KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM)
Kabupaten Kotawaringin Barat untuk memenuhi kebutuhan investasi dan
arahan daya saing ekonomi yang semakin ketat di Kabupaten
Kotawaringin Barat melalui kebijakan penanaman modal yang mendorong
integrasi perekonomian menuju peningkatan kesejahteraan rakyat.
RUPM merupakan dokumen perencanaan yang bersifat jangka panjang
sampai 2025 yang berfungsi untuk mensinergikan dan mengoperasionali-
sasikan seluruh kepentingan sektoral terkait, agar tidak terjadi tumpang
tindih dalam penetapan prioritas sektor-sektor yang ingin dicapai.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
buku ini, untuk itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak guna perbaikan dan kesempurnaan
Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Kotawaringin Barat sebagai
kebijakan dasar penanaman modal.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua
pihak yang telah ambil bagian dalam penyusunan dan penerbitan buku ini,
disertai harapan semoga apa yang telah kita lakukan membawa manfaat
yang positif bagi pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Kotawaringin Barat.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Landasan Hukum .................................................................. 2
1.3. Maksud, Tujuan dan Sasaran................................................. 3
1.4. Ruang Lingkup ....................................................................... 4
1.5. Sistematika Penulisan ............................................................ 6
ii
4.7. Promosi Penanaman Modal ................................................... 35
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR PETA
v
1.1 LATAR BELAKANG
1
Penanaman Modal (RUPM) merupakan dokumen perencanaan yang
bersifat jangka panjang sampai 2025. RUPM berfungsi untuk
mensinergikan dan mengoperasionalisasikan seluruh kepentingan
sektoral terkait, agar tidak terjadi tumpang tindih dalam penetapan prioritas
sektor-sektor yang ingin dicapai dalam kurun waktu sampai tahun 2025.
Dalam penyusunan RUPM daerah, pemerintah kabupaten berpedoman
pada Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Umum Penanaman Modal Provinsi dan Rencana Umum Penanaman
Modal Kabupaten/Kota, pada pasal 4 ayat (2) dijelaskan bahwa RUPMK
disusun oleh perangkat daerah kabupaten/kota yang membidangi urusan
penanaman modal dan ditetapkan oleh Bupati/walikota.
Sebagai tindak lanjut dari amanat yang tertuang dalam peraturan
perundangan tersebut di atas, Pemerintah Daerah perlu menetapkan
kebijakan dasar penanaman modal daerah dalam bentuk RUPM yang
merupakan dokumen perencanaan sampai tahun 2025. Kajian ini
merupakan langkah strategis sebagai tahapan awal dalam pembuatan
kebijakan dasar penanaman modal di Kabupaten Kotawaringin Barat yang
nantinya dapat ditingkatkan lebih lanjut dalam kegiatan penyusunan
perencanaan penanaman modal dalam jangka panjang yang tertuang
dalam dokumen Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten
Kotawaringin Barat.
2
4. Peraturan Kepala BKPM Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi dan
Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten/Kota;
5. Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 65 Tahun 2015
tentang Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2016-2025;
6. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 6 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Kotawaringin Barat;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 1 Tahun
2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotawaringin
Barat Tahun 2017-2037;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 2 Tahun
2018 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2017-2022;
9. Peraturan Bupati Kotawaringin Barat Nomor 58 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Kotawaringin Barat.
3
1. Melakukan identifikasi potensi dan realitas penanaman modal di
Kabupaten Kotawaringin Barat;
2. Melakukan analisa dan kajian berbagai faktor dan variabel terkait
penanaman modal untuk merumuskan arahan kebijakan
strategis penanaman modal;
3. Merumuskan rencana umum penanaman modal di Kabupaten
Kotawaringin Barat sesuai dengan kondisi lokal daerah menuju
daya saing global.
Berdasarkan tujuan sebagaimana tersebut di atas, maka sasaran kegiatan
ini adalah:
1. Tersedianya hasil identifikasi potensi dan realisasi penanaman
modal di Kabupaten Kotawaringin Barat;
2. Tersedianya rumusan arahan kebijakan strategis penanaman
modal sebagai landasan penyusunan RUPMD Kabupaten
Kotawaringin Barat;
3. Tersedianya rumusan rencana umum penanaman modal di
Kabupaten Kotawaringin Barat sesuai dengan kondisi lokal daerah
menuju daya saing global.
4
Mengidentifikasi kontribusi penanaman modal bagi
pembangunan di Kabupaten Kotawaringin Barat;
Mengidentifikasi kondisi kelembagaan penanaman modal yang
ada, serta;
Mengidentifikasi isu strategis terkait penanaman modal di
wilayah kabupaten.
Dilengkapi dengan :
a. Data dan informasi tentang kondisi fisik, sosial, ekonomi,
kebudayaan dalam suatu wilayah yang terdiri dari data statistik
angka-angka, data deskriptif yang menjelaskan angka statistik,
dan data image yang memberikan gambaran visual tentang topik
yang dibahas;
b. Gambaran spasial pertumbuhan ekonomi, PDRB, data ekspor
dan impor, produksi sumber daya, pertumbuhan dan sebaran
penduduk, pertumbuhan tenaga kerja, dan kemudahan
penanaman modal;
c. Kajian ekonomi, sosial, fisik dan budaya/perilaku wilayah dalam
hubungannya dengan penanaman modal;
d. Kontribusi manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan bidang
penanaman modal pada pembangunan di Kabupaten
Kotawaringin Barat.
3. Arah kebijakan penanaman modal Kabupaten Kotawaringin Barat
mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal dan
Peraturan Kepala BKPM Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal
Provinsi dan Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi dan
Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten/Kota.
4. Indikasi kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang
Analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (terkait
proses transformasi potensi manfaat ekonomi, sosial, dan
5
lingkungan sumber daya menjadi barang dan jasa dalam
mendukung hidup dan kehidupan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Kotawaringin Barat);
Sintesis hasil analisis (sebagai dasar dalam menetapkan
rumusan arahan kebijakan dan strategis)
5. Arahan kebijakan dan strategis
Arahan mengenai perencanaan penanaman modal, termasuk di
dalamnya rencana promosi;
Arahan mengenai rencana pengembangan target penanaman
modal yang terbagi menjadi beberapa fase pengembangan
hingga akhir masa perencanaan (2025);
Arahan mengenai kebijakan dan strategi untuk mewujudkan
gambaran perencanaan.
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang (dasar hukum, maksud dan tujuan, sasaran,
ruang lingkup) serta sistematika penulisan
BAB II POTENSI DAN REALITAS
Berisi gambaran umum dan penanaman modal serta potensi
Kabupaten Kotawaringin Barat
BAB III VISI DAN MISI RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
BAB IV ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN
KOTAWARINGIN BARAT
Gambaran mengenai arahan operasional kebijakan
penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan hasil analisa
6
data dengan mengacu kepada 7 (tujuh) rumusan arah kebijakan
penanaman modal (terdapat dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 tentang RUPM).
BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN
PELUANG
Analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman derta
sintesis hasil analisa (butir-butir dasar arahan skenario).
BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI
BAB VII KONTRIBUSI MANFAAT EKONOMI, SOSIAL DAN
LINGKUNGAN BIDANG PENANAMAN MODAL PADA
PEMBANGUNAN DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
Target penyelenggaraan penanaman modal di wilayah
Kabupaten Kotawaringin Barat hingga tahun 2025.
BAB VIII PENUTUP
7
2.1. GAMBARAN UMUM KABUPATEN
KOTAWARINGIN BARAT
8
No Kecamatan Luas Wilayah Persentase
(Km2) (%)
3 Kumai 2.921 27,15
4 Pangkalan Banteng 1.306 12,14
5 Pangkalan Lada 229 2,13
6 Arut Utara 2.685 24,96
Kotawaringin Barat 10.759 100
Sumber: Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka, 2019
9
Peta 2.1. Administrasi Kabupaten Kotawaringin Barat
10
Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat berdasarkan proyeksi penduduk
tahun 2018 sebanyak 304.082 jiwa yang terdiri atas 142.868 jiwa penduduk
laki-laki dan 161.214 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan
proyeksi jumlah penduduk tahun 2018, penduduk Kotawaringin Barat
mengalami pertumbuhan sebesar 3,17 persen dengan masing-masing
persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 3,12 persen dan
penduduk perempuan sebesar 3,16 persen. Sementara itu besarnya
angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki-laki terhadap
penduduk perempuan sebesar 113.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Kotawaringin Barat tahun
2018 sebesar 28 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah
tangga 4 orang. Kepadatan penduduk di keenam kecamatan cukup
beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan
Pangkalan Lada dengan kepadatan sebesar 150 jiwa/km dan terendah di
Kecamatan Arut Utara sebesar 7 jiwa/km.
Tabel II.2.
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Kotawaringin Barat, 2018
Luas Kepadatan
Penduduk Persentase
No Kecamatan Wilayah Penduduk
(jiwa) Penduduk
(Km2) Per Km2
1 Kotawaringin Lama 1.218 20.069 6,80 16
2 Arut Selatan 2.400 121.566 41,16 51
3 Kumai 2.921 56.974 19,29 20
4 Pangkalan Banteng 1.306 42.673 14,45 33
5 Pangkalan Lada 229 34.307 11,62 150
6 Arut Utara 2.685 19.760 6,69 7
Jumlah 10.759 295.349 100 27
Sumber: Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka, 2019
11
Komposisi jenis kelamin penduduk angkatan kerja ini didominasi oleh
penduduk laki-laki. Dari total penduduk angkatan kerja hanya 15 persen
penduduk yang memiliki pendidikan tertinggi diatas sekolah menengah
pertama. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kualitas pendidikan
penduduk angkatan kerja di Kabupaten Kotawaringin Barat. Lapangan
pekerjaan utama masih didominasi pada pertanian, kehutanan, perburuan,
dan perikanan yaitu sebesar 42 persen. Sedangkan untuk status pekerjaan
utama yang paling banyak adalah sebagai buruh / karyawan / pegawai
yaitu sebesar 51,3 persen. Kedua nilai tersebut menunjukkan masih
tingginya ketergantungan masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat pada
alam dan masih perlunya menumbuhkan jiwa enterpreunership pada
masyarakat agar mampu berkontribusi menggeliatkan perekonomian
Kabupaten Kotawaringin Barat.
Sebaliknya, jumlah pengangguran di Kabupaten Kotawaringin
Barat pada tahun 2018 sebesar 3,01 persen. Jumlah ini sedikit meningkat
dibanding tahun sebelumnya sebesar 2,17 persen.
Tabel II.3.
Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis
Kegiatan Kabupaten Kotawaringin Barat, 2014 - 2018
Kegiatan Utama Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
Angkatan Kerja
Bekerja 133.222 141.011 141.011 145.191 157.700
Pengangguran 3.642 4.738 4.738 4.738 4.902
Bukan Angkatan Kerja
Sekolah 14.855 14.855 14.855 19.642 13.310
Mengurus Rumah Tangga 37.949 37.949 37.949 44.573 44.370
Lainnya 3.922 3.992 3.992 4.210 4.678
Sumber: Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka, 2016-2019
12
Tabel II.4.
Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan
Pekerjaan Utama Kabupaten Kotawaringin Barat
Tahun
Lapangan Pekerjaan Utama
2013 2014 2015 2016 2017
1. Pertanian, Kehutanan, 45.505 65.960 55.160 N/A 43.171
Perburuan, dan Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian 13.662 3.724 2.595 N/A 1.931
3. Industri Pengolahan 9.848 6.049 8.891 N/A 17.174
4. Listrik, Gas, dan Air 513 240 0 N/A 270
5. Bangunan 8.628 8.801 9.824 N/A 9.994
6. Perdagangan Besar, Eceran, 21.040 25.925 34.228 N/A 37.924
Rumah Makan, dan Hotel
7. Angkutan, Pergudangan, dan 6.469 6.983 8.225 N/A 8.172
Komunikasi
8. Keuangan, Asuransi, Usaha 1.132 1.325 2.761 N/A 1.493
Persewaan Bangunan, Tanah,
dan Jasa Perusahaan
9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, 12.736 14.188 19.327 N/A 25.062
dan Perorangan
Sumber: Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka, 2014-2018
13
Kegiatan penanaman modal di Kabupaten Kotawaringin Barat
menyimpan beberapa peluang seperti spesifikasi keunggulan lokal di
bidang pariwisata dan budaya, komitmen pemerintah daerah yang
terbuka untuk investor, serta ketersediaan sumberdaya manusia yang
berdaya saing. Meskipun demikian, terdapat beberapa tantangan
yang menjadi fokus perhatian dalam pengembangan investasi di
Kabupaten Kotawaringin Barat, yakni realisasi investasi yang mampu
mendorong tumbuhnya sektor swasta/riil, investasi yang mengarah
pada kelestarian lingkungan, perlunya peningkatan infrastruktur dan
sarana pendukung lain (termasuk kesiapan lahan), regulasi yang
mantap dalam fasilitasi investasi, serta upaya peningkatan kerjasama
penanaman modal dengan daerah dan negara-negara maju.
Penanaman modal, target dan realisasi nilai investasi penanaman
modal pada tahun 2017 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel II.5.
Data Realisasi Investasi PMA dan PMDN, Jumlah Proyek
dan Tenaga Kerja di Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2018
Realisasi Investasi Realisasi
Jumlah
No Jenis Investasi (Rp.) Tenaga Kerja
Proyek
(Orang)
1 PMA 13 1.998.043.600.000 28
2 PMDN 40 8.739.363.200.000 30.794
Jumlah Investasi 53 10.737.406.800.000 30.822
Sumber: Data Bidang Pengawasan dan Pengendalian DPMPTSP, 2018
14
Penanaman Modal Dalam Negeri ( PMDN ) Tahun 2018 sektor
usaha dibidang :
Perkebunan kelapa sawit dan industri minyak kasar (minyak
makan) dari nabati
Perkebunan buah-buahan penghasil minyak dan industri
minyak mentah /murni kelapa
Perkebunan kelapa sawit terpadu dengan unit
pengolahannya menjadi minyak sawit sawit
Industri pengolahan dan perkebunan kelapa sawit
lndustri pupuk dan bahan senyawa nitrogen
Indutri Kimia Dasar
Industri minyak mentah kelapa sawit (CPO) dan perkebunan
kelapa sawit
Industri minyak mentah/murni kelapa sawit (CPO) dan minyak
goreng kelapa sawit
Pembangkit tenaga listrik
Industri minyak goreng kelapa sawit
lndustri mesin pembangkit listrik.
Penanaman Modal Asing ( PMA ) Tahun 2018 sektor usaha
dibidang:
Real estate yang dimiliki sendiri atau sewa
Industri kimia dasar organik yang bersumber dari hasil
pertanian
Industri minyak kasar (minyak makan) dan lemak dari nabati
Industri minyak kasar (minyak makan) dari nabati
Industri pengolahan minyak kelapa sawit
Perdagangan besar (distributor utama)
Pertambangan biji timah
Jasa penunjang pertambangan umum
Perkebunan kelapa sawit dan industri minyak kasar (minyak
makan) dari nabati.
15
2.3. POTENSI DAN KONDISI UMUM PENANAMAN MODAL
DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
2.3.1 PERTANIAN
Usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten
Kotawaringin Barat tersebar disemua kecamatan namun hanya sebagian
kecil yang berorientasi pasar, karena sebagian besar dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Padahal memiliki potensi yang cukup
menjanjikan. Pada dasarnya pembangunan sub-sektor tanaman pangan
dan hortikultura diarahkan pada peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani khususnya peran serta masyarakat pada umumnya
melalui peningkatan produksi dan produktifitas tanaman pertanian.
Tabel II.6.
Produksi Pertanian Kabupaten Kotawaringin Barat, 2013-2017 (Ton)
Tahun
Tanaman Padi
2013 2014 2015 2016 2017
Padi Sawah 23563 25626 14985 7886,8 N/A
Padi Ladang 6085 5950 3797 1618,7 N/A
Jagung 1481 1822 2011 5276,06 N/A
Kedelai 10 5 67 186,8 N/A
Ubi Kayu 6104 4852 4714 9226,47 N/A
Ubi Jalar 1088 920 941 437,7 N/A
Kacang Tanah 112 109 91 169,71 N/A
Kacang Hijau 14 3 4 12,48 N/A
Sumber: Kalimantan Tengah Dalam Angka, 2014-2018
Tabel II.7.
Produksi Tanaman Sayuran Menurut Jenis Sayuran Kabupaten
Kotawaringin Barat, 2013-2018 (Ton)
Tahun
No Jenis Sayuran
2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Bawang Daun 129,9 159.80 182.60 N/A 227,6 302
2 Tomat 182,9 187.40 199.30 N/A 446,4 337
3 Cabe Besar 84,3 155.80 389.80 N/A 92 415
4 Cabe Rawit 389,9 459.70 389.50 245,02 252,8 3.909
16
Tahun
No Jenis Sayuran
2013 2014 2015 2016 2017 2018
5 Terong 971,6 587.70 564.10 N/A 571,4 433
6 Sawi 608,1 290.10 389.40 N/A 765,3 382
Sumber: Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka, 2014-2019
2.3.2 PERKEBUNAN
Pertumbuhan agronomis tanaman perkebunan relatif baik. Masing-
masing enam kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat memiliki lahan
perkebunan. Dalam rangka mendorong pengembangan perkebunan,
pemerintah sebaiknya memberikan kemudahan kepada investor untuk
menanamkan modalnya.
Tabel II.8.
Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman Kabupaten
Kotawaringin Barat, 2013-2018 (Ton)
Jenis Tahun
No
Perkebunan 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Karet 3784,4 5444,56 5602,87 5575,87 6036,29 6.080,3
2 Kelapa 316,25 343,83 267,74 267,74 213,82 210,3
3 Kopi 15,99 14,37 12,16 12,17 2,27 4,8
4 Lada 317,13 268,96 162,09 155,35 153,42 159,1
5 Kelapa Sawit 51340,03 81365,55 68212,85 68212,87 73776,38 73.765,3
Sumber: Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka, 2014-2019
2.3.3 PERTAMBANGAN
Kawasan peruntukan pertambangan yang disebut wilayah
pertambangan menyebar diseluruh Kabupaten Kotawaringin Barat, yang
terdiri dari Kawasan Pertambangan mineral logam dan non logam, mineral
radioaktif, batuan dan batubara yang dikelompokan menjadi wilayah usaha
pertambangan (WUP), wilayah pertambangan nasional (WPN), wilayah
pertambangan rakyat (WPR) serta kawasan peruntukan pertambangan
minyak dan gas bumi.
Dari beberapa potensi yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat
yang sudah dimanfaatkan adalah bahan galian B seperti emas terdapat di
17
Desa Sambi, kecubung di Desa Pangkut dan Gandis Kecamatan Arut
Utara. Kaolin di Kecamatan Kumai Desa Keraya dan Kubu. Tambang
golongan C seperti pasir kwarsa dan tanah liat.
2.3.4 PERIKANAN
Produksi ikan di daerah Kabupaten Kotawaringin Barat selama ini
masih bertumpu pada usaha penangkapan ikan, baik pada perairan umum
(sungai, danau, rawa) maupun laut. Oleh karena itu perlu adanya
peningkatan dan revitalisasi pembangunan perikanan yang baik selain
peningkatan dan pengembangan sarana prasarana produksi perikanan
dan kelautan.
Tabel II.9.
Rencana Peruntukkan Perikanan Kabupaten Kotawaringin Barat
Pertanian Lokasi
kawasan peruntukan perikanan perairan laut Kabupaten Kotawaringin
tangkap di perairan laut Barat
budidaya keramba jaring apung Desa Kubu, Sei Penyimping ke arah TWA
Tanjung Keluang
budidaya teripang dan rumput Desa Sungai Bakau dan Desa Teluk Bogam
laut
budidaya air payau ditambak Sungai Ratik Desa Sungai Bakau, kawasan
Teluk Ranggau dan Sungai Gumpung di Desa
Sungai Cabang Timur dan kawasan Desa
Tanjung Putri
budidaya air payau di sungai Kawasan Tanjung Kalap sampai Desa
Sebukat
Sumber: Perda Kabupaten Kotawaringin Barat No. 1 Tahun 2018 tentang RTRW
Kabupaten Kotawaringin Barat
Tabel II.10.
Jumlah Produksi Perikanan Kabupaten Kotawaringin Barat
Tahun 2013-2017 (Ton)
Tahun
No Jenis Perikanan
2013 2014 2015 2016 2017
1 Budidaya 1533,91 2822,6 1392,44 5129,69 4965,07
2 Perikanan Laut 9001 9511,9 12165,8 10874,4 12965,36
3 Perairan Umum 1126,36 1172,19 2008,67 3918,3 2886,48
Sumber: Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka, 2014-2018
18
2.3.5 PETERNAKAN
Pengembangan budidaya peternakan ternak besar dan kecil perlu
dilakukan guna menunjang produksi daging selama kapasitas yang
mencukupi. Perlu juga diperhatikan peningkatan populasi dan produksi
peternakan tersebut agar tidak hanya memenuhi konsumsi lokal saja tetapi
juga dapat meluas hingga dapat menjadi lumbung ternak wilayah ternak
Indonesia.
Peningkatan populasi dan produksi nilai tambah peternakan melalui:
Pengembangan industri sawit-sapi;
Mengembangkan sentra bisnis kolektif peternakan rakyat; dan
Pengembangan industri hilirisasi industri perternakan.
Berikut kondisi potensi peternakan di Kabupaten Kotawaringin Barat
Tabel II.11.
Populasi Ternak Kabupaten Kotawaringin Barat, 2013-2018 (Ekor)
Tahun
Jenis Hewan
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Sapi potong 10409 13155 14397 17203 21223 25.770
Kambing 2118 2398 2765 2538 2703 3.035
Babi 5327 5498 5718 5881 5247 6.048
Sumber: Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka, 2014-2019
Lokasi pengembangan meliputi kawasan peternakan sapi potong
dan kambing berada di Kecamatan Arut Selatan, Kecamatan Kumai,
Kecamatan Pangkalan Lada, dan ayam potong dan itik berada di
Kecamatan Kotawaringin Lama, Arut Selatan, Kumai, Pangkalan Banteng
dan Pangkalan Lada.
2.3.6 PARIWISATA
Secara umum potensi kepariwisataan di Kabupaten Kotawaringin
Barat, tidak hanya memiliki potensi alam seperti hutan alami, pantai pasir
putih di Kubu tetapi juga wisata kebudayaan berupa rumah betang, acara
ritual dan tari-tarian daerah dan wisata buatan.
Berikut potensi wisata yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat:
19
Tabel II.12.
Potensi Wisata Di Kabupaten Kotawaringin Barat
Wisata
Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Buatan
Pantai/Sungai
- Taman - Susur Sungai - Rumah Adat - Jungle Land
Nasional Arut Betang - Taman Wisata
Tanjung - Pantai Kubu - Pawai Nasi Hutan Buatan
Puting (TNTP) - Pantai Keraya Adat Jurung Tiga
- Tanjung - Pantai Sebuai - Istana Kuning - Agrowisata
Keluang - Gosong - Istana Taman Kelinci
Senggora Mangkubumi - Wisata Agro
- Gosong Beras - Masjid Kyai Education
Basah Gede Pangkalan Tiga
- Pantai Tanjung - Makam Kiai - Wisata Tebing
Penghujan Gede Tinggi Kumpai
- Danau Gatal - Astana Alnusari Batu Atas
- Danau
Masorayan
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Kotawaringin Barat, 2019
Dari berbagai potensi wisata diatas, jenis wisata pantai merupakan bidang
investasi yang menjadi unggulan, antara lain:
1. Pantai Kubu
2. Tanjung Keluang
3. Tanjung Penghujan
4. Pantai Keraya
5. Air Terjun Patih Mambang
6. Susur Sungai Arut
7. Gosong Senggora
Berikut peta potensi investasi di Kabupaten Kotawaringin Barat:
20
Peta 2.2. Potensi Investasi Di Kabupaten Kotawaringin Barat
21
2.4 ANALISIS POTENSI EKONOMI
Tabel II.13.
Analisis LQ Di Kabupaten Kotawaringin Barat
Rata-
LAPANGAN USAHA 2015 2016 2017 2018 rata
LQ
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,26 1,29 1,33 1,32 1,30
Pertambangan dan Penggalian 0,08 0,08 0,07 0,08 0,08
Industri Pengolahan 1,67 1,64 1,64 1,65 1,65
Pengadaan Listrik dan Gas 0,72 0,68 0,66 0,65 0,67
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 1,06 1,07 1,11 1,09 1,08
Limbah dan Daur Ulang
22
Dengan demikian di Kabupaten Kotawaringin Barat terdapat delapan
sektor basis antara lain:
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
2. Industri Pengolahan
3. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
4. Konstruksi
5. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
6. Transportasi dan Pergudangan
7. Jasa Keuangan dan Asuransi
8. Jasa Perusahaan
23
Dengan melihat RPJP Kotawaringin Barat, Visi dan Misi RUPM
Nasional maupun Kalimantan Tengah, maka Visi RUPM
Kotawaringin Barat adalah : Mewujudkan Penanaman Modal Yang
Menarik dan Berkelanjutan untuk Menciptakan Kotawaringin
Barat yang Sejahtera dan Berkeadilan”
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi penanaman modal di
Kotawaringin Barat adalah :
1. Menetapkan kebijakan penanaman modal yang menarik
minat investor, sehingga akan memberikan mutiplier effect
bagi perekonomian masyarakat.
2. Menciptakan iklim investasi yang kondusif, dengan
pembuatan regulasi dan fasilitas yang saling
menguntungkan.
3. Meningkatkan infrastruktur untuk mendorong penanaman
modal dan pengembangan usaha.
4. Mewujudkan peningkatan nilai produksi di masyarakat
dengan memanfaatkan potensi lokal dengan tetap berprinsi
pada keberlanjutan, berwawasan lingkungan dan keadilan.
5. Mendorong para Investor untuk penyediaan sumber energi;
24
Tujuh arah dan kebijakan penanaman modal Kabupaten
Kotawaringin Barat sesuai dengan arahan Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal adalah sebagai
berikut:
1. Perbaikan iklim penanaman modal.
2. Persebaran penanaman modal.
3. Fokus pengembangan Infrastruktur, dan energi.
4. Penanaman modal yang berwawasan lingkungan
5. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
6. Pemberian kemudahan dan insentif penanaman modal.
7. Promosi penanaman modal.
25
a. Pembangunan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP).
b. Pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari Kepala
Daerah.
c. Hubungan dan koordinasi antar lembaga/instansi yang
sinergi terus ditingkatkan dalam rangka pelaksanaan
pelayanan penanaman modal kepada para penanam
modal.
d. Langkah yang baik dengan memberikan pemecahan
masalah (problem solving) harus dilakukan secara proaktif.
2. Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan
Pengaturan (Daftar Negatif Investasi/DNI) diatur dengan cara:
a. Pengaturan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman
modal berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan,
lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional,
serta kepentingan nasional lainnya.
b. Pengaturan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan
ditetapkan dengan kriteria kepentingan nasional, yaitu
perlindungan sumber daya alam, perlindungan dan
pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan
koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan
kapasitas teknologi, peningkatan partisipasi modal dalam
negeri, serta kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk
oleh Pemerintah.
c. Pengaturan bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka
dengan persyaratan di bidang penanaman modal berlaku
secara nasional, bersifat sederhana dan terbatas untuk
bidang usaha yang terkait dengan kepentingan nasional.
d. Bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan
persyaratan harus jelas dapat diidentifikasi dan tidak
menimbulkan multi tafsir.
26
e. Pengaturan bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka
dengan persyaratan mempertimbangkan kebebasan arus
barang, jasa, modal, penduduk, dan informasi di dalam
wilayah Indonesia.
f. Pengaturan bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka
dengan persyaratan tidak bertentangan dengan kewajiban
atau komitmen Indonesia dalam perjanjian internasional
yang telah diratifikasi.
3. Persaingan Usaha
Mengingat persaingan usaha merupakan faktor penting dari
iklim penanaman modal untuk mendorong kemajuan ekonomi,
maka:
a) Pemerintah menetapkan pengaturan persaingan usaha
yang sehat (level playing field), sehingga menjamin adanya
kepastian kesempatan berusaha yang sama di masing-
masing pelaku usaha.
b) Pemerintah meningkatkan pengawasan dan penindakan
terhadap kegiatan-kegiatan yang bersifat anti-persaingan.
c) Lembaga pengawas persaingan usaha yang telah dibentuk
pemerintah terus mengikuti perkembangan terakhir
praktek-praktek persaingan usaha.
4. Hubungan Industrial
Hubungan industrial yang sehat dalam penanaman modal
dimaksudkan untuk mendukung pengembangan sumber daya
manusia di Indonesia, oleh karena itu diperlukan:
a. Penetapan kebijakan yang mendorong perusahaan untuk
memberikan program pelatihan dan peningkatan
ketrampilan dan keahlian bagi para pekerja.
b. Aturan hukum yang mendorong terlaksananya
perundingan kolektif yang harmonis antara buruh/pekerja
27
dan pengusaha, yang dilandasi prinsip itikad baik (code of
good faith).
5. Sistem Perpajakan dan Kepabeanan
Arah kebijakan sistem perpajakan dan kepabeanan ke depan
adalah pembuatan sistem administrasi perpajakan dan
kepabeanan yang sederhana, efektif, dan efisien. Untuk itu
diperlukan identifikasi yang tepat mengenai jenis dan tata cara
pemungutan pajak dan bea masuk yang akan diberikan sebagai
insentif bagi penanaman modal.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat melakukan
upaya simplifikasi sistem administrasi perpajakan daerah
terutama yang terkait dengan pelaksanaan perizinan dan
nonperizinan penanaman modal maupun yang menunjang
kegiatan penanaman modal di daerah.
28
1. Kelapa sawit;
2. Krupuk amplang;
3. Ekowisata; dan
4. Daging sapi potong.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat harus melakukan
upaya mengembangkan pusat-pusat ekonomi baru di daerah
yang kurang berkembang sesuai potensi unggulan daerah
tersebut.
b) Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman
modal yang mendorong pertumbuhan penanaman modal di
daerah.
c) Pengembangan sumber energi bersumber dari energi baru dan
terbarukan yang masih melimpah di daerah dapat mendorong
pemerataan penanaman modal.
d) Percepatan pembangunan infrastruktur di daerah baik dengan
mengembangkan skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS)
dan maupun dengan skema non KPS yang diintegrasikan
dengan rencana penanaman modal nasional untuk sektor
tertentu yang strategis.
29
b. Ketersediaan pangan untuk daerah bencana dan daerah
paceklik;
c. Melakukan pemetaan wilayahwilayah yang berpotensi rawan
pangan;
d. Pengembangan produk pertanian dalam bentuk home industri
untuk persedian;
e. Mensosialisasikan fungsi lahan pertanian untuk terciptanya
ketahan pangan;
f. Mengawasi pengalihan fungsi lahan pertanian pangan ke
fungsi lainnya;
g. Menjaga kestabilan harga komoditas pangan dan ketersediaan
sewaktuwaktu;
Dibidang infrastruktur, percepatan pembangunan infrastruktur di
Kabupaten Kotawaringin Barat diarahkan sebagai berikut :
1. Percepatan pembangunan infrastruktur perdesaan yaitu desa
menuju kota dan meningkatkan kualitas jalan antar desa dan
desa ke kecamatan;
2. Peningkatan kualitas jalan-jalan strategis dan penghubung
untuk lintas ekonomi guna pemenuhan sembilan bahan pokok
dan secara khusus jalan pertanian untuk memudahkan
perdagangan hasil bumi dan pertanian;
3. Pembangunan jalan lingkar luar kabupaten;
4. Penuntasan pembangunan jalan Pangkalan Bun-Kotawaringin
Lama;
5. Pembukaan jalan Kecamatan Arut Utara ke kabupaten;
6. Pembangunan jembatan penghubung antar desa dengan
kecamatan yang melalui sungai;
7. Pemetaan jalan umum dan lingkungan serta peningkatan kelas
jalan;
8. Pembangunan Water Front City;
30
9. Penyempurnaan sistem dan mekanisme penanganan proyek
untuk efisiensi dan menekan kebocoran anggaran;
10. Pelaksanaan pembangunan dengan prioritas, merata, seimbang
dan tepat guna;
11. Rehabilitasi infrastruktur yang rusak dan yang tidak sesuai
peruntukannya;
12. Perawatan infrastruktur secara berkala dan cepat tepat
penanganannya;
13. Pengadaan sarana dan prasarana yang lebih modern dan
canggih;
14. Melanjutkan dan meningkatkan saluran irigasi serta normalisasi
saluran;
15. Penyiapan konservasi air dan penyediaan air baku;
16. Pengelolaan dan pengendalian sumber daya air yg
komprehensif untuk antisipasi banjir dan kekeringan.
Dibidang energi, sasaran pengembangan energi adalah tersedianya
pasokan energi untuk pengembangan berbagai sektor di Kabupaten
Kotawaringin Barat dan tersedianya energi baru dan terbarukan.
Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang energi yang
dilakukan pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat untuk
pengembangan energi yaitu:
1. Optimalisasi potensi dan sumber energi baru dan terbarukan;
2. Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman
modal serta dukungan akses pembiayaan domestik untuk
penanaman modal sektor energi khususnya bagi sumber energi
baru dan terbarukan;
3. Peningkatan pangsa sumber daya energi baru dan terbarukan
untuk mendukung efisiensi, konservasi, dan pelestarian lingkungan
hidup dalam pengelolaan energi;
4. Pengembangan sektor strategis pendukung sektor energi dan
mengurangi energi fosil untuk alat transportasi, listrik, dan industri;
31
5. Menyiapkan landasan hukum di tingkat daerah serta mekanisme
dan pelaporan agar pemanfaatan energi dapat menyentuh semua
lapisan masyarakat.
32
e. Peningkatan penggunaan teknologi dan proses produksi
yang ramah lingkungan secara lebih terintegrasi, dari
aspek hulu hingga aspek hilir.
f. Pengembangan wilayah yang memperhatikan tata ruang dan
kemampuan atau daya dukung lingkungan.
g. Pemerintah Daerah bekerjasama dengan pelaku usaha
mendorong upaya untuk lebih membuka kesempatan
munculnya kegiatan penanaman modal di sektor pionir yang
memperkenalkan mesin-mesin dengan teknologi baru,
ramah energi dan lingkungan, mengedepankan inovasi dan
penelitian dan pengembangan dalam rangka upaya
penemuan teknologi barn yang ramah lingkungan, bahan
baku, dan efisiensi penggunaan energi.
33
dalam berbagai skala usaha. Aliansi dibangun agar
wirausahawan yang memiliki skala usaha lebih kecil mampu
menembus pasar dan jaringan kerjasama produksi pada skala
yang lebih besar.
Pemerintah Daerah melakukan upaya-upaya:
1. memutakhirkan data seluruh UMKM di daerah, memverifikasi,
serta menetapkan UMKM yang potensial untuk ditawarkan
kerjasama dengan usaha besar dalam hal ini baik Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing
(PMA).
2. melakukan upaya peningkatan kapasitas sumber daya UMKM di
daerah, baik terkait dengan aspek teknis, inovasi, dan
manajemen.
3. memfasilitasi UMKM dalam pengenalan dan pemasaran produk-
produk, antara lain dengan mengikutsertakan dalam berbagai
pameran promosi, pameran perdagangan (trade expo), temu
usaha (matchmaking) dengan penanam modal (investor)
potensial, dan lain-lain.
4. merumuskan berbagai kebijakan untuk menjembatani UMKM
terkait akses pembiayaan perbankan, antara lain: menggunakan
instrumen subsidi bunga perbankan, bantuan modal bunga
murah, dan lain-lain.
5. memanfaatkan instrumen Corporate Social Responsibility (CSR)
perusahaan-perusahaan yang berada di daerah masing-masing
untuk lebih diarahkan pada peningkatan kapasitas dan
produktifitas UMKM yang bergerak di sektor-sektor yang
diprioritaskan daerah.
34
4.6. PEMBERIAN INSENTIF, KEMUDAHAN DAN
FASILITAS PENANAMAN MODAL
35
e. Pelaksanaan kegiatan promosi dalam rangka pencapaian
target penanaman modal yang telah ditetapkan dalam
RPJMD.
f. Peningkatan peran koordinasi promosi penanaman modal
dengan seluruh instansi terkait dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
g. Penguatan peran fasilitasi hasil kegiatan promosi secara
proaktif untuk mengubah minat penanaman modal menjadi
realisasi penanaman modal.
36
5.1. KEKUATAN, KELEMAHAN, DAN PELUANG
5.1.1. KELEMAHAN
1. Infrastruktur yang belum memadai.
2. Potensi Investasi yang belum dikelola secara maksimal.
3. Kurang optimalnya promosi dan sosialisasi peluang investasi
4. Terbatasnya anggaran dalam mengembangankan potensi
yang tersedia.
5. Industri lokal belum memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi.
6. Belum maksimalnya pengawasan, pembinaan dan
pengendalian penanaman modal sehingga pengelolaan LKPM
dan pengelolaan data belum bisa berjalan secara optimal;
7. Kurangnya jumlah SDM dan tenaga terampil yang memiliki
keahlian khusus terhadap kinerja bidang Penanaman Modal
dan PTSP, misalnya ahli komputer, ahli dalam bidang
pengelolaan database dan lain-lain.
5.1.2. KEKUATAN
1. Kabupaten Kotawaringin Barat memiliki kawasan agropolitan
dan minapolitan.
37
2. Kabupaten Kotawaringin Barat telah memiliki perda No.1
Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(TJSP).
3. Kabupaten Kotawaringin Barat telah memiliki Perda No.1
Tahun 2018 tentang RTRW.
4. Kabupaten Kotawaringin Barat telah memiliki Perda No.2
Tahun 2018 tentang RPJMD.
5. Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat mempunyai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kinerja yang kuat.
5.1.3. PELUANG
1. Terdapat 63 perusahaan yang beroperasi di wilayah
Kabupaten Kotawaringin Barat, baik swasta nasional maupun
swasta asing.
2. Kabupaten Kotawaringin Barat memiliki banyak produk
unggulan potensial, meliputi produk barang dan jasa,
utamanya sektor pertanian dalam arti luas, industri dan UKM,
serta pariwisata.
3. Kabupaten Kotawaringin Barat memiliki sejumlah destinasi
pariwisata yang potensial untuk dikembangkan.
4. Sektor pertanian dalam arti luas memberikan kontribusi paling
besar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kotawaringin
Barat.
A. Tahap I
Tahap I : Pengembangan Penanaman Modal yang Mudah dan
Cepat Menghasilkan (Tahun 2018-2019). Pada tahap ini kegiatan
yang dilakukan antara lain meliputi:
38
Membuka hambatan dan memfasilitasi penyelesaian
persiapan proyek strategis agar segera diaktualisasikan;
Menata dan mengintensifkan strategi promosi penanaman
modal dengan penyediaan informasi yang semakin
komprehensif, akurat, cepat mengenai penanaman modal
dan aspek lainnya pada usaha mikro, kecil dan menengah;
Mengidentifikasi proyek penanaman modal yang siap
ditawarkan dan dipromosikan sesuai dengan daya dukung
lingkungan hidup dan RTRW;
Melakukan berbagai terobosan kebijakan penanaman
modal yang mendesak untuk diperbaiki atau diselesaikan;
Melakukan kemitraan dunia pendidikan dengan dunia
usaha untuk pengembangan kualitas ketenagakerjaan
yang mengarah pada perluasan dan pengembangan
lapangan kerja, kualitas tenaga kerja yang mandiri dan
mampu bersaing di tingkat global;
Membuat Perda tentang Penanaman Modal;
Memiliki Sistem Informasi Penanaman Modal (SIMPEDAL)
Melakukan E-Document (Semua dokumen kantor dibuat
elektronik)
B. Tahap II
Tahap II: Perceptan Pembangunan Infrastruktur serta
Pengembangan Usaha Jasa dan Perdagangan (2020-2022)
Pada tahap ini kegiatan yang diprioritaskan adalah upaya
mewujudkan perekonomian daerah yang berbasis ekonomi
kerakyatan dan potensi unggulan daerah yag didukung dengan
infrastruktur kota yang memadai.
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi:
39
Mendorong percepatan infrastruktur fisik seperti jalan,
pengelolaan sampah, instalasi pengolahan limbah dan air
bersih yang berwawasan lingkungan.
Pengembangan usaha jasa dan perdagangan
diutamakan pada kecamatan- kecamatan yang telah
ditetapkan sebagai wilayah jasa dan perdagangan.
Penguatan sistem pengembangan produk unggulan
wilayah
Pemantapan sistem kelembagaan ekonomi kerakyatan di
daerah
Pemantapan sistem kinerja pelayanan perizinan terpadu
yang didukung oleh kesempurnaan sistem perizinan
online yang aspiratif, transparan, akuntabel dengan
sistem informasi data yang kredibel;
Mengkaitkan SIMPEDAL dengan sektor-sektor unggulan.
C. Tahap III
Tahap III: Pengembangan Industri Skala Kecil, Menengah dan
Besar (2023-2024) Pengembangan industri skala kecil,
menengah dan besar antara lain diwujudkan melalui:
Menjembatani UMKM dengan investor supaya dapat
bersanding dengan harmonis dan aman.
40
6.1. KEBIJAKAN
41
8. Pengembangan infrastruktur kepariwisataan ke arah wisata
bersih, ramah lingkungan dan tetap melestarikan nilai-nilai
luhur daerah.
9. Pengembangan pola kemitraan pembangunan infrastruktur
dan energi antara pemerintah dan swasta.
10. Pengembangan pusat-pusat perdagangan, industri, dan
pariwisata.
11. Pembangunan industri skala besar bagi pengembangan
penanaman modal untuk sektor-sektor andalan.
12. Pengembangan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan di
seluruh kecamatan Kabupaten Kotawaringin Barat
6.2. STRATEGI
42
h. Penguatan pendampingan, penyuluhan dan pembinaan
kelompok tani dipedesaan; Pembinaan perkebunan inti dan
plasma serta perkebunan rakyat;
i. Pengadaan peralatan pertanian dan mekanisasi, ketersedian
bibit unggul yang tahan hama dan penyakit;
j. Menjaga ketersedian bibit/benih, pupuk dan racun;
k. Mendatangkan tenaga ahli dan profesional dalam mengolah
lahan pertan.
43
6.2.3. SEKTOR INFRASTRUKTUR
a. Mengembangkan penerapan sistem teknologi dan
informasi untuk meningkatkan kinerja aparatur
pemerintah kabupaten;
b. Meningkatkan kapasitas dan mengendalikan kualitas
konstruksi;
c. Meningkatkan pembangunan jalan dan jembatan untuk
mendukung konektivitas wilayah di kabupaten sehingga
berdampak positif terhadap pengembangan industri dan
peningkatan ekonomi masyarakat;
d. Meningkatkan Pembangunan infrastruktur
keciptakaryaan dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap air bersih, sanitasi dan
pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh (water
front city dan kawasan kuliner) sehingga mendukung
kemandirian perekonomian masyarakat dan
kepariwisataan;
e. Menyelenggarakan pembangunan bidang pekerjaan
umum dan penataan ruang untuk mendukung
ketahanan air dan kedaulatan pangan;
f. Mengoptimalkan pembangunan bidang pekerjaan
umum dan penataan ruang untuk pengendalian banjir
dan abrasi pantai; dan
g. Mengoptimalkan pembangunan yang berkelanjutan
melalui perencanaan, pengawasan dan pengendalian
tata ruang
44
6.2.4. SEKTOR PARIWISATA
a. Meningkatkan kualitas kepariwisataan daerah melalui
Pembangunan, pemeliharaan dan penataan
infrastruktur destinasi wisata baru;
b. Meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan
wisatawan nusantara melalui intensifikasi promosi
wisata dan penguatan brand wisata Kotawaringin Barat;
c. Mempermudah proses serta akses terhadap modal
untuk mendorong peningkatan jenis produk lokal
kepariwisataan daerah; dan
d. Meningkatkan kualitas layanan kepariwisataan yang
efisien, efektif dan ekonomis melalui penguatan
kapasitas kelembagaan Dinas Pariwisata.
45
d. Mengembangkan usaha hasil perikanan untuk
meningkatkan konsumsi ikan dan pengembangan akses
permodalan serta kemitraan usaha perikanan; dan
e. Penguatan dan penyediaan sarana dan prasarana
kawasan strategis ekonomi minapolitan / pusat
pengembangan dan pengolahan ikan laut sebagai
sektor unggulan adalah udang.
46
7.1. KONTRIBUSI MANFAAT EKONOMI
47
7. Terciptanya klaster industri hulu dan hilir sektor unggulan dan
prioritas
48
Terhadap arah kebijakan penanaman modal yang telah diuraikan
diatas, RUPMK memerlukan langkah kongkrit sebagai berikut:
1. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) didukung oleh Pemerintah Kabupaten
Kotawaringin Barat, masyarakat dan dunia usaha,
berkewajiban untuk melaksanakan program dalam RUPMK
Kabupaten Kotawaringin Barat
2. Bupati dalam menjalankan tugas penyelenggaraan Pemerintah
Kabupaten Kotawaringin Barat berkewajiban untuk
mengarahkan pelaksanaan RUPMK ini dengan mengerahkan
potensi dan kekuatan daerah yang diperlukan;
3. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP), berkewajiban mengkoordinasikan
pelaksanaan RUPMK
4. Dalam pelaksanaan RUPMK Kotawaringin Barat ini wajib
berpedoman kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Kotawaringin Barat agar terwujud keselarasan dan
kesinambungan pembangunan;
49