DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tujuan Kajian.
Manfaat Kajian
Tahapan Kajian
Lokasi Kegiatan..
10
13
15
17
18
21
24
26
28
31
33
34
37
38
III METODOLOGI
3.1 Data dan Sumber Data
42
43
43
45
46
49
51
52
52
VI
51
54
55
6.2. Saran.
55
DAFTAR PUSTAKA.
57
LAMPIRAN
59
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
49
vii
51
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
20
2. Tanaman Karet...
23
3. Tanaman Kopi
25
4. Tanaman Kakao.
27
5. Tanaman Pinang.
30
6. Tanaman Padi..
32
7. Tanaman Jagung..
34
36
9. Tanaman Jeruk.
37
39
45
47
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran
59
60
61
62
63
64
ix
BAB I
PENDAHULUAN
dengan
Malaysia,
Singapura
dan
Thailand.
Berdasarkan
catatan
keinginan konsumen dan memanfaatkan secara optimal potensi pasar yang ada
serta potensi pada pasar yang baru dengan memanfaatkan keunggulan komparatif
yang dimiliki melalui peningkatan efisiensi dan produktifitas usaha taninya.
Pengembangan wilayah ekonomi berbasis kepada pertanian termasuk di
dalamnya peternakan pada hakekatnya bertujuan untuk memfasilitasi, melayani dan
mendorong berkembangnya suatu sistem bisnis yang dapat berdaya saing,
menguntungkan
dan
berkelanjutan
untuk
meningkatkan
pendapatan
dan
Provinsi
membudidayakan,
Sumatera
memanfaatkan
Utara
dan
berwenang
mengawasi
untuk
merencanakan,
sumberdaya
yang
ada
komoditas
unggulan
merupakan
langkah
awal
menuju
2.
3.
4.
dilakukan dengan cara pengambilan langsung. Data ini berupa data primer
dan data sekunder yang diperoleh melalui penyebaran daftra kuisioner yang
telah disusun sebelumnya serta mengundang para ahli yang kompeten
melalui focus discussion group (FGD).
3. Analisis dan Pembahasan, analisis data yang diperoleh di analisis melalui
metode Location Quotient (LQ).
4. Paparan, merupakan tahap penyempurnaan dari kajian yang dilakukan di
depan para stakeholder dan pihak-pihak lainnya yang dianggap kompeten
dan terkait dengan kajian.
1.5. Tahapan Kajian
Tahapan kajian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
2.
Pengumpulan data
3.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.
Pengertian Agribisnis
Agribisnis adalah sebagai kegiatan yang meliputi seluruh sektor bahan masukan
usaha tani, produk yang memasok bahan masukan usaha tani yang terlibat dalam bidang
produksi dan pada akhirnya menangani pemrosesan, penyebaran, penjualan baik secara
borongan maupun penjualan eceran produk kepada konsumen akhir (Downey dan
Erickson, 1987). Selanjutnya Soekartawi (1999) menyatakan bahwa agribisnis adalah
suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata
rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan
pertanian dalam arti luas.
Sebagai suatu sistem, agribisnis terdiri dari beberapa sub sistem yaitu sub
sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, sub sistem usaha tani yaitu sebagai
mekanisme untuk menghasilkan produk, sub sistem agroindustri hilir yang mengolah
produk-produk primer sehingga tercipta produk yang mempunyai nilai tambah dan sub
sistem pemasaran. Pengembangan agribisnis tidak akan berhasil bila hanya
mengembangkan salah satu sub sistem saja (Soehardjo, 1993).
Dalam sistem agribisnis, karena antara satu sub sistem dengan sub sistem
lainnya saling berkaitan, maka untuk pengembangannya Soehardjo dalam GumbiraSaid dan Intan (2001) mengemukakan beberapa persyaratan berikut :
a.
b.
c.
Agribisnis
memerlukan
lembaga
penunjang
seperti
lembaga
keuangan,
10
b.
c.
d.
e.
2.2.
11
komoditas pertanian Indonesia maka ada tiga hal mendasar yang perlu diperhatikan
yaitu :
a.
b.
c.
adalah suatu aktivitas ekonomi yang dapat dilihat berdasarkan kemampuan aktivitas
ekonomi tersebut dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas ekonomi lainnya dalam
menggunakan sumberdaya domestik secara efisien dan ekonomis. Faktor utama yang
menentukan keunggulan komparatif diantaranya adalah tersedianya suatu faktor
produksi dalam jenis atau jumlah yang berbeda antara satu negara dengan negara lain
(factor endowment), adanya kenyataan bahwa pada sektor-sektor produksi tertentu
terkadang bisa lebih efisien apabila skala produksinya bertambah (economic of scale)
12
serta adanya perbedaan dalam jenis dan laju perkembangan teknologi (technological
progress).
Daya saing yang ditunjukkan melalui tingkat keunggulan komparatif
(comparative advantage) ini dapat dibagi atas dasar keunggulan komparatif alamiah
(natural comparative advantage) mencakup kondisi fisik lingkungan agroekologi
seperti kesuburan lahan dan iklim serta keunggulan komparatif buatan (artificial
comparative advantage) yaitu kondisi fisik buatan seperti teknologi yang digunakan,
jaringan transportasi, kebijakan, pemasaran dan fasilitas penelitian ataupun penyuluhan
(Bunasor, 1993).
Keunggulan daya saing suatu produk yang dihasilkan, salah satunya dapat
ditentukan oleh mutu produk. Gumbira-Said dan Dewi (2003) menyatakan bahwa
peraturan yang dapat digunakan dan diharapkan untuk mendukung diperolehnya mutu
produk
hortikultura
adalah
Keputusan
Menteri
Pertanian
Nomor
persepsi tentang tingkatan mutu produk itu sendiri serta mempermudah proses
pemasaran seperti dalam melakukan ekspor maka pembeli cukup memberikan standar
13
yang diinginkannya dari produk dan kepada pembeli tersebut cukup dikirimkan contoh
produknya tanpa perlu datang langsung ke lokasi produksi.
2.3.
luas adlah kegiatan budidaya atau on-farm activity yang sebetulnya dalam definisi lebih
tepat dikatakan sebagai kegiatan pertanian. Di bidang pertanian secara khusus, kegiatan
budidyaa pertanian yang dapat digarapun sangat bervariasi. Rentang usaha dimulai dari
skala yang sangat kecil atau skala hobi hingga skala industri dengan teknologi yang
cukup canggih. Pemilihan komoditas pun sangat bervariasi, seperti hortikultura (buah
atau sayur), komoditas yang berhubungan dengan tanaman pangan (beras, jagung,
kedelai dan lain-lain) Dari alternatif usaha yang demikian luas, bagi seorang wirausaha
baru, kegiatan-kegiatan yang relatif dekat dengan kehidupan dapat dijadikan pilihan
yang paling besar peluangnya. Sebagai contoh, usaha hortikultura dan produk-produk
estetika lainnya.
Selain kegiatan usahatani yang berbasis pada pertanian, kegiatan pertanian
berbasis peternakan atau perikanan pun sangat menjanjikan. Sekedar informasi
tambahan bahwa dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat luas terhadap
pola makan sehat, beberapa kelompok masyarakat sudah mulai mengalihkan
pemenuhan kebutuhan protein hewani dari red meat (seperti daging) pada white meat
(seperti ikan dan ayam) dari kondisi ini tentuanya dapat ditangkap bahwa peluang untuk
melakukan usaha perternakan menjadi sangat menarik.
14
mengamati
peluang,
menganalisis
proses
secara
mendalam
dan
15
memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi. Untuk memperoleh peluang suatu usaha
harus
memiliki
berbagai
kemampuan
dan
pengetahuan
seperti
kemampuan
menghasilkan produk atau jasa, menghasilkan nilai tambah, merintis usaha, melakukan
proses atau teknik. atau mengembangkan organisasi baru. Ide pasti menghasilkan
peluang, sebaliknya tidak adanya ide tidak akan menghasilkan peluang (Suryana,2006)
Keberhasilan dapat dicapai apabila suatu usaha menggunakan produk, proses
dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali perubahan. Oleh sebab itu inovasi
merupakan
instrument
penting
untuk
memberdayakan
sumber-sumber
agar
menghasilkan sesuatu yang baru dan menciptakan nilai secara terus menerus. Menurut
Zimmerer, ide-ide yang berasal dari suatu usaha dapat menciptakan peluang untuk
memenuhi kebutuhan riil dipasar. Ide-ide itu menciptakan nilai potensial (peluang
usaha), suatu usaha perlu mengidentifikasi dan mengevaluasi semua risiko yang
mungkin terjadi dengan cara :
1. Mengurangi kemungkinan resiko melalui strategi yang proaktif
2. Menyebarkan risiko pada aspek yang paling mungkin
3. Mengelola resiko yang mendatangkan nilai atau manfaat
2.4.
16
faktor yang akan diuraikan berikut ini. Faktor faktor yang dapat membuat sesuatu
wilayah memiliki keunggulan komperatif dapat dikelompokan sebagai berikut.
1. Pemberian alam, yaitu karena kondisi alam akhirnya wilayah itu memiliki
keunggulan untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Pemberian alam, antara lain
deposit bahan tambang (minyak, gas, emas, bijih besi, timah, dan lainya ) : kondisi
tanah yang khas (misalnya tanah deli untuk produksi tembakau Deli); Pemandangan
yang indah (misalnya Danau Toba dan alam pegunungan Karo) ; serta potensi alam
(misalnya air terjun untuk pembangkit listrik dan sumber air panas untuk
pembangkit listrik)
2. Masyarakatnya menguasai teknologi mutakhir (menemukan hal-hal baru ) untu jenis
produk tertentu, contoh masyarkat jepang, Amerika, dan Jerman.
3. Masyarakatnya menguasai keterampilan khusus, misalnya ukiran Jepara, ukiran Bali
dan kain songket batu bara.
4. Wilayah itu dekat dengan pasar, misalnya lokasi pabrik batu bata di sekitar lubuk
pakam dan Tanjung Morawa karean dekat dengan pasar, yaitu Medan.
5. Wilayah dengan aksebilitas yang tinggi, misalnya Singapura dengan lalu lintas yang
ramai (baik darat, laut, maupun udara) membuat angkutan barang/ penumpang bisa
lebih cepat, tepat waktu, dan lebih murah karean banyak pilihan.
6. Daerah konsentrasi/sentradari suatu kegiatan sejenis, misalnya produksi sepatu di
Cibaduyut (Jabar) dan sayur mayor di Tanah Karo. Daerah sentra bisa menjamin
17
kepastian adanya barang dalam kualitas dan kuantitas yang diinginkan dan ini bisa
menurunkan biaya pemasaran/ biaya transportasi.
7. Daerah agglomerasi dari berbagai kegiatan, yaitu memanfaatkan keuntungan
agglomerasi yaitu efisiensi dalam biaya produksi dan kemudahan dalam pemasaran.
8. Upah buruh yang rendah dan tersedia dalam julah yang cukup serta didukung oleh
keterampilan yang memadai dan mentalitas yang mendukung. Pengertian upah
buruh yang rendah adalah relatif, artinya harus dikaitkan dengan produktifitas.
9. Mentalitas masyarakat yang sesuai untuk pembangunan: Jujur, terbuka, mau bekerja
keras, dan disiplin sehingga lingkungan kehidupan aman, tertib, dan teratur. Kondisi
masyarakat seperti ini akan menjamin kelangsungan investasi, biaya investasi dan
biaya operasi yang lebih rendah dan efisien.
10. Kebijakan pemerintah, antara lain dengan menciptakan salah satu/beberapa factor
yang menciptakan keunggulan seperti disebutkan diatas. Ada juga cara yang bisa
dilakukan pemerintah yaitu dengan memberikan subsidi. Selama pemerintah masih
memberikan subsidi, keunggulan tersebut adalah keunggulan semu. Sistem subsidi
ini sering membuat pihak luar negeri, pembeli barang menuduh tidak fair dan
mencurigai adanya praktik dumping (Robinson Tarigan, 2005)
2.5. Diskripsi Sepuluh Komoditas Unggulan
Di Sumatera Utara terdapat berbagai komoditi hasil-hasil perkebunan, seperti
karet, sawit, kopi, nilam, jahe, kemiri, aren, pinang, kakao, kelapa, panili, kemenyan,
kulit manis, dan cengkeh. Sedangkan komoditi sayur-sayuran dan buah-buahan seperti
18
jagung, ubi kayu, padi, jeruk, markisa, rambutan. Dari komoditi yang ada, didapati ada
sepuluh yang menjadi komoditas unggulan Sumatera Utara yang terdiri dari terdiri dari :
1. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)
2. Karet (Hevea brasiliensis)
3. Kopi (Coffea spp.)
4. Coklat ( Ttheobromae cacao)
5. Pinang (Areca catechu)
6. Padi (Oryza sativa)
7. Jagung (Zea mays)
8. Ubi Kayu (Manihot utilisima)
9. Jeruk (Citrus sinensis)
10. Ayam ras
19
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious
diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi
penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara
bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Tanaman sawit dengan tipe cangkang
pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan
dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan. Buah sawit mempunyai
warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah
bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh
buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase
matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah
akan rontok dengan sendirinya.
Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan
embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Kelapa sawit berkembang
biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan
berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Minyak sawit
digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri
baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi.
20
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian
daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan
baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit
21
adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi.
Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin. Minyak inti menjadi bahan
baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan,
bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging
buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu
digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan
untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu
bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan
arang.
Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur
90C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan
cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang
dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam
lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur. Sisa pengolahan
buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan
difermentasikan menjadi kompos.
22
23
24
Kopi adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili
Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila
dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. daunnya bulat telur dengan ujung agak
meruncing. daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi
mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. tanaman ini
mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda.
Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur 2 tahun. Mulamula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang
reproduksi. Tetapi bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya tidak
25
berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas, dan hanya dihasilkan oleh tanamantanaman yang masih sangat muda.
Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada
cabang primer. Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup sekunder dan reproduktif yang
berubah fungsinya menjadi kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang
menjadi bunga secara serempak dan bergerombol.
26
masih
muda
disebut
cherelle,
dan
sampai
tiga
bulan
pertamasejak
perkembangannya akan terjadi cherelle wilt, yaitu buah muda menjadi kering dan
mengeras. Kehilangan buah dapat mencapai 80% dari seluruh buah yang semula
berkembang.
Pengembangan tanaman kakao, budidayanya memerlukan naungan. Tanpa
persiapan lahan dan tanpa persiapan naungan yang baik, pengembangan tanaman kakao
akan sulit diharapkan keberhasilannya. Tanaman penaung yang biasanya digunakan
adalah Moghania macrophylla sebagai penaung sementara dan, Lamtoro atau Glirisidia
sebagai penaung tetap, yang tidak memberikan manfaat ekonomis secara langsung bagi
petani, sehingga kurang menarik bagi petani.
Secara umum, dalam budidaya kakao juga dihadapi masalah harga komoditi
yang tidak menentu, kondisi lahan yang semakin menurun, serta mutlak diperlukannya
naungan dalam budidayanya. Oleh karema itu, maka pola diversifikasi tanaman kakao
merupakan peluang untuk pengembangan kakao dengan pemanfaatan tanaman yang
mempunyai nilai ekonomis seperti pisang sebagai penaung sementara, dan kelapa
sebagai penaung tetap, serta jati. sengon, atau tanaman lainnya sebagai tanaman tepi
blok kebun. Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah komoditas perkebunan yang
27
sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah
sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi
pekebun.
28
Pinang memiliki nama daerah seperti pineng, pineung (Aceh), pinang (Gayo),
batang mayang (Karo), pining (Toba), batang pinang (Minangkabau), dan jambe
(Sunda, Jawa) (Depkes RI, 1989). Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti
arekolin (C8 H13 NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine,
tanin terkondensasi, tannin terhidrolisis, flavan, senyawa fenolik, asam galat, getah,
lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam (Wang et al., 1996). Nonaka
29
(1989) menyebutkan bahwa biji buah pinang mengandung proantosianidin, yaitu suatu
tannin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid (Gambar 8).
Proantosianidin mempunyai efek antibakteri, antivirus, antikarsinogenik, antiinflamasi, anti-alergi, dan vasodilatasi (Fine, 2000). Fraksi flavonoid (flavonol,
antosianin,
flavan-3-ol,
dan
proantosianidin)
dari
ekstrak
cranberry
mampu
menghambat pertumbuhan sel melalui G1 dan G2/M arrest serta mampu menginduksi
apoptosis pada sel kanker payudara MDA-MB-435 (Ferguson et al., 2004).
30
31
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim Graminae atau
Glumiflorae). Sejumlah ciri suku (familia) ini juga menjadi ciri padi, misalnya :
- berakar serabut,
- daun berbentuk lanset (sempit memanjang),
- urat daun sejajar,
- memiliki pelepah daun,
- bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa floret,
- floret tersusun dalam spikelet, khusus untuk padi satu spikelet hanya memiliki
satu floret,
- buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir (Ing. grain) atau
kariopsis.
Padi tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia
yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang
lembab dan becek. Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman
moyang yang hidup di rawa. Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di
rawa-rawa (dapat ditemukan di sejumlah tempat di Pulau Kalimantan), kebutuhan padi
yang tinggi akan air pada sebagian tahap kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus
di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan oksigen ke bagian akar
32
Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma)
bercabang dua berbentuk sikat botol. Kedua organ seksual ini umumnya siap reproduksi
dalam waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma
jika telah masak. Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman berpenyerbukan
sendiri, karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama.
Setelah pembuahan terjadi, zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera
membelah diri. Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi
endospermia. Pada akhir perkembangan, sebagian besar bulir padi mengadung pati di
bagian endospermia. Bagi tanaman muda, pati berfungsi sebagai cadangan makanan.
Bagi manusia, pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.
33
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat.
Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga
menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung
juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya
(dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena),
dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya
akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah
direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
34
Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris
tengah 2 - 3 cm dan panjang 50 - 80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam.
35
Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan
simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan
keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi
manusia.
Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat
miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena
mengandung asam amino metionin. Jenis singkong Manihot esculenta pertama kali
dikenal di Amerika Selatan kemudian dikembangkan pada masa pra-sejarah di Brasil
dan Paraguay. Bentuk-bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat
ditemukan bertumbuh liar di Brasil selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar ada
banyak, semua varitas M. esculenta dapat dibudidayakan.
Produksi singkong dunia diperkirakan mencapai 184 juta ton pada tahun 2002.
Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di Amerika
Latin dan Kepulauan Karibia.Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia
(waktu itu Hindia Belanda) pada sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan
orang Portugis pada abad ke-16 ke Nusantara dari Brasil.
Umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah.
Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada kandungan racun glukosida
yang dapat membentuk asam sianida. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling
sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih segar, dan 50 kali lebih banyak
pada umbi yang rasanya pahit.
36
Pada jenis singkong yang manis, proses pemasakan sangat diperlukan untuk
menurunkan kadar racunnya. Dari umbi ini dapat pula dibuat tepung tapioka. Dimasak
dengan berbagai cara, singkong banyak digunakan pada berbagai macam masakan.
Direbus untuk menggantikan kentang, dan pelengkap masakan. Tepung singkong dapat
digunakan untuk mengganti tepung gandum, baik untuk pengidap alergi. Biasa
digunakan di negara-negara seperti di Amerika Latin, Karibia, Tiongkok, Nigeria dan
Eropa.
37
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina
dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu,
jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk
yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk
manis dan keprok dari Amerika dan Itali. Jeruk manis atau jeruk peras (Citrus sinensis
Osbeck) adalah perdu tropis dan subtropis yang menghasilkan buah dengan nama sama.
dan juga nama buahnya. Buah jeruk memiliki kulit berwarna hijau hingga jingga dan
daging buahnya mengandung banyak air. Sari buah jeruk merupakan minuman hasil
perasan jeruk yang populer.
38
1. Mamfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan,
dimana kandungan vitamin C yang tinggi.
2. Di beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes,
alcohol dan pectin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai
untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk
campuran kue.
3. Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional
penurun panas, pereda nyeri saluran nafas bagian atas dan penyembuh radang
mata.
Kulit buah jeruk biasa dikeringkan dan diolah menjadi bahan obat dan biasanya
dipakai dalam ramuan herbal atau jamu tradisional Tionghoa. Kulit jeruk dapat diolah
dengan cara tertentu menjadi manisan atau selai (marmalade). Cairan buah jeruk banyak
mengandung vitamin C.
39
Namun usaha peternakan juga mengenal resiko tinggi yang perlu diminimisasi
dengan perencanaan yang matang dan perhitungan semua factor pada setiap subsistem
agar kesinambungan usaha dapat diwujudkan. Salah satu resiko yang umum ditemui
ditingkat petani diantaranya adalah penyakit flu burung (avian influenza) dan juga
faktor kesalahan manusia yang sering ditimbulkan karena kelalaian dalam prosedur
produksi. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan kesalahan manusia misalnya jadwal
40
pemberian pakan seharusnya dilakukan 3 kali (pagi,siang dan sore), tetapi karena
sesuatu hal pakan ini diberikan sekaligus. Akibatnya kualitas pakan menjadi memburuk
sehingga menjadi keracunan. Hal-hal sepele seperti ini amat sering dijumpai di
lapangan, terutama jika loyalitas dan kecintaan pekerja dalam melaksanakan tugasnya
masih sangat disangsikan.
Dalam berternak ayam terdapata tiga factor yang harus diperhatikan yaitu
pembibitan, makan dan tata laksana (manajemen). Ketiga factor ini merupakan salah
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling menunjang satu sama lainnya.
Faktor bibit merupakan factor dalam beternak ayam . oleh karean itu perlu sekali
pengenalan terhadap ayam ras yang akan diternakan agar mendpaat ayam-ayam yang
mempunyai potensi genetic tinggi . Demikian juga kedua factor lain, akan menentukan
kesuksesan usaha. Faktor makanan perlu sekali pemikiran yang sempurna dan factor
tata laksanan membutuhkan ketetapan dan kemantapan (Wiharto, 1985)
41
Misalnya berapa tenaga kerja yang dibutuhkan, berapa besar modal untuk kegiatan
produksi ,meteria apa yang diperlukan, peralatan apa yang disediakan, bagaimana cara
mencapai tujuan dan yang terakhir bagaimana cara pemasaran hasil produksi. Tanpa
adanya perencanaan yang matang usaha itu tidak dapat menghasilkan apa-apa.
Sedangkan kebutuhan akan sarana sangat tergantung dari system pengolahan dan jenis
usahanya (irawan, 1996)
42
BAB III
METODOLOGI
Menurut Syafaat dan Supena (2000), konsep dan pengertian komoditas unggulan
dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi penawaran (supply) dan sisi permintaan (demand).
Dilihat dari sisi penawaran, komoditas unggulan merupakan komoditas yang paling
superior dalam pertumbuhanya pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi social
ekonomi petani disuatu wilayah tertentu. Kondisi social ekonomi ini mencakup
penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur misalnya pasar
dan kebiasaan petani setempat (Anonymous, 1995). Pengertian tersebut lebih dekat
dengan location advantage, sedangakan dilihat dari sisi permintaan, komoditas unggulan
merupakan komoditas yang mempunyai permintaan yang kuat baik untuk pasar
domestic maupun pasar international dan keunggulan komperatif.
Salah satu pendekatan untuk melihat sebaran komoditas pertanian termasuk
ternakn adalah menggunakan Location Quotient (LQ). LQ mengukur konsentrasi
relative atau derajat spesialisasi kegiatan ekonmi melalui pendekatan perbandingan. Inti
dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah
ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor itu sendiri tidak terbatas pada bentuk barangbarang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di
wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono, 2001 dan
Rusastra,2002)
3.1. Data dan Sumber Data
Untuk mengimplementasikan metode LQ dalam tulisan ini digunakan data areal
panen tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan populasi ternak. Sumber data
43
utama yang digunakan adalaah data sekunder dari statistic Indonesia yang tersedia di
BPS
3.2.
Analisis Data
a. Insert Data
Insert
sert data series menurut subsector kedalam spreedsheetdengan format kolom
dan baris. Kolom diisi nama wilayah dan tahun sedangkan baris diisi naman jenis
komoditas pertanian (tanaman atau ternak) yang dianalisis dengan menggunakan
Microsoft excel.
3.3.
Dimana :
pi = Luas areal panen komoditas di Kabupaten i
pt = Total luas tiap komoditas di Kabupaten
Pi = Luas areal panen tiap kom
komoditas di propinsi
Pt = Total luas areal komoditas di Propinsi
44
Contoh
Kriteria
Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga (3) criteria yaitu :
a. LQ>1 : artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan
komoditas memiliki keunggulan komperatif, Hasilnya tidak saja dapat
memenuhi kebutuhan wilayah bersangkutan. Akan tetapi juga dapat
diekspor ke luar wilayah.
b. LQ=1 : Komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan
komperatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.
c. LQ<1 : Artinya komoditas itu juga termasuk non basis. Produksi komoditas
disuatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga
perlu pasokan atau impor dari luar
Komoditas yang meng
menghasilkan
hasilkan nilai LQ>1 merupakan standar normative
untuk ditetapkan sebagai komoditas unggulan. Namun demikian ketiak banyak
komoditas disuatu wilayah yang menghasilkan LQ>1, sementara yang dicari hanya
satu, maka yang harus dipilih adalah komoditas yang mendapatkan
mendapatkan nilai LQ paling
tinggi karena nilai LQ semakin tinggi disuatu wilayah menunjukkan semakin tinggi
pula potensi keunggulan komoditas.
45
BAB IV
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
4.1.
Letak Geografis
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada 1 - 4
LU dan 98 - 100 BT. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam, sebelah timur dengan Malaysia di Selat Malaka, Sebelah Selatan dengan
Provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan sebelah Barat dengan Samudera Hindia.
46
Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71 680,68 km2, sebagian besar
berada di daratan Pulau Sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau
Batu serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau
Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas
daerah terbesar adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 12.163,65 km2 atau
16,97% diikuti Kabupaten Labuhan Batu dengan luas
9.223,18 km2 atau 12,87% kemudian diikuti Kabupaten Mandailing Natal dengan luas
6.620,70 km2 atau sekitar 9,23%. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga
dengan luas 10,77 km2 atau sekitar 0,02% dari total luas wilayah Sumatera Utara.
Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok
wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi dan Pantai Timur.
4.2. Jumlah Penduduk
Sumatera Utara merupakan Provini keempat yang terbesar jumlah penduduknya
di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut hasil
pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara keadaan
tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26 juta jiwa, dan dari hasil SP2000,
jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Pada bulan April tahun 2003
dilakukan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Dari
hasilpendaftaran
tersebut
diperoleh
jumlah
penduduk
sebesar
11.890.399
jiwa.Selanjutnya dari hasil estimasi jumlah penduduk keadaan Juni 2006 diperkirakan
sebesar 12.643.494 jiwa.
Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan
tahun 2006 meningkat menjadi 176 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk
47
Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun, dan
pada tahun 2000-2005 menjadi 1,37 % per tahun.Dan laju
pertumbuhan penduduk 2005 2006 mencapai 1.57 %. Penduduk laki-laki di Sumatera
Utara sedikit lebih banyak dari perempuan. Pada tahun 2006 Penduduk Sumatera Utara
yang berjenis kelamin perempuan berjumlah sekitar 6.318.990 jiwa dan penduduk lakilaki sebesar 6.324.504 jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Sumatera Utara
sebesar 100,09 persen. Penduduk Sumatera Utara masih lebih banyak tinggal di daerah
pedesaan dari pada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di
pedesaan adalah 6,94 juta jiwa (54,89 %) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar
5,70 juta jiwa (45,11 %).
Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mengalami turun naik dari tahun 1993
2006.
48
Sumatera Utara yang tergolong miskin hanya 1,23 juta jiwa dengan persentase sebesar
10,92 persen. Namun karena terjadinya krisis moneter secara maksimal termasuk
Sumatera Utara, penduduk miskin di Sumatera Utara tahun 1999 meningkat menjadi
16,74 persen dari total penduduk Sumatera Utara yaitu sebanyak 1,97 juta jiwa. Pada
tahun 2003 terjadi penurunan penduduk miskin baik secara absolute maupun secara
persentase, yaitu menjadi 1,89 juta jiwa atau sekitar 15,89 persen, sedangkan tahun
2004 jumlah dan persentase turun menjadi sebanyak 1,80 juta jiwa atau sekitar 14,93 %
kemudian pada tahun 2005 penduduk miskin turun menjadi 1,76 juta jiwa (14,28%),
namun akibat dampak kenaikan BBM pada Maret dan Oktober 2005 penduduk miskin
tahun 2006 meningkat menjadi 1,98 juta jiwa (15,66%)
49
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
dan ubikayu. Semua tanaman pangan yang diidentifikasi menyebar diseluruh wilayah
propinsi Sumatera Utara. Setiap wilayah propinsi Sumatera Utara memiliki dominasi
jenis tanaman tertentu. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 1.
Padi Sawah
652531
73.86
Jagung
194872
22.06
Ubi Kayu
35996
4.08
883399
100.00
10036.69
100.00
Jeruk
Karet
349768.52
44.47
Kelapa Sawit
354835.36
45.11
Kopi
28651.79
3.64
Coklat
49171.94
6.26
Pinang
4164.55
0.52
786592.16
100.00
50
Subsektor Unggas
10
Ayam Ras
41641.64
100.00
Dari data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa luas areal panen padi sawah paling
tinggi terdapat di Kabupaten Samosir sebesar 652 531 Ha atau 73.86 %, Jagung paling
tinggi terdapat di Karo sebesar 194872 atau 22.06 % dan Ubi kayu paling tinggi
terdapat di kota Tanjung Balai sebesar 35 996 Ha atau 4.08 %.
Pada subsector tanaman buah-buahan, luas areal panen Jeruk paling tinggi
terdapat di Kabupaten Karo sebesar 10036.69 Ha atau 100 %. Sedangkan Pada
Subsektor tanaman perkebunan pada karet paling tinggi terdapat di Tapanuli Tengah
sebesar 349768.52 Ha atau 44.47. Luas areal panen kelapa sawit paling tinggi di
kabupaten Labuhan Batu sebesar 354835.36 Ha atau 45.11 % . Luas areal panen kopi
tertinggi di Kabupaten Samosir sebesar 28651.79 Ha atau 3.64 %. Luas areal panen
coklat tertinggi di Kabupaten Karo sebesar 49171.94 Ha atau 6.26 %. Sedangkan
Pinang tertinggi di Kabupaten Deli Serdang sebesar 4164.55 Ha atau 0.52 persen.
Disisi lain pada subsektor unggas seperti populasi ayam ras tertinggi di Kabupaten
Serdang Bedagai sebanyak 41641.64 populasi atau 100 % dari sector unggas yang ada.
Ditinjau dari segi jenisnya, Tanaman pangan yang paling tinggi luas areal
panennya adalah padi sawah, kemudian diikuti jagung dan ubi kayu. Untuk tanaman
buah-buahan luas areal panen tertinggi adalah jeruk. Untuk tanaman perkebunan luas
areal panen tertinggi adalah kelapa sawit, kemudian diikuti tanaman karet, coklat, kopi
serta pinang. Untuk populasi unggas tertinggi adalah ayam ras.
51
5.2.
52
Padi Sawah
1.39
Samosir
Jagung
3.61
Karo
Ubi Kayu
5.76
Tanjung Balai
Jeruk
3.79
Karo
Karet
2.03
Tapanuli Tengah
Kelapa Sawit
1.71
Labuhan Batu
Kopi
23.06
Samosir
Coklat
5.12
Karo
Pinang
9.79
Deli Serdang
10
Ayam Ras
1.47
Serdang Bedagai
53
perkebunan itu, kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan paling unggul karena
sebaran kelapa sawit yang memiliki criteria LQ>1 berada di 14 wilayah kabupaten/kota
dengan luas lahan yang terbesar. Urutan kedua dan ketiga setelah kelapa sawit adalah
tanaman karet berada di 17 kabupaten dengan luas yang lebih besar. Di urutan ketiga,
tanaman coklat berada di 18 kabupaten dengan luas yang besar ,dan urutan keempat,
tanaman kopi berada di 13 kabupaten dengan luas yang cukup besar. Serta urutan
kelima terbesar adalah pinang menyebar di 16 wilayah kabupaten (Lampiran 3).
Tabel 2 menunjukkan, dilihat dari kisaran nilainya, nilai LQ kelapa sawit pada
14 wilayah kabupaten /kota itu bekisar 1.71 artinya produksi kelapa sawit di wilayah
itu tingkat konsentrasi areal panennya 1.71 kali lebih tinggi dibandingkan areal panen
kelapa sawit di Sumatera Utara. Nilai LQ padi sawah paling tinggi di Kabupaten
Labuhan Batu.
Pada tanaman karet dilihat dari kisaran nilainya, nilai LQ karet pada 17 wilayah
kabupaten/kota itu bekisar 2.03 artinya produksi karet di wilayah itu tingkat konsntrasi
area panennya sebesar 2.03 kali lebih tinggi dibandingkan seluruh areal panen karet di
Sumatera Utara. Nilai LQ karet paling tinggi di Kabupaten Tapanuli Tengah. Pada
tanaman coklat dilihat dari kisaran nilainya, nilai LQ coklat pada 18 wilayah
kabupaten/kota itu bekisar 5.12 artinya produksi coklat di wilayah itu tingkat konsntrasi
area panennya sebesar 5.12 kali lebih tinggi dibandingkan seluruh areal panen coklat di
Sumatera Utara. Nilai LQ coklat paling tinggi di Kabupaten Karo.
Pada tanaman kopi dilihat dari kisaran nilainya, nilai LQ kopi pada 13 wilayah
kabupaten/kota itu bekisar 23.06 artinya produksi kopi di wilayah itu tingkat konsntrasi
area panennya sebesar 23.06 kali lebih tinggi dibandingkan seluruh areal panen kopi di
54
Sumatera Utara. Nilai LQ kopi paling tinggi di Kabupaten Samosir. Pada tanaman
pinang dilihat dari kisaran nilainya, nilai LQ karet pada 16 wilayah kabupaten/kota itu
bekisar 9.79 artinya produksi pinang di wilayah itu tingkat konsntrasi area panennya
sebesar 9.79 kali lebih tinggi dibandingkan seluruh areal panen pinang di Sumatera
Utara. Nilai LQ pinang paling tinggi di Kabupaten Deli Serdang.
5.2.4. Subsektor peternakan
Subsektor peternakan bahasanya difokuskan pada unggas. Pada peternakan
unggas yaitu ayam ras dilihat dari kisaran nilainya, nilai LQ ayam ras pada 26 wilayah
kabupaten/kota itu bekisar 1.47 artinya produksi ternak unggas di wilayah itu tingkat
konsntrasi populasinya sebesar 1.47 kali lebih tinggi dibandingkan seluruh populasi
ternak uggas ayam ras di Sumatera Utara. Nilai LQ ayam ras paling tinggi di Serdang
Bedagai.
55
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
1.
di
variatif.
tertentu,
namun
3.
berpeluang
dan layak untuk dikembangkan adalah budidaya Kopi yang ada di Samosir
dimana LQ = 23.06
4.
Strategis
pengembangan
komoditas
unggulan
melalui
peningkatan
Saran
1.
56
2.
3.
4.
57
DAFTAR PUSTAKA
Amien, I. 1997. Karakteristik dan Analisis Agroekologi. Pusat Penelitian Agroklimat.
Bogor.
Ayonymous, 1995. Visi Pertanian Abad 21. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian . Jakarta
Backer, C.A., and Van Den Brink, R.C., 1968, Flora of Java (Spermatophytes Only),
Noordhoff NV, Groningen, Netherlands, Vol III, p.164-194.
BPS 2007. Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2007. Jakarta
Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, p. 55-58.
Ferguson, P.J., Kurowska, E., Freeman, D.J., dan Koropatnick, D.J., 2004, A Flavonoid
Fraction from Cranberry Extract Inhibits Proliferation of Human Tumor Cell
Lines, J. Nutr. 134:1529-1535.
Fine, A.M., 2000, Oligomeric Proanthocyanidin Complexes: History, Structure, and
Phytopharmaceutical Applications, Altern Med Rev, 5(2):144-151.
Hendayana, R. 2003. Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) dalam penentuan
Komoditas Unggulan Nasional. Jurnal Informatikan PertanianVolume 12;1-21.
Irawan, Agus. 1996. Ayam-Ayam Pedaging Unggul. Aneka Solo.
Krisnamurthi, B. 2007. Langkah Sukses Memulai Agribisnis. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Lee, K.K., and Choi, J.D., 1999, The Effects of Areca Catechu L Extract on AntiInflammation and Anti-Melanogenesis, International Journal of Cosmetic
Science 21(4):275-284.
Leigh, M.J., 2003, Health Benefits of Grape Seed Proanthocyanidin Extract (GSPE),
Nutrition Noteworthy, 6(1): article 5.
Muslihat,E.J. 2007. Kajian Aspek Ekonomi Komoditas Unggulan di Kecamatan
Caringin
Nonaka, G., 1989, Isolation and structure elucidation of tannins, Pure & Appl. Chem, 61
(3): 357-360.
Suryana. 2006. Kewirausahan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta
58