Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN AKHIR

KAJIAN PELUANG BISNIS BAGI


SEPULUH KOMODITI UNGGULAN
DI SUMATERA UTARA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


PROVINSI SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Tujuan Kajian.

Manfaat Kajian

Ruang Lingkup Kegiatan Kajian.

Tahapan Kajian

Lokasi Kegiatan..

II. TINJAUAN PUSTAKA...

2.1. Pengertian Agribisnis.

2.2. Keunggulan Daya Saing...

10

2.3. Peluang Usaha Pada Kegiatan Budidaya.

13

2.4. Faktor-Faktor Yang Bisa Membuat Suatu Wilayah Memiliki


Keunggulan Komperatif (Comperative Advantage)

15

2.5. Diskripsi Sepuluh Komoditas Unggulan .

17

2.5.1. Kelapa Sawit (Elais guinensis).

18

2.5.2. Karet (Hevea brasiliensis)

21

2.5.3. Kopi (Coffee spp)..

24

2.5.4. Coklat (Theobroma cacao)...

26

2.5.5. Pinang (Areca catechu).

28

2.5.6. Padi (Oryza sativa)...

31

2.5.7. Jagung (Zea mays)

33

2.5.8. Ubi Kayu (Manihot utilisima)...

34

2.5.9. Jeruk (Citrus sinensis)...

37

2.5.10. Ayam Ras..

38

III METODOLOGI
3.1 Data dan Sumber Data

42

3.2 Analisis Data...

43

3.3 Menghitung Location Quotient (LQ) ..

43

IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

4.1. Letak Geografis

45

4.2. Jumlah Penduduk

46

HASIL DAN PEMBAHASAN

49

5.1. Keragaan Komoditi Unggulan.


5.2. Sebaran Komoditi Unggulan
5.2.1. Subsektor Tanaman Pangan.

51

5.2.2. Subsektor Tanaman Hortikultura.

52

5.2.3. Subsektor Tanaman Perkebunan..

52

5.2.4. Subsektor Peternakan

VI

51

54

KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan ..

55

6.2. Saran.

55

DAFTAR PUSTAKA.

57

LAMPIRAN

59

vi

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel

1. Keragaan Luas Areal Komoditi Unggulan di Sumatera Utara..

49

2. Sebaran Kabupaten Yang Memiliki Komoditi Unggulan dan Wilayah


Utama.

vii

51

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1. Tanaman Kelapa Sawit..

20

2. Tanaman Karet...

23

3. Tanaman Kopi

25

4. Tanaman Kakao.

27

5. Tanaman Pinang.

30

6. Tanaman Padi..

32

7. Tanaman Jagung..

34

8. Tanaman Ubi Kayu.

36

9. Tanaman Jeruk.

37

10. Ayam Ras.

39

11. Peta Sumatera Utara

45

12. Jumlah Penduduk Sumatera Utara 2002-2006

47

viii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran

1. Luas Panen Komoditi Subsektor Tanaman Pangan..

59

2. Hasil LQ subsector Tanaman Pangan

60

3. Luas Panen Komoditi Subsektor Tanaman Perkebungan.

61

4. Hasil LQ subsector Tanaman Perkebungan .

62

5. Luas Populasi Komoditi Subsektor Unggas..

63

6. Hasil LQ subsector komoditi unggas.

64

ix

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menghadapi persaingan era global saat ini yang antara lain dicirikan oleh
semakin terbukanya pasar pada masing-masing negara, maka pembangunan suatu
negara yang berbasis pada agribisnis dengan kemampuan menghasilkan komoditas
unggulan dapat menjadi salah satu penggerak dan pendorong perekonomian negara
tersebut. Adanya komoditas unggulan berarti suatu negara mampu menghasilkan
produk dengan atribut khas yang diantaranya disebabkan oleh adanya faktor
sumberdaya domestik.
Keunggulan komoditas ini juga harus berusaha diciptakan. Penyediaan
produk bermutu mesti dilakukan yang diikuti dengan peningkatan produktifitas dan
efisiensi sehingga komoditas tersebut mempunyai daya saing yang tinggi.
Peningkatan ini diharapkan mampu meminimalisasi ancaman dari negara-negara
pesaing sekaligus membuka peluang bagi terciptanya pasar yang semakin luas.
Daya saing adalah merupakan gambaran kemampuan produsen untuk
menghasilkan suatu komoditas dengan mutu yang baik dan biaya produksi yang
serendah-rendahnya sehingga pada tingkat harga yang terjadi di pasar, produsen
dapat memperoleh keuntungan dan mempertahankan kelanjutan produksinya.
Untuk analisis daya saing suatu komoditas, biasanya ditinjau dari sisi
penawarannya karena struktur biaya produksi merupakan komponen utama yang
akan menentukan harga jual komoditas tersebut (Salvatore, 1997).

Dalam upaya meningkatkan daya saing tersebut, pemerintah harus mampu


memberi dukungan bagi perbaikan seluruh sub sistem dan tata nilai agribisnis
sehingga seluruh aktivitas, baik pada areal pertanaman (on farm) maupun sektor
lain yang mendukungnya (off farm) dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Keberhasilan perbaikan ini salah satunya terletak pada sumberdaya manusia yang
terampil dan handal. Dengan demikian kemampuan sumberdaya manusia pertanian
selama ini yang hanya berwawasan budidaya, ditingkatkan dengan adanya wawasan
bisnis serta penguasaan manajerial dan teknologi.
Sumatera Utara sebagai provinsi ketiga terbesar di Indonesia, merupakan
daerah yang terkenal dengan produk pertaniannya. Daerah yang merupakan
kawasan segi tiga emas di Asia Tenggara, merupakan provinsi yang bertetangga
dekat

dengan

Malaysia,

Singapura

dan

Thailand.

Berdasarkan

catatan

kependudukan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik provinsi Sumatera


Utara tahun 2007 menunjukkan bahwa penduduk Sumatera Utara berjumlah 13.3
juta orang, dimana masyarakat miskin sampai dengan tahun 2007 sebesar 13.3%
atau 1.729.000 orang. Hingga saat ini lebih dari setengah (54.89 %) masyarakat
Sumatera Utara mengambil tempat tinggal di wilayah pedesaan. Kondisi ini
merupakan indikator penting dalam penentuan kebijakan ekonomi terutama pada
sektor pertanian.
Pengembangan agribisnis tersebut dapat dilakukan melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi. Pengembangan ini harus mampu memadukan kegiatan budidaya
yang diselaraskan dengan keinginan pasar. Gonarsyah (2003), menyatakan bahwa
dalam upaya orientasi pasar ini sebaiknya diarahkan pada usaha untuk memenuhi

keinginan konsumen dan memanfaatkan secara optimal potensi pasar yang ada
serta potensi pada pasar yang baru dengan memanfaatkan keunggulan komparatif
yang dimiliki melalui peningkatan efisiensi dan produktifitas usaha taninya.
Pengembangan wilayah ekonomi berbasis kepada pertanian termasuk di
dalamnya peternakan pada hakekatnya bertujuan untuk memfasilitasi, melayani dan
mendorong berkembangnya suatu sistem bisnis yang dapat berdaya saing,
menguntungkan

dan

berkelanjutan

untuk

meningkatkan

pendapatan

dan

kesejahteraan masyarakat petani Sumatera Utara. Memasuki era globalisasi dan


perdagangan bebas serta pemberlakuan otonomi daerah, Provinsi Sumatera Utara
terus menggali dan memanfaatkan potensi wilayahnya secara optimum. Provinsi
Sumatera Utara mempunyai potensi sumber daya alam berupa lahan dan perairan
yang cukup besar.
Upaya Sumatera Utara untuk menjadi kawasan industri dan juga kawasan
agroindustri yang berbasis kepada komoditas yang layak ekspor ke mancanegara
terus meningkat dari tahun ke tahun. Penanam modal asing di Sumatera Utara terus
berkembang dari tahun ke tahun disebabkan tersedianya bahan baku dalam jumlah
yang besar. Pelaku industri datang sendiri langsung ke provinsi Sumatera Utara
karena bahan baku yang tersedia untuk komoditi kelapa sawit, karet, kakao, kopi
cukup melimpah. Disusul dengan produksi tanaman agropolitan seperti jeruk,
jagung, padi dan lain-lainnya.
Kawasan bisnis yang dibangun di daerah dirancang dalam rangka
merangsang tumbuhnya inverstasi masyarakat dan swasta serta menggerakkan
partisipasi masyarakat dan dunia usaha, sehingga diharapkan dapat dijadikan

sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah. Sesuai dengan UU 32 Tahun 2004,


Pemerintah

Provinsi

membudidayakan,

Sumatera

memanfaatkan

Utara
dan

berwenang
mengawasi

untuk

merencanakan,

sumberdaya

yang

ada

didaerahnya. Pertanian yang merupakan produk unggulan di Sumatera Utara


sebaiknya dikembangkan menjadi program perencanaan bisnis secara operasional
manajemen yang dilaksanakan melalui penetapan dan perencanaan suatu kawasan
bisnis yang disesuaikan dengan keunggulan produk di daerah yang termasuk
wilayah Sumatera Utara baik secara kompetitif maupun secara komperatif sebagai
basis usaha untuk menghasilkan produk-produk yang berdaya saing sesuai dengan
tuntutan pasar global.
Penentuan

komoditas

unggulan

merupakan

langkah

awal

menuju

pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih


keunggulan komperatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan.
Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan mengembangkan komoditas yang
mempunyai unggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun
permintaan. Di tinjau dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh
superioritas dalam pertumbuhannya pad kondisi biofisik, teknologi dan kondisi
sosial ekonomi petani di suatu wilayah. Sedangkan dari sisi permintaan, komoditas
unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar baik pasar domestic maupun
internasional (Syafaat dan Supena, 2000).
Provinsi Sumatera Utara telah mengkaji pengembangan wilayah ekonomi
yang berbasis komoditas unggulan baik hasil pertanian tanaman keras, tanaman
buah-buahan, sayur-sayuran dan peternakan yang akan diwujudkan dalam satu

program komoditi unggulan Sumatera Utara. Komoditas unggulan dimaksud adalah


sepuluh komoditas unggulan yang terdiri dari tanaman keras / perkebunan seperti
kelapa sawit, karet, kopi, kakao dan pinang. Sedangkan komoditas tanaman pangan
seperti padi, jagung, ubi kayu, komoditas tanaman buah-buahan yaitu jeruk serta
peternakan yaitu ayam ras.
Penetapan sepuluh produk unggulan Sumatera Utara ditinjau dari aspek luas
areal tanam, peluang ekspor ke manca negara, dukungan infra struktur yang ada,
teknologi pengelolaan baik dari hulu sampai ke hilir, biaya yang dikeluarkan
relative rendah, permintaan pasar yang tinggi, keterlibatan masyarakat sekitarnya,
dan tersedianya akses teknologi. Pengembangan usaha komoditas wilayah yang
sesuai dengan kondisi lahan dan berskala luas dapat menginkatkan efisiensi usaha
tani, menjaga

kelestarian sumberdaya lahan dan meningkatkan aktifitas

perdagangan antar provinsi dan antar negara sehingga dapat meningkatkan


pendapatan petani.
Masalah yang sering dihadapi dalam penyusunan dan perencanaan
pembangunan komoditas pertanian adalah tidak tersedianya informasi sumberdaya
lahan suatu daerah. Untuk keperluan alih teknologi yang dihasilakan oleh pusatpusat penelitian komoditas ke daerah pertumbuhan baru diperlukan data lahan dan
lingkungan dari daerah yang menjadi sasaran pengembangan (Amien, 1986). Di
samping itu, masalah utama lainnya adalah akses permodalan yang terbatas,
produksi komoditas yang sering naik turun dan daerah pemasaran yang belum
secara optimal dijadikan tempat pemasaran hasil produksi pertanian tersebut.

1.2. Tujuan Kajian


Tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1.

Melakukan kajian tentang potensi sepuluh produk unggulan yang ditetapkan


untuk dijadikan sepuluh produk unggulan Sumatera Utara.

2.

Menjajaki pemasaran sepuluh produk unggulan yang ditetapkan untuk


dijadikan sepuluh produk unggulan Sumatera Utara.

3.

Meningkatkan pemasukan bagi petani produk unggulan yang ditetapkan


untuk dijadikan sepuluh produk unggulan Sumatera Utara.

4.

Memberikan jawaban atas permasalahan pada produk unggulan yang


ditetapkan untuk dijadikan sepuluh produk unggulan Sumatera Utara.

1.3. Manfaat Kajian


Manfaat kajian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Memberikan masukan bagi pengambil keputusan / kebijakan terkait produk
unggulan Sumatera Utara.
2. Memberikan data dan informasi tentang potensi bisnis produk unggulan
masing-masing daerah kajian.
1.4. Ruang Lingkup Kegiatan Kajian
Untuk mencapai tujuan kajian ini, maka beberapa tahapan yang akan dilakukan
antara lain sebagai berikut :
1. Survei awal, yang berisikan untuk mendapatkan data-data awal sebagai
masukan untuk menyusun pengumpulan data yang lebih rinci dan terarah.
2. Pengumpulan data, dilakukan secara variasi serta saling mendukung satu
sama lainnya. Pengumpulan data yang berkenaan dengan konteks kajian

dilakukan dengan cara pengambilan langsung. Data ini berupa data primer
dan data sekunder yang diperoleh melalui penyebaran daftra kuisioner yang
telah disusun sebelumnya serta mengundang para ahli yang kompeten
melalui focus discussion group (FGD).
3. Analisis dan Pembahasan, analisis data yang diperoleh di analisis melalui
metode Location Quotient (LQ).
4. Paparan, merupakan tahap penyempurnaan dari kajian yang dilakukan di
depan para stakeholder dan pihak-pihak lainnya yang dianggap kompeten
dan terkait dengan kajian.
1.5. Tahapan Kajian
Tahapan kajian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1.

Pengambilan sampel data untuk kajian.

2.

Pengumpulan data

3.

Analisis dengan metode LQ dan Pembahasan Hasil

1.6. Lokasi Kegiatan


Kegiatan ini mengambil lokasi di provinsi Sumatera Utara.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.

Pengertian Agribisnis
Agribisnis adalah sebagai kegiatan yang meliputi seluruh sektor bahan masukan

usaha tani, produk yang memasok bahan masukan usaha tani yang terlibat dalam bidang
produksi dan pada akhirnya menangani pemrosesan, penyebaran, penjualan baik secara
borongan maupun penjualan eceran produk kepada konsumen akhir (Downey dan
Erickson, 1987). Selanjutnya Soekartawi (1999) menyatakan bahwa agribisnis adalah
suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata
rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan
pertanian dalam arti luas.
Sebagai suatu sistem, agribisnis terdiri dari beberapa sub sistem yaitu sub
sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, sub sistem usaha tani yaitu sebagai
mekanisme untuk menghasilkan produk, sub sistem agroindustri hilir yang mengolah
produk-produk primer sehingga tercipta produk yang mempunyai nilai tambah dan sub
sistem pemasaran. Pengembangan agribisnis tidak akan berhasil bila hanya
mengembangkan salah satu sub sistem saja (Soehardjo, 1993).
Dalam sistem agribisnis, karena antara satu sub sistem dengan sub sistem
lainnya saling berkaitan, maka untuk pengembangannya Soehardjo dalam GumbiraSaid dan Intan (2001) mengemukakan beberapa persyaratan berikut :
a.

Pengembangan agribisnis harus mampu mengembangkan seluruh sub sistem di


dalamnya karena tidak ada satupun yang lebih penting dibanding dengan yang
lainnya.

b.

Setiap subsistem mempunyai keterkaitan ke belakang dan ke depan. Keterkaitan


kebelakang dapat dilihat dari keterkaitan subsistem pengolahan yang akan
berfungsi dengan baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang
dihasilkan pada subsistem produksi. Keterkaitan ke depan dapat dilihat dari
keterkaitan antara subsistem pengolahan yang akan berhasil dengan baik jika
diperoleh pasar untuk produknya.

c.

Agribisnis

memerlukan

lembaga

pendidikan, penelitian, pertanahan

penunjang

seperti

lembaga

keuangan,

dan perhubungan. Lembaga-lembaga

penunjang kebanyakan berada di luar sektor pertanian sehingga sektor pertanian


semakin erat terkait dengan sektor lainnya.
d.

Agribisnis melibatkan pelaku dari berbagai pihak (BUMN/pemerintah, swasta dan


petani itu sendiri) dengan berbagai perannya masing-masing. Kualitas sumber
daya manusia pelaku ini sangat menentukan berfungsinya suatu subsistem
agribisnis.
Selanjutnya Solahuddin (1999), menyatakan bahwa strategi pokok dalam

pengembangan agribisnis sebagai leading sector adalah :


a.

Diperlukan penyamaan visi, persepsi dan keberpihakan berbagai pihak dalam


mendukung penempatan agribisnis sebagai leading sector. Dukungan politisi,
organisasi dan kelembagaan petani dan pelaku agribisnis harus kuat dan
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi elit politik dalam memperjuangkan
kepentingan agribisnis.

10

b.

Strategi pengembangan agribisnis harus dimulai dengan penataan kembali


kebijakan makro dan mikro yang memberikan insentif bagi pembangunan
agribisnis.

c.

Kelembagaan pelayanan perkreditan, penyuluhan, manajemen, teknologi dan


informasi harus diperkuat sehingga menjadi kekuatan pendukung yang kokoh dan
berinteraksi dengan pelaku agribisnis dalam pola yang saling menguntungkan.
Reorientasi dan reorganisasi kelembagaan ini harus dilakukan sehingga sektor
pemerintah dan swasta dapat berperan lebih optimal.

d.

Perbaikan struktur pasar dalam negeri melalui penataan kembali lembaga


pemasaran komoditas pada seluruh rantai sub sistem agribisnis.

e.

Ditingkat mikro, usaha-usaha yang dilakukan meliputi promosi, peningkatan daya


saing produk, peningkatan investasi dan pembinaan sumberdaya manusia.
Pembinaan dilakukan pada berbagai tingkatan mulai dari tingkat petani,
pengusaha kecil, pengusaha menengah dan besar dalam manajemen mutu,
pemanfaatan peluang pasar dan kerjasama yang saling menguntungkan antar
pelaku agribisnis.

2.2.

Keunggulan Daya Saing


Keunggulan daya saing pada dasarnya berkembang dari nilai yang mampu

diciptakan oleh sebuah perusahaan untuk konsumennya yang melebihi biaya


perusahaan dalam menciptakannya. Nilai tersebut adalah apa yang konsumen sedia
bayar dan nilai unggul yang berasal dari tawaran harga lebih rendah dari pesaing untuk
manfaat yang sepadan (Porter, 1994).

11

Saragih (1998), menyatakan bahwa

dalam upaya meningkatkan daya saing

komoditas pertanian Indonesia maka ada tiga hal mendasar yang perlu diperhatikan
yaitu :
a.

Kemampuan untuk menghasilkan suatu komoditi yang mempunyai keunggulan


komparatif (comparative advantage) seperti dengan menghasilkan suatu komoditi
yang lebih murah dari pesaing. Namun hal ini juga tidak cukup untuk menjamin
keunggulan daya saing di pasar.

b.

Kemampuan menyediakan produk yang sesuai dengan preferensi konsumen yang


berkembang. Negara-negara agribisnis seperti Australia mampu bersaing di pasar
internasional disebabkan oleh kemampuan negara tersebut dalam menjual apa
yang diinginkan konsumen bukan menjual apa yang dihasilkan.

c.

Kemampuan untuk mendayagunakan seluruh keunggulan komparatif yang


dimiliki mulai dari hulu (up stream industry) hingga hilir (down stream industry)
dalam menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan preferensi konsumen.
Keunggulan komparatif sebagaimana yang dinyatakan oleh Boediono (2001)

adalah suatu aktivitas ekonomi yang dapat dilihat berdasarkan kemampuan aktivitas
ekonomi tersebut dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas ekonomi lainnya dalam
menggunakan sumberdaya domestik secara efisien dan ekonomis. Faktor utama yang
menentukan keunggulan komparatif diantaranya adalah tersedianya suatu faktor
produksi dalam jenis atau jumlah yang berbeda antara satu negara dengan negara lain
(factor endowment), adanya kenyataan bahwa pada sektor-sektor produksi tertentu
terkadang bisa lebih efisien apabila skala produksinya bertambah (economic of scale)

12

serta adanya perbedaan dalam jenis dan laju perkembangan teknologi (technological
progress).
Daya saing yang ditunjukkan melalui tingkat keunggulan komparatif
(comparative advantage) ini dapat dibagi atas dasar keunggulan komparatif alamiah
(natural comparative advantage) mencakup kondisi fisik lingkungan agroekologi
seperti kesuburan lahan dan iklim serta keunggulan komparatif buatan (artificial
comparative advantage) yaitu kondisi fisik buatan seperti teknologi yang digunakan,
jaringan transportasi, kebijakan, pemasaran dan fasilitas penelitian ataupun penyuluhan
(Bunasor, 1993).
Keunggulan daya saing suatu produk yang dihasilkan, salah satunya dapat
ditentukan oleh mutu produk. Gumbira-Said dan Dewi (2003) menyatakan bahwa
peraturan yang dapat digunakan dan diharapkan untuk mendukung diperolehnya mutu
produk

hortikultura

adalah

Keputusan

Menteri

Pertanian

Nomor

481/Kpts/OT.210/5/98 tentang Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Untuk


Komoditi Hasil Pertanian.
Menurut Badan Standarisasi Nasional (2004), standarisasi adalah suatu ukuran
yang berkaitan dengan tingkat mutu suatu produk yang dapat digunakan dengan
berdasarkan warna, ukuran atau volume, bentuk, susunan, ukuran jumlah dan jenis zat
yang terkandung, kadar air serta tingkat kematangan. Standarisasi sebagai ukuran untuk
tingkatan mutu produk memegang penting pada saat ini karena akan dapat memenuhi
kriteria-kriteria yang diinginkan oleh

pasar ataupun konsumen, adanya kesamaan

persepsi tentang tingkatan mutu produk itu sendiri serta mempermudah proses
pemasaran seperti dalam melakukan ekspor maka pembeli cukup memberikan standar

13

yang diinginkannya dari produk dan kepada pembeli tersebut cukup dikirimkan contoh
produknya tanpa perlu datang langsung ke lokasi produksi.
2.3.

Peluang Usaha Pada Kegiatan Budidaya


Persepsi agribisnis yang selama ini lebih banyak di mengerti oleh masyarakat

luas adlah kegiatan budidaya atau on-farm activity yang sebetulnya dalam definisi lebih
tepat dikatakan sebagai kegiatan pertanian. Di bidang pertanian secara khusus, kegiatan
budidyaa pertanian yang dapat digarapun sangat bervariasi. Rentang usaha dimulai dari
skala yang sangat kecil atau skala hobi hingga skala industri dengan teknologi yang
cukup canggih. Pemilihan komoditas pun sangat bervariasi, seperti hortikultura (buah
atau sayur), komoditas yang berhubungan dengan tanaman pangan (beras, jagung,
kedelai dan lain-lain) Dari alternatif usaha yang demikian luas, bagi seorang wirausaha
baru, kegiatan-kegiatan yang relatif dekat dengan kehidupan dapat dijadikan pilihan
yang paling besar peluangnya. Sebagai contoh, usaha hortikultura dan produk-produk
estetika lainnya.
Selain kegiatan usahatani yang berbasis pada pertanian, kegiatan pertanian
berbasis peternakan atau perikanan pun sangat menjanjikan. Sekedar informasi
tambahan bahwa dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat luas terhadap
pola makan sehat, beberapa kelompok masyarakat sudah mulai mengalihkan
pemenuhan kebutuhan protein hewani dari red meat (seperti daging) pada white meat
(seperti ikan dan ayam) dari kondisi ini tentuanya dapat ditangkap bahwa peluang untuk
melakukan usaha perternakan menjadi sangat menarik.

14

Kegiatan usahatani berbasiskan peternakan juga sangat mungkin dilakukan,


Berternak ayam ras (ayam potong) merupakan usaha yang sangat prospektif jika
ditinjau dari tingkat permintaan yang sangat tinggi terhadap produk ini. Jika
dibandingan dengan usaha ternak besar(sapi), usaha ini lebih mungkin dilakukan oleh
masyarat luas.
Namun usaha peternakan juga mengenal resiko tinggi yang perlu diminimisasi
dengan perencanaan yang matang dan perhitungan semua factor pada setiap subsistem
agar kesinambungan usaha dapat diwujudkan. Salah satu resiko yang umum ditemui
ditingkat petani diantaranya adalah penyakit flu burung (avian influenza) dan juga
faktor kesalahan manusia yang sering ditimbulkan karena kelalaian dalam prosedur
produksi. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan keslaah manusia misalnya jadwal
pemberian pakan seharusnya dilakukan 3 kali (pagi,siang dan sore), tetapi karena
sesuatu hal pakan ini diberikan sekaligus. Akibatnya kualitas pakan menjadi memburuk
sehingga menjadi keracunan. Hal-hal sepele seperti ini amat sering dijumpai di
lapangan, terutama jika loyalitas dan kecintaan pekerja dalam melaksanakan tugasnya
masih sangat disangsikan.
Pemahaman terhadap kegiatan yang ditawarkan dalam kegiatan agribisnis sangat
penting dalam pencarian ide usaha. Keterkaitan dalam subsistem off-farm, on-farm,
serta fasilitas pendukungnya sangat mempengaruhi wacana seseorang dalam pencarian
ide (Bayu Krisnamurthi, 2007)
Ide dapat menjadi peluang jika suatu usaha bersedia melakukan evaluasi
terhadap peluang secara terus menerus melalui proses penciptaan sesuatu yang baru dan
berbeda,

mengamati

peluang,

menganalisis

proses

secara

mendalam

dan

15

memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi. Untuk memperoleh peluang suatu usaha
harus

memiliki

berbagai

kemampuan

dan

pengetahuan

seperti

kemampuan

menghasilkan produk atau jasa, menghasilkan nilai tambah, merintis usaha, melakukan
proses atau teknik. atau mengembangkan organisasi baru. Ide pasti menghasilkan
peluang, sebaliknya tidak adanya ide tidak akan menghasilkan peluang (Suryana,2006)
Keberhasilan dapat dicapai apabila suatu usaha menggunakan produk, proses
dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali perubahan. Oleh sebab itu inovasi
merupakan

instrument

penting

untuk

memberdayakan

sumber-sumber

agar

menghasilkan sesuatu yang baru dan menciptakan nilai secara terus menerus. Menurut
Zimmerer, ide-ide yang berasal dari suatu usaha dapat menciptakan peluang untuk
memenuhi kebutuhan riil dipasar. Ide-ide itu menciptakan nilai potensial (peluang
usaha), suatu usaha perlu mengidentifikasi dan mengevaluasi semua risiko yang
mungkin terjadi dengan cara :
1. Mengurangi kemungkinan resiko melalui strategi yang proaktif
2. Menyebarkan risiko pada aspek yang paling mungkin
3. Mengelola resiko yang mendatangkan nilai atau manfaat
2.4.

Faktor Faktor Yang Bisa Membuat Suatu Wilayah Memiliki Keunggulan


Komparatif (Comparative Advantage)
Faktor faktor yang bisa membuat suatu daerah memiliki keunggulan

komparatif (comparative advantage) dapat berupa kondisi alam,yaitu suatu wilayah


memiliki keunggulan komperatif karean salah satu factor atau gabungan dari beberapa

16

faktor yang akan diuraikan berikut ini. Faktor faktor yang dapat membuat sesuatu
wilayah memiliki keunggulan komperatif dapat dikelompokan sebagai berikut.
1. Pemberian alam, yaitu karena kondisi alam akhirnya wilayah itu memiliki
keunggulan untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Pemberian alam, antara lain
deposit bahan tambang (minyak, gas, emas, bijih besi, timah, dan lainya ) : kondisi
tanah yang khas (misalnya tanah deli untuk produksi tembakau Deli); Pemandangan
yang indah (misalnya Danau Toba dan alam pegunungan Karo) ; serta potensi alam
(misalnya air terjun untuk pembangkit listrik dan sumber air panas untuk
pembangkit listrik)
2. Masyarakatnya menguasai teknologi mutakhir (menemukan hal-hal baru ) untu jenis
produk tertentu, contoh masyarkat jepang, Amerika, dan Jerman.
3. Masyarakatnya menguasai keterampilan khusus, misalnya ukiran Jepara, ukiran Bali
dan kain songket batu bara.
4. Wilayah itu dekat dengan pasar, misalnya lokasi pabrik batu bata di sekitar lubuk
pakam dan Tanjung Morawa karean dekat dengan pasar, yaitu Medan.
5. Wilayah dengan aksebilitas yang tinggi, misalnya Singapura dengan lalu lintas yang
ramai (baik darat, laut, maupun udara) membuat angkutan barang/ penumpang bisa
lebih cepat, tepat waktu, dan lebih murah karean banyak pilihan.
6. Daerah konsentrasi/sentradari suatu kegiatan sejenis, misalnya produksi sepatu di
Cibaduyut (Jabar) dan sayur mayor di Tanah Karo. Daerah sentra bisa menjamin

17

kepastian adanya barang dalam kualitas dan kuantitas yang diinginkan dan ini bisa
menurunkan biaya pemasaran/ biaya transportasi.
7. Daerah agglomerasi dari berbagai kegiatan, yaitu memanfaatkan keuntungan
agglomerasi yaitu efisiensi dalam biaya produksi dan kemudahan dalam pemasaran.
8. Upah buruh yang rendah dan tersedia dalam julah yang cukup serta didukung oleh
keterampilan yang memadai dan mentalitas yang mendukung. Pengertian upah
buruh yang rendah adalah relatif, artinya harus dikaitkan dengan produktifitas.
9. Mentalitas masyarakat yang sesuai untuk pembangunan: Jujur, terbuka, mau bekerja
keras, dan disiplin sehingga lingkungan kehidupan aman, tertib, dan teratur. Kondisi
masyarakat seperti ini akan menjamin kelangsungan investasi, biaya investasi dan
biaya operasi yang lebih rendah dan efisien.
10. Kebijakan pemerintah, antara lain dengan menciptakan salah satu/beberapa factor
yang menciptakan keunggulan seperti disebutkan diatas. Ada juga cara yang bisa
dilakukan pemerintah yaitu dengan memberikan subsidi. Selama pemerintah masih
memberikan subsidi, keunggulan tersebut adalah keunggulan semu. Sistem subsidi
ini sering membuat pihak luar negeri, pembeli barang menuduh tidak fair dan
mencurigai adanya praktik dumping (Robinson Tarigan, 2005)
2.5. Diskripsi Sepuluh Komoditas Unggulan
Di Sumatera Utara terdapat berbagai komoditi hasil-hasil perkebunan, seperti
karet, sawit, kopi, nilam, jahe, kemiri, aren, pinang, kakao, kelapa, panili, kemenyan,
kulit manis, dan cengkeh. Sedangkan komoditi sayur-sayuran dan buah-buahan seperti

18

jagung, ubi kayu, padi, jeruk, markisa, rambutan. Dari komoditi yang ada, didapati ada
sepuluh yang menjadi komoditas unggulan Sumatera Utara yang terdiri dari terdiri dari :
1. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)
2. Karet (Hevea brasiliensis)
3. Kopi (Coffea spp.)
4. Coklat ( Ttheobromae cacao)
5. Pinang (Areca catechu)
6. Padi (Oryza sativa)
7. Jagung (Zea mays)
8. Ubi Kayu (Manihot utilisima)
9. Jeruk (Citrus sinensis)
10. Ayam ras

2.5.1. Kelapa Sawit (Elaeis guinensis)

Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar


serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat
beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan
tambahan aerasi. Seperti jenis palm lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun
berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip
dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun
pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan
kelapa.

19

Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious
diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi
penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara
bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Tanaman sawit dengan tipe cangkang
pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan
dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan. Buah sawit mempunyai
warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah
bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh
buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase
matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah
akan rontok dengan sendirinya.

Buah terdiri dari tiga lapisan:

1. Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.

2. Mesoskarp, serabut buah

3. Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan
embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Kelapa sawit berkembang
biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan
berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Minyak sawit
digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri
baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi.

20

Gambar 1. : Tanaman Kelapa Sawit

Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena


keuunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu
melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya
melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.

Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian
daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan
baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit

21

adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi.
Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin. Minyak inti menjadi bahan
baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan,
bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging
buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu
digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan
untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu
bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan
arang.

Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur
90C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan
cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang
dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam
lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur. Sisa pengolahan
buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan
difermentasikan menjadi kompos.

2.5.2. Karet (Hevea brasiliensis)


Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang
berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet
alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli
diberbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan
pohon lain yang juga menghasilkan getah. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat

22

dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran (Nazarudin


dkk1992). Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh
lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas.
Di beberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya
agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan
nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang
tangkai daun utama 3 20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3 10 cm dan pada
ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai
daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing.Tepinya
rata dan gundul Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya
ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang.
Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan
bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet
merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh
tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai
berikut (APP, 2008): Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas :
Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea Spesies :
Hevea brasiasiliensis

23

Gambar 2 : Tanaman Karet

Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Penyadapan


merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuan dari
penyadapan karet ini adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks
cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang apabila takaran cairan lateks
pada kulit berkurang Kulit karet dengan ketinggian 260 cm dari permukaan tanah
merupakan bidang sadap petani karet untuk memperoleh pendapatan selama kurun
waktu sekitrar 30 tahun. Oleh sebab itu penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati
agar tidak merusak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan, maka
produksi karet akan berkurang (Santosa, 1986) Untuk memperoleh hasil sadap yang
baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi,

24

menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor


kesehatan tanaman

2.5.3. Kopi (Coffee sp)

Kopi adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili
Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila
dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. daunnya bulat telur dengan ujung agak
meruncing. daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi
mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. tanaman ini
mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda.

Meskipun kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai


perakaran yang dangkal. Oleh karena itu tanaman ini mudah mengalami kekeringan
pada kemarau panjang bila di daerah perakarannya tidak di beri mulsa. Secara alami
tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Tetapi akar
tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit semaian
atau bibit sambungan (okulasi) yang batang bawahnya merupakan semaian. Tanaman
kopi yang bibitnya berasal dari bibit stek, cangkokan atau bibit okulasi yang batang
bawahnya merupakan bibit stek tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah
rebah.

Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur 2 tahun. Mulamula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang
reproduksi. Tetapi bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya tidak

25

berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas, dan hanya dihasilkan oleh tanamantanaman yang masih sangat muda.

Gambar 3 : Tanaman Kopi

Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada
cabang primer. Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup sekunder dan reproduktif yang
berubah fungsinya menjadi kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang
menjadi bunga secara serempak dan bergerombol.

26

2.5.4. Coklat / Kakao (Theobroma cacao)


Tanaman coklat termasuk famili Sterculiceae yang berasal dari hutan-hutan di
daerah Amerika Selatan yang kemudian tanaman ini diusahakan penanamannya oleh
orang-orang Indian Aztec. Tanaman coklat yang berasal dari biji (generatif) memiliki
akar tunggang yang tumbuh lurus ke bawah. Perkembangan akar sangat dipengaruhi
oleh struktur tanah, terutama berkaitan dengan air dan udara dalam tanah. Buah cokelat
yang

masih

muda

disebut

cherelle,

dan

sampai

tiga

bulan

pertamasejak

perkembangannya akan terjadi cherelle wilt, yaitu buah muda menjadi kering dan
mengeras. Kehilangan buah dapat mencapai 80% dari seluruh buah yang semula
berkembang.
Pengembangan tanaman kakao, budidayanya memerlukan naungan. Tanpa
persiapan lahan dan tanpa persiapan naungan yang baik, pengembangan tanaman kakao
akan sulit diharapkan keberhasilannya. Tanaman penaung yang biasanya digunakan
adalah Moghania macrophylla sebagai penaung sementara dan, Lamtoro atau Glirisidia
sebagai penaung tetap, yang tidak memberikan manfaat ekonomis secara langsung bagi
petani, sehingga kurang menarik bagi petani.
Secara umum, dalam budidaya kakao juga dihadapi masalah harga komoditi
yang tidak menentu, kondisi lahan yang semakin menurun, serta mutlak diperlukannya
naungan dalam budidayanya. Oleh karema itu, maka pola diversifikasi tanaman kakao
merupakan peluang untuk pengembangan kakao dengan pemanfaatan tanaman yang
mempunyai nilai ekonomis seperti pisang sebagai penaung sementara, dan kelapa
sebagai penaung tetap, serta jati. sengon, atau tanaman lainnya sebagai tanaman tepi
blok kebun. Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah komoditas perkebunan yang

27

sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah
sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi
pekebun.

Gambar 4: Tanaman kakao


Buah yang sudah masak disebut pod atau tongkol, warnanya bermacam-macam
dan ukurannya antara 10 30 cm. Buah cokelat menjadi masak setelah 5 6 bulan dari
proses penyerbukannya. Setiap tongkol berisi 30 50 biji cokelat. Berat biji kering
sekitar 0.8 1.3 gram/biji.

28

2.5.5. Pinang (Areca catechu)

Areca catechu L. (pinang) merupakan tanaman famili Arecaceae yang dapat


mencapai tinggi 15-20 m dengan batang tegak lurus bergaris tengah 15 cm. Buahnya
berkecambah setelah 1,5 bulan da 4 bulan kemudian mempunyai jambul daun-daun
kecil yang belum terbuka. Pembentukan batang baru terjadi setelah 2 tahun dan berbuah
pada umur 5-8 tahun tergantung keadaan tanah. Tanaman ini berbunga pada awal dan
akhir musim hujan dan memiliki masa hidup 25-30 tahun. Biji buah berwarna
kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk dengan warna yang lebih
muda. Pada bidang irisan biji (Gambar 7) tampak perisperm berwarna coklat tua dengan
lipatan tidak beraturan menembus endosperm yang berwarna agak keputihan (Depkes
RI, 1989).

Tanaman pinang diklasifikasikan dalam divisi spermatophyta, sub divisi


angiospermae, kelas monocotyledonae, bangsa arecales, suku arecaceae/palmae, marga
areca, dan jenis Areca catechu L. (Syamsuhidayat and Hutapea, 1991; Backer and Van
Den Brink, 1965).

Pinang memiliki nama daerah seperti pineng, pineung (Aceh), pinang (Gayo),
batang mayang (Karo), pining (Toba), batang pinang (Minangkabau), dan jambe
(Sunda, Jawa) (Depkes RI, 1989). Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti
arekolin (C8 H13 NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine,
tanin terkondensasi, tannin terhidrolisis, flavan, senyawa fenolik, asam galat, getah,
lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam (Wang et al., 1996). Nonaka

29

(1989) menyebutkan bahwa biji buah pinang mengandung proantosianidin, yaitu suatu
tannin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid (Gambar 8).

Proantosianidin mempunyai efek antibakteri, antivirus, antikarsinogenik, antiinflamasi, anti-alergi, dan vasodilatasi (Fine, 2000). Fraksi flavonoid (flavonol,
antosianin,

flavan-3-ol,

dan

proantosianidin)

dari

ekstrak

cranberry

mampu

menghambat pertumbuhan sel melalui G1 dan G2/M arrest serta mampu menginduksi
apoptosis pada sel kanker payudara MDA-MB-435 (Ferguson et al., 2004).

Sedangkan proantosianidin pada biji anggur memiliki aktivitas penghambatan


pertumbuhan sel kanker melalui downregulasi ekspresi Bcl-XL (death inhibitor)
sehingga dapat menginduksi apoptosis (Leigh, 2003). Hal ini memungkinkan aktivitas
sitotoksik proantosianidin pada pinang juga melalui mekanisme yang sama.

30

Gambar 5 : Tanaman Pinang

Tanaman pinang berpotensi antikanker karena memiliki efek antioksidan, dan


antimutagenik (Wang et al., 1996; Lee and Choi, 1999). Ekstrak etanolik buah pinang
memperlihatkan aktivitas antioksidan dengan IC50 sebesar 45,4 g/ml (Lee and Choi,
1999). Pinang mampu menginduksi cell cycle arrest pada kultur sel epitelial oral-KB
(Chang et al., 2001). Berdasarkan data-data tersebut, biji buah pinang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai agen sitotoksik yang dapat dikombinasi dengan agen kemoterapi
sehingga mampu meningkatkan sensitifitas sel kanker.

31

2.5.6. Padi (Oryza sativa)

Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim Graminae atau
Glumiflorae). Sejumlah ciri suku (familia) ini juga menjadi ciri padi, misalnya :

- berakar serabut,
- daun berbentuk lanset (sempit memanjang),
- urat daun sejajar,
- memiliki pelepah daun,
- bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa floret,
- floret tersusun dalam spikelet, khusus untuk padi satu spikelet hanya memiliki
satu floret,
- buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir (Ing. grain) atau
kariopsis.

Padi tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia
yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang
lembab dan becek. Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman
moyang yang hidup di rawa. Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di
rawa-rawa (dapat ditemukan di sejumlah tempat di Pulau Kalimantan), kebutuhan padi
yang tinggi akan air pada sebagian tahap kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus
di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan oksigen ke bagian akar

32

Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma)
bercabang dua berbentuk sikat botol. Kedua organ seksual ini umumnya siap reproduksi
dalam waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma
jika telah masak. Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman berpenyerbukan
sendiri, karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama.

Gambar 6 : Tanaman Padi

Setelah pembuahan terjadi, zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera
membelah diri. Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi
endospermia. Pada akhir perkembangan, sebagian besar bulir padi mengadung pati di
bagian endospermia. Bagi tanaman muda, pati berfungsi sebagai cadangan makanan.
Bagi manusia, pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.

33

2.5.7. Jagung (Zea mays)

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat.
Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga
menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung
juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya
(dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena),
dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya
akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah
direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya


diselesaikan dalam 80 - 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi
tanaman jagung sangat bervariasi.

34

Gambar 7 : Tanaman Jagung

Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada


varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan
tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat
menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan
ini.

2.5.8. Ubi Kayu (Manihot utilisima)

Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris
tengah 2 - 3 cm dan panjang 50 - 80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam.

35

Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan
simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan
keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi
manusia.

Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat
miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena
mengandung asam amino metionin. Jenis singkong Manihot esculenta pertama kali
dikenal di Amerika Selatan kemudian dikembangkan pada masa pra-sejarah di Brasil
dan Paraguay. Bentuk-bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat
ditemukan bertumbuh liar di Brasil selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar ada
banyak, semua varitas M. esculenta dapat dibudidayakan.

Produksi singkong dunia diperkirakan mencapai 184 juta ton pada tahun 2002.
Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di Amerika
Latin dan Kepulauan Karibia.Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia
(waktu itu Hindia Belanda) pada sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan
orang Portugis pada abad ke-16 ke Nusantara dari Brasil.

Umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah.
Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada kandungan racun glukosida
yang dapat membentuk asam sianida. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling
sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih segar, dan 50 kali lebih banyak
pada umbi yang rasanya pahit.

36

Gambar 8 : Tanaman Ubi Kayu

Pada jenis singkong yang manis, proses pemasakan sangat diperlukan untuk
menurunkan kadar racunnya. Dari umbi ini dapat pula dibuat tepung tapioka. Dimasak
dengan berbagai cara, singkong banyak digunakan pada berbagai macam masakan.
Direbus untuk menggantikan kentang, dan pelengkap masakan. Tepung singkong dapat
digunakan untuk mengganti tepung gandum, baik untuk pengidap alergi. Biasa
digunakan di negara-negara seperti di Amerika Latin, Karibia, Tiongkok, Nigeria dan
Eropa.

37

2.5.9. Jeruk (Citrus sinensis)

Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina
dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu,
jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk
yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk
manis dan keprok dari Amerika dan Itali. Jeruk manis atau jeruk peras (Citrus sinensis
Osbeck) adalah perdu tropis dan subtropis yang menghasilkan buah dengan nama sama.
dan juga nama buahnya. Buah jeruk memiliki kulit berwarna hijau hingga jingga dan
daging buahnya mengandung banyak air. Sari buah jeruk merupakan minuman hasil
perasan jeruk yang populer.

Gambar 9: Tanaman Jeruk

38

Jeruk mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Mamfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan,
dimana kandungan vitamin C yang tinggi.
2. Di beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes,
alcohol dan pectin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai
untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk
campuran kue.
3. Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional
penurun panas, pereda nyeri saluran nafas bagian atas dan penyembuh radang
mata.

Kulit buah jeruk biasa dikeringkan dan diolah menjadi bahan obat dan biasanya
dipakai dalam ramuan herbal atau jamu tradisional Tionghoa. Kulit jeruk dapat diolah
dengan cara tertentu menjadi manisan atau selai (marmalade). Cairan buah jeruk banyak
mengandung vitamin C.

2.5.10. Ayam Ras

Peternakan merupakan salah satu subsector pertnaian yang memberikan


sumbangan bagi pendapatna daerah nasional. Selain memberikan kontribusi yang cukup
dalam peningkatan pendapatan masyarakat subsector ini juga mampu menyerap tenaga
kerja yang cukup tinggi . Pada awalnya pemeliharaan ayam dilakukan atas dasar
kesenangan ataupun sekedar untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun kemajuan
budaya , ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan meningkatnya tuntutan dan

39

kebutuhan hidup manusia. Dengan demikian, kegiatan pemeliharaan ayam muali


dilakukan secara lebih baik, efisiensi dan diarahkan ke orientasi bisnis.Berternak ayam
ras (ayam potong) merupakan usaha yang sangat prospektif jika ditinjau dari tingkat
permintaan yang sangat tinggi terhadap produk ini. Jika dibandingan dengan usaha
ternak besar(sapi), usaha ini lebih mungkin dilakukan oleh masyarat luas.

Gambar 10 : Ayam ras

Namun usaha peternakan juga mengenal resiko tinggi yang perlu diminimisasi
dengan perencanaan yang matang dan perhitungan semua factor pada setiap subsistem
agar kesinambungan usaha dapat diwujudkan. Salah satu resiko yang umum ditemui
ditingkat petani diantaranya adalah penyakit flu burung (avian influenza) dan juga
faktor kesalahan manusia yang sering ditimbulkan karena kelalaian dalam prosedur
produksi. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan kesalahan manusia misalnya jadwal

40

pemberian pakan seharusnya dilakukan 3 kali (pagi,siang dan sore), tetapi karena
sesuatu hal pakan ini diberikan sekaligus. Akibatnya kualitas pakan menjadi memburuk
sehingga menjadi keracunan. Hal-hal sepele seperti ini amat sering dijumpai di
lapangan, terutama jika loyalitas dan kecintaan pekerja dalam melaksanakan tugasnya
masih sangat disangsikan.

Dalam berternak ayam terdapata tiga factor yang harus diperhatikan yaitu
pembibitan, makan dan tata laksana (manajemen). Ketiga factor ini merupakan salah
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling menunjang satu sama lainnya.
Faktor bibit merupakan factor dalam beternak ayam . oleh karean itu perlu sekali
pengenalan terhadap ayam ras yang akan diternakan agar mendpaat ayam-ayam yang
mempunyai potensi genetic tinggi . Demikian juga kedua factor lain, akan menentukan
kesuksesan usaha. Faktor makanan perlu sekali pemikiran yang sempurna dan factor
tata laksanan membutuhkan ketetapan dan kemantapan (Wiharto, 1985)

Setiap orang bila membuak usaha selalu bertujuan untuk mendapatkan


keuntungan. Komoditi ayam ras umumnya gampang rusak,artinya komoditi yang
dihasilkan pada umumnya akan cepat berbau, busuk dan cepat lembek pada dagingnya
bila tidak cepat ditanggulangi secara maksimal dan bila ini sering berlangsung maka
resiko kerugian selalu menghadang setiap saat . Seandainya peternak telah melakukan
perencanaan disertai dengan evaluasi yang baik ,maka usah ayam yang dikelolanya akan
menjadi usaha yang menguntungkan. Agar usaha itu dapat mencapai tujuan
sebagaimana yang diharapkan, sebelumnya harus sudah dipersiapkan melalui
perencanaan yang matang tentang berbagai sarana pendukung untuk keberhasilan.

41

Misalnya berapa tenaga kerja yang dibutuhkan, berapa besar modal untuk kegiatan
produksi ,meteria apa yang diperlukan, peralatan apa yang disediakan, bagaimana cara
mencapai tujuan dan yang terakhir bagaimana cara pemasaran hasil produksi. Tanpa
adanya perencanaan yang matang usaha itu tidak dapat menghasilkan apa-apa.
Sedangkan kebutuhan akan sarana sangat tergantung dari system pengolahan dan jenis
usahanya (irawan, 1996)

42

BAB III
METODOLOGI
Menurut Syafaat dan Supena (2000), konsep dan pengertian komoditas unggulan
dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi penawaran (supply) dan sisi permintaan (demand).
Dilihat dari sisi penawaran, komoditas unggulan merupakan komoditas yang paling
superior dalam pertumbuhanya pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi social
ekonomi petani disuatu wilayah tertentu. Kondisi social ekonomi ini mencakup
penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur misalnya pasar
dan kebiasaan petani setempat (Anonymous, 1995). Pengertian tersebut lebih dekat
dengan location advantage, sedangakan dilihat dari sisi permintaan, komoditas unggulan
merupakan komoditas yang mempunyai permintaan yang kuat baik untuk pasar
domestic maupun pasar international dan keunggulan komperatif.
Salah satu pendekatan untuk melihat sebaran komoditas pertanian termasuk
ternakn adalah menggunakan Location Quotient (LQ). LQ mengukur konsentrasi
relative atau derajat spesialisasi kegiatan ekonmi melalui pendekatan perbandingan. Inti
dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah
ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor itu sendiri tidak terbatas pada bentuk barangbarang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di
wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono, 2001 dan
Rusastra,2002)
3.1. Data dan Sumber Data
Untuk mengimplementasikan metode LQ dalam tulisan ini digunakan data areal
panen tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan populasi ternak. Sumber data

43

utama yang digunakan adalaah data sekunder dari statistic Indonesia yang tersedia di
BPS
3.2.

Analisis Data
a. Insert Data
Insert
sert data series menurut subsector kedalam spreedsheetdengan format kolom

dan baris. Kolom diisi nama wilayah dan tahun sedangkan baris diisi naman jenis
komoditas pertanian (tanaman atau ternak) yang dianalisis dengan menggunakan
Microsoft excel.
3.3.

Menghitung Location Quotient (LQ)


Untuk jenis tanaman dihitung luas areal panen tiap komoditas di masing-masing
masing

Kabupaten (pi) berbanding dengan menjumlahkan total seluruh komoditas ditiap


Kabupaten (pt) dan dihitung luas areal panen tiap komoditas di Propinsi
Propinsi Sumatera Utara
(Pi) berbanding dengan menjumlahkan total seluruh komoditas di propinsi Sumatera
Utara (Pt)
Atau

Dimana :
pi = Luas areal panen komoditas di Kabupaten i
pt = Total luas tiap komoditas di Kabupaten
Pi = Luas areal panen tiap kom
komoditas di propinsi
Pt = Total luas areal komoditas di Propinsi

44

Contoh

Kriteria
Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga (3) criteria yaitu :
a. LQ>1 : artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan
komoditas memiliki keunggulan komperatif, Hasilnya tidak saja dapat
memenuhi kebutuhan wilayah bersangkutan. Akan tetapi juga dapat
diekspor ke luar wilayah.
b. LQ=1 : Komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan
komperatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.
c. LQ<1 : Artinya komoditas itu juga termasuk non basis. Produksi komoditas
disuatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga
perlu pasokan atau impor dari luar
Komoditas yang meng
menghasilkan
hasilkan nilai LQ>1 merupakan standar normative
untuk ditetapkan sebagai komoditas unggulan. Namun demikian ketiak banyak
komoditas disuatu wilayah yang menghasilkan LQ>1, sementara yang dicari hanya
satu, maka yang harus dipilih adalah komoditas yang mendapatkan
mendapatkan nilai LQ paling
tinggi karena nilai LQ semakin tinggi disuatu wilayah menunjukkan semakin tinggi
pula potensi keunggulan komoditas.

45

BAB IV
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
4.1.

Letak Geografis
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada 1 - 4

LU dan 98 - 100 BT. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam, sebelah timur dengan Malaysia di Selat Malaka, Sebelah Selatan dengan
Provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan sebelah Barat dengan Samudera Hindia.

Gambar 11. Peta Sumatera Utara

46

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71 680,68 km2, sebagian besar
berada di daratan Pulau Sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau
Batu serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau
Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas
daerah terbesar adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 12.163,65 km2 atau
16,97% diikuti Kabupaten Labuhan Batu dengan luas
9.223,18 km2 atau 12,87% kemudian diikuti Kabupaten Mandailing Natal dengan luas
6.620,70 km2 atau sekitar 9,23%. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga
dengan luas 10,77 km2 atau sekitar 0,02% dari total luas wilayah Sumatera Utara.
Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok
wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi dan Pantai Timur.
4.2. Jumlah Penduduk
Sumatera Utara merupakan Provini keempat yang terbesar jumlah penduduknya
di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut hasil
pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara keadaan
tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26 juta jiwa, dan dari hasil SP2000,
jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Pada bulan April tahun 2003
dilakukan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Dari
hasilpendaftaran

tersebut

diperoleh

jumlah

penduduk

sebesar

11.890.399

jiwa.Selanjutnya dari hasil estimasi jumlah penduduk keadaan Juni 2006 diperkirakan
sebesar 12.643.494 jiwa.
Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan
tahun 2006 meningkat menjadi 176 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk

47

Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun, dan
pada tahun 2000-2005 menjadi 1,37 % per tahun.Dan laju
pertumbuhan penduduk 2005 2006 mencapai 1.57 %. Penduduk laki-laki di Sumatera
Utara sedikit lebih banyak dari perempuan. Pada tahun 2006 Penduduk Sumatera Utara
yang berjenis kelamin perempuan berjumlah sekitar 6.318.990 jiwa dan penduduk lakilaki sebesar 6.324.504 jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Sumatera Utara
sebesar 100,09 persen. Penduduk Sumatera Utara masih lebih banyak tinggal di daerah
pedesaan dari pada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di
pedesaan adalah 6,94 juta jiwa (54,89 %) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar
5,70 juta jiwa (45,11 %).
Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mengalami turun naik dari tahun 1993
2006.

Gambar 12. Jumlah Penduduk Sumatera Utara 2002 -2006


Jumlah penduduk miskin tahun 1993 sebesar 1,33 juta orang atau sebesar 12,31
persen dari total seluruh penduduk Sumatera Utara. Tahun 1996 jumlah penduduk

48

Sumatera Utara yang tergolong miskin hanya 1,23 juta jiwa dengan persentase sebesar
10,92 persen. Namun karena terjadinya krisis moneter secara maksimal termasuk
Sumatera Utara, penduduk miskin di Sumatera Utara tahun 1999 meningkat menjadi
16,74 persen dari total penduduk Sumatera Utara yaitu sebanyak 1,97 juta jiwa. Pada
tahun 2003 terjadi penurunan penduduk miskin baik secara absolute maupun secara
persentase, yaitu menjadi 1,89 juta jiwa atau sekitar 15,89 persen, sedangkan tahun
2004 jumlah dan persentase turun menjadi sebanyak 1,80 juta jiwa atau sekitar 14,93 %
kemudian pada tahun 2005 penduduk miskin turun menjadi 1,76 juta jiwa (14,28%),
namun akibat dampak kenaikan BBM pada Maret dan Oktober 2005 penduduk miskin
tahun 2006 meningkat menjadi 1,98 juta jiwa (15,66%)

49

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.

Keragaan Komoditi Unggulan


Tanaman pangan yang diidentifikasi meliputi 3 jenis yaitu padi sawah, jagung

dan ubikayu. Semua tanaman pangan yang diidentifikasi menyebar diseluruh wilayah
propinsi Sumatera Utara. Setiap wilayah propinsi Sumatera Utara memiliki dominasi
jenis tanaman tertentu. Hal ini dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1 Keragaan Luas Areal Komoditi Unggulan di Sumatera Utara 2006


Jenis Komoditi
Luas Areal Panen Proprosi (%)
(Ha)
Sub sector Tanaman Pangan
1

Padi Sawah

652531

73.86

Jagung

194872

22.06

Ubi Kayu

35996

4.08

883399

100.00

10036.69

100.00

Total Luas Areal Pangan


Subsektor Tanaman Buah-buahan
4

Jeruk

Subsektor Tanaman Perkebunan


5

Karet

349768.52

44.47

Kelapa Sawit

354835.36

45.11

Kopi

28651.79

3.64

Coklat

49171.94

6.26

Pinang

4164.55

0.52

786592.16

100.00

Total Luas Areal Perkebunan

50

Subsektor Unggas
10

Ayam Ras

41641.64

100.00

Sumber: Data diolah

Dari data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa luas areal panen padi sawah paling
tinggi terdapat di Kabupaten Samosir sebesar 652 531 Ha atau 73.86 %, Jagung paling
tinggi terdapat di Karo sebesar 194872 atau 22.06 % dan Ubi kayu paling tinggi
terdapat di kota Tanjung Balai sebesar 35 996 Ha atau 4.08 %.
Pada subsector tanaman buah-buahan, luas areal panen Jeruk paling tinggi
terdapat di Kabupaten Karo sebesar 10036.69 Ha atau 100 %. Sedangkan Pada
Subsektor tanaman perkebunan pada karet paling tinggi terdapat di Tapanuli Tengah
sebesar 349768.52 Ha atau 44.47. Luas areal panen kelapa sawit paling tinggi di
kabupaten Labuhan Batu sebesar 354835.36 Ha atau 45.11 % . Luas areal panen kopi
tertinggi di Kabupaten Samosir sebesar 28651.79 Ha atau 3.64 %. Luas areal panen
coklat tertinggi di Kabupaten Karo sebesar 49171.94 Ha atau 6.26 %. Sedangkan
Pinang tertinggi di Kabupaten Deli Serdang sebesar 4164.55 Ha atau 0.52 persen.
Disisi lain pada subsektor unggas seperti populasi ayam ras tertinggi di Kabupaten
Serdang Bedagai sebanyak 41641.64 populasi atau 100 % dari sector unggas yang ada.
Ditinjau dari segi jenisnya, Tanaman pangan yang paling tinggi luas areal
panennya adalah padi sawah, kemudian diikuti jagung dan ubi kayu. Untuk tanaman
buah-buahan luas areal panen tertinggi adalah jeruk. Untuk tanaman perkebunan luas
areal panen tertinggi adalah kelapa sawit, kemudian diikuti tanaman karet, coklat, kopi
serta pinang. Untuk populasi unggas tertinggi adalah ayam ras.

51

5.2.

Sebaran Komoditi Unggulan

5.2.1. Subsektor Tanaman Pangan


Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa tidak semua wilayah kabupaten memiliki
tanaman atau ternak unggulan. Tanaman unggulan terdapat 3 jenis komoditas tanaman
pangan yang di identifikasi dari 26 wilayah kabupaten yaitu padi sawah, jagung dan ubi
kayu . Jika mengacu pada nilai LQ > 1 maka dari 3 jenis komoditi pangan itu, Padi
sawah merupakan komoditas pangan paling unggul karena sebaran padi yang memiliki
criteria LQ>1 berada di 24 wilayah kabupaten/kota dengan luas lahan yang terbesar .
Urutan kedua dan ketiga setelah padi sawah adalah jagung dan ubi kayu masing-masing
menyebar di 23 dan 24 wilayah dengan luas yang besar (Lampiran 1).
Tabel 2 menunjukkan, dilihat dari kisaran nilainya, nilai LQ padi pada 26
wilayah kabupaten /kota itu bekisar 1.39 artinya produksi padi sawah di wilayah itu
tingkat konsentrasi areal panennya 1.39 kali lebih tinggi dibandingkan areal panen padi
di Sumatera Utara. Nilai LQ padi sawah paling tinggi di Kabupaten Samosir. Pada
tanaman jagung dilihat dari kisaran nilainya, nilai LQ Jagung pada 23 wilayah
kabupaten/kota itu bekisar 3.61 artinya produksi jagung di wilayah itu tingkat konsntrasi
area panennya sebesar 3.61 kali lebih tinggi dibandingkan seluruh areal panen jagung di
Sumatera Utara. Nilai LQ jagung paling tinggi di Kabupaten Karo. Pada tanaman ubi
kayu dilihat dari kisaran nilainya, nilai LQ ubi kayu pada 24 wilayah kabupaten/kota itu
bekisar 5.76 artinya produksi ubi kayudi wilayah itu tingkat konsntrasi area panennya
sebesar 5.76 kali lebih tinggi dibandingkan seluruh areal panen ubi kayu di Sumatera
Utara. Nilai LQ ubi kayu paling tinggi di Kabupaten/kota Tanjung Balai.

52

Tabel 2. Sebaran Kabupaten Yang Memiliki Komoditi Unggulan dan Wilayah


Utama. 2006
No
Komoditi
LQ > 1
Wilayah Kabupaten
1

Padi Sawah

1.39

Samosir

Jagung

3.61

Karo

Ubi Kayu

5.76

Tanjung Balai

Jeruk

3.79

Karo

Karet

2.03

Tapanuli Tengah

Kelapa Sawit

1.71

Labuhan Batu

Kopi

23.06

Samosir

Coklat

5.12

Karo

Pinang

9.79

Deli Serdang

10

Ayam Ras

1.47

Serdang Bedagai

Sumber : Data diolah

5.2.2. Subsektor Tanaman Hortikultura


Subsektor hortikultura bahasanya difokuskan pada kategori buah-buahan. Pada
tanaman buah-buahan yaitu jeruk dilihat dari kisaran nilainya, nilai LQ Jeruk pada 18
wilayah kabupaten/kota itu bekisar 3.79 artinya produksi jeruk di wilayah itu tingkat
konsntrasi area panennya sebesar 3.79 kali lebih tinggi dibandingkan seluruh areal
panen di Sumatera Utara. Nilai LQ jeruk paling tinggi di Kabupaten Karo.
5.2.3. Subsektor Tanaman Perkebunan
Tanaman unggulan yang terdapat ada 5 jenis komoditas tanaman perkebunan
yang di identifikasi dari 26 wilayah kabupaten yaitu karet, kelapa sawit, kopi, dan coklat
serta ubi pinang. Jika mengacu pada nilai LQ > 1 maka dari 5 jenis komoditi

53

perkebunan itu, kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan paling unggul karena
sebaran kelapa sawit yang memiliki criteria LQ>1 berada di 14 wilayah kabupaten/kota
dengan luas lahan yang terbesar. Urutan kedua dan ketiga setelah kelapa sawit adalah
tanaman karet berada di 17 kabupaten dengan luas yang lebih besar. Di urutan ketiga,
tanaman coklat berada di 18 kabupaten dengan luas yang besar ,dan urutan keempat,
tanaman kopi berada di 13 kabupaten dengan luas yang cukup besar. Serta urutan
kelima terbesar adalah pinang menyebar di 16 wilayah kabupaten (Lampiran 3).
Tabel 2 menunjukkan, dilihat dari kisaran nilainya, nilai LQ kelapa sawit pada
14 wilayah kabupaten /kota itu bekisar 1.71 artinya produksi kelapa sawit di wilayah
itu tingkat konsentrasi areal panennya 1.71 kali lebih tinggi dibandingkan areal panen
kelapa sawit di Sumatera Utara. Nilai LQ padi sawah paling tinggi di Kabupaten
Labuhan Batu.
Pada tanaman karet dilihat dari kisaran nilainya, nilai LQ karet pada 17 wilayah
kabupaten/kota itu bekisar 2.03 artinya produksi karet di wilayah itu tingkat konsntrasi
area panennya sebesar 2.03 kali lebih tinggi dibandingkan seluruh areal panen karet di
Sumatera Utara. Nilai LQ karet paling tinggi di Kabupaten Tapanuli Tengah. Pada
tanaman coklat dilihat dari kisaran nilainya, nilai LQ coklat pada 18 wilayah
kabupaten/kota itu bekisar 5.12 artinya produksi coklat di wilayah itu tingkat konsntrasi
area panennya sebesar 5.12 kali lebih tinggi dibandingkan seluruh areal panen coklat di
Sumatera Utara. Nilai LQ coklat paling tinggi di Kabupaten Karo.
Pada tanaman kopi dilihat dari kisaran nilainya, nilai LQ kopi pada 13 wilayah
kabupaten/kota itu bekisar 23.06 artinya produksi kopi di wilayah itu tingkat konsntrasi
area panennya sebesar 23.06 kali lebih tinggi dibandingkan seluruh areal panen kopi di

54

Sumatera Utara. Nilai LQ kopi paling tinggi di Kabupaten Samosir. Pada tanaman
pinang dilihat dari kisaran nilainya, nilai LQ karet pada 16 wilayah kabupaten/kota itu
bekisar 9.79 artinya produksi pinang di wilayah itu tingkat konsntrasi area panennya
sebesar 9.79 kali lebih tinggi dibandingkan seluruh areal panen pinang di Sumatera
Utara. Nilai LQ pinang paling tinggi di Kabupaten Deli Serdang.
5.2.4. Subsektor peternakan
Subsektor peternakan bahasanya difokuskan pada unggas. Pada peternakan
unggas yaitu ayam ras dilihat dari kisaran nilainya, nilai LQ ayam ras pada 26 wilayah
kabupaten/kota itu bekisar 1.47 artinya produksi ternak unggas di wilayah itu tingkat
konsntrasi populasinya sebesar 1.47 kali lebih tinggi dibandingkan seluruh populasi
ternak uggas ayam ras di Sumatera Utara. Nilai LQ ayam ras paling tinggi di Serdang
Bedagai.

55

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.

Kesimpulan
1.

Sebaran luas areal panen komoditi unggulan dan populasi unggas

tiap kabupaten di Sumatera Utara menunjukkan keragaan yang


Setiap kabupaten/kota memiliki dominasi jenis tanaman

di

variatif.

tertentu,

namun

tidak semua kabupaten memiliki komoditi unggulan


2.

Komoditas unggulan yang yang dapat dikembangkan adalah padi sawah,


jagung, ubi kayu, jeruk, karet, kelapa sawit, coklat, kopi dan pinang serta
ayam ras

3.

Komoditas unggulan dari subsector perkebunan yang paling

berpeluang

dan layak untuk dikembangkan adalah budidaya Kopi yang ada di Samosir
dimana LQ = 23.06
4.

Strategis

pengembangan

komoditas

unggulan

melalui

peningkatan

pengetahuan dan keterampilan petani, peningkatan kemampuan dan


kesiapan pemerintah kabupaten untuk peningkatan modal dan investasi dan
perbaikan infrastruktur serta tetap menjaga kelestarian lingkungan
6.2.

Saran
1.

Mengingat besarnya komoditi unggulan diSumatera Utara sebagai pemasok


diluar Sumatera Utara dituntut perhatian yang lebih besar untuk
memberikan pembinaan yang lebih intensif bagi komoditi unggulan

56

2.

Untuk meningkatkan produktivitas dan nilai jual, pengembangan komoditas


unggulan perlu dilakukan dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan
kondisi agroekosistem, berkelanjutan serta didukung kebijakan pemerintah.

3.

Dukungan hasil penelitian yang masih dibutuhkan adalah peningkatan


kualitas hasil melalui perbaikan pascapanen.

4.

Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui


keunggulan kompetitif wilayah nasional agar komoditas unggulan memiliki
daya saing di pasar global

57

DAFTAR PUSTAKA
Amien, I. 1997. Karakteristik dan Analisis Agroekologi. Pusat Penelitian Agroklimat.
Bogor.
Ayonymous, 1995. Visi Pertanian Abad 21. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian . Jakarta
Backer, C.A., and Van Den Brink, R.C., 1968, Flora of Java (Spermatophytes Only),
Noordhoff NV, Groningen, Netherlands, Vol III, p.164-194.
BPS 2007. Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2007. Jakarta
Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, p. 55-58.
Ferguson, P.J., Kurowska, E., Freeman, D.J., dan Koropatnick, D.J., 2004, A Flavonoid
Fraction from Cranberry Extract Inhibits Proliferation of Human Tumor Cell
Lines, J. Nutr. 134:1529-1535.
Fine, A.M., 2000, Oligomeric Proanthocyanidin Complexes: History, Structure, and
Phytopharmaceutical Applications, Altern Med Rev, 5(2):144-151.
Hendayana, R. 2003. Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) dalam penentuan
Komoditas Unggulan Nasional. Jurnal Informatikan PertanianVolume 12;1-21.
Irawan, Agus. 1996. Ayam-Ayam Pedaging Unggul. Aneka Solo.
Krisnamurthi, B. 2007. Langkah Sukses Memulai Agribisnis. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Lee, K.K., and Choi, J.D., 1999, The Effects of Areca Catechu L Extract on AntiInflammation and Anti-Melanogenesis, International Journal of Cosmetic
Science 21(4):275-284.
Leigh, M.J., 2003, Health Benefits of Grape Seed Proanthocyanidin Extract (GSPE),
Nutrition Noteworthy, 6(1): article 5.
Muslihat,E.J. 2007. Kajian Aspek Ekonomi Komoditas Unggulan di Kecamatan
Caringin
Nonaka, G., 1989, Isolation and structure elucidation of tannins, Pure & Appl. Chem, 61
(3): 357-360.
Suryana. 2006. Kewirausahan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta

58

Syamsuhidayat, S.S., Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia,


Balitbang Departemen Kesehatan, Vol I: 64-65.
Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi Edisi Revisi. Penerbit Bumi
Aksara. Jakarta.
Wang, C.K., and Lee, W.H., 1996, Separation, Characteristics, and Biological Activities
of Phenolics in Areca Fruit, J. Agric. Food Chem., 44(8):2014 -2019.
Wiharto. 1985. Petunjuk Beternak Ayam. Lembaga Penelitian Universitas Brawijaya.
Malang.

Anda mungkin juga menyukai