DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MUARA TEWEH
TAHUN 2019
PT. FONTANA RESOURCES INDONESIA
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2. Legalitas Perusahaan ........................................................................................................ 2
1.2.1. Identitas Perusahaan ................................................................................................ 2
1.2.2. Perijinan .................................................................................................................... 3
1.3. Maksud dan Tujuan .......................................................................................................... 4
1.3.1. Dasar Hukum ............................................................................................................ 5
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
PT. Fontana Resources Indonesia sebagai salah satu perusahaan swasta nasional yang
bergerak di bidang pertambangan batubara yang dalam akta pendiriannya bergerak dibidang
pertambangan turut serta untuk mengembangkan peluang usaha dalam bidang
pertambangan khususnya di Kabupaten Barito Utara dalam rangka memperluas lapangan
kerja dan meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya disekitar lokasi IUP PT. Fontana
Resources Indonesia, di Kecamatan Teweh Selatan.
Sebagai pemegang izin IUP Operasi Produksi yang telah diberikan hak atas pengelolaan,
pengusahaan, mengolah dan menjual bahan galian tersebut wajib bertanggung jawab. Pihak
yang bertanggung jawab dalam hal ini yaitu:
Nama Perusahaan : PT. FONTANA RESOURCES INDONESIA
Direktur : Tjatur Agung Nindijanto
Alamat Kantor : Komplek Gading Bukit Indah Blok D5 Lt.2
Jl. Bukit Gading Raya, Kel. Kelapa Gading Barat,
Kec. Kelapa Gading, Jakarta Utara
Telpon/Fax : (021) 4515825 / (021) 451526
Tabel 1.1. Data Administrasi PT Fontana Resources Indonesia
NO. URAIAN KETERANGAN
1 Nama Perusahaan PT. FONTANA RESOURCES INDONESIA
2 NPWP Perusahaan 02.593.744.2-714.001
3 Nomor SK IUP OP 188.44/411/2015
4 Kode WIUP/WIUPK 3362053032044110
5 Komoditas Batubara BATUBARA
6 Jangka Waktu IUP-OP 3 Agustus 2015 - 2 Agustus 2025 (10 Tahun)
7 Kepala Teknik Tambang Agus Suyanto
8 Persetujuan Dokumen Lingkungan No. 188.45/138/2015 Tanggal 6 Maret 2015
Persetujuan Studi Kelayakan/FS (Nomor dan Tanggal) No. 1644/TAMBEN-C/XII/2014 Tanggal 15 Desember 2014
-Kapasitas Produksi Pertahun
9
a.Tambang 600.000 ton
b.Pengolahan 600.000 ton
10 Rencana Produksi Tahun 2019 600.000 ton
11 a. Tambang 600.000 ton
12 b. Pengolahan -
Kawasan Hutan (ha) Bukan Kawasan
Luas Wilayah Izin Operasi Produksi HK (ha) HL (ha) HP (ha) Hutan (ha)
13
871 - - 5,789
Total Luas Wilayah 6.660 Ha
14 Luas Project Area 6.660 Ha
No. -
15 Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) Untuk Operasi Produksi
Tanggal -
Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) Untuk No. -
16
Eksplorasi Lanjutan Tanggal -
Luas Wilayah Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk
17 - -
Operasi Produksi
Luas Wilayah Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk
18 - -
Eksplorasi Lanjutan
1. Hadi Wibowo : 50 %
19 Pemegang Saham 2. Nierwan Judi : 35 %
3. Lim Liana : 15 %
Direktur:
1. Ir. Tjatur Agung Nindijanto
20 Susunan Pengurus
Komisaris:
1. Hadi Wibowo
1.2.2. Perijinan
Perizinan yang telah diperoleh PT Fontana Resources Indonesia, antara lain yaitu:
1. Keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor. 188.44/411/2015 tanggal 3 Agustus
2015, tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi atas nama PT
Fontana Resources Indonesia
2. Persetujuan Studi Kelayakan PT Fontana Resources Indonesia dari Dinas Pertambangan
dan Energi Kabupaten Barito Utara, Nomor: 1644/TAMBEN-C/XII/2014, pada tanggal
15 Desember 2014
3. Keputusan Bupati Barito Utara Nomor: 188.45/137/2015 tanggal 6 Maret 2015
tentang Persetujuan Kelayakan Lingkungan Hidup Pembangunan Pertambangan
Batubara di Kecamatan Teweh Selatan, Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan
Tengah kepada PT Fontana Resources Indonesia.
4. Keputusan Bupati Barito Utara Nomor: 188.45/138/2015 tanggal 6 Maret 2015
tentang Izin Lingkungan atas Kegiatan Pertambangan Batubara oleh PT Fontana
Resources Indonesia di Wilayah Kecamatan Teweh Selatan, Kabupaten Barito Utara,
Propinsi Kalimantan Tengah.
5. Persetujuan Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) dari Komisi AMDAL
Daerah Kabupaten Barito Utara, Nomor: 27.990/SEK/ANDAL/III/2015, pada tanggal 26
Maret 2015.
6. Persetujuan Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RKL-RPL) dari Komisi AMDAL Daerah Kabupaten Barito Utara, Nomor:
28.990/SEK/ ANDAL/III/2015, pada tanggal 26 Maret 2015.
7. Sertifikat Clear and Clean Tahap Eksplorasi Nomor: 534/Bb/03/2015 pada tanggal 27
Maret 2015
8. Sertifikat Clear and Clean Tahap Operasi Produksi Nomor: 640/Bb/03/2015 pada
tanggal 15 Okober 2015
Secara khusus Tujuan Rencana Induk PPM PT. Fontana Resources Indonesia:
1. Sebagai acuan bagi pihak perushaan PT. Fontana Resources Indonesia dalam
menyusun rencana PPM tahunan yang sednag dan akan berjalan selama lima tahun
kedepan.
2. Agar program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
perusahaan tepat sasaran sesuai kebutuhan masyarakat disekitar tambang dan
berdampak terhadapat kemandirian masyarakat.
3. Menjalin dan menjaga hubungan yang harmonis dan strategis antara perushaan dan
masyarakat disekitar tambang.
4. Melakukan salah satu fungsi dari Good Mining Pratice dan Pembangunan yang
berkelanjutan dan berkesinambungan.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2018 tentang Perubahan Kelimaatas Peraturan Pemerintah Nomor
23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 28, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6186);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pengelolaan dan Pelaksanaan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 85, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5142);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang TanggungJawab Sosial dan
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5305);
14. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian Energi dan
SumberDaya Mineral (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
132) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2016
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang
Kementerian Energi dan SumberDaya Mineral (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 289);
15. Peraturan Menteri Energi dan SumberDaya Mineral Nomor 41 Tahun 2016 tentang
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat pada Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara, (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 1879);
16. Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 11 Tahun 2018 tentang
Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan, danPelaporan pada Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 295);
17. Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 50 Tahun 2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi dan SumberDaya Mineral Nomor 25
Tahun 2018 tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1591);
18. Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 26 Tahun 2018 tentang
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan
Mineral dan Batubara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 596);
19. Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 1824 Tahun 2018
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat;
BAB II
PROFIL WILAYAH
Lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Fontana Resources Indonesia secara
administratif terletak di Desa Butong, Desa Bintang Ninggi I, Desa Bintang Ninggi II dan Desa
Buntok Baru, Kecamatan Teweh Selatan, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan
Tengahdengan luas wilayah Izin Usaha Pertambangan 6.660 Ha.
Secara geografis PT. Fontana Resources Indonesia terletak pada koordinat seperti yang
tercantum pada Tabel 1.2 sebagai berikut
Komponen sosial ekonomi dan budaya meliputi penduduk dan tenaga kerja,
perekonomian wilayah, kondisi sosial budaya, dan kondisi lingkungan kesehatan.
Untuk mengetahui kinerja kesempatan kerja yang dipilih oleh penduduk dan peluang
usaha yang ada perlu diketahui keadaan penawaran kerja mereka. Penawaran kerja terutama
dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan komposisinya, jumlah rumahtangga dan ukuran
keluarga, jumlah tenaga kerja, dan angka beban ketergantungan, serta pertumbuhan
penduduk.
Jumlah penduduk kecamatan Teweh Selatan (13.014 jiwa) cukup banyak di mana lebih
banyak laki-laki (7.026 jiwa) relatif terhadap perempuan (5.988 jiwa). Rincian jumlah
penduduk dan komposisinya pada desa-desa studi dapat dilihat pada Tabel berikut.
Dari Tabel di atas dapat diketahui secara berturut-turut desa dengan jumlah penduduk
yang lebih banyak ialah Butong (2.700 orang), Bintang Ninggi I (1.320 orang), Bintang Ninggi II
(940 orang), dan Buntok Baru (786 orang). Keempat desa ini memiliki tingkat sex ratio
yang relatif lebih rendah dari pada rerata kecamatannya, kecuali desa Butong. Secara
berturut-turut, desa dengan tingkat Sex ratio yang relatif lebih rendah ialah Desa Buntok Baru
(109), Bintang Ninggi I (108), dan desa Bintang Ninggi II (105). Lebih banyak jumlah penduduk
dan lebih tinggi sex ratio cenderung lebih tinggi pula penawaran tenaga kerja.
Jumlah rumahtangga dan ukuran keluarga (size of family) juga faktor-faktor yang
mempengaruhi penawaran tenaga kerja. Makin banyak jumlah rumahtangga, makin banyak
pula KK/anggota keluarga yang dituntut bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokok
rumahtangganya. Makin besar ukuran keluarga makin membutuhkan pendapatan yang lebih
banyak, sehingga memerlukan kerja yang lebih banyak baik dari segi kuantitasnya (curahan
kerja), maupun kualitasnya. Rerata ukuran keluarga (size of family) di Kecamatan Teweh
Selatan (4 jiwa/rumahtangga).
Ukuran Keluarga di desa-desa studi yakni Buntok, Bintang Ninggi I danBintang Ninggi II
(4 jiwa/rumahtangga) relatif sama dengan rerata kecamatan, kecuali Desa Butong memiliki
ukuran keluarga yang relatif lebih sedikit (3 jiwa/rumahtangga). wilayah studi ini maupun
rerata kecamatannya termasuk ke dalam klasifikasi keluarga besar. Norma keluarga kecil harus
lebih di masyarakatkan lagi di wilayah studi ini.
Penawaran tenaga kerja juga dipengaruhi oleh banyaknya angkatan kerja relatif
terhadap jumlah penduduk yang ditunjukkan oleh angka beban ketergantungan (dependency
ratio). Makin tinggi angka DR cenderung banyak curahan kerja yang ditawarkan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Data tentang angka DR di Kecamatan Teweh
Selatan dapat dilihat pada Tabel berikut.
Kecamatan Teweh Selatan adalah 46 artinya dalam 100 orang penduduk ditanggung
46 orang angkatan kerja.
Tabel 2.5. Luas Wilayah dan Tingkat Kepadatan Penduduk di Wilayah Studi
berturut-turut desa yang relatif paling jarang ialah Desa Buntok Baru (7 jiwa/km2 atau 2
KK/km2), Desa Bintang Ninggi II (8 jiwa/km2 atau 2 KK/km2), dan desa Bintang Ninggi I (11
jiwa/km2, atau 3 KK/km2). Sedangkan kepadatan desa Butong (32 jiwa/km2 atau 9 KK/km2)
relatif lebih tinggi dari rerata kecamatannya. Lebih padat penduduk cenderung mempunyai
tingkat penawaran kerja yang lebih banyak.
Kesempatan kerja yang tersedia dan peluang berusaha bagi penduduk di wilayah studi
ini sangat dominan pada sektor yang memanfaatkan permukaan lahan untuk kegiatan
usahanya, karena luasnya lahan yang tersedia relatif terhadap jumlah penduduknya.
Umumnya penduduk di Kecamatan Teweh Selatan terdiri dari rumahtangga petani baik
sebagai petani (66,60%) atau sebagai buruh tani (20,35%). Data yang lebih rinci pada desa-
desa studi dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.6. Jumlah Keluarga Pertanian dan Keluarga Buruh Dirinci Perdesa
Secara ekonomis, makin tinggi tingkat pendapatan per kapita makin tinggi pula tingkat
kesejahteraan masyarakatnya. Pendapatan per kapita ini akan meningkat dengan adanya
investasi termasuk investasi pada sektor industri pertambangan ini. Tingkat pendapatan per
kapita penduduk dan angka laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Barito Utara.
Pendapatan per kapita penduduk kabupaten Barito Utara pada tahun 2015 adalah
sebesar Rp 52,80 juta naik sebesar 6,07 % dari tahun sebelumnya. Sedangkan berdasarkan
harga konstan tahun 2010, pendapatan per kapitanya adalah sebesar Rp 44,66 juta naik
sebesar 6,16% dari tahun sebelumnya.
Tabel 2.7. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Barito Utara menurut
Lapangan Usaha
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa selain sektor pertambangan dan penggalian
serta pertanian, maka secara berturut-turut yang paling berkontribusi terhadap PDRB adalah
sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (12,27%). Kontribusi sektor-sektor lainnya relatif
lebih sedikit.
Angka laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Barito Utara Tahun 2015 cukup tinggi yakni rata-
rata sebesar 16,24%. Data yang lebih rinci dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.8. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Yang Berlaku dan
Sumber Pertumbuhan Ekonomi (%), di Kabupaten Barito Utara, 2014-2015
Mata pencaharian penduduk dalam wilayah studi umumnya adalah sebagai petani
padi, berkebun, dagang, pencari kayu, bengkel, buruh kebun, sopir truk, karyawan
perusahaan, dan lainnya. Karena di wilayah ini terdapat aktivitas tambang (terutama
kegiatan pengangkutan batu bara maka banyak bermunculan aktivitas perbengkelan, buruh
bangunan dan warung-warung makan/minum. Selain mata pencaharian utama, umumnya
responden juga memiliki mata pencaharian sampingan seperti: bertani, buruh perkebunan,
nelayan dan perdagangan.
Jenis komoditas yang diusahakan oleh petani antara lain karet dan buah- buahan,
namun komoditas ini dipungut atau dipanen sesuai dengan musim dan harganya. Misalnya
buah durian akan panen pada musim durian berbuah. Demikian juga karet akan
dipanen/disadap pada saat tidak hujan dan saat harganya dianggap lebih mahal. Menurut
masyarakat setempat bahwa harga karet pada saat survei (Rp. 5.000 s/d 6.000 per kg),
dianggap jauh lebih murah diandingkan harga sebelumnya yang mencapai Rp. 12.000/kg,
sehingga hanya sebagian kecil mayarakat yang menyadap karet pada saat itu.
Penduduk setempat bisa saja terpinggirkan, dan merupakan potensi konflik yang
signifikan bila mereka tertinggal dalam hal pendidikan dan keterampilan. Akibat
ketertinggalan dalam hal pendidikan dan keterampilan menjadikan mereka sulit untuk
menerima perubahan dan juga merupakan kendala dalam memasuki lapangan kerja yang
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tertentu.
Mereka tentu saja tidak tertinggal dalam hal pendidikan bila mereka mudah untuk
mengakses lembaga pendidikan khususnya tidak terlalu jauh atau berada di desa mereka. Data
yang rinci mengenai lembaga pendidikan formal yang terdapat di wilayah studi dapat dilihat
pada Tabel berikut.
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa di wilayah studi sudah memperoleh fasilitas
lembaga pendidikan formal tingkat SDN. Bagi anak-anak desa studi yang ingin melanjutkan
studi ke jenjang yang lebih tinggi (SLTP dan SLTA) terdapat di Desa Bukit Sawit dan Desa
Trahean. Tidak ada kesulitan aksesibilitas jalan bagi warga masyarakat setempat untuk
menyekolahkan anak-anak mereka.
b) Tingkat Keberagamaan
Secara umum dapat dikatakan bahwa kehidupan beragama yang kondusif di mana
sesama umat beragama hidup dengan rukun dan saling toleransi, akan dapat menciptakan
ketentraman dalam masyarakat. Kondisi seperti ini merupakan prasyarat agar
kegiatan pembangunan berjalan dengan baik. lntensitas keresahan dan potensi konflik bisa
direduksi melalui cara agama untuk masyarakat yang agamis.
Dari Tabel di atas diketahui bahwa sebagaimana rerata kecamatan Teweh Selatan
dominan penduduk di wilayah studi beragama islam maka secara berturut- turut yang paling
banyak persentasenya ialah Desa Buntok Baru (100%), Bintang Ninggi II (62,51%), Bintang
Ninggi I (55,51%), dan Desa Butong (54,97%).
Dalam rangka pembinaan umat maka diperlukan sarana untuk ibadah masing-masing
agama. Data yang rinci mengenai jumlah dan kapasitas sarana ibadah di wilayah studi dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.11. Jumlah dan Komposisi penduduk per unit sarana berdasarkan agama di wilayah
studi
c) Adat Istiadat
Masyarakat di wilayah studi, dipandang sebagai masyarakat yang pluralistik karena
penduduknya terdiri dari berbagai latar belakang suku dan agama. Secara umum masyarakat
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok masyarakat lokal (Suku
Dayak) dan kelompok masyarakat pendatang. Masyarakat pendatang yang dimaksud adalah
masyarakat pendatang yang datang secara alami (spontan) karena berusaha dan pola
perkawinan yang tidak memandang perbedaan suku.
Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat setempat, dominan terdiri dari Suku Dayak
Bayan, Dayak Taboyan, Dayak Bakumpai, Jawa, Banjar, Batak dan lainnya. Oleh karena itu,
adat Suku Dayak lah yang paling menonjol, misalnya dalam pelaksanaan upacara pembukaan
lahan untuk pertanian, upacara pada saat kelahiran, perkawinan dan kematian. Salah satu
contoh upacara yang dilakukan oleh Suku Dayak setempat (terutama bagi penganut Agama
Kaharingan) pada saat pembukaan lahan adalah manyanggar, saat kelahiran adalah pa/as
bidan, saat perkawinan adalah bajujuran, saat ada kematian adalah kehak hino, korobang,
moroa dan totoh taharang.
Hasil wawancara dengan kepala adat setempat menyatakan bahwa masyarakat masih
patuh terhadap adat istiadat. Misalnya bagi siapa saja yang dianggap melanggar adat istiadat
akan dikenakan hukuman dan diwajibkan membayar denda yang sering dinamakan dengan
istilah Jipen. Nilai nominal Jipen ditentukan sesuai dengan hasil kesepakatan dalam sidang
adat. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa masyarakat lokal (Suku Dayak) dapat menerima
pendatang secara terbuka, artinya tidak memandang suku dan agama.
Sedangkan disekitar desa setempat tidak ada wilayah sacral yang dipercaya oleh
penduduk desa sebagai wilayah keramat. Hal ini disebabkan bahwa di lokasi studi sudah
banyak terbuka area kegiatan perkebunan sawit, pertambangan batubara, dan kegiatan
logging.
d) Konflik Sosial
Konflik sosial di kalangan masyarakat setempat dapat terjadi jika ada lahan di desanya
dikerjakan oleh anggota masyarakat dari desa lain. Hal ini biasanya diselesaikan secara adat di
antara mereka. Pihak yang bersalah dikenakan “jipen” yang jumlahnya ditentukan oleh sidang
hukum adat. Konflik terkait masalah lahan juga terjadi akibat ketidak-jelasan batas areal
sehingga ada areal yang tumpang tindih. Selain itu, konflik sosial bisa terjadi antara pihak
masyarakat dengan pihak perusahaan di lain pihak, baik karena masalah pembebasan lahan
atau nilai ganti ruginya tidak sesuai kesepakatan, maupun karena pembayaran uang ganti rugi
tidak tepat waktu atau sering terlambat.
e) Persepsi Masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian bahwa secara umum masyarakat di desa studi cukup
terbuka terhadap masyarakat pendatang. Hal ini disebabkan, penduduk lokal telah terbiasa
bersosialisasi dengan berbagai suku dari daerah lain. Keinginan masyarakat lokal terhadap
Berdasarkan hasil survei lapangan mengenai sikap dan persepsi masyarakat desa di
wilayah studi menunjukkan bahwa semua masyarakat di wilayah studi bersikap dan
berpersepsi positif, baik yang sangat setuju (25,00%) maupun setuju (75,.00%), namun mereka
memiliki alasan yang berbeda-beda. Alasan mereka adalah (1) karena wilayah mereka akan
berkembang; (2) kerena perusahaan akan memberikan peluang kerja bagi warga; (3)
karena perusahaan akan mensejahterakan masyarakat desa. Selebihnya memilih ketiga
alasan tersebut dan alasan lain, yakni para pedagang akan bangkit dengan bertambahnya
banyak karyawan serta para petani dengan mudah menawarkan hasil pertanian kepada
Beberapa harapan yang perlu juga diperhatikan oleh pihak perusahaan, yaitu (1)
masyarakat setempat, khususnya tokoh adat dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan ritual keagamaan; (2) perusahaan merekrut masyarakat setempat
sebagai tenaga kerja sesuai dengan keterampilan masing - masing dan sesuai ketentuan; (3)
perusahaan melaksanakan program pembinaan masyarakat desa (community development)
dengan sungguh - sungguh; (4) perusahaan tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup
dengan tidak membuang limbah sembarangan. Kemudian selebihnya memilih harapan lain,
yaitu perusahaan selalu konsisten dengan aturan yang ada dan memberikan pelatihan
kepada tenaga kerja lokal agar memenuhi persyaratan yang dibutuhkan oleh perusahaan,
sehingga penyerapannya mencapai 70%.
Program CSR yang diinginkan adalah pembagunan fasilitas sosial dan kesehatan yang belum
ada di desa, pemberian insitive untuk aparat desa, penambahan tenaga pengajar dan tenaga
kesehatan serta pemberian beasiswa bagi keluarga tidak mampu. Selebihnya memiliki harapan
lain yang menyatakan perlunya pelatihan kepada tenaga kerja lokal.
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu
rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,
sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik dan lantai rumah yang bukan dari
tanah.
Gambaran kondisi perumahan di daerah sekitar lokasi PT. Fontana Resources Indonesia
umumnya (72,92%) dengan kondisi rumah semi permanen. Kondisi semi permanen ini di
cirikan dengan dinding rumah setengah bata dan setengah papan atau rumah dengan kondisi
agak rusak rumah permanen sebanyak 21.82% kayu yang dicirikan dengan dinding rumah bata
dengan kondisi bangunan yang kokoh. Sedangkan sebanyak 5,26% adalah rumah yang berada
disepanjang bantaran sungai. Sudah terjadi pergeseran pola pemukiman dari rumah lanting
diatas sungai menjadi rumah panggung yang dibangun dekat jalan desa.
Rumah permanen dan semi permanen lantainya berupa cor semen atau keramik.
Sedangkan rumah panggung umumnya berlantai papan. Dinding rumah sebagian telah
ditembok dan sebagian menggunakan dinding papan. Ventilasi ruangan sudahcukup baik
dengan memasang jendela dan lubang angin di ruang tamu, ruang keluargadan kamar tidur.
Hampir semua rumah memiliki halaman/pekarangan dengan luasberkisar antara 50 - 1.000
m2.
Salah satu barometer untuk menilai kondisi sanitasi lingkungan di wilayah studi adalah
sumber air bersih dan penggunaannya. Hal ini disebabkan karena air merupakan media utama
penyebaran suatu penyakit dan berkaitan langsung dengan kesehatan masyarakat. Secara
umum, penggunaan air, selain untuk kegiatan konsumsi rumah tangga atau MCK (air bersih,
mandi, cuci, kakus), terlihat bahwa sumber air dominan yang digunakan masyarakat setempat
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 28
PT. FONTANA RESOURCES INDONESIA
terutama di lokasi studi yaitu langsung dari sungai dan mata air dan diiringi dengan
penggunaan sumur bor yang sudah sangat sedikit ditemukan di masyarakat wilayah studi.
Penduduk yang bermukim di daerah aliran sungai memanfaatkan air sungai sebagai sumber
air bersih dan MCK. Suplai air bersih dari PDAM hanya dinikmati oleh masyarakat di Ibu Kota
Kabupaten.
Sumber air yang digunakan masyarakat di sekitar wilayah studi PT. Fontana Resources
Indonesia umumnya adalah sumur gali keberadaannya sangat terbatas di beberapa rumah.
Sedangkan untuk masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai menggunakan sumber air Sungai
Barito.
Dapat dilihat dari kondisi lingkungan masyarakat yang ada, sanitasi lingkungan kurang
diperhatikan. MCK sebagian memanfaatkan jamban yang dibuat di dalam atau sekitar rumah.
Kepemilikan jamban sendiri di dalam rumah masih sangat terbatas. Keluarga yang tinggal
dibantaran sungai dominan menggunakan jamban yang langsung berada di sungai Barito
untuk buang air besarnya. Sumber air minum yang digunakan masyarakat dapat di lihat pada
tabel berikut.
Tabel 2.13. Sumber Air Minum di Wilayah Studi
Sarana kesehatan lingkungan seperti jamban, tempat sampah, pengelolaan air limbah,
persedian air bersih dan lain - lain merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan
masyarakat. Salah satu indikator keluarga berprilaku hidup bersih dan sehat adalah memiliki
tempat buangan air di jamban yang sehat, buang sampah tidak pada sembarang tempat, air
limbah tidak mencemari lingkungan, serta menggunakan air bersih untuk minum dan
keperluan rumah tangga lainnya. Sarana buang air yang digunakan masyarakat dapat di lihat
pada tabel berikut.
Tabel 2.15. Tempat Buang Air Besar Di Wilayah Studi
Dari Tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa jenis penyakit ISPA (1.064 Kasus)
paling banyak yang di derita disusul dengan Gastritis dan Duodenitis (315 Kasus) dan Penyakit
Hipertesi Esensial (287kasus) yang dominan di wilayah Kabupaten Barito Utara. Nampaknya
jenis penyakit yang berbasis lingkungan rawan menjadi wabah, bila mutu lingkungan lebih
jelek. walaupun belum ada kejadian luar biasa di wilayah studi ini. Sedangkan berdasarkan dari
hasil data dan wawancara di lapangan menunjukan penyakit yang paling dominan adalah
penyakit ISPA, hal ini disebabkan kan jalan-jalan di areal lokasi masih jalan tanah yang
mengakibatkan partikel debu dari hasil aktivitas kenderaan mempengaruhi gangguan ISPA.
Selain itu beberapa penyakit lainnya adalah Diare, Typus, dan Malaria.
Penularan dan penyebaran penyakit akan meluas pada lingkungan yang kotor.
Lingkungan yang perlu dijaga untuk menjamin kesehatan masyarakat terutama adalah sumber
air, tempat tinggal, fasilitas umum (WC umum, dan lain-lain).
Dalam rangka mengawal masyarakat agar tercegah (mengobati) dari berbagai jenis
penyakit yang diderita mereka di desa-desa studi sudah ada pustu/posyandu. Kemudian bila
sudah tidak teratasi bisa dibawa ke desa Butong karena sudah ada Puskesmas, sebagaimana
rinciannya dapat dilihat pada Tabel berikut.
lntensitas atau frekuensi terjadinya kecelakaan lalu lintas sangat dipengaruhi oleh
kepadatan lalu lintas, kedisiplinan pemakai jalan darat/alur sungai, dan juga oleh keadaan
sarana angkutan/kendaraan dan prasarana jalan/alur sungai.
Ruas jalan darat dari Muara Teweh menuju desa-desa studi sudah ada, terutama
melalui jalan perkebunan kelapa sawit PT. Antang Ganda Utama. Adapaun keberadaan
sarana transportasi di wilayah studi sudah memiliki akses darat dan beberapa masih
menggunakan moda transportasi airI sungai sebagaimana tabel berikut.
BAB III
HASIL KONSULTASI DENGAN PEMANGKU KEPENTINGAN
(STAKEHOLDERS)
Mengacu kepada keputusan Menteri ESDM Republik Indonesia nomor 1824 K /30/
MEM/ 2018 bahwa rencana induk PPM yang dibuat harus dikonsultasikan kepada para
pemangku kepentingan (StakeHolders) untuk mendapatkan nasehat, saran dan kesimpulan
sehingga program PPM yang direncanakan tepat sasaran, padu serasi dengan program
pemerintah secara keseluruhan dan berdampak positif terhadap upaya menciptakan
kemandirian masyarakat disekitar tambang.
Konsultasi rencana induk PPM PT. Fontana Resources Indonesia periode tahun 2020-
2024 dilakukan kepada beberapa pihak pemangku kepentingan (StakeHolders) yang terkait,
diantaranya:
3. Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah, dalam hal ini Dinas Pertambangan
dan Energi Provinsi Kalimantan Tengah.
Dalam proses konsultasi rencana induk PPM yang telah dilakukan ada beberapa
kendala yang dialami oleh unit pelaksana PPM PT. Fontana Resources Indonesia di antaranya:
1. Kendala utama yang muncul dari masyarakat dan perangkat desa sekitar
tambang, dimana hasil pemetaan sosial serta rapat konsultasi rencana induk
PPM, masyarakat dan perangkat desa disekitar wilayah tambang belum
mengetahui dan mengerti sebernarnya kebijakan PPM yang diatur di keputusan
menteri ESDM Republik Indonesia nomor 1824 K / 30 MEM/ 2018, seperti masih
terdapat tumpang tindih antara program dari pemerintah dalam hal ini program
yang terdapat di APDES dengan PPM itu sendiri, karena program yang terdapat
dalam APDES tidak bisa dimasukan kedalam program PPM.
Berdasarkan rapat konsultasi atau FGD (Focus Group Discussion) rencana induk
PPM PT. Fontana Resources Indonesia dengan masyakarat desa Bintang Ninggi II dan
perangkat desa, tertanggal 20 September 2019 didapatkan nasehat dan saran terkait
didalamnya sebagai berikut:
Berdasarkan rapat konsultasi atau FGD (Focus Group Discussion) rencana induk
PPM PT. Fontana Resources Indonesia dengan masyakarat Desa Tringsing dan
perangkat desa, tertanggal 27 September 2019 didapatkan nasehat dan saran terkait
didalamnya sebagai berikut:
pemberian Intensif bagi pengurus rumah ibadah. Bantuan rehabilitasi rumah adat,
dan situs budaya yang berada di desa tringsing.
6. Dalam bidang infrastruktur, masyarakat desa Tringsing mengharapkan adanya
bantuan pembuatan pos siskamling. Bantuan pembuatan atau penimbunan jalan.
Bantuan Pembuatan drainase untuk masyarakat desa Tringsing.
7. Dalam bidang Lingkungan, masyarakat desa Tringsing mengharapkan adanya
bantuan pembuatan tempat pengolahan sampah seperti Bank Sampah sehingga
sampah yang masih bisa di manfaatkan atau memiliki nilai ekonomis dapat
termanfaatkan secara optimal. Bantuan pelatihan mengenai pemanfaatan
sampah-sampah yang masih memiliki nilai ekonomis.
BAB IV
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
b) Ring II
Wilayahnya terkena dampak lingkungan langsung dari kegiatan pertambangan,
merupakan lokasi dari keberadaan fasilitas utama perusahaan, dimana masyarakat
memiliki frekuensi hubungan sedang dengan perusahaan. Lingkupnya adalah satu atau
beberapa desa yang masih dalam satu kecamatan, yang wilayah atau area pencarian
hidupnya terkena dampak langsung dari kegiatan perusahaan, baik yang bersifat
dampak lingkungan dan social. namun masih dalam lingkup administrasi kabupaten
yang sama dengan wilayah ring I. Desa yang termasuk dalam ring II PT. Fontana
Resources Indonesia: Desa Trahean, dan Desa Tringsing.
c) Ring III
Wilayahnya terkena dampak lingkungan langsung dari kegiatan pertambangan,
merupakan lokasi dari keberadaan fasilitas utama perusahaan, dimana masyarakat
memiliki frekuensi hubungan rendah dengan perusahaan. Lingkupnya adalah satu atau
beberapa kecamatan yang area dimana terdapat kelompok masyarakat yang terkena
dampak tidak langsung dari operasional perusahaan dalam lingkup propinsi yang sama
dengan wilayah ring I dan ring II atau lingkup nasional.
targetkan di RKAB Setiap tahunnya. Untuk Biaya Program PPM tahun 2019 sebesar Rp. 416 per
metik ton, atau sebesar Rp. 250,000,000 untuk penjualan batubara sebanyak 600.000 Metrik
Ton. Pada tahun 2020 sampai dengan 2024 diharapkan tidak ada pengurangan produksi
sehingga diharapkan penjualan batubara per tahun bisa mencapai 1.500.000 Metrik Ton
sehingga Biaya PPM per tahun bisa Menyesuaikan dengan keadaan penjualan per metric ton.
Adapun biaya PPM PT. Fontana Resources Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut.
Desa Tringsing
1. Bantuan buku-buku Desa Butong
penunjang belajar Desa BN-I
untuk perpustakaan Desa BN-II
sekolah Desa Tringsing
Desa Butong
2. Bantuan Meja, Kursi
Desa BN-I
belajar sesuai
Desa BN-II
d) Bantuan Sarana kebutuhan
Desa Tringsing
dan/atau Prasarana
Desa Butong
Pendidikan
3. Bantuan alat belajar Desa BN-I
untuk siswa-siswi SD Desa BN-II
Desa Tringsing
Desa Butong
4. Bantuan layanan
Desa BN-I
internet untuk siswa-
Desa BN-II
siswi
Desa Tringsing
1. Pelatihan dasar Desa Butong
pengoperasian Desa BN-I
komputer, Pelatihan Desa BN-II
Kursus Menjahit Ibu-
e) Pelatihan dan Ibu PKK, Pelatihan bagi Desa Tringsing
Kemandirian Masyarakat anak putus sekolah
Desa Butong
2.Pelatihan Kerajinan Desa BN-I
Tangan dari bahan
Desa BN-II
ramah lingkungan
Desa Tringsing
2 BIDANG KESEHATAN
Desa Butong
Desa BN-I
1. Pengadaan Sunattan
Desa BN-II
Masal secara gratis
Desa Tringsing
2. Penyediaan sarana
Desa Butong
air bersih
Desa Butong
a) Kesehatan Masyarakat 3.Pengecekan
Desa BN-I
Sekitar Tambang Kesehatan Gratis
Desa BN-II
secara berkala
Desa Tringsing
Desa Butong
Desa BN-I Rp Rp Rp Rp Rp
4. Bantuan Posyandu
Desa BN-II 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000
Desa Tringsing
b) Tenaga Kesehatan
Desa Butong
1. Bantuan sumur bor
Desa BN-I
untuk kepentingan
Desa BN-II
umum
c) Sarana dan/atau Desa Tringsing
Prasarana Kesehatan Desa Butong
2. Bantuan obat- Desa BN-I
obatan untuk warga Desa BN-II
Desa Tringsing
BIDANG TINGKAT
3 PENDAPATAN RILL ATAU
PEKERJAAN
a) Kegiatan ekonomi Rp
menurut profesi yang 50,000,000 Rp Rp Rp Rp
dimiliki, seperti : 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000
- Perdagangan
1. Desa Butong
Pembinaan/Pengadaan Desa BN-I
bibit Sengon, Bibit Desa BN-II
- Perkebunan buah-buahan,
pengadaan alat
seprayer atau Desa Tringsing
semprotan untuk toga
Desa Butong
1.
Desa BN-I
Pembinaan/Pengadaan
Desa BN-II
Bibit berkualitas
Desa Tringsing
Desa Butong
2. Bantuan Pemberian Desa BN-I
- Pertanian
Pupuk Desa BN-II
Desa Tringsing
Desa Butong
3. Bantuan Mesin Desa BN-I
Perontok Padi Desa BN-II
Desa Tringsing
Desa BN-I
1. Pembinaan Bibit
Desa BN-II
ayam Petelur
Desa Tringsing
- Peternakan Desa Butong
2. Bantuan Pengadaan Desa BN-I
kandang ayam Desa BN-II
Desa Tringsing
Desa Butong
1. Pembinaan Bibit
- Perikanan Desa BN-I
Ikan
Desa BN-II
Desa Tringsing
2. Bantuan Penyediaan
Desa Butong
Keramba
- Kewirausahaan
b) Pengutamaan Desa Butong
1. Pelatihan Dasar
penggunaan tenaga kerja Desa BN-I
Pengoperasian Alat
Masyarakat Sekitar Desa BN-II
berat bagi Masyarakat
Tambang sesuai dengan
sekitar tambang Desa Tringsing
Kompetensi
BIDANG KEMANDIRIAN
4
EKONOMI
a) Peningkatan kapasitas Desa Butong Rp
dan akses Masyarakat 1. Pelatihan Pengurus Desa BN-I 20,000,000
Setempat dalam usaha BUMDES Desa BN-II
kecil dan menengah Desa Tringsing
Desa Butong
1. Pengadaan alat
Desa BN-I
mesin penggiling
Desa BN-II
daging untuk UPPKS
Desa Tringsing Rp Rp Rp Rp
b) Pengembangan usaha Desa Butong 20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000
2. Bantuan Pengujian
kecil dan menengah Desa BN-I
Lab untuk produk
Masyarakat Sekitar Desa BN-II
UPPKS
Tambang Desa Tringsing
Desa Butong
3. Bantuan pelatihan
Desa BN-I
sertifikasi produk
Desa BN-II
makanan siap saji
Desa Tringsing
c) Pemberian kesempatan
kepada Masyarakat Sekitar
Tambang untuk ikut
berpartisipasi dalam
pengembangan usaha kecil
dan menengah sesuai
dengan profesinya
BIDANG SOSIAL DAN
5
BUDAYA
a) Bantuan pembangunan Desa Butong
sarana dan/atau prasarana 1. Bantuan rehab Desa BN-I
ibadah dan hubungan rumah ibadah Desa BN-II
dibidang keagamaan Desa Tringsing
Desa Butong
1. Bantuan pengadaan
Desa BN-I
perahu karet untuk
Desa BN-II
banjir
Desa Tringsing Rp Rp Rp Rp Rp
b) Bantuan bencana alam
2. Bantuan sembako Desa Butong 20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000
bagi korban banjir Desa BN-I
(bagi yang Desa BN-II
membutuhkan) Desa Tringsing
Desa Butong
c) Partisipasi dalam 1. Bantuan pengadaan Desa BN-I
pelestarian budaya dan peralatan dan baju
Desa BN-II
kearifan lokal setempat seni tari adat
Desa Tringsing
BIDANG KELEMBAGAAN Rp Rp Rp Rp Rp
6
MASYARAKAT 20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000
1. Bantuan pelatihan Desa Butong Rp Rp Rp Rp Rp
7 BIDANG LINGKUNGAN
pengelolahan sampah Desa BN-I 20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000