Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MANAJEMEN AGRIBISNIS PERKEBUNAN

By : Bu Evi Maharani

PENGELOLAAN AGRIBISNIS
Perkembangan Pengelolaan Agribisnis mulai dari Agro-subsistem, Agrobisnis, dan Agro
industry

Daya saing komoditas pertanian Indonesia menempati posisi yang cukup tinggi di
pasar internasional. Dengan Indonesia sebagai Negara agraris dimana penduduknya
menggunakan sector pertanian sebagai mata pencaharian, pertanian dapat digunakan untuk
meningkatkan perekonomian di Indonesia. Komoditas pertanian Indonesia menempati posisi
yang cukup tinggi di pasar internasional, membuktikan bahwa sector pertanian di Indonesia
memiliki potensi yang besar dalam perekonomian dunia dan akan membantu menunjang
meningkatnya pertumbuhan perekonomian Indonesia. Namun sector pertanian di Indonesia
belum cukup baik dimanfaatkan dan itu menjadi tantangan terbesar bagi kita sebagai masyarakat
yang menjalankan kegiatan usahatani serta pemerintah yang membantu memberi tunjangan
kelancaran kegiatan usahatani tersebut untuk menjadikan sector pertanian menjadi sector yang
maju. https://ejournal.atmajaya.ac.id/index.php/transaksi/article/view/477/283.

Pengelolaan agribisnis merupakan suatu proses yang sangat penting dalam menjalankan
bisnis pertanian untuk memastikan bahwa produksi pertanian berjalan dengan efisien dan sukses.
Dalam pengelolaan agribisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti:

1. Perencanaan bisnis: Membuat rencana bisnis yang jelas dan detail mengenai tujuan dan
strategi bisnis.
2. Pengetahuan pasar: Memahami pasar dan tren pasar untuk membuat keputusan yang baik
tentang produksi dan pemasaran.
3. Teknologi produksi: Menggunakan teknologi produksi terbaru dan inovatif untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
4. Sumber daya manusia: Memastikan bahwa tim bisnis terdiri dari individu yang memiliki
keahlian dan kompetensi yang diperlukan.
5. Keuangan: Mengelola keuangan dengan baik dan memastikan bahwa bisnis memiliki
cukup modal untuk berkembang dan mempertahankan operasinya.

Perkembangan pengelolaan agribisnis dapat terlihat melalui 3 tahap yaitu,

1. Agro subsistem yang merupakan tahap pertama dalam perkembangan pengelolaan


agribisnis. Pada tahap ini, produksi pertanian masih bersifat subsistem dan bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pangan dalam skala keluarga. Petani hanya memproduksi barang-
barang pertanian yang dibutuhkan oleh keluarga mereka dan tidak melakukan aktivitas
ekonomi lain. (Widodo, 2015)
2. Agrobisnis adalah tahap berikutnya dalam perkembangan pengelolaan agribisnis. Pada tahap
ini, produksi pertanian sudah bersifat bisnis dan petani sudah mulai melakukan aktivitas
ekonomi seperti memasarkan hasil pertanian mereka. Petani juga sudah mulai
mempertimbangkan pasar dan membuat strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan
hasil pertanian mereka. (Riana, 2019)
3. Agroindustri adalah tahap terakhir dalam perkembangan pengelolaan agribisnis. Pada tahap
ini, produksi pertanian sudah bersifat industri dan petani sudah melakukan aktivitas ekonomi
yang lebih besar, seperti memproduksi barang pertanian dengan skala besar dan
memasarkannya ke pasar luar negeri. Petani juga sudah menggunakan teknologi dan inovasi
untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk pertanian mereka. (Sari, 2020)

Pada masa sekarang, dimana perkembangan pengelolaaan agribisnis sudah berada ditahap
agroindustry, maka untuk mendayagunakan keunggulan Indonesia sebagai negara agraris dan
maritim serta menghadapi tantangan (Otonomi Daerah, Liberalisasi Perdagangan, perubahan
pasar internasional lainnya) ke depan, pemerintah (Departemen Pertanian beserta Departemen
terkait) sedang mempromosikan pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing
(Competitiveness), berkerakyatan (People-Driven), Berkelanjutan (Sustainable) dan
terdesentraliasi (Decentralized). Pembangunan agribisnis (Agribusiness Led Development)
merupakan suatu strategi pembangunan ekonomi yang mengintegrasikan pembangunan pertanian
(termasuk perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan) dengan pembangunan industri hulu
dan hilir pertanian serta sektor-sektor jasa yang terkait di dalamnya. Pembangunan pertanian
kedepan harus merupakan upaya pengembangan yang utuh dan menyeluruh pada seluruh aspek
ekonomi yang didalamnya terkait subsistem agribisnis hulu dan hilir pertanian serta sektor-sektor
jasa yang terkait di dalamnya.

Strategi pembangunan sistem agribisnis saat ini berbasis pada pemberdayaan keragaman
sumberdaya yang ada di setiap daerah (domestic resource based), akomodatif terhadap
keragaman kualitas sumberdaya manusia yang kita miliki, tidak mengandalkan impor dan
pinjaman luar negeri yang besar, berorientasi ekspor (selain memanfaatkan pasar domestik),
diperkirakan mampu memecahkan sebagian besar permasalahan perekonomian yang ada.

Berbeda dengan pembangunan di masa lalu, di mana pembangunan pertanian dengan


pembangunan industri dan jasa berjalan sendiri-sendiri, bahkan cenderung saling terlepas
(decoupling), di masa yang akan datang pemerintah akan mengembangkannya secara sinergis
melalui pembangunan sistem agribisnis yang mencakup empat subsistem sebagai berikut: (1)
Sub-sistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni industri-industri yang menghasilkan
barang-barang modal bagi pertanian, seperti industri perbenihan/pembibitan, tanaman, ternak,
ikan, industri agrokimia (pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak./ikan), industri alat dan mesin
pertanian (agro-otomotif); (2) Sub-sistem pertanian primer (on-farm agribusiness), yaitu kegiatan
budidaya yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usahatani tanaman pangan, usahatani
hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan (biofarmaka), usaha perkebunan, usaha peternakan,
usaha perikanan, dan usaha kehutanan); (3) Sub-sistem agribisnis hilir (down-stream
agribusiness), yaitu industri-industri yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan
seperti industri makanan./minuman, industri pakan, industri barang-barang serat alam, industri
farmasi, industri bio-energi dll; dan (4) Sub-sistem penyedia jasa agribisnis (services for
agribusiness) seperti perkreditan, transportasi dan pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM, dan
kebijakan ekonomi. Dengan lingkup pembangunan sistem agribisnis tersebut, maka
pembangunan industri, pertanian dan jasa saling memperkuat dan konvergen pada produksi
produk-produk agribisnis yang dibutuhkan pasar.

Pemerintah sedang dan akan menumbuh-kembangkan dan memperkuat usaha-usaha


agribisnis melalui instrument kebijakan yang dimiliki. Sistem dan usaha agribisnis yang sedang
dipromosikan adalah sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing sehingga pembangunan
sistem dan usaha agribisnis akan dipercepat bergeser dari yang mengandalkan sumberdaya alam
dan sumberdaya manusia (SDM) belum terampil (faktor-driven) kepada pembangunan sistem
dan usaha agribisnis yang mengandalkan barang-barang modal dan SDM lebih terampil (capital-
driven) serta mengandalkan ilmu pengetahuan, teknologi dan SDM terampil (innovation-driven).

Selain itu, pemerintah juga sedang mempromosikan sistem dan usaha agribisnis
kerakyatan dengan melibatkan rakyat dalam sistem dan usaha agribisnis, berlandaskan pada
sumber daya yang dimiliki dan atau dikuasai rakyat banyak (dari rakyat) baik sumberdaya alam,
sumberdaya teknologi (indigenous technologies), kearifan lokal (local widom), budaya ekonomi
lokal (local culture, capital social) dan menjadikan organisasi ekonomi rakyat banyak menjadi
pelaku utama agribisnis (oleh rakyat).

Selanjutnya, pemerintah mempromosikan sistem dan usaha agribisnis berkelanjutan baik


dari segi ekonomi, teknologi maupun ekologis. Dari segi ekonomi, pembangunan sistem dan
usaha agribisnis yang berakar kokoh pada sumberdaya dan organisasi ekonomi lokal dan dengan
menjadikan inovasi teknologi dan kreativitas (skill) rakyat banyak sebagai sumber pertumbuhan,
akan menghasilkan sistem dan usaha agribisnis yang berkelanjutan. Selain itu, teknologi yang
dikembangkan ke depan akan diupayakan teknologi ramah lingkungan (green technology).
Demikian juga pelestarian sumberdaya alam khususnya keragaman hayati merupakan bagian dari
pembangunan sistem agribisnis yakni bagian dari pengembangan industry
perbenihan/pembibitan. Dengan begitu, pembangunan sistem dan usaha agribisnis tidak hanya
untuk kepentingan jangka pendek, tetapi juga kepentingan jangka panjang.

Sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan
tersebut, dilaksanakan secara terdesentralisasi. Pembangunan sistem dan usaha agribisnis ke
depan berbeda dengan masa lalu yang sangat sentralistik dan top-down (state driven). Ke depan,
pembangunan sistem dan usaha agribisnis akan dilakukan secara terdesentralisasi dan lebih
mengedepankan kreativitas pelaku agribisnis daerah (people-driven). Hal ini bukan sekedar
tuntutan UU No. 22 dan No. 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, melainkan juga karena
kebutuhan objektif dari pembangunan agribisnis yang pada dasarnya berbasis pada
pendayagunaan sumber daya keragaman agribisnis baik intra maupun inter daerah.

Saragih, Bungaran. (2001). PEMBANGUNAN SISTEM AGRIBISNIS DI INDONESIA DAN


PERANAN PUBLIC RELATION. Fakultas Pertanian, IPB.

Kusumaningrum, Septiana Indriani. (2019). PEMANFAATN SEKTOR PERTANIAN


SEBAGAI PENUNJANG PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN INDONESIA. Jurnal
Transaksi Vol. 11 No. 1, Universitas Negeri Malang.

Widodo, S. (2015). Agribisnis: Suatu Tinjauan Konseptual dan Strategi Pengembangannya.


Jakarta: Rajawali Pers.

Riana, I. (2019). Agribisnis: Peran dan Strategi dalam Pertumbuhan Ekonomi. Bandung: PT
Refika Aditama.

Sari, D. (2020). Agroindustri: Konteks dan Prospek Pembangunannya. Yogyakarta: CV Andi


Offset.

Anda mungkin juga menyukai