Rokok dan Tembakau Gas dan Bahan Bakar Sandang
Januari 5,51 0,50 0,24 0,11

Februari -2,07 0,15 -0,04 0,55

Maret 0,36 0,12 0,10 0,10

April -0,30 1,01 0,02 0,43

Mei -0,77 0,07 0,01 -0,02

Juni 3,41 0,00 0,04 0,09

Juli 2,65 0,14 0,03 -0,23

Agustus -1,41 0,17 0,18 -0,15

September -1,85 1,90 0,01 0,53

Oktober -1,33 0,30 0,74 0,14

November -1,70 -0,05 0,12 0,39

Desember 3,44 0,27 0,66 -0,07

27
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
28

Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa yang


paling sering mengalami lonjakan harga dan penurunan yaitu pada
bahan makanan, yaitu jika dilihat pada bulan Januari tahun 2018 bahan
makanan memiliki tingkat harga yang mahal yaitu sebesar 5,51 dan
pada bulan Februari sedikit anjlok yaitu -2,07 atau lebih murah 2,07 di
bulan Februari dibandingkan dengan bulan Januari. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor produktifitas pertanian sebagai pemenuh
kebutuhan pokok itu sangat berupaya dalam meningkatkan kualitas juga
kuantitas produktifitas pertaniannya, tidak hanya itu tingkat inflasi yang
dinamis ini juga menunjukkan bahwa proses distribusi bahan pokok itu
berjalan lancar. Inflasi yang bersifat dinamis ini juga memiliki dampak
yang positif pada masyarakat dan pemerintah, dimana dampak ini akan
memudahkan kelompok kreditur usaha.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan adalah untuk memberikan kesempatan dan informasi kepada
para pembaca. Hal ini berguuna untuk mengetahui secara cepat teatang apa
hasil akhir yang diperoleh dari penelitian/ bacaan yang telah dilakukan.
Selain itu kesimpulan dapat dijadikan acuan untuk pengembangan suatu
daerah atau lainnya, sehingga kesimpulan dari praktikum ini yaitu :
1. Karakteristik wilayah
a. Gambaran wilayah
Kabupaten/Kota Bangka Barat dengan luas 2.821 km² mayoritas
berbatasan dengan perairan, dengan jumlah 6 kecamatan dan akumulasi
desa sebanyak 64 desa.
b. Penduduk
1. Kabupaten/Kota Bangka Barat memiliki tingkat kepadatan penduduk
sebesar 74 jiwa/km.
2. Sex ratio pada Kabupaten/Kota Bangka Barat sebesar 109% dengan
jumlah penduduk laki-laki lebih besar daripada penduduk
perempuan.
3. Kabupaten/Kota Bangka Barat memiliki jumlah penduduk produktif
yang lebih besar daripada non produktif yaitu sebesar 66 %
penduduk produktif dan 34 % non produktif yang dilihat dari segi
umur.
4. Dari segi pendidikan Kabupaten/Kota Bangka Barat banyak
penduduk yang sudah maju dalam pendidikan terbukti bahwa ada
tingkatan pendidikan yang masing-masing memiliki jumlah yang
banyak.
5. Penduduk di Provinsi Bangka Belitung paling banyak bermata
pencaharian disektor Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan
dan sektor yang paling minim yaitu sektor Listri, Gas, dan air.

29
30

c. Kegiatan Sosial Ekonomi Kab/Kota Bangka Barat


1. Kabupaten/Kota Bangka Barat pada sarana transportasinya
didominasi oleh sepeda motor yang digunakan untuk mobilitas dan
kendaraan roda empat yang biasa digunakan untuk pendistribusian
hasi produktivitas pertanian berbentuk bahan baku atau bahan
olahan.
2. Sarana pendidikan dan kesehatan di Kabupaten/Kota Bangka Barat
sudah terpenuhi di berbagai tingkatannya tetapi hanya satu yang
belum yaitu sarana pendidikan di tingkat Perguruan Tingi serta
sarana kesehatan yang memadai karena di Kaupaten/Kota Bangka
Barat sudah terdapat Puskesmas di setiap desanya dan kegiatan
Posyandu untuk menunjang kesehatan setiap masyarakatnya.
3. Kabupaten/Kota Bangka Barat memiliki sarana Peribadatan dan
Sosial Kemasyarakatan berbentuk tempat peribadatan yang
didominasi tempat peribadatan Islam, serta tidak terdapat Pura di
Kabupaten./Kota Bangka Barat.
2. Kajian Mikro
Kabupaten/Kota Bangka Barat memiliki diversifikasi susektor
pertanian yang bermacam-macam. Terdapat 6 subsektor yang di jalan kan
dan digeluti oleh masyarakatnya yaitu tanaman pangan, holtikultura,
perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan. Dan paling banyak rumah
tangga yang mengolah pada subsector perkebunan, hal ini dikarenakan di
Kabupaten/Bangka terkenal dengan komoditas perkebunannya kelapa
sawit, dan karet.

3. Kajian Makro
a. PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto)
Provinsi Bangka Belitung dari segi PDRB nya didominasi oleh
sektor industri pengolahan ditunjukkan dengan penerimaan ditahun
tersebut sebesar 15.078,7, tetapi pengolahan sampah di Provinsi Bangka
31

Belitung masih rendah, yaitu dengan penerimaan pada tahun 2018


sebesar 14,8.

b. Konsumsi
Besar konsumsi antara bahan makanan dan non bahan makanan di
Provinsi Bangka Belitung sama hanya memiliki selisih sedikit yaitu
sebanyak 1.307, tetapi tetap bahan makanan memiliki tingkat
konsumsi yang lebih banyak dari pada non makanan.
c. Inflasi
Inflasi yang ditunjukkan di provinsi Bangka Belitung memiliki
sifat yang dinamis di bahan makanan, dimana hamper setiap bulannya
di tahun 2018, pada harga bahan makanan mengalami kenaikan dan
penurunan.
B. Saran
Saran dalam sebuah praktikum sangat diperlukan untuk keberhasilan
praktikum selanjutnya, juga coas sebagai pendamping dan pengarah dalam
praktikum ini dan daerah yang di kaji sebagai sarana dalam pemenuhan tugas
ini, untuk itu saran dari tiap prasarana yaitu :
1. Wilayah yang dikaji kurang menaruh perhatian pada pengolahan sampah,
terutama wilayah Provinsi Bangka Belitung memiliki prospek industri
pengolahan yang sangat ttinggi, maka hal tersebut juga harus diikuti
dengan pengolahan sampah yang terarah dan baik, agar kedepannya
indsutri tersebut tidak hanya bermanfaat dimasa sekarang tetapi di masa yg
akan datang karena tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
2. Saran untuk praktikum, praktikum ini lebih mudah dilakukan secara
langsung dengan datang kewilayah yang dikaji daripada mengacu pada
data, sehingga diharapkan di lain praktikum bisa dilakukan pengkajian
secara langsung.
3. Saran untuk Co-ass, awalnya dalam pengarahan kurang peduli atau
bersimpati, walaupun dalam pengarahannya praktikan dimudahkan dengan
pemberian akses ke data-data wilayah yang dikaji, jadi untuk kedepannya
lebih peduli dan bersimpati kesemua praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Baldos, C. et al..2019. Understanding The Spatial Distribution Of Welfare
Impacts Of Global Warming On Agriculture And Its Drivers. J Agricultural
Economics. 101 (5): 1455–1472
Chandra, T.2016.Esensi Ekonomi Makro.Sidoarjo:Zifatama Publisher
Fadilah, et al .2018. A Panel Approach: How Does Government Expenditure
Influence Human Development Index. J Ekonomi dan Studi Pembangunan.
10 (2) : 130-139.
Jamaludin.2015.Sosiologi Pedesaan.Bandung : CV Pustaka Setia
Kairupan, P. 2013. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Inflasi Dan Belanja
Daerah Pengaruhnya Terhadap Kesempatan Kerja Di Sulawesi Utara. J
Ekonomi dan Pembangunan.1(4) : 2206-2216.
Luthfia.2013.Menilik Urgensi Desa Di Era Otonomi Daerah. J of Rural and
Development. 4(2) : 135-144
Nugroho, A.2019.Teknologi Agroindustri Kelapa Sawit. Banjarmasin: Lambung
Mangkurat University Press.
Pohan B., Wahju, G.2019. Proses Sosial Sebagai Akar Sublimasi Masyarakat
Pedesaan.J Sosiologi Fisip. 2 (2): 2622-6952
Prawoto, N.2010..Pengembangan Potensi Unggulan Sektor Pertanian. J Ekonomi
Dan Studi Pembangunan. 11(1) : 1-19
Rossita, et al..2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Usaha Tani
Dan Keberhasilan Program Simantri Di Kabupaten Klungkung.J Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Udayana. 6 (2) : 701-728.
Saputra, et al.2017. Pola Kemitraan Usaha Tani Kelapa Sawit Kelompok Tani
Telaga Biru Dengan PT. Sawindo Kencana Melalui Koperasi di Kabupaten
Bangka Barat Provinsi Bangka Belitung. J Agribisnis dan Agrowisata.6(2):
249-258
Shinta, A.2011.Ilmu Usaha Tani.Malang:UB Press
Widiarsih, D.2016. Analisa Potensi Ekonomi Daerah Di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.J Akuntasi Dan Ekonomika. 6(2):151-167.
Yunita, Robiyanto.2018. The Influence Of Inflation Rate, Bi Rate, And Exchange
Rate Changes To The Financial Sector Stock Price Index Return In The
Indonesian Stock Market. J Manajemen dan Keuangan Darmajaya,.20(2)
:80-86.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai