Anda di halaman 1dari 182

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri menjadi salah satu penggerak utama pembangunan

ekonomi nasional, karena mampu memberikan kontribusi signifikan

dalam peningkatan nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, serta

mampu memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan daya

saing nasional.

Pembangunan industri merupakan salah satu pilar

pembangunan perekonomian nasional, yang diarahkan dengan

menerapkan prinsip-prinsip pembangunan industri yang

berkelanjutan yang didasarkan pada aspek pembangunan ekonomi,

sosial, dan lingkungan hidup sebagaimana diamanatkan dalam Pasal

33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 yang menyatakan bahwa “perekonomian nasional

diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip

kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan

kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.

Untuk mencapai tahapan ekonomi yang bebasis

pengetahuan/inovasi dalam situasi persaingan global ini diperlukan

ekonomi berbasis industri (industrial-based economy) yang kuat

melalui perencanaan dan kebijakan yang mendukung terwujudnya

1
peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang

menyeluruh dan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Secara geografis, wilayah Kabupaten Ketapang berada di

bagian paling Selatan Provinsi Kalimantan Barat dengan letak

geografis pada posisi 0º 19’ 26,51’’ sampai dengan 3º 4’16,59’’ Lintang

Selatan dan 109º 47’36,55 BT sampai dengan 111º 21’37,36’’ Bujur

Timur. Kabupaten Ketapang merupakan Kabupaten terluas di

Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah mencapai 31.588 Km²

terdiri dari 30.099 km² daratan dan 1.489 km² laut perairan.

Kabupaten Ketapang terdiri dari 20 Kecamatan, dimana 13

kecamatan berada di daerah perhuluan dan selebihnya merupakan

kawasan pesisir, yaitu wilayah kecamatan yang sebagian wilayah

desanya berbatasan langsung dengan laut/pantai.

Pengembangan sektor industri tidak hanya dalam rangka

peningkatan skala ekonomi suatu daerah yang terukur melalui

produk domestik regional bruto (PDRB). Pembangunan industri ke

depan ditujukan agar sektor industri dapat tumbuh lebih cepat

sehingga dapat berperan lebih besar dalam penciptaan nilai tambah

yang berujung pada peran sektor industri pada peningkatan

pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

Pertumbuhan industri juga di harapkan akan meningkatkan taraf

hidup masyarakat sekitar yang sekiranya akan memberikan dampak

kepada sektor lainnya seperti perdagangan, transportasi dan lain-lain,

sehingga aktivitas industri dan ikutannya meningkatkan pendapatan

perkapita masyarakat.
2
Peningkatan pertumbuhan industri merupakan upaya

yang sangat strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi

mengingat: (1) produk industri seperti manufaktur adalah sektor

bersifat tradable, sehingga menjadi salah satu sumber pendapataan

eksternal perekonomian nasional, (2) memberikan daya tarik dan

daya dorong anta rsektor perekonomian, (3) menarik sektor hulu atau

sektor primer (sektor pertanian dan pertambangan), dan mendorong

berkembangnya sektor tersier yaitu sektor jasa-jasa terkait seperti

perdagangan, angkutan, jasa keuangan, dan sektor jasa-jasa secara

keseluruhan. Untuk memenuhi kriteria tersebut di atas, maka

pengembangan industri dikategorikan sebagai upaya yang sangat

strategis bagi pertumbuhan perekonomian nasional. Terlebih lagi saat

ini negara kita sedang memasuki kelompok ekonomi Lower Middle

Income (pendapatan menengah bawah), sehingga dengan

berkembangnya industri dan ekspornya dapat mempercepat

memasuki dan mempertahankan posisi negara pada kelompok

Lower High Income (pendapatan atas bawah).

Dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB, sektor industri

pengolahan merupakan sektor ketiga yang terbesar kontribusinya

terhadap perekonomian di Kabupaten Ketapang setelah sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan serta sektor pertambangan dan

penggalian. Sektor industri pengolahan sendiri pada tahun 2015

berkontribusi terhadap pendapatan di Kabupaten Ketapang sebesar

Rp 2.433,80 miliar dengan kecenderungan selalu meningkat setiap

tahunnya dari tahun 2015 s/d 2019 dengan laju pertumbuhan 6,82%
3
per tahun (tertinggi kedua setelah sektor pertambangan dan

penggalian). Hingga tahun 2019 nilai kontribusi sektor industri

pengolahan sebesar Rp 4.027,97 miliar. Jika dilihat dari

kontribusinya, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi

terbesar ketiga setelah sektor pertanian dan sektor pertambangan.

Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri masih menjadi salah

satu sektor unggulan di Kabupaten Ketapang karena kontribusinya

yang masih cukup besar bagi perekonomian.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 3

tahun 2014 tentang Perindustrian menyebutkan bahwa setiap

Bupati/Wali Kota menyusun Rencana Pembangunan lndustri

Kabupaten/Kota (RPIK). RPIK disusun dengan mengacu pada

Rencana lnduk Pembangunan lndustri Nasional (RIPIN) dan Kebijakan

lndustri Nasional (KIN) yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

RPIK disusun paling sedikit memperhatikan:

• Potensi sumber daya lndustri daerah;

• Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kab/Kota;

•Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan sosial ekonomi serta

daya dukung lingkungan.

RPIK Ketapang Tahun 2021-2041 disusun mengacu pada

Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP) Provinsi Kalimantan

Barat Tahun 2017-2037 dan Rencana Induk Pembangunan Industri

Nasional (RIPIN) serta Kebijakan Industri Nasional dalam rangka

mewujudkan visi pembangunan industri Provinsi Kalimantan Barat


4
yaitu Terwujudnya Industri Berbasis Komoditas Unggulan yang Maju

dan Berdaya Saing serta Berwawasan Lingkungan untuk Mendukung

Peningkatan dan Pemerataan Ekonomi Kalimantan Barat.

Rencana Pembangunan Industri Kabupaten Ketapang Tahun

2021-2041 Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2041 sebagai suatu

rencana strategis untuk menempatkan perindustrian yang tangguh

sebagai core business suatu daerah diharapkan dapat menata

pemanfaatan sentra industri yang terencana dengan baik, lebih

terarah dan lebih optimal akan menciptakan sistem perindustrian

yang lebih produktif, aman dan berkelanjutan.

Pembangunan sektor industri memiliki peranan strategis dalam

pembangunan ekonomi Kabupaten Ketapang sehingga untuk

kepentingan pengembangan dan pembinaan diperlukan dukungan

peraturan setingkat Peraturan Daerah yang dapat menjadi landasan

operasional yang komprehensif dalam perencanaan pembangunan

industri dalam upaya menciptakan pembangunan industri yang maju

dan bermartabat diwujudkan melalui penguatan struktur industri yang

mandiri, sehat, dan berdaya saing, dengan mendayagunakan sumber

daya secara optimal.

B. Identifiakasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan, yaitu:

1. Permasalahan apa yang dihadapi terkait Rencana Pembangunan

Industri Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2041 serta bagaimana

permasalahan tersebut diatasi?


5
2. Mengapa diperlukan adanya Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Ketapang tentang Rencana Pembangunan Industri

Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2041?

3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,

dan yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Ketapang tentang Rencana Pembangunan Industri Kabupaten

Ketapang Tahun 2021-2041?

4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,

jangkauan, dan arah pengaturan dari Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Ketapang Rencana Pembangukan Industri Kabupaten

Ketapang Tahun 2021-2041?

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

Sejalan dengan permasalahan yang telah diidentifikasi, tujuan

dari penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Ketapang tentang Rencana Pembangunan Industri

Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2041 adalah:

1. Merumuskan permasalahan terkait Rencana Pembangunan Industri

Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2041 serta cara-cara mengatasi

masalah tersebut.

2. Untuk menemukan hal-hal penting yang mendasari perlunya

penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang

tentang Rencana Pembangunan Industri Kabupaten Ketapang

Tahun 2021-2041 sebagai dasar pemecahan masalah tersebut.

6
3. Untuk mengetahui landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis atas

pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang

tentang Rencana Pembangunan Industri Kabupaten Ketapang

Tahun 2021-2041.

4. Untuk merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup

pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dari Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang Rencana Pembangunan

Industri Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2041.

Sementara itu, kegunaan dari penyusunan Naskah Akademik

adalah sebagai acuan atau referensi penyusunan Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang tentang Rencana

Pembangunan Industri Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2041.

D. Metode

Penelitian hukum menurut Zainudin Ali adalah segala aktivitas

seseorang untuk menjawab permasalahan hukum yang bersifat

akademik dan praktisi, baik yang bersifat asas – asas hukum, norma –

norma hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat,

maupun yang berkenaan dengan kenyataan hukum dalam masyarakat.

(Zainudin Ali, hal 19)

Dalam melakukan Penyusunan Naskah Akademik Peraturan

Daerah Kabupaten Ketapang tentang Rencana Pembangunan Industri

Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2041 , menggunakan metode yuridis

normatif. Penelitian dilakukan dengan penelitian kepustakaan untuk

memperoleh data sekunder dan penelitian lapangan untuk memperoleh

data primer sebagai pendukung data sekunder.


7
1. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data sekunder dilakukan dengan

penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian data

melalui studi pustaka dilakukan dengan menelaah peraturan

perundang-undangan, dokumen atau catatan yang berkaitan

dengan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten.

Untuk pengumpulan data primer dilakukan wawancara

dengan Instansi/Dinas terkait yang menangani masalah Rencana

Pembangunan Industri Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2041 .

2. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis

kualitatif, artinyamenguraikan data yang diolah secara rinci

kedalam bentuk kalimat-kalimat(deskriptif). Analisis kualitatif yang

dilakukan bertitik tolak dari analisis empiris,yang dalam

pendalamannya dilengkapi dengan analisis normatif.

Berdasarkanhasil analisis ditarik kesimpulan secara deduktif, yaitu

cara berpikir yangdidasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum

untuk kemudian ditarik suatukesimpulan bersifat khusus.

Data selanjutnya dikelompokkan agar lebih mudah dalam

menyaring mana data yang dibutuhkan atau tidak. Setelah

dikelompokkan data tersebut dijabarkan dengan bentuk teks agar

lebih dimengerti, setelah itu kesimpulan ditarik dari data tersebut

sehingga dapat menjawab pokok permasalahan.


8
Untuk menganalisis berbagai fenomena di lapangan dilakukan

langkah-langkah berikut:

a. Pengumpulan informasi melalui wawancara, observasi

langsung dan dokumentasi.

b. Reduksi data

Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari

catatan lapangan. Langkah ini bertujuan untuk memilih

informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan

masalah penelitian.

c. Penyajian data

Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya

adalah penyajian data. Penyajian data diarahkan agar data

hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola

hubungan, sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data

dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif. Penyajian data

yang baik merupakan satu langkah penting menuju

tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal.

d. Tahap akhir adalah menarik kesimpulan dilakukan secara

cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang

pada catatan-catatan lapangan sehingga data-data yang ada

teruji validitasnya.

9
BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis

1. Pengertian Industri

Industri merupakan sektor ekonomi yang di dalamnya

terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang jadi atau barang

setengah jadi (Dumairy, 1996). Menurut Kartasapoetra (2000),

pengertian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan

mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi

menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi lagi penggunaannya,

termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan

industri. Secara global, peran sektor industridalam mendorong

kebangkitan ekonomi masyarakat cukup kuat. Hal ini disebabkan

karena keterkaitan sekotr industri terhadap sektor-sektor ekonomi

lainnya.

Usaha industri atau perusahaan merupakan suatu kesatuan

unit yang melakukan kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan

barang dan jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu,

dan mempunyai catatan produksi dan struktur biaya serta ada

seorang atau lebih yang bertanggung jawab atau usaha tersebut.

Industri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

kesejahteraan penduduk. Dari sudut pandang geografi, industri


10
sebagai suatu sistem yang terdiri dari perpaduan sub sistemfisis

dan sub sistem manusia (Sumaatmaja, 1981)

Menurut Partadirja dalam mendukung suatu indsutri

dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi antara lain:

a. Faktor produksi modal. Faktor produksi modal terdiri dari modal

buatan manusia dan lahan. Modalbuatan manusia termasuk

diantaranya adalah bangunan-bangunan, mesin-mesin,jalan

raya, kereta api, bahan mentah, persediaan barang jadi dan

setengah jadi.Modal lahan terdiri dari tanah, air, udara, serta

mineral di dalamnya.

b. Faktor produksi tenaga kerja. Faktor produksi tenaga kerja

terdiri dari tenaga kerja atau buruh dan kewirausahaan. Faktor

tenaga kerja berupa jumlah pekerja termasuk tingkat pendidikan

dan tingkat keahliannya. Kewirausahaan sebagai kecakapan

seseorang untuk mengatur faktor-faktor produksi lain beserta

resiko yang dipikulnya berupa keuntungan dan kerugian.

(Partadirja 1985).

2. Tujuan Pembangunan Industri

Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang

Perindustrian disebutkan bahwa pembangunan industri

berlandaskan demokrasi ekonomi, kepercayaan pada kemampuan

dan kekuatan diri sendiri, manfaat, dan kelestaria lingkungan

hidup. Dalam pandangan umum, bahwa pembangunan industri di

Indonesia bertujuan untuk :

11
a. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara

adil dan merata dengan memanfaatkan dana, sumber daya

alam, dan/atau hasil budidaya serta dengan memperhatikan

keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap,

mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik,

maju, sehat, dan lebih seimbang sebagai upaya untuk

mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi

pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai

tambah bagi pertumbuhan industri pada khususnya.

c. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong

terciptanya teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan

kepercayaan terhadap kemampuan dunia usaha nasional.

d. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan

golongan ekonomi lemah, termasuk pengrajin agar berperan

secara aktif dalam pembangunan industri.

e. Memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan

kesempatan berusaha, serta meningkatkan peranan koperasi

industri.

f. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor

hasil produksi nasional yang bermutu, disamping penghematan

devisa melalui pengutamaan pemakaian hasil produksi dalam

negeri, guna mengurangi ketergantungan kepada luar negeri.

12
g. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang

menunjang pembangunan daerah dalam rangka pewujudan

Wawasan Nusantara.

h. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis

dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional.

Sementara tujuan pembangunan kawasan industri secara

tegas dapat di simak di dalam Kepres No. 41 Tahun 1996 Tentang

Kawasan Industri, pada pasal 2 yang menyatakan bahwa

“pembangunan kawasan industri bertujuan untuk” :

a. Mempercepat pertumbuhan industri di daerah;

b. Memberikan kemudahan bagi kegiatan industri;

c. Mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan

industri; dan

d. Meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan

lingkungan.

Menurut Tim Koordinasi Kawasan Industri Kementerian

Perindustrian RI, tujuan utama pembangunan dan pengusahaan

kawasan industri (industrial estate) adalah untuk memberikan

kemudahan bagi para investor sektor industri untuk memperoleh

lahan industri dalam melakukan pembangunan industri.

Pembangunan kawasan industri dimaksudkan sebagai sarana

upaya pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang lebih

baik melalui penyediaan lokasi industri yang telah siap pakai yang

didukung oleh fasilitas dan prasarana yang lengkap dan

berorientasi pada kemudahan untuk mengatasi masalah


13
pengelolaan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah

industri.

Menurut Sadono Sukirno Penciptaan kawasan perindustrian

ditujukan untuk pembangunan industri di daerah guna

mempertinggi daya tarik dari daerah tersebut, dengan harapan

akan di peroleh manfaat sebagai berikut : menghemat

pengeluaran pemerintah untuk menciptakan prasarana, untuk

menciptakan efisiensi yang lebih tinggi dalam kegiatan industri-

industri, dan untuk menciptakan perkembangan daerah yang

lebih cepat dan memaksimumkan peranan pembangunan daerah

dalam keseluruhan pembangunan ekonomi. Lebih lanjut

dikatakan bahwa faktor yang lebih penting lagi yang mendorong

usaha menciptakan kawasan perindustrian adalah besarnya

keuntungan potensial yang akan diperoleh berbagai industri

apabila fasilitas yang demikian disediakan kepada mereka. Oleh

sebab itu pengembangan kawasan perindustrian terutama

dimaksudkan untuk memberikan lebih banyak perangsang

kepada para penanam modal. Langkah tersebut akan mengurangi

masalah mereka untuk menciptakan atau mendapatkan tempat

bangunan, dan dapat mengurangi biaya yang diperlukan utuk

mendirikan industrinya karena bangunan perusahaan dapat

disewa atau di beli dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

Kawasan perindustrian dapat menimbulkan pula berbagai jenis

external aconomies kepada industri-industri tersebut. Dengan

14
demikian adanya pertumbuhan ndustri dalam kawasan industri

dapat mempertinggi efisiensi kegiatan industri tersebut.

3. Kelompok Jenis Industri

Perindustrian Indonesia mengelompokan industri nasional

Indonesia menjadi 3 kelompok besar yaitu :

a. Industri Dasar

Industri dasar merupakan industri yang bersifat padat moda

dengan tekonologi yang digunakan merupakan teknologi maju,

teruji dan tidak padat karya namun mendorong terciptanya

lapangan kerja skala besar.

Industri dasar meliputi kelompok industri mesin dan logam

dasar (IMLD) dan kelompok industri kimia dasar (IKD). Industri

mesin dan logam dasar terdiri dari industri yang menghasilkan

kendaraan bermotor, mesin dan bahan baku yang berbentuk

logam dasar seperti, industri mesin pertanian, elektronika,

kereta api, kendaraan bermotor, besi, baja dan aluminium..

berbeda dengan industri kimia dasar, merupakan industri yang

menggunakan bahan baku kimia dalam proses produksinya

seperti industri karet alam, industri pestisida, industri pupuk

dan industri silikat.

b. Aneka Industri

Aneka industri merupakan industri yang menggunakan teknologi

menengah dan teknologi maju, dengan tujuan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan atau pemerataan,


15
serta memperluas kesempatan kerja. Yang termasuk dalam

industri ini adalah industri yang mengolah sumber daya hutan,

serta sumber daya pertanian secara luas.

c. Industri Kecil

Industri kecil terdiri dari industri pangan (makanan, minuman

dan tembakau), industri sandang dan kulit, industrikimia dan

bangunan, industri kerajinan umum dan industri logam.

4. Kalster Industri

DHubungan erat yang mengikat perusahaan-perusahaan dan

industri tertentu secara bersama dalam beragam aspek perilaku

umum, seperti misalnya lokasi geografis, sumber-sumber inovasi,

pemasok dan faktor produksi bersama, dan lainnya membentuk

suatu klaster industri (Bergman & Feser, 1999). Sedangkan

menurut Disperindang, klaster industri merupakan kelompok

industri dengan focal/coreindustri yang saling berhubungan secara

intensif dan membenntuk partnership baik dengan supporting

industri maupun related industri. Menurut Schmitz dan Nadvi

(1999, dalam Hartanto, 2004), klaster industri merupakan

pengelompokan di sebuah wilayah tertentu dari berbagai

perusahaan dalam sektor yang sama.

Terbentuknya suatu klaster industri tidak terlepas dari

konsep teoritis utama yang mendukungnya. Berdasarkan Bergman

& Feser setidaknya terdapat lima konsep teoritis utama mendukung

klaster industri yaitu external economies, lingkungan inovasi,

cooperativ competition, interfirm rivalry dan path dependece.


16
a. External economies

Terdapat dua pendekatan konseptual yang untuk memahami

manfaat terkonsentrasinya industri dalam ruang geografis. Teori

lokasi industri Weber yang mengidentifikasi ekonomi aglomerasi,

yaitu penghematan biaya yang didapat oleh industri akibat dari

meningkatnya konsentrasi secara spasial. Sementara itu pada

teori Marshall menyebutkan bahwa eksternalitas ekonomi

sebagai penghematan biaya bagi perusahaan karena ukuran

atau pertumbuhan output secara umum.

b. Lingkungan Inovasi

Lingkungan merupakan tatanan yang mampu menjadi perantara

untuk suatu proses sinergis. Pendekatan inovasi lingkungan

mengasumsikan suatu endowment kelembagaan daerah yang

baik. Karakteristik lingkungan akan mendukung terjadi interaksi

antar pihak untuk pertukaran pengetahuan dan informasi.

c. Cooperativ Competition

Industri yang bersaing satu dengan lainnya akan berusaha

mencari cara untuk dapat bekerjasama dalam pengembangan

produk ataupun mencari perhatian pasar. Pola kerjasama dapat

didasarkan atas kepercayaan, ikatan keluarga, dan tradisi.

d. Interfirm Rivarly

Persaingan akan sangat mempengaruhi pembelajaran, inovasi,

dan kewirausahaan yang akan membentuk pola perkembangan

ekonomi daerah.

e. Path Dependence
17
Path dependence mengacu pada keadaan umum dimana pilihan

tekonologi, walaupun nampaknya tidak efisien, inferior, ataupun

yang suboptimal, akan mendominasi alternatif/pilihan lainnya

dan akan “memperkuat” terus, walaupun bukan berarti dengan

upaya intervensi yang cukup signifikan hal tersebut tidak dapat

diubah. (Bergman & Feser 1999)

Menurut Tambunan, terdapat beberapa karakteristik dari

sentra industri yaitu:

a. Sejumlah pengusaha pada skala yang sama yang pada

umumnya membuat jenisjenis produk yang sama atau sejenis

dan berlokasi saling berdekatan di suatu wilayah. Terdapat

fasilitas terutama dari pemerintah yang dapat digunakan

bersama oleh semua pengusaha di lokasi tersebut.

b. Sentra mencerminkan keahlian yang seragam dari penduduk

di wilayah tersebut yang sudah dimiliki sejak lama, turun

temurun.

c. Adanya kerjasama antara sesama pengusaha, misalnya dalam

pengadaan bahan baku atau pemasaran.

d. Di dalam sentra terdapat pensuplai bahan baku, alat-alat

produksi dan mesin, dan

e. komponen-komponen subkontraktor. (Tambunan 1999)

Kawasan industri di Indonesia pertama kali dikembangkan

oleh pemerintah melalui BUMN pada tahun 1970-an sebagai

reaksi terhadap kebutuhan lahan industri. Semakin

meningkatnya arus investasi di Indonesia, baru tahun 1989 pihak


18
swasta diperbolehkan mengembangkan kawasan industri

(Timocitin, 2000). Kawasan industri merupakan suatu tempat

pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarandan

sarana yang disediakan dan dikelola oleh perusahaan kawsan

industri (Christanto,2011, hal. 10).

5. Lokasi Industri

Menurut Sadono Sukirno penciptaan kawasan industri

ditujukan untuk pembangunan industri di daerah dan

meningkatkan daya tarik daerah tersebut, dengan harapan akan

diperoleh manfaat sebagai berikut:

a. menghemat pengeluaran pemerintah untuk menciptakan

prasarana;

b. untuk menciptakan efisiensi yang lebih tinggi dalam kegiatan

industri-industri, dan;

c. untuk menciptakan perkembangan daerah yang lebih cepat dan

memaksimumkan peranan pembangunan daerah dalam

keseluruhan pembangunan ekonomi. (Sadono Sukirno 1976)

Lebih lanjut dikatakan bahwa faktor yang lebih penting lagi

yang mendorong usaha menciptakan kawasan perindustrian adalah

besarnya keuntungan potensial yang akan diperoleh berbagai

industri apabila fasilitas yang demikian disediakan kepada mereka.

Oleh sebab itu, pengembangan kawasan perindustrian terutama

dimaksudkan untuk memberikan lebih banyak perangsang kepada

para penanam modal. Langkah tersebut akan mengurangi masalah

mereka untuk menciptakan atau mendapatkan tempat bangunan,


19
dan dapat mengurangi biaya yang diperlukan utuk mendirikan

industrinya karena bangunan perusahaan dapat disewa atau di beli

dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Kawasan perindustrian

dapat menimbulkan pula berbagai jenis external economies kepada

industri-industri tersebut. Dengan demikian adanya pertumbuhan

industri dalam kawasan industri dapat mempertinggi efisiensi

kegiatan industri tersebut.

Selanjutnya, Alfred Weber mengembangkan teori yang

menjelaskan bagaimana perusahaan menentukan lokasi dalam

melakuan produksi, teori tersebut adalah teori least cost location.

Teori tersebut menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya

diletakkan di tempat yang memiliki biaya yang memiliki sewa lahan

paling minimal. Tempat yang memiliki total biaya transportasi dan

tenaga kerja yang minimal dan dapat menghasilkan tingkat

keuntungan yang maksimal. Weber mengemukakan enam teori

sebagai berikut:

a. Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan

penduduknya.

b. Sumber daya dan bahan mentah. Tidak semua jenis sumber

daya alam terdapat di setiap tempat.

c. Upah tenaga kerja. Ada upah yang baku yang telah ditetapkan

sehingga jumlahnya sama di setiap tempat, tetapi ada pula upah

yang merupakan hasil persaingan antar penduduk.

20
d. Biaya transportasi. Besarnya biaya transportasi tergantung pada

massa/berat bahan baku serta jarak dari asal bahan baku ke

lokasi pabrik.

e. Terdapat kompetisi antarindustri. Setiap industri pasti

melakukan persaingan untuk memperoleh pasar dan

keuntungan yang lebih besar.

f. Manusia selalu berfikir rasional untuk pengembangan industri.

Dengan menggunakan asumsi di atas maka biaya transportasi

akan tergantung pada bobot barang dan jarak pengangkutan. Pada

prinsipnya yang harus diketahui adalah unit yang

merupakanhubungan fungsional dengan biaya serta jarak yang

harus ditempuh dalam pengangkutan itu memiliki biaya yang

sama. Disini dapat diasumsikan bahwa harga satuan angkutan

sama, sehingga perbedaan biaya angkutan hanya disebabkan oleh

bobot barang dan jarak yang ditempuh.

Berdasarkan teori Walker dan Weber, perusahaan/produsen

akan menentukan letak pabriknya di lokasi yang dapat

memberikan keuntungan optimal. Contohnya pada industri semen,

bahan baku semen mempunyai massa yang lebih besar apabila

dibandingkan dengan hasil produksinya. Hal inilah yang

menyebabkan para produsen semen menempatkan pabriknya di

daerah yang dekat dengan sumber bahan baku. Selanjutnya,

umumnya produsen lebih menyukai tenaga kerja yang berasal dari

sekitar daerah lokasi industri. Karena biaya transportasi yang

dikeluarkan untuk tenaga kerja di pabrik tersebut lebih murah,


21
sehingga para buruh tidak menuntut upah yang terlalu tinggi.

Aspek penting ketiga adalah keterjangkauan. Aksesibilitas dapat

memacu proses interaksi antar wilayah sampai ke daerah yang

paling terpencil sehingga produk yang diciptakan perusahaan

dapat terjual dan mendorong pemerataan pembangunan. Semakin

kecil biaya transportasi antara lokasi bahan baku menuju pabrik

dan lokasi pemasaran maka total biayanya juga semakin kecil.

(Walker dan Weber 1984)

Weber mengelompokkan industri menjadi dua. Industri

pertama adalah industri weight losing, yaitu industri yang hasil

produksinya memiliki berat yang lebih ringan daripada bahan

bakunya, misalnya industri kertas. Bagi industri ini lokasi pabrik

akan berada didekat sumber bahan baku. Jenis yang kedua adalah

industri weight gaining, dimana kegiatan produksi seharusnya

berada dekat dengan pasar. Penggunaan kedua prinsip ini akan

mengalami kesulitan apabila berat benda yang masuk dalam

perhitungan tidak jauh berbeda.

Pembangunan Kawasan Industri sebagaimana tercantum

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang

Kawasan Industri, bertujuan untuk:

a. Mengendalikan pemanfaatan ruang;\Meningkatkan upaya

pembangunan industri yang berwawasan lingkungan;

b. Mempercepat pertumbuhan industri di daerah;

c. Meningkatkan daya saing industrii;

d. Meningkatkan daya saing investasi;


22
e. Memberikan jaminan kepastian lokasi dalam perencanaan dan

pembangunan infrastruktur, yang terkoordinasi antar sektor

terkait.

Dalam pengembangan kawasan industri perlu memperhatikan

prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Kesesuaian Tata Ruang

Pemilihan, penetapan dan penggunaan lahan untuk kawasan

industri harus sesuai dan mengacu kepada ketentuan yang

ditetapkan oleh Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

yang bersangkutan, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,

maupun Rencana Tata RuangWilayah Nasional. Kesesuaian tata

ruang merupakan landasan pokok bagi pengembangan kawasan

industri yang akan menjamin kepastian pelaksanaan

pembangunannya.

b. Ketersediaan Prasarana dan Sarana

Pengembangan suatu kawasan industri mempersyaratkan

dukungan ketersediaan prasarana dan

sarana yang memadai. Oleh karena itu, dalam upaya

mengembangkan suatu kawasan industri perlu

mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait dengan

penyediaan prasarana dan sarana, seperti:

1) Tersedianya akses jalan yang dapat memenuhi kelancaran

arus transportasi kegiatan industri;

23
2) Tersedianya sumber energi (gas, listrik) yang mampu

memenuhi kebutuhan kegiatan industri baik dalam hal

ketersediaan, kualitas, kuantitas dan kepastian pasokan;

3) Tersedianya sumber air sebagai air baku industri baik yang

bersumber dari air permukaan, PDAM, air tanah dalam;

dengan prioritas utama yang berasal dari air permukaan yang

dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri (Water Treatment

Plant);

4) Tersedianya sistem dan jaringan telekomunikasi untuk

kebutuhan telepon dan komunikasi data;

5) Tersedianya fasilitas penunjang lainnya seperti kantor

pengelola, unit pemadam kebakaran, bank, kantor pos,

poliklinik, kantin, sarana ibadah, perumahan karyawan

industri, pos keamanan, sarana olahraga/kesegaran jasmani,

halte angkutan umum, dan sarana penunjang lainnya sesuai

dengan kebutuhan.

c. Ramah Lingkungan

Dalam pengembangan kawasan industri, pengelola kawasan

Industri wajib melaksanakan pengendalian dan pengelolaan

lingkungan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku,

di mana kawasan industri wajib dilengkapi dengan dokumen

Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). AMDAL adalah

kajian mengenai dampak besar dan penting suatu kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi

proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha


24
dan/atau kegiatan. AMDAL merupakan perangkat kebijakan

yang dipersiapkan untuk mengurangi dampak lingkungan suatu

kegiatan sejak tahap perencanaan kegiatan. Dalam hal kegiatan

yang direncanakan dapat menimbulkan dampak yang sangat

penting dan tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan, maka

keputusan dan rencana yang bersangkutan dengan kegiatannya

harus diubah.

d. Efisiensi

Aspek efisiensi merupakan landasan pokok dalam

pengembangan kawasan industri. Bagi pengguna kavling (user)

akan mendapatkan lokasi kegiatan industri yang sudah tertata

dengan baik di mana terdapat beberapa keuntungan seperti

bantuan proses perijinan, ketersediaan prasarana dan sarana.

Sedangkan bagi pemerintah daerah akan menjadi lebih efisien

dalam perencanaan pembangunan prasarana yang mendukung

dalam pengembangan kawasan industri.

e. Keamanan dan Kenyamanan Berusaha

Situasi dan kondisi keamanan yang stabil merupakan salah satu

jaminan bagi keberlangsungan kegiatan kawasan industri. Untuk

itu diperlukan adanya jaminan keamanan dan kenyamanan

berusaha dari gangguan keamanan seperti gangguan ketertiban

masyarakat (kamtibmas), Tindakan anarkis dan gangguan

lainnya terhadap kegiatan industri. Perkembangan suatu

kawasan bermula dari satu titik, yaitu pusat kota yang

kemudian dalam perkembangannya bersifat menyebar.


25
Perkembangan yang terjadi di suatu kawasan, terutama yang

berkaitan dengan sektor industri, akan memberikan pengaruh

yang cukup besar dan mendorong perkembangan pada sektor-

sektor lainnya. Maka dapat dikatakan bahwa perkembangan

suatu kawasan mempunyai dampak terhadap perkembangan

kawasan yang berada disekitarnya. Salah satu faktor yang

mempengaruhi perkembangan kawasan industri adalah adanya

transportasi yang memadai. Peranan sarana transportasi ini

untuk menyediakan aksesbilitas bagi masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta untuk meningkatkan

kehidupan sosial ekonomi.

B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip Yang Terkait Dengan Penyusunan

Norma.

1. Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Dalam pelaksanaan otonomi, dikenal tiga bentuk asas dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah yakni :

a. Asas Desentralisasi

Secara etimologi istilah desentralisasi berasal dari bahasa

Latin yaitu decentrum yang berarti terlepas dari pusat. Menurut

Inu Kencana Syafie desentralisasi adalah perlawanan kata dari

sentralisasi, karena penggunaan kata “de” dimaksudkan sebagai

penolakan kata sesudahnya. Menurut Inu, Desentralisasi adalah:

”Penyerahan segala urusan, baik pengaturan dalam arti

pembuatan peraturan perundang-undangan maupun


26
penyelenggaraan pemerintahan itu sendiri, dari pemerintah

pusat kepada pemerintah daerah, untuk selanjutnya menjadi

urusan rumah tangga pemerintah daerah tersebut”. (Hamzah,

2008, hlm 135)

Desentralisasi sebagai suatu sistem yang dipakai dalam

bidang pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi.

Dalam sistem sentralisasi, kewenangan pemrintah baik dipusat

maupun didaerah, dipusatkan dalam tangan pemerintah pusat.

Pejabat-pejabat di daerah hanya melaksanakan kehendak

pemerintah pusat. Dalam sistem desentralisasi, sebagian

kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan kepada pihak lain

untuk dilaksanakan.

Menurut Hamzah ”pentingnya desentralisasi pada esensinya

agar persoalan yang kompleks dengan dilatarbelakangi oleh

berbagai faktor heterogenitas dan kekhususan daerah yang

melingkunginya seperti budaya, agama, adat istiadat, dan luas

wilayah yang jika ditangani semuanya oleh pemerintah pusat

merupakan hal yang tidak mungkin akibat keterbatasan dan

kekurangan yang dimiliki pemerintah pada hampir semua aspek.

Namun sebaliknya adalah hal yang tidak realistis jika semua

didesentralisasikan kepada daerah dengan alasan cerminan dari

prinsip demokrasi, oleh karenanya pengawasan dan

pengendalian pusat kepada daerah sebagai cerminan dari

sentralisasi tetap dipandang mutlak sepanjang tidak

27
melemahkan atau bahkan memandulkan prinsip demokrasi itu

sendiri”. (Hamzah, 2008, hlm 137)

Menurut Hans Kelsen, pengertian desentralisasi berkaitan

dengan pengertian negara karena negara itu merupakan tatanan

hukum (legal order), maka pengertian desentralisasi itu

menyangkut berlakunya sistem tatanan hukum dalam suatu

negara. Ada kaidah-kaidah hukum yang berlaku sah untuk

seluruh wilayah negara yang disebut kaidah sentral (central

norms) dan ada pula kaidah-kaidah hukum yang berlaku sah

dalam bagian-bagian wilayah yang berbeda yang disebut

desentral atau kaidah lokal (decentral or local norms). Jadi

apabila berbicara tentang tatanan hukum yang desentralistik,

maka hal ini akan dikaitkan dengan lingkungan (wilayah) tempat

berlakunya tatanan hukum yang sah tersebut. Dennis A.

Rondinelli dan Cheema merumuskan definisi desentralisasi

dengan lebih merujuk pada perspektif lebih luas namun

tergolong perpektif administrasi, bahwa desentralisasi adalah:

“The transfer of planning, decision making, or administrative

authority from central government to its field organizations, local

administrative units, semi autonomous and parastatal

organizations, local government, or local non-government

organization”. (Hamzah, 2008, hlm 142)

Definisi ini tidak hanya mencakup penyerahan dan

pendelegasian wewenang di dalam struktur pemerintahan, tetapi

28
juga telah mengakomodasi pendelegasian wewenang kepada

organisasi non pemerintah (LSM).

b. Asas Dekonsentrasi

Henry Maddick membedakan antara desentralisasi dan

dekonsentrasi dengan menyatakan bahwa desentralisasi

merupakan “pengalihan kekuasaan secara hukum untuk

melaksanakan fungsi yang spesifik maupun yudisial yang

menjadi kewenangan pemerintah daerah.” Sementara

dekonsentrasi merupakan:

“The delegation of authority equate for the discharge of specified

functions to staff of a central department who are situated outside

the headquarters”.Sementara menurut Parson dekonsentrasi

adalah: “The sharing of power between members of same ruling of

group of group having authority respectively in different areas of

tha state”. (Hamzah, 2008, hlm 142)

Penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia selain

didasarkan pada asas desentralisasi juga didasarkan pada asas

dekonsentrasi, hal ini dapat dilihat dari rumusan Pasal 18 ayat

(5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 yang menyatakan bahwa pemerintah daerah menjalankan

otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh

undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.

Dekonsentrasi dapat diartikan sebagai distribusi wewenang

administrasi di dalam struktur pemerintahan.

29
Urusan pemerintah pusat yang perlu diselenggarakan oleh

perangkat pemerintah pusat sendiri, sebetulnya tercermin dalam

pidato Soepomo di hadapan BPUPKI tanggal 31 Mei dengan

mengatakan:

"Maka dalam negara Indonesia yang berdasar pengertian negara

integralistik itu, segala golongan rakyat, segala daerah yang

mempunyai keistimewaan sendiri, akan mempunyai tempat dan

kedudukan sendiri sebagai bagian organik dari negara

seluruhnya. Soal pemerintahan apakah yang akan diurus oleh

Pemerintah Pusat dan soal apakah yang akan diserahkan kepada

Pemerintah Daerah, baik daerah besar maupun daerah kecil, itu

semuanya tergantung dari pada "doellmatigheid" berhubungan

dengan waktunya, tempat dan juga soalnya."

Dalam pengertian yang lain, Amrah Muslimin menafsirkan

dekonsentrasi sebagai pelimpahan kewenangan dari pemerintah

pusat kepada pejabat-pejabat bawahan dalam lingkungan

administrasi sentral, yang menjalankan pemerintahan atas nama

pemerintah pusat, seperti gubernur, Bupati dan camat. Mereka

melakukan tugasnya berdasarkan pelimpahan kewenangan dari

pemerintah pusat pada alat-alat pemerintah pusat yang berada

di daerah.

Mengenai dekonsentrasi, Bagir Manan berpendapat bahwa

dekonsentrasi sama sekali tidak mengandung arti bahwa

dekonsentrasi adalah sesuatu yang tidak perlu atau kurang

penting. (Bagir Manan, 1995, hlm 34).


30
Dekonsentrasi adalah mekanisme untuk

menyelenggarakan urusan pusat di daerah. B. Hestu Cipto

Handoyo memberikan pengertian berbeda mengenai

dekonsentrasi, menurutnya dekonsentrasi pada prinsipnya

adalah merupakan manifestasi dari penyelenggaraan

pemerintahan negara yang mempergunakan asas sentralisasi,

menimbulkan wilayah-wilayah administratif yang tidak

mempunyai urusan rumah tangga sendiri, merupakan

manifestasi dari penyelenggaraan tata laksana pemerintah pusat

yang ada di daerah. (B.Hestu Cipto Handoyo, 2008, hlm 92)

c. Asas Tugas Pembantuan

Daerah otonom selain melaksanakan asas desentralisasi

juga dapat diserahi kewenangan untuk melaksanakan tugas

pembantuan (medebewind). Tugas pembantuan dalam

pemerintahan daerah adalah tugas untuk ikut melaksanakan

peraturan perundang-undangan bukan saja yang ditetapkanoleh

pemerintah pusat akan tetapi juga yang ditetapkan oleh

pemerintah daerah tingkat atasnya.

Menurut Irawan Soejito tugas pembantuan itu dapat

berupa tindakan mengatur (tugas legislatif) atau dapat pula

berupa tugas eksekutif (beschikken). Daerah yang mendapat

tugas pembantuan diwajibkan untuk mempertanggung jawabkan

kepada yang menugaskan. Amrah Muslim menafsirkan tugas

pembantuan (medebewind) adalah kewenangan pemerintah


31
daerah menjalankan sendiri aturan-aturan dari pemerintah

pusat atau pemerintah daerah yang lebih tinggi tingkatannya.)

Sementara itu, Bagir Manan mengatakan bahwa pada dasarnya

tugas pembantuan adalah tugas melaksanakan peraturan

perundang-undangan tingkat lebih tinggi (de uitvoering van

hogere regelingen). Daerah terikat melaksanakan peraturan

perundang-undangan termasuk yang diperintahkan atau diminta

(vorderen) dalam rangka tugas pembantuan. Tugas pembantuan

dalam hal-hal tertentu dapat dijadikan semacam “terminal”

menuju penyerahan penuh suatu urusan kepada daerah atau

tugas pembantuan merupakan tahap awal sebagai persiapan

menuju kepada penyerahan penuh. Bidang tugas pembantuan

seharusnya bertolak dari :

a. Tugas pembantuan adalah bagian dari desentralisasi dengan

demikian seluruh pertanggungjawaban mengenai

penyelenggaraan tugas pembantuan adalah tanggung jawab

daerah yang bersangkutan.

b. Tidak ada perbedaan pokok antara otonomi dan tugas

pembantuan. Dalam tugas pembantuan terkandung unsur

otonomi (walaupun terbatas pada cara melaksanakan), karena

itu daerah mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri

cara-cara melaksanakan tugas pembantuan.

c. Tugas pembantuan sama halnya dengan otonomi,

mengandung unsur penyerahan (overdragen) bukan

penugasan (opdragen). Perbedaannya, kalau otonomi adalah


32
penyerahan penuh sedangkan tugas pembantuan adalah

penyerahan tidak penuh.

2. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip hukum yang

abstrak dan pada umumnya melatarbelakangi peraturan konkret

dan pelaksanaan hukum. Asas hukum bukan merupakan hukum

konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum dan

abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan konkrit yang

terdapat di dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang

terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim

yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan

mencari sifat-sifat umum dalam peraturan konkrit tersebut.

Beberapa pendapat mengenai asas hukum, antara lain:

a. Bellefroid: asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari

hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal

dari aturan aturan yang lebih umum. Asas hukum itu merupakan

pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat.

b. Van Eikema Hommes: asas hukum itu tidak boleh dianggap

sebagai norma-norma hukum yang konkrit, akan tetapi perlu

dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk

bagi hukum yang berlaku. Pembentukan hukum praktis perlu

berorientasi pada asas-asas hukum tersebut. Dengan kata lain,

asas hukum ialah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam

pembentukan hukum positif.

33
c. The Liang Gie: asas adalah suatu dalil umum yang dinyatakan

dalam istilah umum tanpa menyarankan cara-cara khusus

mengenai pelaksanaannya, yang diterapkan pada serangkaian

perbuatan untuk menjadi petunjuk yang tepat bagi perbuatan itu.

d. Paul Scholten: asas hukum adalah kecenderungan-

kecenderungan yang disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita

pada hukum, merupakan sifat-sifat umum dengan segala

keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum itu, tetapi yang

tidak boleh tidak harus ada. (Sudikno Mertokusumo, 2005, hlm

34)

Asas-asas dalam pembentukan peraturan negara yang baik

(beginselen van behoorlijke regelgeving) terbagi atas asas-asas yang

formal dan yang material. Asas-asas yang formal meliput: : (Maria

Farida Indrati, S., ,2007, hlm. 253)

a. asas tujuan yang jelas (beginsel van duidelijke doelstelling);

b. asas organ/lembaga yang tepat (beginsel van het juiste orgaan);

c. asas perlunya pengaturan (het noodzakelijkheids beginsel);

d. asas dapatnya dilaksanakan (het beginsel van uitvoerbaarheid);

e. asas konsensus (het beginsel van consensus).

Asas-asas yang material meliputi:

asas tentang terminologi dan sistematika yang benar;

a. asas tentang dapat dikenali;

b. asas perlakuan yang sama dalam hukum;

c. asas kepastian hukum;

34
d. asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual.

Di dalam pembentukan peraturan perundang-undangan di

Indonesia yang patut, adalah sebagai berikut: (Maria Farida Indrati,

S., ,2007, hlm. 254-256)

a. Cita Hukum Indonesia, yang tidak lain adalah Pancasila yang

berlaku sebagai “bintang pemandu”;

b. Asas negara berdasar atas hukum yang menempatkan undang-

undang sebagai alat pengaturan yang khas berada dalam

keutamaan hukum, dan asas pemerintahan berdasar sistem

konstitusi yang menempatkan undang-undang sebagai dasar dan

batas penyelenggaraan kegiatankegiatan Pemerintahan.

c. Asas-asas lainnya, yaitu asas-asas negara berdasar atas hukum

yang menempatkan undang-undang sebagai alat pengaturan

yang khas berada dalam keutamaan hukum dan asas-asas

pemerintahan berdasar sistem konstitusi yang menempatkan

undang-undang sebagai dasar dan batas penyelenggaraan

kegiatan-kegiatan pemerintahan.

Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang

patut meliputi juga: (Maria Farida Indrati, S., ,2007, hlm. 256)

a. asas tujuan yang jelas;

b. asas perlunya pengaturan;

c. asas organ/lembaga dan materi muatan yang tepat;

d. asas dapatnya dilaksanakan;

e. asas dapatnya dikenali;

f. asas perlakuan yang sama dalam hukum;


35
g. asas kepastian hukum;

h. asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual.

Apabila mengikuti pembagian mengenai adanya asas yang formal

dan asas yang material, A. Hamid S. Attamini membagi asas-asas

pembentukan peraturan perundang-undangan yang patut tersebut

sebagai:

a. Asas-asas formal, dengan perincian:

1) asas tujuan yang jelas;

2) asas perlunya pengaturan;

3) asas organ/ lembaga yang tepat;

4) asas materi muatan yang tepat;

5) asas dapatnya dilaksanakan; dan

6) asas dapatnya dikenali.

b. Asas material, dengan perincian:

1) asas sesuai dengan cita hukum indonesia dan norma

fundamental negara;

2) asas sesuai dengan hukum dasar negara;

3) asas sesuai dengan prinsip-prinsip negara berdasar atas

Hukum; dan

4) asas sesuai dengan prinsip-prinsip Pemerintahan berdasar

sistem konstitusi.

Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik

dirumuskan juga dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

36
Perundang-undangan (UU tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan) sebagai berikut:

a. Pasal 5 menyatakan bahwa dalam membentuk Peraturan

Perundangundangan harus berdasarkan pada asas

pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik yang

meliputi:

1) kejelasan tujuan;

2) kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;

3) kesesuaian antara jenis dan materi muatan;

4) dapat dilaksanakan;

5) kedayagunaan dan kehasilgunaan;

6) kejelasan rumusan; dan

7) keterbukaan.

b. Pasal 6 menyatakan bahwa materi muatan Peraturan

Perundangundangan mengandung asas, sebagai berikut:

1) pengayoman;

2) kemanusiaan;

3) kebangsaan;

4) kekeluargaan;

5) kenusantaraan;

6) bhinneka tunggal ika;

7) keadilan;

8) kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

9) ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

10) keseimbangan; keserasian, dan keselarasan.


37
Selain asas-asas tersebut, berdasarkan Pasal 6 ayat (1) UU

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, peraturan

perundangundangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan

bidang hukum peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

3. Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah

Dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah, terdapat

beberapa asas umum yang menjadi norma dan prinsip dasar yang

selalu harus dijadikan acuan dan pedoman agar pengelolaan

keuangan daerah dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Penyelenggara keuangan daerah wajib mengelola keuangan daerah

dengan mengacu pada asas-asas umum dan mencakup

keseluruhan perencanaan, penguasaan, penggunaan,

pertanggungjawaban, dan pengawasan. Pengelolaan keuangan

daerah dilaksanakan dalam suatu system yang terintegrasi yang

diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan

peraturan daerah. (Ahmad Yani, 2013, hlm. 359-360)

Asas umum dalam pengelolaan keuangan daerah yaitu

pengelolaan keuangan daerah secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan

bertanggung jawab dengan memerhatikan asas keadilan, kepatutan,

dan manfaat untuk masyarakat. Berikut penjelasan makna dari

beberapa asas umum tersebut:

a. Efisien, merupakan pencapaian keluaran yang maksimum

dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah

untuk mencapai keluaran tertentu;


38
b. Ekonomis, merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas

dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah;

c. Efektif, merupakan pencapaian hasil program dengan target

yang telah ditetapkan, yaitu dengna cara membandingkan

keluaran dengan hasil;

d. Transparan, merupakan prinsip keterbukaan yang

memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan

mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan

daerah;

e. Bertanggung jawab, merupakan perwujudan kewajiban

seseorang atau satuan kerja untuk mempertanggungjawabkan

pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan;

f. Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan

pendanaannya;

g. Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan

dengan wajar dan proporsional.

4. Asas Perindustrian

Dalam ilmu hukum, yang dimaksud dengan asas adalah

pikiran dasar yang umum dan abstrak, atau latar belakang

peraturan konkrit yang terdapat di dalam dan di belakang setiap

sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-

undangan, yang merupakan hukum positif dan dapat ditemukan

dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam


39
peraturan konkrit tersebut. Adapun asas perindustrian berdasarkan

ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Perindustrian sebagai berikut:

1. Kepentingan nasional; adalah kepentingan bangsa, negara, dan

masyarakat yang harus diwujudkan melalui kerja sama seluruh

elemen bangsa.

2. Demokrasi ekonomi; adalah semangat kebersamaan, efesiensi

keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan

kemandirian serta menjaga keseimbangan kemajuan dalam

kesatuan ekonomi nasional.

3. Kepastian berusaha; adalah iklim usaha kondusif yang dibentuk

melalui sistem hukum yang menjamin konsistensi antara

peraturan perundang-undangan dengan pelaksanaannya.

4. Pemerataan persebaran; adalah upaya untuk mewujudkan

pembangunan industri di seluruh wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia sesuai dengan potensi sumber daya yang

dimiliki pada setiap daerah.

5. Persaingan usaha yang sehat; adalah persaingan antarpelaku

usaha dalam menjalankan produksi, distribusi, pemasaran

barang, dan/atau jasa yang dilakukan dengan cara yang jujur

dan taat terhadap hukum.

6. Keterkaitan industri; adalah hubungan antar-industri dalam

mata rantai pertambahan atau penciptaan nilai untuk

mewujudkan struktur industri nasional yang sehat dan kokoh.

Keterkaitan industri dapat berupa keterkaitan yang dimulai dari


40
penyediaan bahan baku, proses manufaktur, jasa pendukung

industri, sampai distribusi ke pasar dan pelanggan, dan/atau

keterkaitan yang melibatkan industri kecil, industri menengah,

dan industri besar.

C. Kajian terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi Yang Ada, serta

Permasalahan yang dihadapi mengenai Rencana Pembangunan

Industri Kabupaten Ketapang Tahun 2021 di Kabupaten Ketapang

1. Geografis

Kabupaten Ketapang secara geografis terletak di bagian

paling Selatan Provinsi Kalimantan Barat pada 0019’26,51” –

304’16,59” Lintang selatan (LS) dan 109047’36,55” – 111021’37,36

Bujur Timur (BT). Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten

yang ada di Propinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten

Ketapang, secara administrasi batas-batas wilayah Kabupaten

Ketapang adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sanggau dan

Sekadau

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Melawi, Kubu Raya

dan Provinsi Kalimantan Tengah

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan kabupaten

Sintang
41
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kayong Utara dan

Selat Karimata

Kabupaten Ketapang merupakan Kabupaten terluas di

Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah mencapai 31.588

Km² terdiri dari 30.099 km² daratan dan 1.489 km² laut perairan

terdiri dari 41 pulau, 253 desa yang tersebar di 20 kecamatan, ,

dimana 13 kecamatan berada di daerah perhuluan dan selebihnya

merupakan kawasan pesisir, yaitu wilayah kecamatan yang

sebagian wilayah desanya berbatasan langsung dengan

laut/pantai. Selanjutnya dari 20 kecamatan tersebut Kecamatan

Kendawangan merupakan kecamatan terluas yaitu 5.859 km2 dan

kecamatan yang paling kecil luasannya adalah Delta pawan seluas

74 km2. Untuk lebih jelasnya luass wilayah Kabupaten Ketapang

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Luas Wilayah Kabupaten Ketapang

Kecamatan Luas (Km2) Persentase


Kendawangan 5859 18,5
Manis Mata 2912 59,2
9,22
Marau 1160 3,67
Singkup 227 0,72
Air Upas 793 2,51
Jelai Hulu 1358 4,30
Tumbang Titi 1198 3,79
Pemahan 326 1,03
Sungai Melayu 122 0,39
Rayak Hilir
Matan 1813 5,74
SelatanKayong
Benua 349 1,10
Matan Hilir Utara 720 2,28
Delta Pawan 74 0,23

42
Muara Pawan 611 1,93
Nanga Tayap 1728 5,47
Sandai 1779 5,63
Hulu Sungai 4685 14,8
Sungai Laur 1651 5,23
Simpang Hulu 3175 10,0
Simpang Dua 1048 3,32
Total 31.588 100

Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2019

Secara umum, darat Kabupaten Ketapang merupakan

dataran rendah dan banyak dialiri sungai yang aman untuk

dilayari dan sedikit berbukit terhampar dari Barat ke Timur.

Sebagian daerah daratan ini berawa-rawa bercampur gambut dan

hutan mangrove.

Dilihat dari jenis tanahnya, sebagian besar daerah

Kabupaten Ketapang terdiri dari tanah kuarter (49,64%), efusif tak

dibagi (17,38%) dan intrusif dan plutonik asam. Selain itu sebagian

wilayah Kabupaten Ketapang merupakan perairan laut dengan

jumlah pulau sebanyak 45 buah dimana 93,33% tidak berpenghuni

dan tersebar di Kecamatan Kendawangan, Kecamatan Delta Pawan

dan Kecamatan Matan Hilir Utara

Selain itu, Kabupaten Ketapang mempunyai iklim tropis dan

basah dengan variasi curah hujan bulanan pada Tahun 2019

antara 16,0 – 490 mm dengan jumlah hari hujan antara 2 – 22 hari

setiap bulannya. Rata-rata temperatur udara pada tahun 2019

bervariasi antara 33,40C – 36,20C. Sementara, kelembaban

udaranya bervariasi antara 97 – 100 persen, tekanan udara antara

43
1012,8 – 1021,1 mb, rata-rata kecepatan angin antara 5 – 15 knot

dan rata-rata penyinaran matahari 42 – 82 persen.

2. Sosial dan Demografi

Penduduk Kabupaten Ketapang terdiri dari terdiri dari

berbagai suku ras dan agama dengan jumlah penduduk sebesar

429.122 orang pada Juni 2010, kemudian meningkat menjadi

sebesar 475.985 orang pada tahun 2015 dan sampai tahun 2019

jumlah penduduk Kabupaten ketapang mencapai 512.783 orang

menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ketapang

tahun 2020. Pada tahun 2000-2010 rata –rata laju pertumbuhan

penduduk Kabupaten Ketapang mencapai 2,03%, sedangkan pada

tahun 2010 -2019 rata –rata laju pertumbuhan sebesar 2,00%.

Penduduk Kabupaten Ketapang didominasi oleh penduduk

berjenis kelamin laki-laki pada tahun 2015 berjumlah 246.227 jiwa

dan semakin meningkat pada tahun 2019 sebanyak 265.309 jiwa,

sedangkan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan pada

tahun 2015 berjumlah 229.758 jiwa, selanjutnya pada tahun 2019

meningkat sebanyak 247.474 jiwa. Sebaran penduduk

terkonsentrasi pada Kecamatan Delta Pawan dengan jumlah

penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 49.424 jiwa dan

penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 49.272 jiwa pada

tahun 2019. Demikaian juga denga rata-rata kepadatan penduduk

di Kabupaten Ketapang pada tahun 2019 adalah 16 jiwa/km2,

dengan kepadatan tertinggi berada pada Kecamatan Delta Pawan

yaitu 1334 jiwa/km2 sedangkan selebihnya menyebar pada 19


44
(sembilan belas) kecamatan lainnya dengan tingkat kepadatan

penduduk relatif kecil.

Tabel 2
Penduduk dan Laju Pertumbuhan
Penduduk Menurut Kecamatan
di Kabupaten Ketapang
Tahun 2010 dan 2019

No Kecamatan Jumlah Penduduk (orang) Laju Pertumbuhan


Penduduk
Per Tahun (%)

Juni 2010 2019 2000 -2010 2010 -


2019
1 Kendawangan 32 619 38 800 1,85 1,95
2 Manis Mata 24 738 35 526 3,17 4,10
3 Marau 11 955 14 640 3,20 2,28
4 Singkup 6 177 6 891 -2,63 1,22
5 Air Upas 16 683 20 935 2,24 2,56
6 Jelai Hulu 15 700 16 578 1,59 0,61
7 Tumbang Titi 23 342 23 753 0,63 0,19
8 Pemahan 4 465 5 153 -0,86 1,61
9 Sungai Melayu 11 694 12 833 2,35 1,04
Rayak
10 Matan Hilir 30 633 34 740 1,70 1,41
Selatan
11 Benua Kayong 35 312 44 463 2,58 2,59
12 Matan Hilir 14 785 16 848 1,41 1,46
Utara
13 Delta Pawan 71 849 98 696 3,26 3,59
14 Muara Pawan 13 155 14 615 1,81 1,18
15 Nanga Tayap 27 584 28 756 1,81 0,46
16 Sandai 24 574 28 857 2,51 1,80
17 Hulu Sungai 11 586 11 741 1,17 0,15
18 Sungai Laur 16 779 19 053 3,28 1,42
19 Simpang Hulu 27 958 31 795 2,53 1,44

45
20 Simpang Dua 7 534 8 110 1,89 0,82
Jumlah Kabupaten 429 122 512 783 2,03 2,00
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, Tahun 2020

Tabel 3
Distribusi Persentase Penduduk dan
Kepadatan Penduduk Menurut
Kecamatan di Kabupaten Ketapang
Tahun 2019

No Kecamatan Luas Jumlah Kepadata


n
Pendudu
k
Km2 (%) Penduduk (%)
1 Kendawangan 5 859 18,55 38 800 7,57 7
2 Manis Mata 2 912 9,22 35 526 6,93 12
3 Marau 1 160 3,67 14 640 2,86 13
4 Singkup 227 0,72 6 891 1,34 30
5 Air Upas 793 2,51 20 935 4,08 26
6 Jelai Hulu 1 358 4,30 16 578 3,23 12
7 Tumbang Titi 1 198 3,79 23 753 4,63 20
8 Pemahan 326 1,03 5 153 1,00 16
9 Sungai Melayu Rayak 122 0,39 12 833 2,50 105
10 Matan Hilir Selatan 1 813 5,74 34 740 6,77 19
11 Benua Kayong 349 1,10 44 463 8,67 127
12 Matan Hilir Utara 720 2,28 16 848 3,29 23
13 Delta Pawan 74 0,2 98 696 19,25 1 334
14 Muara Pawan 611 1,93 14 615 2,85 24
15 Nanga Tayap 1 728 5,47 28 756 5,61 17
16 Sandai 1 779 5,63 28 857 5,63 16
17 Hulu Sungai 4 685 14,83 11 741 2,29 3
18 Sungai Laur 1 651 5,23 19 053 3,72 12
19 Simpang Hulu 3 175 10,0 31 795 6,20 10
20 Simpang Dua 1 048 3,32 8 110 1,58 8
Jumlah Kabupaten 31 588 100,00 512 783 100,00 16
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, Tahun 2020

Tabel 4
Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut
Kecamatan
di Kabupaten Ketapang Tahun 2019
No Kecamatan Jenis Kelamin (jiwa)

Laki-Laki Perempu L+P Sex ratio


an
1 Kendawangan 20 341 18 459 38 800 110
2 Manis Mata 18 670 16 856 35 526 111
3 Marau 7 675 6 965 14 640 110
4 Singkup 3 655 3 236 6 891 113
5 Air Upas 11 086 9 849 20 935 113
6 Jelai Hulu 8 619 7 959 16 578 108

46
7 Tumbang Titi 12 503 11 250 23 753 111
8 Pemahan 2 698 2 455 5 153 110
9 Sungai Melayu Rayak 7 013 5 820 12 833 120
10 Matan Hilir Selatan 17 733 17 007 34 740 104
11 Benua Kayong 22 318 22 145 44 463 101
12 Matan Hilir Utara 8 553 8 295 16 848 103
13 Delta Pawan 49 424 49 272 98 696 100
14 Muara Pawan 7 382 7 233 14 615 102
15 Nanga Tayap 15 149 13 607 28 756 111
16 Sandai 14 962 13 895 28 857 108
17 Hulu Sungai 6 260 5 481 11 741 114
18 Sungai Laur 10 134 8 919 19 053 114
19 Simpang Hulu 16 835 14 960 31 795 113
20 Simpang Dua 4 299 3 811 8 110 113
Jumlah Kabupaten 265 309 247 474 512 783 107
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, Tahun 2020

Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Ketapang 2019 jumlah penduduk berdasarkan

jenis kelamin menurut kecamatan berjumlah 582102 jiwa, sehingga

terdapat perbedaan dengan data Badan Pusat Statistik Kabupaten

Ketapang 2019. Secara detil dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

47
Tabel 5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis
Kelamin Menurut Kecamatan
di Kabupaten Ketapang Tahun 2019

48
Jenis Kelamin
N
Nama_Kec Laki- Perempua Jumlah
o % %
Laki n
Matan Hilir 51.6 48.3
1 10,754 10,075 20,829
Utara 3 7
52.3 47.6
2 Marau 8,995 8,176 17,171
8 2
52.3 47.6
3 Manis Mata 18,441 16,802 35,243
3 7
52.4 47.5
4 Kendawangan 29,226 26,532 55,758
2 8
52.1 47.8
5 Sandai 17,437 16,001 33,438
5 5
52.7 47.2
6 Sungai Laur 10,230 9,174 19,404
2 8
52.8 47.2
7 Simpang Hulu 20,002 17,877 37,879
0 0
52.3 47.6
8 Nanga Tayap 19,061 17,334 36,395
7 3
Matan Hilir 51.4 48.5
9 21,530 20,316 41,846
Selatan 5 5
52.6 47.3
10 Tumbang Titi 16,194 14,583 30,777
2 8
52.1 47.8
11 Jelai Hulu 10,854 9,977 20,831
1 9
50.5 49.5
12 Delta Pawan 46,739 45,822 92,561
0 0
51.3 48.6
13 Muara Pawan 9,514 9,016 18,530
4 6
51.0 48.9
14 Benua Kayong 23,883 22,906 46,789
4 6
53.1 46.8
15 Hulu Sungai 7,690 6,787 14,477
2 8
52.4 47.5
16 Simpang Dua 5,130 4,649 9,779
6 4
52.0 47.9
17 Air Upas 10,788 9,942 20,730
4 6
52.5 47.5
18 Singkup 4,659 4,216 8,875
0 0
52.6 47.3
19 Pemahan 3,119 2,803 5,922
7 3
Sungai Melayu 52.5 47.4
20 7,811 7,057 14,868
Rayak 4 6
302,05 51.8 48.1 582,10
280,045
JUMLAH 7 9 1 2 49
Tingkat Pendidikan adalah salah satu faktor yang

menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu daerah. Di

Kabupaten Ketapang sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019

menunjukkan bahwa jumlah penduduk pencari kerja dengan

tingkat pendidikan SMA yang paling tinggi, yaitu 262 orang (2015 )

dan meningkat menjadi 11.64 orang (2019), selanjutnya diikuti oleh

pencari kerja dengan tingkat pendidikan Sarjana yang pada tahun

2015 berjumlah 67 orang meningkat menjadi 438 orang, hal ini

sejalan dengan semakin tingginya jumlah penduduk di usia

angkatan bekerja 15 tahun ke atas.

Tabel 6
Jumlah Penduduk Pencari Kerja
Menurut Pendidikan
Kabupaten Ketapang Tahun 2019
50
No Tingkat Tahun
. 201
Pendidikan 2015 2016 2017 2019
8
1 Tidak Tamat sd/ 13 13 143 39 35
2. Sederajat
SD/ Sederajat 22 22 49 37 195
.
3 SLTP/ Sederajat 107 107 131 135 225
4. SLTA/Sederajat 262 262 2 820 1 047 1164
.
5 Akademi/Diploma 103 103 1 061 420 271
6. Sarjana 67 67 1 542 511 438
.
JUMLAH 574 574 5 746 2 139 2332

Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, Tahun 2020

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kabupaten Ketapang

pada tahun 2015 dan 2016 sama yaitu sebesar 67,83%, kemudian

terjadi penurunan pada tahun 2017 menjadi 59,76% dan

meningkat kembali pada tahun 2018 yaitu 66,20% dan pada tahun

2020 mengalami penurunan yaitu 66,36%. Selanjutnya, Tingkat

Pengangguran Terbuka di Kabupaten Ketapang patahun 2015 dan

2016 sebesar 4,29% dan menurun pada tahun 2017 (3,97%) dan

2018 (3,23%), namun pada tahun 2019 kembali meningkat menjadi

4,53%. Berikut tabel tingkat Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja di Kabupaten Ketapang pada tahun 2015–2019.

Tabel 7

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja


(TPAK) dan Tingkat
PengangguranTerbuka (TPT)
51
Kabupaten Ketapang (%), 2015-2019

Tingkat Partisipasi Tingkat Pengangguran


Tahun
Angkatan Kerja (TPAK) Terbuka (TPT)
2015 67,83 4,29
2016 67,83 4,29
2017 59,76 3,97
2018 66,20 3,23
2019 65,36 4,53

Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 2020

Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Ketapang pada Tahun

2015 dan 2016 sebanyak 218.221 jiwa, pada tahun 2017 menurun

berjumlah 201.965 jiwa, kemudian kembali meningkat pada tahun

2018 sebesar 230.233 jiwa dan menurun kembali pada tahun 2019

berjumlah 228.921 jiwa. Penurunan angkatan kerja pada tahun

2017 dan 2019 kemungkinan terjadi karena migrasi masyarakat

di Kabupaten Ketapang ke daerah lainnya. Berikut tabel Jumlah

Angkatan Kerja di Kabupaten Ketapang Tahun 2015 – 2019.

Tabel 8
Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten
Ketapang Tahun 2015 -2019
No Tahun Angkatan Kerja (Jiwa)
Bukan Angkatan
Kerja (Jiwa)
Bekerja Pengangguran Jumlah
1 2015 218 221 9 792 228 108 136
2 2016 218 221 9 792 013
228 108 136
3 2017 201 965 8 346 013
210 141 636
4 2018 230 233 7 685 311
237 121 484
918
5 2019 228 921 10 855 239 127 065
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 776
2020

52
Selanjutnya berdasarkan data yang bersumber dari dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Ketapang, jumlah

tingkat pengangguran terbuka, angka pengannguran terbuka dan

tingkat partisipasi angkatan kerja dari tahun 2015-2019 disajikan

pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9
Jumlah Pengangguran, Partisipasi Angktan Kerja, dan
Kesempatan Kerja Kabupaten Ketapang
Tahun 2015 -2019

53
TAHUN 2015 – 2019
NO JENIS DATA Urusan OPD
2015 2016 2917 2018 2019
1 Tingkat
Tenaga Disnakertran
Penganggura 4,29 0 3.97 3.23 4.53
Kerja s
n Terbuka
2 Angka
Tenaga Disnakertran
penganggura 9,792 0 8,346 7,685 10,855
Kerja s
n Terbuka
3 Tingkat
Partisipasi Tenaga Disnakertran
67.83 0 59.76 66.20 65.36
angkatan Kerja s
Kerja
4 Angka
partisipasi 218,22 201,96 230,23 Tenaga Disnakertran
0 228,921
angkatan 1 5 3 Kerja s
kerja tahun
5 Persentase
peningkatan
Tenaga Disnakertran
Wira 0 0 0 0 20%
Kerja s
Usahawan
Baru
6 Persentase
peningkatan
92.4 Tenaga Disnakertran
tenaga kerja 63.51 301.73 92.53 122.40
0 Kerja s
yang
ditempatkan
7 Tingkat
Tenaga Disnakertran
Kesempatan 95.71 0 96.03 96.77 95.47
Kerja s
Kerja

Secara umum, untuk mengukur sebuah daerah atau negara

termasuk wilayah yang maju atau tidak dapat dilihat melalui nilai

Human Development Index (HDI) atau biasa disebut sebagai IPM.

Nilai IPM sendiri merupakan salah satu indikator melihat

bagaimana level pembangunan wilayah dan juga merupakan

indikator penting untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam

membangun kualitas hidup masyarakat di suatu wilayah. Jika

dilihat pada tabel di bawah ini, nilai IPM Kabupaten Ketapang rata-

rata masih berada di bawah nilai nasional. Sebagai contoh, pada


54
tahun 2019 nilai IPM Kabupaten Ketapang berada pada nilai 67,16

kurang sekitar 4,76 untuk mendekati rata-rata IPM nasional 71,92.

Kabupaten Ketapang memiliki nilai IPM yang terus mengalami

peningkatan sejak tahun pada tahun 2015 sebesar 64,03 dengan

selisih 5,52 dari IPM nasional tahun 2016 (69,55), pada tahun 2016

IPM Kabupaten Ketapang meningkat menjadi 64,74 dengan selisih

dari IPM Nasional tahun 2016 (70,18) sebesar 5,44. Selanjutnya

pada tahun 2017 IPM Kabupaten Ketapang sebesar 65,71 (2017)

juga masih berada di bawah IPM Nasional (70,81) dengan selisih

5,1. Demikan halnya pada tahun 2018 selisih IPM Kabupaten

Ketapang (66,41) dengan IPM Nasional (71,39) adalah 4,98.

Tabel 10
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
KabupatenKetapang, 2015-2019
Rata-Rata Harapan Pengeluaran per
Angka Lama RataRata Kapita yang
No. Tahun Harapan Sekolah Lama Disesuaikan (000 Indeks Pembangunan
(RLS) Rp) Manusia (IPM)
Hidup(AHH) Sekolah
(HLS)
1 2015 70,51 6,56 10,95 8 350 64,03

2 2016 70,52 6,68 11,34 8 430 64,74

3 2017 70,52 7,03 11,76 8 475 65,71

4 2018 70,69 7,04 11,77 8 988 66,41


5 2019 71,01 7,26 11,79 9 259 67,16
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 2020

3. Perekonomian dan Industri

Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat

dari angka pertumbuhan PDRB atas harga konstan. PDRB sebagai

55
ukuran produktivitas mencerminkan seluruh nilai barang dan

jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu tahun.

Kabupaten Ketapang pada tahun 2018 memberikan peranan yang

besar terhadap struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat

dengan kontribusi total sebesar 44,34 persen terhadap PDRB

Kalimantan Barat.

Secara total, PDRB Kabupaten Ketapang Atas Dasar Harga

Berlaku (ADHB) di tahun 2019 meningkat sebesar 10,09% dari

tahun sebelumnya, yakni dari 25,04 triliun rupiah menjadi 27,57

triliun rupiah. Jika dinilai Atas Dasar Harga Konstan 2010, maka

peningkatan ini jauh lebih besar, yakni dari 16,91 triliun rupiah

pada tahun 2018 menjadi 18,05 triliun rupiah, atau meningkat

sebesar 6,72 %.

Di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang

cenderung melemah, perekonomian Kabupaten Ketapang periode

2015 - 2019 dapat tetap tumbuh di atas 5,5 %, yakni sebesar 5,53

%; 7,97 %; 7,21 %; 7,99 % ; dan 6,72 %. Peningkatan volume

ekonomi tersebut tercermin baik dari sisi produksi (supply side)

maupun sisi permintaan akhir (demand side). Dari sisi produksi,

pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada kategori

Pertambangan dan Penggalian dengan pertumbuhan mencapai

13,07 %.

Dari sisi permintaan akhir, pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Ketapang sebagian besar bersumber dari pertumbuhan

net ekspor, yang menyumbang 2,98 persen pertumbuhan. Pada


56
periode tahun 2015 - 2019 PDRB Kabupaten Ketapang Atas Dasar

Harga Berlaku meningkat cukup signifikan, yakni sebesar 17,55

triliun rupiah (2015); 20,02 triliun rupiah (2016); 22,50 triliun

rupiah (2017); 25,04 triliun rupiah (2018); dan 27,57 triliun

rupiah (2019). Peningkatan ini dipengaruhi baik oleh perubahan

harga maupun perubahan volume. Peningkatan PDRB sisi

produksi diikuti oleh peningkatan PDRB dari sisi permintaan

akhir atau PDRB pengeluaran.

Tabel 11
PDRB Kabupaten Ketapang Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah),
2015 – 2019
Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan dan 4 5 035,13 5 449,90 6 076,25 6 405,72
Perikanan 736,77
Pertambangan dan Penggalian 2 3 503,38 4 125,71 4 769,93 5 548,14
Industri Pengolahan 429,17
2 2 749,74 3 169,86 3 630,02 3 968,70
Pengadaan Listrik, Gas 433,80
7,29 9,39 10,87 12,13 13,49
Pengadaan Air, Pengelolaan 14,40 15,66 17,57 20,66 22,89
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
Konstruksi 1 2 023,52 2 294,52 2 416,51 2 717,50
Perdagangan Besar dan Eceran, 963,68
2 2 257,58 2 463,93 2 657,27 2 952,63
dan Reparasi Mobil dan Sepeda 033,04
Motor
Transportasi dan Pergudangan 369,51 417,08 470,06 536,05 561,13
Penyediaan Akomodasi dan 357,61 415,81 450,83 491,08 541,73
Makan Minum
Informasi dan Komunikasi 478,35 535,08 645,55 727,87 801,75
Jasa Keuangan 569,03 653,12 767,51 861,82 858,69
Real Estate 500,93 551,84 588,06 637,05 693,62
Jasa Perusahaan 70,18 76,81 82,36 88,53 95,95
Administrasi Pemerintahan, 811,69 938,96 1 065,63 1 170,32 1 282,55
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Pendidikan 440,39 481,58 507,42 533,59 585,70
Jasa Kesehatan dan Kegiatan 210,78 222,50 238,60 252,44 282,70
Sosial
Jasa Lainnya 122,65 133,98 147,52 158,58 175,63
PDRB 15 20 021,15 22 495,91 25 040,10 27 508,52
966,72
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Ketapang, 2020

57
Jika dilihat secara sektoral, berdasarkan PDRB harga

Konstan 2010 Kabupaten Ketapang sektor yang menjadi sektor

utama di Kabupaten ini adalah sektor pertanian, kehutanan

dan perikanan pada tahun 2019 sebesar 23,29 persen. Kemudian

diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian (20,17%) dan

sektor industri pengolahan (14,43%). Industri pengolahan yang

berkembang di Kabupaten ini jika dilihat dari PDRB nya yaitu

industri makanan dan minuman. Industri makanan dan minuman

di Kabupaten Ketapang didominasi oleh industri kecil dan

menengah yang merupakan salah satu pendorong perekonomian

masyarakat di kabupaten ini.

Tabel 12
PDRB Harga Konstan 2010 Kabupaten Ketapang Menurut Lapangan
Usaha (Juta Rupiah), Tahun 2015-2019

Sektor 2015 2016 2017 2018 2019


Industri
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,151,157.5 4,237,447.9 4,477,780.5 4,911,993.1 5,185,429.1

Pertambangan dan Penggalian 1,569,210.9 2,161,883.0 2,402,147.1 2,718,361.5 3,073,548.7

Industri Pengolahan 1,840,956.7 1,942,364.8 2,093,411.0 2,308,023.2 2,484,386.0

Industri Makanan dan Minuman 1,393,192.9 1,428,626.4 1,500,444.0 1,623,122.0 1,796,551.5

Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 3,502.4 3,616.4 3,773.9 4,026.4 4,480.3

Industri Kulit, Barang dari Kulit dan 231.3 233.2 231.8 236.7 247.9
Alas Kaki
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan 245,638.5 246,000.8 255,701.6 257,016.8 238,603.2
Gabus dan Barang Anyaman dari
Bambu, Rotan dan Sejenisnya

Industri Kertas dan Barang dari 2,949.3 2,915.9 3,055.1 3,007.5 3,387.9
Kertas; Percetakan dan Reproduksi
Media Rekaman

Industri Kimia, Farmasi dan Obat 317.0 304.4 326.4 352.4 352.8
Tradisional

Industri Karet, Barang dari Karet dan 39,553.4 39,363.9 41,880.7 41,692.2 43,807.4
Plastik Rekaman

Industri Barang Galian bukan Logam 9,628.2 9,605.1 9,516.3 9,521.8 9,712.3

Industri Logam Dasar 23,699.9 85,415.4 150,704.6 241,346.8 256,247.4

58
Industri Barang Logam; Komputer, 32,894.5 33,540.7 34,903.2 34,762.5 34,207.4
Barang Elektronik, Optik; dan
Peralatan Listrik

Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 420.8 441.0 450.5 461.0 469.9

Industri Alat Angkutan 18,859.0 19,709.4 19,893.9 20,195.2 21,668.6

Industri Furnitur 27,638.5 27,700.5 28,514.8 28,377.9 28,687.1

Industri Pengolahan Lainnya; Jasa 42,430.9 44,891.8 44,014.1 43,904.0 45,962.3

Reparasi dan Pemasangan Mesin


dan Peralatan
Pengadaan Listrik dan Gas 6,467.0 7,572.4 7,858.4 8,052.3 8,472.1
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 12,285.7 13,393.7 14,179.1 16,095.2 17,288.9
Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi 1,375,303.7 1,386,696.8 1,473,020.7 1,488,533.4 1,592,053.7


Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 1,589,543.9 1,752,645.3 1,811,390.7 1,904,161.7
Mobil dan Sepeda Motor 1,663,846.9

Transportasi dan Pergudangan 259,875.7 276,569.4 296,370.6 318,403.4 325,333.8


Penyediaan Akomodasi dan Makan 252,687.4 273,203.8 285,902.4 301,946.3 320,201.4
Minum

Informasi dan Komunikasi 452,862.1 496,783.5 571,383.2 624,404.6 663,561.7

Jasa Keuangan dan Asuransi 441,060.7 496,336.9 561,018.3 610,547.7 592,381.4

Real Estat 380,154.9 392,777.6 403,983.3 421,526.5 437,804.9

Jasa Perusahaan 57,779.1 60,362.7 62,252.0 64,114.2 66,793.4

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 526,722.7 565,978.6 601,446.3 634,108.3 666,269.7


dan
JasaJaminan Sosial Wajib
Pendidikan 352,918.3 363,366.1 374,271.4 381,703.5 399,464.3

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 162,418.3 167,026.3 174,089.2 179,532.4 191,213.4

Jasa lainnya 97,695.6 102,324.5 109,383.1 113,779.0 121,085.5

Produk Domestik Regional Bruto 13,529,100.0 14,607,935.0 15,661,142.0 16,912,515.5 18,049,449.7

Laju Pertumbuhan PDRB 5.53 7.97 7.21 7.99 6.72

Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 2020

Dari sisi Jumlah IKM yang berkembang didominasi oleh 5

sektor IKM yang berkembang di Kabupaten Ketapang yang terdiri

dari 58 bidang usaha. Total jumlah UKM yang berkembang

sebanyak 813 unit usaha pada tahun 2019, jumlah ini melebihi

dari tahun- tahun sebelumnya dimana pada tahun 2014, 2015,

2016 dan 2017 berturut-turut berjumlah 684, 737, 771 dan 787

unit usaha. Total Nilai Investasi selama 5 tahun juga

menunjukkan adanya peningkatan yaitu sebesar Rp 37.680.019

(2015), Rp 38.895.715 (2016), Rp 39.841.715 (2017) dan Rp

59
42.264.715 (2019). Pada Tahun 2019, untuk sektor dengan unit

paling banyak yaitu sektor industri kimia dan bahan bangunan

dengan total unit UKM sebanyak 345 unit kemudian diikuti

industri logam dan elektronika sebanyak 265 unit dan diurutan

ketiga industri pangan sebanyak 139 unit.

Tabel 13
Jumlah Unit IKM Berdasarkan Sektor Di Kabupaten Ketapang
tahun 2018
No Sektor IKM Jumlah Nilai
Unit Investasi
1 INDUSTRI PANGAN Usaha
139 (Rp.000)
6.218.220
2 INDUSTRI SANDANG 39 887.121
3 INDUSTRI KIMIA DAN BAHAN 349 25.638.672
4 BANGUNAN
INDUSTRI LOGAM DAN 265 9.213.089
5 INDUSTRI KERAJINAN 21 307.613
Total 813 42.264.715
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 2020

Untuk jumlah tenaga kerja sendiri, sektor UMKM yang

menyerap tenaga kerja terbanyak sesuai dengan data sebelumnya

yaitu industri kimika dan bahan bangunan, dengan jumlah tenaga

kerja sebanyak 3.088 orang yang dapat terserap. Nilai tenaga

kerja yang diserap jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah

unit usaha yang artinya sebagian industri makanan yang

berkembang merupakan industri kecil dengan ciri-ciri mereka

belum memiliki tenaga kerja, sehingga kalau dirasiokan antara

jumlah tenaga kerja dengan unit usaha nilainya akan kurang dari

1.

Tabel 14
Jumlah Tenaga Kerja IKM (orang) Berdasarkan
Sektor Di Kabupaten Ketapang
Tahun 2018

60
No Sektor Laki-Laki Perempua Jumlah
UMKM n
1 INDUSTRI PANGAN 449 186 635
2 INDUSTRI SANDANG 122 80 202
3 INDUSTRI KIMIA DAN BAHAN BANGUNAN 2664 424 3,088
4 INDUSTRI LOGAM DAN ELEKTRONIKA 907 60 967
5 INDUSTRI KERAJINAN 51 12 63
Total 4.193 762 4,955
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 2020

Secara detil sebaran dan jumlah IKM di setiap kecamatan Kabupaten


Ketapang dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini.

Tabel 15
Rekapitulasi Perusahaan Industri Kecil
Menengah Menurut Kecamatan
Jumlah Tenaga Kerja Nilai Investasi
No. Kecamatan Unit
L P Jumlah (Rp. 000)
Usaha
1 2 3 4 5 6 7
1 Delta Pawan 423 1,582 424 2,006 17,251,594
2 Muara Pawan 35 496 119 615 4,123,174
3 Matan Hilir Utara 17 123 8 131 1,199,110
Matan Hilir
4 30 246 21 267 1,666,530
Selatan
5 Benua Kayong 119 710 96 806 7,448,942
6 Tumbang Titi 10 38 3 41 335,310
Sungai Melayu
7 13 37 4 41 410,000
Rayak
8 Kendawangan 38 407 43 450 3,263,915
9 Manis Mata 9 76 3 79 1,064,040
10 Air Upas 20 63 2 65 713,000
11 Jelai Hulu 2 3 0 3 6,000
12 Singkup 1 4 0 4 20,000
13 Marau 8 20 1 21 260,000
14 Simpang Hulu 4 14 0 14 110,000
15 Sandai 55 196 21 217 2,472,665
16 Simpang Dua 4 16 1 17 135,000
17 Nanga Tayap 20 73 4 77 775,435
18 Pemahan 0 0 0 0 0
19 Sungai Laur 5 12 1 13 135,000
20 Hulu Sungai 0 0 0 0 0
Kabupaten Ketapang 813 4,116 751 4,867 41,389,715
Ta
hun 2018

61
Perkembangan usaha pada industri menengah formal di

Kabupaten Ketapang pada tahun 2018 terdapat 53 unit usaha,

meliputi cabang industri pangan, sandang, kimia dan bangunan,

logam dan elektronika serta kerajinan, rekapitulasi dari industri

menengah ini dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini.

Tabel 16
Rekapitulasi Perusahaan Industri Kecil Menengah
Menurut Kecamatan Tahun 2018

Jumla Tenaga Kerja Nilai


h
Nama Cabang Industri Investasi
Unit L P Jumlah (Rp. 000)
Usaha
1 2 3 4 5 6
Cabang Industri Pangan 31 1,735 608 2,343 363,720,330
Cabang Industri Sandang 1 11 3 14 450,000
Cabang Industri Kimia dan Bahan
21 383 68 451 19,815,125
Bangunan
Cabang Industri Logam dan
0 0 0 0 0
Elektronika
Cabang Industri Kerajinan 0 0 0 0 0
2,12 67 383,985,45
TOTAL 53 2,808
9 9 5

62
Secara detil data perusahaan pada industri menengah

berdasarkan kecamatan yang mencakup sektor industri, jumlah

unit usaha, alamat perusahaan, jumlah tenaga kerja berdasarkan

jenis kelamin, nilai investasi, kapasitas di sajikan pada Tabel 17.

Tabel 17
Daftar Perusahaan Industri Menengah Kabupaten
Ketapang Tahun 2018

63
ALAMAT TENAGA KERJA NILAI KAPASITAS TAHUN
BIDANG USAHA / NAMA PEMILIK /
NO. KBLI INVESTASI PRODUKSI / SATUAN KELUAR
NAMA PERUSAHAAN KONTAK PERSON JALAN DESA / KELURAHAN KECAMATAN L P JLH
(Rp. 000) TAHUN IZIN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

I INDUSTRI PANGAN
1 10299 Industri Pengolahan dan Pengawetan Lainnya untuk Biota Air Lainnya 1 Unit Usaha 56 141 197 2,193,000 1,310,000 Kg
1 PT.PHILLLIPS SEAFOODS INDONESIAMuchlison Zaini Jl.Hayam Wuruk Rt.36/Rw.8 Ds.Sukabangun 1 Kec.Delta Pawan 56 141 197 2,193,000 1,310,000 Kg 2003
2 10431/2 Industri Minyak Mentah Kelapa Sawit (Crude Palm Oil)/Inti Kelapa Sawit (Crude Palm Kernel Oil) 22 Unit Usaha 1,601 423 2,024 356,927,500 1,280 Ton
1 PT.SANDIKA NATA PALMA Fairuz Ismail Jl.Suka Karya 1 Kec.Marau 68 11 79 15,800,000 20 Ton 2006
2 PT.HARAPAN SAWIT LESTARI John Pataria Bazri Ds.Manis Mata 1 Kec.Manis Mata 112 20 132 9,735,000 25 Ton 2008
3 PT.INDO SAWIT KEKAL Simon Agus Broto MenggoloJl.Pers Ds.Danau Buntar 1 Kec.Kendawangan 110 15 125 9,000,000 80 Ton 2009
4 PT.AYU SAWIT LESTARI - Pakujuang Dsn.Petuakan Ds.Air Upas 1 Kec.Air Upas 117 25 142 9,500,000 80 Ton 2009
5 PT.AGRO LESTARI MANDIRI Drs.Simon Petrus Dsn.Sebuak Ds.Nanga Tayap 1 Kec.Nanga Tayap 97 25 122 9,563,500 65 Ton 2010
6 PT.SEPANJANG INTI SURYA MULIA Eko Sucipto Dsn.Teluk Keramat Ds.Pangkalan Teluk 1 Kec.Nanga Tayap 105 31 136 9,987,000 60 Ton 2012
7 PT.SWADAYA MUKTI PRAKARSA Herlitono Ds.Sempurna 1 Kec.Sungai Laur 98 20 118 9,987,000 60 Ton 2012
8 PT.LIMPAH SEJAHTERA Sahat Siagian Jl.Poros Makmur Abadi Ds.Sei Melayu 1 Kec.Sungai Melayu Rayak 95 25 120 9,987,000 60 Ton 2013
9 PT.POLIPLANT SEJAHTERA - - 1 Kec.Air Upas 97 25 122 9,992,000 60 Ton 2013
10 PT.PRAKARSA TANI SEJATI Swandono Adijianto Jl.Trans Kalimantan Ds.Teluk Bayur 1 Kec.Sungai Laur 76 20 96 9,987,000 60 Ton 2014
11 PT.USAHA AGRO INDONESIA Ardansyah Jl.M. 16-17 Rt.04/Rw.02 Ds.Jambi 1 Kec.Manis Mata 56 15 71 9,050,000 50 Ton 2014
12 PT.SUKSES KARYA SAWIT Maman Suparman Ds.Air Hitam Besar 1 Kec.Kendawangan 45 15 60 9,950,000 60 Ton 2014
13 PT.LADANG SAWIT MAS Iwan Jl.Provinsi Ds.Simpang Tiga Sembelangaan 1 Kec.Nanga Tayap 45 15 60 9,957,000 60 Ton 2014
14 PT.ARRTU PLANTATION Henderi Jl.Perusahaan PT.ARRTU PLANTATION Ds.Nanga Kelampai 1 Kec.Tumbang Titi 40 15 55 9,050,000 50 Ton 2015
15 PT.ADITYA AGROINDO Gou Sen Kwe Jl.PT.KEBUN PT.ADITYA AGROINDO Ds.Sekucing Labai 1 Kec.Simpang Hulu 40 15 55 9,950,000 60 Ton 2015
16 PT.KAYONG AGRO LESTARI Sucipto Maridjan Jl.Kuala Satong - Manjau Ds.Laman Satong 1 Kec.Matan Hilir Utara 45 20 65 9,875,000 50 Ton 2015
17 PT.AGRO SEJAHTERA MANUNGGAL Ir.Sri Indranto Jl.Perusahaan PT.AGRO SEJAHTERA MANUNGGAL Ds.Nanga Kelampai 1 Kec.Kendawangan 45 15 60 9,070,000 50 Ton 2015
18 PT.KENCANA GRAHA PERMAI Drs.Susanto Jl.PT.Kencana Graha Permai Ds.Sandai 1 Kec.Marau 30 15 45 9,950,000 60 Ton 2016
19 PT.ANDES AGRO INVESTAMA Antony Desa Kelampai 1 Kec.Kendawangan 84 26 110 145,000,000 120 Ton 2017
20 PT.MAYA AGRO INVESTAMA Bagus SBS Desa Manis Mata 1 Kec.Manis Mata 80 20 100 12,500,000 60 Ton 2017
21 PT.PRAKARSA TANI SEJATI Ivan Swandono Jl.Trans Kalimantan Ds.Teluk Bayur 1 Kec.Sungai Laur 76 20 96 9,987,000 60 Ton 2017
22 PT.SENTOSA PRIMA AGRO Kasmen Saragih Dsn.Tembelian Ds.Sei Melayu 1 Kec.S.Melayu Rayak 40 15 55 9,050,000 30 Ton 2017
3 10762 Industri Pengolahan Herbal (Herb Infusion) 1 Unit Usaha 7 5 12 500,000 120,000 Kg
1 PT.FAICHEUNG BIRDNEST INDUSTRI David Ringo Jl.Brigjen Katamso BTN Villa Kayong Blok B.02 Kel.Sukaharja 1 Kec.Delta Pawan 7 5 12 500,000 120,000 Kg 2016
4 11050 Industri Air Minum dan Air Mineral 6 Unit Usaha 61 38 99 2,199,830 3,661,800 Liter
1 CV.SATAFI TIRTA PARAMAS Leissa Agustianti E Jl.Jenderal Sudirman No.77 1 Kec.Delta Pawan 4 3 7 250,000 720,000 Liter 2003
2 CV.TIRTA PASIR SISIK Petrus Parulian Rimba Dsn.Kuala Ds.Kendawangan Kiri 1 Kec.Kendawangan 7 3 10 349,830 637,800 Liter 2004
3 CV.ANUGRAH TIRTA PERSADA Junta Jl.Ketapang-Sukadana Ds.Kuala Tolak 1 Kec.Matan Hilir Utara 10 2 12 700,000 84,000 Liter 2007
4 CV.TIRTA ALAM SEJATI Bambang Hermawan Jl.Pawan I Ds.Baru 1 Kec.Benua Kayong 10 5 15 300,000 60,000 Liter 2016
5 CV.TIRTA PRIMA ABADI (HS.68) Candra Tan,ST Jl.Ketapang-Sukadana Ds.Sei Awan Kiri 1 Kec.Muara Pawan 20 20 40 300,000 1,800,000 Liter 2014
6 CV.TIRTA ALAM SEJATI Bambang Hermawan Jl.Pawan I No.86 Ds.H.Umar Rt.010/RW.003 Ds.Baru 1 Kec.Benua Kayong 10 5 15 300,000 360,000 Liter 2017

64
5 11090 Industri Minuman Lainnya 1 Unit Usaha 10 1 11 1,900,000 2,160 Ton
1 CV.PESAGUAN MANDIRI Syaifuddin, SE Jl.Rahadi Usman Gg.Bakti Dusun II Pesaguan Kiri 1 Kec.Matan Hilir Selatan 10 1 11 1,900,000 2,160 Ton 2003
JUMLAH CABANG INDUSTRI PANGAN 31 Unit Usaha 1,735 608 2,343 363,720,330
II INDUSTRI SANDANG
1 13134 Industri Batik 1 Unit Usaha 11 3 14 450,000 9,000 M
1 CV.MEKAR PAWAN SEHATI Dra.Hj.Nurhaida Ds.Sungai Awan Kiri 1 Kec.Matan Hilir Utara 11 3 14 450,000 9,000 M 2003
JUMLAH CABANG INDUSTRI SANDANG 1 Unit Usaha 11 3 14 450,000
III INDUSTRI KIMIA DAN BAHAN BANGUNAN
1 16101 Industri Penggergajian Kayu 1 Unit Usaha 10 2 12 708,000 1,000 M³
1 RIMBA RESTU ( Non Aktif ) Saptadi Wahyudi Ds.Sei Awan Kanan 1 Kec.Muara Pawan 10 2 12 708,000 1,000 M³ 2007
2 16104 Industri Pengolahan Rotan 1 Unit Usaha 35 0 35 350,000 1,200 Ton
1 PD.ALI ROTAN ( Non Aktif ) - Jl.Perintis 2 Rt.04/Rw.II Ds.Baru 1 Kec.Benua Kayong 35 0 35 350,000 1,200 Ton 2009
3 16214 Industri Veneer 1 Unit Usaha 6 2 8 650,000 15,000 M³
1 TRI JAYA ( Non Aktif ) Wenky Swandy Ds.Sei Awan Kanan 1 Kec.Muara Pawan 6 2 8 650,000 15,000 M³ 2007
4 16222 Industri Bangunan Prafabrikasi dari Kayu 9 Unit Usaha 240 36 276 3,824,125 20,400 M³
1 TRI JAYA ( Non Aktif ) Wenky Swandy Ds.Sei Awan Kanan 1 Kec.Muara Pawan 8 5 13 365,000 1,200 M³ 2004
2 CV.MANDIRI UTAMA ( Non Aktif ) Johanes Sintih Ds.Sei Awan Kanan 1 Kec.Muara Pawan 22 3 25 475,000 2,000 M³ 2004
3 UD.SUMBER RIMBA ( Non Aktif ) Budi Harto Ds.Sei Awan Kanan Rt.05/Rw.02 1 Kec.Muara Pawan 40 15 55 840,000 2,200 M³ 2004
4 CV.FLORA JAYA ( Non Aktif ) Yakobus Lado Jl.Ketapang-Sukadana Rt.04/Rw.II Ds.Sei Awan Kanan 1 Kec.Muara Pawan 17 3 20 261,125 1,000 M³ 2005
5 CV.VIVA GEMILANG ( Non Aktif ) Ispandi Jl.Lingkar Kota Ds.Sukaharja 1 Kec.Delta Pawan 25 0 25 685,000 1,500 M³ 2005
6 CENBAGUS ( Non Aktif ) Djapdjan Khian Ds.Sei Kelik Rt.11/Rw.I 1 Kec.Nanga Tayap 24 0 24 288,000 2,500 M³ 2006
7 CV.MARANATHA ( Non Aktif ) Stefanus Chandra Haryanto Kumpai Melayu Rt.07/Rw.04 Ds.Negeri Baru 1 Kec.Benua Kayong 35 5 40 250,000 2,000 M³ 2006
8 PENAGA MAS ( Non Aktif ) - Ds.Pangkalan Batu 1 Kec.Kendawangan 24 0 24 285,000 2,500 M³ 2006
9 CV.INTI LESTARI ( Non Aktif ) Chanisius Kuan Te pian Sei Pawan Ds.Tanjung Pasar 1 Kec.Muara Pawan 45 5 50 375,000 5,500 M³ 2007
6 18111 Industri Pencetakan Umum 2 Unit Usaha 10 2 12 655,000 3,500 Rim
1 PT.AKCAYA PARIWARA CAB.KTP Drs.M.Taufik Jl.Gajah Mada No.172 Ds.Kalinilam 1 Kec.Delta Pawan 6 2 8 205,000 2,000 Rim 2007
2 CV.MITRA ABADI H.Abdulbad Jl.KH.Mansyur No.10A 1 Kec.Delta Pawan 4 0 4 450,000 1,500 Rim 2010
7 23957 Industri Mortar atau Beton Siap Pakai 1 Unit Usaha 10 0 10 820,000 60,000 Btg
1 PT.ANUGRAH PRINITY BETONMIX Hengki Gunawan Jl.Ktp-Siduk Ds.Sei Awan Kanan 1 Kec.Muara Pawan 10 0 10 820,000 60,000 Btg 2016
8 23969 Industri Barang dari Marmer, Granit dan Batu Lainnya 2 Unit Usaha 10 1 11 950,000 7,630 M3
1 PT.BUMI KALIMANTAN SEJAHTERA Ewin Marvianus Jl.Sei Gantang-Marau Ds.Mekar Utama 1 Kec.Kendawangan 4 0 4 275,000 2,880 M3 2016
2 PT.SETIA GEMILANG PERKASA Eiko Sihombing Jl.Tumbang Titi-Marau Dsn.Riam Kusik Ds.Riam Batu Gading 1 Kec.Marau 6 1 7 675,000 4,750 Ton 2016
9 23990 Industri Barang Galian Bukan Logam Lainnya YTDL 1 Unit Usaha 12 0 12 375,000 36,000 M³
1 CV.ANINDYA LUHUR SEJATI Hermanto Dsn.Silingan Ds.Kendawangan Kiri 1 Kec.Kendawangan 12 0 12 375,000 36,000 M³ 2005
10 24202 Industri Pembuatan Logam Dasar Bukan Besi 2 Unit Usaha 30 15 45 1,533,000 6,480 Ton
1 PT.BIUTAK JAYA BERSAMA ( Non AktifJhonny
) Kusuma Liu Jl.Rahadi Usman Dsn.Pematang Ubi Ds.Pesaguan 1 Kec.Matan Hilir Selatan 20 15 35 1,000,000 2,880 Ton 2014
2 CV.PILAR ANGSANA ( Non Aktif ) Rianto Jl.Darussalam Rt.14/Rw.07 Ds.Sungai Awan Kanan 1 Kec.Muara Pawan 10 0 10 533,000 3,600 Ton 2014
11 28120 Industri Peralatan Tenaga Zat Cair dan Gas 1 Unit Usaha 20 10 30 9,950,000 60 Ton
1 PT.CITRA PAWAN GASINDO Drs.Susanto Jl.Propinsi Ktp-Kendawangan Ds.Sei Nanjung 1 Kec.Matan Hilir Selatan 20 10 30 9,950,000 60 Ton 2016
JUMLAH CABANG INDUSTRI KIMIA DAN BAHAN BANGUNAN 21 Unit Usaha 383 68 451 19,815,125
JUMLAH KESELURUHAN 53 2129 679 2808 383,985,455

65
Salah satu indikator tingkat kemakmuran penduduk di suatu
daerah/wilayah dapat dilihat dari nilai PDRB perkapita. Besar
kecilnya jumlah penduduk akan mempengaruhi nilai PDRB
perkapita, sedangkan besar kecilnya nilai PDRB sangat tergantung
pada potensi sumberdaya alam dan faktor-faktor produksi di
daerah tersebut.
Nilai PDRB perkapita Kabupaten Ketapang atas dasar harga
berlaku sejak tahun 2015 sampai tahun 2019 terus mengalami
peningkatan. Pada Tahun 2015 PDRB per kapita sebesar 36,87
juta rupiah dengan terus mengalami kenaikan hingga pada tahun
2019 mencapai 53,76 juta rupiah. Kenaikan PDRB per kapita yang
cukup tinggi ini disebabkan masih dipengaruhi oleh faktor inflasi.

Tabel 18
Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB
Perkapita Kabupaten Ketapang,
Tahun 2015-2019

PDRB (Miliar Rupiah)


2015 2016 2017 2018 2019
-ADHB 17,549.29 20,021.15 22,495.91 25,040.10 27,567.79
- ADHK 13,529.10 14,607.93 15,661.14 16,912.52 18,049.45
PDRB Per Kapita (Ribu Rupiah)
-ADHB 36,869.42 41,270.68 45,438.3 49,681.95 53,761.12
- ADHK 28,423.37 30,112.12 31,633.11 33,556.05 35,199
- Pertumbuhan PDRB 2.92 5.94 5.05 6.08 4.90
per Kapita ADHK 2010
Jumlah Penduduk (Ribu 475,985. 485,118. 495,087.00 504,008.00 512,783.00
Orang)
Pertumbuhan Jumlah 00
2.53 00
1.92 2.05 1.80 2.00
Penduduk
Sumber: BPS Susummber: BPS Kabupaten Ketapang, 2020

66
Jika dilihat dari jumlah penduduk miskin pada tahun

2019, Kabupaten Ketapang menempati urutan ke 12 dari 14

kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat dengan jumlah

penduduk miskin per September 2019 sebesar 370.470 jiwa

(7,28%). Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2018)

jumlah penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Barat cenderung

menurun, dimana pada bulan Maret 2018 berjumlah 387.080 jiwa

(7,77%).

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Ketapang sebanyak

55.390 orang pada tahun 2015 atau sekitar 11,64% dari jumlah

penduduk Kabupaten Ketapang tahun tersebut (475,985 jiwa).

Jumlah tersebut mengalami penurunan pada tahun 2019 dengan

jumlah penduduk miskin sebanyak 53.840 orang dari jumlah

penduduk Kabupaten Ketapang di tahun tersebut (512.783 jiwa)

atausekitar10,5%.

Tabel 19
Kemiskinan Dan Pembangunan Manusia ,
2015 – 2019 (Jiwa)

Sumb No Kemiskinan 2015 2016 201 201 2019


e 1 Garis Kemiskinan 356 366 391 432 454 160
r 2 (Rp/kapita/bulan)
Penduduk Miskin 319 53070
55390 250 54280
868 54354
860 53 840
: 3 % Penduduk Miskin 11,72 10,99 11,02 10,93 10,54
4 Kedalaman Kemiskinan 1,74 1,90 1,63 2,00 1,51
5 Keparahan Kemiskinan 0,43 1,50 0,40 0,64 0,37
B
PS Kabupaten Ketapang, 2020

67
Dilihat dari tingkat pengeluaran rata-rata perkapita dalam

sebulan, rata-rata pengeluaran dalam satu bulan Kabupaten

Ketapang termasuk cukup rendah, dengan pengeluaran makanan

dan bukan makanan hampir sama. Pada tahun 2019 total

pengeluaran perkapitan sebesar 1.119.734 dengan komposisi

596.128 untuk pengeluaran makanan dan 523.606 untuk

pengeluaran bukan makanan.

Tabel 20
Rata-rata Pengeluaran per Kapita Kabupaten
Ketapang Sebulan Menurut Kelompok
Komoditas (rupiah), 2018 dan 2019
No Kelompok Komoditas 2018 2019
1 Makanan 574 112 596 128
2 Bukan 465 039 523 606
Total 1 039 151 1 119 734
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 2020

4. Potensi Daerah

Berbagai potensi yang dimiliki oleh daerah merupakan aset

yang sangat penting untuk mengembangkan daerahnya menjadi

lebih maju lagi. Potensi daerah merupakan salah satu modal

dasar dalam mengembangkan berbagai sektor hilir.

Pengembangan industri harus sinergi dengan modal apa yang di

miliki oleh suatu daerah. Ada beberapa potensi yang dimiliki oleh

Kabupaten Ketapang, diantaranya pertanian, energi dan sumber

daya mineral, industri dan terakhir kelautan dan perikanan.

68
a. Sektor pertanian

Kondisi sektor pertanian sendiri pada tahun 2019 menunjukan

kinerja yang cukup baik. Ada 13 indikator pertanian yang

digunakan untuk melihat kondisi pertanian di Kabupaten

Ketapang. Pada tahun 2019 sebagian besar indikator

menujukan kinerja yang baik hal ini terlihat dari nilai target

dan realisasi yang pada realisasinya mendekati atau lebih dari

100%. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan-

peningkatan kinerja pada sektor pertanian. Hanya saja ada

beberapa indikator yang realisasinya agak rendah seperti

produksi padi dan realisasi sangat rendah pada populasi

ternak besar, kecil dan unggas. Selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 21.

Tabel 21
Kondisi Sektor Pertanian Kabupaten Ketapang Tahun
2016 dan 2019
Kondis
i
Kondis 2019
Sektsu No Indikator Pertanian Satua i %
mber:: n Awal Targe Realisasi Realisasi
Sumbe Produktivitas padi 2016 t terhadap
r: BPS 1 atau bahan pangan ton 103.065 199.310 108 845,74 54,61
utama lokal lainnya
2 perhektar
Produksi Tanaman Sayuran ton 5.280 5.603 5.869,27 104,75
3 Produksi Tanaman Buah- ton 648 673 951,85 141,43
4 buahan Jagung
Produksi ton 810 998 3.709,3 371,67
5 Produksi tanaman karet ton 14.099 16.714 16 066 96,12
6 Produksi tanaman sawit ton 496.700 537.549 1.298.540 241,7
7 Produksi tanaman lada ton 45 54 52 96,3
8 Produksi tanaman kelapa ton 1.562 1.787 1.728 96,7
9 dalam
Produksi tanaman kakao ton 30 34 32 94,12
1 Produksi tanaman kopi ton 544 530 509 96,04
0
11 Populasi Ternak Unggas ton 426.935 468.861 4.493,694 0,96
12 Populasi Ternak kecil ton 103.451 43.435 272,783 0,63
13 Populasi Ternak besar ton 41.099 42.314 363,173 0,86
Kabup
aten Ketapang, 2020; RPJMD Ketapang 2016-2021
69
Produksi padi sepanjang tahun 2019 menunjukkan bahwa

produksi tertinggi berada pada bulan Maret sebesar 41.766,46

ton GKG dengan luas panen 11.964,45 ha dan produktivitas

3,49 ton/ha. Produksi terendah pada bulan Juni sebesar

166,69 ton GKG dengan luas panen 61,45 ha dan

produktivitas 2,71 ton/ha. Namun, jika dilihat dari

produktivitas yang tertinggi pada bulan Desember 3,66 ton/ha

dengan produksi padi sebesar 1.305,19 ton GKG dan luas

panen 356,87 ha. Secara rinci luas panen, produktivitas dan

produksi padi per bulan tahun 2019 dapat dilhat pada Tabel

22.

Tabel 22
Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Padi Menurut Bulan (ha), 2019

Bulan Luas Produktivitas Produksi Padi


Pane (ton/ha) (ton GKG)
n (ha)
Jan 947,0 3,49 3 306,39
uari 8
Febr 7.303 3,49 25.498,45
uari ,19
Mar 11 3,49 41 766,46
et 964,4
5
Apri 3 3,49 12 091,46
l 463,6
0
Mei 1 2,71 3 301,40
216,0
9
Juni 61,45 2,71 166,69
Juli 1 2,72 3 417,75
255,1
6
Agu 5 2,73 14 260,27
stus 229,2
70
3
Sept 984,9 3,33 3 279,40
emb 6
er
Okt 67,92 3,33 226,14
ober
Nov 67,92 3,33 226,14
emb
er
Des 356,8 3,66 1 305,19
emb 7
er
Total 32.9 3,31 108.845,74
17,9
2

Tanaman palawija yang dikembangkan di Kabupaten Ketapang

pada tahun 2018 dan 2019 antara lain jagung, kedelai, kacang

tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Adapun luas panen,

produktivitas dan produksi masing-masing tanaman palawija

pada tahun 2018 dan 2019 disajikan pada Tabel 23

Tabel 23
Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Tanaman Palawija Menurut Jenis Tanaman
(ha), 2018 dan 2019

Luas Panen (ha) Produktivitas Produksi (ton)


Jenis (ton/ha)
Tanaman 2018 2019 2018 2019 2018 2019
Jagung 896,4 967,1 40,5 38,4 3 632,9 3 709,3
Kedelai 49,0 - 11,5 - 56,3 -
Kacang 23,0 25,0 14,3 14,3 32,9 35,7
Tanah
Ubi Kayu 157,7 524,0 112,2 244,0 1 769,5 12 792
Ubi Jalar 848,4 92,0 214,3 111,0 18 182,7 1 020,8
Total 1 974,5 1 608,1 392,9 407,7 23 674,4 17 557,8

b. Sektor Perkebunan

71
Tanaman Perkebunan di Kabupaten Ketapang diusahakan oleh

rakyat maupun perusahaan perkebunan (negara maupun

swasta). Komoditas yang dihasilkan kegiatan perkebunan di

Kabupaten Ketapang antara lain : karet, kelapa dalam, kelapa

hibrida, kelapa sawit, kakao, lada, kopi, kemiri, aren dan tebu.

Produksi tanaman perkebunan pada tahun 2019 didominasi

oleh kelapa sawit 1.298.540 ton, dikuti oleh karet 16.066 ton,

kelapa dalam 1.728 ton, dan kopi 509 ton. Secara detil data

luas tanaman, produksi dan jumlah petani pada masing-

masing komoditas perkebunan dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24
Luas Tanaman (ha), Produksi (ton), dan
Jumlah Petani (jiwa)
PadaTanaman Perkebunan Tahun 2019

No Komoditas Luas Tanaman Produksi Jumlah


(ha) (ton) Petani (KK)
1 Karet 32.262 16.066 19.998
2 kelapa 4.013 1.728 7.106
dalam
3 kelapa 101 25 801
hibrida
4 kelapa 490.739 1.298.5 24.965
sawit 387.099 40 -
- Perusahaan 103.640 1.070.130 24.965
Besar 228.410
- Rakyat
5 kakao 139 32 126
6 lada 146 52 279
7 kopi 1.291 509 2.494
8 Kemiri 11 1 41
9 Aren 51 4 121
10 tebu 9 5 64

c. Sektor Energi

72
Kebutuhan energi listrik di Kabupaten Ketapang antar tahun

terus meningkat seiring dengan peningkatan kesejahteraan

sosial ekonomi masyarakatnya. Peningkatan jumlah pelanggan

listrik atau konsumen terlihat cukup nyata penambahannya

selama 9 tahun terakhir yaitu 77,41% dengan total produksi

listrik terjual 200.269.290 Kwh.

Kabupaten Ketapang merupakan daerah potensial bagi

terbentuknya cebakan bahan galian (mineral) yang

memungkinkan untuk dikelola lebih lanjut sehingga

mempunyai nilai ekonomis. Berdasarkan data dari Dinas

Pertambangan dan Energi Kabupaten Ketapang potensi dan

cadangan mineral sangat beragam. Potensi mineral yang ada di

Kabupaten Ketapang sampai tahun 2019 antara lain air raksa,

antimoni, pasir besi, bijih besi, bauksit, emas, timah hitam,

timah putih, pasir zircon, kaolin, pasir kuarsa, talk, andesit,

basal, granit, gambut, batubara, kecubung dan lain-lain.

Tabel 25
Kondisi Energi Kabupaten Ketapang
Tahun 2010 dan 2019
No Indikator Energi dan Satuan Kondisi 2019
Sumberdaya Awal Target Realisas %
2010 i Peningkatan

1 Jumlah Pelanggan tit 55.452 98.379 77,41


2 Produksi Tenaga Listrik ik
Kwh 118. 2 66,53
3 Produksi Terjual Tenaga Kwh 831.
103. 0
2 92,99
Listrik 769. 0
Sumber: : BPS Kabupaten Ketapang, 2020; RPJMD
Ketapang 2016-2021

73
Peningkatan jumlah penduduk dan keragaman kegiatan

masyarakat telah menyebabkan peningkatan kebutuhan air

minum. Kebutuhan air untuk rumah tangga dipenuhi melalui

sistem pipa air minum/bersih (sistem air pipa PDAM), sumur,

pemanfaatan sungai dan PAH. Ketidakseimbangan antara

jumlah air yang diproduksi dengan permintaan kebutuhan air

masyarakat, memerlukan upaya untuk memperoleh sumber

air baku sesuai dengan yang dibutuhkan. Permasalahan dalam

penyediaan airbersih/air minum adalah terjadinya penurunan

kapasitas penyediaan air dari sumber-sumber air yang

digunakan antara lain disebabkan oleh berkurangnya kondisi

fisik sumur dan juga diakibatkan oleh berkurangnya kapasitas

akifer dalam penyediaan air karena degradasi muka air tanah.

Berdasarkan data PDAM Kabupaten Ketapang 2020,

penyebaran akses layanan air minum oleh PDAM meliputi 3

Kecamatan dan 1 Ibukota Kabupaten, yaitu Kota Ketapang,

Kecamatan Marau, Tumbang Titi dan Kendawangan.

Berdasarkan Kapasitas cakupan layanan air minum perdesaan

dan perkotaan di Kabupaten Ketapang dapat dilihat dari Tabel

26 sebagai berikut.

Tabel 26
Kapasitas Produksi dan Sumber Air PDAM Kabupaten
Ketapang Tahun 2020

No Wilayah Kapasitas Produksi (L/det) Realisas Sumber


Pelayanan Terpasa Rencana Total i (%) Eksisting Rencana
ng Penambaha Kebutuha Penambaha
n n n
1 Kota 120 70 190 63,2 S. Pawan Sungai
Ketapang Pawan,
74
Waduk MUara
Pawan
2 Kendawanga 20 20 40 50,0 S. Gayam Gunung
n Kediuk
3 Tumbang 5 10 15 33,3 Ds Marau Ds. Sepuring
Titi S.Bulan
4 Marau 5 10 15 33,3 Ds Sungai Putih
Jemayas
Total 150 110 260 57,69

Tabel 27
Sistem Pengolahan, Jumlah Sambungan dan Produksi
PDAM Kabupaten Ketapang Tahun 2020

No Wilayah Sistem Pengolahan Jumlah Sambungan Realis Jumlah


Pelayana Eksistin Rencana s.d Renca Total asi Produksi
n g Penambah Oktob na Kebutuh (%) (M3)
an er an
2020
1 Kota Perpomp Perpompaan 10.837 7.000 17.837 60,76 235.104
Ketapang aan
2 Kendawang Perpomp Gravitasi 1.407 2.000 3.407 41,29 19.703
an aan
3 Tumbang Gravitasi Gravitasi 131 1.000 1.131 11,58 784
Titi
4 Marau Gravitasi Perpompaan 132 1.000 1.132 11,66 1.407
Total 12.507 11.000 23.507 53,21 256.998

d. Sektor Industri

Perkembangan industri skala menengah di Kabupaten

Ketapang pada tahun 2018 menunjukkan kondisi yang sangat

baik. Pertumbuhan Industri pada Tahun 2018 mencapai

90,57% jika dibandingkan dengan Tahun 2017. Demikan juga

industri skala kecil pada Tahun 2018 mengalami peningkatan

yang sangat tinggi sebesar 97,91% jika dibandingkan dengan

Tahun 2017.

Tabel 28

75
Kondisi Industri di Kabupaten Ketapang Tahun
2017 dan 2018
Kondi 2018
si
Indikator Awal %
No Satuan
Industri 201 Realisa Realisasi
Target
7 si terhadap
1 Skala menengah u 5 5 5 target
1060
2 Skala kecil ni
uni 16 17 3
8 4782,35
t
Sumber: Dinas Perindustrian Kabupaten Ketapang,1
2019; RPJMD Ketapang 2016-2021

Produksi perikanan di Kabupaten Ketapang lebih didominasi

oleh hasil budidaya kolam dengan produksi sebanyak 22

898,15 ton atau mengalami peningkatan sebesar 19,38%

persen. Pemenuhan kebutuhan ikan di Kabupaten Ketapang

dapat dipenuhi dari perikanan tangkap maupun budidaya.

Untuk perikanan tangkap masih dapat dioptimalkan

sedangkan perikanan budidaya baik budidaya air tawar

maupun air payau pengembangannya cukup pesat. Produksi

perikanan laut juga cukup tinggi mencapai 18.125 ton atau

meningkat sebesar 7,2%.

Tabel 29
Kondisi Sektor Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Ketapang Tahun 2017 dan 2019
Jumlah 2019
Indikator Rumah Kondisi %
No Kelautan dan Tangga Satuan Awal Realisa Realisasi
Target
Perikanan Perikanan 2017 si terhada
1 Laut 3.626 Ton 16.812, 15.500 18.125 116,94
2 Perairan umum 2.731 Ton 20
6.033,5 1.476,2
0 0
3 Budidaya Kolam 143 Ton 18.468, 19.100 22 119,89
00
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 2020; RPJMD Ketapang 898,15
2016-2021

Berdasarkan data BPS Kabupaten Ketapang jumlah total

nelayan penangkap ikan sebanyak 12.458 orang, dimana yang


76
paling banyak terdapat di Kecamatan Kendawangan sebanyak

2.640 orang, dikiuti oleh Kecamatan Matan Hilir Selatan

sebanyak 1.890 orang, Delta Pawan sebanyak 1.785 orang,

Benua Kayong sebanyak 1.749 orang, Matan Hilir Utara

sebanyak 1.629 orang dan Muara Pawan sebanyak 1.365

orang.

Tabel 30
Jumlah Nelayan dan Unit
Penangkapan Ikan Menurut Kecamatan, 2019

Unit Penangkapan Ikan


Jumlah
No. Kecamatan Tanpa Motor Kapal
Nelayan
Motor Tempel Motor
1 2 3 4 5 6
1 Delta Pawan 1.785 136 175 316
2 Muara Pawan 1.365 149 164 246
3 Matan Hilir Utara 1.629 157 120 158
4 Matan Hilir Selatan 1.890 168 150 366
5 Benua Kayong 1.749 113 125 286
6 Tumbang Titi 87 50 14 -
7 Sungai Melayu Rayak 78 38 2 -
8 Kendawangan 2.640 130 180 526
9 Manis Mata 275 89 55 -
10 Air Upas 59 31 14 -
11 Jelai Hulu 94 60 17 -
12 Singkup 78 36 8 -
13 Marau 73 52 13 -
14 Simpang Hulu 70 58 16 -
15 Sandai 200 94 11 -
16 Simpang Dua 40 30 5 -
17 Nanga Tayap 96 70 13
18 Pemahan 70 57 5
19 Sungai Laur 80 48 1 2
20 Hulu Sungai 100 58 8
Kabupaten Ketapang 12.458 3.248 1.906 1.898

e. Nilai Investasi PMDN dan PMA Kabupaten Ketapang 2019

dan 2020

Dalam rangka mengoptimalkan potensi perekonomian daerah,

maka Kabupaten Ketapang masih memerlukan sejumlah dana


77
dalam bentuk investasi. Pada Tahun 2019 triwulan selama

triwulan 1 dan 2 tambahan investasi Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) meningkat lebih dari 100 % namun jika

dibandingkan dengan triwulan 3 terjadi penurunan 75 %,

demikian juga trend nya pada Penanaman Modal Asing (PMA)

meningkat dari triwulan 1 ke triwulan 2 sebesar 42,83% dan

menurun pada triwulan 3 sebesar 69%. Selanjutnya, pada

tahun 2020 tambahan investasi dari PMDN menunjukkan

fluktuasi yang cenderung menurun selama triwulan sebesar

15,25 – 30,87 %, sedangkan tambahan investasi pada PMA

menunjukkan penurunan pada triwulan 3 terhadap triwulan 2

sebesar 29,55%. Namun jika dibandingkan nilai tambahan

investasi berdasarkan tahun 2019 dan 2020, menunjukkan

78
bahwa investasi dari PMDN meningkat sebesar 5,9% dan PMA menurun sebesar 1,72%.

Tabel 31
Nilai Investasi PMDN dan PMA Kabupaten Ketapang per Triwulan Tahun 2019

No Jenis Tambahan Investasi per TW Perubahan per Triwulan % Perubahan


Investasi (Dalam US$. Ribu) (Dalam US$. Ribu)
TW1 TW2 TW3 TW1 & TW2 TW2 & TW3 TW1 & TW2 TW2 & TW3
1 PMDN 177.029 360.553 89.824, 183.524,3 -270.729 103,67 -75,09
,3 ,6 60
2 PMA 76.615, 109.433 33.747, 32.817,9 -75.686,3 42,83 -69,16
8 ,7 40

Tabel 31
Nilai Investasi PMDN dan PMA Kabupaten Ketapang per Triwulan Tahun 2020

No Jenis Tambahan Investasi per TW Perubahan per Triwulan % Perubahan


Investasi (Dalam US$. Ribu) (Dalam US$. Ribu)
TW1 TW2 TW3 TW1 & TW2 TW2 & TW3 TW1 & TW2 TW2 & TW3
1 PMDN 291.767 201.706 170.954 -90.060,9 -30.751,9 -30,87 -15,25
,40 ,50 ,60
2 PMA 63.940, 89.226, 62.856, 25.286,2 -26.370 39,55 -29,55
20 40 40
79
Tabel 32
Jumlah Investasi PMDN dan PMA Kabupaten Ketapang Tahun 2019 dan 2020

No Jenis Tambahan Investasi per TW Perubahan per Triwulan % Perubahan


Investasi (Dalam US$. Ribu) (Dalam US$. Ribu)
2019 2020
1 PMDN 627.407,5 664.428,5 37.021 5,9

2 PMA 219.796,9 216.023 -3.773,9 -1,72

80
81
5. Visi dan Misi Pembangunan Industri Kabupaten Ketapang

Visi pembangunan Kabupaten Ketapang yang merupakan tahap

keempat pelaksanaan RPJPD Kabupaten Ketapang tahun 2005-

2025, yaitu pada periode 2016-2021 adalah “KETAPANG YANG

MAJU MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA”.

Maju, mengandung arti berjalan (bergerak) ke muka, menjadi

lebih baik, membawa ke dalam keadaan lebih baik. Untuk

terciptanya kemajuan tentu perlu adanya pembangunan yang

menyeluruh disegala aspek kehidupan. Dalam konteks ini,

kemajuan memiliki dimensi paling tidak terpenuhinya penyediaan

infrastruktur dasar bagi seluruh masyarakat Kabupaten Ketapang

dan terpenuhinya penyediaan infrastruktur yang mendukung

perkembangan kemajuan dan perkembangan ekonomi masyarakat

serta terwujudnya pemberdayaan masyarakat.

Sejahtera, dalam kamus besar bahasa Indonesi mengandung

makna aman, sentosa, damai, makmur dan selamat (terlepas)

dari segala macam gangguan, kesukaran dan sebagainya.

Kesejahteraan masyarakat adalah kata kunci dan indikator

Keberhasilan pembangunan, dalam konteks ini, kesejahteraan

memiliki dimensi : 1) Kesejahteraan yang dinikmati oleh segenap

komponen rnasyarakat secara berkeadilan; 2) Kesejahteraan yang

betul-betul mampu mendorong terbentuknya pondasi ekonomi

yang kuat dan berkesinambungan; 3) Kesejahteraan yang mampu

mengurangi jurang kesenjangan antara miskin dan kaya; dan 4)

82
Kesejahteraan yang mampu mengantarkan pada kondisi

masyarakat yang semakin beradab.

Berdasarkan visi tersebut, pembangunan daerah di Kabupaten

Ketapang memiliki misi sebagai berikut :

a. Melaksanakan Kepemerintahan yang Baik;

b. Meningkatkan Infrastruktur Daerah;

c. Meningkatkan Perekonomian Masyarakat;

d. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia;

e. Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa;

f. Meningkatkan Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya

Alam di Kabupaten Ketapang dengan tetap Menjaga Kelestarian

lingkungan.

Dalam rangka mewujudkan misi yang telah ditetapkan, maka

setiap misi dijabarkan melalui tujuan dan sasaran yang akan

dicapai. Tujuan dan sasaran pada setiap misi akan memberikan

arahan dalam penyusunan strategi, arah kebijakan dan program

prioritas daerah. Adapun tujuan yang akan dicapai dari misi :

a. Melaksanakan Kepemerintahan yang Baik adalah Mewujudkan

tata kelola pemerintahan yang baik, inovatif, akuntabel, efisien

dan bebas KKN dengan sasaran : (1) Meningkatkan

akuntabilitas kinerja dan keuangan, (2) Meningkatnya

stabilitas wilayah dan politik, dan (3) Meningkatnya kualitas

Pelayanan publik.

b. Meningkatkan Infrastruktur Daerah adalah Mewujudkan

peningkatan prasarana dan sarana publik dan prasarana


83
dasar masyarakat dengan sasaran : (1) Mengkatnya akses

rumah tangga dengan sumber air minum yang layak, (2)

Meningkatnya akses rumah layak huni, dan (3) Meningkatnya

ketersediaan jalan dan jembatan dengan kondisi pelayanan

baik dan sedang.

c. Meningkatkan Perekonomian Masyarakat adalah Mewujudkan

peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat dengan

sasaran : (1) Meningkatnya pertumbuhan ekonomi, dan (2)

Menurunnya pengangguran.

d. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia adalah

Mewujudkan peningkatan derajat pendidikan, kesehatan dan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan sasaran : (1)

Meningkatnya kualitas layanan dan partisipasi pendidikan

serta harapan melanjutkan pendidikan lebih tinggi, dan (2)

Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.

e. Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa adalah

Mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat dan

pemangku kepentingan dalam pembangunan daerah

khususnya di tingkat Desa serta Penguatan Pemerintahan

Desa dengan sasaran Meningkatnya partisipasi masyarakat

dan pemangku kepentingan dalam pembangunan daerah

khususnya di Tingkat Desa serta penguatan pemerintah desa.

f. Meningkatkan Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya

Alam di Kabupaten Ketapang dengan tetap menjaga

Kelestarian Lingkungan adalah Menjaga daya dukung alam


84
dan lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan

dengan sasaran Meningkatnya kualitas air, udara dan tutupan

lahan.

Dengan memperhatikan uraian Visi Misi pembangunan

daerah Kabupaten Ketapang sebagimana tertuang dalam

RPJMD Kabupaten Ketapang Tahun 2016-2021, serta Visi Misi

pembagunan industri Provinsi Kalimantan Barat sebagaimana

tercantum dalam RPIP Kalimantan Barat Tahun 2017-2037 yaitu:

“Terwujudnya Industri Berbasis Komoditas Unggulan yang Maju

dan Berdaya Saing serta Berwawasan Lingkungan untuk

Mendukung Peningkatan dan Pemerataan Ekonomi Kalimantan

Barat”, maka dirumuskan Visi Pembangunan Industri Kabupaten

Ketapang sebagai berikut: “MENJADIKAN KABUPATEN

KETAPANG SEBAGAI WILAYAH INDUSTRI YANG MAJU

DAN BERDAYA SAING BERBASISKAN SUMBERDAYA ALAM

LOKAL”

Maju mengandung makna: Bahwa masyarakat pada semua

lapisan masyarakat maju dalam aspek kehidupan ekonomi,

kemandirian bekerja dan berusaha untuk mencapai kehidupan

yang sejahtera.

Berdaya Saing mengandung makna: Daya saing adalah

Kapasitas daerah untuk menghadapi tantangan

persaingan pasar internasional yang dikembangkan dan dikelola

berdasarkan prinsip-prinsip efektifitas dan efesiensi.

85
Berbasis Sumber Daya Lokal mengandung makna: Bahwa

pengelolaan industri dititikberatkan kepada pengelolaan dan

pengkoordinasian oleh dan untuk kepentingan Sumber Daya

Manusia (SDM) lokal, melalui pengelolaan Sumber Daya Alam

(SDA) yang berasal dari lokal.

6. Tujuan Pembangunan Industri Kabupaten Ketapang

Pembangunan ekonomi Kabupaten Ketapang bertujuan untuk

mewujudkan peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat

dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat

Kabupaten Ketapang dan mewujudkan peningkatan prasarana

dan sarana publik dan prasarana dasar masyarakat. Demi

pertumbuhan ekonomi yang berkualitas maka pembangunan

industri yang dilaksanakan harus mampu meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dan menurunnya pengangguran,

meningkatnya ketersediaan jalan dan jembatan dengan kondisi

pelayanan baik dan sedang.

Pembangunan sektor industri di Kabupaten Ketapang

bertujuan agar dapat menciptakan integrasi pembangunan di

seluruh sektor perekonomian terutama sektor kelautan dan

perikanan, sektor pertanian, sektor pertambangan dan

penggalian, sebagai sektor primer dengan sektor jasa sebagai

sektor tersier, serta pengembangan investasi karena rantai nilai

kepentingannya yang saling terikat. Sektor kelautan dan

perikanan, pertanian, pertambangan, dan penggalian berperan

sebagai sektor pemasok bahan baku (input) bagi sektor industri


86
pengolahan. Sehingga pembangunan sektor-sektor primer tetap

menjadi bagian integral dari pembangunan industri.

Konsekuensinya, rencana pembangunan industri harus

memperhatikan kondisi dari sektor primer tersebut.

Kemudian, sektor perdagangan dan jasa berperan dalam

mengembangkan nilai tambah produk (output) sektor industri

yang sudah dibangun menjadi sistem perdagangan dan jasa yang

kuat dan efisien. Tujuannya adalah agar industri pengolahan

mampu memperkuat posisi daerah dalam level provinsi, nasional,

hingga global, dan mampu mengembangkan citra produk daerah

yang berkualitas nasional dan internasional, serta mampu

memperkuat sistem koleksi dan distribusi produk yang efisiensi

dan mengintegrasi dengan pasar nasional dan pasar global.

Sedangkan kepentingan investasi adalah menggairahkan iklim

usaha sektor industri di Kabupaten Ketapang melalui berbagai

paket insentif yang dirumuskan secara selektif dan

selaras dengan arah peningkatan daya saing produk-produk

industri.

Pembangunan jangka panjang sektor industri disusun dalam

kerangka klaster industri (industrial cluster) yang kuat, sehat, dan

kompetitif. Keunggulan Kabupaten Ketapang di bidang industri

dapat diciptakan melalui pembangunan jangka panjang sektor

industri berikut:

87
a. Industri Pengolahan Hasil Laut dan Perikanan, diantaranya :

Kerupuk ikan, amplang, pembekuan ikan, penggaraman ikan,

ikan kering tipis, udang ebi, ikan teri, terasi, ale-ale, bakso

ikan.

b. Industri Pengolahan Hasil Hutan, dintaranya : Pengolahan

rotan, wadah dari kayu, furniture dari rotan dan bambu,

c. Industri Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, diantaranya :

tempe, tahu, beras, pakan ternak.

d. Industri Pengolahan Hasil Perkebunan, diantaranya : Kopra,

minyak kelapa, gula merah dari kelapa dan gula aren.

e. Industri Kerajinan, diantaranya : Anyaman dari rotan dan

bambu, permata, perhiasan logam, kain tenun batik.

Dengan memperhatikan uraian tujuan pembangunan daerah

sebagaimana yang diuraikan di atas, dan tujuan pembangunan

industri nasional, serta visi misi pembangunan industri

Provinsi Kalimantan Barat, maka tujuan Pembangunan Industri

Kabupaten Ketapang dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Mengembangkan industri hilir di daerah skala kecil dan

menengah pada tiap-tiap komoditas basis industri unggulan

sebagai penggerak perekonomian daerah;

b. Meningkatkan kapasitas dukungan sumber daya manusia,

teknologi kelembagaan, dan pemasaran yang kuat pada

industri kecil dan menengah;

c. Menjamin ketersediaan pasokan bahan baku industri yang

berkualitas dan berkelanjutan;


88
d. Mengupayakan pengembangan industri hijau pada setiap sub

sektor unggulan untuk pemanfaatan sumber daya

berkelanjutan dan terjaganya kelestarian lingkungan;

e. Mengembangkan kelembagaan lintas sectoral untuk

mengoptimalkan Kerjasama antar institusi terkait (pusat-

daerah, pemerintah-masyarakat, lembaga penelitian dsb);

f. Menjamin iklim usaha industri yang baik dan kondusif melalui

kemudahan perizinan; dan

g. Membangun infrastruktur dan fasilitas industri khususnya

aksesibilitas pada sumber bahan baku, air bersih,

energi/listrik dan pasar.

7. Sasaran Pembangunan Industri Kabupaten Ketapang

Menjadikan Kabupaten Ketapang sebagai pusat industri yang

berbasis sektor pertanian, perikanan dan kelautan di wilayah

Provinsi Kalimantan Barat di samping mempertimbangkan potensi

yang ada sekarang ini merupakan sasaran utama pembangunan

industri di Kabupaten Ketapang. Terlebih karena keuntungan

Ketapang yang berada di kawasan strategis bagi pengembangan

industri dan perdagangan di masa mendatang. Terwujudnya

peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat dalam kerangka pembangunan

ekonomi daerah yang berkelanjutan melalui penciptaan

ketangguhan di bidang industri, jasa, dan pariwisata berbasis

kelautan dan pertanian menuju keunggulan kompetitif di tingkat

89
nasional dan global adalah hasil dari tercapainya sasaran

pembangunan industri tersebut.

Kabupaten Ketapang diproyeksikan akan berhasil

mengembangkan industri pengolahan, terutama industri-industri

pengolahan berbasis hasil pertanian (khususnya pengolahan

produk perikanan dan perkebunan), perikanan (budidaya darat

dan laut), minyak nabati dan pertambangan (khususnya

pengolahan hasil penambangan bauksit, kaolin, pasir kuarsa, dan

tanah liat). Pengembangan industri pengolahan ini

diproyeksikan akan berhasil mendatangkan nilai tambah yang

sebagian besar akan dinikmati oleh masyarakat setempat.

Sasaran Pembangunan Industri di Kabupaten Ketapang adalah

sebagai berikut:

a. Meningkatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan yang

diharapkan dapat bertumbuh di atas pertumbuhan ekonomi

daerah setiap tahun hingga tahun 2041, dengan perkiraan

seperti tabel di bawah

Tabel 33
Indikator Pembangunan Industri Kabupaten
Ketapang tahun 2021-2041

90
Tahun
Tahun
2 2 2
0 0 0
b. M
Indikator 2 2 3
2
No Pembangunan 1 6 1
0 en
Industri - - -
1
2 2 2
9 gu
0 0 0
2 3 4
5 0 1 at
7 8 9
Pertumbuhan
, , , 1 ny
industri non
6 5 5 5
migas (%)
4 0 0 a
Kontribusi 2 2 2 3
industri non 3 5 7 0
migas , , , ,
terhadap 6 0 0 0
PDRB (%) 5 0 0 0
4 5 6 9
Jumlah tenaga
. . . .
kerja sektor
9 5 1 7
industri non
5 1 6 2
migas (orang)
5 3 1 8
Penambahan
jumlah
industri skala 1 1
kecil dan di 8 9 . .
Kabupaten 1 0 0 5
Ketapang 3 5 1 9
(jumlah unit 1 6
usaha
kumulatif)
struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan

industri antara yang berbasis sumber daya alam.

c. Meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan

teknologi;

d. Meningkatnya kontribusi industri mikro, kecil, dan

menengah terhadap pertumbuhan industri daerah;

e. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang kompeten di

sektor industri; dan

91
f. Tercapainya percepatan penyebaran dan pemerataan

industri skala mikro, kecil, dan menengah di seluruh

kecamatan di Ketapang;

Sasaran-sasaran di atas akan dapat tercapai berdasarkan

asumsi yang didukung oleh komitmen pemerintah dan sektor

publik untuk tercapainya kondisi sebagai berikut:

a. Stabilitas politik dan ekonomi yang mendukung

peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah pada level 5%

(lima persen) sampai dengan 6% (enam persen) per tahun;

b. Iklim investasi dan pembiayaan yang mendorong peningkatan

investasi di sektor industri;

c. Ketersediaan infrastruktur dasar dan pendukung sebagai

faktor produksi yang dapat mendukung peningkatan

produksi dan kelancaran distribusi;

d. Kualitas dan kompetensi SDM industri terus meningkat

dan didukung peningkatan penggunaan penguasaan

teknologi dan inovasi;

e. Kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang mendukung

pelaksanaan program hilirisasi industri secara optimal; dan

f. Koordinasi antar dinas dan peran aktif pemerintah daerah

dalam pembangunan industri.

8. Penetapan Industri Unggulan

Penetapan industri unggulan Kabupaten Ketapang dilakukan

melalui proses identifikasi sektor unggulan yang memberikan

kontribusi terbesar pada ekonomi daerah. Indikator yang


92
digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

2015-2019, Potensi Daerah Kabupaten Ketapang Tahun 2020,

yang dianalisis menggunakan analisis LQ, analisis Shift-share dan

analisis Tipologi Klassen.

a) Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis LQ dilakukan untuk mengukur mengukur konsentrasi

kegiatan ekonomi sektor industri pengolahan di Kabupaten

Ketapang. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan

peranan sektor industri pengolahan dalam perekonomian

Kabupaten Ketapang terhadap peranan sektor industri sejenis

dalam perekonomian daerah tingkat Provinsi Kalimantan

Barat.

Hasil analisis menunjukkan terdapat beberapa sub sektor

industri pengolahan yang tergolong sebagai sektor basis di

Kabupaten Ketapang. Sektor basis berarti sektor tersebut

memiliki keunggulan kompetitif terhadap sektor serupa di

tingkat yang lebih tinggi, yaitu Provinsi Kalimantan Barat.

Analisis LQ dalam kajian ini dilakukan dengan menggunakan

data PDRB Kabupaten Ketapang dan Provinsi Kalimantan

Barat khusus sektor industri pengolahan dalam rentang waktu

2015-2019. Dari 16 sub sektor industri yang ada, terdapat 2

sub sektor yang tidak ada hasil produksinya, yaitu sub sektor

industri batubara dan pengilangan migas dan sub sektor

industri pengolahan tembakau. Oleh karena itu kedua sub

sektor tersebut tidak ada di dalam analisis.


93
Tabel 34
Indeks LQ Sektor Industri Pengolahan di
Kabupaten Ketapang
Indeks LQ
No Kategor
Sektor 201 Rata
. 2015 2016
7
2018 2019
-rata
i
1 Industri Makanan dan Non
Minuman 1,01 0,97 0,96 0,93 0,94 0,96
basis
2 Industri Tekstil dan Non
Pakaian Jadi 0,44 0,44 0,42 0,39 0,37 0,41
basis
3 Industri Kulit, Barang Non
dari Kulit dan Alas Kaki 0,33 0,32 0,31 0,30 0,29 0,31
basis
4 Industri Kayu, Barang
dari Kayu dan Gabus
dan Barang Anyaman 2,21 2,11 2,03 1,97 1,96 2,06 Basis
dari Bambu, Rotan dan
Sejenisnya
5 Industri Kertas dan
Barang dari Kertas;
Non
Percetakan dan 0,50 0,50 0,48 0,45 0,44 0,47
Reproduksi Media basis
Rekaman
6 Industri Kimia, Farmasi Non
dan Obat Tradisional 0,43 0,04 0,04 0,03 0,34 0,18
basis
7 Industri Karet, Barang Non
dari Karet dan Plastik 0,34 0,33 0,32 0,30 0,29 0,32
basis
8 Industri Barang Galian Non
bukan Logam 0,80 0,79 0,76 0,70 0,70 0,75
basis
9 Industri Logam Dasar 0,72 1,98 2,79 3,75 3,88 2,62 Basis
10 Industri Barang Logam;
Komputer, Barang Non
0,41 0,41 0,39 0,37 0,37 0,39
Elektronik, Optik; dan basis
Peralatan Listrik
11 Industri Mesin dan Non
Perlengkapan 0,13 0,13 0,13 0,01 0,12 0,10
basis
12 Industri Alat Angkutan 1,29 1,27 1,23 1,12 1,05 1,19 Basis
13 Industri Furnitur Non
0,70 0,73 0,70 0,66 0,66 0,69
basis
14 Industri Pengolahan
Lainnya; Jasa Reparasi
dan Pemasangan Mesin
1,43 1,43 1,35 1,26 1,25 1,34 Basis
dan Peralatan

Hasil analisis LQ menunjukkan terdapat empat sub sektor


industri pengolahan yang tergolong sebagai sub sektor basis, yaitu
dengan rata-rata nilai indeks > 1. Keempat sub sektor tersebut
yaitu:

94
 Industri kayu, barang dari kayu dan gabus dan barang
anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya
 Industri dasar logam
 Industri alat angkutan
 Industri pengolahan lainnya; jasa reparasi dan pemasangan
mesin dan peralatan

Sub sektor industri makanan dan minuman sempat menjadi sub


sektor basis pada tahun 2015, yang ditunjukkan dari nilai indeks
>1. Namun mulai tahun 2016-2019 nilai indeks LQ menurun
menjadi <1 yang berarti sub sektor tersebut tidak menjadi sektor
basis. Hal tersebut menunjukkan sub sektor industri makanan
dan minuman kehilangan keunggulan kompetitifnya dibandingkan
tingkat provinsi.
Keempat sub sektor yang menjadi sub sektor basis berdasarkan
hasil analisis menunjukkan trend indeks LQ yang berbeda dari
tahun ke tahun. Khusus sub sektor industri logam dasar
menunjukkan trend peningkatan dari tahun 2015-2019.
Sedangkan ketiga sub sektor lainnya walaupun masih menjadi sub
sektor basis namun menunjukkan tren indeks LQ yang menurun.
Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan kontribusi dari
ketiga sub sektor tersebut terhadap PDRB sektor industri
Kabupaten Ketapang dalam kurun waktu 2015-2019.
Pembahasan lebih jauh dapat dilihat dari tren perubahan nilai
PDRB setiap sub sektor basis di Kabupaten Ketapang secara relatif
terhadap sub sektor yang sama di Provinsi Kalimantan Barat. Tren
digambarkan pada gambar 1 berikut.
gambar (a) gambar (b)
Perubahan PDRB Sektor Industri
Perubahan PDRB Sektor Industri Kayu, Logam Dasar
Barang dari Kayu dan Gabus dan
Barang Anyaman dari Bambu, Rotan
dan Sejenisnya

3.71 3.94
3.48
Persentase Perubahan (%)

260.42
Persentase Perubahan (%)

0.15 0.52
2015-2016 2016-2017 2017-2018 2018-2019
95
-3.88
76.42
60.15
-7.08
-7.17 30.49
19.74 10.46
Kabupaten Ketapang 6.17
2.41
2015-2016 2016-2017 2017-2018
Provinsi Kalimantan Barat 2018-2019
Kabupaten Ketapang
Perubahan PDRB Sektor Industri Alat Perubahan PDRB Sektor Industri
Angkutan Pengolahan Lainnya (Jasa Reparasi dan
Pemasangan Mesin dan Peralatan)
14.44

5.80 5.58
Persentase Perubahan (%)

Persentase Perubahan (%)


4.70
4.24

7.27

5.03
4.51
-0.25
3.43 2015-2016 2016-2017
-0.79 2017-2018
-0.66 2018-2019
1.56 -1.96
0.91

2015-2016 -0.60
2016-2017 2017-2018 2018-2019

Kabupaten Ketapang Kabupaten Ketapang


Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Barat

gambar (c) gambar (d)

Gambar 1. Trend Perubahan PDRB Sub Sektor Basis di


Kabupaten Ketapang terhadap Provinsi Kalimantan Barat

Trend perubahan PDRB sub sektor industri kayu, barang dari

kayu dan gabus dan barang anyaman dari bambu, rotan dan

sejenisnya serta sub sektor industri logam dasar di Kabupaten

Ketapang maupun di tingkat Provinsi Kalimantan Barat

menunjukkan kecenderungan penurunan (gambar a dan b).

Namun posisi perubahannya di Kabupaten Ketapang masih

lebih tinggi dibandingkan di tingkat provinsi. Artinya sub

sektor tersebut masih berpotensi untuk dikembangkan sebagai

sub sektor basis di Kabupaten Ketapang. Namun dalam kurun

waktu 2015-2019 kedua sub sektor tersebut mengalami

96
penurunan nilai PDRB. Walaupun saat ini kedua sub sektor

tersebut memiliki nilai indeks LQ yang lebih besar namun jika

kondisi penurunan nilai PDRB (yang mencerminkan

penurunan produksi) terus terjadi maka kedua sub sektor

tersebut dapat kehilangan keunggulan kompetitifnya.

Trend perubahan PDRB sub sektor industri alat angkutan dan

industri pengolahan lainnya (jasa reparasi dan pemasangan

mesin dan peralatan) menunjukkan trend yang meningkat di

tingkat Kabupaten Ketapang dan di tingkat Provinsi

Kalimantan Barat (gambar c dan d). Namun kedua sub sektor

menunjukkan peningkatan PDRB tingkat kabupaten lebih

rendah dibandingkan peningkatan di tingkat provinsi. Hal

tersebut menunjukkan bahwa kedua sub sektor tersebut dapat

kehilangan keunggulan kompetitifnya di tingkat Kabupaten

Ketapang jika trend tersebut terus terjadi di masa yang akan

datang.

b) Analisis Shift Share

Hasil shift share analysis (SSA) yang dilakukan di Kabupaten

Ketapang akan dibahas berdasarkan kajian yang

menitikberatkan pada nilai Komponen Keunggulan Kompetitif

(Cij) atau D = Differential Shift. Nilai ini apabila bertanda

positif maka sektor tersebut memiliki keunggulan kompetitif

atau tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di

Provinsi Kalimantan Barat.

97
Tabel 35
Hasil Analisis Shift Share Tahun 2015-2019
R
e
g
i
o
n
Proportional Differentia
Industri Pengolahan a SSA
Shift l Shift
l
S
h
a
r
e
Industri Batubara dan 0 0 0 0
Penggilingan , , , ,
1 0 0 1
8 0 0 8
Industri Makanan dan Minuman 0 0 0 0
, , , ,
1 0 0 2
8 3 8 9
Industri Pengolahan Tembakau 0 0 0 0
, , , ,
1 0 0 1
8 0 0 8
Industri Tekstil dan Pakaian -
0 0 0
Jadi 0
, , ,
,
1 1 2
0
8 5 8
6
Industri Kulit, Barang dari Kulit -
0 0 0
dan Alas Kaki 0
, , ,
,
1 0 0
1
8 1 7
2
Industri Kayu, Barang dari - -
0 0
Kayu dan Gabus dan Barang 0 0
, ,
anyaman dari Bambu, Rotan , ,
1 0
dan Sejenisnya 2 0
8 1
3 3
Industri Kertas dan Barang dari -
0 0 0
Kertas; Percetakan dan 0
, , ,
Reproduksi Media Rekaman ,
1 0 1
0
8 0 5
4
Industri Kimia, Farmasi dan 0 0 - 0
Obat Tradisional , , 0 ,

98
,
1 0 1
0
8 2 1
9
Industri Karet, Barang dari - -
0 0
Karet dan Plastik 0 0
, ,
, ,
1 1
0 0
8 1
5 3
Industri Barang Galian bukan -
0 0 0
Logam 0
, , ,
,
1 0 0
1
8 0 1
7
Industri Logam Dasar 0 0 9 9
, , , ,
1 5 0 8
8 8 4 1
Industri Barang Logam; -
0 0 0
Komputer, Barang Elektronik, 0
, , ,
Optik; dan Peralatan Listrik ,
1 0 0
1
8 4 4
8
Industri Mesin dan -
0 0 0
Perlengkapannya 0
, , ,
,
1 0 1
0
8 2 2
8
Industri Alat Angkutan -
0 0 0
0
, , ,
,
1 0 1
0
8 5 5
9
Industri Furnitur -
0 0 0
0
, , ,
,
1 0 0
1
8 4 4
9
Industri Pengolahan Lainnya; -
0 0 0
Jasa Reparasi dan Pemasangan 0
, , ,
Mesin dan Peralatan ,
1 0 0
1
8 0 8
0

Pada Kabupaten Ketapang jika dilihat dari hasil kajian

Differential Shift, sub sektor Industri Pengolahan yang

memiliki nilai positif yaitu terdapat pada sub sektor Industri

Makanan dan Minuman; Industri Kulit, Barang dari Kulit dan

99
Alas Kaki; Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan

Barang anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya; Industri

Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi

Media Rekaman; Industri Barang Galian bukan Logam;

Industri Logam Dasar; Industri Barang Logam; Komputer,

Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik; Industri Mesin

dan Perlengkapannya; dan Industri Furnitur. Hal ini

menyatakan bahwa sektor yang bernilai positif tersebut

tumbuh lebih cepat dibanding provinsi.

c) Analisis Tipologi Klassen

Tipologi Klassen dengan pendekatan sektoral (yang dapat

diperluas tidak hanya di tingkat sektor tetapi juga subsektor,

usaha ataupun komoditi) menghasilkan empat klasifikasi

sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut.

Tabel 36
Hasil Analisis Tipologi Klassen Tahun 2015-2019
Pertumbuha Laju Pertumbuhan
Y ij >Y j Laju Pertumbuhan
Y ij >Y j
n Sektoral diatas Rata-rata dibawah Rata-rata
Kont
ribus
i
Sekt
oral
R >R Kuadran I Kuadran II
ij j
Pendapatan per  Industri Batubara  Industri Alat
kapita diatas dan Penggilingan Angkutan
rata-rata  Industri Pengolahan  Industri
Tembakau Pengolahan
 Industri Kayu, Lainnya, Jasa
Barang dari Kayu Reparasi dan
dan Gabus dan Pemasangan
Barang anyaman Mesin dan
dari Bambu, Rotan Peralatan
dan Sejenisnya
 Industri Logam
Dasar
100
Rij > R j Kuadran III Kuadran IV
Pendapatan per  Industri Makanan  Industri Tekstil
kapita dibawah dan Minuman dan Pakaian Jadi
rata-rata  Industri Kulit,  Industri Kimia,
Barang dari Kulit Farmasi dan Obat
dan Alas Kaki Tradisional
 Industri Kertas dan  Industri Karet,
Barang dari Kertas; Barang dari Karet
Percetakan dan dan Plastik
Reproduksi Media  Industri Barang
Rekaman Galian bukan
 Industri Barang Logam
Logam; Komputer,
Barang Elektronik,
Optik; dan
Peralatan Listrik
 Industri Mesin dan
Perlengkapannya
 Industri Furnitur

Hasil analisis menunjukkan bahwa sub sektor Industri kayu,

barag dari kayu dan gabus dan barang anyaman dari bambu,

rotan dan sejenisnya; dan Industri Logam Dasar termasuk

dalam kategori Subsektor Prima atau berada pada kuadran I.

Kuadran ini merupakan kuadran sektor dengan laju

pertumbuhan PDRB yang lebih besar dibandingkan

pertumbuhan daerah yang menjadi acuan atau secara nasional

dan memiliki kontribusi terhadap PDRB yang lebih besar

dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB

daerah yang menjadi acuan atau secara nasional. Sektor

dalam kuadran I dapat pula diartikan sebagai sektor yang

potensial karena memiliki kinerja laju pertumbuhan ekonomi

dan pangsa yang lebih besar daripada daerah yang menjadi

acuan atau secara nasional.

101
Pada kuadran II ditempati oleh sub sektor Industri Alat

Angkutan; dan Industri Pengolahan Lainnya, Jasa Reparasi

dan Pemasangan Mesin dan Peralatan. Sektor yang berada

pada kuadran ini memiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebih

rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang

menjadi acuan atau secara nasional, tetapi memiliki kontribusi

terhadap PDRB daerah yang lebih besar dibandingkan

kontribusi nilai sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang

menjadi acuan atau secara nasional. Sektor dalam kategori ini

juga dapat dikatakan sebagai sektor yang telah jenuh.

Pada kuadran III ditempati oleh sub sektor Industri Makanan

dan Minuman; Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki;

Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan

Reproduksi Media Rekaman; Industri Barang Logam;

Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik;

Industri Mesin dan Perlengkapannya; dan Industri Furnitur.

Kuadran ini merupakan kuadran untuk sektor yang memiliki

nilai pertumbuhan PDRB yang lebih tinggi dari pertumbuhan

PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional, tetapi

kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB lebih kecil

dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB

daerah yang menjadi acuan atau secara nasional. Sektor

dalam Kuadran III dapat diartikan sebagai sektor yang sedang

booming. Meskipun pangsa pasar daerahnya relatif lebih kecil

dibandingkan rata-rata nasional.


102
Sedangkan pada kuadran IV ditempati oleh sub sektor Industri

Tekstil dan Pakaian Jadi; Industri Kimia, Farmasi dan Obat

Tradisional; Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik;

serta Industri Barang Galian bukan Logam. Kuadran ini

ditempati oleh sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB

yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah

yang menjadi acuan atau secara nasional dan sekaligus

memiliki kontribusi tersebut terhadap PDRB yang lebih kecil

dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB

daerah yang menjadi acuan atau secara nasional.

Berdasarkan hasil LQ, analisis shift share dan juga tipologi

klassen, subsektor Industri Logam Dasar menunjukkan nilai

tertinggi dan berada di Kuadran I. Meskipun dari hasil ketiga

analisis subsektor Industri Logam Dasar berada di posisi

tertinggi namun, subsektor Industri Logam Dasar tidak

dimasukkan ke dalam subsektor yang akan dikembangkan.

Hal ini dikarenakan Industri Logam Dasar merupakan industri

besar, yang mana terdapat risiko aliran pendapatan modal dan

tenaga kerja keluar wilayah yang cukup besar sehingga tidak

menyentuh kepada masyarakat kecil. Hasil ketiga analisis

terkait sektor unggulan di Kabupaten Ketapang diringkas

dalam tabel 37 berikut.

Tabel 37

103
Hasil Analisis Sektor Unggulan Kabupaten
Ketapang dengan LQ, Shift Share dan
Tipologi Klassen
LQ Shift Share Tipologi Klassen
Industri Logam Dasar Industri Logam Industri Logam
Dasar Dasar
Industri Kayu, Barang Industri Makanan Industri Kayu,
dari Kayu dan Gabus dan dan Minuman Barang dari Kayu
Barang Anyaman dari dan Gabus dan
Bambu, Rotan dan Barang anyaman
Sejenisnya dari Bambu, Rotan
dan Sejenisnya
Industri Pengolahan Industri Kulit, Industri Batubara
Lainnya; Jasa Reparasi Barang dari Kulit dan Penggilingan
dan Pemasangan Mesin dan Alas Kaki
dan Peralatan
Industri Alat Angkutan Industri Kayu, Industri
Barang dari Kayu Pengolahan
dan Gabus dan Tembakau
Barang anyaman
dari Bambu, Rotan
dan Sejenisnya
Industri Kertas dan Industri Makanan
Barang dari Kertas; dan Minuman
Percetakan dan
Reproduksi Media
Rekaman
Industri Barang Industri Kulit,
Galian bukan Barang dari Kulit
Logam dan Alas Kaki
Industri Barang Industri Kertas
Logam: Komputer, dan Barang dari
Barang Elektronik, Kertas;
Optik; dan Percetakan dan
Peralatan Listrik Reproduksi Media
Rekaman
Industri Mesin dan Industri Barang
Perlengkapannya Logam; Komputer,
Barang
Elektronik, Optik;
dan Peralatan
Listrik
Industri Furnitur Industri Mesin
dan
Perlengkapannya
Industri Furnitur
104
Subsektor yang berpotensi untuk dikembagkan yaitu pada

subsektor Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan

Barang anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya.

Meskipun pada hasil analisis shift share sub sektor ini bernilai

negatif, namun jika dilihat dari hasil perhitungan Differential

Shift masih bernilai positif, yang bearti subsektor tersebut

memiliki keunggulan kompetitif atau tumbuh lebih cepat

dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Kalimantan Barat.

Hal tersebut sejalan dengan hasil analisis LQ dimana nilai

indeks subsektor tersebut >1 yang berarti sub sektor tersebut

merupakan subsektor basis. Jika dilihat dari hasil tipologi

klassen, subsektor tersebut menempati Kuadran I, yang

merupakan subsektor potensial karena memiliki kinerja laju

pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang lebih besar daripada

daerah yang menjadi acuan atau secara nasional. Hal ini

didukung oleh peranan subsektor Industri Kayu, Barang dari

Kayu dan Gabus dan Barang anyaman dari Bambu, Rotan dan

Sejenisnya yang memberikan nilai tambah ketiga tertinggi di

Kabupaten Ketapang (Tabel 37). Meskipun trend nilai

tambahnya menunjukkan penurunan, namun subsektor ini

berpotensi untuk dikembangkan, mengingat adanya kawasan

Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) di Kabupaten

Ketapang, dimana hasil bukan kayu yaitu rotan, bambu,

madu, dan lain sebagainya dapat dimanfaatkan oleh


105
masyarakat sekitar sehingga dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat yang berada di kawasan tersebut.

Subsektor kedua yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu

Industri Makanan dan Minuman. Walaupun pada hasil

analisis LQ menunjukkan bahwa subsektor tersebut menjadi

subsektor basis hanya pada tahun 2015, kemudian nilai

indeksnya mengalami penurunan hingga tahun 2019, namun

jika dilihat dari kontribusi PDRB subsektor tersebut

menunjukkan peningkatan. Berbeda dengan hasil analisis LQ,

pada hasil analisis shift share, sub sektor ini merupakan satu-

satunya sub sektor yang menunjukkan nilai positif pada ketiga

perhitungannya. Ditambah lagi pada hasil analisis tipologi

klassen, subsektor Industri Makanan dan Minuman berada

pada Kuadran III yang bearti sub sektor yang sedang booming.

Apalagi jika dilihat dari peranan subsektor terhadap nilai

tambah, sub sektor industri makanan dan minuman

merupakan subsektor yang memberikan kontribusi nilai

tambah tertinggi di Kalimantan Barat yaitu 75,64% (Tabel 38).

Tabel 38
Peranan Subsektor terhadap Nilai Tambah
Kategori Industri Pengolahan di
Kabupaten Ketapang (Persen), 2015-2019
No. Lapangan Usaha/Industri 2015 2016 2017 2018 2019
1 Industri Batubara dan Pengilangan Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
76,7 75,5 74,7 73,8 75,6
2 Industri Makanan dan Minuman
3 3 2 1 4
3 Industri Pengolahan Tembakau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 0,18 0,18 0,17 0,17 0,17
Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas
5 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Kaki

106
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan
12,7 11,8 11,0
6 Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, 9,96 8,59
7 2 1
Rotan dan Sejenisnya
Industri Kertas dan Barang dari Kertas;
7 Percetakan dan Reproduksi Media 0,15 0,13 0,13 0,11 0,11
Rekaman
Industri Kimia, Farmasi dan Obat
8 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Tradisional
Industri Karet, Barang dari Karet dan
9 2,11 1,96 1,85 1,67 1,64
Plastik
10 Industri Barang Galian bukan Logam 0,52 0,47 0,42 0,38 0,36
11 Industri Logam Dasar 1,23 4,08 6,39 9,14 8,91
Industri Barang Logam; Komputer,
12 Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan 1,67 1,51 1,44 1,29 1,20
Listrik
13 Industri Mesin dan Perlengkapan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
14 Industri Alat Angkutan 1,01 0,98 0,89 0,83 0,83
15 Industri Furnitur 1,54 1,37 1,25 1,10 1,04
Industri Pengolahan Lainnya; Jasa
16 Reparasi dan Pemasangan Mesin dan 2,04 1,92 1,69 1,51 1,47
Peralatan

Berdasarkan hasil analisis ketiga metode (LQ, SSA, dan

Tipologi Klassen) maka diperoleh daftar panjang sub sektor

industri yang memiliki keunggulan komparatif serta yang

memiliki potensi untuk dikembangkan di Kabupaten Ketapang.

Kemudian dari daftar panjang tersebut diupayakan untuk

menentukan daftar pendek subsektor industri pengolahan

yang dapat dikembangkan di Kabupaten Ketapang dengan

berbagai pertimbangan. Pembahasan dilakukan bersama

Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) melalui Focus Group

Discussion (FGD), dengan beberapa pertimbangan,

diantaranya:

 Keselarasan dengan Visi dan Misi Kabupaten Ketapang

 Keselarasan dengan RPJMD Kabupaten Ketapang

107
 Pengembangan subsektr industri yang berskala kecil dan

menengah

 Memperkecil peluang pengembangan industri yang memicu

aliran pendapatan modal dan tenaga kerja ke luar wilayah

Hasil pembahasan bersama Organisasi Pemerintah Daerah

(OPD) melalui Focus Group Discussion (FGD) sehingga

didapatkan 5 (lima) Industri Unggulan Kabupaten Ketapang,

yaitu :

1) Industri Pengolahan Hasil Laut dan Perikanan

2) Industri Pengolahan Hasil Hutan

3) Industri Pengolahan Hasil Tanaman Pangan

4) Industri Pengolahan Hasil Perkebunan

5) Industri Kerajinan

Tabel 39
Peluang Pengembangan Industri Unggulan
Kabupaten Ketapang
Industri Peluang
N Industri
Unggulan Sub Pengembang
o Eksisting
Sektor an Industri
Industri Kerupuk ikan, Stick ikan,
pengolahan amplang, stick udang,
hasil laut dan pembekuan ikan, stick ubur-
perikanan penggaraman ubur, nugget
1
ikan, ikan kering ikan, sosis
tipis, udang ebi, ikan,
ikan teri, terasi, haikang,
ale-ale, bakso ikan otak-otak
Industri Pengolahan rotan, Panel kayu,
pengolahan wadah dari kayu, tikar dari
hasil hutan furniture dari rotan, lebah
2
rotan dan bambu, madu, ulat
sutera,
gaharu
3 Industri Tempe, tahu, Tepung
pengolahan beras beras, pakan
hasil tanaman ternak
108
Industri Peluang
N Industri
Unggulan Sub Pengembang
o Eksisting
Sektor an Industri
pangan
Industri Kopra, minyak VCO, santan
pengolahan kelapa, gula aren kemasan,
hasil industri
perkebunan sabut kelapa
berkaret,
4 pupuk
organik
limbah
CPO/sawit,
kulang-
kaling
Industri Anyaman dari Hiasan
kerajinan rotan dan bambu, dinding, tas,
5 permata, kotak tissu
perhiasan logam,
kain tenun batik

9. Strategi Pembangunan Industri Unggulan

Tujuan pembangunan industri di Kabupaten Ketapang salah

satunya adalah mewujudkan Kabupaten Ketapang yang memiliki

industri dengan berbasis sumberdaya lokal. Keunggulan

Kabupaten Ketapang di sektor pertanian, perikanan dan juga

perkebunan menjadi modal awal untuk pengembangan industri

berbasis keunggulan lokal. Ada dua jenis industri yang sangat

potensial dikembangkan di Kabupaten Ketapang yaitu industri

makanan dan minuman dengan laju pertumbuhan PDRB sekitar

75.29% dari tahun 2015 s/d 2019 serta Industri Kayu, Barang

dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan

dan Sejenisnya dengan laju pertumbuhan PDRB sebesar 10.83%

tahun 2015 s/d 2019.

109
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan strategi

pembangunan yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh

pemangku kepentingan (stakeholders) di Kabupaten Ketapang.

Strategi yang akan dikembangkan adalah :

1) Menjaga pasokan komoditas unggulan lokal sebagai bahan

baku industri yang berkualitas dan berkelanjutan;

2) Mengembangkan kompetensi tekonologi pada setiap industri

yang berbasis keunggulan lokal;

3) Memfasilitasi pengembangan industri pengolahan unggulan

yang meliputi hasil laut dan perikanan, kelapa dalam, pangan

dan kerajinan dengan struktur industri yang kuat dan berdaya

saing;

4) Dukungan penguatan sumberdaya manusia, kelembagaan

pelaku usaha dan kemitraan yang kuat pada struktur industri

antar unit usaha;

5) Mengembangkan iklim investasi yang kondusif;

6) Kerja sama lintas institusi (pusat-daerah, lembaga

penelitian/pengembangan dan sebagainya);

7) Peningkatan infrastruktur dan fasilitas penunjang seperti

pembiayan/modal, infrastruktur, energi, komunikasi, dan

sanitasi. untuk menjamin tumbuh dan berkembangnya

industri termasuk aksesibilitas pada sumber-sumber bahan

baku dan pemasaran; dan

8) Mengoptimalkan fungsi Kawasan Industri serta mendorong

terbentuknya sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM).


110
10. Program Pembangunan Industri Unggulan

Untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan industri

unggulan Kabupaten Ketapang, berikut ini disajikan program-

program yang harus dilaksanakan untuk setiap sub sektor

industri unggulan :

1) Industri Pengolahan Hasil Laut dan Perikanan

Program yang akan dilaksanakan untuk mendukung

pertumbuhan dan meningkatkan nilai tambah industri

pengolahan hasil laut dan perikanan yang meliputi industri

turunannya yaitu :

a) Penggaraman/pengeringan ikan/udang;

b) Pengasapan/pemanggangan ikan;

111
c) Pelumatan ikan;

d) Pemindangan ikan;

e) Peragian/fementasi ikan dan udang;

f) Pendinginan/pembekuan ikan/udang.

Program pembangunan industri pengolahan hasil laut dan ikan adalah seperti Tabel 40

Tabel 40
Program Pembangunan Industri Pengolahan Hasil Laut dan Perikanan
Kabupaten Ketapang Tahun 2021 – 2041
Para Pihak Tahun
202 202 203
No Program 1- 6- 1-
Pemkab Swasta Lain-lain
202 203 204
5 0 1
I Program Pengembangan SDM Perikanan
a Peningkatan kapasitas SDM perikanan/nelayan
1. Bimbingan teknis dan manajemen bagi Dinas Nelayan x x x
nelayan budidaya dan nelayan tangkap Ketahanan budidaya/tangk
Pangan dan ap
Perikanan
(KPP)
b Peningkatan kapasitas SDM indutri perikanan
1. Bimbingan teknis/Kursus singkat QC, Dinas KPP Pelaku IKM Perguruan Tinggi x x x
pembinaan produksi dan pengawasan dan Dinas Politap, Balai Riset
untuk pelaku industri pengolahan hasil Koperasi, Perikanan Perairan
laut dan perikanan UKM dan Umum dan
Dagprin Penyuluhan
(KUD) dan Perikanan
Balitbang

112
2. Pelatihan teknologi dan manajemen Dinas KUD Balai Riset x x x
industri pengolahan hasil laut dan Perikanan Perairan
perikanan bagi aparatur daerah atau Umum dan
Training of Trainer (ToT) Penyuluhan
Perikanan
II Program Pemanfaatan, Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam Perikanan
a Pengembangan budidaya perikanan
1. Pengembangan kawasan budidaya ikan air Dinas KKP Nelayan x x x
tawar budidaya
2. Intensifikasi budidaya ikan air tawar Dinas KKP Nelayan x x x
budidaya
3. Pengembangan keramba ikan air tawar Dinas KKP Nelayan x x x
budidaya
III Program Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri Pengolahan Hasil Laut dan Perikanan
a Penerapan standar mutu (SNI/ISO/HACCP Dinas KUD IKM x x x
dengan GMP dan SOP atau standar lainnya
yang relevan
b Fasilitasi bantuan alat-alat industri Dinas KUD IKM x x x
pengolahan
c Kerjasama riset dan pengembangan industri Dinas KUD IKM Perguruan Tinggi x x x
terapan dalam pengolahan hasil kelautan dan dan Politap
perikanan Balitbang
IV Program Pengembangan dan Pemanfaatan Kreatifitas dan Inovasi Industri Pengolahan Hasil Laut dan Perikanan
a Pemanfaatan aplikasi media social dan e- Dinas KUD IKM x x x
market secara professional
b Kerjasama disain produk dan pemasaran Dinas KUD, IKM x x x
Balitbang
V Program Penyediaan Sumber Pembiayaan
a Fasilitasi dan promosi produk IKM Dinas KUD IKM x x x
dan DMPTSP
b Fasilitasi Kerjasama pembiayaan dengan Dinas KUD IKM Perbankan BUMN x x x
Lembaga finasial Bank
c Bimbingan teknis sistem akuntansi keuangan Dinas KUD IKM Perbankan BUMN x x x
VI Program Dukungan Lainnya / Insentif untuk Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Laut dan Perikanan
a Program pembangunan infrastruktur dan Bappeda, IKM x x x
Pengelolaan Lingkungan Dinas PUPR,
Dinas Perkim
113
LH
b Program peningkatan Kerjasama (antar Dinas KUD Investor, IKM x x x
instansi pemerintah terkit), Kerjasama riset dan
maupun studi banding dalam pengembangan Balitbang
industri pengolahan hasil laut dan perikanan
c Program pengembangan perwilayahan industri Bappeda, Industri x x x
(KI), pembangunan dan revitalisasi sentra IKM Dinas KUD (investor) Pelaku
IKM
d Program pemberdayaan IKM Dinas KUD Pelaku IKM x x x
e Program fasilitasi perizinan IKM untuk Dinas KUD Industri x x x
menunjang pembangunan industri (investor) Pelaku
pengolahan hasil laut dan perikanan IKM

114
2) Industri Pengolahan Hasil Hutan

Program yang akan dilaksanakan untuk mendukung pertumbuhan dan meningkatkan nilai tambah

industri pengolahan hasil hutan yang meliputi industri :

a) Industri pengawetan kayu;

b) Industri pengawetan rotan dan bambu;

c) Industri pengolahan rotan;

Program pembangunan industri pengolahan hasil hutan adalah seperti Tabel 41.

Tabel 41
Program Pembangunan Industri Pengolahan Hasil Hutan
Kabupaten Ketapang Tahun 2021 – 2041
Para Pihak Tahun
202 202 203
No Program 1- 6- 1-
Pemkab Swasta Lain-lain
202 203 204
5 0 1
I Program Pengembangan SDM
a Peningkatan kapasitas SDM pelaku industri
2. Bimbingan teknis dan manajemen bagi Dinas IKM x x x
IKM hasil hutan Koperasi,
UKM dan
Dagprin
(KUD)
b Peningkatan kapasitas SDM aparatur indutri

115
3. Bimbingan teknis/Kursus singkat QC, Dinas KUD Pelaku IKM Perguruan Tinggi x x x
pembinaan produksi dan pengawasan dan Politap,
untuk pelaku industri pengolahan hasil Balitbang
hutan
4. Pelatihan teknologi dan manajemen Dinas KUD Perguruan Tinggi, x x x
industri pengolahan hasil hutan bagi Pusat Penelitian
aparatur daerah atau Training of Trainer dan Pengembangan
Hasil Hutan
II Program Pemanfaatan, Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam
a Pengembangan budidaya hasil hutan non
kayu
4. Pengembangan kawasan budidaya lebah Dinas Petani budidaya x x x
madu hutan Pertanian
Peternakan
dan
Perkebunan
5. Pengembangan budidaya ulat sutera Dinas Petani budidaya x x x
Pertanian
Peternakan
dan
Perkebunan
III Program Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri Pengolahan Hasil Hutan
a Penerapan standar mutu (SNI/ISO/HACCP Dinas KUD IKM x x x
dengan GMP dan SOP atau standar lainnya
yang relevan
b Fasilitasi bantuan alat-alat industri Dinas KUD IKM x x x
pengolahan
c Kerjasama riset dan pengembangan industri Dinas KUD IKM Perguruan Tinggi x x x
terapan dalam pengolahan hasil hutan dan Pusat Penelitian
Balitbang dan Pengembangan
Hasil Hutan

IV Program Pengembangan dan Pemanfaatan Kreatifitas dan Inovasi Industri Pengolahan Hasil Laut dan Perikanan
a Pemanfaatan aplikasi media social dan e- Dinas KUD IKM x x x
market secara professional
b Kerjasama disain produk dan pemasaran Dinas KUD, IKM x x x
116
Balitbang
V Program Penyediaan Sumber Pembiayaan
a Fasilitasi dan promosi produk IKM Dinas KUD IKM x x x
dan DMPTSP
b Fasilitasi Kerjasama pembiayaan dengan Dinas KUD IKM Perbankan BUMN x x x
Lembaga finasial Bank
c Bimbingan teknis sistem akuntansi keuangan Dinas KUD IKM Perbankan BUMN x x x
VI Program Dukungan Lainnya / Insentif untuk Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Laut dan Perikanan
a Program pembangunan infrastruktur dan Bappeda, IKM x x x
Pengelolaan Lingkungan Dinas PUPR,
Dinas Perkim
LH
b Program peningkatan Kerjasama (antar Dinas KUD Investor, IKM x x x
instansi pemerintah terkit), Kerjasama riset dan
maupun studi banding dalam pengembangan Balitbang
industri pengolahan hasil laut dan perikanan
c Program pengembangan perwilayahan industri Bappeda, Industri x x x
(KI), pembangunan dan revitalisasi sentra IKM Dinas KUD (investor) Pelaku
IKM
d Program pemberdayaan IKM Dinas KUD Pelaku IKM x x x
e Program fasilitasi perizinan IKM untuk Dinas KUD Industri x x x
menunjang pembangunan industri (investor) Pelaku
pengolahan hasil laut dan perikanan IKM

3) Industri Pengolahan Hasil Tanaman Pangan

Program yang akan dilaksanakan untuk mendukung pertumbuhan dan meningkatkan nilai tambah

industri pengolahan hasil tanaman pangan yang meliputi industri :

a) Industri Penggilingan padi (beras), termasuk produksi sekam;

b) Produksi tepung beras;

c) Industri Pakan Ternak (ikan dan ungas).


117
Program pembangunan industri pengolahan hasil hutan adalah seperti Tabel 42

Tabel 42
Program Pembangunan Industri Pengolahan Hasil Tanaman Pangan
Kabupaten Ketapang Tahun 2021 – 2041
Para Pihak Tahun
202 202 203
No Program 1- 6- 1-
Pemkab Swasta Lain-lain
202 203 204
5 0 1
I Program Pengembangan SDM Tanaman Pangan
a Peningkatan kapasitas SDM petani
3. Sekolah Lapang Dinas Petani/kelompok x x x
Pertanian tani
Peternakan
dan
Perkebunan
(P3)
4. Pembinaan kelembagaan petani Dinas P3 Poktan dan
Gapoktan
b Peningkatan kapasitas SDM indutri pengolahan hasil tanaman pangan
5. Bimbingan teknis/Kursus singkat QC, Dinas P3 dan Pelaku IKM Perguruan Tinggi x x x
pembinaan produksi dan pengawasan Dinas Politap
untuk pelaku industri pengolahan hasil Koperasi,
tanaman pangan UKM dan
Dagprin
(KUD) dan
Balitbang
6. Pelatihan teknologi dan manajemen Dinas KUD Perguruan Tinggi x x x
industri pengolahan hasil tanaman
pangan bagi aparatur daerah atau
Training of Trainer (ToT)
II Program Pemanfaatan, Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam Perikanan
a Penguatan pasokan dan kontinuitas bahan
baku
118
6. Fasilitasi alsintan, bibit unggul dan pupuk Dinas P3 Petani x x x
b 1. Penyuluhan, pendampingan dan Dinas P3 Petani x x x
bimbingan teknis implementasi teknologi
pasca panen padi
7. Fasilitasi bantuan alat pasca panen Dinas P3 Petani x x x
III Program Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri Pengolahan Hasil Laut dan Perikanan
a Penerapan standar mutu (SNI/ISO/HACCP Dinas KUD IKM x x x
dengan GMP dan SOP atau standar lainnya
yang relevan
b Fasilitasi bantuan alat-alat industri Dinas KUD IKM x x x
pengolahan
c Kerjasama riset dan pengembangan industri Dinas KUD IKM Perguruan Tinggi x x x
terapan dalam pengolahan hasil tanaman dan Politap
pangan Balitbang
IV Program Pengembangan dan Pemanfaatan Kreatifitas dan Inovasi Industri Pengolahan Hasil Tanaman Pangan
a Pemanfaatan aplikasi media social dan e- Dinas KUD IKM x x x
market secara professional
b Kerjasama disain produk dan pemasaran Dinas KUD, IKM x x x
Balitbang
V Program Penyediaan Sumber Pembiayaan
a Fasilitasi dan promosi produk IKM Dinas KUD IKM x x x
dan DMPTSP
b Fasilitasi Kerjasama pembiayaan dengan Dinas KUD IKM Perbankan BUMN x x x
Lembaga finasial Bank
c Bimbingan teknis sistem akuntansi keuangan Dinas KUD IKM Perbankan BUMN x x x
VI Program Dukungan Lainnya / Insentif untuk Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Laut dan Perikanan
a Program pembangunan infrastruktur dan Bappeda, IKM x x x
Pengelolaan Lingkungan Dinas PUPR,
Dinas Perkim
LH
b Program peningkatan Kerjasama (antar Dinas KUD Investor, IKM x x x
instansi pemerintah terkit), Kerjasama riset dan
maupun studi banding dalam pengembangan Balitbang
industri pengolahan hasil tanaman pangan
c Program pengembangan perwilayahan industri Bappeda, Industri x x x
(KI), Food Estate, DEM serta pembangunan Dinas KUD (investor) Pelaku
dan revitalisasi sentra IKM dan Dinas P3 IKM
119
d Program pemberdayaan IKM Dinas KUD Pelaku IKM x x x
e Program fasilitasi perizinan IKM untuk Dinas KUD Industri x x x
menunjang pembangunan industri (investor) Pelaku
pengolahan hasil tanaman IKM

4) Industri Pengolahan Hasil Perkebunan

Program yang akan dilaksanakan untuk mendukung pertumbuhan dan meningkatkan nilai tambah

industri pengolahan hasil perkebunan khususnya dari tanaman kelapa dan aren yang meliputi industri:

a) Industri kopra

b) Industri minyak mentah kelapa

c) Industri minyak goreng kelapa

d) Industri tepung dari kelapa

e) Industri produk masak dari kelapa (santan cair, nata de coco, kelapa parut kering, dan krim kelapa)

f) Industri gula merah (kelapa dan aren)

g) Industri dari sabut kelapa (pengolahan sabut kelapa menjadi bahan baku seperti coolfiber/serat

sabut kelapa yang digunakan untuk pembuatan jok mobil) serta industri sapu dari ijuk tanaman

aren.

120
Program pembangunan industri pengolahan kelapa dan aren adalah seperti Tabel 43.

Tabel 43
Program Pembangunan Industri Pengolahan Hasil Perkebunan (Kelapa dan Aren)
Kabupaten Ketapang Tahun 2021 – 2041
Para Pihak Tahun
202 202 203
No Program 1- 6- 1-
Pemkab Swasta Lain-lain
202 203 204
5 0 1
I Program Pengembangan SDM Petani
a Peningkatan kapasitas SDM
5. Bimbingan teknis dan penyuluhan Teknik Dinas Petani kelapa x x x
budidaya dan pasca panen tanaman Pertanian dan aren
kelapa dan aren Peternakan
dan
Perkebunan
(P3)
6. Pembinaan kelembagaan kelompok tani Dinas P3 Petani kelapa
dan aren
b Peningkatan kapasitas SDM indutri pengolahan kelapa dan aren
7. Bimbingan teknis/Kursus singkat QC, Dinas P3 dan Pelaku IKM Perguruan Tinggi x x x
pembinaan produksi dan pengawasan Dinas Politap, Balai Riset
untuk pelaku industri pengolahan kelapa Koperasi, Perikanan Perairan
dan aren UKM dan Umum dan
Dagprin Penyuluhan
(KUD) dan Perikanan
Balitbang
8. Pelatihan teknologi dan manajemen Dinas KUD Baristan Kalbar x x x
industri pengolahan kelapa dan aren bagi
aparatur daerah atau Training of Trainer
(ToT)

121
II Program Pemanfaatan, Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam Kelapa dan Aren
a Penguatan pasokan dan kontinuitas bahan baku kelapa dan aren melalui dukungan program intensifikasi dan ektensifikasi
(peningkatan produktivitas)
8. Fasilitasi alsintan, bibit unggul dan pupuk Dinas P3 Petani kelapa x x x
dan aren
b Pningkatan kualitas produksi pasca panen sesuai kebutuhan industri
1. Bimbingan teknis, penyuluhan dan Dinas P3 Petani kelapa x x x
pendampingan implementasi teknologi dan aren
pasca panen
2. Fasilitasi bantuan sarana dan alat panen Dinas P3 Petani kelapa
dan aren
III Program Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri Pengolahan Kelapa dan Aren
a Penerapan standar mutu (SNI/ISO/HACCP Dinas KUD IKM x x x
dengan GMP dan SOP atau standar lainnya
yang relevan
b Fasilitasi bantuan alat-alat industri Dinas KUD IKM x x x
pengolahan
c Kerjasama riset dan pengembangan industri Dinas KUD IKM Perguruan Tinggi x x x
terapan dalam pengolahan kelapa dan aren dan Politap, Baristan
Balitbang Kalbar
IV Program Pengembangan dan Pemanfaatan Kreatifitas dan Inovasi Industri Pengolahan Kelapa dan Aren
a Pemanfaatan aplikasi media social dan e- Dinas KUD IKM x x x
market secara professional
b Kerjasama disain produk dan pemasaran Dinas KUD, IKM x x x
Balitbang
c Pengembangan ‘Branded Product’ pengolahan Dinas KUD IKM
kelapa dan aren
V Program Penyediaan Sumber Pembiayaan
a Fasilitasi dan promosi produk IKM Dinas KUD IKM x x x
dan DMPTSP
b Fasilitasi Kerjasama pembiayaan dengan Dinas KUD IKM Perbankan BUMN x x x
Lembaga finasial Bank
c Bimbingan teknis sistem akuntansi keuangan Dinas KUD IKM Perbankan BUMN x x x
VI Program Dukungan Lainnya / Insentif untuk Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Laut dan Perikanan
a Program pembangunan infrastruktur dan Bappeda, IKM x x x
Pengelolaan Lingkungan Dinas PUPR,
Dinas Perkim
122
LH
b Program peningkatan Kerjasama (antar Dinas KUD Investor, IKM x x x
instansi pemerintah terkit), Kerjasama riset dan
maupun studi banding dalam pengembangan Balitbang
industri pengolahan kelapa dan aren
c Program pengembangan perwilayahan industri Bappeda, Industri x x x
(KI), pembangunan dan revitalisasi sentra IKM Dinas KUD (investor) Pelaku
IKM
d Program pemberdayaan IKM Dinas KUD Pelaku IKM x x x
e Program fasilitasi perizinan IKM untuk Dinas KUD Industri x x x
menunjang pembangunan industri (investor) Pelaku
pengolahan kelapa dan aren IKM

5) Industri Kerajinan

Industri kerajinan yang sudah lama ditekuni oleh sebagian warga di Kabupaten Ketapang adalah

kerajinan dari rotan, bambu dan pandan. Berbagai produk yang dibuat seperti furniture/meubel untuk

rumah tangga seperti kursi, meja, lemari, penyekat ruangan serta anyaman seperti tudung saji, bakul,

keranjang buah, tikar dan topi.

Adapun produk turunan dari industri kerajinan rotan, bambu dan pandan antara lain adalah:

a) Industri barang anyaman dari rotan dan bambu (pembuatan tikar lampit, bakul, kipas dan

sejenisnya yang bahan utamanya rotan dan bambu);

b) Industri alat dapur dari rotan dan bambu (mencakup usaha pembuatan barang seperti vas bunga,

pigura dan kap lampu);

123
c) Industri furniture dari rotan dan bambu (mencakup pembuatan furniture seperti meja, kursi,

bangku, lemari, penyekat ruangan dan sejenisnya);

d) Industri barang anyaman dari tanaman bukan rotan dan bambu (mencakup usaha pembuatan

macam-macam tikar, tas, tatakan dan kerajinan tangan lainnya yang bahan utamanya bukan rotan

dan bambu seperti pandan).

Program pembangunan industri kerajinan (terutama dari rotan, bambu dan pandan) adalah seperti

Tabel 44.

Tabel 44

Program Pembangunan Industri Kerajinan Kabupaten Ketapang Tahun 2021 – 2041

Para Pihak Tahun


202 202 203
No Program 1- 6- 1-
Pemkab Swasta Lain-lain
202 203 204
5 0 1
I Program Pengembangan SDM Pengrajin
a Peningkatan kapasitas SDM pengrajin
7. Pelatihan kerajinan (tenun, furnitur, Dinas Pengrajin Dekranasda x x x
anyaman, permata) Koperasi,
UKM dan
Dagprin
(KUD)
b Pelatihan kewirausahaan, manajemen Dinas KUD Pelaku IKM Perguruan Tinggi
pembukuan, dan pemasaran dan Politap, Baristan
Balitbang Kalbar
c Pembinaan IKM melalui pendampingan teknis Dinas KUD Pelaku IKM x x x
124
d Pengembangan kapasitas IKM melalui pola Dinas KUD Pelaku IKM x x x
OVOP (One Village One Produck)
II Program Pemanfaatan, Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya
a Pelatihan pembuatan pewarna alam (bentuk Dinas KUD Pelaku IKM
bubuk) untuk tenun
b Pelatihan teknologi pengasahan batu permata Dinas KUD Pelaku IKM x x x
c Pelatihan pelapisan emas, perak dan crom Dinas KUD Pelaku IKM x x x
d Pelatihan pengawetan pewarnaan kayu dan Dinas KUD Pelaku IKM x x x
rotan
III Program Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri Kerajinan
a Pelatihan dan fasilitasi bantuan alat mesin Dinas KUD IKM x x x
ATBM (alat tenun bukan mesin)
b Pelatihan dan fasilitasi bantuan alat-alat jahit Dinas KUD IKM x x x
untuk bantalan kursi dari kayu dan rotan
c Pelatihan pelapisan akhir untuk kerajinan Dinas KUD IKM x x x
anyaman dari rotan dan bambu dan
Balitbang
IV Program Pengembangan dan Pemanfaatan Kreatifitas dan Inovasi Industri Kerajinan
a Pemanfaatan aplikasi media social dan e- Dinas KUD IKM x x x
market secara professional
b Kerjasama disain produk dan pemasaran Dinas KUD, IKM x x x
Balitbang
V Program Penyediaan Sumber Pembiayaan
a Fasilitasi dan promosi produk IKM Dinas KUD IKM x x x
dan DMPTSP
b Fasilitasi Kerjasama pembiayaan dengan Dinas KUD IKM Perbankan BUMN x x x
Lembaga finasial Bank
c Bimbingan teknis sistem akuntansi keuangan Dinas KUD IKM Perbankan BUMN x x x
VI Program Dukungan Lainnya / Insentif untuk Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Laut dan Perikanan
a Program pembangunan infrastruktur dan Bappeda, IKM x x x
Pengelolaan Lingkungan Dinas PUPR,
Dinas Perkim
LH
B Program peningkatan Kerjasama (antar Dinas KUD Investor, IKM x x x
instansi pemerintah terkit), Kerjasama riset dan
maupun studi banding dalam pengembangan Balitbang
industri kerajinan
125
c Program pengembangan perwilayahan industri Bappeda, Industri x x x
(KI), pembangunan dan revitalisasi sentra IKM Dinas KUD (investor) Pelaku
IKM
D Program pemberdayaan IKM Dinas KUD Pelaku IKM x x x
e Program fasilitasi perizinan IKM untuk Dinas KUD Industri x x x
menunjang pembangunan industri (investor) Pelaku
pengolahan hasil laut dan perikanan IKM
f Pembangunan Galery UMKM (Usaha Mikro, Dinas KUD Pelaku IKM Dekranasda x x x
Kecil dan Menengah

126
11. Pengembangan Perwilayahan Industri

Pengembangan perwilayahan industri di Kabupaten Ketapang

dilakukan melalui pembangunan Wilayah Pusat Pertumbuhan

Industri (WPPI), pengembangan Kawasan peruntukan industri

(KPI), pembangunan Kawasan industri (KI) dan pengembangan

sentra industri kecil dan menengah (sentra IKM).

1) Pengembangan Wilayah Pertumbuhan Industri (WPPI)

Dalam RIPIN (Rencana Pembangunan Industri Nasional),

Provinsi Kalimantan Barat dalam WPPI Kalimantan Bagian

Barat Bersama dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan

Kalimantan Selatan.

WPII Kalimantan Barat terdiri dari Pontianak, Landak,

Sanggau, Ketapang, Sambas, dan Bengkayang. Dengan

masuknya Kabupaten Ketapang maka dalam rencana

pembangunan industri akan memuat program-program untuk

pengembangan dan penguatan WPPI.

2) Mengacu kepada Peraturan daerah Nomor 3 Tahun 2015

tentang rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTWK)

Ketapang tahun 2015-2035, bahwa Kawasan Peruntukan

Industri di Kabupaten Ketapang meliputi :

a) kawasan peruntukan industri besar, terdapat di Kecamatan

Delta Pawan, Kecamatan Muara Pawan, Kecamatan Matan

Hilir Utara, Kecamatan Matan Hilir Selatan, dan Kecamatan

Kendawangan
127
b) kawasan peruntukan industri kecil dan industri menengah,

terdapat di seluruh kecamatan.

3) Pengembangan Kawasan Industri (KI)

Masing-masing Kawasan Industri ini diarahkan pada industri

tertentu, seperti Kawasan Industri (KI) Matan Hilir Selatan dan

Kendawangan dengan sektor unggulan pertambangan,

perkebunan, dan industri. Kawasan Industri (KI) Manismata-

Sukaramai dengan sektor unggulan perkebunan dan industri

Saat ini yang sudah ada perusahaan pengelolaan Kawasan

industri adalah Kawasan Industri Matan Hilir Selatan dan

Kendawangan yaitu PT Ketapang Bangun Sarana.

PT. Ketapang Bangun Sarana (PT.KBS) merupakan

perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang didirikan di

Jakarta dengan pemegang saham HC-Asia Pacific Holdings

Pte.Ltd. (90%) dan Top Celestial Holdings Pte. Ltd. (10%).

Kedua perusahaan itu adalah afiliasi dari Hangzhou Jinjiang

Group Co. Ltd. Tiongkok yang merupakan salah satu

perusahaan terkemuka dalam industri pembuatan logam dasar

bukan besi di Tiongkok. PT.KBS bergerak dalam bidang usaha

pembangunan dan pengembangan kawasan industri terpadu,

seperti : (1) pabrik, (2) pergudangan, (3) perumahan,

apartemen, villa dll, (4) Pelabuhan, dan (5) taman kota dll.

Kawasan Industri Ketapang (KlK) yang dikelola oleh PT

Ketapang Bangun Sarana berlokasi di Kecamatan Matan Hilir

Selatan dan Kecamatan Kendawangan.


128
"KIK merupakan satu di antara Kawasan lndustri yang masuk

dalam program quick win kementerian Perindustrian RI 2015-

2019, memiliki lahan seluas 1.000, 526 Ha dan telah memiliki

Badan Pengelola yang merupakan Perusahaan Swasta yaitu PT

Ketapang Bangun Sarana (KBS).

Saat ini dalam Kawasan Industri yang dikelola oleh PT

Ketapang Bangun Sarana telah terdapat perusahaan

penggerak utama di kawasan ini yaitu PT BAP yang

menggunakan lahan 1.150, 327 Ha untuk pembangunan

pabrik smelter dan pelabuhan khusus yang saat ini sedang

dimulai persiapan pembangunannya.

KIK juga telah memiliki master plan yang disusun pada Tahun

2014 dan dilanjutkan penyusunan master plan dan renstra

oleh Kementerian Perindustrian RI pada tahun 2015.

Adapun Kor bisnis yang akan dikembangkan adalah industri

pengolahan bauksit. Telah Memiliki Kelayakan Lingkungan

Kegiatan Pembangunan Pabrik Pengolahan Alumina dengan

kapasitas pabrik 4,5 Juta ton per tahun beserta sarana

penunjangnya dengan luas areal 1.150 Ha oleh PT Borneo

Alumindo Prima di Kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten

Ketapang.

Kawasan ini juga sudah memiliki izin lingkungan atas kegiatan

pembangunan industri dengan luas areal sekitar 1000 Ha oleh

PT Ketapang Bangun Sarana di Kecamatan Matan Hilir Selatan

Kabupaten Ketapang.
129
Kawasan ini juga sudah melalui penetapan dengan SK Menteri

Perhubungan Nomor KP143 Tahun 2015 tentang penetapan

lokasi terminal khusus industri pembuatan logam dasar

bukan besi oleh PT Borneo Alumindo Prima di Desa Pagar

Mentimun Kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten

Katapang Kalimantan Barat.

Permasalahan yang masih menjadi kendala dalam

pengembangan Kasawan Industri ini adalah kondisi

infrastruktur jalan dari Kota Ketapang menuju lokasi Kawasan

Industri tersebut saat ini dalam keadaan rusak berat. Selain

itu belum tersedianya instalasi pengolahan air bersih dan

penyediaan sumber air baku.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut antara lain dapat

dilakukan upaya dengan menyampaikan usulan program dan

kegiatan kepada Dinas PU Provinsi terutama untuk

membangun jalan akses dari lokasi KIK menuju lokasi

Kawasan Industri di Kecamatan Matan Hilir Selatan. Pihaknya

juga mengusulkan kepada kementerian yang menangani

infrastruktur air bersih untuk penyediaan sumber air baku.

"Sebagai catatan selain PT Ketapang Bangun Sarana (KBS) dan

PT Borneo Alumindo Prima (BAP) di Kecamatan Matan Hilir

Selatan, terdapat pula PT WHW di Desa Pagar Mentimun

Kecamatan Kendawangan, dengan Iuas areal sekitar 1,520,933

Ha, yaitu pembangunan smelter bauksit yang pada akhir

tahun 2015 sudah berproduksi untuk tahap I.


130
Berikut ini program-program perioritas yang akan dilakukan

untuk Kawasan industri di Kabupaten Ketapang terutama

untuk Kawasan Industri (KI) Manis Mata-Suka Ramai.

Tabel 45
Program Pengembangan Industri
Kabupaten Ketapang
Tahun
No Program 2021- 2026- 2031-
2025 2030 2041
Pengkajian rinci tentang zonasi dan
1 x
master plan pembangunan KI
Percpatan penyelesaian permasalahan x
2 dan konsep pengembangan KI serta
kelengakapan administrasi dan regulasi
Percepatan penuntasan pembebasan x
3
lahan KI
Percepatan pembangunan infrastruktur x
dan sarana-prasarana penunjang KI
termasuk diantaranya penyiapan dan
4 x
realisasi penyediaan jaringan jalan,
listrik, air bersih serta jaringan
komunikasi
Tahun 2021-2041

4) Pengembangan Sentra IKM

Pembangunan industri daerah harus memperhatikan IKM

daerah, oleh karena itu harus ada program yang terkait

dengan fasilitasi pengembangan IKM melalui sentra-sentra

IKM di daerah. Agar sentra IKM ini dapat berfungsi secara

optimal maka harus disediakan sarana dan prasarana

penunjang sentra. Konsep pengembangan sentra IKM meliputi

dua pendekatan yaitu Pembangunan Sentra IKM yang baru (by

design) dan Revitalisasi Sentra IKM.

131
Brikut ini adalah program-program perioritas yang harus

dikembangkan pada Sentra IKM Kabupate Ketapang.

Tabel 46
Program Pengembangan Sentra
IKM di Kabupaten Ketapang
Tahun 2021-2041
Tahun
No Program 2021- 2026- 2031-
2025 2030 2041
Identifikasi SENtra-sentra IKM dan x
penyusunan master plan
1
pengembangan IKM (IKM baru
maupun Revitalisasi sentra IKM)
Pembangunan sarana dan prasarana x
sentra, termasuk diantaranya
2 tempat lokakarya, pusat promosi
(IKM baru maupun Revitalisasi
sentra IKM)
Percepatan penuntasan pembebasan x
3
lahan KI
Percepatan pembangunan x
infrastruktur dan sarana-prasarana
penunjang sentra IKM termasuk
4 x
diantaranya penyiapan dan realisasi
penyediaan jaringan jalan, listrik, air
bersih serta jaringan komunikasi

12. Pembanguan Perwilayahan Industri

Pembangunan sumberdaya industri daerah merupakan prasyarat

tumbuhnya industri di daerah. Tanpa tersedianya sumber daya

ini, maka pembangunan industri tidak akan mengalami

pertumbuhan. Sumber daya yang harus tersedia tidak hanya

berupa sumber daya alam (SDA), tetapi yang jauh lebih penting

lagi adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM), sumber

daya permodalan, teknologi terapan dan infrastruktur pendukung

lainnya (seperti jalan, jembatan dan sarana komunikasi). Oleh

132
karena itu, pembangunan sumber daya industri ini dilakukan

melalui pengembangan sumber daya manusia industri,

pemanfaatan penyediaan dan penyaluran sumber daya alam,

pengembangan dan pemanfaatan teknologi industri,

pengembangan dan pemanfaatan kereatifitas dan inovasi, dan

penyediaan sumber pembiayaan.

a. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri

Pelaku kegiatan industri adalah sumber daya manusia,

sehingga untuk membangun industri yang maju, dan berdaya

saing pasti diperlukan sumber daya manusia industri yang kuat

dan berkualitas dalam jumlah yang mencukupi. Oleh karena

itu, program yang dirancang harus bisa memastikan

tersedianya sumber daya manusia (SDM) industri yang

berkualitas dalam jumlah yang mencukupi, diantaranya

adalah :

Tabel 47
Program Pengembangan SDM Industri Kabupaten
KetapangTahun 2021-2041
Tahun
No Program 2021- 2031-
2026-2030
2025 2041
Peningkatan kapasitas SDM nelayan, x
1 petani hasil hutan, petani kelapa dan
aren, petani padi dan pengrajin
a. Training/diklat/sekolah x
lapang intensifikasi produk
perikanan, hasil hutan,
tanaman pangan, tanaman
perkebunan dan pelatihan
kerajinan
b. Kursus singkat standar x
pasca panen produk
133
perikanan, hasil hutan,
tanaman pangan, tanaman
perkebunan
c. Pengembangan kapasitas x
IKM kerajinan melalui pola
OVOP (one village one
product)
Fasilitasi peningkatan kapasitas SDM x
2 industri
a. Peningkatan kapasitas x
aparatur
pendamping/penyuluh
dalam kegiatan industri
pengolahan hasil laut dan
perikanan, hasil hutan,
hasil tanaman pangan, hasil
perkebunan dan kerajinan
melalui ToT di Balai Riset
Industri
b. Kursus singkat QC,
pembinaan produksi dan x x
pengawasan untuk pelaku
industri

b. Pemanfaatan, Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya

Alam

Sumber daya alam lokal menjadi basis pembangunan industri

Kabupaten Ketapang, sehingga berbagai hal berkaitan dengan

pemanfaatannya, penyediaannya dan penyaluran sumber daya

alam ini sangat menentukan keberhasilan pembangunan

industri dan pencapaian sasaran-sasaran yang telah

dirumuskan dalam pembangunan industri Kabupaten

Ketapang. Sumber daya alam lokal yang menjadi keunggulan

Kabupaten Ketapang berada di sub sektor kelautan dan

perikanan, hasil hutan, tanaman pangan dan perkebunan.

Adapun program-program yang harus dilaksanakan untuk

menjamin tersedianya sumber daya alam tersebut adalah :


134
Tabel 48
Program Pemanfaatan,
Penyediaan dan Penyaluran
Sumber Daya Alaman Kabupaten
Ketapang Tahun 2021-2041
Tahun

N
Program 2021- 2026- 2031-
o
2025 2030 2041

Penguatan pasokan dan kontinuitas bahan


baku dengan dukungan untuk program
1 x
intensifikasi dan ekstensifikasi (peningkatan
produktivitas) yang berwawasan lingkungan
a. Program intensifikasi dan ekstensifikasi
untuk peningkatan produktivitas
sumberdaya lokal hasil laut dan x
perikanan, hasil hutan, tanaman
pangan, dan perkebunan
b. Fasilitasi benih unggul (ikan, padi,
kelapa dan enau), alsintan dan pupuk x

c. Pengembangan kapasitas IKM kerajinan


melalui pola OVOP (one village one x
product)
d. Pelatihan pembuatan pewarna alam
untuk kayu, bamboo dan rotan x

Peningkatan kualitas produksi pasca panen


2 sesuai kebutuhan industri x
a. Penyuluhan intensif dan pendampingan
implementasi paket teknologi pasca x
panen
c. Fasilitasi bantuan sarana dan prasarana
x x
pasca panen

c. Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya Teknologi

Pembangunan industri sangat memerlukan dukungan

pengembangan dan pemanfaatan teknologi agar terpenuhinya

standarisasi produk dan proses produksi, juga efisiensi dan

efektifitas produksi. Untuk itu program-program berikut ini

perlu dilaksanakan untuk memastikan bahwa pengembangan

dan pemanfaatan teknologi industri dapat tercapai.

135
Tabel 49
Program Pengembangan dan
Pemanfaatan Teknologi Industri
Kabupaten Ketapang Tahun 2021-
2041

Tahun
No Program 2021- 2026- 2031-
2025 2030 2041
Penerapan standar mutu
(SNI/ISO/HACCP dengan GMP dan
1 x x X
SOP atau standar lainnya yang
relevan)
Fasilitasi bantuan industri maju
2 (untuk insentif IKM potensial) dan x x X
alat mesin industri sederhana
Kerja sama Riset dan Pengembangan
industri dan teknologi pengolahan
3 hasil laut dan perikanan, hasil hutan, x x X
tanaman pangan, perkebunan dan
kerajinan
Fasilitasi bantuan alat dan mesin
4 untuk IKM kerajinan kayu, rotan dan x x X
bamboo

d. Pengembangan dan Pemanfaatan Kreatifitas dan Inovasi

Untuk meningkatkan daya saing dan pemasaran diperlukan

kreativitas dan inovasi yang dilakukan secara terus menerus.

Oleh karena itu harus ada program-program yang disusun

untuk bisa memastikan berkembangnya kreativitas dan

inovasi industri tersebut.

Tabel 51
Program Pengembangan dan
Pemanfaatan Kreativitas dan
Inovasi
No Program Tahun
2021- 2026- 2031-
2025 2030 2041

136
Pemanfaatan media informasi dan e-
1 market secara professional (termasuk x x X
informasi harga bahan baku dll)
Kerjasama pengembangan produk dan
2 x x X
pemasaran (dengan asosiasi dan mitra)
Pengembangan ‘branded’ produk
3 x x X
Kabupaten Ketapang
Peningkatan aplikasi teknologi terapan
4 untuk berbagai industri pengolahan x x X
dan kerajinan (IKM)
Kabupaten Ketapang Tahun
2021-2041

e. Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produk Kerajinan

Untuk memperluas jangkauan pemasaran atas produk

kerajinan, diperlukan promosi yang intensif sehingga harus

disusun program promosi yang berkesinambungan.

Tabel 51
Program Pengelolaan dan
Pemasaran Produk Kerajinan
Ketapang Tahun 2021-2041

Tahun
No Program 2021- 2026- 2031-
2025 2030 2041
1 Promosi produk kerajinan x x x
Fasilitasi HAKI (hak atas
2 x x x
kekayaan intelektual)
Kabupa

f. Penyediaan Sumber Pembiayaan

137
Pembiayaan sering kali menjadi kendala yang cukup besar

dalam tumbuh dan berkembangnya industri. Oleh karena itu,

harus ada program disusun untuk mengatasi masalah

pembiayaan ini.

Tabel 52
Program Penyediaan Sumber
Pembiayaan
Kabupaten Ketapang Tahun 2021-
2041
Tahun
No Program 2021- 2026- 2031-
2025 2030 2041
Fasilitasi dan promosi industri
pengolahan hasil laut dan perikanan,
1 x X X
hasil hutan, tanaman pangan,
perkebunan dan kerajinan
Fasilitasi Kerjasama pembiayaan
(khususnya untuk IKM) dengan
2 lembaga keuangan Bank dan/atau x X X
perusahaan dengan memanfaatkan
dana CSR
Bimbingan pembukuan/akuntansi
3 x X X
dan manajemen keuangan

13. Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri

Pembangunan industri selain membutuhkan sumber daya juga

memerlukan dukungan sarana dan prasarana yang memadai,

bahkan sarana dan prasarana serinng kali menjadi isu yang

sangat strategis yang dalam faktanya berhubungan secara

langsung dengan keberhasilan pembangunan industri. Oleh

karena itu perlu disusun program pembangunan sarana dan

prasarana pendukung industri oerioritas di atas, namun tetap

memperhatikan isu dan strategi pembangunan sarana dan

138
prasarana sebagaimana tercantum dalam RPJMD Kabupaten

Ketapang.

Pembangunan sarana dan prasarana industri paling tidak

dilakukan melalaui pembangunan sarana dan prasarana

transportasi, jaringan air bersih, listrik, telekomunikasi, dan

sanitasi lingkungan. Secara rinci dapat diuraikan seperti berikut.

a. Pengelolaan Lingkungan

Penjabaran program-program pembangunan sarana prasarana

pengelolaan lingkungan untuk pembangunan industri di

Kabupaten Ketapang adalah sebagai berikut :

Tabel 53
Program Pembangunan Sarana
Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Kabupaten Ketapang Tahun 2021-
2041
Tahun
No Program 2021- 2026- 2031-
2025 2030 2041
Pengembangan sistem pengelolaan
1 x x X
persampahan secara terpadu
Pengembangan sarana prasarana
2 x x X
sanitasi
Sosialisasi berkala kepada
masyarakat dan dunia usaha tentang
3 x x X
pentingnya pengelolaan lingkungan
hidup

b. Jaringan Telekomunikasi, Kelistrikan dan Sumber Daya Air

Pembangunan industri sangat membutuhkan dukungan media

informasi. Pada era saat ini, tidak cukup hanya bertumpu

pada media cetak (surat kabar, majalah, bulletin, dan lain-

lain) maupun media audio visual (radio, televisi, dan jaringan

139
komunikasi sejenis). Pembangunan media telekomunikasi

telepon (khususnya telepon seluler) dan internet. Peningkatan

layanan/akses telepon seluler dan internet saat ini sudah

menjadi kebutuhan. Begitu juga dukungan kelistrikan dan

jaringan air bersih menjadi prasyarat untuk tumbuh dan

berkembangnua industri pada suatu daerah. Program-program

yang harus dilaksanakan adalah :

Tabel 54
Program Pembangunan Jaringan
Telekomunikasi, Kelsitrikan dan
Sumber Daya Air Kabupaten
Ketapang Tahun 2021-2041
Tahun
No Program 2021- 2026- 2031-
2025 2030 2041
Peningkatan layanan listrik
1 (peningkatan kapasitas daya dan x X X
jangkauan layanan PLN)
Peningkatan layanan sistem jaringan
2 telekomunikasi (telepon seluler dan x X X
internet)
Peningkatan layanan air bersih
3 (volume dan jangkauan layanan air x X X
bersih PDAM)

c. Jaringan Transportasi

Program pembangunan jaringan transportasi untuk

mendukung pembangunan industri adalah seperti berikut.

140
Tabel 55
Program Pembangunan Jaringan
Transportasi
Kabupaten Ketapang Tahun 2021-
2041
Tahun
No Program 2021- 2026- 2031-
2025 2030 2041
Perwujudan koneksitas sistem jaringan
1 x x X
jalan arteri, kolektor dan lokal
Peningkatan kualitas jalan dan
2 x x X
pelebaran jalan
Pembangunan transportasi sungai dan
3 peningkatan kualitas transportasi x x X
penyeberangan

14. Pemberdayaan Industri

Pembangunan industri daerah harus mewujudkan pembangunan

industri kecil dan menengah (IKM). Agar IKM dapat tumbuh dan

berkembang dengan cepat perlu dukungan program-program

pemberdayaan. Berikut ini beberapa program pemberdayaan yang

dapat dilaksanakan untuk mendukung pembangunan industri

(khususnya industri kecil menengah/IKM).

Tabel 56
Program Pemberdayaan IKM
Kabupaten Ketapang
Tahun 2021-2041
Tahun
No Program 2021- 2026- 2031-
2025 2030 2041
Pendataan IKM formal dan non formal
1 x x X
(data base IKM)
2 Fasilitasi perizinan IKM x x X
Fasilitasi teknologi tepat guna untuk
3 x x X
peningkatan kualitas produk IKM
Fasilitasi pembentukan jaringan x x X
4 produksi dan pemasaran dalam forum
pembangunan IKM

141
D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Peraturan Daerah

Dengan Peraturan Daerah RPIK Ketapang membawa implikasi terhadap

hal-hal sebagai berikut:

1) Pemberian peranan yang lebih besar kepada Pemerintah daerah

dalam menata persoalan Pembangunan Industri di Kabupaten

Ketapang.

2) Peningkatan ketaatan dan kesadaran hukum masyarakat pelaku

usaha di daerah.

3) Menata dan mengorganisasi tata cara perizinan dalam perencanaan

pembangunan industri di Kabupaten Ketapang sehingga menjadi

lebih teratur dan terpadu;

4) Peningkatan koordinatif dan integratif kelembagaan dalam

penyusunan dan penetapan kebijakan tentang pembangunan

industri Kabupaten Ketapang.

5) Harus ada penyesuaian regulasi tentang pembangunan industri di

daerah untuk menjaga sikronisasi dan harmonisasi

peraturan,apabila ada konflik norma setelah ditetapkan peraturan

daerah nantinya tersebut.

6) Aspek lain yaitu dari sisi masyarakat, maka juga akan berdampak

karena dalam penataan industri sebagai bagian dari rencana induk

pembangunan industri di daerah akan berdampak pada

permasalahan pemukiman, penertiban dan pengembangan industri

yang juga akan menyentuh ranah masyarakat.

7) Secara finansial akan berdampak terhadap keuangan daerah,

karena peraturan daerah merupakan hasil kesepakatan antara


142
Pemerintah Daerah dengan DPRD, sehingga amanat yang tertuang

dalam norma-norma dan substansi materi peraturan daerah menjadi

kewajiban bagi Pemerintah Daerah dan DPRD untuk

menganggarkanny adalam Peraturan Daerah tentang Anggaran

Pendpatan dan Belanja Daerah (APBD).

143
BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, hukum bukan

merupakan tujuan namun hanya digunakan sebagai salah satu sarana

untuk mencapai ide yang dicita-citakan oleh penyelenggara

pemerintahan tersebut.

Dalam perspektif pemerintahan di tingkat lokal, pembentukan

peraturan daerah bukanlah sebuah proses yang semata-mata hanya

menyusun pasal-pasal dan ayat-ayat sehingga menjadi sebuah

peraturan, melainkan satu pekerjaan yang rumit dan penuh pemikiran

yang mendalam untuk merancang sebuah keadaan pada masa yang

akan datang melalui seperangkat aturan sekaligus memprediksikan

segala sesuatu sumber daya yang dibutuhkan untuk efektivitas

pencapaian tujuan pengaturan tersebut.

Peraturan perundang-undangan haruslah dimaknai lebih

daripada sekedar hukum yang tertulis, tetapi haruslah menjadi hukum

yang hidup dan berhati nurani.

Di dalam evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan

terkait ini maka dapat ditinjau dari dua hal yaitu pertama, bagaimana

melakukan analisa terhadap peraturan perundang-undangan. Dan

kedua, bagaimana mengevaluasi peraturan perundang-undangan. Hal

pertama lebih banyak bersentuhan dengan teori perundang-undangan,

seperti pengertian peraturan perundang-undangan, pengelompokan


144
norma hukum, sifat, hierarki peraturan perundang-undangan, muatan

yang dikandung dalam peraturan perundang-undangan, termasuk juga

mengenai hak menguji terhadap peraturan perundang-undangan.

Sedangkan yang kedua akan dilihat dari kacamata kebijakan

publik (public policy) dengan memakai pendekatan “The wheel public

policy”. Ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan hukum

masyarakat terutama untuk menilai peraturan perundang-undangan

yang sedang diberlakukan.

Didalam penyelenggaraan pemerintahan baik dipusat maupun

didaerah, pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan

sesuatu hal yang sangat penting. Menurut S.J. Fockema Andrea dalam

bukunya “Rechtsgeleerd handwoorden book” perundangan-undangan

atau legislation, mempunyai dua pengertian yang berbeda, yaitu :

a. perundang-undangan merupakan proses pembentukan/proses

membentuk peraturan-peraturan negara baik ditingkat pusat

maupun daerah;

b. perundangan-undangan merupakan semua peraturan-peraturan

negara, yang merupakan hasil pembentukan peraturan-peraturan,

baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah.

Dengan demikian jelas bahwa apabila kita membicarakan

peraturan perundang-undangan, hal ini berkaitan dengan norma

hukum yang bentuknya tertulis, yang dibuat oleh lembaga-lembaga

yang mempunyai kewenangan untuk Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah RPIK Ketapang.

145
Norma-norma hukum di negara kita dapat dikelompokkan ke

dalam empat kelompok norma, yaitu :

1. Norma Fundamental Negara, yaitu Pancasila yang terkandung dalam

Pembukaan UUD 1945;

2. Aturan Dasar/Pokok Negara, yang terdiri dari Batang Tubuh UUD

1945, Ketetapan MPR dan Konvensi Ketatanegaraan, yaitu hukum

dasar tidak tertulis yang berlaku di Indonesia;

3. Aturan Formal berupa undang-undang;

4. Aturan pelaksanaan yang berupa Peraturan Pemerintah, Keputusan

Presiden dan peraturan pelaksanaan serta peraturan otonom yang

lebih rendah lainnya.

Sekarang ini hirarki peraturan perundang-undangan di

Indonesia menurutketentuan UU No.12 Tahun 2011 yang

menyebutkan bahwa jenis dan hierarki

Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

4. Peraturan Pemerintah;

5. Peraturan Presiden;

6. Peraturan Daerah Provinsi; dan

7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 mengamanatkan bahwa Negara melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan


146
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

sering terjadi bahwa hukum tidak selalu dapat dilihat sebagai

penjamin kepastian hukum, Naskah Akademik Rancangan Peraturan

Daerah RPIK Ketapangpenegak hak-hak masyarakat, atau penjamin

keadilan. Banyak sekali peraturan hukum yang tumpul, tidak mampu

memotong kesewenang-wenangan, tidak mampu menegakkan keadilan

dan tidak dapat menampilkan dirinya sebagai pedoman yang harus

diikuti dalam menyelesaikan berbagai kasus yang seharusnya bisa

dijawab oleh hukum. Bahkan banyak produk hukum yang lebih

banyak diwarnai oleh kepentingan-kepentingan politik pemegang

kekuasaan dominan.

Selanjutnya evaluasi dan analisis peraturan perundang-

undangan terkait dengan naskah akademik RPIK Ketapag dapat

dikemukakan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2020 Cipta Kerja.

Pasal 11 : memuat kewenangan Bupati dalam Menyusun RPIK

Ayat (1) Setiap bupati/Wali Kota menyusun Rencana Pembangunan

Industri Kabupaten/Kota.

147
Ayat (2) Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota disusun

dengan mengacu pada Rencana Induk Pembangunan

Industri Nasional dan Kebijakan Industri Nasional.

Ayat (3) Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota disusun

dengan paling sedikit memperhatikan:

a. potensi sumber daya Industri daerah;

b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; dan

c. keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan sosial

ekonomi serta daya dukung lingkungan.

Ayat(4) Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota

ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

setelah dievaluasi oleh gubernur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan

mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;

b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas

layanan umum;

c. Kewajiban negara membayar tagihan pihak ketiga;

d. Penerimaan negara;

e. Pengeluaran negara;

f. Penerimaan Daerah;

g. Pengeluaran Daerah;

h. Kekayaan Negara/Daerah yang dikelola sendiri atau

oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang,


148
barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan

uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada

perusahaan Negara/Daerah;

i. Kekayaan pihak lain yang dikuasai pemerintah dalam

rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau

kepentingan umum; dan

j. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan

menggunakan fasilitas yang diberikan Pemerintah.

Pasal 62 : Untuk menunjang terealisasinya pembangunan industri

pemerintah daerah harus menjamin tersedianya

infrastruktur indsutri. Penyediaan infrastruktur industri

dilakukan di dalam maupun di luar kawasan

peruntukan industri.

Ayat (3) : Infrastruktur industri paling sedikit meliputi

a. Lahan industri berupa kawasan industri dan/atau

kawasan peruntukan industri

b. Fasilitas jaringan energi dan kelistrikan

c. Fasilitas jaringan telekomunikasi

d. Fasilitas jaringan sumber daya air

e. Fasilitas sanitasi

f. Fasilitas jaringan transportasi

Pasal 63

Ayat (1) untuk mendukung kegiatan industri yang efisien dan efektif

diwilayah pusat pertumbuhan industri dibanguna kawasan

industri infrastruktur industri.


149
Ayat (2) kawasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus berada pada kawasan peruntukan industri sesuai

dengan rencana tata ruang wilayah.

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah sebagimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

Pemerintah Daerah sebagai bagian dari tata pemerintahan yang

berwenang untuk mengatur dan melaksanakan rumah tangganya

sendiri, berdasarkan pada otonominya tersebut maka pemerintah

daerah memiliki dan bertanggung jawab terhadap masyarakatnya.

Sebagai upaya untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat

maka pemerintah daerah dapat melakukan penyusunan Peraturan

Daerah yang berlandaskan filosofis, sosiologis dan yuridis

sebagaimana terakomodir dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagimana telah diubah

beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2020 tentang Cipta Kerja. Pasal 236 Ayat (1) yang menyebutkan

bahwa Peraturan Daerah dibentuk dalam rangka penyelenggaraan

otonomi daerah dan tugas pembantuan, selanjutnya dalam

Lampiran hurf EE Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Industri

adapun kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam

hal perencanaan pengembang industri yaitu penetapan rencana

pembangunan industri Kabupaten/Kota.

3. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan

Industri Nasional
150
Dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang

Kebijakan Industri Nasional antara lain menyebutkan: Pemerintah

dapat memberikan fasilitas, antara lain kepada kepada: industri

yang melakukan penelitian, pengembangan dan inovasi; dan

industri yang melakukan alih teknologi. Fasilitas tersebut berupa

insentif fiskal, insentif non-fiskal, dan kemudahan lainnya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Permohonan pemberian fasilitas diajukan kepada Tim Nasional

Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi. Meskipun insentif

fiskal diberikan oleh Kementerian Keuangan, namun demikian

bentuk insentif non fiskal maupun kemudahan lainnya merupakan

peluang untuk mendorong kebijakan-kebijakan yang diperlukan.

Sebagai upaya mendorong penguatan inovasi nasional, Perpres No.

28 Tahun 2008 memungkinkan pengembangan kebijakan dalam

upaya peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dalam

rangka penghematan; pengembangan sumber daya manusia sektor

industri secara intensif melalui akselerasi transformasi teknologi;

produk melalui teknologi tepat guna, disamping manajemen dan

kewiraswastaan. Selain itu, Perpres No. 28 Tahun 2008 juga

menekankan perlunya pengembangan teknologi industri melalui:

a).peningkatan kapasitas (pendalaman) teknologi pada sistem

produksi;

b).peningkatan jumlah penemuan baru hasil litbang nasional yang

dapat dimanfaatkan oleh sistem produksi;

151
c). peningkatan kapasitas difusi teknologi pada sistem produksi; d).

peningkatan kapasitas kelembagaan teknologi dalam mendukung

sistem produksi;

e). peningkatan intermediasi dan pola insentif yang mendorong

kemitraan dan kegiatan litbang di dunia usaha;

f). mendorong pengembangan rancang bangun dan perekayasaan

industri dan pembentukan lembaga R&D dalam rangka inovasi

teknologi dan pengembangan bahan baku alternatif;

g). meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan

iptek untuk menciptakan dan menyerap teknologi dan invoasi

yang berorientasi pasar.

4. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana

Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035

Penyusunan RIPIN 2015-2035 selain dimaksudkan untuk

melaksanakan amanat ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2014 tentang Perindustrian juga dimaksudkan untuk

mempertegas keseriusan pemerintah dalam mewujudkan tujuan

penyelenggaraan perindustrian, yaitu:

1. mewujudkan industri nasional sebagai pilar dan penggerak

perekonomian nasional;

2. mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur industri;

3. mewujudkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju,

serta Industri Hijau;

152
4. mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta

mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu

kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat;

5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;

6. mewujudkan pemerataan pembangunan industri ke seluruh

wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh

ketahanan nasional; dan

7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat

secara berkeadilan.

Pasal 4

RIPIN 2015-2035 dan KIN sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3 dijadikan acuan bagi:

a. menteri dan kepala lembaga pemerintah nonkementerian

dalam menetapkan kebijakan sektoral yang terkait dengan

bidang perindustrian yang dituangkan dalam dokumen

rencana strategis di bidang tugas masing–masing sebagai

bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional;

b. gubernur dalam penyusunan rencana pembangunan

industri provinsi; dan

c. bupati/Wali Kota dalam penyusunan rencana

pembangunan industri kabupaten/kota.

Pasal 6

153
Rencana pembangunan industri kabupaten/kota sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 huruf c sejalan dengan rencana

pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota.

5. Peraturan Presiden Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan

Industri

Keberadaan kawasan industri diatur secara khusus dalam

peraturan perundangan dalam bentuk Keputusan Presiden

(Keppres), peraturan mengenai kawasan industri ini telah

mengalami perubahan beberapa kali, dengan tujuan untuk

mempercepat perkembangan kawasan industri di Indonesia,

Pertama, diterbitkan Keputusan Presisden tahun 1989 , kemudian,

Keppres tersebut dilakukan perubahan dan penambahan dengan

diterbitkannya Keputusan Presisden Nomor 98 tahun 1993,

peraturan tersebut diganti dengan Keppres Nomor 41 Tahun 1996.

Kepres Nomor 41 Tahun 1996 ini merupakan dasar hukum

yang utama terhadap keberadaan kawasan industri dan merupakan

landasan beroperasinya kawasan industri di Indonesia. Sebelumnya

landasan hukum keberadaan kawasan industri di Indonesia diatur

dengan Keputusan Presisden 53 Tahun 1989 tentang kawasan

industri dan kemudian dilakukan perubahan dengan diterbitkannya

Keputusan Presisden Nomor 98 Tahun 1993, namun karena

Keppres tersebut dinilai masih belum dapat mempercepat

perkembangan kawasan industri di Indonesia, maka Keppres


154
tersebut dicabut dan diganti dengan Keputusan Presisden Nomor 41

Tahun 1996, kemudian dengan Keputusan Presisden Nomor 41

Tahun 1996 diganti dengan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun

2009 tentang Kawasan Industri, dan terakhir Peraturan Presiden

Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri dicabut diganti

dengan Peraturan Presiden Nomor 142 Tahun 2015 tentang

Kawasan Industri.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 142 Tahun 2015 tentang

Kawasan Industri mengatur hal-hal meliputi kewenangan

Pemerintah, pemerintah Provinsi, dan pemerintah Kabupaten/Kota

dalam pembangunan Kawasan Industri, pembangunan Kawasan

Industri, prakarsa Pemerintah dalam Pembangunan Kawasan

Industri, IUKI, hak penggunaan atas tanah Kawasan Industri,

pengelolaan Kawasan Industri, kewajiban Perusahaan Kawasan

Industri dan Perusahaan Industri, fasilitas Kawasan Industri,

Standar Kawasan Industri, Komite Kawasan Industri, serta sanksi

bagi Perusahaan Kawasan Industri maupun Perusahaan Industri

yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang bertentangan

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 3

Menteri, gubernur, bupati/Wali Kota, sesuai dengan

kewenangannya bertanggung jawab atas pencapaian tujuan

pembangunan Kawasan Industri..

Pasal 5

155
Kewenangan gubernur atau bupati/Wali Kota sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 meliputi:

a. perencanaan pembangunan Kawasan Industri;

b. penyediaan infrastruktur Industri;

c. pemberian kemudahan dalam perolehan/pembebasan

lahan pada wilayah daerah yang diperuntukkan bagi

pembangunan Kawasan Industri;

d. pelayanan terpadu satu pintu sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

e. pemberian insentif dan kemudahan lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

6. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor

110/M-IND/PER/12/2015 tentang Pedoman Penyusunan

Rencana Industri Provinsi dan Penyusunan Rencana

Pembangunan Kabupaten/Kota

Peraturan Menteri ini merupakan Pedoman bagi Pemerintah Daerah

Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam penyusunan Rencana Industri

yang bertujuan untuk mensinerginakan antara Rencana

Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035 dengan Rencana

Pembangunan Industri Provinsi serta Rencana Pembangunan

Indutri Kabupaten/Kota.

Pasal 5

Rencana Pembangunan Indistri Kabupaten/Kota disusun

dengan memperhatikan:

156
a. Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional dan

Kebijakan Industri Nasional;

b. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Kabupaten/Kota dan Recana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Kabupaten/Kota;

c. Potensi sumber daya Industri Daerah;

d. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;

e. Keserasian dan keseimbangan kegiatan sosial ekonomi

serat daya dukung lingkungan;dan

f. Proyeksi penerpan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan

untuk industri.

Pasal 8

Ayat (1) Rencana Pembangunan Industri Kabupaten Kota

dituangkan dalam Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota

Ayat (2) Rancangan Peraturan Daerah terlebih dahulu dilakukan

evaluasi oleh Gubernur

Pasal 9

Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan ndustri

Provinsi dan Rencana Pembangunan Industri

Kabupaten/Kota berlaku untuk jangka waktu 20 (dua puluh)

tahun.

Pasal 14

157
Ayat (1) Bupati/Wali Kota menyampaikan laporan pelaksanaan

Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota

kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah Pusat di

daerah 1 (satau) kali dalam 1 (satau) tahun yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten

Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Ayat (2) laporan pelaksanaan Rencana Pembangunan Industri

Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi pertumbuhan industri, konstribusi sector

industri terhadap PDRB, penyerapan tenaga kerja

sector industri, realisasi investasi sektor industri, dan

ekspor produk industri termasuk permasalahan dan

langkah-langkah penyelesaian di sektor industri.

Adapun sistematika penyusunan RPIK sebagaimana diatur dalam

lampiran Pemenperin No.110 tahun 2015 terdiri atas:

BAB I : Pendahuluan

BAB II : Gambaran Kondisi Daerah terkait Pembangunan 66Industri

BAB III : Visi dan Misi Pembangunan Dearah, serta Tujuan dan

Sasaran Pembangunan Industri Daerah

BAB IV : Strategi dan Program Pembangunan Industri Daerah

BAB V : Penutup

158
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113

Tahun 2018 Tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah

Tentang Rencana Pembangunan Industri Daerah Provinsi Dan

Rencana Pembangunan Industri Daerah Kabupaten/Kota

Peraturan Menteri ini merupakan suatu pedoman bagi Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan evaluasi

rancangan peraturan daerah provinsi dan rancangan peraturan

daerah kabupaten/kota mengenai rencana pembangunan industri

daerah provinsi dan rencana pembangunan industri daerah

kabupaten/kota.

Pasal 2

Ayat (1) Rancangan Perda tentang RPIP/RPIK paling sedikit

memuat materi: a. industri unggulan provinsi dan

kabupaten/kota; b. jangka waktu; c. pelaksanaan: d.

pembinaan dan pengawasan; e. pembiayaan; dan f.

lampiran.

Ayat (2) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f,

memuat: a. visi dan misi pembangunan daerah, serta

tujuan dan sasaran pembangunan industri daerah; b.

strategi dan program pembangunan industri daerah

provinsi dan daerah kabupaten/kota; dan c. peta

kawasan peruntukan industri dan peta kawasan

industri.

Pasal 15

159
Ayat (1) Rancangan Perda kabupaten/kota tentang RPIK yang

telah disetujui bersama antara Bupati/Wali Kota dan

DPRD kabupaten/kota paling lama 3 (tiga) hari

sebelum ditetapkan oleh Bupati/Wali Kota

disampaikan kepada Gubernur melalui Sekretaris

Daerah.

Ayat (2) Rancangan Perda tentang RPIK sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) disampaikan oleh Sekretaris Daerah

paling lama 3 (tiga) Hari kepada Biro Hukum

Sekretariat Daerah Provinsi untuk dievaluasi.

Pasal 16

Ayat (1) Rancangan Perda kabupaten/kota tentang RPIK

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1),

disampaikan dengan surat permohonan evaluasi dari

Bupati/Wali Kota yang dilengkapi dengan dokumen

pendukung.

Ayat (2) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) terdiri atas: a. berita acara/naskah persetujuan

DPRD; b. rancangan Perda kabupaten/kota tentang

RPIK termasuk lampiran rancangan Perda yang disertai

dengan softcopy dalam bentuk pdf; dan c. surat

rekomendasi yang berisikan hasil konsultasi teknis

rancangan RPIK dari Dinas yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang perindustrian

Pasal 24
160
Ayat (1) Peraturan Daerah tentang RPIK disampaikan bupati/wali

kota kepada gubernur paling lama 7 (tujuh) hari setelah

ditetapkan.

Ayat (2) Selain disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

juga ditembuskan kepada perangkat daerah yang

membidangi urusan perindustrian sebagai bentuk

pengendalian terhadap pelaksanaan RPIK

Pasal 25

Bupati/Wali Kota melaporkan hasil pelaksanaan RPIK

kepada Gubernur paling banyak 2 (dua) kali dalam 1

(satu) tahun, pada bulan Mei dan bulan November.

8. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 5 Tahun

2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan

Barat

Penataan ruang sebagai proses perencanaan tata

ruang,pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang

merupakan satu kesatuan sistem yang tidak terpisahkan satu

dengan yang lainnya. Untuk menjamin tercapainya tujuan penataan

ruang diperlukan peraturan perundang-undangan dalam satu

kesatuan system yang harus memberi dasar yang jelas, tegas dan

menyeluruh guna menjamin kepastian hukum bagi upaya

pemanfaatan ruang.

Untuk menciptakan kemudahan dalam melaksanakan

pembangunan di Propinsi Kalimantan Barat, dan dalam rangka


161
memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat

secara transparan agar arah kebijaksanaan pembangunan wilayah

Kalimantan Barat .

Rencana Tata Ruang Provinsi Kalimantan Barat merupakan acuan

bagi Kabupaten/Kota dalam menyusun rencana pembangunan

industri Kabupaten/Kota sebagaima diatur dalam Pasal 5

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 110/M-IND/PER/12/2015

tentang Pedoman Penyusunan Rencana Industri Provinsi dan

Penyusunan Rencana Pembangunan Kabupaten/Kota.

9. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 1 Tahun

2017 tentang Rencana Pembangunan Industri Provinsi

Kalimantan Barat Tahun 2017-2037

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 1 Tahun 2017

tentang Rencana Pembangunan Industri Provinsi Kalimantan Barat

Tahun2017-2037 merupakan pedoman bagi Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota, dan pelaku industri dalam perencanaan dan

pembangunan industri di Provinsi Kalimantan Barat sebagaimana

diatur dalam Pasal 5.

Selanjunya dalam Pasal 6 disebutkan:

Pembangunan Industri Provinsi Kalimantan Barat Tahun2017-2037

sebagaimana dimaksud dalam Pasa 4 dijadikan acuan bagi:

a. Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam merumuskan kebijakan

sectoral yang berkaitan dengan bidang perindustrian yang

dituangkan dalam dokumen rencana stategis di bidag tugasnya

162
sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah; dan

b. Bupati/Walikota dalam Penyusunan Rencana Pembangunan

Industri Kabupaten/Kota.

Berdasarkan hal tersebut maka Rencana Pembangunan Industri

Provinsi Kalimantan Barat Tahun2017-2037 merupakan acuan bagi

Kabupaten/Kota dalam Penyusunan Rencana Pembangunan

Industri Kabupaten/Kota.

10. Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang Nomor 3 Tahun 2015

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ketapang

Tahun 2015-2035

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ketapang merupakan

penjabaran rencana tata ruang wilayah provinsi yang memuat

ketentuan peruntukan ruang wilayah Kabupaten.

Rencana Tata Ruang Kabupaten Ketapang merupakan acuan bagi

Kabupaten/Kota dalam menyusun rencana pembangunan industri

Kabupaten/Kota sebagaima diatur dalam Pasal 5 Peraturan Menteri

Perindustrian Nomor 110/M-IND/PER/12/2015 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Industri Provinsi dan Penyusunan Rencana

Pembangunan Kabupaten/Kota.

11. Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang Nomor 1 Tahun 2016

tentang Rencana Jangka Panjang Daerah Kabupaten Ketapang

Tahun 2005-2025

Rencana Jangka Panjang Daerah Kabupaten Ketapang Tahun 2005

– 2025 memuat visi, misi dan arah Pembangunan Daerah


163
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari system Perencanaan

Nasional dan Perencanaan Pembangunan Provinsi Kalimantan

Barat, dan menjadi acuan bagi yang mengacu pada RPJP Nasional

dan RPJPD Provinsi Kalimantan Barat, dan menjadi acuan bagi

keseluruhan dokumen perencanaan pembangunan daerah

Kabupaten Ketapang dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang.

Rencana Jangka Panjang Daerah Kabupaten Ketapang Tahun 2005

– 2025 dimaksudkan untuk menjamin terwujudnya keterpaduan

dan kesinambungan pembangunan daerah dalam jangka panjang

untuk mencapai visi, misi, dan tujuan pembangunan daerah yang

disepakati bersama.

Pelaksanaan Rencana Jangka Panjang Daerah Kabupaten Ketapang

Tahun 2005 – 2025 setiap lima tahun dijabarkan ke dalam RPJMD

sebagai suatu dokumen perencanaan jangka menengah yang

memuat prioritas visi, misi, strategi, kebijakan, dan program

pembangunan yang dilengkapi dengan kerangka pendanaan,

pentahapan, dan indikator kinerja.

Rencana Jangka Panjang Daerah Kabupaten Ketapang Tahun 2005

– 2025 merupakan acuan bagi Kabupaten/Kota dalam menyusun

rencana pembangunan industri Kabupaten/Kota sebagaima diatur

dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 110/M-

IND/PER/12/2015 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Industri

Provinsi dan Penyusunan Rencana Pembangunan Kabupaten/Kota.

164
12. Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang Nomor 11 Tahun 2016

tentang Rencana Jangka Menengah Daerah Kabupaten Ketapang

Tahun 2016-2021

Rencana Jangka Menengah Daerah Kabupaten Ketapang Tahun

2016-2021 sebagai penjabaran visi, misi Bupati dan Wakil Bupati,

merupakan komitmen kinerja (performance agreement) Bupati dan

Wakil Bupati terpilih yang akan dicapai dalam kurun waktu tahun

2016 – 2021 sesuai periode. Tujuan, sasaran dan program-program

pembangunan yang ditetapkan dalam RPJMD harus selaras dengan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 –

2019 serta RPJMD Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 – 2018.

Penetapan sasaran dan program-program pembangunan yang

ditetapkan dalam RPJMD disesuaikan dengan prediksi kemampuan

sumber daya dan dana serta hasil-hasil (keluaran dan dampak)

yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut yang

ditetapkan secara indikatif. Keluaran dan dampak yang tercantum

dalam dokumen rencana ini merupakan indikasi yang hendak

dicapai dan bersifat tidak kaku, dapat disesuaikan dengan

kemampuan keuangan daerah dan dimuat dalam dokumen

perencanaan tahunan (RKPD).

Rencana Jangka Menengah Daerah Kabupaten Ketapang Tahun

2016-2021 merupakan acuan bagi Kabupaten/Kota dalam

menyusun rencana pembangunan industri Kabupaten/Kota

sebagaima diatur dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Perindustrian

Nomor 110/M-IND/PER/12/2015 tentang Pedoman Penyusunan


165
Rencana Industri Provinsi dan Penyusunan Rencana Pembangunan

Kabupaten/Kota.

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS,SOSIOLOGISDAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Landasan filosofis pada prinsipnya memuat pandangan hidup,

kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang terdapat

dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Peraturan Daerah harus memuat norma-norma hukum yang

diidealkan (ideal norms) oleh suatu masyarakat ke arah mana cita-cita

luhur kehidupan bermasyarakat dan bernegara hendak diarahkan.

Karena itu idealnya Peraturan Daerah dapat digambarkan sebagai

cermin dari cita-cita kolektif suatu masyarakat tentang nilai-nilai luhur

dan filosofis yang hendak diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari

melalui pelaksanaan Peraturan Daerah dalam kenyataan. Karena itu,

cita-cita filosofis yang terkandung dalam Peraturan Daerah hendaklah


166
mencerminkan cita-cita filosofis yang dianut masyarakat Kabupaten

Ketapang.

Secara filosofis pembuatan suatu peraturan perundang-

undangan adalah untuk menciptakan nilai-nilai keadilan, kepastian

hukum,obyektivitas, perlindungan hukum terhadap obyek yang

diaturdalam suatu bidang tertentu. Demikian pula dengan pembuatan

Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang tentang Rencana

Pembangunan Industri (RPIK) Kabupaten Ketapang. Selain

itu,landasan filosofis berguna untuk memastikan agar RPIK yang

hendak dibentuk bisa memiliki keselarasan filosofis dengan

sumbersumber hukum yang ada. Berdasarkan paparan di atas,

landasanflosofs rancangan peraturan daerah tentang RPIK bisa

dijabarkansebagai berikut:

1. Pancasila sebagai cita hukum (rechtsidee), khususnya sila kelima

“keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.Pemaknaan lain

terhadap sila kelima tersebut yaitu “kesejahteraan sosial atau

kesejahteraan umum”, yang berarti bahwa negara (melalui

instrumen pemerintah pusat dan pemerintahan daerah)

berkewajiban dan bertanggungjawab mewujudkan kesejahteraan

umum atau keadilan sosial bagi rakyat melalui kegiatan

pembangunan industri secara menyeluruh dan terencana

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 mengatur bahwa salah satu tujuan Negara Republik

Indonesia adalah “untuk memajukan kesejahteraan umum dan

kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia”. Oleh karena itu


167
pembangunan Industri harus memberi manfaat sebesar-besarnya

untuk kesejahteraan rakyat dalam rangka mewujudkan masyarakat

adil dan makmur di dalam Negara Republik Indonesia

2. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Pasal 33 yang memuat hakekat pembangunan industri,

yaitu bahwa kekayaan alam dikuasai dan dimanfaatkan oleh negara

untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Kaidah tersebut

memberi wewenang kepada negara (melalui instrumen pemerintah

pusat dan pemerintahan daerah) untuk menguasai (bukan memiliki

atas kekayaan alam), demi kesejahteraan rakyat. Adapun prinsip

pembangunan industri harus berorentasi pada prinsip

kebersamaan, efsiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan

kemajuan dan kesatuan ekonomi.

3. Pembangunan industri membutuhkan perencanaan yang

menyeluruh dan terpadu. Di tingkat daerah penyusunan rencana

pembangunan industri menjadi tanggungjawab pemerintah daerah.

Upaya penyusunan rencana pembagunan daerah diarahkan agar

pembangunan industri daerah dapat menggerakkan sumber daya

secara optimal dan efsien dan mempercepat perekonomian daerah,

sehingga pada gilirannya menciptakan lapangan kerja baru dan

memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah

B. Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis adalah landasan yang berkaitan dengan

kondisi/kenyataan yang hidup dalam masyarakat berupa kebutuhan


168
atau tuntutan yang dihadapi oleh masyarakat, kecenderungan dan

harapan masyarakat. Oleh karena itu peraturan perundang-undangan

yang telah dibuat diharapkan dapat diterima oleh masyarakat dan

mempunyai daya laku secara efektif. Peraturan perundang-undangan

yang diterima oleh masyarakat secara wajar akan mempunyai daya

laku yang efektif dan tidak begitu banyak memerlukan pengarahan

institusional untuk melaksanakannya.

Menurut Soejono Soekanto-Purnadi Purbacaraka mencatat dua

landasan teoritis sebagai dasar sosiologis berlakunya suatu kaidah

hukum, yaitu:

 Teori Kekuasaan, secara sosiologis kaidah hukum berlaku karena

paksaan penguasa, terlepas diterima atau tidak diterima oleh

masyarakat; dan

 Teori Pengakuan, kaidah hukum berlaku berdasarkan penerimaan

dari masyarakat tempat hukum itu berlaku.

(alisadikinwear.wordpress.com)

Landasan sosiologis diperlukan untuk memastikan supaya

regulasi yang hendak dibuat pada akhirnya berfungsi efektif sebagai

sebuah instrumen kebijakan untuk mengatur aktivitas masyarakat

dalam kerangka memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan

hukum masyarakat. Berkenaan hal tersebut RPIK sejatinya merupakan

jawaban atas kebutuhan hukum yang didorong oleh 2 (dua) faktor,

yaitu peran strategis sektor industri dan peran pemerintah. Dari sisi

peran strategis, dapat dilihat kemampuan sektor Industri sebagai pilar

dan motor penggerak utama pembangunan. Sektor industri Kabupaten


169
Ketapang selama ini mampu kontribusi secara signifkan terhadap

penyerapan tenaga kerja, kegiatan ekspor dan penciptaan nilai tambah

(value added) yang lebih tinggi pada berbagai produk yang

dihasilkannya. Sektor industri juga berperan sebagai sektor pemimpin

(leading sector) karena pertumbuhan industri maka akan memacu dan

mengangkat pertumbuhan sektor-sektor lainnya seperti sektor

pertanian dan sektor jasa. Dari sisi pemerintah, yakni Pemerintah

Kabupaten Ketapang ingin mewujukan pembangunan industri yang

maju dicirikan adanya struktur industri yang kuat, dalam, sehat dan

berkeadilan, berbasis inovasi dan teknologi, dan juga berdaya saing

tinggi.

C. Landasan Yuridis

Landasan yuridis memuat suatu tinjauan terhadap peraturan

perundang-undangan yang ada kaitannya dengan judul Rancangan

Peraturan Daerah dan hukum positif, yang ditujukan untuk mengatasi

permasalahan hukum guna menjamin kepastian hukum, ketertiban

dan memenuhi rasa keadilan masyarakat.

Landasan yuridis atau normatif suatu peraturan atau kaidah

merupakan bagian dari suatu kaidah hukum tertentu yang di dalam

kaidah-kaidah hukum saling menunjuk yang satu terhadap yang lain.

Sistem kaidah hukum yang demikian itu terdiri atas suatu

keseluruhan hierarkhi kaidah hukum khusus yang bertumpu pada

kaidah hukum umum. Di dalamnya kaidah hukum khusus yang lebih

rendah diderivasi dari kaidah hukum yang lebih tinggi. Dalam hal ini,

170
landasan yuridis pembentukan Peraturan Daerah tentang Rencana

Pembangunan Industri Kabupaten Ketapang.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah sebagimana telah diubah beberapa kali, terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Pasal 236 Ayat (1) yang menyebutkan bahwa Peraturan Daerah

dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas

pembantuan, selanjutnya dalam Lampiran hurf EE Pembagian Urusan

Pemerintah Bidang Industri adapun kewenangan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota dalam hal perencanaan pengembang industri yaitu

penetapan rencana pembangunan industri Kabupaten/Kota.

Selanjutnya Pasal 11 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014

tentang Perindustrian sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2020 Cipta Kerja menyebutkan bahwa

Bupati/Wali Kota menyusun Rencana Pembangunan Industri

Kabupaten/Kota yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota setelah dievaluasi oleh gubernur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Lebih lanjut diatur dalam Pasal 8 Peraturan Menteri

Perindustrian Nomor 110/M-IND/PER/12/2015 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Industri Provinsi dan Penyusunan Rencana

Pembangunan Kabupaten/Kota yang menyebutkan bahwa Rencana

Pembangunan Industri Kabupaten Kota dituangkan dalam Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

171
BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP

MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

A. Sasaran yang Ingin Diwujudkan

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang tentang

Rencana Pembangukan Industri Kabupaten Ketapang Tahun

2021-2041 akan menjadi arah pembagunan industri di Kapaten

Ketapang untuk 20 (dua) puluh tahun yang akan datang. Dengan

adanya Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang tentang

Rencana Pembangukan Industri Kabupaten Ketapang Tahun

2021-2041 diharapkan dapat membangun Kabupaten Ketapang

lebih baik khususnya dibidang Industri.

B. Jangkauan dan Arah Pengaturan

Penyusunan kebijakan dasar Rencana Pembangunan Industri


172
Kabupaten Ketapang 2021-2041 selain dimaksudkan untuk

melaksanakan amanat ketentuan Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian juga dimaksudkan

untuk mempertegas kesungguhan Pemerintah Kabupaten Ketapang

mewujudkan misinya dalam pembangunan industri di Kabupaten

Ketapang yaitu (1) mewujudkan pemerintahan yang bersih dan

akuntabel, melalui peningkatan tata kelola pemerintahan yang

efektif, aspiratif, partisipatif dan transparan, (2) pembangunan

infrastruktur yang menyeluruh dan berkualitas untuk

mempercepat capaian aspekaspek pembangunan (3) membangun

kemandirian ekonomi daerah melalui optimalisasi potensi

pertanian dan industri, serta memberikan akses yang lebih besar

pada pengembangan koperasi, industri kecil dan menengah dan

sektor informal, (4) mewujudkan sumberdaya manusia yang

berkualitas untuk meningkatkan daya saing daerah dan (5)

meningkatkan pemberdayaan dan peran perempuan dalam

berbagai aspek kehidupan. Adapun jangkauan pelaksanaan RPIK

2021-2041 adalah seluruh stakeholder yang berkenpetingan dalam

pembangunan industri di Kabupaten Ketapang. Penyusunan

kebijakan dasar RIPK memberikan gambaran tentang sasaran,

strategi dan rencana aksi pembangunan industri Kabupaten

Ketapang untuk mewujudkan industri daerah yang bermatabat,

mandiri, berdaya saing, pemerataan pembangunan industri guna

memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan

meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara


173
berkeadilan. Dengan adanya dokumen RPIK diharapkan kegiatan

pembangunan industri Kabupaten Ketapang akan memiliki arah

dan sasaran yang jelas serta realistis karena didasarkan pada

potensi-potensi riil yang ada. Adanya arah dan tujuan yang jelas ini

akan bermanfaat bagi perangkat daerah di dalam merumuskan

kebijakan-kebijakan spesifk yang berkaitan dengan pembangunan

industri di Kabupaten Ketapang dan pembinaanya. Selain itu,

pelaku industri, institusi terkait dan masyarakat akan mengetahui

apa peran sertanya dalam pembangunan industri unggulan di

Kabupaten Ketapang.

C. Ruang Lingkup Materi

1. Ketentuan Umum

Dalam Rancangan Peraturan Daerah ini menggunakan

sistematika yang lazim dikenal dalam Peraturan Daerah yang

telah dibakukan dalam suatu pedoman. Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Ketapang tentang Rencana Pembangukan

Industri Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2041 dimulai

dengan Bab I mengatur tentang ketentuan umum, yang

berisikan pengertian tentang istilah-istilah yang dimaksudkan

dalam pengaturan selanjutnya. Fungsi dari pengaturan

ketentuan umum ini untuk memberikan definisi operasional

sehingga jelas arti dan maksud dari suatu istilah yang

digunakan, dan tidak perlu diulangi kembali pengertiannya

dalam pengaturan bab selanjutnya. Tujuan mencantumkan

definisi operasional dalam ketentuan umum adalah


174
memberikan persepsi yang sama terhadap sesuatu yang diatur

dalam peraturan daerah, karena bahasa yang digunakan dalam

isi peraturan perundang-undangan khususnya dalam

peraturan daerah adalah bahasa hukum.

1. Ketentuan Umum

Pada ketentuan umum ini diulas tentang konsep, pengertian

atau defnisi, singkatan atau akronim yang digunakan, dan

hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku dalam pasal-

pasal Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan

Industri Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2041. Dengan

pengaturan ini diharapkan tidak muncul penafsiran-

penafsiran yang berbeda mengingat kesamaan persepsi

sangat diperlukan untuk lebih menjamin kepastian hukum.

Beberapa konsep tersebut antara lain; Pemerintah Daerah,

Bupati, Industri,Industri Unggulan Daerah dan Rencana

Pembangunan Industri Kabupaten Ketapang Tahun 2021-

2041.

2. Industri Unggulan

Pada bagian ini akan dikemukan industri Unggulan

Kabupaten Ketapang meliputi: Industri Pengolahan Hasil

Laut dan Perikanan, Insustri Pengolahan Hasil Hutan,

Industri Pegolahan Hasil Tanaman Pangan, Industri

Pengolahan Hasil Perkebunan, dan Industri kerajinan.

3. Jangka waktu

175
Mengatur jangka waktu Rencana Pembangunan Industri

Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2041.

4. Pelaksanaan

Pada bagian ini mengatur mengenai pelaksanaan Rencana

Pembangunan Industri Kabupaten Ketapang Tahun 2021-

2041.

5. Pembinaan, pengawasan dan Pelaporan.

Pada pada bagian ini akan diuraikan tentang pihak yang

bertanggunjawab dalam pelaksanaan Peraturan Daerah

Pembangunan Industri Kabupaten Ketapang Tahun 2021-

2041.

6. Pembiayaan

Pada bagaian ini akan dikemukakan aspek pembiayaan dari

pelaksanaan Pembangunan Industri Kabupaten Ketapang

Tahun 2021-2041.

7. Materi Penutup

8. Materi Penjelasa

9. Lampiran (Dokumen Hasil Kajian)

176
BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pemaparan pada sebelumnya, dapat ditarik beberapa

simpulan sebagai berikut :

1. Pembangunan sektor industri memiliki peranan strategis dalam

pembangunan ekonomi Kabupaten Ketapang sehingga untuk

kepentingan pengembangan dan pembinaan diperlukan dukungan

peraturan setingkat Perda yang dapat menjadi landasan operasional

yang komprehensif dalam perencanaan pembangunan industri

dalam upaya menciptakan pembangunan industri yang maju dan

bermartabat diwujudkan melalui penguatan struktur industri yang

mandiri, sehat, dan berdaya saing, dengan mendayagunakan

sumber daya secara optimal.

177
2. Dalam rangka penyusunan Rencana Pembangunan industri perlu

ditentukan industri unggulan. Berdasarkan kriteria keunggulan,

manfaat dan penerimaan stakeholders dapat diusulkan lima

prioritas industri unggulan Kabupaten Ketapang meliputi : Industri

Pengolahan Hasil Laut dan Perikanan, Insustri Pengolahan Hasil

Hutan, Industri Pegolahan Hasil Tanaman Pangan, Industri

Pengolahan Hasil Perkebunan, dan Industri kerajinan.

3. Landasan yang digunakan dalam Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah tentang Peraturan Daerah tentang Rencana

Pembangunan Industri Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2041

adalah landasan Filosofs, Yuridis dan Sosiologis.

4. Materi muatan dalam peraturan daerah ini sudah disesuaikan

dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, dan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, serta

peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.

B. Saran

1. Sampai dengan saat ini, Pemerintah Kabupaten Ketapang belum

memiliki Pertaruran Daerah Rencana Pembangunan Industri, oleh

karenaitu, penyusunan Pertaruran Daerah Rencana Pembangunan

Industri Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2041 menjadi persoalan

yang mendesak. Berdasarkan Permenperin No.110 Tahun 2015 tiap

178
kabupaten/kota harus memiliki Rencana Pembangunan Industri

paling lambat dua tahun sejak diundangkan peraturan tersebut.

2. Dalam pembuatan Peraturan Daerah tentang Rencana

Pembangunan Industri Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2041

hendaknya mengacu pada naskah akademik ini, sehingga peraturan

daerah yang akan dibuat nanti benar-benar sesuai dengan kondisi

Pembangunan Industri Kabupaten Ketapang dan memiliki landasan

hukum maupun landasan ilmiah yang dapat

dipertanggungjawabkan.

3. Agar penyusunan Perda Rencana Pembangunan Industri Kabupaten

Ketapang Tahun 2021-2041 berdaya guna dan berhasil guna yang

tinggi, maka dalam proses penyusunan harus sebanyak mungkin

melibatkan publik untuk berpartisipasi memberikan masukan,

kritik, dan koreksi terhadap rancangan peraturan daerah yang telah

dipersiapkan.

179
Daftar Pustaka

Amran YS Chaniago, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Setia,

Cetakan Ke V, 2002.

Ahmad, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di

Indonesia, Jakarta, 2008.

Ahmad Yani, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2013.

Arsyad. L. Ekonomi Pembangunan, Penerbit dan Percetakan STIM

YKPN,Jakarta, 1999.

Bagir Manan, Sistem dan Teknik Pembuatan Peraturan Perundang-

undangan Tingkat Daerah, LPPM Unisba, Bandung, 1995.

Basuki, Pengelolaan Keuangan Daerah, Yogyakarta, 2008.

B.Hestu Cipto Handoyo, Prinsip-Prinsip Legal Drafting dan Desain Naskah

Akademik, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2008.

180
Hamid Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Suatu Studi Analisis

Mengenai Keputusan Presiden yang Berfungsi Pengaturan dalam

Kurun Waktu Pelita I-Pelita V, Disertasi, Pascasarjana Universitas

Indonesia, Jakarta, 1990.

Hamzah, Hubungan Eksekutif Dengan Legislatif Daerah Dan implikasi

Hukumnya,Pascasarjana UNHAS,Makasar, 2008.

Harun Alrasid, Naskah UUD 1945 Sesudah empat Kali Diubah oleh MPR,

Universitas Indonesia, 2007.

I.C. van der Vlies, Het wetsbegrip en beginselen van behoorlijke

regelgeving, ’sGravenhage: Vuga 1984 hal 186 seperti dikutip oleh

A. Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik

Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, hal. 330,

dalam Maria Farida Indrati, S., Ilmu Perundang-undangan 1,

Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, Jakarta: Kanisius, 2007.

Juli Panglima Saragih, Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah

dalam Otonomi, Penerbit Ghalia, Jakarta,2002.

Sutrino Hadi, Metodologi Research I, Yogyakarta : Andi Offset, 2006.

Sukirno, S.) Ekonomi Pembangunan: Proses, masalah, dandasar

Kebijakan (edisi ke kedua)KencanaPrenadamedia Group, Jakarta,

2014.

Suparmoko Ekonomi Pembangunan, BPFE UGM. Yogyakarta, 2002

Yulies Tiena Marsriani, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika,

Jakarta, Cetakan Ke-1. 2004

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta 2010.


181
182

Anda mungkin juga menyukai