LAPORAN TAHUNAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, atas segala limpahkan rahmat Nya
sehingga penyusunan Laporan Tahunan BPBD Provinsi NTB ini dapat diselesaikan secara
tepat waktu. Upaya penanggulangan bencana melalui berbagai program dan kegiatan tidak
jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, dimana wabah Covid-19 masih menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dengan penanganan bencana lainnya. Provinsi NTB dengan indeks bahaya
yang cukup tinggi perlu upaya masif dari seluruh komponen masyarakat untuk mewujudkan
NTB Tangguh Bencana. Misi 1 Pemerintah Provinsi NTB yaitu NTB Tangguh dan Mantap
melalui penguatan mitigasi bencana dan pengembangan infrastruktur serta konektivitas
wilayah merupakan bentuk komitmen yang perlu mendapatkan dukungan dari seluruh lapisan
masyarakat.
Sejauhmana pelaksanaan program dan kegiatan BPBD Provinsi Tahun 2021 dapat
mendorong pencapaian target dan kinerja sebagaimana ditetapkan dalam RPJMD Provinsi
NTB Tahun 2019-2023 guna mewujudkan NTB Tangguh dan Mantap? Laporan Tahunan
disusun seoptimal mungkin untuk memberikan gambaran atas pertanyaan tersebut. Semoga
apa yang disajikan dalam laporan ini memiliki nilai penting sebagai anak tangga menuju
NTB Tangguh Bencana. Namun demikian, kami sadar bahwa masih terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penyusunan laporan tahunan sehingga kritik dan saran diperlukan untuk
penyempurnaan lebih lanjut.
Terakhir kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan tahunan ini. Kontribusi sekecil apapun yang diberikan dalam
penyusunan laporan tahunan ini memiliki nilai yang besar terhadap upaya pembangunan
kesejahteraan masyarakat NTB.
PENDAHULUAN
Beberapa strategis dan arah kebijakan ditetapkan dalam RPJMD Provinsi NTB
Tahun 2019-2023 dalam rangka pelaksanaan misi 1 antara lain Peningkatan Upaya
Maksud disusunnya Laporan Tahunan BPBD Provinsi NTB Tahun 2021 ini
adalah untuk memberikan gambaran tentang upaya-upaya yang telah dilakukan dalam
upaya meningkatkan kapasitas atau ketahanan daerah terhadap ancaman bencana.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Memberikan informasi tentang kinerja yang telah dicapai selama dalam kurun
waktu satu tahun;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2018
tentang Standar Pelayanan Minimal (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor);
8. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 9 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Bencana;
9. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2005-2025, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2014 Nomor 1);
11. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Sebagai Bagian Dari Perangkat Daerah
(Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 16);
12. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi NTB
Tahun 2005 – 2025;
13. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2021 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2019 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi NTB Tahun 2019 – 2023;
14. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan daerah
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2021
Bab III Isu Dan Permasalahan; Menguraikan isu dan permasalahan terkait Bidang
urusan pemerintahan yang dilaksanakan.
Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh
ulah manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana
antara lain : Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made
hazards) yang menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction
(UN-ISDR) dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological hazards),
bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological
hazards), bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan
(environmental degradation) Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat,
infrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/kawasan yang berisiko bencana
Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada
pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia,
lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur
Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau
Sumatera, Jawa – Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik
tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut
sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi,
tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan
salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10
kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).
Sementara itu, Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan kondisi geografis,
klimatologis, topografis dan sosiologis termasuk daerah rawan bencana di Indonesia.
Dari 14 jenis bencana yang kerap terjadi di Indonesia, 11 diantaranya terjadi di Provinsi
NTB. Secara geografis, Provinsi NTB terletak pada lempengan bumi yaitu Lempeng
Indo-Australia (bagian selatan) dan Lempeng Eurasia (bagian utara) sehingga rentan
dengan gempa bumi. Begitu pula dengan kondisi klimatologis yang dapat menimbulkan
Seiring dengan tingginya angka kejadian bencana selama kurun waktu 3 tahun
terakhir, upaya penanggulangan bencana terus menerus dilakukan secara optimal
dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat. Kejadian Gempa Bumi tahun 2018
menjadi pembelajaran bahwa kebersamaan dalam penanggulangan bencana menjadi
keniscayaan dalam mengurangi risiko bencana. Upaya penanggulangan bencana secara
responsif dengan melakukan pertolongan dan penyelamatan saat terjadi bencana bukan
tidak penting, namun jauh lebih penting adalah bagaimana melakukan upaya preventif
dalam rangka mengurangi risiko bencana. Upaya preventif ini pun masih dilakukan
dengan mengoptimalkan fungsi BPBD Provinsi NTB sebagai koordinator dalam
penanggulangan bencana. Makin banyak pihak yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan
pencegahan dan kesiapsiagaan tidak terlepas dari upaya koordinatif yang
dikembangkan dengan berbagai pendekatan inovatif.
3.1. Isu
Barry Jones & Chase mengemukakan bahwa isu adalah sebuah masalah yang
belum terpecahkan yang siap diambil keputusannya. Isu merepresentasikan suatu
kesenjangan antara praktik korporat dengan harapan-harapan para stakeholder.
Berdasarkan definisi ini dapat disimpulkan bahwa isu adalah suatu hal yang terjadi baik
di dalam maupun di luar organisasi yang apabila tidak ditangani secara baik akan
memberikan efek negatif terhadap organisasi dan berlanjut pada tahap krisis. Adapun
isu-isu kebencanaan terkait tugas pokok dan fungsi BPBD Provinsi NTB dapat
diuraikan sebagai berikut:
3.2. Permasalahan
Penetapan target IRB dan IKD selama 5 tahun didasarkan pada kondisi
pencapaian pada periode 5 tahun sebelumnya dimana IKD Provinsi NTB dapat
diturunkan sebesar 0,3 s/d 0,4 point sementara IKD dapat dinaikkan sebesar 0,02 point
pertahun. Angka IRB dan IKD Provinsi NTB tidak terlepas dari pencapaian di 10
Kabupaten/Kota. Dengan demikian, penetapan angka atau nilai kinerja bagi
Pemerintah Provinsi NTB pada urusan kebencanaan dilakukan secara koordinatif
dengan Kab/Kota.
IRB menjadi tolok ukur pembangunan di daerah khususnya dalam sub urusan
bencana. Berkurangnya ancaman atau bahaya dan kerentanan di suatu daerah
merupakan akumulasi dari hasil-hasil dari semua aspek pembangunan. Sementara IKD
IRB dan IKD dihitung secara nasional dan terkoneksi ke InaRISK (on-line).
Untuk IRB NTB pada tahun 2021 belum diterbitkan BNPB, sementara IKD tahun 2021
hasil perhitungan secara mandiri sudah mencapai 0,63 atau sudah melampaui target
tahun 2021 sebesar 0,61. Indeks Risiko Bencana dihitung berdasarkan variabel Bahaya
(Hazard), kerentanan (Vulnerability), dan Kapasitas (Capacity) dengan formulasi
berikut :
Dengan adanya dukungan DSP Tahun 2021 maka pekerjaan Perbaikan dan
Pembangunan RTG mengalami kemajuan hingga mencapai 99,98% dari 97,0%
sebelumnya. Adapun progres pekerjaan Perbaikan dan Pembangunan RTG menurut
kabupaten/kota terdampak bencana gempabumi 2018 (terlampir)
7.2. Hibah Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana
Sejak Tahun 2018 s/d Tahun 2021, Pemerintah Provinsi NTB tidak mendapatkan Dana
Hibah RR dari Pemerintah Pusat seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Masa transisi darurat ke pemulihan pascabencana Gempabumi 2018 masih
berlangsung hingga Desember 2021.