Anda di halaman 1dari 60

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
IKHTISAR EKSEKUTIF ........................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
a. Umum ............................................................................................... 1
b. Organisasi BPBA .............................................................................. 2
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1 Rencana Strategis ............................................................................... 4
2.2 Indikator Kinerja Utama ................................................................... 6
2.3 Perjanjian Kinerja Tahun .................................................................. 7
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2020
3.1 Capaian Kinerja Program Penanggulangan Bencana ........................ 8
3.1.1 Perbandingan Target Kinerja dan Realisasi Kinerja BPBA ..... 8
3.1.2 Perbandingan Antara Realisasi Kinerja Serta Capaian Kinerja
Tahun 2020 dengan Beberapa Tahun Terakhir ......................... 9
3.1.3 Perbandingan Capaian Kinerja dengan Target RPJM .............. 14
3.1.4 Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2020 dengan
Standar Nasional ....................................................................... 15
3.1.5. Prestasi Daerah/Penghargaan ................................................... 16
3.1.6. Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan Kinerja............... 16
3.1.7. Analisis Atas Efesiensi Atas Penggunaan Sumber Daya ......... 16
3.1.8 Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Keberhasilan/
Kegagalan ................................................................................. 19
3.2 Realisasi Anggaran Tahun 2020 ........................................................ 38
BAB IV PENUTUP …………………………..……………………………… 49

ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Provinsi Aceh memiliki 11 potensi bencana yang diketahui berdasarkan catatan sejarah
kejadian bencana dari Data dan Informasi Bencan Indonesia (DIBI). Bencana tersebut antara lain
banjir, banjir badang, gelombang ekstrim dan abrasi, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan dan
lahan, kekeringan, epidemik dan wabah penyakit, letusan gunung api, cuaca ekstrim dan tanah
longsor. Selain berdasarkan sejarah kejadian bencana, potensi bencana dapat diketahui
berdasarkan kemungkinan terjadinya bencana karena dasar pengkajian risiko bencana dengan
melihat kondisi daerah Provinsi Aceh.
Kompleksitas dari permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu penataan atau
perencanaan yang matang dalam penanggulangannya, sehingga dapat dilaksanakan secara terarah
dan terpadu. Pelayanan penanggulangan yang dilakukan selama ini mengikuti arah pergeseran
paradigma penanggulangan bencana yang fokus pada upaya penanggulangan saat terjadi bencana
bergeser kea rah pencegahan (prvensi) atau mengurangi risiko bencana.
Secara umum capaian kinerja penanggulangan bencana seperti yang ditargetkan dalam
RPJMA 2017 – 2022, menunjukan perkembangan yang baik, meskipun salah satu indikator masih
memerlukan kerja keras dan perhatian baik secara internal BPBA maupun komitmen pendanaan
yang memamdai dari instansi pemerintah lainnya terutama yang berwenang dalam menetapkan
alokasi anggran pemerintah. Sedangkan tingkat capaian kinerja sasaran BPBA sesuai dengan
Perjanjian Kinerja tahun 2019 yaitu 89.15 % yang dihitung berdasarkan prosentase rata-rata
capaian sasaran. Dari 2 sasaran strategis dan 2 indikator kinerja yang ditetapkan seluruhnya
tercapai/berhasil. Sasaran dinyatakan berhasil jika capaiannya ≥ 75% dari target yang telah
ditetapkan.
Kedepan untuk mencapai visi BPBA yaitu “Masyarakat Aceh Tanggap dan Tangguh
Menghadapi Bencana” diperlukan dukungan pendanaan yang mencukupi, kualitas dan kuantitas
aparatur yang baik serta koordinasi dengan berbagai instansi baik lingkungan Sekretariat Daerah
Aceh maupun dengan BPBD kabupaten/kota. Mengingat berbagai target hanya dapat dicapai
dengan dukungan pendanaan yang cukup, melibatkan aparatur yang terampil dan koordinasi yang
baik dengan berbagai instansi lain, dalam penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana
yang berorientasi hasil dan berbasis kinerja serta bertujuan untuk melayani masyarakat terdampak
bencana.
Untuk mendukung capaian kinerja, tahun 2020 BPBA telah membelanjakan anggaran Rp.
32,811,358,873,- dengan realisasi 84.92 % (Rp. 27,862,489,271). Dipastikan realisasi tersebut
sedikit lebih kecil dari pada target sebesar 85.88 %.

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indeks Risiko Bencana 2018-2022 ........................................................... 5


Tabel 2.2 Rasio Kapasitas Ketahanan Daerah Terhadap Bencana ........................... 6
Tabel 2.3 Indikator Kinerja Utama (IKU) BPBA ...................................................... 6
Tabel 2.4 Perjanjian Kinerja BPBA Tahun 2020 ...................................................... 7
Tabel 3.1 Capaian Kinerja BPBA Tahun 2020 ......................................................... 8
Tabel 3.2 Capaian Kinerja BPBA Tahun 2020 dan Tahun Sebelumnya .................. 9
Tabel 3.3 Pengukuran Indeks Risiko Bencana Tahun 2015-2020 ............................. 10
Tabel 3.4 Indikator dalam Penilaian Indeks Kapasitas Daerah ................................ 11
Tabel 3.5 Perbandingan Capaian Kinerja BPBA dengan RPJMA ............................ 15
Tabel 3.6 Penghargaan Yang Diperoleh Tahun 2020 ................................................ 16
Tabel 3.7 Sebaran Pegawai Badan Penanggulangan Bencana Aceh
Berdasarkan Status Kepegawaian Dan Jenis Kelamin ……………… 17
Tabel 3.8 Jumlah Aparatur Sipil Negara BPBA Berdasarkan Golongan/Kepangkatan 17
Tabel 3.9 Jumlah Pegawai BPBA Berdasarkan Pendidikan ..................................... 18
Tabel 3.10 Capaian Kinerja Program Penanggulangan Bencana .............................. 19
Tabel 3.11 Jumlah Penyaluran Bantuan Logistik Kebencanaan Tahun 2020 ............ 32
Tabel 3.12 Rekapitulasi Sarana Informasi Kebencanaan Tahun 2020 .................... 33
Tabel 3.13 Rekapitulasi Kejadian Bencana Per Jenis Bencana Tahun 2020 ............ 34
Tabel 3.14 Realisasi Keuangan BPBA T.A 2020 ...................................................... 38
Tabel 3.1.5 Realisasi Anggaran BPBA 2015-2020 .................................................... 41

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bagan Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Aceh ...... 3
Gambar 3.1 Perbandingan Capaian Kinerja BPBA 2019 dan 2020 ......................... 9
Gambar 3.2 Strategi Peningkatan Indeks Kapasitas di Kabupaten/Kota .................. 14
Gambar 3.3 Sarana dan Prasarana Pendukung Penanggulangan Bencana T.A 2020 25
Gambar 3.4 Rekapitulasi Kejadian Bencana Tahun 2020 ........................................ 35
Gambar 3.5 Frekuensi Bencana Per Jenis Bencana di Wilayah Aceh Tahun 2020 .. 35
Gambar 3.6 Perkiraan Kerugian Akibat Bencana di Wilayah Aceh Tahun 2020 .... 36
Gambar 3.7 Dampak Bencana di Wilayah Aceh Tahun 2020 ................................... 37

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Indikator Kinerja Utama (IKU) ........................................................... 51


Lampiran 2. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 .............................................................. 52
Lampiran 3. Prestasi dan Penghargaan ..................................................................... 54

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Umum
Penyelenggaraan penanggulangan bencana di Aceh saat ini telah bergerak
mengikuti sistem penanggulangan bencana Nasional. Seiring perjalanan waktu telah terjadi
perubahan cara pandang penanggulangan bencana dari yang bersifat tanggap darurat menuju
ke arah pengurangan risiko bencana. Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA)
berdasarkan tugasnya telah melaksanakan fungsi tersebut untuk mewujudkan tercapainya
sasaran sebagaimana tercantum dalam Rancangan Qanun Aceh tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Aceh (RPJM Aceh) periode tahun 2017 – 2022.
Mengingat pentingnya penanggulangan bencana tersebut, maka dalam rangka
mendukung arah pembangunan sebagaimana ditegaskan dalam Qanun Aceh dimaksud,
Pemerintah Aceh telah menetapkan 10 prioritas pembangunan Aceh yang terdiri dari (1)
Reformasi birokrasi menuju pemerintahan yang adil, bersih dan melayani, (2) Memperkuat
pelaksanaan Syariat Islam beserta nilai-nilai keislaman dan budaya keacehan dalam kehidupan
masyarakat dengan itikad Ahlussunnah Waljamaah yang bersumber hukum Mazhab Syafi’iyah
dengan tetap menghormati mazhab yang lain, (3) Menjaga Integritas nasionalisme dan
keberlanjutan perdamaian berdasarkan MoU Helsinki, (4) Membangun masyarakat yang
berkualitas dan berdaya saing di tingkat nasional dan regional, (5) Mewujudkan akses dan
pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial yang mudah, berkulaitas dan berintegrasi, (6)
Mewudkan kedaulatan dan ketahanan pangan, (7) Menyediakan sumber energi listrik yang
bersih dan terbarukan, (8) Membangun dan mengembangkan sentra-sentra produksi, industry
dan industry kreatif yang kompetitif, (9) Revitalisasi fungsi perencanaan daerah dengan prinsip
evidence based planning yang efektif, efisien dan berkelanjutan, (10) Pembangunan dan
peningkatan kualitas infrastrukstur terintegrasi, dan lingkungan yang berkelanjutan. Badan
Penanggulangan Bencana Aceh menempatkan prioritas penanggulangan bencana pada urutan
ke 10 dalam kebijakan bidang kualitas lingkungan dan kebencanaan.
Dalam rangka melaksanakan amanat strategis tersebut, Gubernur Aceh telah
memberikan tugas pokok kepada Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) sesuai dengan
Qanun Aceh No. 13 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Aceh dan
Peraturan Gubernur Aceh Nomor 104 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Aceh untuk menyelenggarakan
urusan di bidang penanggulangan bencana untuk dapat membantu Gubernur dalam

1
menyelenggarakan Pemerintahan Aceh. Tugas tersebut harus senantiasa dilaksanakan dengan
penuh tanggungjawab, efektif, efisien dan akuntabel.

1.2 Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Aceh


Organisasi menjadi faktor penentu dalam mencapai keberhasilan kinerja Badan
Penanggulangan Bencana Aceh. Kelembagaan menyangkut aspek organisasi, sumber daya
manusia serta sarana dan prasarana. Berdasarkan Qanun Aceh Nomor 13 tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Aceh, organisasi Badan Penanggulangan Bencana Aceh
terdiri dari :
1. Kepala Pelaksana
2. Kepala Sekretariat dengan tiga Sub Bagian yaitu
2.1 Sub Bagian Program dan Pelaporan;
2.2 Sub Bagian Keuangan ;
2.3 Sub Bagian Umum.
3. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan terdiri dari :
3.1 Seksi Pencegahan;
3.2 Seksi Pencegahan.
4. Bidang Kedaruratan dan Logistik terdiri dari:
4.1 Seksi Kedaruratan;
4.2 Seksi Logistik.
5. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi terdiri dari:
5.1 Seksi Rehabilitasi;
5.2 Seksi Rekonstruksi.

2
GAMBAR 1.1
Bagan Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Aceh

KEPALA BPBA

UNSUR PENGARAH

KEPALA PELAKSANA

KEPALA
SEKRETARIAT

SUB BAGIAN SUB BAGIAN PROGRAM


SUB BAGIAN UMUM
KEUANGAN DAN PELAPORAN

BIDANG
BIDANG PENCEGAHAN BIDANG REHABILITASI
KEDARURATAN DAN
DAN KESIAPSIAGAAN DAN REKONSTRUKSI
LOGISTIK

SEKSI SEKSI
SEKSI PENCEGAHAN
KEDARURATAN REHABILITASI

SEKSI SEKSI
SEKSI LOGISTIK
KESIAPSIAGAAN REKONSTRUKSI

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh merupakan pejabat yang diangkat


dan diberhentikan oleh Gubernur, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Gubernur Aceh. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Kepala Badan Penanggulangan
Bencana Aceh membawahi unsur pengarah dan unsur pelaksana. Anggota unsur pengarah
terdiri dari unsur instansi pemerintah dan unsur masyarakat profesional/pakar yang jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Anggota unsur pengarah dari masyarakat profesional ditetapkan
berdasarkan prosedur pemilihan dan seleksi. Berikut ini tabel komposisi ASN sesuai dengan
Kualifikasi Pendidikan, golongan dan Jabatan Struktural.

3
BAB II
PERENCANAAN KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1 Rencana Strategis


Perencanaan strategis merupakan merupakan suatu proses yang berorientasi pada
hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun secara
sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungan potensi, peluang dan kendala
yang ada atau yang mungkin timbul, yang menghasilkan suatu rencana strategis instansi
pemerintah, yang setidaknya memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan dan
program serta ukuran keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaannya pada upaya
peningkatan akuntabilitas kinerja.
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi BPBA harus dijiwai dengan semangat dan
komitmen melakukan pelayanan penanggulangan bencana yang berbasis pada hasil dan
berorientasi pada kinerja. Untuk mewujudkan hal tersebut telah ditetapkan Visi dan Misi
BPBA yang merupakan panduan/acuan dalam menjalankan tugas dan fungsi. Visi dan Misi
tersebut selanjutnya dijabarkan dalam tujuan yang lebih terarah dan operasional berupa
perumusan tujuan strategis organisasi (strategic gola).
Dalam pelaksanaannya, Rencana strategis BPBA 2017 - 2022 telah mengalami
revisi yang disesuaikan dengan ketersediaan anggaran dalam Dokumen Pelaksanaan
Anggaran tahunan. Demikian juga Indikatir Kinerja Utama (IKU) yang digunakan dalam
pengukuran kinerja dan pengendaliaan pelaksanaan program dan kegiatan.
Visi Pemerintah Aceh periode 2017 - 2022 yaitu Terwujudnya Aceh Yang Damai
dan Sejahtera Melalui Pemerintahan Yang Bersih, Adil dan Melayani. Keterkaitan antara
visi tersebut dengan tugas pokok dan fungsi BPBA dalam menyelenggarakan pelayanan
penanggulangan bencana ditemukan dalam misi ke-10 (sepuluh) yaitu Pembangunan dan
Peningkatan Kualitas Infrastruktur Terintegrasi, dan Lingkungan Yang Berkelanjutan.

Visi :
“Terwujudnya Aceh Yang Damai dan Sejahtera Melalui Pemerintahan Yang
Bersih, Adil dan Melayani”

Sejalan dengan visi BPBA maka diperlukan rumusan mengenai upaya-upaya yang
akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi yang mencerminkan apa yang akan dapat
dicapai dan bagaimana mencapainya dalam periode tertentu, beserta ukuran-ukuran
pencapaiannya. Misi yang dirumuskan menggambarkan tindakan atau upaya sesuai dengan
tugas dan fungsi BPBA. Selanjutnya misi diharapkan dapat menjadi pedoman untuk
4
mencapai tujuan, sasaran, strategi, kebijakan dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
BPBA.

Misi:
Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Infrastruktur Terintegrasi, dan
Lingkungan Yang Berkelanjutan.

Tujuan atau kondisi yang ingin diwujudkan oleh BPBA pada lima tahun
mendatang menggambarkan hasil-hasil serta manfaat yang akan diberikan oleh BPBA.
Dengan berdasarkan pada hasil analisis lingkungan internal dan eksternal, maka BPBA
merumuskan tujuan strategis sebagai berikut :

T U J U A N:
1. Meningkatkan Tatakelola Kebencanaan dengan indikator Indeks Risiko
Bencana
2. Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam Pembangunan

Indikator :
1. Indeks Risiko Bencana
2. Rasio Kapasitas Ketahanan Daerah Terhadap Bencana

Tujuan/sasaran dan indikator tersebut dalam rentang waktu 2017 sampai dengan
2022 ditargetkan dapat diwujudkan dalam bentuk meningkatnya kapasitas ketahanan
Pemerintah Aceh dalam menghadapi bencana dan menurunnya indek risiko bencana Aceh.
Kinerja program dan kegiatan penanggulangan bencana yang merupakan wujud
pencapaian visi, misi serta program kerja gubernur dan Wakil Gubernur Aceh periode 2017
-2022 tidak mungkin terlepas dari berbagai faktor penghambat dan pendorong. Berikut ini
adalah Indeks Risiko Bencana yaitu :
TABEL 2.1
Indeks Risiko Bencana 2018 - 2022
Target Tahun Ke -
2018 2019 2020 2021 2022
140/sedang 137,5/sedang 135/sedang 132,5/sedang 130/sedang
Sumber : Renstra BPBA 2017 -2022

5
TABEL 2.2
RASIO KAPASITAS KETAHANAN DAERAH TERHADAP BENCANA 2018-2022
Target Tahun Ke -
2018 2019 2020 2021 2022
0,35/rendah 0,55/sedang 0,65/sedang 0,75/sedang 0,80/tinggi

Sumber : Renstra BPBA 2017 -2022

Visi dan misi Pemerintah Aceh tersebut telah sejalan dengan arah kebijakan
pelaksanaan Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Kebencanaan yang merupakan salah
satu prioritas pembangunan Aceh periode 2017 – 2022 yang tertuang dalam Rancangan
Qanun Aceh Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh Tahun 2017 – 2022.
Berdasarkan Rencana Pembanunna Jangka Menengah Aceh (RPJMA) Tahun 2017 – 2022
tersebut pelayanan penanggulangan bencana menjadi tugas BPBA.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 35 Tahun 2016 tentang Indikator


Kinerja Utama Pemerintah Aceh, Satuan Kerja Perangka Aceh dan Biro di Lingkungan
Pemerintah Aceh, di bawah ini merupakan Indikator Kinerja Utama Badan
Penanggulangan Bencana Aceh.

2.2 Indikator Kinerja Utama


TABEL 2.3
Indikator Kinerja Utama (IKU) BPBA

SASARAN Target
No. INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN
STRATEGIS
2019 2020
(1) (2) (3) (4) (9)

1. Menurunnya Persentase Sekolah SLTA/ % 30 35


Risiko Bencana SMK/ SLB Siaga Bencana

Persentase Peran Aktif % 35 40

Masyarakat dalam Simulasi/


Drill Bencana
Indeks waktu respon % 90 90

terhadap darurat bencana


Persentase Kabupaten/Kota % 100 100

penerima bantuan logistik


dan peralatan darurat
bencana pada masa tanggap
darurat
Persentase Penyelesaian % 100 100
Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Pasca
Bencana

6
2.3 Perjanjian Kinerja Tahun 2020
Perjanjian kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang
merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam
rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelola.
Tujuan khusus penetapan kinerja antara lain adalah untuk: (1) meningkatkan akuntabilitas,
transparansi, dan kinerja aparatur; (2) sebagai wujud nyata komitmen antara penerima
amanah dengan pemberi amanah; (3) sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; (4) menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar
evaluasi kinerja aparatur; dan (5) sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan
sanksi.
Perjanjian Kinerja BPBA Tahun Anggaran 2020 dapat dilihat tabel dibawah ini.
TABEL 2.4
Perjanjian Kinerja Tahun 2020

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target


(1) (2) (3) (4)

1. Meningkatnya Tatakelola - Indeks Risiko Bencana 135 /


Kebencanaan sedang

2. Pengarusutamaan Pengurangan - Rasio Kapasitas Ketahanan 0,65 /


Risiko Bencana Dalam Daerah Terhadap Bencana sedang
Pembangunan

7
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

3.1.Capaian Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Aceh


Pengukuran kinerja Badan Penanggulangan Bencana Aceh Tahun 2020 dilakukan
dengan cara membandingkan antara target (rencana) dan realisasi Indikator Kinerja. Indikator
kinerja tersebut merupakan Indikator yang telah ditetapkan targetnya pada dokumen Perjanjian
Kinerja (PK) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh Tahun 2020. Capaian
realisasi indeks risiko bencana Provinsi Aceh tahun 2020 adalah nilai rata-rata indeks risiko
bencana Kabupaten/Kota yang diperoleh dari hasil penilaian ketahanan daerah yang secara
langsung berdampak pada penurunan indeks risiko bencana. Penilaian ketahanan deerah yang
dilakukan terdiri dari 71 indikator yang telah disepakati dalam mewujudkan Kab/kota tangguh
bencana yang berkorelasi dalam penurunan indeks risiko bencana.

3.1.1 Perbandingan Target Kinerja dan Realisasi Kinerja BPBA

Capaian Indikator Kinerja sebagai tolok ukur pencapaian target kinerja dari Badan
Penanggulangan Bencana Aceh pada Tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel. 3.1
Capaian Kinerja BPBA Tahun 2020

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %


1 Meningkatnya Tatakelola Indeks Risiko Bencana 135/Sedang 139/Sedang 97,1%
Kebencanaan
2 Pengarusutamaan Pengurangan Rasio Kapasitas Ketahanan 0.65/Sedang 0.63/sedang 96,9%
Risiko Bencana dalam Daerah terhadap Bencana
Pembangunan

Capaian kinerja BPBA dengan indikator kinerja Indeks Risiko Bencana direaliasasikan
sebesar 139,1/sedang dengan tingkat capaian 97,1% dan Rasio Kapasitas Ketahanan Daerah
terhadap bencana yang direpresentasikan dengan nilai IKD teraliasasi dengan indeks
0.63/sedang atau presentasi tingkat capaian sebesar 96,9 persen. Hal ini meningkat dari capaian
kienrja tahun lalu yaitu untuk Indeks Risiko Bencana (IRB) sebesar 156/sedang dan Indeks
Kapasitas Daerah (IKD) sebesar 0,35/Sedang. Hal tersebut dapat digambarkan pada tabel
dibawah ini:

8
Tabel. 3.2
Capaian Kinerja BPBA Tahun 2020 dibandingkan Tahun Sebelumnya
2019 2020
Indikator Kinerja
Target Realisasi Target Realisasi
Indeks Risiko Bencana 137,5/Sedang 156/Sedang 135/Sedang 139/Sedang

Rasio Kapasitas Ketahanan 0.55/Sedang 0.35/Sedang 0.65/Sedang 0.63/Sedang


Daerah terhadap Bencana
Jika dibandingkan dengan capaian kinerja pada tahun 2019, terdapat peningkatan kinerja pada
kedua indikator kinerja. Perbandingan capaian kinerja dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.1.
Perbandingan Capaian Kinerja BPBA 2019 dan 2020
97.12% 96.92%
88.14% 90.91%
100.00%

80.00%

60.00%

40.00%

20.00%

0.00%
Indikator Kinerja 1 Indikator Kinerja 2

Realisasi 2019 Realisasi 2020

3.1.2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja Tahun 2020 dengan
Beberapa Tahun Terakhir

Dalam periode RPJMA Tahun 2017-2022, BPBA mempunyai sasaran yang harus
dicapai yaitu “Meningkatnya Tatakelola Kebencanaan dan Pengarustamaan
Pengurangan Risiko Bencana dalam Pembangunan”. Untuk mencapai hal tersebut, BPBA
melaksanakan pelayanan penanggulangan bencana dan peningkatan kapasitas penanggulangan
bencana dengan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah
kabupaten/kota dan masyarakat serta lembaga usaha. Untuk mengetahui penurunan indeks
risiko bencana, dilakukan pengukuran indeks risiko bencana pada 23 kabupaten/kota dengan
menggunakan perangkat penilaian indeks kapasitas daerah. Pada tahun 2020, hasil pengukuran
capaian penurunan Indeks Risiko Bencana Aceh diperoleh sebesar 139, atau berada di kelas

9
risiko sedang. Secara lengkap, rekapitulasi hasil pengukuran penurunan Indeks Risiko Bencana
periode tahun 2015-2020 adalah sebagai berikut :

Tabel. 3.3
Pengukuran Indeks Risiko Bencana Tahun 2015-2020
TAHUN
Kabupaten/Kota
2015 2016 2017 2018 2019 2020
IRB Kelas IRB Kelas IRB Kelas IRB Kelas IRB Kelas IRB Kelas
1 Simeulue 162 Tinggi 162 Tinggi 162 Tinggi 162 Tinggi 162 Tinggi 162.0 Tinggi
2 Aceh Singkil 178 Tinggi 178 Tinggi 178 Tinggi 178 Tinggi 178 Tinggi 178.0 Tinggi
3 Aceh Selatan 171.2 Tinggi 171.2 Tinggi 171.2 Tinggi 171.2 Tinggi 171.2 Tinggi 171.2 Tinggi
4 Aceh Tenggara 131.19 Sedang 131.19 Sedang 131.19 Sedang 131.19 Sedang 131.19 Sedang 90.0 Sedang
5 Aceh Timur 188.8 Tinggi 188.8 Tinggi 188.8 Tinggi 188.8 Tinggi 188.8 Tinggi 148.5 Tinggi
6 Aceh Tengah 124.8 Sedang 124.8 Sedang 124.8 Sedang 124.8 Sedang 124.8 Sedang 124.8 Sedang
7 Aceh Barat 203.2 Tinggi 203.2 Tinggi 203.2 Tinggi 203.2 Tinggi 203.2 Tinggi 172.5 Tinggi
8 Aceh Besar 211.2 Tinggi 211.2 Tinggi 211.2 Tinggi 211.2 Tinggi 211.2 Tinggi 179.3 Tinggi
9 Pidie 163.19 Tinggi 163.19 Tinggi 163.19 Tinggi 163.19 Tinggi 163.19 Tinggi 163.2 Tinggi
10 Bireuen 168 Tinggi 168 Tinggi 168 Tinggi 168 Tinggi 168 Tinggi 168.0 Tinggi
11 Aceh Utara 175.2 Tinggi 175.2 Tinggi 175.2 Tinggi 175.2 Tinggi 175.2 Tinggi 175.2 Tinggi
12 Aceh Barat Daya 183.2 Tinggi 183.2 Tinggi 183.2 Tinggi 183.2 Tinggi 183.2 Tinggi 183.2 Tinggi
13 Gayo Lues 107.2 Sedang 107.2 Sedang 107.2 Sedang 107.2 Sedang 107.2 Sedang 107.2 Sedang
14 Aceh Tamiang 155.19 Tinggi 155.19 Tinggi 155.19 Tinggi 155.19 Tinggi 155.19 Tinggi 151.7 Tinggi
15 Nagan Raya 203.2 Tinggi 203.2 Tinggi 203.2 Tinggi 203.2 Tinggi 203.2 Tinggi 172.5 Tinggi
16 Aceh Jaya 197.6 Tinggi 197.6 Tinggi 197.6 Tinggi 197.6 Tinggi 197.6 Tinggi 115.9 Sedang
17 Bener Meriah 123.2 Sedang 123.2 Sedang 123.2 Sedang 123.2 Sedang 123.2 Sedang 123.2 Sedang
18 Pidie jaya 137.6 Sedang 137.6 Sedang 137.6 Sedang 137.6 Sedang 137.6 Sedang 137.6 Sedang
19 Banda Aceh 167.2 Tinggi 167.2 Tinggi 145.82 Tinggi 130.86 Sedang 120.5 Sedang 66.6 Sedang
20 Sabang 125.6 Sedang 125.6 Sedang 125.6 Sedang 125.6 Sedang 125.6 Sedang 62.3 Sedang
21 Langsa 143.19 Sedang 143.19 Sedang 143.19 Sedang 143.19 Sedang 143.19 Sedang 121.6 Sedang
22 Lhokseumawe 175.2 Tinggi 142.77 Sedang 136.92 Sedang 130.1 Sedang 130.1 Sedang 130.1 Sedang
23 Subulussalam 95.2 Sedang 95.2 Sedang 95.2 Sedang 95.2 Sedang 95.2 Sedang 95.2 Sedang
24 Aceh
JUMLAH 3690.36 3657.93 3630.7 3608.92 3598.56 3199.7
RATA-RATA 160.5 159.0 157.86 156.9 156.5 139.1

Capaian Indeks Risiko Bencana (IRB) Aceh Tahun 2020 adalah 139.1/Sedang,
dengan presentase capaian sebesar 96,69 %. Untuk perhitungan Indeks Risiko Bencananya
(IRB) dihitung dari Tingkat Kerentanan suatu daerah dibagi dengan Kapasitas Daerah tersebut
(Bencana = Kerentanan/Kapasitas). Dengan kata lain, untuk menurunkan Indeks Risiko
Bencana (IRB) Aceh dilakukan dengan meningkatkan Indeks Kapasitas Daerah (IKD).
R=HxV, Bencana = Ancaman (Hazard) x Kerentanan (Vulnerability)
C Kapasitas (Capacity)

Bahaya/Ancaman (hazard) dihitung berdasarkan rata-rata dari tingkat bahaya berupa


data frekuensi dan magnitude dari bahaya alam seperti banjir, longsor, gempa bumi, tsunami, dan
lain-lain. Kerentanan (vulnerability) diamati berdasarkan parameter sosial budaya, ekonomi,
fisik dan lingkungan. Untuk data tentang Kapasitas (Capacity) kemampuan dilakukan dengan
menggunakan metoda penilaian kapasitas berdasarkan parameter kapasitas regulasi,
kelembagaan, sistem peringatan, pendidikan pelatihan keterampilan, mitigasi dan sistem
kesiapsiagaan.
10
IKD sendiri adalah instrumen untuk mengukur kapasitas daerah dengan asumsi bahwa
bahaya atau ancaman bencana dan kerentanan di daerah tersebut kondisinya tetap. Tiga hal
tersebut, yaitu indeks kapasitas, kerentanan, dan ancaman bencana adalah komponen
penyusun IRBI. Dari IKD, maka setiap kabupaten/kota mampu mengetahui apa saja upaya yang
sudah dilakukan dan langkah tindak lanjut yang perlu dilakukan dalam Penilaian IRBI. Oleh
karenanya, dengan IKD yang mengukur kapasitas suatu daerah dapat dilakukan monitoring dan
evaluasi naik dan turunnya IRBI di daerah tertentu. Dari IKD, maka setiap kab/kota mampu
mengetahui apa saja upaya yang sudah dilakukan dan langkah tindak lanjut yang perlu
dilakukan untuk menurunkan risiko. Adapun 71 indikator untuk menghitung IKD tersebut
yaitu :

Tabel 3.4 Indikator dalam Penilaian Indeks Kapasitas Daerah


No INDIKATOR
1. Peraturan Daerah Tentang Penanggulangan Bencana
2. Pembentukan BPBD
3. Pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
4. Peraturan tentang Penyebaran Informasi Kebencanaan
5. Kebijakan Daerah Tentang Rencana Penanggulangan Bencana (RPB)
6. Peraturan Daerah tentang tata Ruang Berbasis PRB
7. Lembaga Badan penanggulangN bencana daerah
8. Lembaga Forum Pengurangan Risiko Bencana
9. Komitmen DPRD terhadap PRB
10. Peta Bahaya dan Kajiannya untuk seluruh bahaya yang ada
11. Peta Kerentanan dan Kajiannya untuk seluruh bahaya yang ada di daerah
12. Peta Kapasitas dan Kajiannya
13. Rencana Penanggulangan Bencana
14. Sarana Penyempaian Informasi Kebencanaan yang Menjangkau Langsung Masyarakat
15. Sosialisasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana pada Tiap – Tiap Kecamatan di Wilayahnya
16. Komunikasi Bencana Lintas Lembaga Minimal Beranggotakan Lembaga-lembaga dari Sektor
Pemerintah, Masyarkat maupun dunia Usaha
17. Pusdalops Penanggulangan Bencana dengan Fasilitas Minimal Mampu Memberikan respon
Efektif untuk pelaksanaan Peringatan Dini dan Penanganan Masa Krisis
18. Sistem Pendataan Bencana yang terhubung dengan system pendataan bencana nasional
19. Pelatihan Sertifikasi Penggunaan Peralatan PB
20. Penyelenggaraan Latihan (Gladi Kesiapsiagaan)
21. Kajian kebutuhan Peralatan dan Logistik Kebencanaan
22. Pengadaan kebutuhan peralatan dan logistic kebencanaan
23. Penyimpanan/pergudangan logistic PB
24. Pemeliharaan peralatan dan Suply Chain Logistik yang diselenggarakan secara periodic

11
25. Tersedianya energy listrik untuk kebutuhan darurat
26. Kemampuan pemenuhan pangan daerah untuk kebutuhan darurat
27. Penataan ruang berbasis PRB
28. Informasi Penataan Ruang yang Mudah Diakses Publik
29. Sekolah dan Madrasah Aman Bencana
30. Rumah Sakit AMan Bencana dan Puskesmas Aman Bencana
31. Desa Tangguh Bencana
32. Penerapan resapan air untuk peningkatan Efektifitas Pencegahan dan Mitigasi bencana Banjir
33. Perlindungan Daerah Tangkapan Air
34. Restorasi Sungai
35. Penguatan Lereng
36. Penegakan Hukum Peningkatan Efektivitas Pencegahan Mitigasi Bencana Kebakaran Lahan
Dan Hutan
37. Optimalisasi Pemanfaatan Air Permukaan
38. Pemantauan Berkala Hulu Sungai
39. Penerapan Bangunan Tahan gempa Bumi
40. Tanaman dan/Atau Bangunan penahan gelombang tsunami
41. Revitalisasi Tanggul, Embung, Waduk dan Taman Kota
42. Restorasi Lahan Gambut
43. Konservasi Vegetatif Rawan Longsor
44. Perkuatan Rencana Kontijensi Gempa Bumi
45. Perkuatan Rencana Kontijensi Tsunami
46. Sistem Peringatan Dini Bencana Tsunami
47. Rencana Evakuasi Bencana Tsunami
48. Rencana Kontijensi Banjir
49. Sistem Peringatan Dini Bencana Banjir
50. Rencana Kontijensi Tanah Longsor
51. Sistem Peringatan Dini Bencana Tanah Longsor
52. Rencana Kontijensi Kebakaran Hutan dan Lahan
53. Sistem Peringatan Dini Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan
54. Rencana Kontijensi Erupsi Gunung Api
55. Sistem Peringatan Dini Bencana Erupsi Gunung Api
56. Infrastruktur Evakuasi Bencana Gunung Api
57. Rencana Kontijensi Kekeringan
58. Sistem Peringatan Dini Bencana Kekeringan
59. Rencana Kontijensi Banjir Bandang
60. Sistem Peringatan Dini Bencana Banjir Bandang
61. Penentuan Status Tanggap Darurat
62. Penerapan Sistem Komamdo Operasi Darurat
63. Pengerahan Tim Kaji Cepat ke Lokasi Bencana

12
64. Pengerahan Tim Penyelamatan dan Pertolongan Korban
65. Perbaikan Darurat
66. Pengeraahan Bantuan Pada Masyarakat Terjauh
67. Penghentian Status Tanggap Darurat Bencana
68. Pemulihan Pelayanan Dasar Pemerintah
69. Pemulihan Infrastruktur Penting
70. Perbaikan Rumah Penduduk
71. Pemulihan Penghidupan Masyarakat

Strategi untuk meningkatkan Indeks Kapasitas Daerah di Kabupaten/Kota antara lain:


1. Penguatan Kebijakan dan Kelembagaan – 6 %
▪ Kebijakan: Perda Penanggulangan Bencana, Pebentukan BPBD, Rencana
Penanggulangan Bencana (RPB), Forum Pengurangan Risiko Bencana, Info PB,
Tataruang berbasis Penanggulangan Bencana.
▪ Kelembagaan: BPBD, Forum PRB

2. Pengkajian Risiko dan Perencanaan Terpadu – 6 %


▪ Peta Risiko Bencana, Rencana Penanggulangan Bencana
3. Pengembangan Sistem Informasi, Diklat dan Logistik – 7,5 %
▪ Informasi: Sarana Penyampaian, Pusdalops, Sosialisasi, Bulan Prb, Dibi
▪ Diklat: Pelatihan Pb Per Tahun, Gladi Pb Per Ancaman
▪ Logistik: Manajemen Logistik Peralatan
4. Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana – 10,5 %
▪ Tataruang berbasis PB, Sekolah/Madrasah Aman Bencana, Rumah sakit/puskesmas
Aman Bencana, Desa Tangguh Bencana
5. Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana – 21 %
▪ Pencegahan: Gerakan PRB, Penegakan Hukum, Restorasi Lahan Gambut.
▪ Mitigasi: Bangunan Tahan Gempabumi, Bangunan Break water tsunami dan gelombang
ektrem, revitalisasi tanggul/embung/taman kota.
6. Perkuatan Kesiapsiagaan dan Penanganan Darurat Bencana – 35 %
▪ KESIAPSIAGAAN: Rencana Kontijensi per ancaman, Sistem Peringatan Dini per
ancaman, Rencana evakuasi per ancaman, jalur dan tempat evakuasi sementara.
▪ PENANGANAN DARURAT: Penentuan status tanggap darurat, sistem komando
operasi tanggap darurat, kaji cepat bencana, penyelamatan dan pertilongan korban
(SAR), perbaikan darurat, bantuan masyarakat terjauh.
7. Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana – 14 %

13
▪ Pelayanan dasar pemerintah, pemulihan infrastruktur penting, perbaikan rumah
penduduk, pemulihan livelihood.

Gambar 3.2.
Strategi Peningkatan Indeks Kapasitas di Kabupaten/Kota

3.1.3. Perbandingan Capaian Kinerja dengan Target RPJM

Pada tahun 2020 kedua indikator kinerja telah dicapai dengan rata-rata persentase
tingkat capaian sebesar 97%. Capaian indeks risiko bencana tahun 2020 terhadap capaian target
RPJMA tahun 2022 sebesar 93.5%, perbandingan capaian kinerja tahun 2020 dengan target
jangka menengah dapat dilihat pada tabel berikut :

14
Tabel 3.5
Perbandingan Capaian Kinerja BPBA dangan RPJMA

Realiasasi capaian kinerja BPBA dengan indikator Pengurangan Indeks Risiko Bencana
tercapai dengan indeks 139,1/sedang. Hal ini dapat dikatakan, tingkat capaian di tahun 2020
sebesar 97 %. Sedangkan persentase capaian terhadap target RPJMA untuk Penurunan Indeks
Risiko Bencana yaitu sebesar 93,5%, dan Peningkatan Indeks Kapasitas Daerah telah tercapai
78.8% dari target RPJMA.

Pengukuran tingkat capaian kinerja BPBA dilakukan dengan cara membandingkan


antara target capaian sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) Tahun
Anggaran 2020 antara Kepala Pelaksana BPBA dengan Gubernur Aceh. Secara keseluruhan
Target capaiannya sebesar 96.9 % yang dihitung berdasarkan persentase rata-rata capaian
sasaran strategis. Dari dua sasaran strategis dan dua indikator kinerja yang ditetapkan dalam
PK T.A 2020 seluruhnya tingkat capaiannya mencapai 97%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tingkat capainnya kurang dari 100%. Sasaran dinyatakan berhasil jika capaiannya ≥ 75%
dari target yang ditetapkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa BPBA BERHASIL
menyelenggarakan pelayanan penanggulangan bencana pada T.A 2020.

3.1.4 Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2020 dengan Standar Nasional

Realiasasi Kinerja BPBA dengan indikator utama Penurunan Indeks Risiko Bencana
sebesar 139,1/Sedang. Hal lebih tinggi dibanding Indeks Risiko Bencana Rata-rata Nasional
Tahun 2019 sebesar 143,6 atau 144/Sedang. Data Indeks Risiko Bencana Rata-rata Nasional
Tahun 2020 sampai saat dilaporkannya Laporan Kinerja ini belum dikeluarkan oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sehingga untuk tahun 2020 realisasi kinerja
BPBA belum bisa dibandingkan dengan standar nasional.

15
3.1.5. Prestasi Daerah/Penghargaan

Badan Penanggulangan Bencana Aceh pada Tahun 2020 telah diberikan penghargaan dari
BNPB dan dari Panglima Komando Operasi TNI AU, dapat dilihat dalam table berikut:

Tabel 3.6 Penghargaan yang diperoleh Tahun 2020

Prestasi/Penghargaan yang Diperoleh Tahun 2020


1 “Piagam Penghargaan sebagai fasilitator “Pemberi Penghargaan : Bidang Koordinasi Relawan
kegiatan Pelatihan Relawan dalam Satuan Tugas COVID-19 BNPB”.
Penanganan COVID-19”
2 “Piagam Penghargaan atas Partisipasi dalam “Pemberi Penghargaan : Panglima Komando Operasi TNI
rangka Kegiatan Latihan Antar Satuan AU I”
Koopsau I Jalak Sakti 2020”

3.1.6 Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan Kinerja

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan kinerja BPBA yaitu, sumber daya
manusia yang memadai dan dikerahkan secara maksimal walaupun dukungan anggaran yang
diberikan tidak seperti tahun sebelumnya disebabkan adanya isu global yaitu Penyebaran
Corona Virus Desease (Covid-19), yang menyebabkan prioritas anggaran lebih besar untuk
penanganan penyebaran Covid-19 baik pemenuhan kebutuhan bidang kesehatan maupun social
safety net. Faktor penyebab masih belum tercapainya target kinerja antara lain (1) Belum semua
pemerintah daerah mempunyai pemahaman untuk memprioritaskan program penanggulangan
bencana, padahal urusan bencana adalah Urusan Wajib. Akibatnya anggaran penanggulangan
bencana di daerah masih sangat kecil sehingga BPBD Kabupaten/Kota sulit dan menjadi lambat
untuk memenuhi indikator-indikator yang ditetapkan tersebut. (2) Penilaian Indeks Kapasitas
Daerah di masing-masing kabupaten tidak semuanya dilakukan secara mandiri tiap tahunnya.
Namun dibandingkan tahun 2019, tahun 2020 lebih banyak kabupaten/kota yang melakukan
penilaian. Penilaian Indeks Risiko Bencana itu sendiri dilakukan bersama-sama antara BPBD,
Bappeda, serta Instansi terkait indikator di atas seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pengairan,
Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

3.1.7. Analisis Atas Efesiensi Atas Penggunaan Sumber Daya

Meski anggaran Tahun 2020 yang diberikan minimal untuk khusunya untuk peningkatan
kapasitas aparatur serta masyarakat, namun dukungan Sumber Daya Manusia dan anggaran
yang ada cukup memberi dorongan keberhasilan pencapaian target kinerja. Dalam pencapaiaan
kinerja penanggulangan bencana, BPBA telah memaksimalkan sumebr daya yang ada baik pada
saat penanganan darurat bencana maupun pasca bencana, juga memeksimalkan anggaran yang
ada untuk pencegahan dan mitigasi dengan melakukan sosialisasi untuk meningkatkan

16
pemahaman masyarakat untuk meminimalisir dampak bencana, seperti sosialisasi melalui
media cetak, maupun elektronik. Pemberian bantuan logistic baik berupa sandang pangan dan
papan untuk korban bencana, serta pelatihan yang dilaksanakan BPBA memberikan pengaruh
yang cukup banyak keberhasilan pencapaian target kinerja.

3.1.7.1 Sumber Daya Manusia


Keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi BPBA sebagaimana tersebut di atas, sangat
dipengaruhi oleh faktor kunci berupa dukungan sumberdaya manusia dan perlengkapan
peralatan kerja. Jumlah tenaga/pegawai BPBA per 31 Desember 2020, baik yang terdiri dari
Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun tenaga kontrak adalah 108 orang. Dengan sebaran 45
orang PNS dan 63 orang NON PNS.

TABEL 3.7
Sebaran Pegawai Badan Penanggulangan Bencana Aceh
Berdasarkan Status Kepegawaian Dan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
No. PEGAWAI Jumlah
Laki-Laki Perempuan
A. Pegawai Negeri Sipil 34 11 45
1. Kepala Pelaksana 1 0 1
2. Sekretariat 11 8 19
3. Bidang Kesiapsiagaan 6 3 9
4. Bidang Kedaruratan dan Logistik 9 0 9
5. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi 7 0 7
B. Pegawai Kontrak
6. Tenaga Kontrak 41 22 63
Total 73 33 108

Sebaran ASN pada BPBA dilihat dari golongan/pangkat dapat dijelaskan sebagai
berukut: 27 orang (61 %) golongan III, 12 orang (27 %) golongan IV dan sisanya 5 orang (12
%) golongan II.

TABEL 3.8
Jumlah Aparatur Sipil Negara BPBA Berdasarkan Golongan/Kepangkatan
GOLONGAN
No. PEGAWAI JUMLAH
II III IV
1. Kepala Pelaksana - - 1 1
2. Sekretariat 2 11 6 19
3. Bidang Kesiapsiagaan 0 6 3 9

17
4. Bidang Kedaruratan dan 3 4 2 9
Logistik
5. Bidang Rehabilitasi dan 5 2 7
Rekonstruksi
TOTAL 5 26 14 45

Pegawai BPBA baik ASN maupun tenaga kontrak sebahagian 55 orang (51,0%)
berpendidikan SMU dan Diploma III, 32 orang (30 %) berpendidikan sarjana (S-1), sisanya 21
orang (19%) berpendidikan Pasca sarjana. ASN BPBA baik yang berpendidikan Sarjana
maupun Pasca Sarjana tersebar pada berbagai macam konsentrasi ilmu.

TABEL 3.9
Jumlah Pegawai BPBA Berdasarkan Pendidikan
PENDIDIKAN
No. PEGAWAI
S M U/D3 S-1 S-2 JML
1. Kepala Pelaksana 1 1
2. Sekretariat 2 10 7 19
3. Bidang Kesiapsiagaan 3 0 6 9
4. Bidang Kedaruratan dan 3 4 2 9
Logistik
5. Bidang Rehabilitasi dan 1 3 4 8
Rekonstruksi
6. Tenaga Kontrak 46 15 1 62
TOTAL 55 32 21 108

Disamping pendidikan formal sebagaimana disajikan pada tabel di atas, pegawai BPBA
juga mengikuti pendidikan/pelatihan non formal guna meningkatkan kompetensi dasar dalam
melaksanakan pelayanan penanggulangan bencana.

3.1.7.2 Aset

Aset BPBA diperoleh dari hibah Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan hasil
pengadaan yang didanai sepenuhnya oleh Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) sejak
tahun 2010 sampai dengan tahun 2019.Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset
adalah potensi dari aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak
langsung, dalam bentuk arus kas dan setara kas kepada SKPA BPBA guna menunjang
tercapainya kinerja pelayanan penanggulangan bencana sesuai dengan standar dan kriteria yang
berlaku.

18
3.1.7.3. Faktor Penghambat

Artinya dari keseluruhan 23 kab/kota belum seluruhnya atau paling tidak belum banyak
memenuhi ke-71 indikator tersebut. Beberapa faktor penghambat antara lain Belum adanya
pemahaman pemerintah daerah dan DPRK akan prioritas program penanggulangan bencana,
padahal Urusan Bencana adalah Urusan Wajib, Sehingga di beberapa daerah, Penganggaran
belum memprioritaskan Program Penanggulangan Bencana, Akibatnya Penguatan
Kelembagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah masih berjalan lambat.

3.1.8 Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Keberhasilan/Kegagalan


Secara umum capaian kinerja program Penanggulangan Bencana menunjukan adanya
perkembangan yang signifikan dari tahun ke tahun, meskipun masih memerlukan kerja keras
dan perhatian tidak hanya dari BPBA, namun juga komitmen dari para pihak lainnya terutama
Tim Anggaran Pemerintah Aceh (TAPA) untuk mengalokasikan anggaran dalam jumlah yang
memadai sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Tabel berikut menjelaskan capaian kinerja
Program Penanggulangan Bencana yang merupakan program spesifik pada Badan
Penanggulangan Bencana Aceh Tahun 2020.
Tabel 3.10
Capaian Kinerja Program Penanggulangan Bencana
KOND Realisasi
Target
INDIKATOR ISI Target Realisasi
NO TUJUAN SASARAN Capaian
KINERJA BPBA AWA 2019 2020 2020 2020
L

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

I Meningkatka Pengarusutamaan Penanggulangan 160 156.9 139 135 139 97%


n Tatakelola Pengurangan Bencana (Index
Kebencanaan Risiko Bencana Risiko Bencana)

Indek Kapasitas 0.33 0.35 0.50 0.55/ 0.50/


Daerah Renda Rendah Sedang
Sedang Sedang
h
Peraturan Daerah
tentang 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 100%
Penanggula-ngan
Bencana (Qanun)
Pembentukan 24 24
BPBD (Prop dan 24 Unit 24 Unit 24 Unit 100%
Unit Unit
Kab/kota)
Peraturan tentang
pembentukan 0 Dok 1 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok
Forum PRB
(Qanun)
Peraturan tentang
penyebaran
informasi 0 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok
kebencanaan
(Pergub)
Rencana
Penanggulangan 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
Bencana
(Pergub)

19
KOND Realisasi
Target
INDIKATOR ISI Target Realisasi
NO TUJUAN SASARAN Capaian
KINERJA BPBA AWA 2019 2020 2020 2020
L
Peraturan Daerah
tentang Tataruang 24 Dok 24 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok
Berbasis PRB
Lembaga Forum
13 15
Pengurangan 13 Unit 15 Unit 15 Unit 100%
Risiko Bencana Unit Unit
(Unit)
Komitmen DPRD ada ada ada ada ada ada
terhadap PRB
Peta Bahaya dan
kajiannya untuk
seluruh bahaya 1 Dok 1 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok
yang ada di
daerah
Peta Kerentanan
dan kajiannya
untuk seluruh 1 Dok 1 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok
bahaya yang ada
di daerah
Peta Kapasitas
1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
dan kajiannya
Kesadaran
Masyarakat 45 % 70 % 75 % 80 % 85 % 88 %
Terhadap
Bencana
Sosialisasi
pencegahan dan
23 23
kesiapsiagaan 23 Unit 23 Unit 23 Unit 23 Unit
bencana pada Unit Unit
tiap-tiap
kabupaten/ko-ta
Pusdalops PB
dengan fasilitas
minimal mampu
memberikan
12
respon efektif 15 Unit 24 Unit 24 Unit 24 Unit 24 Unit
untuk Unit
pelaksanaan
peringatan dini
dan penanganan
masa krisis
Sistem pendataan
bencana yang 1
terhubung dengan 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem
Sistem
sistem pendataan
bencana nasional
Pelatihan dan
sertifikasi 2 Kali 2 Kali 0 Kali 0 Kali 0 Kali 2 Kali
penggunaan
peralatan PB
Penyelenggaraan
Latihan (Geladi) 10 Kali 3 Kali 0 Kali 0 Kali 0 Kali 16 Kali
Kesiapsiagaan
Kajian kebutuhan
peralatan dan 0 Dok 2 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok 3 Dok
logistik
kebencanaan
Pengadaan
kebutuhan
peralatan dan 70 % 91 % 90 % 90% 90 % 95 %
logistik
kebencanaan
Penyimpanan/per
gudangan 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit
Logistik PB
II Penanganan
Darurat Bencana 100% 100% 100% 100% 100% 100%

20
KOND Realisasi
Target
INDIKATOR ISI Target Realisasi
NO TUJUAN SASARAN Capaian
KINERJA BPBA AWA 2019 2020 2020 2020
L
Tersedianya
energi listrik 100% 100% 100% 100% 100% 100%
untuk kebutuhan
darurat
Kemampuan
pemenuhan
pangan daerah 100% 100% 100% 100% 100% 100%
untuk kebutuhan
darurat
Informasi
penataan ruang 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem
yang mudah
diakses publik
III Sekolah dan
Madrasah Aman 19.1 % 24 % 24 % 24 % 24 % 30 %
Bencana
Rumah Sakit
Aman Bencana 3 Unit 3 Unit 0 Unit 0 Unit 0 Unit 4Unit
dan Puskesmas
Aman Bencana
Desa Tangguh
12 3 0 0 0 16
Bencana
Kab/Kot Kab/Kot Kab/Kot Kab/Kot Kab/Kot Kab/Kot

Penegakan
Hukum untuk
Peningkatan
1 1
Efektivitas 0 Kasus 0 Kasus 0 Kasus 4 Kasus
Pencegahan dan Kasus Kasus
Mitigasi Bencana
Kebakaran Lahan
dan Hutan
Penanganan
Rehabilitasidan 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Rekontruksi
Penerapan
Bangunan Tahan 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
Gempabumi
(Qanun)
Rencana
Kontijensi 1 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok 3 Dok
Gempabumi
Rencana
Kontijensi 5 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok 7 Dok
Tsunami
Rencana 1 Dok 1 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok 3 Dok
kontijensi banjir
Rencana
Kontijensi 0 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok 3 Dok
Kebakaran Lahan
dan Hutan
Rencana
kontijensi erupsi 1 Dok 1 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok 3 Dok
gunungapi
Rencana
kontijensi banjir 1 Dok 1 Dok 0 Dok 0 Dok 0 Dok 3 Dok
bandang
Penentuan Status 100% 100% 100 % 100% 100% 100%
Tanggap Darurat
Pengerahan Tim
Kaji Cepat ke 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
lokasi bencana
Pengerahan Tim
Penyelamatan 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
dan Pertolongan
Korban
Perbaikan 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Darurat

21
KOND Realisasi
Target
INDIKATOR ISI Target Realisasi
NO TUJUAN SASARAN Capaian
KINERJA BPBA AWA 2019 2020 2020 2020
L
Pengerahan
bantuan pada 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
masyarakat
terjauh
Pemulihan
pelayanan dasar 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
pemerintah
Pemulihan
infrastruktur 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
penting
Perbaikan rumah 100% 0% 0% 0% 0% 100%
penduduk
Pemulihan
Penghidupan 100% 81% 85 % 85% 85% 100%
masyarakat

Evaluasi dan analisa capaian kinerja BPBA sebagaimana telah ditetapkan, diuraikan
berdasarkan indikator sasaran pada masing-masing tujuan sebagai berikut:
Pelayanan penanggulangan bencana yang efektif dan efisien digambarkan pada
bagaimana layanan penanggulangan bencana yang tepat fungsi dan ukuran dengan memenuhi
tingkat kesesuaian dan harapan masyarakat. Dalam pelaksanaan tugas dan peran pembangunan
khususnya urusan penanggulangan bencana yang didelegasikan kepada beberapa bidang dalam
lingkup BPBA dinyatakan semakin efektif ditandai dengan layanan yang tepat sasaran baik
pada masa pra bencana, saat kejadian bencana dan pada saat setelah terjadinya
bencana.Sedangkan efisiensi pelaksanaan layanan digambarkan dalam sistem prosedur yang
baik dengan rasio sarana dan prasarana kerja yang proporsional.
Untuk mewujudkan tujuan pelayanan penanggulangan bencana yang terkoordinir
dengan dukungan fasilitas yang memenuhi standar dan tenaga yang terampil secara efektif,
efesien dan terukur dalam tahun 2020 telah ditetapkan sasaran strategis sebagai berikut:

1. Meningkatkan inisiatif dan kapasitas penyusunan Peraturan Penanggulangan Bencana


2. Pembentukan dan Pemberdayaan Forum Pengurangan RisikoBencana
3. Penyusunan Peraturan Penyebaran Informasi Kebencanaan
4. Implementasi Tataruang Berbasis Pengurangan RisikoBencana
5. Meningkatkan Komitmen DPRA Terhadap Pengurangan Risiko Bencana dengan arah
kebijakan
6. Menyusun dan Mengimplementasikan Peta Penanggulangan Bencana
7. Evaluasi dan Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
8. Perkuatan Sarana Penyampaian Informasi Kebencanaan Kepada Masyarakat
9. Sosialisasi pencegahan kesipasiagaan bencana pada tingkat kecamatan

22
10. Meningkatkan komunikasi bencana lintas lembaga, pemerintah, masyarakat dan dunia
usaha
11. Meningkat peran dan fungsi PUSDALOPS
12. Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi penggunaan peralatanPenanggulangan Bencana
13. Melaksanakanan kajian kebutuhan peralatan dan logistic kebencanaan
14. Meningkatkan manajemen pergudangan logistic penanggulangan bencana
15. Meningkatkan ketersediaan sandang, pangan dan sumberenergi untuk darurat
16. Meningkatkan Penataan Ruang Berbasis PRB
17. Meningkatkan Kapasitas Rumah Sakit, sekolah, Madrasah dan Fasilitas Pelayanan Publik
Lainnya Aman Bencana
18. Meningkatkan Kapasitas Desa Tangguh Bencana
19. Penerapan Bangunan Tahan Gempa Bumi
20. Rehabilitasi Tanggul, Embung, Waduk dan Taman Kota
21. Meningkatkan Rehabilitasi dan Rekontruksi Infrasuktrur danPelayanan Publik Pemerintah,
Rumah Penduduk danPenghidupan Masyarakat
22. Penyusunan Rencana Kontijensi Bencana
23. Peningkatan Sistem Peringatan Dini Bencana
24. Perkuatan Infrastruktur Evakuasi Bencana
25. Penerapan Sistem Komando Operasi Darurat
26. Meningkatkan Kapasitas Perbaikan Darurat
Dalam mencapai sasaran strategis Badan Penangulangan Bencana Aceh telah
melakukan kegiatan yang mendukung upaya peningkatan capaian tersebut yaitu :

1. Mewujudkan Koordinasi Penanggulangan Bencana.


Sesuai dengan Qanun Aceh Nomor 13 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Aceh. BPBA mempunyai tugas utama yaitu melaksanakan penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada wilayahnya. Dalam menjalankan tugas tersebut BPBA
melakukan fungsi selain pelaksanaan penanggulangan bencana secara terintegrasi dalam
tahapan pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana juga melakukan pengkoordinasian
pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.
Tahun 2020 menjadi tahun dengan tantangan yang sangat tinggi terutama terjadinya
penyebaran virus COVID-19, sehingga anggaran yang diterima Badan Penanggulangan
Bencana Aceh mengalami penurunan sebesar 73 persen dari Pagu awal yang ditetapkan. Selain
bencana non alam Penyebaran Virus Covid-19 faktor intensitas kejadian bencana yang
sedemikian tinggi - terkait dengan anomali cuaca akibat iklim yang sudah berubah juga
merupakan tantangan dari tahun ke tahunnya dalam pengelolaan penanggulangan bencana.
23
Dalam situasi yang demikian BPBA mengandalkan strategi berupa mengoptimalkan fungsi
koordinasi baik dengan SKPA Teknis lingkup Setda Aceh maupun dengan BPBD seluruh Aceh.
Dengan demikian penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana dapat terlaksana secara
cepat, tepat, efisien dan efektif.

BPBA dalam tahun 2020 sesuai dengan ketersediaan anggaran telah menyelenggarakan
satu kali Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana dengan tujuan untuk penguatan kapasitas
kelembagaan pelaku penanggulangan bencana, koordinasi atas permasalahan dalam
penanganan penanggulangan bencana di daerah.

2. Mewujudkan Kualitas Dan Kuantitas Peralatan Penanggulangan Bencana Sesuai


Kebutuhan.
Peralatan penanggulangan bencana yang tersedia di lokasi harus dapat digunakan dalam
keadaan situasi darurat oleh petugas bencana. Pada saat situasi darurat banyak diperlukan,
seperti peralatan angkutan (transportasi) untuk evakuasi korban baik di darat, perairan udara
(truk, perahu karet, helikopter, dan lain lain). Demikian pula peralatan lainnya, misalnya
telekomunikasi, generator listrik, peralatan penyelamatan (peralatan diteksi dini, bulldozer,
forklift, dan lain lain. Peralatan tersebut harus dapat diperoleh dengan cepat, tepat waktu, tepat
lokasi, tepat sasaran, tepat jumlah, dan dapat berfungsi dengan baik.
Dalam penanggulangan bencana banyak kendala yang dihadapi oleh petugas terkait
dengan penyediaan peralatan seperti tidak dapat digunakan secara optimal (rendah
kualitas/cepat rusak), bahkan tidak memilik informasi tentang dimana tempat yang memiliki
kondisi layak pakai dan mudah di dapat. Ketika satuan tugas akan di berangkatkan ke lokasi
bencana sering kali tidak memiliki informasi tetang tempat dimana peralatan mudah di dapat
sehingga lambat dalam melakukan tindakan yang pasti dan tepat.
Penyediaan peralatan penanggulangan bencana pada hakekatnya pengumpulan data
peralatan yang sudah tersedia atau dimiliki pemerintah, lembaga dan instansi yang
mempunyaitanggungjawab dalam penanggulangan bencana.Peralatan penanggulangan
bencana akan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam manajemen penanggulanagn
bencana baik pada fase kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pasca bencana di daerah rawan
bencana.
Pada saat ini BPBA belum memiliki peralatan penanggulangan bencana yang memadai
dan lengkap, serta belum memiliki data dan informasi yang menerangkan lembaga atau SKPA
mana yang memiliki peralatan yang siap dimobilisasi secara cepat pada saat dibutuhkan.Oleh
karena itu, pengadaan sarana dan prasaran penanggulangan bencana merupakan langkah
strategis untuk mendukung pelayanan penanggulangan bencana.

24
Sebelumnya BPBA telah mengadakan beberapa peralatan atau prasarana dan sarana
strategis penanggulangan bencana pada tahun anggaran 2020 untuk menunjang kelancaran
penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana berupa pengadaan, namun karena
anggaran refocusing, sarana dan prasarana yang dapat direalisasikan adalah sebagai berikut:

1. Alat Komunikasi Bencana (Handy Talky) Berbasis GSM


2. Mobil Pick Up
3. Mesin Listrik

Berikut ini merupakan sarana dan prasarana penanggulangan bencana lingkup Badan
Penanggulangan Bencana Aceh yang direalisasikan pada tahun 2020:

Gambar 3.3
Sarana Dan Peralatan Pendukung Penanggulangan Bencana
yang direalisasikan Tahun 2020

25
Sumber : Rekam Jejak Tahun 2020

3. Mewujudkan pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan bencana yang tepat


sasaran
Pemantauan (monitoring) adalah prosedur penilaian yang secara deskriptif
dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan/atau mengukur pengaruh dari kegiatan yang sedang
berjalan (on-going) tanpa mempertanyakan hubungan kausalitas (Wollman, 2003:6). PP No.39
tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
membuat batasan definisi dari pemantauan yaitu kegiatan mengamati perkembangan
pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang
timbul dan/atau akan timbul.

Evaluasi merupakan proses analitis menggunakan metodologi sosial-ilmiah untuk melihat


apakah sebuah intervensi kebijakan (program, kegiatan) mengakibatkan output atau hasil
tertentu (King et al, 1987:17).PP No.39/2006 mendefinisikan Evaluasi sebagai serangkaian
kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome)
terhadap rencana dan standar. Lazimnya dikenal tiga jenis Evaluasi yaitu:

❖ Ex-ante (Evaluasi pada tahap perencanaan): evaluasi sebelum ditetapkannya rencana


pembangunan; Tujuan: memilih & menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif,
kemungkinan cara mencapai tujuan yg telah ditetapkan sebelumnya.
❖ On-going (Evaluasi pada tahap pelaksanaan, pemantauan); Tujuan: mengetahui tingkat
kemajuan pelaksanaan dibandingkan rencana.
❖ Ex-post (Evaluasi setelah pelaksanaan berakhir); Tujuannya adalah mengetahui apakah
pencapaian (keluaran, hasil, dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan
yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan
kemanfaatan dari suatu program.

26
Pelaksanaan program dan kegiatan baik yang diselenggarakan secara internal maupun
yang diselenggarakan oleh BPBD kabupaten/kota secara acak dilakukan pemantauan.Harapan
dari terlaksananya kegiatan ini adalah teridentifikasinya berbagai kekurangan dalam
penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana sehingga membuka peluang untuk
perbaikan pada tahun yang akan datang. Hasil pantauan pelaksanaan kegiatan tahun 2020
diperoleh gambaran bahwa terdapat berbagai persoalan yang terkait dengan pelaksanaan
program dan kegiatan penanggulangan bencana baik ditingkat provinsi maupun di
kabupaten/kota.

4. Mewujudkan ketrampilan dan keahlian aparatur

Dari sekian banyak kegiatan mitigasi, satu yang paling strategis adalah pembelajaran
atau pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) baik kepada aparatur pelaksana pelayanan
penanggulangan bencana maupun kepada masyarakat.DIKLAT merupakan wahana untuk
membangun perilaku dan sikap positif dalam menghadapi bencana. Dalam referensi Biro
Mitigasi Bakornas PBP (2005), mitigasi bencana yang berbasis pada masyarakat disebut
paradigma pengurangan resiko yang berbasis DIKLAT.
Mitigasi bencana awalnya memang bersifat konvensional yang menganggap bencana
sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang tidak dapat dielakan dan tidak dapat dikurangi
resikonya. Prinsip utamanya agar para korban segera mendapat pertolongan, sehingga fokusnya
memberi bantuan atas kedaruratan (emergency). Pandangan kedua berkembang menjadi
paradigma antisipasi tujuannya lebih diarahkan kepada identifikasi daerah-daerah rawan
bencana, mengenali pola-pola yang dapat menimbulkan bencana, dan penataan ruang.
Pandangan ketiga adalah paradigma pembangunan yaitu bersifat pengintegrasian upaya
penanganan bencana dengan program pembangunan, misalnya melalui perkuatan ekonomi,
penerapan teknologi, pengentasan kemiskinan dan sebagainya. Pandangan keempat adalah
paradigma pengurangan resiko. Dalam paradigma terakhir ini penanganan bencana bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan aparatur maupun masyarakat untuk mengelola dan menekan
resiko terjadinya bencana. Pendekatan ini memandang masyarakat sebagai subyek dan bukan
obyek daripenanganan bencana dalam proses pembangunan.
Pada paradigma pengurangan resiko, mitigasi sebagai kewajiban berbagai pihak, baik
para ahli, pemerintahmaupun masyarakat secara luas.Para ahli barangkali memiliki tugas untuk
menjelaskan mekanisme dan prosesterjadinya bencana seperti gempa, gunung api, longsor,
atau banjir. Dengan berbasil ilmu pengetahuannya, para ahli memetakan tempat-tempat rawan
bencana, dan kemudian membangun konsep DIKLAT sebagai upaya adaptasi.Dengan
DIKLAT yang dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang diyakini dapat membentuk
27
sikap dan perilaku positif yang dapat meningkatkan kapasitas dan pada akhirnya diharapkan
mampu mereduksi kerentanan.Sehingga pada saat terjadi bencana aparatur maupun masyarakat
dapat bertindak menolong atau menyelamatkan diri secara baik dan benar.
Tahun 2020 untuk meningkatkan kapasitas aparatur BPBA melakukan satu kali
workshop JITUPASNA satu kali Bimbingan Teknis yaitu Bimbingan Teknis Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Tahap I. Pelaksanaan Bimbingan Teknis tersebut diharapkan peserta dapat
memahami konsep pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan tahan gempa pasca
bencana dengan mempertimbangkan metode dan standarisasi teknis bangunan/infrastruktur
tahan bencana, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam penanggulangan bencana
terutama pada tahap pascabencana atau rehabilitasi dan rekonstruksi dan untuk memberikan
ketrampilan untuk menngkatkan kesejahteraannya dan masyarakat yang terkena bencana
dengan berwirausaha.

Beranjak dari ide yang menegaskan bahwa “belajar yang dilakukan berulang-ulang
berpeluang meningkatkan keterampilan”, maka menjadi sebuah harapan bahwa dengan telah
mengikuti DIKLAT tersebut, para aparatur yang terlibat secara langsung dalam proses
penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana terutama yang berkaitan dengan
penyusunan anggran berbasis program. Sehingga berdampak pada peningkatan keahlian yang
menunjang perencanaan.

5. Terwujudnya Pengurangan Risiko Bencana.

Menurut UNISDR, Disaster Risk Reduction (DRR) atau Pengurangan Risiko


Bencana (PRB) bertujuan untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam
seperti gempa bumi, banjir, kekeringan dan badai, melalui etika pencegahan. Bencana sering
mengikuti bahaya alam. Keparahan bencana tergantung pada seberapa besar dampak bahaya
pada masyarakat dan lingkungan. Skala dampak pada gilirannya tergantung pada pilihan yang
kita buat untuk hidup kita dan lingkungan kita. Pilihan ini berhubungan dengan bagaimana kita
mengelola bahan pangan kita, di mana dan bagaimana kita membangun rumah kita, seperti apa
pemerintah yang kita miliki, cara kerja sistem keuangan dan bahkan apa yang diajarkan di
sekolah. Setiap keputusan dan tindakan yang membuat kita lebih rentan terhadap bencana atau
lebih tahan terhadap bencana tersebut.

Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktek mengurangi risiko bencana
melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengurangi faktor-faktor penyebab
bencana. Mengurangi paparan terhadap bahaya, mengurangi kerentanan manusia dan properti,

28
manajemen yang tepat terhadap pengelolaan lahan dan lingkungan, dan meningkatkan kesiapan
terhadap dampak bencana merupakan contoh pengurangan risiko bencana.

Pengurangan risiko bencana meliputi disiplin seperti manajemen bencana, mitigasi


bencana dan kesiapsiagaan bencana, tetapi PRB juga merupakan bagian dari pembangunan
berkelanjutan. Agar kegiatan pembangunan dapat berkelanjutan mereka juga harus mengurangi
risiko bencana. Di sisi lain, kebijakan pembangunan yang tidak sehat akan meningkatkan risiko
bencana dan kerugian bencana. Dengan demikian, PRB melibatkan setiap bagian dari
masyarakat, pemerintah, sektor profesional dan swasta untuk secara bersama-sama bertindak.

6. Mewujudkan Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana.


Untuk mewujudkan masyarakat yang siapsiaga menghadapi bencana, Badan
Penanggulangan Bencan Aceh telah merencanakan kegiatan simulasi/drill tiap tahunnya.
Namun tahun anggaran 2020, kegiatan simulasi/drill bencana dibatalkan karena kegiatan
tersebut bersifat pengumpulan masa/masyarakat sebagai pesertanya. Kondisi penyebaran
covid-19 yang terus meningkat di Tahun 2020 tidak memungkinkan dilaksanakannya kegiatan
tersebut, sehingga pada pergeseran anggaran, kegiatan simulasi/drill ditiadakan. Kegiatan
sumulasi ini sendiri dimaksudkan untuk menguji kemampuan masyarakat dalam menentukan
sikap dan tindakan untuk menyelamatkan diri secara baik dan benar. Simulasi tanggap bencana
merupakan merupakan alat atau instrumen untuk menguji tingkat pengetahuan, pemahaman,
respon dan tindakan warga ketika akan, saat dan pasca terjadi bencana.

Tujuan akhir atau outcome yang diharapkan adalah peningkatan kapasitas masyarakat
dan aparat pemerintahan gampong selaku pemerintahan mikro yang paling terdampak tentang
pemahaman mengenai kesiapsiagaan bencana.

7. Terwujudnya Koordinasi Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pasca Bencana


SecaraKomprehensif
Sebagai bagian dari keseluruhan penanggulangan bencana, implementasi tahapan
rehabilitasi harus dikaitkan dengan tahapan lain. Dalam pengertian ini, bukan saja kegiatan-
kegiatan tahapan rehabilitasi berhubungan dengan tahap prabencana dan tanggap darurat tetapi
juga berhubungan dengan tahapan rekonstruksi. Hubungan dan koordinasi antar tahapan ini
sangat menentukan efektifitas dan efisiensi penanggulangan bencana. Oleh karena itu,
pentahapan penanggulangan bencana semestinya tidak ditempatkan sebagai tujuan melainkan
cara untuk mencapai efisiensi dan efektifitas penanggulangan bencana secara keseluruhan. Di
atas pengertian ini, sinkronisasi dan koordinasi semestinya merupakan kata kunci
penanggulangan bencana yang harus dilaksanakan oleh berbagai pihak.

29
8. Mewujudkan Koordinasi Pemulihan Dan Perbaikan Daerah Bencana

Strategi untuk mewujudkan tujuan tersebut dalam tahun anggaran 2020 dilaksanakan
beberapa kegiatan yaitu, Inventarisasi Verifikasi dan Validasi Kerusakan Akibat Bencana
dengan capaian program meningkatnya penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca
bencana.Inventarisasi, verifikasi dan validasi kerusakan akibat bencana dilakukan sesuai
dengan usulan proposal dari kabupaten/kota untuk mendapatkan rekomendasi dari Gubernur
Aceh dalam mendapatkan dana dari pusat untuk proses pembangunan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana yang ada di kabupaten/kota tersebut, dengan memperoleh data base
kebencanaan di Bidang Rehabilitasi dan Rekontruksi guna validnya data dan melakukan
identifikasi, pembahasan atas permasalahan yang dihadapi guna memperoleh solusi yang
relevan untuk dilaksanakan dalam pencapaian tujuan kegiatan.Kegiatan Koordinasi
Pelaksanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Bencana dengan capaian program meningkatnya
penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana sehingga terlaksananya koordinasi
pemulihan dan perbaikaan daerah bencana. Kegiatannya meliputi Bimbingan Teknis
Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Bangunan Tahan Gempa, Bimbingan Teknis Penyusunan
Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca.Kegiatan bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas sumber daya manusia dalam penanggulangan bencana terutama pada tahap pasca
bencana atau rehabilitasi dan rekonstruksi. Tindak lanjut dari kegiatan ini menyelaraskan
pemahaman antara BPBD Kab/Kota Se Aceh dalam menyusun rencana aksi rehabilitasi dan
rekonstruksi sebagai acuan bagi Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten serta pihak lain
yang terkait. Selain itu BPBA juga melaksanakan Kegiatan Pemulihan Ekonomi Pasca Bencana
berupa bantuan stiimulan untuk pelaku ekonomi yang terdampak bencana. Bantuan ini
diberikan tidak berupa uang namun berupa penggantian barang modal usahanya. Tahun 2020
telah tersalurkan sebanyak 74 paket bantuan.

Mewujudkan Akurasi Data Kerusakan Pasca Bencana

Strategi yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Aceh melalui bidang


Rehabilitasi dan Rekonstruksi dalam Tahun Anggaran 2020. Untuk mewujudkan sasaran
akurasi data kerusakan pasca bencana adalam dengan melakukan Kajian Kebutuhan Pasca
Bencana (JITUPASNA). Target yang ditetapkan adalah 1 laporan JITUPASNA dan berhasil
Dicapai 85 % dengan realisasi target sebesar 80 %.Kegiatan Penilaian Kajian Kebutuhan Pasca
Bencana (JITUPASNA) dengan melakukan pendataan penilain kerusakan dan kerugian
masyarakat dan pemerintah akibat bencana yang terjadi.

30
Pada tahun anggaran 2020 BPBA telah melakukan Kajian Kebutuhan Pasca Bencana
sebanyak 7 (tujuh) Kabupaten/kota yang terjadi bencana. Kegiatan lainnya adalah melakukan
Workshop Kajian Kebutuhan Pasca Bencana (JITUPASNA) dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan mengenai pengkajian kebutuhan pasca bencana, agar pendanaan rehabilitasi dan
rekonsrtuksi dapat tepat sasaran, meningkatkan kredibitas penilaian kerusakan dan kerugian
akibat bencana serta strategi-strategi pemulihan pascabencana yang akan di tempuh,
meningkatkan kapasitas JITUPASNA dan memperkuat kapasitas sumber daya manusia (SDM).
Kegiatan ini akhirnya dapat mengkaji, menilai dan menganalisis dampak dan perkiraan
kebutuhan, meliputi identifikasi dan perhitungan kerusakan dan kerugian fisik dan non fisik
yang menyangkut aspek perumahan dan pemukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial dan
kemanusiaan dan lintas sektor.

9. Terwujudnya Distribusi Logistik, Pencarian dan Penyelamatan Korban Bencana Yang


Terkendali
Masa tanggap darurat dalam situasi bencana tidak akan terlepas dari pengelolaan logitik.
Selainsebagai dukungan kebutuhan utama masyarakat terkena dampak bencana juga jaminan
pemulihan fungsi sosial masyarakat.Pentingnya Pengelolaan tersebut sehingga perlu adanya
pedoman yang mengatur persediaan logistik dalam keadaan darurat. Saat kejadian bencana
merupakan tahap saat bencana sesungguhnya terjadi. Dalam tahap ini terdapat kegiatan tanggap
darurat yaitu kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan seperti kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan pegurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana.

10. Mewujudkan Distribusi Bantuan Logistik Kemanusiaan Yang Tepat Sasaran, Efektif
dan Efisien

Pendistribusian bantuan logistik untuk korban bencana sebanyak 25 paket merupakan


wujud pelayanan darurat bencana kepada masyarakat terdampak.Paket bantuan logistik secara
umum terdiri dari bahan pangan dan sandang. Paket penyaluran tersebut diantaranya paket
bahan logistik rumah tangga (bahan pangan dan bahan sandang) dan paket bahan baku
bangunan dalam rangka pemulihan darurat bencana dan pemulihan masa transisi. Penyaluran
paket bantuan tersebut berdasakan permintaan kabupaten/kota yang
disalurkan pada masa darurat bencana atau masa panik.

31
Tabel 3.11
Jumlah Penyaluran Bantuan Logistik Kebencanaan Tahun 2020
NO. NAMA/JENIS/BARANG VOLUME SATUAN
A. KELOMPOK BAHAN PANGAN:
1. Beras 4500 Sak
2. Mie Instant 3610 Dus
3. Minyak Goreng 2895 Liter
4. Kecap Botol Kecil 1460 Botol
5. Saus Botol Kecil 1260 Botol
6. Telur Ayam 27000 Butir
7. Ikan Kaleng Kecil 4020 Kaleng
8. Air Mineral Gelas 3210 Dus
9. Gula pasir 2100 Kg
B. KELOMPOK SANDANG:
10. Kain Sarung 1000 Lembar
11. Seragam Sekolah 610 Pasang
12. Tas Sekolah 360 Buah
13. Minyak Kayu Putih 50 Buah
14. Pembalut Wanita 50 Buah
15. Popok Bayi 50 Buah
16. Handuk 950 Buah
17. Kaos Oblong 200 Buah
18. Selimut 1150 Lembar
19. Buku Tulis 610 Buah
20. Baju Daster 150 Buah
21. Alat Tulis Sekolah (penggaris, penghapus, 5400 Buah
kotak pinsil, pulpen, pensil)

Mewujudkan Penilaian Cepat Kerusakan Akibat Bencana

Penilaian cepat bencana dilakukan oleh tim kaji cepat yang dibentuk berdasarkan
Keputusan Gubernur Aceh No. 360/758/2018 tentang Pembentukan Tim Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana Aceh, Tim Kaji Cepat yang dibentuk berdasarkan Perintah Kepala
Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh. Tugas utama tim ini adalah melakukan
assessment untuk menentukan kebutuhan dan tindakan yang tepat dalam penanggulangan
bencana pada saat darurat bencana. Tim kaji cepat membuat laporan assessment kepada Kepala
Pelaksana BPBA yang mencakup; (a).lokasi kejadian bencana; (b). jumlah korban bencana; (c).
kerusakan sarana/prasarana; (d). gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintah;
dan (e). kemampuan sumber daya alam maupun bantuan. Laporan tersebut menjadi dasar dalam
menyediakan bantuan logistik kebencanaan dan rencana tindak lanjut penanggulangan bencana.

32
Tim kaji cepat atau TRC sekaligus melakukan pencarian dan penyelamatan korban
bencana serta pendistribusian logistic. Berdasarkan laporan tahun 2020 tim ini telah melakukan
tugasnya di Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur,
Kabupaten Aceh Singkil, Kota Subulussalam, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Jaya,
KabupatenNagan Raya, KabupatenAceh Barat.

11. Penguatan kelembagaan Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) Penanggulangan


Bencana Aceh
Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) Penanggulangan Bencana Aceh merupakan
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengelohan, analisis, penyajian, diseminasi serta
pelaporan data dan informasi bencana kepada masyarakat. Point penting dalam pemberian
pelayanan informasi yaitu mengelolah data dan mengkomunikasikan kepada semua pihak, data
dan statistik sangat penting dalam keberhasilan pengurangan risiko becana, penyampaian
informasi mampu mempengaruhi keputusan politik, menunjukkan eksistensi, pencitraan positif
dalam tugas dan misi kemanusiaan dalam penanggulangan bencana, data dan informasi bencana
tetap dalam satu pintu dalam pemenuhan infromasi kebencanaan.
Tabel 3.12
Rekapitulasi Sarana Informasi Kebencanaan Tahun 2020
No Kondisi Realisasi
Kegiatan Keterangan
. Awal 2019 2020
1 Buku Kebencanaan - 6 buku 3 buku
2 Poster/leaflet - 3000 eks 3000 eks
3 Tabloid Sigana - 4 edisi 2 edisi
4 Cetak Modul Kebencanaan
5 Spanduk - 50 lbr 50 lbr
6 Baliho - 18 25 lbr
7 Kalender Kebancanaan - 1000 buah 0 buah
8 Video Sosialisasi - 6 video 0 video
9 Album Kebencanaan - 2 album 0 album
10 Jingle Kebencanaan - 1 album 0 album
11 Iklan Media cetak dan - 30 kali 26 kali
elektronik
12 Forum Ilmuwan - 3 kali 0 kali
Kebencanaan
13 Bingkai Publikasi - 15 buah 0 buah
Kebencanaan
14 Workshop Sistem - 1 kali 0 kali
Informasi dan manajemen
Informasi Kebencanaan
Pada Tahun 2020 Pusat Data dan Informasi Penanggulangan Bencana Aceh telah
melakukan Penyusunan buku Kebencanaan, Penerbitan Tabloid Siaga Bencana, Cetak Poster
dan leaflet, Penggandaan Buku Kebencanaan, cetak spanduk, baliho, serta penayangan iklan
kebencanaan di media cetak.
33
Selain melakukan hal tersebut di atas, Pusat Data dan Informasi Bencana mempunyai
juga tugas menyebarluaskan informasi bencana dengan cara, menyajikan data dan informasi
seperti press rilis harian yang disebarkan kepada media dan public baik melalui website, mdia
social seperti whatsap grup, Instagram, facebook, twitter dan youtube. Beberapa hal yang
disajikan antara lain, rilis harian, bulanan dan tahunan terkait jumlah kejadian bencana untuk
setiap ancaman bencana maupun kejadian bencana di setiap kabupaten/kota di Aceh yang
disajikan berupa data dalam tabel maupun infografis setiap kejadiannya.

Pengelola Pusat Data dan Informasi juga berkewajiban untuk menyebarkan informasi
seputar kegiatan yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Aceh setiap harinya.
Pusat Data dan Infromasi Bencana BPBA juga berkoordinasi dengan Biro Humas Sekeretariat
Daerah Aceh dalam penyebaran informasi tersebut. Berikut ringkasan data dan informasi
seputar kebencanaan di Aceh tahun 2020:
Tabel 3.13
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA MENURUT JENIS BENCANA DI PROVINSI ACEH
Rekapitulasi PERIODE
Kejadian Bencana
JANUARI 2020 s.d.Per Jenis 2020
DESEMBER Bencana Tahun 2020
Jenis Bencana/Type of disaster
Angin
Banjir Gempa Banjir dan Gelomban Banjir
Kab/Kota Kebakaran Karhutla Abrasi Puting Longsor Banjir Kekeringan
Bandang Bumi Longsor g Pasang Rob
Beliung
1 Simeulue 2 1 3 2 4 5 3
2 Aceh Singkil 11 8 1 4 2 1 8 2 1
3 Aceh Selatan 11 18 2 4 3 1 8
4 Aceh Tenggara 21 10 1 4 2 8 1
5 Aceh Timur 12 3 1 8 1 10 1
6 Aceh Tengah 14 6 2 3 7 1
7 Aceh Barat 15 10 3 5 1 2 6 1 1
8 Aceh Besar 39 30 15 4 2 3 1
9 Pidie 14 1 4 2
10 Bireuen 29 8 8 7 3
11 Aceh Utara 27 15 1 6 2 7 1
12 Aceh Barat Daya 4 4 1 2 1 1 2 1
13 Gayo Lues 6 5 1 9 4 1
14 Aceh Tamiang 14 1 3
15 Nagan Raya 7 5 1 4 3 1
16 Aceh Jaya 9 28 1 1 1 1 6 2
17 Bener Meriah 12 6 2 10 2
18 Pidie Jaya 7 2 1 1 1 5 1
19 Banda Aceh 9 1 3 1
20 Sabang 3 3 15 4 2 1
21 Langsa 9 27 1 1 1
22 Lhokseumawe 10 14 2 3 4
23 Subulussalam 4 3 1 1 5
JMLH 802 289 205 12 5 100 57 21 95 13 2 1 2

34
5
Simeulue

2
Simeulue

8
Aceh Singkil
Aceh Singkil

8
Aceh Selatan
Aceh Selatan

11 11

8
Aceh Tenggara Aceh Tenggara

21
Aceh Timur

10
Aceh Timur

12
Aceh Tengah Aceh Tengah

6
289

Aceh Barat Aceh Barat

14 15

3
Aceh Besar Aceh Besar

39

2
Pidie Pidie

14

3
Bireuen Bireuen

29
205

7
Aceh Utara Aceh Utara

27

2
4
Aceh Barat Daya Aceh Barat Daya

4
6
Gayo Lues Gayo Lues

3
Aceh Tamiang Aceh Tamiang
12

14

Tahun 2020

3
7
Nagan Raya Nagan Raya

6
Aceh Jaya Aceh Jaya
Bener Meriah

12
Bener Meriah
5

5
Pidie jaya Pidie jaya

1
Banda Aceh Banda Aceh

3
Sabang

1
Sabang
Langsa

1
Langsa

Kejadian Bencana Banjir di Wilayah Aceh


Kejadian Bencana Kebakaran di Wilayah Aceh Tahun 2020
100

Lhokseumawe

9 10

4
Lhokseumawe

4
Subulussalam

5
Subulussalam

35
57

1
Simeulue

8
Tahun 2020
Gambar 3.4

Aceh Singkil

Gambar 3.5
21

Aceh Selatan

18
Aceh Tenggara

10

3
Aceh Timur
95

6
Aceh Tengah
Aceh Barat

10
Aceh Besar

30

1
Pidie
13

8
Bireuen
Aceh Utara

15
Rekapitulasi Kejadian Bencana Tahun 2020

4
Aceh Barat Daya
2

5
Gayo Lues

1
Aceh Tamiang
Rekapitulasi Kejadian Bencana di Wilayah Aceh

Aceh Tahun 2020

5
Nagan Raya
1

Aceh Jaya

28

6
Bener Meriah

2
Pidie jaya
Banda Aceh

3
Sabang
Langsa
27
Frekuensi Bencana Per Jenis Bencana Di Wilayah Aceh Tahun 2020
Kejadian Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di Wilayah

Lhokseumawe
Subulussalam 14
2
Simeulue

2
Aceh Singkil 3
Aceh Selatan 2
Aceh Tenggara 1
Aceh Timur
7

Aceh Tengah
1

Aceh Barat
4

Aceh Besar
4

Pidie
7

Bireuen
2

Aceh Utara
1

Aceh Barat Daya


9

Gayo Lues
Aceh Tamiang
Nagan Raya
1

Aceh Jaya
2

Bener Meriah
1

Pidie jaya
Banda Aceh
4

Sabang
Langsa
Kejadian Bencana Longsor di Wilayah Aceh Tahun 2020

Lhokseumawe
1

Subulussalam

36
Gambar 3.6
Perkiraan Kerugian Akibat Bencanadi Wilayah Aceh Tahun 2020
Gambar 3.7
Dampak Bencana di Wilayah Aceh Tahun 2020

12. Mewujudkan Fungsi Pusdalop 24 Jam dalam Sehari

Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat


Pusdalops PB adalah unsur penunjang pelaksanaan tugas dan fungsi BPBA yang bertugas
menyelenggarakan sistem informasi dan komunikasi penanggulangan bencana. BPBA
mengefektifkan fungsi Pusdalops PB mulai tahun 2015 hingga tahun sekarang berada di bawah
Bidang koordinasi Kedaruratan dan Logistik dan secara hirarki bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Pelaksana BPBA. Setiap bulannya melakukan kegiatan Pengaktifan Sirine pada
tanggal 26 setiap bulannya yang dilakukan serentak di 7 (tujuh) titik lokasi yaitu BPBA ,
Gampong Lhoknga, Gampong Kajhu, Gampong Lam Awe, Gampong Blang Oi, Lampulo dan
Kantor Gubernur Aceh.

Operasional pengendalian sistem pusat kendali operasi (PUSDALOPS)


penanggulangan bencana berlangsung selama 24 jam dalam satu hari tanpa piket off, dan
petugas dibagi menjadi 3 shift untuk setiap petugas piket. output kegiatan ini berupa
data/laporan kejadian bencana per kejadian. Outpt laporan dalam satu hari bisa lebih dari satu
laporan, ataupun tidak ada kejadian sama sekali.

37
3.2 Realisasi Anggaran

Untuk mencapai sasaran strategis tahun 2020 dari pagu anggaran sebesar Rp.
32.811.358.873,-,- telah direalisasi sebesar Rp 27.862.489.271- atau 84,92%, dengan rincian
sebagai berikut:
TABEL 3.14
Realisasi Keuangan BPBA T.A 2020
NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI REALISASI
ANGGARAN ANGGARAN KEUANGAN FISIK
(Rp.) (Rp.) (%) (%)
Total Belanja 32.811.358.873 27.862.489.271 84.92 100
Belanja Tidak Langsung 7.284.787.558 6.287.897.837 86.32 100
Belanja Langsung 25.526.571.315 21.574.591.434 84.52 100
1 Program Pelayanan
3.108.974.601 2.767.847.473 89.03 100
Administrasi Perkantoran
Penyediaan Jasa Surat
17.973.000 13.480.000 75.00 100
Menyurat
Penyediaan Jasa
Komunikasi Sumber Daya 397.103.952 394.170.055 99.26 100
Air dan Listrik
Penyediaan Alat Tulis
136.060.997 135.881.325 99.87 100
Kantor
Penyediaan Barang Cetakan
99.033.779 96.112.940 97.05 100
dan Penggandaan
Penyediaan Komponen
Instalasi Listrik/Penerangan 48.952.688 48.952.625 100.00 100
Bangunan Kantor
Penyediaan Peralatan dan
346.442.928 344.178.054 99.35 100
Perlengkapan Kantor
Penyediaan Bahan Bacaan
dan Peraturan Perundang- 19.833.000 12.836.000 64.72 100
Undangan
Penyediaan Makanan dan
128.166.257 127.852.000 99.75 100
Minuman
Rapat-Rapat Koordinasi
dan Konsultasi Ke Luar 470.624.000 335.374.474 71.26 100
Daerah
Peningkatan Pelayanan
1.444.784.000 1.259.010.000 87.14 100
Administrasi Perkantoran
2 Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana 1.781.805.189 1.697.983.071 95.30 100
Aparatur
Pengadaan Kendaraan
404.200.000 404.200.000 100.00 100
Dinas/Operasional
Pemeliharaan Rutin/Berkala
Kenderaan 858.223.405 794.123.002 92.53 100
Dinas/Operasional
Pemeliharaan Rutin/Berkala
112.497.000 96.998.000 86.22 100
Peralatan Kantor

38
Rehabilitasi Sedang/Berat
406.884.784 402.662.069 98.96 100
Rumah Gedung Kantor
Program Peningkatan
3 219.798.040 215.024.500 97.83 100
Disiplin Aparatur
Pengadaan Pakaian Dinas
219.798.040 215.024.500 97.83 100
Beserta Perlengkapannya
Program Peningkatan
4 Kapasitas Sumber Daya 0 0 0 0
Aparatur
Pendidikan dan Pelatihan
0 0 0 0
Teknis
Program Penanggulangan
5 20.415.993.485 16.893.736.390 82.75 100
Bencana
Monitoring Dan Evaluasi
361.320.728 358.037.828 99.09 100
Penanggulangan Bencana
Penanggulangan Bencana 249.642.112 205.195.300 82.20 100
Pengadaan Sarana dan
Prasarana Penanggulangan 1.892.361.772 1.738.910.050 91.89 100
Bencana
Pendidikan dan Pelatihan
5.600.000 5.600.000 100.00 100
Penanggulangan Bencana
Inventarisasi, Verifikasi dan
Validasi Kerusakan Akibat 980.921.316 512.503.720 52.25 100
Bencana
Pelaksanaan Rehabilitasi
133.606.828 95.139.493 71.21 100
dan Rekonstruksi Bencana
Pengendalian Sistem Pusat
Kendali Operasional
1.060.533.037 900.281.691 84.89 100
(PUSDALOPS)
Penanggulangan Bencana
Pemulihan Fungsi
Pelayanan Publik dalam
0 0 0
wilayah Terjadinya
Bencana
Penguatan Kelembagaan
Pusat Data dan Informasi
(PUSDATIN) 846.765.008 659.334.716 77.87 100
Penanggulangan Bencana
Aceh
Kajian Kebutuhan Pasca
267.848.189 179.291.055 66.94 100
Bencana
Penyusunan dan Evaluasi
Dokumen Perencanaan
Rehabilitasi dan 206.049.887 196.200.900 95.22 100
Rekonstruksi Pasca
Bencana
Pemulihan Ekonomi
909.375.732 839.675.923 92.34 100
Masyarakat Pasca Bencana
Psikososial Bagi
Masyarakat Korban 54.697.324 54.171.080 99.04 100
Bencana
39
Penguatan Logistik dan
Peralatan Penanggulangan 2.823.687.140 2.738.909.287 97.00 100
Bencana
Penguatan Kapasitas
Pencegahan dan
0 0 0 0
Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan
Peningkatan Kapasitas Tim
Reaksi Cepat 0 0 0 0
Penanggulangan Bencana
Penanganan Darurat
4.303.070.126 3.359.347.119 78.07 100
Bencana
Penguatan Forum
Pengurangan Risiko 450.117.590 335.562.716 74.55 100
Bencana
Penyusunan Dokumen
Perencanan dan Evaluasi 390.157.251 314.682.724 80.66 100
Penanggulangan Bencana
Peningkatan Sumber Daya
Manusia Bidang 27.500.000 27.500.000 100.00 100
Penanggulangan Bencana
Penguatan Sekolah,
Madrasah Aman Bencana
45.380.000 44.580.000 98.24 100
dan Fasilitas Publik
Lainnya
Penguatan Desa Tangguh
0 0 0
Bencana
Sosialisasi Pengurangan
436.585.008 432.640.000 99.10 100
Resiko Bencana
Simulasiu Pengurangan
46.580.000 46.580.000 100.00 100
Resiko Bencana
Peringatan Bulan
Pengurangan Resiko 0 0 0 0
Bencana
Penguatan Unsur Pengarah 0 0 0 0
Peningkatan Kapasitas
sumber Daya Manusia 0 0 0 0
Penanggulangan Bencana
Pemenuhan Kebutuhan
4.924.194.437 3.849.592.788 78.18 100
Dasar
Peningkatan Kapasitas
SDM Logistik dan 0 0 0 0
Peralatan
Pengadaan Sarana dan
Prasarana Penanggulangan
0 0 0 0
Bencana (Migas
Kabupaten/Kota)
Sumber: Laporan Keuangan BPBA Tahun 2020

40
Dalam pencapaian target kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pada Badan
Penanggulangan Bencana Aceh Tahun 2020 pada prinsipnya tidak terdapat hambatan dan
kendala yang berarti, dengan capaian perkembangan realisasi fisik dan keuangan sebesar 84.9%
dari sebelumnya ditargetkan sebesar 93,10%, capaian realisasi sudah cukup baik.Sedangkan
selama periode 2015 s.d 2020 jumlah realisasi rata-rata adalah sebesar 80.73% dengan rincian
sebagai berikut:
TABEL3.15
Realisasi Anggaran BPBA 2015-2020
Prosentase
No. Tahun Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.)
(%)
1. 2015 24.998.333.116 22.504.091.349 90,02
2. 2016 26.463.723.000 23.827.423.190 90,04
3. 2017 69.194.438.202 26.983.711.474 39.00
4. 2018 91.263.222.629 83.318.634.156 91.29
5. 2019 109.044.287.866 97.216.809.232 89.15
6. 2020 32.811.358.873 27.862.489.271 84.9
JUMLAH 353.775.363.686 281.713.158.672 80,73
Sumber: Laporan Keuangan BPBA2015– 2020

Ringkasan realisasi anggaran Program Penanggulangan Bencana Tahun 2020 setiap


kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Monitoring dan Evaluasi Penanggulangan Bencana

Telah dilaksanakannya Monitoring Penanggulangan Bencana pada kabupaten/kota


terdampak bencana. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penanggulangan Bencana
menghasilkan persentase pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan
penanggulangan bencana menghasilkan 1 (satu) dokumen.

b. Penanggulangan Bencana

Telah dilaksanakannya Rapat - Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana dengan capaian


program adalah meningkatnya kualitas kelembagaan dan tersedianya regulasi kebencanaan,
melalui Kegiatan Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana dengan Tema
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencaana yang Efektif dengan Sinkronisasi Program dan
Kegiatan, rapat koordinasi penanggulangan bencana ini dilaksanakan pada tanggal 18 s.d 20
Februari 2020 di Hotel The Pade Aceh Besar dengan jumlah peserta sebanyak 60 orang
peserta dengan rincian 46 dari kab/kota dan 8 orang dari instansi terkait di provinsi serta
instansi veritikal seperti BMKG dan SAR, serta peserta dari BPBA.

41
c. Pengadaan Sarana Dan Prasarana Penanggulangan Bencana

Pengadaan sarana dan prasarana penanggulangan bencana aceh bertujuan terpenuhinya


sarana dan prasarana pendukung pelayanan penanggulangan bencana seperti pengadaan
Generator/Genset Listrik dan Pengadaan Alat Komunikasi Bencana Handy Talky (HT)
berbasis GSM. Anggaran pada kegiatan ini sebesar Rp1.892.361.772,00 yang terealisasi
sebesar Rp1.738.910.050,00 atau sebesar 91,89%.

d. Pendidikan Dan Pelatihan Penanggulangan Bencana

Pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana bertujuan terlaksananya pendidikan dan


pelatihan penanggulangan bencana agar tersinerginya pengetahuan kebencanaan bagi
aparatur penanggulangan bencana. Pada kegiatan ini tersedia anggaran sebesar
Rp5.600.000,00 yang terealisasi sebesar Rp5.600.000,00 atau sebesar 100%.

e. Penguatan Kelembagaan Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN)

Telah dilaksanakan Kegiatan Penguatan Kelembagaan Pusat Data Dan Informasi


(PUSDATIN) dengan capaian program terlaksananya pemutakhiran informasi
penanggulangan bencana dan publikasi kebencanaan. tersedia anggaran Rp. 846.765.008,-
(delapan ratus empat puluh enam juta tujuh ratus enampuluh lima ribu depalan rupiah)
terealisasi sebesar Rp. 659.334.716,- (enam ratus lima puluh sembilan juta tiga ratus tiga
puluh empat ribu tujuh ratus enam belas rupiah) atau 77,87 %. Adapun kegiatan PUSDATIN
antara lain:

1. Penggandaan Buku Kebencanaan


Buku Panduan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Aceh (Anggaran Rp.
80.236.200,-).Buku panduan ini bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja Gugus Tgas
dalam melaksanakan upaya-upaya preventif dan/atau kuratif percepatan penanganan
Covid-19.
2. Buku Smong Purba versi Inggris (Anggaran Rp.111.917.308,-)
Tsunami yang terjadi 2004 bukanlah yang pertama bagi Aceh. Berdasarkan kajian paleo
tsunami (tsunami Purba), di Aceh setidaknya telah terjadi tsunami 11 kali yang
kekuatannya kurang lebih setara dengan tsunami 2004. Buku ini mengungkap jejak-jejak
tsunami purba yang pernah terjadi di berbagai wilayah di Aceh.

3. Buku Panduan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Aceh (Anggaran Rp.
80.236.200,-) Buku panduan ini bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja Gugus Tgas

42
dalam melaksanakan upaya-upaya preventif dan/atau kuratif percepatan penanganan
Covid-19.
4. Penyusunan Buku Kebencanaan dengan Judul Mekanisme Penetapan Status Darurat
Bencana
5. Penyusunan dan Penerbitan Tabloid SIGANA (Siaga Bencana)
Tabloid Sigana menerbitkan 2 Edisi pada Tahun 2020.

f. Pengendalian Sistem Pusat Kendali Operasional (PUSDALOPS) Penanggulangan


Bencana
Telah dilaksanakan Kegiatan Pengendalian Sistem Kendali Operasi (PUSDALOPS)
penanggulangan bencana dengan capaian program meningkatnya penanganan darurat dan
logistik bencana. Adapun kegiatannya meliputi :

1. Pengaktifan Sirine Peringatan Dini Tsunami setiap bulannya ditujuh lokasi yaitu Sirine
Kajhu di Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, Sirine Lhoknga di Kecamatan
Lhoknga Kabupaten Aceh Besar, Sirien Lam Awe di Kecamatan Peukan Bada
Kabupaten Aceh Besar, Sirine Kantor Gubernur Aceh di Jeulingke, Kecamatan Syiah
Kuala Kota Banda Aceh, Sirine Lampulo di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh,
Sirine Blang Oi di Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh.

g. Penguatan Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana

Penguatan logistik dan peralatan penanggulangan bencana bertujuan tersedianya logistic dan
peralatan penanggulangan bencana sehingga terpenuhi logistic dan peralatan
penanggulangan bencana. Kegiatan ini tersedia anggaran sebesar Rp2.823.687.140,00 yang
terealisasi sebesar Rp2.738.909.287,00 atau sebesar 97,00%.

h. Penguatan Kapasitas Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan

Penguatan Kapasitas Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan bertujuan
menurunnya angka kebakaran Hutan dan Lahan. Namun akibat kebijakan Refocusing maka
Kegiatan ditiadakan.

i. Peningkatan Kapasitas Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana

Peningkatan Kapasitas Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana kegiatan yang bertujuan
untuk tersedianya data dalam pemberian bantuan dan Laporan kaji cepat bencana. Namun
akibat kebijakan Refocusing maka Kegiatan ditiadakan.

j. Penanganan Darurat Bencana

43
Penanganan darurat bencana bertujuan untuk tersedianya bahan baku dan ongkos sarana
public akibat bencana. Kegiatan ini tersedia anggaran sebesar Rp. 4.303.070.126 yang
terealisasi sebesar Rp. 3.359.347.119 atau sebesar 78,07%.

k. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Penanggulangan Bencana

Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Penanggulangan Bencana bertujuan untuk


meningkatnya respon terhadap bencana. Namun akibat kebijakan Refocusing maka Kegiatan
ditiadakan

l. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Pemenuhan Kebutuhan Dasar bertujuan tersedianya kebutuhan sandang, pangan, dan papan
bagi korban bencana sesuai standar kebutuhan agar tersedianya bantua kebutuhan dasar.
Kegiatan ini tersedia anggaran sebesar Rp4.924.194.437,00 yang terealisasi sebesar
Rp3.849.592.788,00 atau sebesar 93,54%.

m. Peningkatan Kapasitas SDM Logistik dan Peralatan

Peningkatan Kapasitas SDM Logistik dan Peralatan bertujuan untuk meningkatnya Index
ketahanan korban bencana melalui Workshop Peningkatan SDM Logistik dan Peralatan.
Namun akibat kebijakan Refocusing maka Kegiatan ditiadakan.

n. Penguatan Forum Pengurangan Risiko Bencana

Penguatan forum pengurangan risiko bencana, bertujuan untuk Menurunnya Indeks Risiko
Bencana. Pada Kegiatan ini tersedia anggaran sebesar Rp. 450.117.590,- yang dapat di
realisasikan sebesar Rp. Rp. 307.806.871,- Atau setara dengan 68,38 %, anggaran pada
kegiatan ini di realisasikan pada 3 (tiga) lokasi Kabupaten di Aceh yaitu terlaksanakannya
Pengukuhan di kota langsa, dikabupaten pidie jaya dan kabupaten aceh selatan. Tujuan dari
FPRB Sebagai wadah yg menyatukan organisasi pemanggu kepentingan dan perseorangan
yang kompeten dalam mendukung upaya pengurangan risiko bencana di wilayah aceh, dan
untuk mengurangi ancaman dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam menghadapi bencana terutama di lakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana.

o. Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Evaluasi Penanggulangan Bencana

Penyusunan dokumen perencanaan dan evaluasi penanggulangan bencana tersedia anggaran


sebesar Rp390.157.251,00 yang terealisasikan sebesar Rp314,682,724.00 atau sebesar
80,66% pada tahun 2020 penyusunan dokumen perencanaan dan evaluasi penanggulangan
bencana dilaksakan di Kota Langsa yaitu Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
Kota Langsa bertujuan untuk memberikan panduan yang memadai bagi pemerintahan Kota
44
Langsa dalam hal kegiatan penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana.
Mengoptimalkan penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kota Langsa dengan
berfokus pada indikator penilaian kapasitas daerah dan parameter risiko bencana dengan
dasar yang jelas dan terukur. mempersiapkan perencanaan yang terarah, terpadu dan
terkoordinasi untuk menurunkan risiko bencana di Provinsi Aceh khususnya di Kota Langsa.
Meningkatkan kinerja antar lembaga dan instansi terkait serta membangun dasar untuk
kemitraan dalam penanggulangan bencana di Kota Langsa. Menyelaraskan arah kebijakan
penyelenggaraan penanggulangan bencana antara pemerintah pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh dalam kesatuan tujuan. Melindungi masyarakat di seluruh
wilayah Kota Langsa dari ancaman bencana. Pada Program Penanggulangan Bencana
Kegiatan Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana di Kota Langsa dijabarkan
kedalam 9 (Sembilan) Tahapan yaitu sebagai berikut:

• Rapat Internal dengan Tim Penulis dan Tenaga Ahli Tahap I


• Rapat Koordinasi dengan SKPD dan Instansi terkait
• Rapat internal dengan Tim Penulis dan Tenaga Ahli Tahap II
• Workshop dan FGD di Kota Langsa
• Rapat Internal dengan Tim Penulis dan Tenaga Ahli Tahap III
• Audiensi dengan BAPPEDA dan BPKAD Kota Langsa
• Diskusi Publik dan FGD di Kota Langsa
• Rapat Internal dengan Tim penulis dan Tenaga Ahli Tahap IV
• Legalisasi dan Desiminasi RPB di Kota Langsa

p. Peningkatan Sumber Daya Manusia Bidang Penanggulangan Bencana


Peningkatan sumber daya manusia bidang penanggulangan bencana bertujuan terlaksananya
workshop peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia agar meningkatnya respon terhadap
bencana. Kegiatan ini tersedianya anggaran sebesar Rp27.500.000,00 yang terealisasi
sebesar Rp27.500.000,00 atau sebesar 100%.

q. Penguatan Sekolah, Madrasah Aman Bencana dan Fasilitas Publik Lainnya


Penguatan sekolah, madrasah aman bencana dan fasilitas public lainnya bertujuan
terlaksanyanya Sekolah/Madrasah Aman Bencana agar bertambahnya pemahaman siswa
siswi terhadap penguranganbrisiko bencana. Kegiatan ini tersedia anggaran sebesar
Rp45.380.000,00 yang terealisasi sebesar Rp44.580.000,00 atau sebesar 97,94%.

r. Penguatan Desa Tangguh Bencana

45
Penguatan Desa Tangguh Bencana Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap pengurangan risiko bencana melalui kegiatan Desa Tanggguh Bencana. Namun
karena kebijakan Refocusing maka kegiatan ini diatiadakan.\

s. Sosialisasi Pengurangan Resiko Bencana


Sosialisasi Pengurangan Risiko Bencana bertujuan terlaksanya kegiatan pengurangan risiko
bencana sehingga meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap
pengurangan risiko bencana. Kegiatan ini tersedia anggaran sebesar Rp436.585.008,00 yang
terealisasi sebesar Rp432.640.000,00 atau sebesar 99,10%.

t. Simulasi Pengurangan Resiko Bencana


Simulasi pengurangan risiko bencana bertujuan terlaksananya simulasi/drill bencana agar
meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap pengurangan risiko bencana. Pada kegiatan
ini tersedia anggaran sebesar Rp46.580.000,00 yang terealisasi sebesar Rp46.580.000,00
atau sebesar 100%.

u. Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana

Dikarenakan Anggaran yang disediakan dialihakn untuk Kebijakan Refocusing maka


Kegiatan ini ditiadakan.

v. Penguatan Unsur Pengarah

Dikarenakan Anggaran yang disediakan dialihakn untuk Kebijakan Refocusing maka


Kegiatan ini ditiadakan.

w. Pengadaan Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bencana (Migas Kab/Kota)

Dikarenakan Anggaran yang disediakan dialihakan untuk Kebijakan Refocusing maka


Kegiatan ini ditiadakan.

x. Inventarisasi, Verifikasi Dan Validasi Kerusakan Akibat Bencana

Inventarisasi, verifikasi dan validasi kerusakan akibat bencana bertujuan untuk


meningkatkan pelayanan dasar pemerintah. Pada kegiatan ini tersedia anggaran sebesar
Rp980.921.316,00 yang dapat direalisasikan sebesar Rp512.503.720,00 atau setara dengan
52,25%, anggaran pada kegiatan ini direalisasikan untuk :

1. Pelaksanaan Kegiatan Rapat Koordinasi Monitoring Dan Evakuasi Dana Bantuan


Hibah Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasacabencana yang melibatkan 6
(enam) Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh yang telah menerima Dana Bantuan Hibah

46
dari BNPB. Terdiri dari Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya. Aceh Barat Daya,
Kota Subulussalam dan Aceh Singkil. Rakor Triwulan III dilaksanakan pada tanggal
30 September – 2 Oktober 2020 di Hotel Kiryad Muraya, Rakor Triwulan IV
dilaksanakan pada tanggal 20 – 22 Desember 2020 di hotel yang sama juga.
2. Pelaksanaan Observasi Lapangan Monitoring Dan Evaluasi Dana Bantuan Hibah
Kegiatan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana Ke 6 (enam) Kabupaten Kota,
yaitu : Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Barat Daya, Kota Subulussalam
dan Aceh Singkil.

y. Pelaksanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Bencana


Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi bencana bertujuan untuk tersedianya sarana dan
prasarana penanggulangan bencana. Pada kegiatan ini tersedia anggaran sebesar
Rp133.606.828,00 yang dapat direalisasikan sebesar Rp98.139.493,00 atau setara dengan
71,21%, anggaran pada kegiatan ini direalisasikan untuk :
• Perjalanan dinas ke Kabupaten Aceh Tengah Dalam Rangka Melakukan Koordinasi
Terkait Perencanaan Pembangunan Tebing Sungai Peusangan di SMA No. 19 Aceh
Tengah Pada Bulan Maret 2020.

z. Pemulihan Fungsi Pelayanan Publik Dalam Wilayah Terjadinya Bencana\


Dikarenakan Anggaran yang disediakan dialihakan untuk Kebijakan Refocusing maka
Kegiatan ini ditiadakan.

aa. Kajian Kebutuhan Pasca Bencana


Kajian kebutuhan pasca bencana bertujuan untuk tersedianya data kebutuhan Pascabencana
untuk perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi.Proses pengumpulan data dalam Penilaian
kerusakan dan kerugian pasca bencana, gangguan akses dan fungsi serta dampak yang
meliputi sektor permukiman, infrastruktur, Sosial, Ekonomi, dan Sektor lainnya yang
bertujuan untuk mengurai kebutuhan pascabencana terhadap kajian kebutuhan pascabencana
tersebut. Pada kegiatan ini tersedia anggaran sebesar Rp267.848.189,00 yang dapat
direalisasikan sebesar Rp178.211.430,00 atau dengan persentase 66,53%. Kegiatan
Jitupasna dijabarkan dalam 2 sub kegiatan, yaitu :
• Kegiatan Kajian Kebutuhan Pascabencana tersedia anggaran Rp141.868.189,00 yang
dapat direalisasikan sebesar Rp136.947.087,00 atau dengan persentase 96,53%.
Anggaran pada kegiatan ini direalisasikan untuk :
1. Perjalanan dinas untuk menilai dampak bencana, menentukan Prioritas
kebutuhan pasca bencana dan mengkoordinasikan kebutuhan pascabencana.
2. Perlengkapan Lapangan Jitu Pasna.
47
• Kegiatan Monitoring Dana Bantuan Hibah Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pascabencana TA 2020 tersedia anggaran Rp125.980.000,00 yang dapat direalisasikan
sebesar Rp41.264.343,00 atau dengan persentase 32,87%. Anggaran pada kegiatan ini
direalisasikan untuk perjalanan dinas dalam dan luar daerah.

bb. Penyusunan dan Evaluasi Dokumen Perencanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi


Pasca Bencana
Telah terlaksananya Penyusunan Dan Evaluasi Dokumen Perencanaan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Pasca Bencana pada kabupaten/kota terdampak bencana. Pada kegiatan ini
tersedia anggaran sebesar Rp. 206.049.887,- yang dapat direalisasikan sebesar Rp.
196.200.900 atau dengan persentase 95,22%. Anggaran pada kegiatan ini direalisasikan:
• Cetak Buku Rumah Tahan Gempa, bertujuan sebagai media pembelajaran kepada
masyarakat Aceh untuk menghasilkan suatu naskah buku dan pedoman tentang kriteria
rumah tahan gempa yang cocok diaplikasikan untuk kondisi daerah Aceh.
• Sosialisasi penyerahan Buku Rumah Tahan Gempa

cc. Pemulihan Ekonomi Masyarakat Pasca Bencana


Pemulihan ekonomi masyarakat pasca bencana bertujuan untuk mendorong peningkatan
ekonomi masyarakat yang terdampak bencana agar pulih setelah bencana terjadi. Bantuan
ini berbentuk barang dagangan untuk modal usaha kembali setelah terkena bencana.
Pemulihan ekonomi merupakan bagian terpenting yang mesti dilakukan pascabencana.
Untuk itulah kegiatan ini digulirkan dengan harapan agar kehidupan perekonomian
masyarakat yang terdampak bencana dapat pulih dengan segera. Pada kegiatan ini tersedia
anggaran sebesar Rp909.375.732,00 yang dapat direalisasikan sebesar Rp839.675.923,00
atau dengan persentase 92.34%. Anggaran pada kegiatan ini direalisasikan untuk :
• Penyerahan 35 Paket bantuan pemulihan ekonomi pasca bencana (PEPB) bagi
masyarakat di Kabupaten Aceh Besar, Aceh Singkil dan Aceh Barat.

dd. Psikososial Bagi Masyarakat Korban Bencana


Psikososial bagi masyarakat korban bencana bertujuan untuk tersedianya pendamping
Psikososial bagi masyarakat korban bencana sehingga akan terbentuk petugas psikososial
dan trauma healing yang memahami teknik dukungan Psikososial Bagi Masyarakat Korban
Bencana. Pada kegiatan ini tersedia anggaran sebesar Rp54.697.324,00 yang dapat
direalisasikan sebesar Rp54.171.080,00 atau dengan persentase 99.04%. Anggaran
terealisasi untuk bahan perlengkapan lapangan dan modul Psikososial.

48
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Laporan Kinerja Menyajikan keberhasilan maupun kegagalan capaian sasaran strategis


yang ditujukan oleh BPBA tahun anggaran 2020 dan perkembangan dari tahun - tahun
sebelumnya, yang tercermin pada capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) berdasarkan tujuan
dan sasaran. Secara umum capaian sasaran strategis 2017 – 2022 menunjukan perkembangan
yang signifikan, dan dapat mencapai target.

BPBA yang diberi tugas, tanggung jawab, dan amanah untuk melakukan
penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana, dapat diselenggarakan dengan sebaik-
baiknya sehingga tujuan akhir berupa upaya untuk mewujudkan prioritas pembangunan
Pemerintah Aceh tahun 2017 - 2022 untuk pembangunan dan peningkatan kualitas infrastruktur
terintegrasi, dan lingkungan yang berkelanjutan dapat terlaksana dengan baik.

Di sisi lain pada tingkat pelaksanaan program dan kegiatan pada seluruh bidang
menunjukan capaian yang optimal/baik, meskipun terdapat catatan realisasi serapan keuangan
sedikit lebih rendah, yaitu target persentase penanganan bencana untuk tahun 2020 sebesar
88,58 % dengan realisasi sebesar 84,92 %. Realisasi tersebut sedikit lebih kecil dari pada target
sebesar 3,66 %.

Untuk Capaian Kienrja organisasi dapat dikatakan baik karena persentase capaian target
sebesar 96,9 persen, yaitu dengan realisasi Indeks Risiko Bencana (IRB) Aceh sebesar
139/Sedang, dan Indeks Kapasitas Daerah (IKD) sebesar 0,63/Sedang. Faktor yang
mempengauhi kinerja organisasi antara lain organisasi dapat mengoptimalkan sumberdaya
yang ada seperti sumber daya manusia yang ada pada Badan Penanggulangan Bencana Aceh
secara maksimal dikerahkan untuk penanganan penanggulangan baik pada pra bencana, saat
bencana maupun pasca bencana. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tingkat capain
kinerja SKPA BPBA T.A 2018 yaitu ≥ 75% dari target yang ditetapkan. Dengan demikian
dapat dikatakan BERHASIL.

4.2 Rencana Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil kinerja yang telah dicapai oleh Badan Penanggulangan Bencana Aceh
pada Tahun 2020, dapat disarankan hal‐hal sebagai berikut: 1). Kinerja Badan Penanggulangan
Bencana Aceh pada Tahun 2020 perlu ditingkatkan lagi di masa yang akan datang, mengingat
peran dan fungsi sangat strategis dalam pelaksaaan maupun koordinsi penanggulangan bencana
49
LAMPIRAN I

IKU 2017 - 2022

1. BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH


SUMBER
NO SASARANSTRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA FORMULASI/CARA PENGUKURAN PENJELASAN
DATA
1 2 3 4 5 6
1 Menurunnya Risiko Bencana Persentase Sekolah SLTA/ SMK/ Perbandingan Sekolah Siaga Bencana Jumlah SLTA/SMK/SLB BPBA
SLB Siaga Bencana terhadap jumlah keseluruhan Sekolah yang mendapat Intervensi
Lanjutan Tingkat Atas, Sekolah Kegiatan Siaga Bencana di
Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Aceh
Biasa
Persentase Peran Aktif Masyarakat Perbandingan masyarakat yang Partisipasi
dalam Simulasi/Drill Bencana berperan aktif dalam simulasi/drill Masyarakat/Peserta
bencana terhadap total populasi Simulasi/Drill
Gampong tempat dilaksanakan
simulasi/drill bencana
Indeks waktu respon terhadap Perbandingan rata-rata lama waktu Kecepatan waktu Respon
darurat bencana tindakan bantuan darurat bencana terhadap Laporan
terhadap waktu penerimaan laporan PUSDALOPS PB
kejadian bencana Kabupaten/Kota
Persentase Kabupaten/Kota Perbandingan Kabupaten/Kota Kabupaten / Kota yang
penerima bantuan logistik dan penerima bantuan logistik dan peralatan menerima bantuan
peralatan darurat bencana pada darurat bencana pada masa tanggap Logistik/Peralatan PB
masa tanggap darurat darurat terhadap jumlah total
Kabupaten/Kota yang mengalami
bencana
Persentase Penyelesaian Rehabilitasi Perbandingan jumlah sarana dan Volume (Panjang x Lebar)
dan Rekonstruksi Pasca Bencana prasarana yang mendapat rehabilitasi/ dan atau unit Sarana dan
rekontruksi pasca bencana terhadap Prasarana hasil Rehabilitasi
keseluruhan yang mengalami kerusakan / Rekonstruksi

45

Anda mungkin juga menyukai