Anda di halaman 1dari 65

Potensi Ekonomi Kota Bima

KATA PENGANTAR Assalaamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat zat yang Maha Agung Allah SWT, karena atas rahmat dan bimbingan-Nya sehingga Penyusunan Buku Potensi Ekonomi Sub Sektor Primer (Pertanian) ini dapat terselesaikan. Dalam pembangunan dan pengembangan pertanian perlu dilakukan melalui perencanaan yang matang, strategis operasional, terpadu dan berkelanjutan. Untuk mendukung hal tersebut perlu adanya ketersediaan data dan informasi pertanian yang senantiasa terpenuhi untuk mencapai sasaran yang diharapkan. Bukanlah suatu yang berlebihan bila dikatakan dukungan data yanga akurat dan tepat waktu, senantiasa diperlukan pada setiap tahap perencanaan pembangunan pertanian. Dalam dokumen ini disajikan data dan informasi perkembangan tanaman pangan, hortikultura, sarana dan prasaranan, dan produksi peternakan. Semoga apa yang tersaji dalam buku ini bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan para pengguna data dan dapat menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan. Kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu memberikan data dan informasi yang mendukung dalam penyusunan buku ini. Disadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan buku ini masih terdapat kekurangan dan kekeliruan, sehingga diharapkan saran kritik yang membangun demi kesempurnaan buku ini. Akhirnya, kami berharap semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua. Wassalaamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Raba-Bima, November 2013

BAPPEDA KOTA BIMA K e p a l a,

DR. Ir. H. Syamsuddin M.,M.S NIP. 19601231 198603 1 020

Potensi Ekonomi Kota Bima


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1. 1. Latar Belakang .................................................................... 1. 2. Tujuan ................................................................................. 1. 3. Sasaran ............................................................................... 1. 4. Sistematika Penulisan Dokumen ........................................ GAMBARAN UMUM WILAYAH .......................................... 2. 1. Karakteristik Biofisik ................................................... 2. 2. PertumbuhanEkonomi ...................................................... 2. 3. Arah Kebijakan Pembangunan .......................................... 2. 4. Rencana Pola Ruang (Kawasan Peruntukan) 2. 5. Kebijakan Penanaman Modal Daerah ................................ POTENSI EKONOMI SEKTOR PERTANIAN KOTA BIMA .. 3. 1. Sumber Daya ...................................................................... 3. 2. Potensi Wilayah ................................................................. 3. 3. Potensi Ekonomi Sektor Primer . POTENSI INVESTASI BERBASIS KOMODITI .......................... 4. 1. Potensi Unggulan Sektor/Sub Sektor ................................. 4. 2. Potensi Pengembangan Pertanian Berbasis Kawasan . 4.3. Potensi Investasi Berbasis Komoditi PENUTUP ...................................................................................

i ii 1 1 3 3 3 5 5 6 6 7 9 14 14 14 15 49 49 54 56 62

BAB II

BAB III

BAB IV

BAB V

ii

Potensi Ekonomi Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Suatu wilayah selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika masyarakat dan berbagai kegiatan yang ada, baik itu direncanakan ataupun tidak direncanakan. Perkembangan wilayah ini tidak akan sama antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Wilayah yang mempunyai potensi besar cenderung berkembang dengan cepat, sementara wilayah yang potensinya kurang perkembangannya relatif lambat. Perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah ditandai tingginya intensitas kegiatan, penggunaan tanah yang semakin intensif, tingginya mobilisasi penduduk, sehingga menyebabkan kebutuhan tanah untuk pengembangan fisik semakin meningkat. Pada sisi lain ketersediaan lahan ternyata semakin terbatas. Fenomena tersebut juga terjadi pada wilayah Kota Bima baik sebagai wilayah kota maupun wilayah kecamatan sebagai wilayah parsial. Pada sisi lain perkembangan pada kota-kota besar cenderung melampaui daya dukung lahan, sehingga membutuhkan ekspolitasi sumber daya potensial yang mampu memberikan pelayanan serta mengimbangi kebutuhan masyarakat lokal dan menciptakan daya saing yang berskala regional. Pemanfaatan sumber daya, baik itu sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya buatan (SDB) sangat diperlukan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari 3 (tiga) aspek pokok pembangunan tersebut memiliki hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi secara kualitas maupun kuantitas. Sehingga dibutuhkan peran aktif dari stakeholder yaitu pemerintah, masyarakat dan swasta (pemodal) sebagai motor pembagunan wilayah yang berlandaskan pada pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Berbagai pola penyempurnaan dan perbaikan tetap diselaraskan dengan semangat desentralisasi, yang mendasarkan kepada penggalian potensi wilayah, sehingga dapat dicapai kemandirian pembangunan daerah yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, terutama pada bidang Pembangunan Ekonomi Daerah. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu sektor pembangunan yang memiliki peran penting dalam upaya mendorong kemajuan suatu daerah guna mencapai masyarakat sejahtera yang mengarah pada upaya peningkatan pendapatan perkapita penduduk secara terus menerus dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Secara umum, dominasi usaha ekonomi digolongkan menjadi 3 (tiga) sektor usaha, yaitu sektor primer (pertanian, pertambangan & penggalian), sektor sekunder (industri), dan sektor tersier (jasa-jasa). 1

Potensi Ekonomi Kota Bima


Perekonomian Kota Bima hingga tahun 2011 masih didominasi oleh kelompok tersier (kelompok sektor jasa) serperti, Sektor jasa-jasa; Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran; Sektor Angkutan dan Komunikasi; dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan kontribusi pada tahun 2011 sebesar 71,85 persen. Sementara sektor primer yang terdiri dari Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan & Penggalian mempunyai peranan sebesar 17,68 persen, dan sektor sekunder yang terdiri dari Sektor Industri; Sektor Listrik dan Air Bersih; dan Sektor Konstruksi pada tahun 2010 hanya berperan sebesar 7,89 persen. Kontribusi masing-masing sektor lapangan usaha terhadap PDRB di Kota Bima selama periode 2008-2011, tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Kelompok sektor Jasa-jasa memberikan kontribusi paling dominan yaitu sebesar 29,20 persen pada tahun 2011. Sedangkan Sektor Pertanian yang menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk Kota Bima menempati posisi keempat dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB tahun 2011, yaitu sebesar 17,55 persen. Sub sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB tahun 2011 adalah sub sektor pertanian tanaman pangan yaitu sebesar 14,05 persen, kemudian diikuti oleh sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 2,49 persen, sedangkan Sub sektor pertanian lainnya mempunyai peranan masih dibawah satu persen. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pendapatan dan kontribusi pada sektor pertanian dalam pembentukan PDRB Kota Bima, dilakukan upaya pengembangan, pengelolaan dan pengolahan pada sektor primer sebagai wujud pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Kegiatan perencanaan pembangunan tidak bisa terlepas dari tiga hal, yaitu input, proses, dan output. Sebagai input dalam kegiatan perencanaan tersebut adalah ketersediaan data yang aktual dan akurat. Tanpa adanya data yang akurat hampir mustahil akan dicapai keberhasilan pembangunan, karena dari data tersebut didapat gambaran atau keadaan awal (eksisting) yang selanjutnya dianalisis dan menghasilkan kesimpulan mengenai apa yang menjadi prioritas dalam pembangunan. Dalam rangka penyusunan perencanaan dan kebijakan pembangunan kota Bima dalam segala aspek perlu didukung oleh data yang akurat dan dapat dipertanggungjawbkan sesuai kebutuhan. Untuk terpenuhinya basis data tentang potensi ekonomi sektor pertanian guna mendukung program peningkatan perekonomian, peningkatan pendapatan, perluasan kesempatan kerja, peningkatan ketahanan pangan serta untuk menjadi bahan acuan perencanaan pembangunan dimasa yang akan datang. Sehubungan dengan hal ini, maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bima melakukan kegiatan penyusunan dokumen Potensi Ekonomi Sub Sektor Primer.

Potensi Ekonomi Kota Bima


1.2. TUJUAN Potensi Wilayah di Kota Bima dapat dilihat pada data potensi wilayah yang menunjukkan potensi umum maupun potensi pengembangan suatu wilayah untuk setiap Kecamatan/kelurahan/desa. Data potensi wilayah dimaksudkan untuk lebih mengoptimalkan program pembangunan. Tujuan dari Penyusunan Potensi Ekonomi Sub Sektor Primer ini adalah: 1. Mengidentifikasi potensi ekonomi kota Bima Tahun 2013 khususnya pada sektor Pertanian, yang meliputi sub sektor tanaman bahan makanan; sub sektor tanaman perkebunan rakyat; sub sektor peternakan; sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. 2. Mengidentifikasi kebijakan pembangunan pusat dan daerah pada sektor pertanian, khususnya pada sub sektor Pertanian. 3. Memberikan rekomendasi arahan strategi pengembangan, pengelolaan dan pengolahan pada sektor pertanian untuk mendukung pembangunan ekonomi Kota Bima. 1.3. SASARAN Sasaran dari Penyusunan Potensi Ekonomi Sub Sektor Primer ini yaitu terpadunya program pembangunan yang sesuai dengan potensi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Adapun beberapa sasaran yang diharapkan dari dokumen ini adalah : 1. Inventarisasi potensi ekonomi kota Bima Tahun 2013 khususnya pada sektor Pertanian. 2. Kebijakan pembangunan pusat dan daerah pada sektor primer (pertanian), sebagai wujud pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan. 3. Rekomendasi arahan strategi pengembangan sektor Primer (pertanian) untuk mendukung pembangunan ekonomi Kota Bima. Dengan tersedianya dokumen tersebut diatas, diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu dasar rujukan dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sektor pertanian. 1.4. SISTEMATIKA PENYUSUNAN DOKUMEN Sistematika Pembahasan dalam Penyusunan Potensi Ekonomi Sub Sektor Primer ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN BAB II : GAMBARAN UMUM WILAYAH Menguraikan tentang tinjuan umum kota Bima yang meliputi karakteristik biofisik, Pertumbuhan ekonomi, arah kebijakan pembangunan, rencana pola

Potensi Ekonomi Kota Bima


ruang (kawasan peruntukan wilayah), serta kebijakan penanaman modal daerah. BAB III : POTENSI EKONOMI SEKTOR PERTANIAN KOTA BIMA Menguraikan tentang Sumber Daya dan potensi wilayah, kondisi perkembangan sarana dan prasarana serta kondisi eksisting sektor pertanian. BAB IV : POTENSI INVESTASI BERBASIS KOMODITI Menguraikan tentang potensi masing-masing sector/sub sector sebagai

sector unggulan atau sector basis di Kota Bima, kemudian potensi investasi pertanian berbasis kawasan dan potensi investasi berbasisi komoditi pertanian.
BAB V : PENUTUP

Potensi Ekonomi Kota Bima

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH


2.1. KARAKTERISTIK BIOFISIK Secara geografis Kota Bima terletak di Pulau Sumbawa bagian Timur pada posisi 1180 41 00 - 1180 48 00 Bujur Timur dan 80 30 00 - 80 20 00 Lintang Selatan dengan batas - batas wilayah : Sebelah Utara : Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima Sebelah Timur : Kecamatan Wawo Kabupaten Bima Sebelah Selatan : Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima Sebelah Barat : Teluk Bima Luas Wilayah Kota Bima 222,25 Km, dengan perincian 51,11 persen hutan Negara, 8,28 persen hutan rakyat. Luas lahan yang dipergunakan untuk pertanian 29,76 persen, yakni 8,54 persen tanah sawah dan 16,04 persen tanah tegal/huma sedangkan untuk lahan dan pekarangan mencapai 4,19 persen. Lainya merupakan lahan tambak, kolam, perkebunan dan lain-lain. Kota Bima Terbagi dalam 5 kecamatan dan 38 Kelurahan sebagaimana yang dijelaskan pada Tabel II.1. berikut ini. Tabel II.1 Wilayah Administrasi Kota Bima
No. 1 1. 2. 3. 4. 5. Kecamatan 2 Rasanae Barat Mpunda Rasanae Timur Raba Asakota Jumlah Luas Wilayah (Km2) 3 10,14 15,28 64,07 63,73 69,03 222,25 Jumlah Kelurahan 4 6 10 7 11 4 38

Sumber Data : BPS Kota Bima Adapun luas wilayah tersebut terdiri dari : Hutan Belantara Tegalan/ Kebun Tanaman Kayu/ Hutan Rakyat Lahan Pertanian Lahan lainnya

: 9.324 Ha : 4.069 Ha : 2.830 Ha : 2.255 Ha : 3.747 Ha

Potensi Ekonomi Kota Bima


Sejak berdirinya kota ini pada tahun 2002, perubahan nyata yang amat dominan di daerah ini adalah lahan pertaniannya yang mengalami degradasi, mutu lahan pertanian yang semakin berkurang nilai produktifitasnya. Pola ekonomi yang dominan dari proses investasi di daerah ini adalah pola hit and run dan backwash effects atau divestasi. Kualitas investasi yang masih semu ditandai dengan bahan mentah dibawa ke luar daerah ini dan nilai tambahnya sebagian kecil kembali melalui kebaikan hati pemerintah pusat dan sebagian lainnya tidak diketahui tujuan dan manfaatnya. Birokrasi dan masyarakatnya yang terbatas aksesnya di tingkat Nasional, hampir tidak dapat berperan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang dapat menstimulir peluang-peluang pembangunan daerah yang lebih luas dan berdampak ganda. 2.2. PERTUMBUHAN EKONOMI Sistem perekonomian Kota Bima mencakup beberapa sektor dan dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB yang cukup besar. Gambaran kondisi ekonomi Kota Bima tahun 2011 dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), PDRB Kota Bima pada tahun 2012 adalah Rp.1.250.380,48 milyar dan terjadi Peningkatan dibanding tahun 2011 sebesar Rp.1.126.503,11 milyar. Dalam distribusi persentase dari besarnya PDRB tersebut atas dasar harga yang berlaku menurut lapangan usaha, distribusi terbesar mencapai 29,55% pada sektor Jasa-sasa. Sektor pertanian sebesar 17,11%, yang didominasi pada lapangan usaha tanaman bahan makanan sebesar 13,59% dan 2,57% pada sektor pertenakan dan hasil-hasilnya, selebihnya mencakup Kehutanan Sebesar 0,14%, perikanan sebesar 0,64% dan tanaman Perkebunan sebesar 0,16%. 2. Pertumbuhan Ekonomi Kota Bima pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 0,49% yaitu dari 5,33% pada tahun 2011 menjadi 5,82% pada tahun 2012. Semua sektor lapangan usaha menunjukkan pertumbuhan positif. Sektor pertanian yang merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan tempat menggantungkan hidup sebagian besar penduduk di kota Bima berdasarkan harga konstan 2000 mencapai pertumbuhan sebesar 4,26%. Berdasarkan harga yang berlaku sektor pertanian mencapai 8,19%. 2.3. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2.3.1. Rencana Strategis Pembangunan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah merupakan produk rencana strategis yang memuat visi dan misi pembangunan daerah Kota Bima yang ingin dicapai dalam jangka panjang (20 tahun) dan menengah (5 tahun). Pada dasarnya RPJPD dan RPJMD merupakan hasil dari proses perencanaan pembangunan yang disusun oleh

Potensi Ekonomi Kota Bima


pemerintah kota Bima (eksekutif) dan melibatkan unsur masyarakat, swasta, perguruan tinggi dan DPRD (legislatif) serta stakeholder (pemangku kepentingan) lainnya, dalam rangka menuju pembangunan kota Bima yang berkelanjutan. Jika dilihat dalam konteks spasial, RPJPD dan RPJMD ini hanya memberikan penjelasan secara umum/global tentang rencana pembangunan kota Bima tanpa ada penjelasan secara rinci pada tiap-tiap wilayah baik ditingkat kecamatan maupun kelurahan. Oleh karenanya, pembahasan dalam dokumen RPJMD tersebut lebih bersifat substantif ide pembangunan Kota Bima secara sektoral dan tidak bersifat spasial (keruangan). 2.3.2. Rencana Tata Ruang Wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bima tahun 2011-2031 disusun pada tahun 2011 telah ditetapkan sebagai peraturan daerah (PERDA) Kota Bima nomor 4 tahun 2012. Pembahasan dalam RTRW tersebut akan dibagi dalam beberapa bagian, dimana pada masing-masing bagian tersebut akan langsung difokuskan pada kebijakan dan rencana dalam dokumen RTRW yang terkait dengan pembangunan pertanian di Kota Bima. 2.3.3. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kota Bima terbagi ke dalam beberapa aspek, diantaranya adalah kebijakan pengembangan kawasan budidaya yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengembangan kawasan hutan produksi, kawasan perumahan, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran, kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan ruang terbuka non hijau, kawasan ruang evakuasi bencana, kawasan sektor informal, kawasan pendidikan, kawasan kesehatan, kawasan peribadatan, kawasan pertahanan dan keamanan, kawasan pertanian, kawasan perikanan, dan kawasan pertambangan; 2. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. 2.4. RENCANA POLA RUANG (KAWASAN PERUNTUKAN WILAYAH) Didalam rencana pola ruang Kota Bima, dijelaskan lebih terperinci mengenai kawasan peruntukan pertanian di Kota Bima yang meliputi kawasan : lahan basah; tadah hujan; dan holtikultura (kebun campur), dan Kawasan perikanan, serta peternakan, yang lokasinya menyebar di seluruh kecamatan yang ada di Kota Bima Dengan total luasan sebesar 2.253 Ha.

Potensi Ekonomi Kota Bima


Adapun strategi pengembangan pola ruang termasuk diantaranya strategi pengembangan kawasan budidaya untuk kawasan pertanian dalam rangka mewujudkan kebijakan tersebut diatas adalah : a. Strategi Pengembangan Kawasan Pertanian terdiri atas : 1. Meminimalisir konversi lahan pertanian irigasi teknis menjadi lahan terbangun dan/atau aktivitas budidaya non pertanian; 2. Mengembangkan lahan pertanian menjadi lahan pertanian hortikultura, taman kota, dan/atau hutan kota pada kawasan pertanian yang tidak memiliki dukungan prasarana irigasi memadai untuk mempertahankan fungsi kawasan sebagai ruang terbuka hijau; 3. Mengembangkan sarana prasarana irigasi pertanian; 4. Mengembangkan produk pertanian unggulan yang berorientasi agro industry. b. Strategi Pengembangan Kawasan Perikanan terdiri atas: 1. Mengembangkan budidaya perikanan air tawar dan air laut; 2. Meminimalisir konversi lahan tambak menjadi lahan terbangun dan/atau aktifitas budidaya non perikanan; 3. Mengembangkan sarana prasarana perikanan. c. Strategi Pengembangan Kawasan Perkebunan terdiri atas: 1. Meminimumkan luas lahan tidur dan terlantar dengan memperhatikan kaidahkaidah lingkungan hidup. 2. Peningkatan produksi dan produktivitas, nilai tambah dan daya saing produk perkebunan 3. Mengembangkan kelembagaan kelompok tani kearah, kelembagaan ekonomi/ koperasi, melalui upaya penguatan modal, kewirausahaan, membuka akses pasar, kemitraan, serta pemberdayaan asosiasi petani. 4. Pengembangan sarana dan prasarana pada sentra produksi perkebunan rakyat melalui pengembangan sarana produksi (pupuk dan pestisida), alat dan mesin perkebunan dan pengembangan jalan usaha tani di sentra perkebunan rakyat. d. Strategi Pengembangan Kawasan Peternakan terdiri atas: Mengacu pada Grand Strategi (Strategi) dalam rangka pencapaian tujuan dan sararan pembangunan Provinsi NTB sebagai Bumi Sejuta Sapi ; 1) Rumpun Hijau berintegrasi dalam Pengembangan Bumi Sejuta Sapi (BSS); 2) Sapi merupakan pengungkit komoditi ternak lain dan komoditi rumpun hijau. Untuk mendukung hal tersebut strategi yang diambil adalah: Peningkatan produksi dan produktivitas peternakan melalui pendekatan pengelolaan pembangunan peternakan secara terpadu dengan:

Potensi Ekonomi Kota Bima


1. Melakukan pemberdayaan masyarakat petani ternak pada lahan terlantar, dan lahan berpotensi untuk produktivitas peternakan, dengan mengembangkan sumber air alternatif skala kecil di lahan kering untuk komoditas peternakan dan hijauan makan ternak HTM. 2. Mendorong rasionalisasi manajemen usaha tani dengan mempertimbangkan peningkatan potensi kemandirian manajemen petani, diversifikasi usaha tani, dan percepatan adaptasi teknologi baru 3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan hewan dan koordinasi dalam pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan menular serta jaminan mutu komoditas hewan dan obat hewan. 4. Meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit hewan menular melalui pengawasan lalu lintas hewan dan peredaran obatobatan dan vaksin, pengamatan penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular dan pelayanan kesehatan ternak melalui pemberdayaan Pos Kesehatan Hewan (Pos Keswan) 2.5. KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DAERAH Merupakan komitmen Pemerintah Daerah bahwa Kebijakan Penanaman Modal Daerah di Kota Bima, meliputi 2 (dua) langkah yakni: 1. Arah dan Tujuan Kebijakan Pemerintah Daerah dibidang Penanaman Modal mempunyai maksud sebagai berikut : a. Mempertahankan dan mengembangkan investasi yang sudah ada. b. Menambah dan mencari serta menarik investor-investor baru baik lokal, nasional maupun asing. c. Pemberdayaan Masyarakat dan Ekonomi Rakyat. 2. Strategi Kebijakan Pemerintah Daerah di Bidang Penanaman Modal meliputi: a. Melakukan pembinaan, pengawasan dan Pengendalian Proyek Investasi PMA dan PMDN melalui Satuan Tugas (Satgas) terpadu baik tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif dan sehat. b. Memberikan jaminan keamanan dan kepastian hukum bersama aparat keamanan terhadap para investor. c. Memberikan kemudahan pelayanan perizinan yang cepat, keringanan pajak, pembebasan pajak untuk masa persiapan dan kontrustruksi. d. Melakukan Promosi domestik maupun regional dengan mengikuti event-event pameran, penyebaran booklet dan leaflet melalui dinas/ instansi maupun 9

Potensi Ekonomi Kota Bima


perwakilan daerah baik yang berada di tingkat provinsi maupun pusat. Serta melalui jasa pos, Website/internet, dan email. e. Menjalin dan mewujudkan kerjasama Sektoral, Regional, serta Nasional yang mengutamakan kepentingan dearah maupun pusat dalam rangka meningkatkan penanaman modal di daerah. Peningkatan pengembangan dan pembangunan Prasarana Dasar/ Infrastruktur Daerah sebagai sarana pendukung dalam meningkatkan investasi dan perdagangan di Kota Bima sebagai bagian dari upaya percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI).

10

Potensi Ekonomi Kota Bima

BAB III POTENSI EKONOMI SEKTOR PERTANIAN KOTA BIMA


3.1. SUMBER DAYA Berdasarkan data hasil Survey Sosial Ekonomi, penduduk Kota Bima pada Tahun 2009 berjumlah lebih kurang 132.292 jiwa (Kota Bima dalam Angka 2009) yang tersebar di 5 wilayah kecamatan dengan kepadatan penduduk yang tidak merata dan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 595 jiwa/km2 (PDRB Kota Bima 2009). Wilayah kecamatan terpadat adalah Kecamatan Rasanae Barat dengan kepadatan mencapai 2.921 jiwa/km2. Kemudian Kecamatan Mpunda rata-rata 1.733 jiwa/km2 dan jumlah serta kepadatan terkecil adalah Kecamatan Rasanae Timur kepadatan mencapai 259 jiwa/km2. Kualitas sumber daya manusia relatif baik dengan jumlah tamatan pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi yang cukup banyak. Mengingat peran penduduk yang begitu strategis, maka di masa-masa mendatang aspek kependudukan perlu mendapat perhatian serius. Karena perkembangan/ perubahan dalam tiap-tiap komponen kependudukan (fertilitas, mortalitas dan migrasi) terjadi begitu dinamis. Sedangkan, perbaikan kondisi kependudukan memerlukan waktu yang tidak sebentar dan harus disertai dengan upaya serius dari pemerintah dan peran serta aktif masyarakat dalam mengimplementasikan berbegai program pengendalian, program kesehatan dan program pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya secara keseluruhan. 3.2. POTENSI WILAYAH Pembangunan daerah hingga saat ini telah membuktikan bahwa kebutuhan sumberdaya alam semakin banyak dan senantiasa menghadapi berbagai kendala yang semakin serius. Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman prioritas pemanfaatan keunggulan sumberdaya alam dan sumberdaya wilayah lainnya dengan melibatkan secara penuh segenap potensi masyarakat, terutama di wilayah-wilayah yang potensi sumberdaya alamnya sangat terbatas dan kondisi pembangunan wilayahnya masih tertinggal dibandingkan dengan wilayah lainnya. Dalam kondisi seperti ini diperlukan mekanisme perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi wilayah secara cepat, tepat dan akurat. Wilayah Kota Bima terbagi menjadi beberapa wilayah pembangunan yang masingmasing mempunyai karakteristik dan potensi wilayah yang berbeda, baik potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, serta infrastruktur fisik dan kelembagaan penunjang pembangunan. Potensi sumberdaya wilayah ini tampaknya masih belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal, terutama karena 14

Potensi Ekonomi Kota Bima


terbatasnya modal dan teknologi. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain karena masih terbatasnnya informasi teknologi dan informasi pasar yang diperlukan untuk mengembangkan wilayah tersebut, serta lemahnya akses masyarakat terhadap peluangpeluang bisnis yang ada. Adapun wilayah pengembangan di Kota Bima adalah sebagai berikut : 1. Wilayah Kecamatan Asakota; 2. Wilayah Kecamatan Rasanae Barat; 3. Wilayah Kecamatan Rasanae Timur; 4. Wilayah Kecamatan Mpunda; dan 5. Wilayah Kecamatan Raba. Dengan adanya pemerataan pembangunan yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Kota Bima maka wilayah yang menjadi prioritas pembangunan adalah Wilayah Asakota, Rasanae Barat dan Wilayah Rasanae Timur. Diharapkan kedepan semua wilayah yang berada di Kota Bima dapat dikembangkan agar pembangunan yang berkelanjutan dapat direalisasikan dengan efisien, efektif dan sesuai dengan yang telah direncanakan. Menyadari arti pentingnya pembangunan pertanian dalam arti luas pemerintah pusat mencanangkan program yang dikenal dengan revitalisasi Pertanian perikanan dan kehutanan. Program ini melihat kembali peran sektor pertanian sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi, serta menekankan kembali arti pentingnya sektor pertanian dalam rangka ketahanan pangan, mengurangi kemiskinan dan pengangguran serta meningkatkan daya saing ekonomi daerah. Selain itu sektor pertanian merupakan sektor basis/dasar untuk kemajuan ekonomi wilayah, karena mampu menyediakan komoditas-komoditas yang dapat diolah menjadi barang/produk yang bernilai ekonomi lebih tinggi. Sebagai salah satu sektor yang memberikan kontribusi ke dua setelah sektor sekunder pada PDRB kota Bima, pemerintah daerah menindaklanjuti program tersebut dengan melihat potensi yang ada. 3.3. POTENSI EKONOMI SEKTOR PRIMER 3.3.1 POTENSI SEKTOR PERTANIAN Untuk mendukung produksi beras Nasional sebesar 10 juta ton pada tahun 2014 yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Pusat, Dinas Pertanian dan Peternakan kota Bima berupaya meningkatkan luas areal pertanaman padi guna meningkatkan produksi dan produktifitas, disamping itu adanya pengembangan sarana dan prasarana pertanian untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan nilai kompetitif produk-produk pertanian yang dihasilkan di Kota Bima. Potensi sumber daya lahan untuk budidaya pertanian sebesar 11.799,15 Ha dan penggunaan lahan dapat dirinci pada tabel berikut. 15

Potensi Ekonomi Kota Bima


Tabel: III.1. Potensi Sumber Daya Lahan Menurut Penggunaan Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kecamatan No. 1 I. II. III. Uraian 2 Luas Wilayah Pertanian Sawah Sawah Berpengairan: - Tekhnis - 1/2 Tekhnis - Sederhana PU - Non PU -Tadah Hujan -Pasang Surut -Lebak -Lainya Bukan Sawah Tegal/Kebun Ladang Huma Perkebunan Ditanami Pohon/ Hutan rakyat Tambak Kolam/ Tebat/ Empang Padang Pengembalaan/Rumput Sementara Tidak Diusahakan Lainya Rasanae Barat 3 1.014,00 312,15 3,00 3,00 309,15 107,00 35,00 79,00 79,00 9,15 23.00 Mpunda 4 1.528,00 1.083,12 377,70 301,00 53,70 23,00 705,42 388,00 138,00 130,00 2,77 18,35 28,30 Rasanae Timur 5 6.407,00 4.775,00 968,00 462,00 353,00 153,00 3.807,00 1.341,00 353,00 453,00 1.647,00 3,00 10,00 Raba 6 6.373,00 4.194,85 708,00 489,00 161,00 58,00 3.486,85 1.548,00 513,00 487,25 928,00 0,60 10,00 Asakota 7 6.903,00 1.434,03 248,00 121,00 127,00 1.186,03 685,00 290,00 30,00 90,00 6,03 6,00 106, 06 79,00 Jumlah (Ha) 8 22.225,00 11.799,15 2.304,70 0,00 1.373,00 53,70 644,00 234,00 0,00 0,00 0,00 9.494,45 4.069,00 1.294,00 6,00 2.830,00 85,03 6,46 6,00 153,50 130,30

IV. a. b. c. d. c. d. e. f. g.

Sumber : Dinas Pertanian Kota Bima 2012 Dari tabel diatas luas areal sawah beriigasi sebesar 59,57 % dari luas baku sawah. Dan yang menjadi sentra produksi padi adalah : Kecamatan Rasanae Timur dan Kecamatan Raba, atau 10,37 % dari luas wilayah Kota Bima. Sedangkan potensi lahan perkebunan tersedia yakni 69,59 % dari data luas baku bukan sawah atau 36,89 % dari luas wilaya Kota Bima, 8.199 Ha yang tersebar di lima Kecamatan.

16

Potensi Ekonomi Kota Bima


Tabel: III.2. Data Perkembangan luas panen, produktifitas dan produksi padi Kota Bima tahun 2008 -2011
Tahun No. 1 1. Uraian 2 Padi Sawah a. Luas Tanam (Ha) b. Luas Panen (Ha) c. Produktifitas (kw/Ha) d. Produksi (Ton) Padi Ladang a. Luas Tanam (Ha) b. Luas Panen (Ha) c. Produktifitas (kw/Ha) d. Produksi (Ton) 2008 3 4.147 3.999 54,63 21.846 2.375 2375 30,43 7.230 2009 4 4.700 4.694 54,8 25.721 2.935 2835 38,67 10.963 2010 5 4.520 4.421 58,2 25.730,22 2.677 2700 40,00 10.800 2011 6 4.900 4.864 53,7 26.143 2.250 2897 41,00 11.876 Kenaikan (%) 7 17,91 21,58 -1,22 19,38 -1,16 21,90 33,02 60,11

2.

Sumber : Dinas Pertanian Kota Bima Tabel : III.3. Jenis Komoditi Per Kecamatan, Kota Bima
No. 1. 2. Kecamatan Rasanae Barat Mpunda Sub Sektor Tanaman pangan, Peternakan Tanaman pangan, Peternakan Tanaman pangan, Peternakan Pilihan Jenis Komoditas Buah-buahan (mangga, nangka, pisang), Sapi, kambing, dan ayam Padi, Jagung, ubi kayu, kacang, k.kedelai, bayam, Buah-buahan (mangga, sawo, nangka dan sirsak) Sapi, kuda, kambing dan ayam Padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, k.kedelai, kacang panjang, Buah-buahan (mangga, jeruk, durian, pisang, nagka dan sirsak), sapi, kerbau, kuda, kambing dan ayam Padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, k.kedelai, kacang panjang, bayam, tomat, ketimun, Buah-buahan (mangga, pisang, sawo,, nangka dan sirsak) sapi, kerbau, kuda, kambing dan ayam Padi, jagung, ubi kayu, k.kedelai, Buah-buahan (mangga, nenas, nangkadan sirsak), bawang merah, cabe, sapi, kerbau, kuda, kambing dan ayam

3.

Rasanae Timur

4.

Raba

Tanaman pangan, Peternakan

5.

Asakota

Tanaman pangan, Peternakan

Sumber : Dinas Pertanian Kota Bima

17

Potensi Ekonomi Kota Bima


Selain padi, hasil bumi di kota Bima adalah ubi kayu/ singkong, ubi jalar, bengkoang yang sebagian besar berasal dari desa/ Kelurahan Oi Foo kecamatan Rasanae Timur. Luas areal tanam dan produksi tanaman palawija fluktuatif setiap tahun. Komoditas dominan adalah jagung dan kedelai, komoditas jagung merupakan komoditi yang prospektif untuk dikembangkan mengingat kebutuhan jagung terus meningkat untuk memenuhi pakan ternak. Tabel: III.4. Data Perkembangan luas panen, produktifitas dan produksi Palawija Kota Bima tahun 2008 -2011
No. 1 1. Uraian 2 Jagung a. Luas Tanam (Ha) b. Luas Panen (Ha) c. Produktifitas (kw/Ha) d. Produksi (Ton) Kedelai a. Luas Tanam (Ha) b. Luas Panen (Ha) c. Produktifitas (kw/Ha) d. Produksi (Ton) Kacang Tanah a. Luas Tanam (Ha) b. Luas Panen (Ha) c. Produktifitas (kw/Ha) d. Produksi (Ton) Kacang Hjau a. Luas Tanam (Ha) b. Luas Panen (Ha) c. Produktifitas (kw/Ha) d. Produksi (Ton) Ubi Kayu a. Luas Tanam (Ha) b. Luas Panen (Ha) c. Produktifitas 2008 3 1.079 965 34,66 2.923 2009 4 1.076 981 37,05 3.635 2010 5 986 687 48,00 3.298 2011 6 1.546 1.357 50,00 7.097 % Total pertumbuhan 7 48,15 69,21 40,62 130,28

2.

2.803 2.776 12,78 3.549

1.076 3.263 11,95 3.900

986 3.104 13,85 4.299,04

1.546 3.321 14,35 4.766

-13,18 19,66 13,02 30,98

3.

795 774 12,17 942

815 836 12,94 1082

417 406 13,00 527,8

231 449 13,50 608

-90,92 -32,83 10,64 -21,16

4.

180 180 10,67 192

265 275 9,38 258

297 258 10,15 261,87

841 125 10,00 119

242,46 -4,95 -5,36 -18,68

5.

725 725 123,72

888 885 122,83

619 619 118,2

95 613 142,6

-92,46 -8,96 16,15

18

Potensi Ekonomi Kota Bima


% Total pertumbuhan 7 7,96

No. 1

Uraian 2 (kw/Ha) d. Produksi (Ton) Ubi Jalar a. Luas Tanam (Ha) b. Luas Panen (Ha) c. Produktifitas (kw/Ha) d. Produksi (Ton)

2008 3 8970

2009 4 10870

2010 5 7316,58

2011 6 8741

6.

42 43 113,72 489

55 57 114,47 652

36 35 113 395,5

9 46 117,5 541

-78,59 25,39 3,36 30,78

Sumber : Dinas Pertanian Kota Bima Luas areal tanam dan Tabel: III.5. Luas Panen dan Produksi sayuran di produksi sayur-sayuran fluktuatif Kota Bima Tahun 2011 Luas Panen Produksi setiap tahun. Tanaman sayuran No. Komoditi dominan yang diusahankan petani (Ha) (ton) adalah jagung, tomat, bawang 1 2 3 4 merah, terong dan ketimun dimana 1. Bawang Merah 7,00 77,90 sebagian besar kebutuhan sayur2. Cabe 18,00 23,60 sayuran masih harus didatangkan 3. Terong 16,00 49,30 dari luar daerah. 4. Tomat 25,00 90,00 Beberapa kegiatan sebagai 5. Ketimun 26,00 46,30 bagian program pembangunan 6. Kacang panjang 78,00 246,9 pertanian Kota Bima selama 7. Kangkung 33,00 127,7 beberapa tahun terakhir, yaitu: (1) 8. Bayam 22,00 16,00 Upaya peningkatan teknis budidaya Sumber : Dinas Pertanian Kota Bima seperti melalui penggunaan benih unggul dan bersertifikasi, (2) Bimbingan budidaya melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), perluasan areal tanam, (3) Peningkatan kualitas pemanfaatan air irigasi dan pengendalian OPT, (4) Penanganan kehilangan hasil (lossis), (5) Intensifikasi pertanian serta mekanisasi pertanian dengan sarana dan prasarana budidaya dan pasca panen pertanian. Tabel: III.6. Produksi Sayuran Buah-buahan di Kota Bima Tahun 2011
Kecamatan Jenis Tanaman Rasanae Barat Produksi Pohon (Ton) 2 3 1.853 116,20 Mpunda Pohon 4 4.845 Produksi 5 123,50 Rasanae Timur Pohon 6 43.050 Produksi 7 2.948,40 Pohon 8 19.661 Raba Produksi 9 1.105,60 Asakota Pohon 10 10.977 169 Produksi 11 1.079,40 1,30

1 1. Mangga 2. Nenas

19

Potensi Ekonomi Kota Bima


Kecamatan Jenis Tanaman Rasanae Barat Pohon 1 3. Jeruk 4. Durian 5. Pisang 6. Pepaya 7. Salak 8. Sawo 9. Jambu Biji 10.Jambu Air 11.Advokat 12.Rambutan 13.Nangka 14.Sirsak Jumlah 2 7 550 47 2 9 30 5 5 1.734 4.242 Produksi (Ton) 3 0,40 32,80 3,60 0,50 040 1,20 040 0,80 89,20 325 Mpunda Pohon 4 51 452 261 909 426 371 41 127 446 18.523 26.452 Produksi 5 6,60 47,80 38,50 94,00 17,70 14,80 3,60 5,80 120,80 599,20 1.072 Rasanae Timur Pohon 6 200 121 42.000 17.000 50 11.842 1.000 12 228 12.035 109.760 237.298 Produksi 7 14,30 6,40 2386 1.264,70 8,00 427,50 60,00 0,40 9,10 1.850 5.995 14.970 Pohon 8 270 78.296 45.442 15 1.875 9.900 2.615 20 12.473 102.500 273.067 Raba Produksi 9 18,90 2.247,20 3.904,70 0,80 178,30 556,00 146,60 0,70 717,70 2.400 11.277 Asakota Pohon 10 1.488 1.534 131 159 865 110 38 239 1.009 61.827 78.546 Produksi 11 89,20 90,50 1,20 20,70 51,60 2,80 2,50 15,70 92,90 2.549 3.997

Sumber : Dinas Pertanian Kota Bima 3.3.1.1 SARANA DAN PRASARANA PERTANIAN Guna mendukung kegiatan pembangunan pertanian di Kota Bima, telah diarahkan berbagai program kegiatan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam rangka peningkatan kesejahterahaan petani. Beberapa kegiatan dalam rangka mendukung program-program tersebut adalah : a. Pengadaan Sarana/Prasarana pertanian seperti traktor, power thresher, seed cleaner; b. Pembinaan kelembagaan seperti Gapoktan, kelompok tani dan KWT; dan c. Fasilitasi usaha pertanian melalui pengembangan pelayanan sistem informasi pasar, pembentukan kemitraan usaha antara petani dan pengusaha (lokal maupun investor dari luar daerah. Infrastruktur dan sarana merupakan salah satu faktor penting dalam proses usahatani, diantaranya infrastruktur irigasi yang sangat menentukan ketersediaan air yang berdampak langsung terhadap kualitas dan kuantitas tanaman khususnya padi. Pada tabel berikut dapat dilihat salah satu bentuk infrastruktur pendukung pembangunan pertanian di Kota Bima.

20

Potensi Ekonomi Kota Bima


Tabel: III.7. DAM/Bendungan dan luas daerah irigasi di Kota Bima Tahun 2012
No. DAM/Bendungan Kecamatan 1 2 3 Asakota Kelurahan 4 Jatiwangi Luas Luas Fungsional Bak (Ha) u 5 130 6 130 Keterangan 7 Bendungan ini memliki 1 pintu air yang berfungsi untuk pengaturan dan 2 buah pembagian air. Panjang jarigan irigasi adalah 158 m , jaringan induk, 2.614 m, jaringan sekunder dan 3.500 m untuk jaringan terseir. Luas sawah yang dapat diari 130 Ha dan berasal dari sungai Jatiwangi. Bendungan ini memliki 1 pintu air yang berfungsi untuk pengaturan dan 2 buah pembagian air. Panjang jarigan irigasi adalah 500 m jaringan induk, 1.000 m, jaringan sekunder dan 1.050 m untuk jaringan terseir. Luas sawah yang dapat diari 50 Ha, sedangan luas areal potensi sawah yang dapat diairi 33 Ha. Berasal dari sungai Nungga, panjang 22 Km lebar 20 m yang bagian hulu dan hilirnya berada di Kec. Rasanae Timur. Bendungan ini memliki 1 pintu air yang berfungsi untuk pengaturan dan 3 buah pembagian air. Panjang jarigan irigasi adalah 574 m, jaringan induk dan 1.370 m untuk jaringan terseir. Luas sawah yang dapat diari 99 Ha, sedangan luas areal potensi sawah yang dapat diairi 78 Ha. Berasal dari sungai Nungga. Bendungan ini memliki 1 pintu air yang berfungsi untuk pengaturan dan 2 buah pembagian air. Panjang jarigan irigasi adalah 500 m jaringan induk, 1.000 m, jaringan sekunder, 500 m untuk jaringan terseir dan 1.000 jaringan kwarte. Luas sawah yang dapat diari 50 Ha. Luas sawah yang dapat diari 50 Ha. Berasal dari sungai Kendo, panjang 15 Km dan lebar 5 M, bagian hulu berada di kec.

1. DAM D.I Rabaponda

2. DAM D.I Satampa

Raba

Penaraga

33

50

3. DAM D.I Dadi

Rasanae Timur

Kumbe

78

90

4. DAM D.I Sangga

Raba

Kendo

50

50

21

Potensi Ekonomi Kota Bima


Luas Luas Fungsional Bak (Ha) u 5 6

No. DAM/Bendungan Kecamatan 1 2 3

Kelurahan 4

Keterangan 7 Raba dan bagian hilirnya berada di kec. R.Barat.

5. DAM D.I Nungga

Rasanae Timur

Nungga

241

241

Bendungan ini memliki 2 pintu air yang berfungsi untuk pengaturan dan 8 buah pembagian air. Panjang jarigan irigasi adalah 716 m, jaringan induk, 3.308 m jaringan sekunder dan 1.450 m untuk jaringan terseir. Luas sawah yang dapat diari 241 Ha. Berasal dari sungai Nungga Bendungan ini memliki 2 pintu air yang berfungsi untuk pengaturan dan 1 buah pembagian air. Panjang jarigan irigasi adalah 3.369 m jaringan induk dan 1.500 m untuk jaringan terseir. Luas sawah yang dapat diari 225 Ha. Berasal dari sungai Dodu dengan panjang sungai 12 Km dan lebar 20 M dibagian hulu sungai berada di Kec. R.Timur dan bagian hilir di Kec. R. Barat. Bendungan ini memliki 1 pintu air yang berfungsi untuk pengaturan dan 5 buah pembagian air. Panjang jarigan irigasi adalah 350 m jaringan induk, 2.850 m, jaringan sekunder dan 1.700 m untuk jaringan terseir. Luas sawah yang dapat diari 241 Ha Berasal dari sungai Nungga Bendungan ini memliki 1 pintu air yang berfungsi untuk pengaturan dan 4 buah pembagian air. Panjang jarigan irigasi adalah 1.000 m jaringan induk dan 2.000 m untuk jaringan terseir. Luas sawah yang dapat diari 160 Ha Berasal dari sungai Ntobo, panjang 12 Km dan luas 20 M, bagian hulu berada di kec. Raba dan Asakota Bendungan ini memliki 1 pintu air yang berfungsi untuk pengaturan dan

6. DAM D.I Dodu

Rasanae Timur

Dodu

225

225

7. DAM D.I Raba Salo

Mpunda

Penatoi

60

212

8. DAM D.I Keci

Raba

Ntobo

147

160

9. DAM D.I Rontu

Raba

Rabangodu

260

500

22

Potensi Ekonomi Kota Bima


Luas Luas Fungsional Bak (Ha) u 5 6

No. DAM/Bendungan Kecamatan 1 2 3

Kelurahan 4

Keterangan 7 16 buah pembagian air. Panjang jarigan irigasi adalah 644 m, jaringan induk, 2.853 m jaringan sekunder dan 5.175 m untuk jaringan terseir. Luas sawah yang dapat diari 500 Ha, sedangan luas areal potensi sawah yang dapat diairi 264 Ha. Berasal dari sungai

Sumber : Dinas Pertanian Peternakan Kota Bima Adapun bantuan Sarana dan Prasarana pertanian Oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bima pada tahun 2011 dan tahun 2012 pada tabel III.7, dalam rangka pengembangan irigasi dan pengembangan irigasi tanah dangkal atau tanah dalam dalam menunjang pengembangan pertanian, baik untuk sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan maupun peternakan, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel.III.8. Sarana dan Prasarana Dilihat Dari Kegiatan Yang Telah Dilaksanakan
No. 1 I. 1. Kegiatan 2 Saluran Irigasi Pengembangan jaringan irigasi tersier 2.417,4 M 100% Kegiatan bantuan pengelolaan air irigasi pada tingkat desa tahun 2012, lokasi di kel.penaraga, Kel. Kumbe, Kel. Matakando, Kel. Rabangodu Selatan, Kel. Ntobo, Kel.Sadia, Kel. Penaraga, Kel. Santi,, Kel. Jatiwangi, dan Kel. Oi.FoO yang mengairi sawah seluas 500 Ha. Tujuan Kegiatan tahun 2012, lokasi Kel Sambinae, Kel. Dodu, Kel Oi FoO, Kel. Lampe, Kel Jatiwangi dan Kel. Rabadompu Barat. Bantuan tahun 2006-2008 yang diberikan pada 19 GAPOKTAN. Bantuan dari tahun 2006-2008 yang diberikan pada 35 GAPOKTAN di 25 kelurahan. Bantuan tahun 2006-2008 yang diberikan Satuan 3 Telah Dimanfaatkan 4 Keterangan 5

2.

Pengembangan irigasi tanah dangkal

7 Unit

100 %

II. 1. 2.

Alat Dan Mesin Pertanian (ALSIN) Bantuan Hand Tractor Roda Mesin Pompa AIr 19 unit 35 unit 100 % 100 %

3.

Mesin Power Treser

23 unit

100 %

23

Potensi Ekonomi Kota Bima


Telah Dimanfaatkan 4

No. 1

Kegiatan 2

Satuan 3

Keterangan 5 pada 23 GAPOKTAN di 20 Kelurahan berupa mesin perontok padi/hasil pertanian.

4.

Mesin Hand Sprayer (Alat Penyemprot Pertanian) Mesin Pengolah Tahu

185 unit

100%

Bantuan tahun 2006-2008 yang diberikan pada 23 GAPOKTAN di 32 Kelurahan. Bantuan tahun 2006-2008 yang diberikan pada Kelompok Tani Harapan Makmur, kelompok pengolah hasil petanian dan Perorangan (industri pengolah tahu). Bantuan tahun 2008-2009, diberikan pada 56 GAPOKTAN di Kec. Rasanae Timur, kec. Raba, Kec. Mpunda dan kec. Asakota.

5.

11 unit

100%

6.

Terpal

591 unit

7.

Mesin Perontok Gabah

29 unit

100%

Bantuan tahun 2007 dan 2009, diberikan pada 29 GAPOKTAN di Kec. Rasanae Timur, kec. Raba, Kec. Mpunda dan kec. Asakota. Bantuan tahun 2009, diberikan pada 12 GAPOKTAN di Kec. Rasanae Timur, kec. Raba, Kec. Mpunda dan kec. Asakota. Bantuan tahun 2009, diberikan pada 49 GAPOKTAN di Kec. Rasanae Timur, kec. Raba, Kec. Mpunda dan kec. Asakota. Bantuan tahun 2006 dan 2008, diberikan pada 2 GAPOKTAN Terus Maju dan Nitu, Kelurahan Lampe dan Kel. Nitu di Kec. Rasanae Timur. Atau mesin penyemprot hama, bantuan tahun 2007 dan 2008 , diberikan pada 8 GAPOKTAN di Kec. Rasanae Timur, kec. Raba dan kec. Asakota. Bantuan tahun 2008, diberikan pada 8 GAPOKTAN di Kec. Rasanae Timur, kec. Raba, Kec. Mpunda dan kec. Asakota. Bantuan tahun 2005-2009 diberikan pada kelompok pengolah hasil petanian dan Perorangan. Bantuan tahun 2006 dan 2007, diberikan pada petani jagung di kecamatan R.Timur kel. Nitu dan kel. Kodo. Alat/ mesin pembersih padi atau benih 1 unit diberikan pada GAPOKTAN Kari Keka

8.

Mesin Moitu Terster

12 unit

100%

9.

Perangkap Hama

49 unit

100%

10.

Pengupas Kacang

2 unit

100%

11.

Mesin Mist Blower

8 Unit

100 %

12.

Alat Pengukur Kadar Air

8 unit

100%

13.

Penepung Beras

18 unit

100%

14.

Pengupas Jagung

2 unit

100%

15.

Sablon Packing

1 Unit

100%

24

Potensi Ekonomi Kota Bima


Telah Dimanfaatkan 4 100% 100% 100% 100 %

No. 1 16. 17. 18. 19.

Kegiatan 2 Perajang Umbi Umbian Mesin Pemotong Padi Jahit Karung Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) Pengolah Pupuk Organik

Satuan 3 2 Unit 3 unit 2 Unit 2 unit

Keterangan 5 kel. Dodu kec. R.Timur pada tahun 2001. Bantuan diberikan pada pengolah hasil petanian dan Perorangan. Bantuan tahun 2008 diberikan pada 3 Gapoktan kec. Asakota dan Kec. Mpunda. Bantuan diberikan pada Gapoktan Asakota kel. Jatiwangi. kec.

Bantuan kegiatan Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) 2 Kelompok Tani Ternak. 5 Kelompok Tani Ternak.

20.

5 unit

100 %

Sumber : Dinas Pertanian Kota Bima Salah satu pengembangan Tabel.III.9 Petugas Penyuluh Pertanian Di Kota jaringan irigasi mendukung tanaman Bima Tahun 2011 pangan di Kelurahan Matakando Tenaga Harian Lepas Kecamatan Mpunda. No. Kecamatan PNS (THL)/ Tenaga penyuluh pertanian Kontrak terpadu di Kota Bima tercatat 1 2 3 4 sebanyak 28 orang dari Pegawai 1 Rasanae Barat 4 3 Negeri Sipil, Idealnya satu desa 2 Mpunda 6 4 memiliki satu penyuluh sehingga 3 Rasanae Timur 6 6 jumlah desa di wilayah Kota Bima 4 Raba 7 7 terdapat 38 desa/ kelurahan, 5 Asakota 5 5 sehingga kekurangannya dapat Jumlah 28 25 ditutupi dengan 25 orang dari Tenaga Sumber : Dinas Pertanian Kota Bima Harian Lepas (THL)/ Kontrak. Kelembagaan yang mendukung peningkatan produksi dan prasarana perdagangan / pemasaran per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel.III.10. Kelembagaan Tani Per Kecamatan di Kota Bima Tahun 2012
Pengolaha n Hasil No 1 1. Kecamatan 2 Rasanae Timur Tanaman Pangan 3 55 Perikanan 9 1.615 Pemasara n Hasil HUTBUN 7 Ternak KWT 8 7

4 -

5 1

6 1

25

Potensi Ekonomi Kota Bima


Pengolaha n Hasil Perikanan 9 584 1.934 3.496 1.211 8.840 Pemasara n Hasil

No 1 2. 3. 4. 5.

Kecamatan 2 Rasanae Barat Mpunda Raba Asakota TOTAL

Tanaman Pangan 3 1 30 45 23 154

HUTBUN 7 7

Ternak

4 6 11 7 4 38

5 12 5 17 10 45

6 11 4 2 18

Sumber : Dinas Pertanian Kota Bima 3.3.2 POTENSI SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN 3.3.2.1 POTENSI SEKTOR KEHUTANAN Kota Bima juga memiliki potensi di sektor kehutanan. Meskipun saat ini kondisi kawasan hutan sebagian berada pada kondisi kritis terutama pada kawasan hutan Nangane Kapenta, dengan wilayah hutan seluas 13.154 ha yang memiliki kekayaan berbagai macam komoditas dan plasma nuftah. Komoditas yang cukup potensial terdiri dari kayu jati, sono keling dan kayu campuran, berikut data hutan berdasarkan fungsinya. Tabel.III.11. Hutan di Kota Bima Berdasarkan Fungsinya
No. 1 1. Jenis Hutan 2 Hutan Lindung : Kelompok Hutan Maria RTK 25 (Kecamatan Rasanae Timur) Hutan Produksi : Kelompok Hutan Nanganae RTK 68 Kapenta (Kec. Rasanae Barat) Kelompok Hutan Maria RTK 25 Kelompok Hutan Donggomasa RTK 67 (kec.Rasanae Barat dan Kec. Rasanae Timur) Hutan Konservasi Hutan Lainya Jumlah Ha 3 844,0 844,0 5.932,0 3.864,20 774,0 1.294,0 % 4 7,43 52,19 Keterangan 5 Dari Jumlah luas hutan 11.365.9, Ha, luas hutan yang telah dikukuhkan 6.776,20 Ha yang terdiri dari Kelompok Hutan Nanganae RTK (Register Tanah Kehutanan) 68 Kapenta (3.864,20 Ha); Hutan Maria RTK 25 (1.618 Ha); Hutan Donggomasa RTK 67 (1.294 Ha) dan yang belum dikukuhkan 4.582,9 Ha.

2.

3. 4.

4.582,9 7,0 11.365,9

40,32 0,06 7,43

Sumber : Dishutbun dan BPS Kota Bima 2012

KWT 8 3 6 6 3 25

26

Potensi Ekonomi Kota Bima


Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bima telah ditetapkan kawasan hutan produksi terbatas dan kawasan hutan produksi tetap yang berda di kawasan hutan Maria (RTK.25/Register Tanah Kehutanan) dan Hutan Nanganae Kapenta (RTK.68) dan Hutan Donggomasa (RTK.67), yang dirinci pada tabel berikut. Hutan merupakan salah satu kawasan strategis berdasarkan kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, terutama Kawasan Hutan Maria yang berada di kelurahan Lampe dan Kawasan Nanganae Kapenta di kelurahan Jatibaru dan kelurahan kolo. Hasil hutan di satu sisi memang merupakan sumber penghasilan, dan di sisi lain merupakan potensi alam yang harus dilindungi kelestariannya. Tabel. III.12. Luas Kawasan Peruntukan Hutan Berdasarkan RTRW Kota Bima Tahun 2012
No. 1 I. Kawasan Hutan 2 Ha 3 Keterangan 4

Hutan Produksi Terbatas 1.497 Pengembangan Kawasan di 627 kec. Asakota & Kec. R. Timur 870

1. Hutan Maria 2. Hutan Nanganae Kapenta II. Hutan Produksi Tetap 1. Hutan Donggomasa 2. Hutan Naganae Kapenta III. Kawasan Hutan Lindung 1. Hutan Maria

1.258 Pengembanga n kawasan di 1.010 Kec. Asakota & Kec. Mpunda 248 324 Berada di kawasan Hutan 324 Maria Kec. Rasanae Timur

Jumlah 3.079 Sumber : Dokumen RTRW Kota Bima

Untuk dapat mencapai keinginan tersebut diperlukan peraturan pengelolaan, tenaga profesional, pengamanan dan pengawasan yang memadai agar semua kepentingan tersebut dapat terpenuhi dengan baik, pada tabel berikut merupakan sarana dan prasarana yang mendukung pembangunan kehutanan. Tabel.III.13. Sarana dan Prasarana Pendukung Pembangunan Kehutanan
No. 1 1. 2. Jenis Sarana/ Prasarana 2 Sarana Pengamanan Senjata Api Laras Panjang Sarana Angkutan/ Transportasi a. Kendaraan Roda 4 b. Kendaraan Roda 2 Sarana Komunikasi a. Radio Komunikasi Jumlah 3 2 pucuk 2 Unit 8 Unit 2 Unit Keterangan / Pemanfaatan 4 100 % 100 % 100 % 100 %

3.

27

Potensi Ekonomi Kota Bima

No. 1 4.

Jenis Sarana/ Prasarana 2 b. Hate/ HT Sarana Lain-lain a. Pos Jaga

Jumlah 3 5 Unit 10 unit

Keterangan / Pemanfaatan 4 100 % Lokasi di Hutan Ncai Kapenta (3 unit), kel. Kumbe, kel.Asakota, Kel. Kendo, Kel.Nungga, kel. Kembe, Kel. Lampe dan Kel Jatiwangi 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

b. c. d. e. f. g.

Gudang Barang Sitaan Kompas GPS Sumur Gali (SGL) Bak Penampung/ Kolam Ukur Bangunan Mandi Hewan

1 Unit 1 Unit 4 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit

Sumber : Dishutbun Kota Bima Secara umum kondisi vegetasi dan lahan pada kawasan hutan terutama pada kawasan hutan Nanganae Kapenta sebagian besar lahanya kritis, namun ada beberapa lokasi yang vegetasinya tampak masih bagus seperti So Oi Potu dan So Oi Duri serta lokasi So Bata Wawi. So Oi Potu dan So Oi Duri merupakan lokasi yang sengaja dibiarkan oleh masyarakat untuk mengalami permudaan alami (tidak digarap/dikelola) selama kurang lebih 3 (tiga) sampai 5 (lima) tahun, dengan luasan masing-masing sekitar 50 hektar. Tabel.III.14. Lahan Kritis di Kota Bima Tahun 2011
Lokasi No. 1 I. Kecamatan/ Kelurahan 2 Kec. Rasanae Timur Dodu Lampe Kodo Nungga Kumbe Oi Fo'o Lelamase Mpunda Panggi SambinaE Manggemaci Lokasi 3 Luas Lahan Kritis Luar Dalam Kawasan Kawasan 4 5 265 505 260 250,65 50 227 Keterangan 6 Untuk Kelurahan Lelamase belum Di identifikasi

II.

125 105 20

28

Potensi Ekonomi Kota Bima


Lokasi No. 1 Kecamatan/ Kelurahan 2 Mata kando Rasanae Barat Dara Lokasi 3 Luas Lahan Kritis Luar Dalam Kawasan Kawasan 4 5 80

Keterangan 6

III.

Dana Taraha Sonco Tengge Oi Ni'u So Owo, So Kasaa, So Manta, So Wawo Bolu So Oi Rida, So Wela Rao dan So Oi Dadi dan So Oi Dadi So Sombo, So Kerae

150 20 30 250 241 Kawasan Hutan Kapenta

IV.

Asakota Jatibaru

265 175 Kawasan Hutan Kapenta Kawasan Hutan Kapenta

Jatiwangi So Lombe, So Temba Kolo So So Ati 295

Kolo

200

V.

Raba Ntobo

PenanaE

Kendo

Jati Klate (Ling. Ndano Nae) Limbu (Ling. Ndano Nae) Doro Kentu Kalindo Tonggo Ndano Leu Kontu Jara Oi Tabe Mangge Mpeke Jati jali So Nangga Kendo Doro Rasa

40 30 30 30 30 40 70 50 25

Belum di Identifikasi

Rontu

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Bima (hasil inventarisasi lahan dan lahan kritis Oktober 2011

Pada tabel diatas memberikan gambaran bahwa persoalan kritisnya hutan bukan semata-mata persoalan rehabilitasi tetapi lebih kepada persoalan sosial ekonomi dan

29

Potensi Ekonomi Kota Bima


budaya masyarakat sekitar kawasan hutan antara lain kebakaran disengaja untuk pembukaan lahan baru bagi peladang liar. Kondis Mata Air Kondisi mata air di kawasan hutan utamanya tergantung pada kondisi vegetasi lahan atau kerapatan dari vegetasi yang ada, kerusakan yang terjadi didalam atau pun diluar kawasan hutan ikut mempengaruhi keberadaan mata air. Pada tabel berikut dapat dilihat inventarisasi mata air yang ada di Hutan Kota Bima. Pemanfaatan mata air lebih banyak digunakan oleh pertanian dan ternak terutama pada mata air Potu yang berlokasi di kelurahan Jati Baru dan pemanfaatanya sudah menggunakan pipa. Tabel.III.15. Mata Air Di Kawasan Hutan Kota Bima
No. 1 I. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. II. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Nama Mata Air 2 Kawasan Hutan Kapenta Mataair Dadi Mataair Duri 1 Mataair Duri 2 Mataair Temba Kola Mataair Lopi Mataair Ngawu Mata air Lopi 1 Mataair Potu Mataair Tote Mpangga ** Na;a I ** Naa II ** Kawasa Hutan Donggomasa Mata Air Pempe ** Mata Air Jati I ** Mata Air Jati II ** Mata Air Abu Lamone ** Mata Air Mada I ** Mata Air Mada II ** Mata Air Cuit Naihi** Oi Wontu ** 08 30.346 118 45.431 08 31.037 118 44.854 08 31.076 118 44.897 08 28.705 118 46.495 08 29.445 08 29.425 08 29.983 118.748
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Latitude 3 695884 694026 694023 690682 694613 696684 694027 694021 693416 118.789 118.785 118.785

Longitude 4 9068486 9071296 9071294 9070360 9069364 9068886 9071744 9071444 9072238 -8,411 -8,414 -8,413

Desa 5 Jati Baru Jati Baru Jati Baru Kolo Jati Baru Jati Baru Jati Baru Jati Baru Jati Baru Jati Baru Jati Baru Jati Baru Nitu Nitu Nitu Kumbe Dodu Dodu Dodu Rontu

Kecamatan 6 Asakota Asakota Asakota Asakota Asakota Asakota Asakota Asakota Asakota Asakota Asakota Asakota Raba Raba Raba Rasanae Timur Rasanae Timur Rasanae Timur Rasanae Timur Raba

Ket. 7 79 dpl 354 dpl 351 dpl 327 dpl 140 dpl 226 dpl 347 dpl 340 dpl 527 dpl 0.2 l/dt 0.2 l/dt 0.3 l/dt 0.2 l/dt 0.2 l/dt 0.3 l/dt 0.5 l/dt 0.6 l/dt 0.7 l/dt 0.8 l/dt 2 l/dt

118 47.667 118 47.691 118 48.092 -8,487


0 0

30

Potensi Ekonomi Kota Bima

No. 1 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. III. 1. 2.

Nama Mata Air 2 Oi SiI (PDAM) ** Oi Foo ** Mada Masa ** Temba Ongge ** Temba Serinci I ** Temba Serinci II ** Temba Rombo I ** Temba Rombo I** Oimbo I** Oimbo II** Hutan Maria Kabanta PDAM**

Latitude 3 118.748 118.747 118.765 118.755 118.757 118.758 118.753 118.753 118.753 118.776 118,54

Longitude 4 -8,497 -8,487 -8,497 -8,487 -8,487 -8,485 -8,486 -8,486 -8,493 -8,491 -8,707

Desa 5 Rontu Oi Foo Oi Foo Kumbe Kumbe Kumbe Kumbe Kumbe Kumbe Kumbe Nungga Lelamase

Kecamatan 6 Raba Rasanae Timur Rasanae Timur Rasanae Timur Rasanae Timur Rasanae Timur Rasanae Timur Rasanae Timur Rasanae Timur Rasanae Timur Rasanae Timur Rasanae Timur

Ket. 7 2 l/dt 1 l/dt 0.2 l/dt 0.1 l/dt 0.1 l/dt 0.2 l/dt 0.2 l/dt 0.2 l/dt 0.1 l/dt 0.1 l/dt 35 l/dt

Sumber : Bappeda, Bidang Litbang Kota Bima Keterangan : ** Mata air di luar kawasan hutan

3.3.2.2 POTENSI SEKTOR KEHUTANAN Untuk komoditas unggulan perkebunan Kota Bima meliputi sarikaya, kelapa, asam, kemiri, jmbu mente, wijen dan kapuk. Hingga saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Kegiatan pengembangan baru dilakukan oleh masyarakat setempat dengan skala usaha dan teknologi yang masih terbatas atau disebut dengan home industri. Tabel. III.16. Luas Areal Produksi Tanaman Perkebunan Kota Bima Tahun 2011
Kecamatan (luas Ha No. 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Komoditas 2 Kelapa Pinang Kopi Kapuk Kemiri Asam Jambu Mente Rasanae Barat 3 9,86 Mpunda 4 6,45 2,15 1,50 5,51 2,00 1,40 91,25 137,50 Rasanae Timur 5 30,92 6,88 0,33 12,00 0,60 16,56 14,00 Raba 6 10,34 Asakota 7 47,42 Luas 8 104,99 9,03 0,33 34,56 0,90 134,69 300,27 Jumlah Produksi 9 65,47 3,61 0,11 7,74 027 33,68 120,11 KK 10 724 80 4 321 140 391 987

15,25 030 12,55 137,95

4,41 8,82 8,82

Sumber : Dishutbun Kota Bima

31

Potensi Ekonomi Kota Bima


Tabel. III.17 Luas Areal dan Produksi Tanaman Tahunan di Kota Bima Tahun 2011
Luasa ArealL (Ha) No. Jenis Komoditi 2 Kelapa Kopi Cengkeh Jambu Mete Kakao Kemiri Lada Asam Kapuk Pinang Vanili Lontar Aren Jarak Pagar Jumlah Belum Menghasilkan Menghasilkan 3 120,00 961,08 0,60 8,65 8,48 40,50 6,50 1.145,81 4 104,99 0,33 300,27 0,90 134,69 34,56 9,03 6,15 590,92 Tua/ Rusak 5 9,59 54,00 58,63 54,63 10,75 20,00 10,35 20,00 0,25 238,20 Jumlah 6 224,99 9,92 1.315,4 60,13 197,97 53,79 69,53 23,00 20,00 1.974,68 Rata2 Produksi Produksi (Ton) (Kg/Ha) 7 65,51 0,11 120,11 0,27 33,67 7,74 3,61 1,54 232,57 8 624,00 336,00 400,00 300,00 250,00 224,00 400,00 250,00 Jumlah Petani (KK) 11 724 4 987 140 391 321 80 100 2.747

1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Sumber : Dishutbun Kota Bima

3.3.3

POTENSI SEKTOR PETERNAKAN Pembangunan sub sektor perternakan pada dasarnya merupakan implementasi dan bagian penting dari kebijakan pembangunan pertanian yang memiliki nilai startegis dalam upaya peningkatan ketahanan pangan dan kualitas sumber daya manusia. Guna menunjang program NTB Bumi Sejuta Sapi (BSS) dimana tercapai populasi optimal sesuai dengan daya dukung wilayah. Kata sejuta tidak berarti angka mutlak, tetapi merupakan visi yang mengandung semangat untuk mempercepat tercapainya populasi optimal. Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bima terus berupaya meningkatkan populasi ternak sehingga mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan masyarakat khususnya masyarakat pedesaan, memenuhi kebutuhan daging nasional, memenuhi pemintaan bibit ternak terutama ternak sapi bagi daerah-daerah lain, dan memenuhi kebutuhan daging dalam daerah. Dengan demikian peternakan diharapkan dapat menjadi penggerak atau pengungkit sektor ekonomi lainya 32

Potensi Ekonomi Kota Bima


dalam rangka meningkatkan perekonomian. Kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat. 3.3.3.1 PERKEMBANGAN DAN POPULASI SEKTOR PETERNAKAN KOTA BIMA Pertambahan ataupun penurunan populasi ternak bergantung berbagai faktor, antara lain penggunaan tekhnologi dalam pengelolaan ternak, tingkat kematian dan kelahiran ternak, keluar masuk ternak dalam wilayah kota Bima dan faktor tingkat permintaan akan hasil ternak. Faktor terkhir sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan tingkat pendapatan konsumen serta harga komoditi produk peternakan itu sendiri. Populasi ternak tumbuh 1,32 % pertahun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel: III.18. Perkembangan populasi Ternak Kota Bima Tahun 2006 - 2011
Populasi No. 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba Ayam Buras Ayam Petelur Ayam Pedaging Itik Puyuh Merpati Kelinci Jumlah Populasi % Pertumbuhan Ternak Komoditi 2 2006 3 9.763 5.032 1.568 7.828 606 90.596 15 37.603 14.099 218 9 167.337 2007 4 11.165 4.544 1.963 11.137 577 101.548 18 59.111 13.667 257 14 204.001 1,22 2008 5 12.616 4.714 2.356 14.478 589 112.719 80.391 13.941 290 242.094 1,19 2009 6 14.256 4.879 2.828 18.821 600 125.118 109.332 14.221 345 6 290.406 1,20 2010 7 16.781 4.981 2.831 19.472 565 158.392 6.898 329.713 15.467 234 587 134 556.055 1,91 2011 8 12.034 695 2.279 13.892 443 59.141 493.979 29.091 763 134 612.451 1,10 % Pertumbuhan Per Komoditi 9 1,06 0,83 1,09 1,15 0,94 1,00 1,76 1,20 1,30 -

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bima 2011

Dari tabel diatas pertumbuhan tertinggi pada unggas dalam hal ini ayam buras terlihat ada kenaikan yang cukup besar dari tahun 2009 ke tahun 2010 yang dikarenakan selain ayam buras merupakan komoditi ternak yang pemeliharaanya tidak banyak membutuhkan persyaratan juga masuknya perusahaan swasta cabang mataram yang bekerjasama dengan pengusaha ternak unggas Kota Bima. Sebaliknya pertumbuhan

33

Potensi Ekonomi Kota Bima


terkecil pada komoditi ternak domba, rendahnya populasi dimungkinkan ternak ini kurang disukai oleh konsumen Bima khususnya sehingga secara ekonomis peternak kurang berminat mengembangkan ternak tersebut. Sedangkan untuk ternak babi pada dasarnya memang konsumen yang sangat minim dan penduduk yang mayoritas adalah muslim. Untuk ternak besar terjadi penurunan populasi pada ternak kerbau, dikarenakan lambatnya perkembangan ternak kerbau dengan sapi potong dan pada dasarnya masyarakat memelihara kerbau bukan untuk dikonsumsi tapi untuk membajak sawah serta imbas dari sudah adanya traktor untuk membajak sawah. Sejalan dengan perkembangan hasil pembangunan nasional yang memperbaiki tingkat pertumbuhan penduduknya, angka-angka pertumbuhan tersebut belum mampu mengimbangi kebutuhan permintaan baik permintaan riil maupun standar kebutuhan gizi masyarakat. Pada sejumlah tabel berikut menunjukkan sebaran populasi ternak sapi, kerbau, kambing, domba yang tersebar di lima kecamatan. Pemeliharaan ternak tersebut dipelihara secara tradisional yang tidak membutuhkan banyak tenaga kerja. Tabel III.19. Sebaran Populasi Ternak Besar dan Ternak Kecil Per Kecamatan Kota Bima Tahun 2011
Populasi Ternak ( ekor ) No. 1 I. 1. 2. 3. II. 1. 2. 3. III. 1. 2. 3. 4. 5. Kuda Sapi Kerbau Ternak Kecil Kambing Domba Babi Ternak Unggas Ayam Itik Puyuh Merpati Kelinci Jumlah Total Kecamatan 2 Ternak Besar Asakota 3 3.697 553 2.948 196 2.592 2.553 39 77.565 75.053 2.323 176 13 83.854 RasanaE Barat 4 583 128 436 19 2.106 2.102 4 0 14.395 10.396 3.717 239 43 17.084 Mpunda 5 1.951 540 1.398 13 2.443 2.338 105 0 204.695 200.221 4.379 77 18 209.089 Raba 6 3.141 515 2.572 54 3.132 2.989 143 0 139.597 138.191 1.139 0 220 47 145.870 RasanaE Timur 7 5.636 543 4.680 413 4.062 3.910 152 0 137.910 129.259 8.587 51 13 147.608

Sumber : Dinas Pertanian Peternakan Kota Bima

34

Potensi Ekonomi Kota Bima


3.3.3.2 SEBARAN KELOMPOK TANI TERNAK Jika dilihat Tabel III.20. Sebaran Kelompok Keluarga (KK) Peternak dari tabel III.20. Per Kecamatan Kota Bima terjadi penurunan Tahun No. Kecamatan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 jumlah kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8 keluarga peternak 1. Asakota 5.165 5.114 5.267 1.318 1.948 1.574 dari tahun ke tahun 2. RasanaE Barat 14.189 5.895 6.072 1.520 1.520 1.228 yang disebabkan 3. Mpunda * 10.283 10.591 2.656 2.656 1.253 karena banyaknya 4. Raba * 6.563 6.760 1.693 1.693 1.513 KK peternak yang 5. RasanaE Timur 12.778 6.228 6.415 1.607 1.871 1.921 beralih profesi Jumlah 32.132 34.083 35.105 8.794 9.688 7.489 sebagai akibat dari berkurangnya lahan Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bima (*) belum pemekaran wilayah untuk beternak, beralih profesi dan berpindah kedaerah pinggiran, adanya kegiatan dari pemerintah pusat tentang Momenteling populasi ternak yang bekerja sama dengan Dinas Pertanian Peternakan Kota Bima, pihak kelurahan dan BPS Kota Bima dalam rangka pendataan populasi ternak di Kota Bima pada tahun 2011 untuk mendapatkan data riil lapangan. Namun penurunan jumlah KK ini tidak mengurangi perkembangan populasi ternak yang ada di Kota Bima. 3.3.3.3 PENGELUARAN DAN PEMASUKAN TERNAK KOTA BIMA Untuk pengiriman ternak tahun 2011 trercatat pengiriman Sapi Potong 510 ekor, kerbau 41 ekor, kuda 2 ekor dan 9 ekor kambing dengan daerah tujuan pengiriman kabupaten Nusa Tenggara Timur, Bima, Lombok, Banjarmasin dan Balikpapan. Provinsi Nusa tenggara Barat menetapkan Quota pengiriman ataupun pengeluaran ternak keluar NTB dan melarang pemotongan ternak terutama sapi betina yang masih produkti untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan populasi sapi utamanya. 3.3.3.4 PRODUKSI DAN KONSUMSI Perkembangan usaha Tabel: III.21. Produksi Daging Ternak peternakan ini disamping Kota Bima (Ton) Produksi dapat meningkatkan % No. Tahun Ternak Ternak Total pendapatan peternak itu Pertb Unggas Besar Kecil sendiri juga dapat 1 2 3 4 5 6 7 1. 2006 42 24,77 32,93 59,12 memperluas kesempatan 2. 2007 174,32 12,66 68,1 335,84 5,68 kerja serta mampu 3. 2008 437,00 16,99 86,98 540,97 1,61 menyediakan pemenuhan 35

Potensi Ekonomi Kota Bima


akan kebutuhan daging dan telur bagi masyarakat Kota Bima.
4. 5. 6. 2009 2010 2011 403,89 284 289,47 27,29 21 37,78 249,02 400,14 621,45 627,18 704,24 948,70 1,16 1,12 1,35

Sumber : Dinas Pertanian dan peternakan Kota Bima

Berdasarkan tabel III.22 ratarata pertumbuhan konsumsi Tabel: III.22. Produksi Telur Kota Bima Tahun 2011 daging per tahun sebesar 2,8 Produksi (Butir) persen dan ratarata Tahun Total Ayam Ayam Itik Puyuh produksi telur 2.633.426 butir Buras Ras 1 2 3 4 5 7 per tahun atau 1,09 persen 2006 1.087.152 1.620 1.015.128 - 2.109.906 pertahun. Dapat juga 2007 1.218.576 1.994 984.024 - 2.206.601 dikatakan ketersediaan akan 2008 1.352.628 - 1.003.752 - 2.358.388 daging 5,27 kg, angka ini 2009 1.501.417 - 1.023.883 - 2.527.309 merupakan hasil pemotongan 2010 1.900.701 744.984 1.113.653 32.760 3.794.108 ternak dalam daerah belum 2011 709.692 - 2.094.552 - 2.804.244 termasuk daging hasil Sumber: BPS Kota Bima & Dinas pertanian Peternakan Kota Bima pemotongan dari luar daerah. Jika dihat kebutuhan daging perkapita pertahun untuk NTB pada tahun 2011 adalah 5,8 kg perkapita, bukan berarti kota Bima belum mampu memenuhi diatas ratarata ataupun standar kebutuhan daging perkapita Nasional 7 kg perkapita pertahun. Karena kebutuhan daging dalam daerah kota Bima dipengaruhi oleh permintaan pasar dan daging yang masuk dari luar daerah. Sedangkan untuk kebutuhan telur 2,38 kg pertahun perkapita yang tercatat pada pada tahun 2011. 3.3.3.5 SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG Fasilitas yang disediakan oleh pemerintah Kota Bima dalam pembangunan peternakan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel. III.23. Sarana/Prasarana Pendukung Usaha Sub.Sektor peternakan Kota Bima Tahun 2011
No. 1 1. 2. 3. 4. Poskeswan Laboratorium Keswan Kantor & Laboratorium IB (Inseminasi Buatan) Pasar Hewan & penampungan Sarana/ Prasarana 2 Jumlah 3 2 unit 1 Unit 1 Unit 10 lokal Lokasi 4 Kec.RasanaE Barat & Kec.RasanaE Timur Kec.RasanaE Barat Kec.RasanaE Timur Kec.RasanaE Barat (Psr.Raya) Pemanfaatan (%) 5 100 100 100 100

36

Potensi Ekonomi Kota Bima


Pemanfaatan (%) 5 100 100 100 100 100

No. 1 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Sarana/ Prasarana 2 Unggas, Kios Daging RPU (Rumah Potong Unggas) RPH (Rumah Potong Hewan) Kandang Ternak Percontohan Penangkaran Rusa Petugas IB, PKB & ATR Petugas Lapangan dan PPL

Jumlah 3 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 28 Orng PNS 24 Orng PHLPD

Lokasi 4 Kec.RasanaE Barat (Psr. Raya) Kec. Asakota Kec. RasanaE Timur (Poskeswan) Kec. Raba Terkonsetrasi di Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Kota Bima

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bima

Tabel. III.24. Sarana Prasarana Pendukung Kepada Kelompok Tani Ternak Kota Bima Tahun 2011
No. 1 1. Sarana/ Prasarana 2 Pembangunan Embung Jumlah 3 3 unit 4 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 2 unit 2 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit Lokasi 4 Kel. Jatiwangi Kec. Asakota Kel. Oi FoO Kec.Rasanae Timur Kel. Nitu Kec. Rasanae Timur Kel. Dara Kec. Rasanae Barat Kel. Kendo Kec. Raba Kel. Kolo Kec. Jati Baru Kel. Jatibaru Kec. Asakota Kel. Panggi Kec. Mpunda Kel. Lampe Kec.Rasanae Timur Kel. Rontu Kec. Raba Kel. Kolo Kec. Jati Baru Kel. Jati Baru Kec. Asakota Kel. Jatiwangi Kec. Asakota Kel. Rabangodu Utara Kec.Raba Kel. Penanae Kec. Raba Kel. Oi FoO Kec. Rasanae Timur Kel. Kodo Kec. Rasanae Timur Kel. Matakando Kec. Mpunda Kel. Rontu Kec. Raba Kel. Penatoi Kec. Mpunda Kel. Jatibaru Kel. Asakota Kel. Dodu Kec. Rasanae Timur Pemanfaatan (%) 5 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

2.

Pembangunan Jaringan Irigasi Air Tanah Dangkal

3.

Pengadaan Mesin Pompa Air

37

Potensi Ekonomi Kota Bima


Sarana/ Prasarana 2 Pemanfaatan (%) 5 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

No. 1

Jumlah 3 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit

Lokasi 4 Kel. Sambinae Kec. Mpunda Kel. Penanae Kec. Raba Kel. Rite Kec. Raba Kel. Oi FoO Kec.Rasanae Timur Kel. Jatiwangi Kec. Asakota Kel. Rabangodu Utara Kec. Raba Kel. Sambinae Kec. Mpunda Kel. Panggi Kec. Mpunda Kel. Jatibaru Kec. Asakota Kel. Oi FoO Kec.Rasanae Timur Kel. Nitu Kec. RasanaE Timur Kel. Kodo Kec. Rasanae Timur Kel. Dara Kec. Rasanae Timur Kel. Rontu Kec. Rarba Kel. Matakando Kec. Mpunda Kel. Kolo Kec. Asakota Kel. SambinaE Kec. Mpunda Kel. Kolo Kec. Asakota

4.

Penggunaan Sumur Rresapan

1 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 1 unit 1 unit

5.

Bantuan Pembangunan Kandang

Sumber data, Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bima Untuk pelayanan Tabel. III.25. Pelayanan Pemotongan Ternak Di Kota Bima Tahun 2006-2011 pemotongan ternak kecil Tahun dan besar Pemerintah Jenis Ternak Kota Bima menyediakan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rumah Potong Unggas 1 2 3 4 5 6 7 (RPU) dan penampungan Ternak Besar 279 1,545 902 1,793 1,993 1972 unggas, penampungan Ternak Kecil 2,023 1,623 658 1,703 2,263 5397 hewan sekaligus sebagai Sumber: DISPERTANAK Kota Bima Tahun 2011 tempat jual beli hewan ternak yang berlokasi di kompleks Pasar Raya Bima Kecamatan Rasanae Barat.

38

Potensi Ekonomi Kota Bima


3.3.3.6 POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK Tabel.III.26. Potensi Pengembangan ternak Potong di Kota Bima
No. 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. Lahan 2 Sawah (jerami) Tegalan Kebun Ladang/Huma/Semak Padang Rumput Hutan Total Luas (Ha) 3 1.885 5.344 645 1.309 280 11.359 20.822 Daya Tampung Yang Bisa Dikembangkan (Unit Ternak/Ha) 4 2,82 1,62 2,16 1,27 1,27 3,11 Jumlah Yang Bisa Dikembangkan (Ekor) 5 5.316 8.657 1.393 1.662 356 35.326 52.711

Sumber : Dinas Pertanian dan peternakan Kota Bima Populasi ternak potong (kuda, sapi, kerbau, kambing, dan domba) tahun 2011 sebanyak 29.343 ekor, yang dapat dikembangkan adalah sebesar 52.711 ekor, masih terjadi kekurangan sebanyak 11.327 ekor, oleh karenanya perlu upaya terobosan dalam mendayagunakan potensi. 3.3.3.7 KETERSEDIAAN PAKAN TERNAK Tabel. III.27. Potensi Pakan Hijauan dan Limbah Pertanian/ Ketersediaan Bahan Pakan Ternak Dari Jerami Hasi Pertanian
Rata-Rata Luas Panen (Ha/Tahun) Produksi Jerami (Ton/Ha/Thn) 2 6.406 619 2.489 865 126 10.505 4 / Ha 6 / Ha 5 / Ha 4,5 / Ha 4,5 / Ha Jumlah Ketersediaan Jerami (Ton/Thn) 3 25.624 3.714 12.445 3.892,5 567 46.243 Asumsi Yang Dikonsumsi Terhadap Prod. (Ton) 4 12.812 1.857 6.223 1.946 284 23.121 Pemenuhan Keb.Sapi Terhadap Produksi (Ekor/Panen) 5 1.779 258 864 270 39 3.211

1 Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Jumlah

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan kota Bima 39

Potensi Ekonomi Kota Bima


Potensi ketersediaan bahan pakan ternak dari jerami hasil pertanian dapat dilihat pada tabel diatas, pemenuhan kebutuhan sapi dengan rata-rata berat 200 kg dan ratarata kebutuhan per tahunnya adalah 7,2 ton per ekor dengan asumsi kebutuhan untuk 50 % dari produksi. Jenis pakan yang diberikan khusus untuk penggemukan sapi adalah hijauan rumput dan konsetrat dengan persentase dominan adalah pakan hijauan dengan perbandingan 10 berbanding satu (10:1). Dari data dan asumsi nampak bahwa jumlah ketersediaan pakan hijaun lebih besar dari pemenuhan kebutuhan sapi terhadap produksi, artinya untuk ketersediaan pakan di Kota Bima masih layak untuk penambahan jumlah populasi terutana untuk ternak besar. 3.3.4 POTENSI SEKTOR PERIKANAN 3.3.4.1 PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN DAN KELAUTAN Kota Bima memiliki luas Tabel.III.28. Data Umum Kelautan dan Perikanan Kota Bima Tahun 2011 222,25 Km2 yang terdiri dari daratan dan perairan laut berupa No Keterangan Potensi teluk yang berbatasan langsung 1 2 3 dengan daerah Kabupaten Bima, 1. Luas Daratan 222, 25 Km2 sehingga aktifitas produksi 2. Luas Perairan 13,85 Km2 perikanan laut sepanjanga garis 3. Panjang Garis Pantai 27,7 Km2 pantai 27,7 Km2 atau pada pantai Pulau-Pulau Kecil datar, pasang surut dan daerah Jumlah Pulau-Pulau Kecil yang dikelola mangrove/bakau. 4. Potensi Penangkapan Pada sektor perikanan laut 5. Potensi Kecamatan/ Kec.Pesisir 2 Kec. dengan kondisi fisik tersebut - Kelurahan/ Desa Pesisir 6 Desa/Kel. produk perikanan kota Bima cukup 6. Potensi Hutan Mangrove 36 Ha memberikan kontribusi terhadap - Rusak ringan 5 Ha pendapatan masyarakat khususnya - Rusak berat 11 Ha masyarakat petani nelayan di 7. Potensi ekosistem padang lamun 25 Ha sepanjang garis pantai dan 8. Potensi rumput laut 150 Ha sekitarnya. Diman aktifitas 9. Potensi garam 75 Ha penangkapan ikan Kota Bima 10. Potensi terumbu karang 18 Ha terutama di teluk Bima tergolong - Baik 7 Ha padat, hampir menyebar pada - Rusak ringan 2 Ha semua kawasan, termasuk di - Rusak berat 9 Ha perairan yang termasuk wilayah Jumlah Prasarana Pos Pengawasan 11. 2 Unit SKPD kerja Pelabuhan Bima. Hal ini tidak 12. Jumlah Unit Pengolahan Ikan (UPI) 38 Unit dapat dihindari, mengingat 13. Jumlah Unit Pemasaran Ikan 48 Unit masyarakat sekitar juga memiliki 40

Potensi Ekonomi Kota Bima


kepentingan terhadap sumberdaya 14. Jumlah Tenaga Penyuluh : sekitarnya bagi kelangsungan - Tenaga penyuluh perikanan (PNS) 4 Orang hidup. Jenis ikan tangkapan adalah No Keterangan Potensi ikan konsumsi loka, dimana selain 1 2 3 bersumber dari perairan Teluk - Tenaga penyuluh perikanan (CPNS) Bima juga diluar teluk seperti Wera - Tenaga penyuluh perikanan 4 Orang dan Tambora. (Kontrak) 15. Tenaga statistik perikanan (PNS) 6 Orang Potensi areal terumbu 16. Kawasan sentra produksi perikanan karang seluas 18 Ha yang terbagi 17 Kawasan Konservasi pada Kecamatan Asakota, kelurahan Kolo dan kecamatan Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bima Rasane Barat, Kelurahan Dara dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel . III.29.Keadaan Terumbu Karang di Kota Bima
No. 1 1. Kecamatan/ Kelurahan 2 Kec. Asakota Kelurahan Kolo Kec. Rasanae Barat Kelurahan Dara Kerusakan) Posisi 3 S:08 20.24 E:11842.36 Baik 4 50 % Rusak 5 40 % Ket. 6 Bagus

2.

S:08 28.12 E:11840.48 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bima

10 %

80 %

Rusak

Sebagian besar produksi perikanan kota Bima adalah hasil budidaya, karena kota bima tidak memiliki laut yang cukup luas, terutama pada produksi penangkapan perikanan laut. Potensi areal dan tingkat pemanfaatan budidaya terbesar adalah budidaya kolam air tenang seluas 665,80 Ha, dengan produksi 25,19 ton pada tahun 2011. Tabel berikut merupakan data tentang sumber daya perikanan kota Bima untuk tahun 2011. Tabel. III.30. Sumber Daya Perikanan Kota Bima Tahun 2011
No. 1 I. Keterangan 2 Perikanan Laut 1. Penangkapan Pemanfaatan (Ha) 3 1.385 Produksi (Ton) 4 Keterangan 5 Jenis ikan tangkapan adalah ikan konsumsi likal, dimana selain

41

Potensi Ekonomi Kota Bima


Pemanfaatan (Ha) 3 0,1 0,5 5 665,80 Produksi (Ton) 4 0,69 305,2 25,19 -

No. 1

Keterangan 2 2. Budidaya Mutiara 3. Budidaya Kerapu 4. Budidaya Rumput Laut Perairan Umum Budidaya 1. Budidaya Kolam Air Tenang 2. Budidaya Kolam Air Deras 3. Karamba 4. Budidaya Air Payau (Tambak)

Keterangan 5 bersumber dari perairan Teluk Bima juga diluar Teluk seperti Wera dan Tambora termasuk jenis ikan Pelagis kwalitas Eksport. begitu juga produksi budidaya laut skala kecil. Rumput laut terpusat di Kecamatan Asakota. Budidaya Rumput laut yang masih berkembang hingga saat ini hanya di pantai So Ati, meskipun masih dalam skala kecil. Telah diujicobakan di lokasi lain seperti So Ule, So Nggela, So Kolo dan So Bonto namun tidak berhasil, kendala utama adalah pada lokailokasi tersebut merupakan alur pelayaran/nelayan, disamping faktor SDM dan Modal. Untuk area budidaya tambak (Kec.Rasanae Barat dan Kecamatan Asakota yang tersentra pada daerah pesisir), Budidaya sawah (terdapat di Kec. Mpunda, Kec Rasanae Timur, Kec. Raba dan Kec. Asakota). Untuk budidaya Kolam terutama air tawar tersebar di (lima) 5 kecamatan.

II. III.

13,00

26,675

0,17 5,6

1,2 383,87 -

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bima 2011

Untuk fasilitas pembenihan yang ada di Kota Bima dilihat dari jumlah rumah tangga perikanan produksi perikanan budidaya dalam skala kecil dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel. III.31. Pembenihan Perikanan di Kota Bima Tahun 2011
No. 1 I. Keterangan 2 Menurut Status Kepemilikan Rumah Tangga Perikanan Pembenihan Pembenihan Ikan Laut Ikan Payau 3 4 Pembenihan Ikan Air Tawar 5 6 unit Ket. 6

42

Potensi Ekonomi Kota Bima


Pembenihan Pembenihan Ikan Laut Ikan Payau 3 4 Pembenihan Ikan Air Tawar 5 5 unit 1 unit

No. 1

Keterangan 2 Perusahaan Perikanan Milik Sendiri Pemerintah Fasilitas Pembenihan

Ket. 6

II.

Menurut Kategori Usaha HSRT UPR Tenaga Kerja Fasilitas Pembenihan 1 5 12 org 36 unit Buruh

III.

Fasilitas Pembenihan Kolam Pemijahan Kolam Larva Kolam Plankton Luasa areal pembenihan 30 unit 35 unit 2 unit 750 M 414 12 250 152
2

IV.

Produksi Benih Ikan - Ikan Mas (1,000 ekor - Nila (1,000 ekor - Lele (1,000 ekor

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bima Tabel III.32.Perkembangan Produksi Perikanan Kota Bima Dilihat Menurut Jenis dan Tempat Pendaratanya (Ton)
Kecamatan 1 Rasanae Barat Mpunda Rasanae Timur Raba Asakota Jumlah 2008 2 442,30 0 0 0 630,50 1.072,80 2009 3 674,30 0 0 0 943,50 1.617,80 2010 4 818,50 0 0 0 555,00 1.676,80 2011 5 648,70 0 0 0 651,60 1.300,30 Pertumbuhan (%) 6 68,54 0 0 0 77,12

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bima 43

Potensi Ekonomi Kota Bima


Tabel. III.33. Perkembangan Produksi Perikanan Kota Bima Dilihat Menurut Jenis Kegiatan (Ton)
No. 1 I. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. II. 1. 2. Jenis Kegiatan 2 Budidaya Kolam Air Tenang Kolam Air Deras Mina Padi Mina Kangkung Karamba Pantai / Tambak Laut Penangkapan Laut Perairan Umum JUMLAH 2009 3 48,3 0 375,2 40,8 Produksi 2010 4 51,8 2,4 384,6 53,85 2011 5 71,8 3,25 383,87 305,1

1308,1 18,2 1.790,60

1373,5 20,3 1.886,45

1483,7 23,4 2.271,12

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bima,2011 Tabel. III.34. Produksi dan Jenis-jenis Ikan Kota Bima
Pendaratan Ikan No. 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Jenis Ikan 2 Merah Biji Nangka Gerot-gerot Kerapu Lancam Kakap Kurisi Ekor Kuning Gulamah Cucut Pari Bawal Alu-alu Layang Rasanae Barat 3 6,2 6,6 4,2 15,9 10 14,4 7,3 7,8 6,4 4,7 6,4 4,6 7,5 22,9 Mpunda 4 Rasanae Timur 5 Raba 6 Asakota 7 8,4 10,2 5 25,3 10,5 19,1 13,8 16,3 7,9 7,2 8 5,8 8,6 32 Jumlah 8 14,6 16,8 9,2 41,2 20,5 33,5 21,1 24,1 14,3 11,9 14,4 10,4 16,1 54,9

44

Potensi Ekonomi Kota Bima


Pendaratan Ikan No. 1 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. Jenis Ikan 2 Selar Kuwe Tetengke Ikan Terbang Belanak Juling-juling Teri Tembang Lemuru Terubuk Kembung Tenggiri Layar Tuna Cakalang Tongkol Rajungan Udang Windu Lobster Cumi-cumi Sunglir Sebelah Ikan Sotong Peperek Beloso Ikan Lainnya Jumlah Rasanae Barat 3 20,6 10,1 2,9 12,1 9,9 6,7 30,8 29,2 23,8 2,3 46,8 14 4,6 52,7 41 65,4 15,6 9,9 46,4 9,1 3,5 2,6 13,7 5,8 44,3 648,7 Mpunda 4 Rasanae Timur 5 Raba 6 Asakota 7 25,9 12,4 3,6 14,9 6,3 4,8 40,8 43,4 32,6 3,8 64,6 19,5 6,3 64,4 50,2 80 18,9 8,1 0,6 80 12,1 4,3 3,2 18,2 7,1 54,2 858,3 Jumlah 8 46,5 22,5 6,5 27 16,2 11,5 71,6 72,6 56,4 6,1 111,4 33,5 10,9 117,1 91,2 145,4 34,5 18 0,6 126,4 21,2 7,8 5,8 31,9 12,9 98,5 1.507

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bima 2011 3.3.4.2 SARANA PRODUKSI Tekhnologi penangkapan ikan umumnya masih tergolong sederhana dan dalam skala yang kecil. Alat tangkap yang digunakan nelayan dalam melaut dapat dilihat pada tabel berikut Sedangkan armada perahu yang banyak digunakan adalah jakung/perahu tanpa motor, perahu motor, bagang perahu, bagang tancap, dan kapal motor. 45

Potensi Ekonomi Kota Bima


Sedangkan alat tangkap yang digunakan adalah pancing purse/saine, jaring klitik, jaring insang hanyut, payang, pukat pantai, rawe tetap, pancing tonda, jaring insang. Tabel. III.35. Jenis alat Tangkap Perikanan
Pendaratan Ikan No. 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Jala Oras Jala Buang Purse Seine Jaring Insang Hanyut Jaring Insang Tetap Jaring Lkr Apung Jaring Klitik Bagan Tancap Bagan Sampan Pancing Rawai Pancing Biasa Pancing Tonda Saro/balat Lain-lain Pancing Cumi Bubu Ikan Bubu Kepiting Jumlah / Total Alat Penangkap Rasanae Mpunda Barat 3 26 12 2 25 6 7 48 2 8 125 20 12 21 25 186 525 4 Rasanae Timur 5 Raba 6 Asakota Jumlah 7 4 27 16 6 4 15 106 10 75 25 23 9 20 41 381 8 30 39 2 41 12 11 63 108 18 200 45 35 30 45 227 906

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bima 2011 Prasarana pendukung dari kegiatan pendaratan ikan nelayan adalah PPI, namun TPI yang ada belum dimanfaatkan secara optimal, umumnya pendaratan ikan langsung di pantai sekitar permukiman nelayan dan Pelabuhan Kota Bima, bahkan pendaratan ikan paling ramai berlangsung di Pelabuhan Bima.

46

Potensi Ekonomi Kota Bima


Tabel. III.36. Jumlah Armada Yang Dimiliki Nelayan Kota Bima Tahun 2011
No. 1 1. 2. 3. 4. 5. Kecamatan 2 Rasanae Barat Mpunda Rasanae Timur Raba Asakota Total Nelayan 3 52 40 92 Tanpa Perahu 4 169 153 322 Perahu Tanpa Motor 5 62 131 193 Motor Tempel 6 283 324 607

Sumber : Dinas Perikan dan kelautan Kota Bima 2011 Sistem penangkapan ikan yag dilakukan nelayan terkadang dilakukan dengan cara yang ilegal (dilarang) seperti dengan menggunakan racun serta penggunaan Bom Ikan. Untuk itulah dengan adanya kelompok Masyarakat Pengawas diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada para nelayan yang melakukan penangkapan dengan cara-cara dilarang tersebut. Terdapat 7 (tujuh) Kelompok POKMAS peduli Lingkungan di kota Bima yang sebelumnya pada tahun 2010 hanya terdapat 4 (Empat) Kelompok PKMAS. Tabel.III.37. Perkembangan Kelopok Masyarakat Perikanan Di Kota Bima Tahun 2010-2011
No. 1 I. 1. 2. 3. 4. II. 1. 2. 3. Pemula Lanjud Madya Utama Jenis Kegiatan Penangkapan Budidaya Pengolahan/ Wanita Nelayan Jumlah Kecamatan 2 Kualifikasi Kelompok Jumlah Masyarakat Perikanan (Orang) 2010 2011 3 4 29 3 24 2 29 15 10 4 58 50 20 27 3 50 23 17 10 100

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bima

47

Potensi Ekonomi Kota Bima


Dalam pengembangan sektor perikanan tidak hanya terkait dalam usaha perikanan tangkap maupun budidaya saja. Peluang bisnis kelautan dan perikanan setidaknya dapat dilihat dari dua faktor yaitu (1) faktor internal berupa potensi sumber daya kelautan dan perikanan, potensi sumber daya manusia, teknologi, sarana dan prasarana serta pemasaran, dan (2) faktor eksternal yang berkaitan dengan aspek permintaan produk perikanan dan syarat-syarat yang menyertai permintaan tersebut dalam rangka persaingan. Dalam konteks pola pembangunan , ada tiga fase yang harus dilalui dalam mentransformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan dalam hal daya saing, yaitu (a) fase pembangunan yang digerakkan oleh kelimpahan sumber daya alam (resources driven); (b) fase kedua adalah pembangunan yang digerakan oleh investasi (investment driven) dan; (c) fase ketiga pembangunan yang digerakkan oleh inovasi (inovation driven).

48

Potensi Ekonomi Kota Bima

BAB IV POTENSI INVESTASI BERBASIS KOMODITI


Pada bab ini akan dibahas mengenai potensi masing-masing sektor/sub sektor sebagai sektor unggulan atau sektor basis di Kota Bima, kemudian potensi investasi pertanian berbasis kawasan dan potensi investasi berbasisi komoditi pertanian.

4.1. POTENSI UNGGULAN SEKTOR/SUB SEKTOR Potensi sektor unggulan di Kota Bima dalam perspektif regional dapat dilihat pada kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional dan propinsi NTB, dimana Kota Bima sebagai salah satu wilayah bagian dari kawasan KAPET memiliki sektor unggulan pertanian, perikanan, pariwisata yang didukung oleh industry pengolahan hasil pertanian dan perikanan serta perdagangan dan jasa dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah. Sektor pertanian merupakan sektor yang harus terus dikembangkan dan ditingkatkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat dan peningkatan kesejahteraan meskipun kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun, namun nilainya masih cukup tinggi. Tabel berikut menunjukan nilai LQ untuk masing-masing sektor/subsektor di Kota Bima

49

Potensi Ekonomi Kota Bima


Tabel 4.1. Nilai LQ Sektor/Sub sektor Kota Bima
NO. 1 1. PDRB KOTA BIMA 2009 3 90.687,22 2010 4 92.341,04 2011 5 95.996,98 2009 6 4.486.770,69 PDRB PROPINSI NTB 2010 7 4.545.381,41 2011 8 4.726.670,01

LAPANGAN USAHA / Industrial Origin 2 PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN/AGRICULTURE a. Tanaman Bahan Makanan/Farm Food Crops b. Tanaman Perkebunan Rakyat/Farm Nonfood Crops c. Peternakan dan Hasil-hasilnya/Livestock & Product d. Kehutanan/Forestry e. Perikanan/Fishery

LQ 9 0,81

72.540,11 904,98 12.940,38 824,79 3.476,96 564,71

73.280,02 909,51 13.661,16 813,82 3.676,54 596,95

75.902,00 923,15 14.517,72 804,05 3.850,07 634,14

2.674.194,29 523.765,63 663.080,98 12.900,52 611.829,16 4.906.867,64

2.696.042,46 514.262,00 685.082,01 13.074,66 636.920,27 5.491.111,43

2.832.692,54 516.567,53 706.064,41 13.460,23 657.885,30 4.032.039,98

1,07 0,07 0,82 2,39 0,23 0,01

2.

PERTAMBANGAN & PENGGALIAN/ MINNING & QUARRYING a. Minyak dan Gas Bumi/Crude Petrolium & Natural Gas b. Pertambangan Tanpa Migas/Others c. Penggalian/Quarrying

564,71 14.275,76 14.275,76 -

596,95 14.869,64 14.869,64 -

634,14 15.636,91

4.461.304,27 444.563,38 909.946,10 -

5.041.417,32 449.694,10 944.253,01 944.253,01 530.211,65

3.566.522,21 465.517,78 973.767,67 0,00 0,05 0,64

3.

INDUSTRI PENGOLAHAN/ MANUFACTURING INDUSTRIES a. Industri Dengan Migas/Oil & Gas Manufacturing 1. Pengilangan Minyak Bumi/Petroleum Refinery 2. Gas Alam Cair/Liqiud Natural Gas b. Industri Tanpa Migas/Non Oil & Gas Manufacturing 1. Makanan, Minuman dan Tembakau/Food, Drinks & Tobacco

15.636,91

909.946,10 508.415,34

973.767,67 542.892,28

0,64 0,00

50

Potensi Ekonomi Kota Bima


PDRB KOTA BIMA 2009 3 3.587,16 2.620,32 966,84 31.160,83 81.222,12 2010 4 3.999,49 3.011,28 988,21 33.749,36 87.155,04 4.226,50 3.226,58 999,92 36.407,71 93.536,19 2011 5 2009 6 53.790,51 125.598,07 20.580,43 12.210,68 81.310,69 18.711,68 74.192,66 15.135,83 66.761,96 49.748,16 17.013,80 1.457.949,74 2.760.196,78 PDRB PROPINSI NTB 2010 7 55.092,75 129.343,99 21.990,55 12.589,78 83.934,67 19.191,90 76.394,80 15.502,91 71.708,97 53.640,46 18.068,51 1.509.581,07 2.939.496,36 2011 8 57.477,45 129.234,04 23.029,18 13.062,66 94.461,74 19.956,76 78.095,51 15.558,06 77.624,22 58.404,41 19.219,81 1.587.221,02 3.151.923,44 2,08 0,92 1,19

NO. 1

LAPANGAN USAHA / Industrial Origin 2 2. Tekstil, Brg Kulit & Alas Kaki/Textile and Leather Goods 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan Lainnya/Wood & Other Forest Prod. 4. Kertas dan Barang Cetakan/Paper & Platform Goods 5. Pupuk, Kimia & Barang Dari Karet/Fertilize, Chemical & Rubber 6. Semen & Barang Lain Bukan Logam/Cement & Non Metal Goods 7. Logam Dasar Besi dan Baja/Basic Iron Metal & Steel 8. Alat Angkutan, Mesin & Peralatan/Transportation Mechine & Tools 9. Barang Lainnya/Other Goods LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH/ ELECTRIC, GAS & WATER SUPPLY a. Listrik/Electric b. Gas Kota/Gas c. Air Bersih/Water Supply

LQ 9 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,18 2,21

4.

5. 6.

BANGUNAN/Construction PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN/ TRADE, RESTAURANT & HOTEL a. Perdagangan Besar dan Eceran/Wholesale and Retail Trade b. Hotel/Hotels

66.679,43 1.123,64

71.691,05 1.198,72

77.266,79 1.275,16

2.423.348,46 111.466,52

2.585.367,48 117.934,93

2.772.540,90 128.017,69

1,12 0,40

51

Potensi Ekonomi Kota Bima


PDRB KOTA BIMA 2009 3 13.419,06 75.497,06 69.654,69 63.590,02 4.513,45 1.551,22 5.842,36 5.842,36 2010 4 14.265,26 80.216,84 73.945,65 67.651,52 4.610,84 1.683,29 6.271,19 6.271,19 2011 5 14.994,24 84.227,34 77.466,64 70.966,23 4.712,76 1.787,65 6.760,70 6.760,70 2009 6 215.381,79 1.409.850,92 1.142.862,79 851.319,94 26.163,42 71.803,35 158.609,40 34.966,39 266.988,14 265.971,33 1.016,91 PDRB PROPINSI NTB 2010 7 236.192,96 1.508.183,93 1.210.615,96 884.123,17 26.492,99 77.271,82 185.616,16 37.111,80 297.667,99 296.500,08 1.067,91 2011 8 251.354,85 1.622.882,86 1.287.629,36 919.694,66 26.119,11 82.489,72 220.931,92 35.593,95 335.053,49 333.859,47 1.194,03 3,09 7,22 0,00 0,00 2,01 0,81 0,81 0,00

NO. 1

LAPANGAN USAHA / Industrial Origin 2 c. Restoran/Restaurants

LQ 9 2,39 2,08 2,41

7.

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI/ TRANSPORT AND COMMUNICATION a. Pengangkutan/Transport 1. Angkutan Rel Kereta Api/Railway Transport 2. Angkutan Jalan Raya/RoadTransport 3. Angkutan Laut/Sea Transport 4. Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan/Inland Water Trans. 5. Angkutan Udara/Air Transport 6. Jasa Penunjang Angkutan/SupportingTransport Activities b. Komunikasi/Communication 1. Pos dan Telekomunikasi/Post and Communication 2. Jasa Penunjang Komunikasi/Communication Services

8.

KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUS./ FINANCE, RENT OF BUILDINGS & BUSINESS SERV. a. Bank/Banking b. Lembaga Keuangan Bukan Bank/Non Banking Financial Inter. c. Jasa Penunjang Keuangan/Banking Services d. Sewa Bangunan/Ownership of Dwelling e. Jasa Perusahaan/Establishment Services

24.204,06 5.542,89 1.957,92 16.131,24 572,01

26.043,15 5.984,99 2.105,55 17.347,53 605,08

27.649,55 6.476,13 2.237,14 18.299,91 636,37

972.643,13 431.893,39 102.446,42 421.646,55 16.657,97

1.025.928,60 451.698,00 110.979,18 445.348,79 17.902,64

1.130.861,02 513.980,36 120.607,46 476.974,51 19.298,70

0,98 0,50 0,74

1,54 1,32

52

Potensi Ekonomi Kota Bima


PDRB KOTA BIMA 2009 3 114.762 108.962,14 108.962,14 5.800,29 2.852,98 416,30 2.531,00 2010 4 122.144 115.946,62 115.946,62 6.197,26 3.059,25 441,81 2.696,19 2011 5 127.307 120.668,50 120.668,50 6.638,74 3.287,66 472,19 2.878,88 2009 6 1.915.416,34 1.660.105,64 1.660.105,64 255.310,71 170.410,19 7.218,52 77.682,00 PDRB PROPINSI NTB 2010 7 2.034.244,83 1.760.376,02 1.760.376,02 273.868,81 182.471,34 7.939,81 83.457,66 2011 8 2.129.301,47 1.832.811,21 1.832.811,21 296.490,26 197.073,92 8.684,79 90.731,55 0,90 0,67 2,18 1,27

NO. 1 9.

LAPANGAN USAHA / Industrial Origin 2 JASA - JASA/SERVICES a. Pemerintahan Umum/Government 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan/Government & Defence 2. Jasa Pemerintahan Lainnya/Other Government Serv. b. Swasta/Private Services 1. Sosial Kemasyarakatan/Social Community Serv. 2. Hiburan dan Rekreasi/Entertainment & Recreation Serv. 3. Perorangan dan Rumahtangga/Personal & Household Serv. P D R B/Gross Regional Domestic Product

LQ 9 2,39 2,63 2,63

435.960,91

461.115,37

485.622,54

18.886.403,30

20.069.889,61

19.432.291,69

53

Potensi Ekonomi Kota Bima


Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa yang merupakan sektor basis Kota Bima meliputi: - Sub sektor pertanian tanaman pangan - Sub sektor kehutanan - Perdagangan, hotel dan restoran - Listrik, Gas dan air bersih - Transportasi - Jasa servis pemerintah Potensi sektor dan sub sektor basis tersebut menunjukan perkembangan ekonomi wilayah Kota Bima yang berkarakter perkotaan mengalami pertumbuhan yang dinamis. Hal ini dicerminkan dengan pertumbuhan PDRB selama periode tahun 2009-2011 menunjukkan adanya pertumbuhan yang positif khususnya sektor perdagangan dan jasa dengan angka pertumbuhan diatas 5%. Sementara sektor pertambangan dan penggalian serta industry pengolahan mengalami pertumbuhan yang lebih besar dibanding sektor pertanian. Gambaran mengenai pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor PDRB (lapangan usaha) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.2. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bima Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 2011 Sektor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Bank, Jasa Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB Sumber : BPS Kota Bima, 2011 4.2. POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN BERBASIS KAWASAN 1. Kawasan Peruntukan Pertanian tanaman pangan Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan ditetapkan dengan pertimbangan utama untuk peningkatan dan pemenuhan kebutuhan pangan bagi wilayah Kota Bima. Lahan pertanian tanaman pangan merupakan lahan pertanian dengan didukung irigasi baik teknis maupun non teknis. Berdasarkan hal tersebut, maka penetapan kawasan pertanian lahan basah ditentukan pada kawasan yang saat ini sudah memiliki prasarana irigasi dan kemampuan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman pangan (padi). Kawasan pertanian tanaman pangan di Kota Bima meliputi : a. Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi teknis tidak terdapat di Kota Bima 54 2008 (%) 3,68 4,33 3,90 3,82 6,97 6,10 5,85 7,68 9,20 6,38 2009 (%) 1,82 5,71 4,16 11,49 8,31 7,30 6,25 7,60 6,43 5,77 2010 (%) 3,96 6,23 5,16 5,68 7,88 7,32 5,00 6,17 4,23 4,32 Rata-rata (%) 3,15 5,42 4,41 7,00 7,72 6,91 5,70 7,15 6,62 5,49

Potensi Ekonomi Kota Bima


b. Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi setengah teknis di Kota Bima seluas kurang lebih 1.374 Ha yang berada di : 1) Kecamatan Mpunda seluas 303,00 ha 2) Kecamatan Rasanae Timur seluas 463,00 ha 3) Kecamatan Raba seluas 489,00 ha 4) Kecamatan Asakota seluas 121,00 ha c. Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi sederhana PU tidak terdapat di Kota Bima. d. Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi sederhana non PU di Kota Bima seluas kurang lebih 645 Ha yang berada di : 1) Kecamatan Rasanae Barat seluas 3,00 ha 2) Kecamatan Rasanae Timur seluas 353,00 ha 3) Kecamatan Raba seluas 162,00 ha 4) Kecamatan Asakota seluas 127,00 ha e) Kawasan Irigasi tadah hujan seluas 234 Ha 2. Kawasan Peruntukan Pertanian Tadah Hujan Peruntukan kawasan pertanian lahan sawah tadah hujan di Kota Bima dialokasikan pada kawasan-kawasan yang relatif kurang membutuhkan air. Alokasi kawasan peruntukan pertanian lahan sawah tadah hujan di rekomendasikan di kawasan perbatasan kawasan tanaman tahunan dan kawasan pertanian lahan basah dengan komoditi perdagangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi serta daya saing pasar yang kuat seperti jagung, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan ubi kayu. Rincian dan Lokasi Peruntukan Pertanian dapat di lihat pada table. Tabel II.2 Luas Kawasan Peruntukan Pertanian Berdasarkan RTRW Kota Bima
No 1 1. Penggunaan Lahan 2 Pertanian Tanaman Pangan A B C D E F G 2. A b Irigasi teknis Irigasi 1/2 teknis Irigasi sederhana PU Irigasi Non PU Tadah Ujan Lebak Lainnya (polder,rembesan) Tegal/kebun Ladang Huma Jumlah Rasanae Barat 3 3 3 107 107 110 Mpunda 4 325 302 23 526 388 138 851 1,694 1,341 353 2,662 Rasanae Timur 5 968 462 353 153 Raba 6 709 489 162 58 2,061 1,548 513 2,770 Asakota 7 248 121 127 975 685 290 1,223 8 2,253 1,374 645 234 5,363 4,069 1,294 7,616

Pertanian Holtikultura

Pengembangan lahan pertanian untuk budidaya tanaman hortikultura diarahkan pada Kelurahan Dodu, Kelurahan Lampe, Kelurahan Kumbe, Kelurahan Kodo, Kelurahan Rite Kelurahan Rabadompu Timur, Kelurahan Rabadompu Barat, Kelurahan Penanae, Kelurahan Kendo, Kelurahan Mande, Kelurahan Panggi, Kelurahan Sambinae, Kelurahan Jatibaru. 3. Kawasan Peruntukan Perkebunan 55

Potensi Ekonomi Kota Bima


Kawasan peruntukkan perkebunan seluas kurang lebih 3.632 Ha, dengan komoditi unggulan jambu mete dan kelapa yang tersebar pada Kelurahan Ntobo, Kelurahan Jatibaru, Kelurahan Jatiwangi, Kelurahan Nitu, Kelurahan Nungga, Kelurahan Lelamase, Kelurahan Lampe, Kelurahan Matakando, dan Kelurahan Kolo. 4. Kawasan Peruntukan Peternakan Kawasan peternakan diprioritaskan dikembangkan di Kecamatan Rasanae Timur, Kecamatan Raba, Kecamatan Mpunda dan Kecamatan Asakota dalam rangka mendukung program Bumi Sejuta Sapi (BSS); dan pengelolaannya dilakukan dengan cara peningkatan jumlah ternak, penggemukan ternak, pembibitan ternak, penyediaan pakan ternak, dan pengembangan industri pengolahan hasil ternak. Adapun kawasan peternakan ini menyebar disemua kecamatan yang ada di Kota Bima dengan komoditi unggulan sapi. 5. Kawasan Peruntukan Perikanan Adapun kawasan peruntukan perikanan meliputi: perikanan tangkap, perikanan budidaya dan pengolahan hasil perikanan. Pengembangan kawasan peruntukkan perikanan tangkap, dilakukan di Kelurahan Kolo, Kelurahan Jatiwangi, Kelurahan Melayu, Kelurahan Tanjung, dan Kelurahan Dara. Pengembangan kawasan peruntukkan perikanan budidaya, dilakukan di Kelurahan Dodu, Matakando, Nungga, Kelurahan Melayu, Kelurahan Jatiwangi, dan Kelurahan Panggi. Pengembangan industri pengolahan hasil perikanan dilakukan di Kelurahan Kolo, Kelurahan Melayu dan Tanjung. 4.3. POTENSI INVESTASI BERBASIS KOMODITI A. JAGUNG 1. Potensi eksisting Jagung dengan nama latin Zea Mays merupakan komoditi pangan yang sangat penting juga bagi Indonesia selain padi dan kedelai. Selain dikonsumsi sebagai bahan pangan, jagung juga diolah menjadi pakan ternak dan bahan baku industri. Konsumsi jagung terus mengalami peningkatan yang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat dan kebutuhan gizi yang baik, meningkatnya pendapatan, maupun meningkatnya kegiatan ekonomi yang lain seperti peternakan dan industri. Menurut data dari BKPM-PT Nusa Tenggara Barat bahwa permintaan jagung untuk pakan ternak terus mengalami peningkatan tiga tahun terakhir, dimana pada tahun 2009 terdapat permintaan sebesar 4,7 ton, kemudian meningkat pada tahun 2010 menjadi 5 ton dan meningkat lagi pada tahun 2011 menjadi 5,3 juta ton. Melihat potensi pasar yang demikian, maka sesungguhnya Kota Bima memiliki peluang yang cukup besar untuk mengambil bagian dalam industri ini karena potensi lahan yang masih luas, iklim yang mendukung untuk budidaya, kondisi sosial budaya masyarakat yang sangat familiar dengan komoditi jagung, maupun komitmen pemerintah propinsi dengan program PIJAR (Sapi, Jagung, Rumput Laut) nya. Produksi jagung Kota Bima mengalami pertumbuhan yang sangat positif dimana pada tahun 2008 produksi jagung hanya sebesar 2.923 ton dan pada tahun 2011 naik menjadi 7.097 ton atau mengalami kenaikan sebesar 130,28%, dengan tingkat produktifitas rata-rata sebesar 42,43 prosen per tahun. Apabila dibandingkan dengan jumlah produksi jagung regional propinsi NTB, maka Kota Bima baru berkontribusi sebesar 2,30% dari total produksi jagung NTB pada tahun 2011 yang mencapai 308.863 ton. Tentu angka ini masih sangat kecil, namun demikian angka ini masih 56

Potensi Ekonomi Kota Bima


sangat mungkin ditingkatkan dengan program intensifikasi (peningkatan produktifitas lahan) maupun ekstensifikasi (pemanfaatan lahan-lahan kritis dan tegalan menjadi areal tanam jagung). Peningkatan produksi jagung secara intensifikasi dilakukan dengan memperbaiki system usaha tani melalui langkah-langkah seperti: - Meningkatkan peranan penyuluhan pertanian untuk sosialisasi penggunaan varietas jagung hibrida menggantikan varietas jagung local yang rendah produktifitasnya; - Memberikan jaminan ketersediaan benih jagung berlabel (benih bermutu); - Memberikan jaminan ketersediaan pupuk; - Memberikan dukungan permodalan kepada petani jagung, terutama yang mengkonversikan varietas jagung local dengan varietas jagung hibrida. Budidaya jagung hibrida membutuhkan input sarana produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya jagung local. Peningkatan produksi jagung secara ekstensifikasi akan dapat dilaksanakan apabila upaya peningkatan produksi jagung secara intensifikasi berhasil dilaksanakan. Keberhasilan upaya peningkatan produksi jagung secara intensifikasi akan menjadi daya tarik tersendiri bagi petani lain untuk mengkonversi tanaman palawija yang selama ini diusahakan ke komoditas jagung. Hal ini sangat mungkin terjadi apabila petani telah melihat dengan nyata keuntungan yang bisa diperoleh dari usaha tani jagung, terutama bila telah ada dukungan pemerintah dalam penyediaan kebutuhan sarana produksi dan pemasaran serta pembinaan lainya. Apalagi komoditi jagung yang merupakan bagian dari program PIJAR NTB. Disamping upaya peningkatan produksi tersebut di atas, budidaya jagung juga menghasilkan beberapa produk sampingan dan limbah jagung yang memiliki nilai tambah. 2. Peluang pasar Pasar jagung tidak mengalami kendala karena terdapat perusahaan daerah di tingkat propinsi NTB maupun perusahaan nasional yang telah membangun kemitraan dengan para pengusaha lokal untuk menjadi pembeli sekaligus pengekspor jagung. 3. Bentuk investasi Mengingat lahan usaha tani di Kota Bima pada umumnya adalah berstatus hak milik, maka model investasi yang dapat dilakukan adalah dengan pola kemitraan. Beberapa peluang investasi adalah antara lain: - Pengolahan jagung untuk industry, pangan maupun pati memberikan hasil sampingan yang bermanfaat untuk pakan ternak. - Jerami jagung merupakan bahan pakan penting untuk sapi pada saat rumput sulit diperoleh terutama pada musim kemarau. Jerami jagung yang diawetkan dengan pengeringan mataharii menghasilkan hay dan dapat disimpan untuk persediaan pakan sapi pada musim kemarau. - Tongkol jagung dapat diolah menjadi concobu (tongkol jagung dicacah lalu diayak sampai menghasilkan serbuk sebagai bahan pakan ternak yang sangat diminati oleh jepang. Saat ini jepang membutuhkan 5 ton concobu per minggu. - Kelobot jagung digunakan sebagai pembungkus dodol dan kerajinan tangan lainnya. Sedangkan peluang investasi off-farm antara lain: - Industry pengeringan, sortasi dan packaging jagung - Industri pengolahan limbah jerami atau jerami jagung sebagai pakan ternak 57

Potensi Ekonomi Kota Bima


- Industry pengolahan tongkol jagung menjadi concobu Berdasarkan perhitungan LQ, komoditi jagung di Kota Bima memiliki nilai LQ = 0,70 yang artinya bahwa jagung bukan merupakan komoditi unggulan. Tapi komoditi jagung menjadi prioritas program PIJAR sehingga pengembangan komoditi jagung tetap penting dan memiliki peluang investasi yang baik. B. KEDELAI 1. Kondisi Eksisting Kedelai merupakan salah satu komoditas yang dapat diunggulkan karena dapaty memenuhi kriteria sebagai komoditas unggulan (LQ>1). Sebagaimana telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya bahwa luas tanam pada tahun 2011 adalah seluas 1.546 Ha dengan luas panen seluas 3.321 Ha. Sedangkan produktifitasnya adalah sebanyak 14,35 kw/ha. Dengan sebaran areal tanam di kecamatan Rasanae Timur, Raba, Mpunda dan Asakota, produksi kedelai selama kurun waktu tahun 2008-2011 mengalami peningkatan produksi yang cukup positif yaitu sebesar 30,98%. Upaya peningkatan produksi kedelai secara ekstensifikasi banyak terkendala oleh topografi wilayah yang berbukit-bukit dan ketersediaan sumber daya air yang terbatas. Oleh karena itu, upaya peningkatan produksi kedelai harus dilakukan secara intensifikasi, antara lain penggunaan benih bermutu, penggunaan pupuk yang optimum, serta pemeliharaan. Salah satu kelemahan petani dalam budidaya kedelai adalah rendahnya upaya pemeliharaan tanaman, yang mencakup pembersihan gulma, serta pengendalian hama dan penyakit. Terdapat kecenderungan yang berkembang di masyarakat bahwa menanam kedelai terutama di musim kemarau (musim tanam kedua di musim kemarau) dianggap sebagai upaya penanaman yang mengandalkan factor untung-untungan karena telah menikmati hasil panen pada musim hujan dan musim tanam pertama musim kemarau. Oleh karena itu, perlu pendekatan melalui pemberian perangsang produksi seperti memberikan kepastian dan jaminan harga yang relative memadai bagi kalangan masyarakat. Di Kota Bima, komoditi kedelai masih terbatas dikonsumsi secara langsung dan dipasarkan antar kota. 2. Peluang Pasar Komoditi kedelai memiliki cakupan pemasaran yang cukup luas. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal namun juga pasar antar pulau yaitu Lombok, Bali, dan Jawa. Tingginya permintaan terhadap produk olahan kedelai (tahu, tempedan susu kedelai) menyebabkan tingginya permintaan terhadap komoditi kedelai. 3. Bentuk Investasi Model investasi yang dapat dikembangkan adalah dengan model kemitraan terutama kemitraan yang mampu menciptakan stabilitas harga di tingkat petani. C. KACANG TANAH 1. Kondisi Eksisiting Kacang tanah merupakan salah satu komoditi primadona di Kota Bima pada akhir tahun awal tahun 2000. Sebagai salah satu komoditi pangan, kacang tanah digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri kacang garing/asin, minyak nabati, saus, selesai, susu, biscuit, bumbu 58

Potensi Ekonomi Kota Bima


pecal, maupun pakan ternak. Di Kota Bima, produk kacang tanah masih berupa gelondongan. Hanya sedikit sekali yang mengolah lebih lanjut menjadi kacang telur atau kacang asin sebagai industry rumah tangga. Areal penanaman kacang tanah merupakan areal persawahan dengan teknik penanaman berselang-seling dengan tanaman padi, atau ditanam pada lahan kering dan tegalan pada musim penghujan. Luas tanam kacang tanah pada tahun 2011 tinggal 231 ha dan luas panen sebesr 449 ha dengan jumlah produksi 608 ton dengan tingkat produktifitas 13,50 kwintal/ha. Pola pengusahaan komoditas kacang tanah oleh masyarakat di Kota Bima umumnya dilakukan pada musim hujan untuk lahan tegalan dan sawah tadah hujan, sedangkan untuk lahan beririgasi dapat dilakukan oleh masyarakat pad musim kering (MK) I dan/atau MK II. Upaya peningkatan produksi kacang tanah harus dilakukan dengan cara intensifikasi khususnya dalam hal peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani. Perbaikan system budidaya kacang tanah harus meliputi antara lain: penggunaan benih yang bermutu (benih berlabel) dan meningkatkan penguasaan paket teknologi budidaya dan pasca panen. 2. Peluang Pasar Jumlah pembeli kacang tanah di Kota Bima sangat terbatas sehingga harga kacang tanah sangat ditentukan oleh pembeli.Pada awal tahun 2000-an anak perusahaan PT. Garuda Food (PT. Bumi Mekar Tani) membeli kacang tanah gelondongan basah dari petani dengan pola kemitraan. Tapi sekarang perusahaan tersebut sudah tidak lagi membangun kemitraan dengan petani local sehingga pada tahun 2011 produksi kacang tanah di Kota Bima mengalami penurunan drastis mencapai 21,16%. 3. Bentuk Investasi Melihat kondisi yang berkembang terhadap pertumbuhan produksi dan analisa pasar, maka bentuk investasinya adalah dengan mengembangkan pola kemitraan dimana petani diberikan modal awal dan input-input produksi serta bimbingan dengan perjanjian hasil produksi dijual ke perusahaan atas dasar harga kesepakatan. D. SRIKAYA (GAROSO) 1. Kondisi eksisting Srikaya (Garoso) merupakan perdu tahunan atau berupa pohon kecil dengan tinggi 2 5 meter. Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis dan sub tropis di tanah berbatu, kering dan terkena cahaya sinar matahari langsung. Garoso dapat tumbuh pada ketinggian 1-800 meter dpl. Kota Bima adalah merupakan daerah yang sangat cocok untuk budidaya Garosodengan ratarata produksi mencapai 2.132, 60 ton/tahun. Produksi terbanyak dihasil oleh kecamatan Rasanae Timur, Kecamatan Mpunda, dan Kecamatan Asakota 2. Peluang Pasar Garoso merupakan buah primadona masyarakat Pulau Sumbawa dan selalu menjadi buah tangan untuk di bawa ke luar daerah, sehingga pemasarannya masih pada tingkat local Pulau Sumbawa dan sebagian di pasarkan di Pulau Lombok. Pemasaran Garoso belum menjangkau wilayah yang lebih luas karena jenis buah ini tidak tahan lama sehingga perlu teknologi kemasan sehingga bias menjangkau pasar yang lebih luas lagi.

59

Potensi Ekonomi Kota Bima


3. Bentuk Investasi Dapat dikembangkan dengan pola kemitraan yang lebih khusus dalam hal pembinaan dan pengenalan teknologi budidaya dan teknologi pasca panen. E. RUMPUT LAUT 1. Kondisi eksisting Rumput Laut (seaweed) adalah komoditi yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan banyak digunakan untuk makanan yang dikonsumsi langsung, disamping sebagai bahan baku industry kosmetik dan pupuk serta sebagai pakan ternak tambahan. Rumput laut mempunyai sifat usaha yang padat karya, karena dalam usaha budidaya rumput laut melibatkan semua komponen anggota keluarga (suami, istri dan anak-anak) sebagai tenaga kerja tetap. Oleh karena itu, usaha budidaya rumput laut dengan metode budidaya dan system pengolahan yang tepat mampu meningkatkan pendapatan keluarga masyarakat pesisir. Sentra pengembangan rumput laut antara lain di So Ati Kelurahan Kolo dengan luas area budidaya 15 Ha dan 70 ton kering untuk sekali panen. Kondisi terakhir produksi/ bididaya rumput laut terakhir di Kota Bima menurun seiring dengan bertambahnya pembangunan yang mengarah ke wilayah pesisr pantai terutama di wilayah So Ati kelurahan Kolo dan meningkatnya arus keluar masuk kapal besar dan dekat daerah budidaya rumput laut. 2. Peluang Pasar Rumput laut merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Pangsa pasar nasional maupun ekspor yang terus meningkat menjadikan rumput laut sebagai primadona local sampai nasional. Hal ini disebabkan permintaan akan produk turunannya yang mencakup industry makanan (agar-agar, roti, sayuran, susu, dan pengganti garam) juga terus meningkat. Pemasaran rumput laut di Kota Bima masih dalam bahan mentah (rumput laut kering) dan dipasarkan ke Lombok, Bali, dan Jawa. Untuk meningkatkan nilai tambah atau harga juali rumput laut antara lain dengan: - Pengolahan rumput laut menjadi karaginan atau karaginan semi murni (berbentuk chip). Dapat dilakukan di skala rumah tangga atau langsung oleh petani rumput laut. - Tepung Rumput Laut - Agar-agar Rumput Laut berupa lempengan tipis dan kering Diatas merupakan produk setengah jadi yang siap diolah menjadi makan, minuman ataupun kosmetik. Hal ini belum banyak dikembangkan sehingga harga jual rumput laut dari petani rumput laut dipasaran rendah karena adanya diversifikasi produk. Dengan mengolah rumput laut menjadi produk karaginan diharapkan nilai jual hasil olahan rumput laut dari petani rumput lautmeningkat. Meningkatnya nilai jual akan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat pesisir pantai. 3. Bentuk Investasi Dapat dikembangkan dengan pola kemitraan yang lebih khusus dalam hal pembinaan dan pengenalan teknologi budidaya dan teknologi pasca panen. Disamping itu, kemitraan dalam bentuk petani diberikan modal awal dan input-input produksi serta menjaga stabilitas harga. 60

Potensi Ekonomi Kota Bima


F. SAPI 1. Kondisi eksisting Sapi adalah ternak ruminansia yang dipelihara oleh masyarakat secara turun temurun. Jenis ternak ini biasa digunakan dalam membantu pekerjaan masyarakat dipedesaan, sebagai sumber pendapatan, penghasil pupuk organic, asset atau tabungan keluarga dan sumber protein. Sebagai sumber protein, permintaan daging sapi untuk konsumsi nasional cukup besar dan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Populasi sapi di Kota Bima pada tahun 2011 sebangayk 12.034 ekor dan 695 ekor kerbau dengan izin pengiriman keluar 510 Ekor dan jumlah pemotongan yang tercatat 115 ekor. Lahan padang pengembalaan yang dikelola oleh kelompok tani ternak yang mendapat bantuan dari pemerintah kota BIma seluas 40 ha berada di Kelurahan Kolo dan Kelurahan Oi Foo. Disamping berkembang di padang pengembalaan juga dilahan pertanian, perkebunan dan kehutanan. Faktor pendukung bagi pengusaha sapi potong adalah tersedianya tekhnologi pakan, Ketersedianya penyuluh, Poskeswan, Pos IB serta kelembagaan petani. Disamping itu terdapat sarana dan prasarana pendukung berupa ketrsediaan lahan, hijauan makanan ternak, Rumah Potong Hewan (RPH) Koperasi, lembaga pembiayaan perantara, kelompok tani (Gapoktan), sarana transportasi dan listrik, serta ketersediaan SDM yang terampil. 2. Peluang Pasar Potensi usaha ternak sapi cukup menyebar merata diseluruh wilayah Indonesia. Pasar yang paling potensial untuk daging sapi adalah kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, wilaya Bodetabek. Namun jumlah produksi tersebut masih belum memenuhi permintaan untuk pasar lokal sekalipun. Sehingga untuk usaha penggemukan sapi potong ini ditargetkan untuk mengisi kebutuhan pasar sapi bakalan dan sapi siap potong. Untuk memenuhi permintaan tersebut pemerintah daerah mengurangi pengiriman sapi hidup keluar daerah dan mulai mengirim dalam bantuk daging dan karkas. Produk ikutan dalam usaha pengemukan sapi diluar daging adalah kulit, permintaan kulit sebagai bahan baku aneka kerajinan dan bahan aksesories pakaian memiliki kecenderungan meningkat. Ternak sapi secara periodic memiliki permintaan yang tinggi yaitu menjelang Hari Raya Qurban, kebutuhan pesta-pesta, serta adanya permintaan sapi pembibitan dari Sulawesi dan Kalimantan, selain itu ternak sapi juga dapat dikembangkan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi daging harian. 3. Bentuk Investasi Usaha penggemukan sapi dan sapi bakalan dapat dilakukan dengan perorangan ataupun dengan sistem kandang kolektif. Dengan membangun pola kemitraan yang lebih khusus dalam hal pembinaan, dengan dukungan dana dari pihak terkait baik dari pemerintah, BUMN, pihak swasta dan pihak terkait lainya. Dengan kerjasama kemitraan secara terpadu dengan pengusaha peternakan besar atau dengan pedagang sapi local dan pemasaran sapi hasil penggemukan.

61

Potensi Ekonomi Kota Bima

BAB V PENUTUP
Pembangunan pertanian di kota Bima tidak terpisahkan dari wawasan integritas nasional, oleh karena itu arah pembangunan pertanian Kota Bima harus mampu mengikuti sekaligus memenuhi tuntutan pembangunan regional dan nasional tanpa mengabaikan kebutuhan fisik daerah. Tingginya keragaman biofisik dan social budaya di kota Bima dalam beberapa kondisi merupakan kendala, namun disisi lain merupakan potensi sebagai pendorong laju pembangunan pertanian daerah. Kejelian dan kecermatan kelompok perencana dan pelaksana pembangunan pertanian dalam memanfaatkan potensi dan mengatasi kendala tersebut. Arah dan tujuan pembanguna pertanian kota Bima selaras dengan spesifikasi wilayah sasaran berdasarkan kondisi agroekosistem setempat, sifat komoditas yang dikembangkan, kondisi infrastruktur dan situasi social budaya kelompok sasaran. Kondisi dan situasi tersebut tetap ditunjang dengan pula oleh factor kebijakan yang kondusif. Mengingat data produksi tanaman pangan (padi dan Palawija) merupakan salah satu ketahanan pangan nasional, dan penting bagi Kota Bima untuk dapat mencukupi panganya sendiri , serta ditinjau dari perhitungan LQ berdasarkan PDRB, dimana LQ pertanian, dan kehutanan tahun 2011 lebih dari satu sedangkan LQ untuk peternakan 0,82 lebih digenjot pertumbuhannya dengan berbagai program dan pembinaan dari pemerintah daerah kota Bima. Dengan memberikan bantuan dan kemudahan dalam dukungan dana dari pihak terkait baik dari pemerintah, BUMN, pihak swasta dan pihak terkait lainya. Maka LQ industri ini penting untuk lebih lanjut karena (LQ industry terutama industry pengolahan yang <1).

62

Anda mungkin juga menyukai