Anda di halaman 1dari 18

NAMA : TITO SAPUTRA

NIM : 210621010019

“Analisi Pengaruh Industri Gula Semut Aren Terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah
Tangga Di Desa Moyag Kecamatan Kotamobagu Timur Kota Kotamobagu”

BAB I

PENDAHULUAN

Pembangunan mempunyai tujuan agar suatu wilayah berkembang menuju tingkat


perkembangan wilayah yang diinginkan secara berkelanjutan. Secara filosofis proses
pembangunan dapat diartikan sebagai upaya yang sistematis dan berkesinambungan untuk
menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif kebutuhan setiap
masyarakat yang beragam. Melalui pembangunan, maka diharapkan terjadi proses perbaikan
yang berkesinambungan pada masyarakat dalam suatu sistem sosial menuju kehidupan yang
lebih baik. Selanjutnya, dalam era keterbukaan dan kerjasama saat ini, pembangunan ekonomi
daerah dapat diartikan sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya
mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah
daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu, pemerintah daerah
dengan dukungan partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia,
diharapkan mampu memprediksi potensi tersebut untuk merancang dan membangun
perekonomian daerah.

Pemanfaatan sumber daya untuk mendukung pengembangan ekonomi lokal perlu diawali
dengan mengembangkan produk unggulan. Proses ini dilakukan dengan mengidentifikasi
produk unggulan terutama yang berasal dari sektor usaha sebagai proses pengembangan
sumber daya lokal dan optimalisasi atas potensi ekonomi daerah. Sebagai suatu strategi
pembangunan, pengembangan produk unggulan dinilai mempunyai kelebihan, karena
dianggap bahwa suatu daerah yang menerapkan pola pembangunan ini relatif lebih ―mandiri‖
dalam pengembangan ekonominya. Pengembangan produk unggulan dan pengembangan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat merupakan strategi yang efektif dalam
pengembangan ekonomi daerah.

Pembangunan ekonomi daerah melalui pengembangan produk unggulan yang sesuai dengan
sumberdaya dan kekhasan daerah merupakan cikal bakal bagi tumbuhnya pusat-pusat
pertumbuhan (growth center) dengan berbagai ukuran dan karakteristik produk dan komoditas
secara terpadu. Hal ini merupakan stimulasi bagi daerah untuk dapat berkembang dan
merupakan dasarr yang kuat dalam pembangunan daerah baik secara lokal maupun regional.
Maka dari itu, perlu arahan pembangunan ekonomi dengan perhatian yang lebih serius dan tata
kelola yang lebih baik guna mengejar ketertinggalan pembangunan yang terjadi di suaru
daerah, dengan mendelegasikan kepada Pemerintah Daerah untuk dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerahnya dengan melakukan proses perencanaan pembangunan
ekonomi lokal yang didasarkan pada potensi daerah serat karakteristik fisik geografis wilayah
yang dimiliki.

Sebagai upaya mendororong pembangunan ekonomi daerah, maka inventarisasi potensi daerah
sangat diperlukan agar dapat ditetapkan kebijakan pola pengembangan baik secara sektoral
maupun secara multisektoral. Salah satu langkah identifikasi potensi ekonomi daerah adalah
dengan mengidentifikasi produk potensial, andalan dan unggulan daerah pada tiap-tiap sektor
dan sub sektor ekonomi. Produk unggulan daerah menggambarkan kemampuan daerah
menghasilkan produk, menciptakan nilai, memanfaatkan sumberdaya secara nyata, memberi
kesempatan kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah, memiliki
prospek untuk meningkatkan produktivitas dan investasinya. Sebuah produk dikatakan unggul
jika memiliki daya saing sehingga mampu untuk menangkal produk pesaing di pasar domestik
dan berpotensi menembus pasar ekspor.

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan
pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan
menggunakan potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya financial dan
bahkan sumberdaya kelembagaan. Orientasi ini mengarahkan kepada pengambilan inisiatif-
inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan
kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Oleh karena itu,
dinamika keunggulan daerah di masa mendatang ditandai dengan kemampuan daerah dalam
meraih peluang menghadapi kompetisi pasar bebas baik di tingkat regional maupun global.

Sulawesi utara menyimpan banyak potensi sumber daya alam serta keanekaragaman hayati
yang sangat potensial, untuk pengembangan industri pertanian, termasuk perkebunan yang
dapat diolah untuk meningkatkan daya guna skaligus membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat yang ada didalamnya. Salah satu dari potensi yang dapat diolah adalah tanaman
perkebunan pohon aren atau enau yang dapat diolah menjadi “Saguer”. Tanaman pohon aren
adalah tanaman perkebunan yang sangat potensial dalam hal mengatasi kekurangan pangan
dan mudah beradaptasi baik pada berbagai iklim, mulai dari dataran rendah sehingga 1400 m
di atas permukaan laut (Effendi, 2009). Pohon aren atau enau memiliki potensi ekonomi yang
tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan keutungan finansial (Widyawati,
2012).

Kota Kotamobagu adalah daerah otonom setingkat Kota yang lahir dari hasil pemekaran
Kabupaten Bolaang Mongondow yang ditetapkan berdasarkan Undang- Undang Nomor 4

Tahun 2007. Secara keseluruhan, Kota Kotamobagu memiliki luas wilayah + 68,06 km2 yang
terdiri dari empat kecamatan yaitu (1) Kecamatan Kotamobagu Utara; (2) Kecamatan
Kotamobagu Timur; (3) Kecamatan Kotamobagu Selatan, dan (4) Kecamatan Kotamobagu
Barat. Secara umum, wilayah ini mempunyai tingkat kesuburan tanah yang cukup tinggi,
sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya kegiatan pertanian, perkebunan dan
bahkan juga perikananyang didukung oleh banyaknya aliran sungai yang mengalir di wilayah
Kota Kotamobagu.

Komoditas pertanian Kota Kotamobagu yang berperan besar dalam ketahanan pangan adalah
komoditas beras yang saat ini berkembang untuk memproduksi beras organik. Luas panen padi
sawah yang terdapat di Kota Kotamobagu pada tahun 2015 sebanyak 4.754 ha dengan tingkat
produktivitasnya mencapai 5,8 ton/ha. Sektor perkebunan yang menjadi komoditas utama
adalah komoditas kopi yang arealnya tersebar pada tiap kecamatan, yaitu di Kotamobagu
Selatan seluas 36,30 ha, Kotamobagu Timur 42,80 ha, Kotamobagu Utara 36,00 ha dan di
Kotamobagu Barat seluas 77,50 ha, dengan produksi rata-rata 1.343,18 ton/tahun.

Selain itu, pada sektor perkebunan juga terdapat komoditas gula aren yang areal potensialnya
tersebar cukup luas pada tiap kecamatan, yaitu di Kecamatan Kotamobagu Selatan seluas 15,80
ha, Kotamobagu Timur 32,00 ha, Kotamobagu Utara 11,75 ha dan di KecamatanKotamobagu
Barat seluas 15,80 ha dengan produksi rata-rata 3.185,42 ton/tahun.Hingga tahun 2017 ini,
pemerintah dan masyarakat Kota Kotamobagu berupaya untuk terus mendorong
perkembangan sektor pertanian dan juga perkebunan diseluruh wiayah potensial di Kota
Kotamobagu, dan diharapkan kedua sektor ini dapat meningkatkan ekonomi daerah dan
kesejahteraan masyarakat.

Aren atau enau adalah salah satu tanaman palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang
tinggi dan dapat tumbuh subur diwilayah tropis seperti Indonesia. Tanaman aren bisa tumbuh
pada segala macam kondisi tanah, baik tanah berlempung, berkapur maupun berpasir. Pohon
aren merupakan pohon yang menghasilkan bahan bahan industri, hampir semua bagian atau
produk tanaman ini dapat dimanfaatkan mulai dari akar sampai daun, terlihat bahwa semua
dapat diolah menjadi bahan baku produk tertentu dan memiliki nilai ekonomis ( Soekartiwi,
2001).

Tanaman aren merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan yang memiliki nilai
ekonomis tinggi dikarenakan oleh hampir keseluruhan bagian tanaman ini memiliki nilai jual
dan mendatangkan keuntungan finansial (Wua, 2009)

Sejauh ini, perkembangan kegiatan pada sektor pertanian dalam rangka mendukung ketahanan
dan kedaulatan pangan sudah cukup berhasil yang ditandai dengan diraihnya Penghargaan
Ketahanan Pangan pada tahun 2016 yang merupakan bentuk penghargaan nasional terhadap
Kota Kotamobagu dalam ikut serta membangun Ketahanan Pangan Nasional. Sejalan
ditetapkannya tahun 2017 sebagai Tahun Investasi Kotamobagu, maka dirasakan perlu untuk
mengkaji lebih jauh mengenai komoditas unggulan lainnya yang dapat dikembangkan untuk
menunjang investasi di Kotamobagu. Produk atau komoditas unggulan daerah ini akan
menggambarkan kemampuan daerah menghasilkan produk dan komoditas, menciptakan nilai,
memanfaatkan sumberdaya secara nyata, memberi kesempatan kerja, mendatangkan
pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah, dan tentunya memiliki prospek untuk
meningkatkan produktivitas dan investasinya. Sebuah produk dikatakan unggul jika memiliki
daya saing sehingga mampu untuk menangkal produk

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Berapakah pendapatan usaha gula aren di Desa Moyag, Kecamatan Kotamobagu Timur,
Kota Kotamobagu?
2. Berapakah kelayakan usaha gula aren di Desa Moyag, Kecamatan Kotamobagu Timur,
Kota Kotamobagu?

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian :

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pendapatan usaha gula Semut aren di Desa Moyag, Kecamatan
Kotamobagu Timur, Kota Kotamobagu.
2. Untuk mengetahui kelayakan usaha gula semut Aren di Desa Moyag, Kecamatan
Kotamobagu Timur, Kota Kotamobagu.

Manfaat Penelitian

Kemudian adapun Pemanfaatan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani,


pedagang yang membutuhkan pengetahuan mengenai kajian ekonomi berbahan baku
nira aren dan sebagai bahan informasi bagi pengrajin usaha
2. Bagi Pengusaha gula semut aren Desa Moyag, Kecamatan Kotamobagu Timur, Kota
Kotamobagu, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai salah satu informasi yang
sangat penting untuk bisa meningkatkan pengembangan usaha gula aren.
3. Bagi pemerintah Kota Kotamobagu agar hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi
untuk menyusun kebijakan dimasa yang akan datang khususnya yang bisa memberikan
kemudahan bagi Pengusaha gula aren dalam pengembangan usaha gula aren.
4. Bagi pembaca, agar hasil penelitian ini bisa memberikan informasi dan referensi agar
bisa menambah pengetahuan dalam menyusun penelitian selanjutnya.
BAB 2

TINJUAN PUSTAKA

Definisi Industri

Industri adalah semua perusahaan atau usaha yang melakukan kegiatan merubah bahan

dasar atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya.Termasuk

kedalam sektor ini adalah perusahaan yang melakukan kegiatan jasa industri dan perakitan

(assembling) dari suatu industri (BPS, 2002).

Pengertian industri secara makro adalah semua sektor-sektor yang dapat menghasilkan

nilai tambah dan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu industri yang

menghasilkan barang-barang dan industri yang menghasilkan jasa-jasa. Pengertian industri

secara mikro diartikan sebagai kumpulan perusahaan-perusahaan yang dapat menghasilkan

barang-barang yang homogen atau saling dapat mengganti secara erat (Hasibuan, 1994).

Industri merupakan suatu bentuk kegiatan masyarakat sebagai bagian dari sistem

perekonomian atau sistem mata pencahariannya dan merupakan suatu usaha dari manusia

dalam menggabungkan atau mengolah bahan-bahan dari sumber daya lingkungan menjadi

barang yang bermanfaat bagi manusia (Hendro dalam Sutanta, 2010).

Sedangkan pengertian industri menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun

1984 tentang perindustrian. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,

bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai tinggi

untuk pengunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dalam

sektor industri dibedakan atas tiga jenis industri yakni industri besar, industri sedang atau

menengah, industri kecil dan rumah tangga. Dilihat dari segi jumlah tenaga kerja yang dimiliki,

maka yang dimaksud dengan industri besar adalah yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100

orang, industri sedang adalah industri yang memiliki tenaga kerja 20 hingga 90 orang, industri
kecil yang memiliki jumlah tenaganya 5 sampai 19 orang dan industri yang memiliki tenaga

kerja kurang dari 5 oarang disebut industri rumah tangga atau kerajinan rumah tangga.

Klasifikasi Industri

Wigjosoebroto dalam Sutanta (2010) mengklasifikasikan jenis-jenis industri berdasarkan

pada aktifitas-aktifitas umum yang dilaksanakan, sebagai berikut:

1. Industri penghasil bahan baku (the primary row-material industri), yaitu industri

yang aktifitas produksinya mengolah sumber daya alam guna menghasilkan bahan

baku maupun bahan tambahan lainnya yang dibutuhkan oleh industri penghasil

produk atau jasa. Industri tipe ini umum dikenal sebagai “ekstrative/ primary

industry”. Contoh: industri perminyakan, industri pengolah bijih besi, dan lain-lain.

2. Industri manufaktur (the manufacturing industries), adalah industri yang memproses

bahan baku guna dijadikan bermacam-macam bentuk/model produk, baik yang

berupa produk setengah jadi (semi manufactured) ataupun yang sudah berupa produk

jadi (finished goods product). Disini akan terwujud suatu transformasi proses baik

secara fisik ataupun kimiawi terhadap input material dan akan memberi nilai tambah

yang lebih tinggi terhadap material tersebut. Contoh: industri permesinan, industri

mobil, industri tekstil, dan lain-lainnya.

3. Industri penyalur (distribusution industries), adalah industri yang memiliki fungsi

untuk melaksanakan proses distribusi baik untuk row material maupun finished

goods product. Row materials maupun finished goods product (manufactured goods)

akan didistribusikan dari produsen ke produsen yang lain dan dari produsen ke

konsumen. Operasi kegiatan ini meliputi aktifitas-aktivitas buying dan selling,

storing, sorting, grading, packaging, dan moving goods (transportasi).

Industri pelayanan/jasa (service industries), adalah industri yang bergerak dibidang

pelayanan atau jasa, baik untuk melayani dan menunjang aktivitas industri yang lain maupun
langsung memberikan pelayanan/jasa kepada konsumen. Contoh : bank, jasa angkutan, rumah

sakit, dan lain-lainnya.

Faktor-Faktor Lokal Industri

Ada beberapa faktor yang menentukan lokasi industri, antara lain: sumber daya alam dan

energi, sumber daya manusia, modal, pasar dan harga, aglomerasi (keterkaitan antarindustri

dan penghematan eksternal), dan kebijaksanaan pemerintah. Weber dalam Teguh (2010)

menyatakan, ada tiga faktor yang menentukan lokasi industri, yaitu biaya angkutan, tenaga

kerja, dan deglomerasi. Ada 3 (tiga) hal utama yang harus diputuskan dalam mendirikan suatu

pabrik/ industri yaitu skala operasi dan pemasaran, teknologi atau teknik produksi yang akan

digunakan dan lokasi pabrik/industri.3 (tiga) pendekatan utama dalam menentukan lokasi

industri, yaitu: Pendekatan biaya terkecil, yang berusaha menjelaskan lokasi berdasarkan pada

minimalisasi biaya faktor. Analisis daerah pasar, yang lebih menitikberatkan pada permintaan

atau faktor pasar, Pendekatan maksimalisasi laba, sebagai akibat dari kedua pendekatan di atas.

Ketiga pendekatan di atas merupakan suatu kerangka yang sangat bermanfaat untuk

menganalisis pendekatan teori lokasi industri, walaupun ketiganya tidak terpisahkan.

Definisi Kesejahteraan

Dalam istilah umum, sejahtera yaitu suatu keadaan yang menunjuk ke kondisi yang baik,

kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan

damai.Sedangkan di dalam kamus bahasa indonesia sejahtera di artikan dengan aman

sentosa,makmur,dan selamat atau terlepas dari segala gangguan. Menudrut Undang-undang

Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembagunan Keluarga

Sejahtera di sebutkan bahwa , keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan

perkawinan yang sah ,mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual maupun rmateriil yang

layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,memiliki hubungan yang baik, sepemikiran

,selaras dan seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Untuk
mendefinisikan kesejahteraan rumusan multidimensi harus digunakan, dan dimensi-dimensi

tersebut meliputi standar hidup material (pendapatan, konsumsi, kekayaan), kesehatan,

pendidikan (Stighlitz,2011). Kesejahteraan sosial dapat didefenisikan sebagai suatu kondisi

kehidupan individu dan masyarakat yang sesuai dengan standar kelayakan hidup yang

dipersepsi masyarakat (Swasono, 2004). Tingkat kelayakan hidup dipahami secara relatif oleh

berbagai kalangan dan latar belakang budaya, mengingat tingkat kelayakan ditentukan oleh

persepsi normatif suatu masyarakat atas kondisi sosial, material, dan psikologis tertentu.

Kesejahteraan pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu:

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan

kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.

2. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan

sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha

kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk

mencapai sejahtera.

Teori Kesejahteraan

Status kesejahteraan dapat diukur berdasarkan proporsi pengeluaran rumah tangga

(Bappenas, 2000). Rumah tangga dapat dikategorikan sejahtera apabila proporsi pengeluaran

untuk kebutuhan pokok sebanding atau lebih rendah dari proporsi pengeluaran untuk

kebutuhan bukan pokok. Sebaliknya rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk

kebutuhan pokok lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran untuk kebutuhan bukan pokok,

dapat dikategorikan sebagai rumah tangga dengan status kesejahteraan yang masih rendah.

Kesejahteraan adalah sebuah tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun

spiritual yang diikuti dengan rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman diri, rumah tangga

serta masyarakat lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga negara dapat melakukan
usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri,

rumah tangga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi (Rambe, 2004).

Arthur Dunham dalam Sukoco (1991) mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-

kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui

pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa

bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan,penyesuaian sosial, waktu senggang,

standar-standar kehidupan, dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial

memberi perhatian utama terhadap individu - individu, kelompok - kelompok, komunitas -

komunitas, dan kesatuan - kesatuan penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup

pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan.

Kriteria Masyarakat Sejahtera menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat

yaitu,pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal serta fasilitas

yang dimiliki ,kesehatan anggota keluarga dan,tingkat pendidikan anggota keluarga

(BPS,2014)

a. Indikator pendapatan per Tahun

1. Tinggi (> Rp 10.000.000)

2. Sedang ( Rp 5.000.000)

3. Rendah ( Rp < 5.000.000)

b. Indikator pengeluaran per Tahun

1. Tinggi (> Rp 5.000.000)

2. Sedang (Rp 1.000.000- Rp5.000.000)

3. Rendah (< Rp 1.000.000)


c. Indikator untuk tempat tinggal dinilai dengan lima kriteria yaitu jenis atap,jenis

dinding,status kepemilikan,lantai dan luas lantai, dari lima golonga itu kemudia di pilah

menjadi 3 golongan

d. Indikator yang digunakan untuk mengukur fasilitas tempat tinggal sendiri dapat dinilai

dengan 12 item yang terdiri dari pekarangan, alat elektronik

pendingin,penerangan,kendaraan yang dimiliki,bahan bakar yang digunakan untuk

memasak, sumber air bersih,fasilitas air minum,cara mendapatkan air minum,sumber

air yang diminum, fasilitas MCK, dan jarak MCK dari tempat tinggal (rumah), dan dari

12 hal tersebut kemudian akan di golongka menjadi 3 golongan yaitu,

1.Lengkap

2.Cukup

3.Kurang

e. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesehatan anggota keluarga

1.Bagus (<25% sering sakit)

2.Cukup (25% - 50% sering sakit)

3.Kurang (>50% sering sakit)


f. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemudahan mendapatkan layanan kesehatan

yaitu jarak rumah sakit terdekat, jarak toko obat,penanganan obat-obatan,harga obat-

obatan, dan alat kontrasepsi. Kemudian hal-hal yang telah disebutkan dipilah menjadi

3 golongan yaitu,

1. Mudah

2. Cukup

3. Sedang .
g. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemudahan dalam memasukkan anak ke

jenjang pendidikan yaitu biaya sekolah,jarak ke sekolah,dan proses penerimaan. Dan

kemudian hal-hal yang telah disebutkan akan digolongkan menjadi 3 item yaitu,

1.Mudah

2.Cukup

3.Sulit

h. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemudahan dalam mendapatkan

transportasi yaitu, ongkos kendaraan, fasilitas kendaraan, dan status kepemilikan

kendaraan, yamg kemudia akan digolongkan menjadi 3 yaitu,

1.Mudah

2.Cukup

3.Sulit

Kriteria Masyarakat Sejahtera menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN)

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengelompokan tingkat

kesejahteraan keluarga menjadi 5 (lima) tahapan, yaitu:

a. Keluarga Pra Sejahtera (KPS)

Yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari 6 (enam) indikator Keluarga Sejahtera I

(KS I) atau indikator “kebutuhan dasar keluarga” (basic needs).

b. Keluarga Sejahtera I (KS I)

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, tetapi tidak

memenuhi salah satu dari 8 (delapan) indikator Keluarga Sejahtera II atau indikator

“kebutuhan psikologis” (psychological needs) keluarga.


c. Keluarga Sejahtera II (KS II)

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I dan 8 (delapan)

indikator KS II, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5 (lima) indikator Keluarga Sejahtera

III (KS III), atau indikator “kebutuhan pengembangan” (develomental needs) dari keluarga.

d. Keluarga Sejahtera III (KS III)

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8 (delapan)

indikator KS II, dan 5 (lima) indikator KS III, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 2 (dua)

indikator Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator “aktualisasi diri” (self

esteem) keluarga.

e. Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus)

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6 (enam) indikator tahapan KS I,

8 (delapan) indikator KS II, 5 (lima) indikator KS III, serta 2 (dua) indikator tahapan KS

III Plus

Kesejahteraan yang dialami para pengrajin industri gula aren seringkali bertolak belakang

dengan banyaknya minat pasar terhadap produk gula aren. Banyak yang mengatakan bahwa nasib

pengrajin gula aren tidak semanis gula yang dihasilkan. Hal tersebut disebabkan karena

keterbatasan pengetahuan dan ketidakmampuan mengakses pasar yang kemudian menyebabkan

para pengrajin memiliki ketergantungan pada tengkulak dan tidak mampu menentukan harga

produk (Wahyuti, 2009).

Pengembangan UKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun

masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan

pemerintah selanjutnya perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh kembang UKM. Pemerintah

perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan UKM disamping mengembangkan

kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, juga

meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya (Kristiyanti, 2012).


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini di lihat dari tingkat eksplanasi merupakan jenis penelitian asosiatif

dan deskriptif. Jenis penelitian asosiatif adalah jenis penelitian yang bersifat mencari hubungan

atau pengaruh antara dua variabel atau lebih. (Sugiyono, 2007:55).sedangkan jenis penelitian

deskriptif adalah bagian dari statistika yang mempelajari alat,teknik,atau prosedur yang

digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kumpulan data atau hasil pengamatan

yang dilakukan.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menempuh beberapa langkah diantaranya

diadakan terlebih dahulu studi terhadap masalah yang akan di angkat dari beberapa literature

dan informasi dari internet yang ada. Selanjutnya diadakan persiapan untuk pencarian data

yang diperlukan untuk dapat menganalisis masalah melalui kuesioner (data sekunder). Setelah

semua data sudah terkumpul maka diadakan pengolahan data, setelah itu didapat hasil

analisisnya maka akan dimulai pembahasan yang akan menghasilkan kesimpulan dan saran.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder dengan tujuan agar penelitian

didukung dengan data yang akurat. Menurut Sugiyono (2007:14) dibedakan menjadi dua,

yaitu:

Data Primer

Sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui

media perantara) dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari responden.

Data Sekunder

Sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh

dan dicatat oleh pihak lain).


Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan metode

kuisioner dan kepustakaan.

Kepustakaan

Untuk melangkapi data, penulis melakukan penelitian kepustakaan melalui buku-buku

menyangkut masalah yang berhubungan dengan penelitian ini.

Kuisioner

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pernyataan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan

teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu apa yang bisa diharapkan dari

responden (Sugiyono, 2004).

Metode Analisis Data

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatukuesioner. Suatu

kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dan kuesioner mampuuntuk mengungkap sesuatu

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006). Uji validitas menggunakan analisis

korelasi pearson, keputusanmengetahui valid tidaknya butir instrumen. Jika pada tingkat

signifikan 10% nilai r hitung > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut

valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakanindikator dari

suatu variabel.Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jikajawaban pertanyaan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006).


3. Uji Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi sederhana, yaitu teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya pengaruh keseluruhan variabel X terhadap variabel Y. Persamaan regresinya

dinyatakan sebagai berikut : Υ = b0 +b1X1 + e

Keterangan:

Υ = Tingkat Kesejahteraan

b0 = Bilangan konstanta

b1, ..., b5 = Koefisien regresi

X1 = Industri Gula Aren

e = Epsilon (pengaruh faktor lain)

Selanjutya untuk mengetahui seberapa kuat hubungan ketiga variabel independen dengan

pengungkapan tanggungjawab sosial dihitung korelasi berganda. Analisis korelasi berganda

digunakan untuk mengetahui derajat hubungan atau kekuatan hubungan variabel X1 dengan

Y. Korelasi yang digunakan adalah korelasi ganda dengan rumus:

R = b1,X,Y +b2,X1,Y+B3,X3,Y

Y2

(sugiyono,2011 : 286).

4. Uji t (Parsial)

Uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel independen secara

parsial atau individual terhadap variabel dependen. Kriteria yang digunakan adalah: (Ghozali

,2006).

Ho : β1 = 0

Artinya, tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial pada masing-masing variabel

independen.
Ha : β1 > 0

Artinya, ada pengaruh yang signifikan secara parsial pada masing-masing variabel

independen. Sedangkan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Taraf Signifikan (α = 0,05)


b. Distribusi t dengan derajat kebebasan (n)
c. Apabila t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
d. Apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. “Batasan dan Pengertian MDK”. Diakses dari http://aplikasi.bkkbn.go.id, pada tanggal
19 Oktober 2021.
BPS, “Indikator Kesejahteraan Rakyat Welfare Indicators 2014”. Diakses dari
http://www.bps.go.id, pada tanggal 19 Oktober 2021.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan Keempat.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Giovani, Glori. 2015. Jurnal “Pengaruh Industri Gula Aren Terhadap Tingkat Ke-sejahteraan
Rumah Tangga Pemilik Industri Di Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak”.
Hasibuan. Malayu. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Haji Masagung
Kristiyanti, Mariana. 2012. Peran Strategis Usaha Kecil Menengah (UKM) Dalam Pembangunan
Nasional. Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No. 1, hal. 63-89.
Monica. A. Pongoh. 2016. Jurnal”Analisis Penerapan Manajemen Rantai Pasokan Pabrik Gula
Aren Masarang”
Rosidah. R. Adam. 2015. Jurnal”Pengolahan Gula Aren (Arrenga Pinnata Merr) Di Desa Banua
Hanyar Kabupaten Hulu Sungai Tengah”.
Stiglitz Joseph E, Fitoussi Jean Paul, 2011. Mengukur Kesejateraan. Marjin Kiri.
Sukirno, Sadono. 1995. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Edisi dua. Jakarta: PT. Karya Grafindo
Persada. hal. 54
Sritomo Wignjosoebroto. 2003. Pengantar Teknik & Manajemen Industri Edisi Pertama,
Jakarta: Penerbit Guna Widya hlm. 19
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: CV. Alfa Beta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta
Sukirno, Sadono. 2007. Makro Ekonomi Modern. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Perkasa,
Wahyuti, Erna. 2009. Nasib Pengrajin Gula Tidak Semanis Gula Yang Dihasilkan. Diakses
melalui http://www.kampungcitelu.wordpress.com pada tanggal 17 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai