i
Kata Pengantar
Dokumen Indeks Risiko Bencana Kota Semarang tahun 2021 adalah dokumen yang bersifat
komprehensif karena menyangkut idenitifkasi menyeluruh terhadap kapasitas atau kemampuan
daerah melakukan tata kelola kebencanaan.
Dalam hal ini, dokumen Indeks Risiko Bencana akan berperan sebagai dokumen rujukan yang
memotret secara menyeluruh dan sistematis unsur-unsur kapasitas baik yang berada pada
BPBD Kota Semarang, OPD sektoral, instansi vertikal dan horizontal, swasta serta masyarakat.
Dokumen IRBI juga diharapkan sebagai instrumen kontrol terhadap target-target penurunan
resiko bencana yang sudah ditetapkan baik dari BNPB dan BPBD Provinsi serta target daerah
yang dicanangkan dalam RPJMD Kota Semarang. Diluar target normatif tersebut, dokumen IRBI
akan memberikan gambaran terhadap peta kapasitas Kota Semarang sebagai satu kesatuan
unit administratif di dalam mendefinisikan bencana baik dalam alokasi sumber daya, kesiapan
dalam praktik pemerintahan dan budaya masyarakat hingga terwujudnya perencanaan kota
yang berbasis pada kebencanaan.
Akhir kata kami berharap semoga hasil dari Pekerjaan “Dokumen IRB Kota Semarang 2021” ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Tim Penyusun
ii
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Daftar Isi
................................................................................................................... i
Kata Pengantar ......................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................. iii
Daftar Tabel ...............................................................................................v
Daftar Gambar ..........................................................................................vi
Bab 1 Pendahuluan ................................................................................. 7
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 7
1.2 Maksud dan Tujuan ......................................................................... 9
1.3 Referensi Hukum ...........................................................................10
1.4 Daftar Istilah .................................................................................11
iii
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
iv
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Daftar Tabel
Tabel 2-3 Jumlah Penduduk Kota Semarang berdasarkan kelompok umur .................................. 19
Tabel 2-4 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Semarang .......................................... 19
Tabel 2-8 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Kota Semarang tahun 2020 ................................ 29
Tabel 2-11 PDRB Kota Semarang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Atas Tahun
2016 – 2019 (Milliar Rupiah)................................................................................... 36
Tabel 2-12 PDRB Kota Semarang Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Atas Tahun
2016 – 2019 .......................................................................................................... 36
Tabel 2-13 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha di Kota Semarang (%) Tahun
2015 – 2019 .......................................................................................................... 37
Tabel 2-15 Penduduk Miskin di Kota Semarang Tahun 2013 - 2019 ........................................... 38
Tabel 2-16 Peringkat IRB Provinsi Jawa Tengah (Sumber Draft IRBI, 2019) ............................... 40
Tabel 2-17Peringkat IRB Provinsi Jawa Tengah (Sumber Draft IRBI, 2019) ................................ 41
Tabel 2-18 Prioritas Peningkatan Kapasitas Daerah terhadap bencana Kota Semarang ................ 43
v
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Daftar Gambar
Gambar 2-8 Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Kota Semarang ................................................... 33
Gambar 2-11 Tingkat Kapasitas Daerah dan Trend bencana InaRIsk, 2021 ................................ 42
Gambar 3-2 Alur Kerangka Pikir penyusuna IRB Kota Semarang ................................................ 47
vi
Laporan Pendahuluan
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Bab 1 Pendahuluan
Pendahuluan
Bagian ini berisi tentang pendahuluan dari buku laporan ini yang
memuat latar belakang pelaksanaan pekerjaan, tujuan dan sasaran
penyusunan pekerjaan, ruang lingkup wilayah perencanaan dan
ruang lingkup materi penyusunan pekerjaan
Indeks Resiko Bencana (IRB) Kabupaten/Kota adalah usaha untuk memahami risiko bencana di
suatu daerah. Kemudian dari hasil kajian IRB ini dapat dirumuskan berbagai upaya
penanggulangan bencana. Penentuan tingkat risiko bencana sudah dilakukan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak periode awal berdiri, yaitu pada tahun 2008. Pada tahun
2009, BNPB menerbitkan status kebencanaan melalui Indeks Kerawanan Bencana Indonesia
yang diperbaharui dengan Indeks Rawan Bencana Indonesia pada tahun 2011. Di tahun 2013,
BNPB menerbitkan Indeks Risiko Bencana Indonesia. Secara substansi, perubahan terminologi
dari “rawan” menjadi “risiko” menunjukkan tonggak capaian penting, perubahan terdapat pada
7
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
penilaian dampak bencana (korban jiwa, kerusakan, atau kerugian) menjadi penilaian potensi
kehilangan atau kerugian (risiko). Dalam indeks risiko, tingkat kebencanaan dinilai berdasarkan
komponen penyusunnya, yaitu bahaya, keterpaparan, dan kapasitas pemerintah serta
komunitas dalam menghadapi bencana. Penilaian tingkat risiko berdasarkan potensi kerugian
di atas memungkinkan adanya perhitungan upaya pengurangan risiko bencana di suatu daerah.
Risiko bencana akan mengalami penurunan atau peningkatan seiring adanya perubahan pada
komponen tersebut. Oleh karena itu, program atau kegiatan yang berkaitan dengan
pengurangan kerentanan atau peningkatan kapasitas dapat dilihat kontribusinya secara
kuantitatif dalam bentuk penurunan indeks risiko bencana. Penilaian secara berkelanjutan
terhadap indeks risiko ini dapat menjadi perangkat pantauan dan evaluasi terhadap capaian
program penanggulangan bencana pada periode tertentu.
Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) ini dihitung berdasarkan rumus berikut : Risk=Hazard
x Vulnearibility/Capacity. Di mana, Hazard (bahaya) dihitung berdasarkan probabilitas spasial,
frekuensi dan kekuatan (magnitude) dari suatu fenomena alam seperti gempabumi, banjir,
letusan gunungapi, dan lainnya. Vulnerability (kerentanan) dihitung berdasarkan parameter
sosial budaya, ekonomi, fisik dan lingkungan. Komponen Capacity (kapasitas) dinilai dengan
menggunakan pendekatan tingkat ketahanan daerah berdasarkan tujuh prioritas yaitu: (1)
Perkuatan kebijakan dan kelembagaan; (2) Pengkajian risiko dan perencanaan terpadu; (3)
Pengembangan sistem informasi, diklat dan logistic; (4) Penanganan tematik kawasan rawan
bencana; (5) Peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana; (6) Perkuatan
kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana; dan (7) Pengembangan sistem pemulihan
bencana. Untuk Indeks Risiko Bencana Indonesia kali ini dibatasi pada bahaya-bahaya yang
ditimbulkan oleh faktor alam, yang mencakup sembilan jenis ancaman yaitu: Gempabumi,
Tsunami, Letusan Gunung Api, Tanah Longsor, Banjir, Banjir Bandang, Kekeringan, Kebakaran
Hutan dan Lahan, dan Gelombang Ekstrim dan Abrasi. Indeks Risiko Bencana ini bertujuan
untuk memberikan informasi tingkat risiko bencana tiap-tiap kabupaten/kota di Indonesia.
Perhitungan tingkat risiko di tiap kabupaten/ kota dilakukan dengan memerhatikan faktor
Hazard, Vulnerability, dan Capacity. Selanjutnya, disajikan tingkat risiko bencana di kabupaten
kota sesuai dengan bahaya yang dimiliki dan gabungan dari bahaya tersebut. Dengan demikian,
Indeks Risiko Bencana ini merupakan penilaian seluruh kabupaten/kota di Indonesia
berdasarkan risiko bencana yang ada. Indeks Risiko Bencana Indonesia merupakan gambaran
perbandingan capaian penurunan indeks risiko bencana di suatu kabupaten/kota.
Kota Semarang sendiri, dalam konteks perspektif kebencanaan yang tertuang dalam rencana
strategis pembangunan daerah merujuk pada UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana. Dalam UU tersebut bencana dijelaskan sebagai suatu peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis. Dalam konteks pembangunan, terdapat istilah kawasan rawan bencana.
Kawasan rawan bencana dijelaskan sebagai suatu wilayah yang memiliki kondisi atau
karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,
8
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
ekonomi dan teknologi yang untuk jangka waktu tertentu tidak dapat atau tidak mampu
mencegah, meredam, mencapai kesiapan, sehingga mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu (UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana). Dalam konteks pembangunan kota, penyelenggaraan penataan ruang diarahkan
untuk dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta
mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan, tidak terjadi
pemborosan pemanfaatan ruang, dan tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang.
Dengan demikian, penataan ruang harus mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan,
potensi suatu daerah termasuk juga memperhatikan daerah rawan bencana sebagai basis dalam
mengembangkan dan mengelola suatu daerah. Terlebih pada saat ini efek pemanasan global
yang berdampak pada perubahan iklim juga semakin memperluas kemungkinan munculnya
wilayah rawan bencana dan memperparah kondisi wilayah rawan bencana jika dalam
perjalanannya tidak ada upaya intervensi pengelolaan seperti mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim. Pada lingkup global, perhatian terhadap perubahan iklim tertuang dalam salah satu tujuan
pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yaitu pada tujuan ke-13 yang
berbunyi: “Take urgent action to combat climate change and its impact”. Oleh karenanya, dalam
konteks pembangunan kota, perlu perhatian lebih terhadap perubahan iklim beserta dampaknya
seperti kenaikan muka air laut dan bencana alam. Terkait dengan wilayah rawan bencana, Kota
Semarang memiliki kawasan rawan bencana. Kondisi ini tidak terlepas dari kondisi fisik alam
yang ada di Kota Semarang. Setidaknya terdapat 4 kategori bencana yang ada di Kota
Semarang yakni Tanah Longsor, Rob&banjir, banjir, Gerakan Tanah dan abrasi pantai.
Dalam tayangan data InaRIsk, Kota Semarang berada pad urutan 28 dari 35 Kabupaten/Kota
di Seluruh Jawa Tengah dengan tren penuruna resiko bencana yang terus membaik setiap
tahunnya. Dengan disusunnya laporan IRB Kota Semarang ini, diharapkan dapat menjadi
referensi yang akan menjelaskan secara rinci indicator-indikator dokumen kebencanaan yang
telah disusun oleh seluruh OPD di lingkungan Pemerintah Kota Semarang sehingga dapat
tercapai inventarisasi dokumen perencanaan strategis yang terukur. Dari sisi rekomendasi
prioritas pencapaian penilaian InaRisk, salah satu kelemahan Kota Semarang adalah belum
terintegrasinya factor kebencanaan dalam strategi penyusunan rencana tata ruang wilayah.
9
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025 (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 9); 31.
2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 - 2018
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 65);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan
Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);
6. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengendalian
Lingkungan Hidup (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 2 Seri E,
Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 2);
10
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
7. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang
Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 13);
8. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun
2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 48); 37. Peraturan
Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Semarang Tahun 2011 – 2031 (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun
2011 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 61);
PD : Perangkat Daerah
PU : Pekerjaan Umum
11
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
SD : Sekolah Dasar
UU : Undang-Undang
12
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
K
ota Semarang adalah ibukota dari Provinsi Jawa Tengah yang terletak di bagian utara
Pulau Jawa dan berhadapan langsung dengan Laut Jawa. Kota ini memiliki luas wilayah
373,70 Km2. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 177
Kelurahan. Dari 16 Kecamatan yang ada, terdapat 2 Kecamatan yang mempunyai wilayah
terluas yaitu Kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km2 dan Kecamatan Gunungpati,
dengan luas wilayah 54,11 Km2. Kota Semarang memiliki posisi astronomi di antara garis 6o50’
– 7o10’ Lintang Selatan dan garis 109o35’ – 110o50’ Bujur Timur.
13
Laporan Pendahuluan
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
14
Laporan Pendahuluan
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Kota Semarang memiliki posisi geostrategis karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi
pulau Jawa, dan merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul
pintu gerbang yakni koridor pantai Utara; koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti
Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur
ke arah Kabupaten Demak/ Grobogan; dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Dalam
perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat berperan terutama dengan
adanya pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan) serta transport udara
yang merupakan potensi bagi simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota Transit
Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan
luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah.
Luas wilayah Kota Semarang tercatat 373,70 Km2. Pembagian luas lahan yang ada yang ada,
terdiri dari 39,56 Km2 ( 10,59 %) tanah sawah dan 334,14 (89,41%) bukan lahan sawah.
Menurut penggunaannya, luas tanah sawah terbesar merupakan tanah sawah tadah hujan
(53,12 %), dan hanya sekitar 19,97 % nya saja yang dapat ditanami 2 (dua) kali.
Lahan kering sebagian besar digunakan untuk tanah pekarangan /tanah untuk bangunan dan
halaman sekitar, yaitu sebesar 42,17 % dari total lahan bukan sawah.
15
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kecamatan yang memiliki luas wilayah yang paling
besar yaitu kecamatan Mijen yaitu sebesar 6.833,08 Km2, dengan luas lahan sawah 1293 Km2
atau sekitar 29,043 % dari luas total lahan sawah di Kota Semarang, dan luas lahan bukan
sawah sebesar 5539,87 Km2 atau sekitar 18,40% dari total lahan bukan sawah di Kota
Semarang. Dari persentase di atas, diketahui bahwa kecamatan Gajahmungkur, Semarang
Selatan, Candisari, Semarang Timur, Semarang Utara dan Semarang Tengah pemanfaatan
lahannya hanya berupa lahan non- sawah. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa kecamatan
yang memiliki luas lahan sawah paling besar yaitu kecamatan Gunungpati yaitu sebesar
1.525,97 Km2 atau sebesar 34,27 % dari total lahan sawah di Kota Semarang.
Sebagaimana diatur di dalam Perda Nomor 5 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Semarang Tahun 2000 - 2010, telah ditetapkan kawasan yang berfungsi lindung
dan kawasan yang berfungsi budidaya. Kawasan Lindung, meliputi kawasan yang melindungi
kawasan di bawahnya, kawasan lindung setempat dan kawasan rawan bencana. Kawasan yang
melindungi kawasan di bawahnya adalah kawasan-kawasan dengan kemiringan >40% yang
tersebar di wilayah bagian Selatan. Kawasan lindung setempat adalah kawasan sempadan
pantai, sempadan sungai, sempadan waduk, dan sempadan mata air. Kawasan lindung rawan
bencana merupakan kawasan yang mempunyai kerentanan bencana longsor dan gerakan
tanah. Kegiatan budidaya dikembangkan dalam alokasi pengembangan fungsi budidaya
Prioritas pengembangan wilayah Kota Semarang terbagi dalam empat wilayah pengembangan
dan masing-masing dibagi dalam beberapa bagian wilayah kota, dan masing-masing bagian
wilayah kota mempunyai skala prioritas pengembangan. Prioritas pengembangan itu meliputi:
perdagangan, perkantoran, jasa, pendidikan, olahraga, transportasi, industri, pemukiman,
pertanian, dan pengembangan Kota Baru diwilayah Kecamatan Mijen. Masing-masing bagian
wilayah kota mempunyai prioritas peruntukan pengembangan.
16
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Tembalang
Banyumanik
darat
17
Laporan Pendahuluan
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
18
Laporan Pendahuluan
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Berdasarkan data BPS Kota Semarang, tahun 2021, jumlah penduduk Kota Semarang saat ini
berdasarkan kelompok umur mencapai 1.653.524 jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan
sebesar 160.586 jiwa, dibandingkan dengan tahun 2019, dimana tjumlah penduduk Kota
Semarang tercatat sebesar 1.814.110 jiwa. Jika dihitung mulai tahun 2018 hingga 2020, maka
laju pertumbuhan penduduk beruturut-turut, 0,51%, 1,57% dan 0,59%.
0-4 68.059 67.953 59.956 62.063 64.437 57.129 130.121 132.390 117.085
5-9 67.484 67.544 62.916 65.968 63.716 60.072 133.452 131.260 122.988
Adapun laju pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk per kecamatan saat ini adalah
sebgai berikut :
Mijen 57,55 57,55 57,55 74.864 76.037 80.906 1.301 1.321 1.406
Gunungpati 54,11 54,11 54,11 116.928 118.760 98.023 2.161 2.195 1.812
Banyumanik 25,69 25,69 25,69 162.408 164.953 142.076 6.322 6.421 5.530
Gajahmungkur 9,07 9,07 9,07 59.743 60.679 56.232 6.587 6.690 6.200
Smg Selatan 5,93 5,93 5,93 69.433 70.522 62.030 11.713 11.896 10.464
19
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Candisari 6,54 6,54 6,54 75.671 76.857 75.456 11.570 11.752 11.538
Tembalang 44,20 44,20 44,20 206.271 209.504 189.680 4.667 4.740 4.291
Pedurungan 20,72 20,72 20,72 211.376 214.689 193.151 10.202 10.361 9.322
Genuk 27,39 27,39 27,39 117.174 119.010 123.310 4.278 4.345 4.502
Gayamsari 6,18 6,18 6,18 81.755 83.036 70.261 13.235 13.443 11.375
Smg Timur 7,70 7,70 7,70 74.592 75.762 66.302 9.687 9.839 8.611
Smg Utara 10,97 10,97 10,97 117.801 119.647 117.605 10.738 10.907 10.721
Smg Tengah 6,14 6,14 6,14 60.158 61.102 55.064 9.798 9.951 8.968
Smg Barat 21,74 21,74 21,74 162.501 165.048 148.879 7.475 7.592 6.848
Tugu 31,78 31,78 31,78 32.818 33.333 32.822 1.033 1.049 1.033
Ngaliyan 37,99 37,99 37,99 162.622 165.171 141.727 4.281 4.348 3.731
Kota Semarang 373,70 373,70 373,70 1.786.114 1.814.110 1.653.524 4.780 4.855 4.425
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
0
ur
ur
a
ri
ti
ri
ng
gu
an
n
n
an
ah
ik
t
ra
nu
ar
pa
ije
ta
i sa
sa
an
gk
m
ng
ng
Tu
iy
a
Ba
Ut
la
m
M
ng
Ge
l
Ti
nd
um
al
ba
un
Se
ru
Te
ya
Ng
g
g
nu
g
Ca
m
hm
du
ny
Sm
Sm
Sm
Ga
g
g
Te
Gu
Sm
Sm
Pe
Ba
ja
Ga
20
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Sedangkan dari segi kepadatan penduduk berdasarkan luasan wilayah, Kecamatan Candisari
merupakan Kecamatan dengan tingkat kepadatan tertinggi dengan kepadatan 11.538 jiwa per
km². Selanjutnya, Kecamatan Gayamsari dengan tingkat kepadatan mencapai 11.375 jiwa per
km². Sedangkan Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan
Tugu yaitu hanya 1.033 jiwa per km² dan Mijen dengan kepadatan penduduk 1.406 per km².
14.000 100%
90%
12.000
80%
10.000 70%
60%
8.000
50%
6.000
40%
4.000 30%
20%
2.000
10%
0 0%
Genuk
Candisari
Smg Barat
Banyumanik
Smg Timur
Ngaliyan
Gajahmungkur
Tembalang
Gayamsari
Tugu
Smg Selatan
Gunungpati
Mijen
Pedurungan
Smg Tengah
Smg Utara
21
Laporan Pendahuluan
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
22
Laporan Pendahuluan
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Kota Semarang memiliki potensi fisik yang beragam, salah satunya adalah jenis tanah yang ada
di wilayah Kota Semarang cukup beragam. Jenis tanah yang bervariatif menjadi salah satu
faktor penentu pola pemanfaatan lahan yang sesuai di Kota Semarang. adapun jenis tanah yang
dominan di wilayah Kota Semarang ada 6 yang dapat dilihat pada tabel berikut
Keseluruhan kondisi jenis tanah Kota Semarang apabila dirinci pada setiap kelurahan yang ada
di tiap kecamatan di Kota Semarang seperti disajikan pada tabel berikut ini
Semarang - 614.568 - - - - -
Selatan
23
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
24
Laporan Pendahuluan
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
25
Laporan Pendahuluan
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Kota Semarang memiliki karakteristik topografi yang unik, yaitu berupa daerah pantai dan
daerah perbukitan. Elevasi topografi berada pada ketinggian antara 0,75 m sampai sekitar 350
m diatas permukaan laut. Kondisi topografi menciptakan potensi panorama yang indah dan
ekosistem yang lebih beragam.
Kota Semarang mempunyai ketinggian sekitar 0.75-348 meter diatas permukan laut.Ketinggian
0.75-90.5 termasuk dalam kawasan Pusat Kota Semarang (Dataran Rendah Semarang Bagian
Utara) yang di wakili oleh titik tinggi di Daerah Pantai Pelabuhan Tanjung Mas, Simpang Lima,
Candibaru. Sedangkan ketinggian 90.5-348 terletak pada daerah pinggir Kota Semarang, yang
terbesar disepanjang arah mata angin yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh
dan Gombel, Semarang Selatan, Tugu, Mijen dan Gunungpati.
A. Kondisi Topografi Kota Semarang terdiri dari
1. Dataran pesisir pantai : 1% dari luas wilayah total dengan ketinggian wilayah 0-
0,75 meter dpl
2. Dataran rendah : 33% dari luas wilayah total dengan ketinggian wilayah 0,75-5
meter dpl
3. Dataran tinggi : 66% dari luas wilayah total dengan ketinggian wilayah 5-348 meter
dpl
B. Kondisi lereng tanah kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu :
1. Lereng I (0-2 %), luasan wilayah Kota Semarang dengan kelerengan sebesar 0-2%
adalah sebesar 16574, 6 Ha (43%). Sebaran wilayah dengan tingkat kelerengan ini
sebagian besar berada meliputi kecamatan Genuk Pedurungan, Gayamsari,
Semarang Timur, Semarang Utara dan Tugu serta sebagian wilayah Kecamatan
tembalang Banyumanik dan Mijen.
2. Lereng II (2-15 %), dengan luas wilayah sebesar 14.090,5 Ha (37%). Wilayah di
Kota Semarang dengan tingkat kelerengan ini meliputi kecamatan Semarang Barat,
Semarang Selatan, candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan.
3. Lereng III (15-40 %), meliputi wilayah di sekitar kaligarang dan kali Kreo
(kecamatan Gunungpati), sebagian wilaya kecamatan Mijen (daerah
Wonoplumbon), sebagian wilayah kecamatan Banyumanik dan kecamatan
Candisari dengan luas keseluruhan sebesar 7050,8 Ha (18%).
4. Lereng IV (> 40 %) meliputi sebagian wilayah Banyumanik (sebelah tenggara), dan
sebagian wilayah kecamatan Gunungpati, terutama disekitar kali Garang dan kali
Kripik yang memiliki keseluruhan luasan sebesar 766,7 Ha (2%).
Adapun distribusi luasan kelerengan pada setiap kelurahan di Kota Semarang seperti pada Tabel
di bawah ini.
26
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Pedurungan 2.198,633 - - - -
Genuk 2.729,446 - - - -
Gayamsari 643,486 - - - -
Ketinggian Kota Semarang yang bervariasi ini menjadikan pemanfaatan bagian atas Kota
Semarang harus berhati-hati dengan lebih difungsikan sebagai daerah konservasi untuk
melindungi Kota Semarang bagian bawah, sedangkan ota bawah perlu kehati-hatian pula
karena kawasan ini merupakan kawasan pesisir yang rawan banjir dan rob.
27
Laporan Pendahuluan
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
28
Laporan Pendahuluan
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Secara klimatologi, Kota Semarang seperti kondisi umum di Indonesia, mempunyai iklim tropik
basah yang dipengaruhi oleh angin monsun barat dan monsun timur. Curah hujan tinggi terjadi
pada bulan November, bulan Desember, bulan Januari, hingga pada bulan mei.
Tabel 2-8 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Kota Semarang tahun 2020
Wilayah Kota Semarang terletak pada beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS
Penggaron, DAS Babon, DAS Banjir Kanal Barat, DAS Banjir Kanal Timur, DAS Blorong, DAS
Bringin, DAS Plumbon , DAS Silanda dan DAS Tapak. beberapa aliran sungai yang mengalir di
Kota Semarang antara Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali Banjir Kanal Timur, Kali Babon,
Kali Bringin, Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain-lain.
29
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Tapak 4,5 52 5
Berdasarkan dokumen masteplan Drainase Kota Semarang tahun 2007, pembagian wilayah
drainase Kota Semarang didasarkan pada sistem wilayah sungai dari hulu sampai hilir.
Pembagian ini mengacu pada konsep one watershed one plan- one management. Berdasarkan
pengertian ini maka wilayah drainase Kota Semarang dibagi menjadi 4 sistem drainase, yang
terbagi menjadi 19 sub sistem yaitu
30
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
• Kali Babon
• Kali Pedurungan
Luas masing-masing DAS yang masuk di dalam masing-masing sistem drainase Kota Semarang
beradasarkan Masterplan Drainase Kota Semarang adalah sebagai berikut
31
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
32
Laporan Pendahuluan
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
33
Laporan Pendahuluan
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Potensi bencana alam yang ada di Kota Semarang yaitu daerah rawan longsor, daerah rawan
banjir, daerah rawan angin, daerah rawan keakaran dan daerah rawan kekeringan.
Daerah rawan banjir di Kota Semarag terdapat di 10 kecamatan yaitu Kecamatan Semarang
Utara, Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Semarang Timur, Kecamatan Tugu, Kecamatan
Candisari, Kecamatan Gunungpati, Kecamatan Gayamsari, Kecamatan Pedurungan, Kecamatan
Tembalang dan Kecamatan Genuk
Daerah rawan puting beliung di Kota Semarang terdapat di 10 Kecamatan yaitu Kecamatan
Gunungpati, Kecamatan Candisari, Kecamatan Gayamsari, Kecamatan Genuk, Kecamatan
Ngaliyan, Kecamatan Tugu, Kecamatan Tembalang, Kecamatan Semarang Utara, Kecamatan
Semarang Barat dan Kecamatan Semarang Timur.
Sedangkan daerah rawan kekeringan terdapat pada 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Mije,
Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Candisari, Kecamatan Tugu, Kecamatan Gunungpati dan
Kecamatan Tembalang
34
Laporan Pendahuluan
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
35
Laporan Pendahuluan
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Mengacu pada data terakhir (Kota Semarang Dalam Angka 2019), secara umum perekonomian
Kota Semarang pada tahun 2019 PDRB atas dasar harga berlaku mencapai 191,547 triliun
rupiah.
Sektor usaha yang memberikan peranan terbesar terhadap total PDRB adalah sektor industri
Pengolahan (52,554 triliun). Selanjutnya diikuti oleh sektor Kontruksi (51,435 triliun).
Sedangkan berdasarkan harga konstan, PDRB Kota Semarang pada tahun 2019 mencapai
140,326 triliun rupiah.
Tabel 2-11 PDRB Kota Semarang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Atas Tahun 2016
– 2019 (Milliar Rupiah)
No Sektor 2016 2017 2018 2019
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 435,95 1.344.30 1.554,99 1.554,99
2 Pertambangan dan Penggalian 238,31 184,79 342,42 342,42
3 Industri Pengolahan 40.072,16 43.123,05 52.554,80 52.554,80
4 Pengadaan Listrik, dan Gas 160,24 188,28 213,45 213,45
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 118,75 126,19 137,53 137,53
6 Konstruksi 39.243,98 42.613,61 51.435,48 51.435,48
7 Perdagangan Besar dan Eceran 20.530,86 23.026,79 26.068,40 26.068,40
8 Transportasi dan Pergudangan 5.497,90 6.032,58 7.557,86 7.557,86
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.111,50 5.892,00 6.386,73 6.386,73
10 Informasi dan Komunikasi 10.285,92 12.427,94 15.015,40 15.015,40
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 6.697,18 7.274,44 8.038,38 8.038,38
12 Real Estate 3.996,90 5.028,60 5.375,79 5.375,79
13 Jasa Perusahaan 943,32 1.066,68 1.374,82 1.374,82
14 Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial 4.773,91 4.904,82 6.036,89 6.036,89
15 Jasa Pendidikan 4.099,16 4.705,76 5.565,05 5.565,05
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.121,17 1.393,25 1.579,93 1.579,93
17 Jasa Lainnya 1.464,64 1.902,80 2.309,32 2.309,32
Jumlah 134.206,72 161.245,91 174.649,26 191.547,22
Tabel 2-12 PDRB Kota Semarang Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Atas Tahun 2016
– 2019
No Sektor 2016 2017 2018 2019
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.079,01 1.030,33 1.089,57 1.089,57
2 Pertambangan dan Penggalian 183,04 154,55 169,46 169,46
3 Industri Pengolahan 29.774,29 30.394,97 36.067,73 36.067,73
4 Pengadaan Listrik, dan Gas 145,19 150,52 171,16 171,16
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 107,00 111,46 120,69 120,69
Daur Ulang
6 Konstruksi 30.196,84 32.232,20 35.908,41 35.908,41
7 Perdagangan Besar dan Eceran 17.264,31 18.762,86 20.520,79 20.520,79
36
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang menurut lapangan usaha pada tahun 2019 mencapai
6,52 persen dengan pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian
(15,77 persen). Pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi kota semarang sebesar 6,52% dengan
pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor industry pengolahan sebesar 27,44%
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 1,34 2,73 4,18 3,60 5,40
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,24 6,21 8,45 8,05 5,25
14 Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial 5,42 2,43 7,83 5,33 3,91
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,40 8,10 5,52 4,97 1,56
37
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Lapangan pekerjaan penduduk Kota cukup beragam, mulai dari bidang (1) pertanian,
kehutanan, perburuan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri
pengolahan, (4) listrik, gas dan air, (5) bangunan, (6) perdagangan besar, eceran rumah makan
dan hotel, (7) angkutan pergudangan dan komunikasi,(8) keuangan, asuransi usaha persewaan
dan bangunan, tanah dan jasa perusahaan,(9) jasa kemasyarakatan. Jika dilihat dari status
pekerjaannya, penduduk Kota Semarang bekerja pada I=industri pengolahan sebanyak 265.364
jiwa
Laki-Laki Perempuan
1 7.420 2.885 10.305
2 1.125 38 1.163
3 106.073 74.838 180.911
4 4.462 740 5.202
5 57.785 3.777 61.564
6 136.081 167.907 303.988
7 50.192 7.552 57.744
8 40.833 19.567 60.400
9 89.309 102.243 191.552
Jumlah 493.280 379.547 872.827
Jumlah penduduk miskin di Kota Semarang mengalami perubahan dari tahun 2013 sampai
2019. Perubahan jumlah penduduk miskin cenderung menurun. Pada tahun 2013, jumlah
penduduk miskin 86.700 ribu jiwa selanjutnya pada tahun 2014 menurun menjadi 84.700 jiwa
jumlah penduduk miskin menurun terus hingga pada tahun 2019. Pada tahun 2019 jumlah
penduduk miskin di Kota semarang sebesar 71.97 jiwa (3,98 %).
38
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Perubahan iklim secara langsung berdampak pada Kota Semarang. Sebagai kota pesisir, Kota
Semarang rentan terhadap rob dan banjir. Kenaikan muka air laut dan amblesan tanah
menjadikan Kota Semarang sering dilanda rob dan banjir pada periode tertentu. Kawasan rawan
banjir adalah tempat-tempat yang secara rutin setiap musim hujan mengalami genangan lebih
dari enam jam pada saat hujan turun dalam keadaan musim hujan normal. Kawasan rawan
banjir merupakan kawasan lindung yang bersifat sementara, sampai dengan teratasinya
masalah banjir secara menyeluruh dan permanen di tempat tersebut. Di wilayah Kota
Semarang, daerah-daerah yang berpotensi rawan bencana banjir meliputi sebagian Kecamatan
Tugu, Semarang Barat, Semarang Tengah, Semarang Utara, dan Genuk.
Kawasan rawan bencana ini merupakan kawasan yang mempunyai kerentanan terhadap
bencana alam yaitu longsor dan gerakan tanah.
Di wilayah Kota Semarang terdapat sebaran daerah yang rawan longsor diantaranya:
1. Daerah gerakan tanah tersebar di Kecamatan Gunungpati dan Banyumanik. Hal ini
didasarkan dari kondisi geologi kawasan ini berpotensi terjadi gerakan tanah.
2. Daerah sesar aktif, yaitu daerah yang kondisi geologi kawasan ini memiliki patahan yang
potensial untuk terjadi gerakan tanah. Berikut sebaran lokasinya:
• Di sepanjang Kecamatan Mijen dan Gunungpati yaitu melalui Kelurahan Sumurejo,
Mangunsari, Gunungpati, Purwosari, Limbangan, dan Cangkiran
• Di sepanjang Kecamatan Banyumanik, yaitu melalui Kelurahan Jabungan,
Padangsari, Plalangan, Sumurboto dan Tinjomoyo Kecamatan Gunungpati, yaitu
melalui Kelurahan Sukorejo, Kalipancur dan Bambankerep.
39
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Daerah rawan longsor, yaitu daerah yang kondisi tanahnya berpotensi terjadi bencana bila
dibudiayakan. Lokasi kawasan ini adalah pada lahan dengan kelerangan > 40%, berada di
Kecamatan Gajahmungkur, Candisari, Tembalang, Banyumanik, Gunungpati, Mijen dan
Ngaliyan.
Secara nasional Kota Semarang sendiri berada pada peringkat 400 dengan skor 120,7 dan
dalam kategori sedang. Kota Semarang menempati peringkat 28 se provinsi Jawa Tengah
dimana Kabupaten Purworejo menempati urutan tertinggi sebagai daerah dengan tingkat
kerawanan terbesar dengan skor 215 pada tahun 2018 sedangkan peringkat kerawanan
terendah ditempati oleh Kota Surakarta dengan skor 80.
Tabel 2-16 Peringkat IRB Provinsi Jawa Tengah (Sumber Draft IRBI, 2019)
ANCAMAN BENCANA:
Gempabumi, Tsunami, Letusan gunungapi,
Banjir, Tanah Longor, Kekeringan, Cuaca
Ekstrim, Gelombang Ekstrim / Abrasi, serta
Kebakaran Hutan dan Lahan.
102
40
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Secara umum, Provinsi Jawa Tengah secara keseluruhan masih berada pada kategori Resiko
bencana yang tinggi. Hal ini ditinjau dari akumulasi bencana dari 27 Kabupaten dan Kota dengan
beragam jenis ancaman bencana yang ada. Berikut adalah posisi dan kedudukan Kota
Semarang, dimana hasil audit Indeks Kapasitas Daerah yang disusun pada 2020 telah
menurunkan nilai resiko bencana tahun 2019 menjadi 113,83. Angka IRB tersebut jauh
melewati target RPJMD 2016-2021, dimana pada tahun 2021 angka IRB yang ditargetkan
adalah 128,80.
Tabel 2-17Peringkat IRB Provinsi Jawa Tengah (Sumber Draft IRBI, 2019)
41
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Gambar 2-11 Tingkat Kapasitas Daerah dan Trend bencana InaRIsk, 2021
42
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Berdasarkan analisis data sekunder tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa Pemerintah Kota
Semarang, dalam ini BPBD perlu melalkukan pembenahan secara urut prioritas: 3,1,2,5,dan
seterusnya.
6. Penguatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Berbasis Kajian Risiko
Bencana untuk Pengurangan Risiko Bencana
11. Meningkatkan Tata Kelola Pemeliharaan Peralatan serta Jaringan Penyediaan/Distribusi Logistik
12. Penyusunan Strategi dan Mekanisme Penyediaan Cadangan Listrik untuk Penanganan Darurat
Bencana
Prioritas 4 1. Penerapan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah untuk Pengurangan Risiko
Bencana
43
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
2. Penerapan dan Peningkatan Fungsi Informasi Penataan Ruang Daerah untuk Pengurangan
Risiko bencana
Prioritas 5 1. Pengurangan Frekuensi dan Dampak Bencana Banjir melalui Penerapan Sumur Resapan dan
Biopori
2. Pengurangan Frekuensi dan Dampak Bencana Banjir melalui Perlindungan Daerah Tangkapan
Air
4. Pengurangan Frekuensi dan Dampak Bencana Tanah Longsor melalui Penguatan Lereng
5. Penerapan Aturan Daerah tentang Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Permukaan untuk
Pengurangan Risiko Bencana Kekeringan
6. Penguatan Aturan Daerah tentang Pengembangan Sistem Pengelolaan dan Pemantauan Area
Hulu DAS untuk Deteksi dan Pencegahan Bencana Banjir Bandang
7. Pembangunan/Revitalisasi tanggul, embung, waduk dan taman kota di daerah berisiko banjir
8. Pengurangan Frekuensi dan Dampak Bencana Tanah Longsor melalui konservasi vegetatif DAS
6. Penguatan Sistem Peringatan Dini Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Daerah
13. Penguatan Kapasitas dan Mekanisme Operasi Tim Reaksi Cepat untuk Kaji Cepat Bencana
16. Pengerahan bantuan Kemanusiaan saat darurat bencana hingga Masyarakat terjauh sesuai
dengan mekanisme
44
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Dengan tingginya kompleksitas indikator prioritas di atas, penyusuna laporan IRB ini akan
menekankan perhatiannya pada penguatan tata kelola lintas sectoral dan kesiapan instrument
atau dokumen yang terkait dengan kebencanaan. Inventarisasi dokumen dan sinergi antar
sectoral menjadi tujuan utama. Dengan demikia, pendekatan metodologi dalam penyusuna IRB
ini menyesuaikan kebutuhan data tersebut.
45
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
46
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
a. Dokumen primer
Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu
peristiwa, misalnya: autobiografi
b. Dokumen sekunder
Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis berdasarkan oleh laporan atau dokumen.
47
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
dari suatu group untuk membahas suatu masalah tertentu dalam suasana informal dan santai
dengan jumlah yang bervariasi.
Kualitas hasil FGD sangat tertgantung dari kualitas moderator yang melaksanakannya. Menjadi
moderator dalam FGD susah-susah gampang. Biasanya bagi rekan-rekan yang baru pertama
melakukan FGD akan merasa kebingungan ddengan alur pembicaraan yang melompat-lompat
dan menangani perbedaan sifat-sifat peserta FGD.
Tujuan utama FGD adalah untuk memperoleh interaksi data yang dihasilakan dari suatu diskusi
sekelompok partisipan dalam hal meningkatkan kedalaman informasi menyingkap berbagai
aspek. Adapun peserta dalam FGD ini disesuikan dengan bagan alur di atas.
Tahap persiapan merupakan langkah kerja awal yang dilakukan setelah penandatanganan Surat
Perintah Mulai Kerja dari pemberi kerja (dalam hal ini BPBD Kota Semarang) kepada Penyedia
Jasa. Beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini adalah:
• Mobilisasi personil;
Personil yang telah diusulkan oleh penyedia jasa perlu dimobilisasi untuk dijelaskan
mengenai kerangka acuan kerja (KAK) yang diterbitkan oleh pengguna jasa.
• Penyiapan materi;
Penyiapan materi disusun atas kesepakatan dan kesepahaman tim penyusun/ personil
terhadap kebutuhan pengguna jasa yang tertuang di dalam KAK. Penyiapan materi ini
dapat berupa kumpulan teori, kesamaan kasus di tempat lain bahkan pekerjaan serupa
yang telah dikembangkan oleh pengguna jasa.
• Penetapan metode pelaksanaan;
Metode pelaksanaan dirumuskan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan oleh
pengguna jasa melalui KAK, dan di dalam pemantapan kebutuhan pengguna jasa,
diperlukan juga pertemuan awal antara tin penyusun dengan pihak pengguna jasa di
dalam penjelasan pemahaman materi. Metode pelaksanaan yang ditetapkan merupakan
metode penyusuna IRB yang secara umum yang telah diakui secara teoritis.
• Perencanaan organisasi kerja;
Yaitu merumuskan tahapan dan alur pelaksanaan kerja dengan penyesuaian logis antara
ketersediaan personil, waktu pelaksanaan kerangka pikir dan tuntutan materi yang
diinginkan.
48
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Identifikasi dan pengumpulan data eksisting dokumen kebencanaan Kota Semarang baik yang
sudah terkumpul dalam basis data serta data- data lain yang dibutuhkan di dalam sistem
informasi. Dilakukan dengan metode:
• Kajian Literatur: Melakukan kajian terhadap literatur terkait IRB dan peraturan yang
berlaku.
• Survei Sekunder: Melakukan identifikasi data sekunder berdasarkan basis data yang
sudah ada serta laporan-laporan.
• Survei Primer: Mengunjungi secara langsung instansi Pemerintah Kota Semarang guna
melakukan wawancara, klarifikasi, dan peninjauan akses data sekunder yang
diperlukan.
Tahun 2014, BNPB meluncurkan IRBI 2013 yang merupakan potret risiko bencana di daerah
IRBI 2013 ini berkontribusi dalam penyusunan RPJMN 2015-2019 bidang penanggulangan
bencana. IRBI juga selanjutnya menjadi acuan bagi daerah, Kabupaten/kota di seluruh
Indonesia untuk menetapkan target Indeks Risko Bencana dalam penyusunan RPJMD.
49
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Secara umum, skor IRBI diperoleh dari berbagai macam komponen penilaian yang dilakukan
secara terpusat oleh BNPB. Sehingga dalam hal ini, daerah hanya dapat melakukan penilaian
mandiri, yang berarti skor penilaian mandiri bersifat indikatif.
Dalam konteks penyusunan Indeks Ketahanan Daerah (IKD) Kota Semarang, tahun anggaran
2020, dokumen laporan tersebut telah memuat laporan mengenai peningkatan-peningkatan
kapasitas yang telah berhasil dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang dalam hal komponen
kelembagaan, mitigasi , pendidikan dan kesiapsiagaan terkait kebencanaan.
Dokumen laporan IKD Kota Semarang tahun 2020 telah memuat peningkatan kapasitas daerah
dimana dari total 71 indikator dan 284 point yang harus dipenuhi (disesuaikan dengan karakter
kebencanaan di Kota Semarang), Pemerintah Kota Semrang telah berhasil memenuhi 173 point.
Pembuktian secara fisik dari 173 point inilah yang kemudian dapat menjadi dasar penilaian
BNPB setelah dilakukan proses pemeriksaan dan verifikasi secara terpusat di BNPB.
Namun demikian, dengan adanya tambahan point-point ini,hasil evaluasi bersama yang
dilakukan kepada BPBD Provinsi Jawa Tengah, kelengkapan berkas IKD yang berhasil dihimpun
saat ini, setidaknya dapat mendongkrak 5 sampai dengan 10 point tambahan bagi Kota
Semarang untuk menurunkan skor eksisting Kota Semarang. Pada tahun 2018 skor IRBI Kota
Semarang adalah 120,75 dengan kategori sedang. Penambahan jumlah komonen saat ini
diharapkan mampu mengurangi skore IRBI hingga pada angka 110,75.
*Hasil perhitungan 2020 diperoleh setelah dilakukan asistensi simulasi excel dengan BPDB Provinsi pada
tahun 2020
50
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Bab 4 ANALISIS
Analisis Lembar Kerja
Eviden IKD
Bagian ini berisi tentang pemahaman tentang Eviden-eviden yang
dibutuhkan untuk memenuhi Indikator Indeks Ketahanan Daerah
(IKD).
BNPB telah merisi Petunjuk Teknis yang memuat kuisioner 7 Parameter Indeks Ketahanan
Daerah. Dalam 7 Parameter IKD sendiri, terdapat 7 prioritas dan 71 indikator. Setiap indicator,
diturunkan menjadi 4 pertanyaan kunci.
Struktur pertanyaan kunci dibuat secara bertingkat, dengan pertanyaan kunci 1 dan 2
menghasilkan Output dan pertanyaan 3 dan 4 menghasilkan Outcome. Pertanyaan tidak bisa
dilanjut jika pertanyaan kunci sebelumnya dijawab “Tidak”, urutan pertanyaan kunci menjadi
hal yang absolut dan tidak bisa dilewati.
Setiap pertanyaan kunci menggambarkan Nila ketahanan yang penilaiannya di buat per Level.
Nilai ketahanan terdiri dari 5 level dengan penjelasan sebagai berikut: Arti Nilai Ketahanan
Setiap pertanyaan kunci wajib disertakan bukti verifikasi seperti salinan peraturan, dokumentasi
kegiatan, anggaran, dsb. Jika tidak bisa melampirkan bukti verifikasi maka Pemerintah Daerah
dalam hal ini koordinator kebencanaan di daerah, yaitu BPBD memberikan KETERANGAN di
51
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
kolom keterangan. Beberapa pertanyaan hanya bisa dijawab dengan kesepakatan peserta di
dalam FGD dan diberi keterangan di kolom KETERANGAN bahwa ini merupakan kesepakatan
peserta, atau bisa juga dengan melampirkan Kesepakatan tertulis seperti MoU atau penanda
tanganan kesepahaman bersama berupa hasil konsensus.
52
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
53
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Keterangan :
Capaian eksisting
54
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
RESPON
NO.
INDIKATOR (YA=1; DOKUMEN VERIFIKASI NILAI VALIDASI
PRTNYAAN
TIDAK=0)
2 Peraturan Daerah Apakah telah ada inisiasi untuk menyusun Perwal No. 39 Tahun 2010 tentang
tentang Pembentukan 5 1 Perda SOTK ? Keterangan: Inisiasi ini bukti Penjabaran Tugas dan Fungsi BPBD
BPBD verifikasinya bisa berupa Draft Perda SOTK Kota Semarang
55
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
3 Peraturan tentang Apakah telah ada inisiatif untuk membentuk Daftar hadir pembentukan FPRB
pembentukan Forum 9 1
FPRB melibatkan seluruh lapisan masyarakat? (Ditambahkan Draft SK FPRB Kota)
PRB
Apakah telah ada diskusi-diskusi antar
kelompok (baik pemerintah, LSM, PMI,
Akademisi, Media, Ulama dan sebagainya)
10 1 Hasil kesepakatan diskusi
untuk menyusun aturan dan mekanisme
pembentukan Forum Pengurangan Risiko
bencana daerah?
56
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Apakah BPBD telah berfungsi secara efektif Banjir kanal barat, keb Johar, Covid
28 1 dalam mengoordinasikan, memberi komando, 19 (BPBD sbg Sekretaris COVID-
para OPD terkait dalam penyelenggaraan PB? 19)
57
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Apakah FPRB di daerah anda telah 2016, 2017 , 2018, (Dana APBD)
menjalankan fungsi dalam mencapai tujuan
32 1
forum melalui program kerja yang didukung
oleh pendanaan yang jelas?
9 Komitmen DPRD Apakah ada keterlibatan kelembagaan DPRD Usulan kegiatan EWS disupport
terhadap PRB dalam kegiatan terkait PRB atau apakah DPRD oleh DPRD
33 1
mengakomodasi usulan kegiatan terkait denan Catatan: Dibutuhkan notulen rapat
PRB ? “EWS”. (Pak Jojo BPBD)
Keterangan :
Capaian eksisting
58
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
RESPON
NO.
INDIKATOR (YA=1; DOKUMEN VERIFIKASI NILAI VALIDASI
PRTNYAAN
TIDAK=0)
10 Peta Bahaya dan Daerah telah memiliki data dan informasi Telah terpenuhi dan tervalidasi
kajiannya untuk seluruh Laporan kejadian bencana yang
mencukupi tentang karakterisitik
bahaya yang ada di 37 1 ancaman bencana yang ada di wilayah
daerah
Data dan informasi tentang karakteristik Telah terpenuhi dan tervalidasi
ancaman bencana telah tersedia dalam
bentuk peta bahaya dan kajian yang
mampu menggambarkan jumlah potensi
38 1 luas bahaya
11 Peta Kerentanan dan Telah memiliki data dan informasi Telah terpenuhi dan tervalidasi
kajiannya untuk seluruh (Laporan kejadian bencana, dokumen
kajian risiko) yang mencukupi tentang
bahaya yang ada di karakterisitik kerentanan dari ancaman
daerah 41 1 bencana yang ada di wilayah anda?
data dan informasi yang tersedia telah Telah terpenuhi dan tervalidasi
dibuat dalam bentuk peta kerentanan
yang mampu menggambarkan jumlah
penduduk terpapar dan potensi kerugian
42 1 dari setiap jenis ancaman bencana
59
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
12 Peta Kapasitas dan 1 Tersedia data dan informasi Laporan Telah terpenuhi dan tervalidasi
kajiannya Kejadian bencana yang mencukupi untuk
mengetahui tingkat kapasitas dari tiap-
45 tiap ancaman bencana
60
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Keterangan :
Capaian eksisting
61
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
RESPON
NO.
(YA=1;
INDIKATOR PERTA DOKUMEN VERIFIKASI NILAI VALIDASI
TIDAK=0
NYAAN
)
14 Sarana penyampaian Sudah tersedia pengaturan tentang Semarisk, E-Bencana, Peta Bencana,
informasi kebencanaan penyebaran data dan informasi tentang Instagram, Sosial media
53 1
yang menjangkau kejadian kebencanaan di daerah yang
langsung masyarakat disampaikan ke masyaraka
Data – data yang ada diolah sebagai Updating Peta rawan dan Pengembangan
informasi dan informasi bencana yang Peta
54 1
diperbarui secara periodik dari sumber
informasi tersebut
15 Sosialisasi pencegahan Terdapat kegiatan sosialisasi pencegahan dan Pembentukan dan peningkatan KSB
dan kesiapsiagaan 57 1 kesiapsiagaan bencana pada tiap-tiap
bencana pada tiap-tiap kecamatan
kecamatan di wilayahnya
Kegiatan sosialisasi pencegahan dan Sosialisasi diacu pada Perka BNPB
kesiapsiagaan bencana dilakukan secara rutin
dengan isi materi yang terstandarkan (Bukti Verifikasi: Daftar hadir
16 Komunikasi bencana Ada mekanisme bersama yang menjalankan Simulasi, Grup WA, Web KSB, DP3A
lintas lembaga minimal peran bagi-guna data dan informasi (Sosialisasi kebencanaan kepada
beranggotakan lembaga- 61 1 kebencanaan perempûan dan anak)
lembaga dari sektor
Verifikasi : Surat permohonan narasumber
pemerintah, masyarakat
dari Dinas2 terkait
mau pun dunia usaha
Mekanisme tersebut didukung dengan aturan Belum teridentifikasi
62 0
dan sumberdaya yang memadai
62
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Hasil dari mekanisme bersama tersebut Fasilitasi KSB untuk permohonan proposal
sudah saling memanfaatkan pada masing – finansial, GajahMungkur, dsb
masing stakeholder
63 1
Mekanisme bersama tersebut sudah dapat Program kerjasama DP3A, PMI, Damkar,
64 1 menghasilkan program bersama secara
terstruktur dan berkelanjutan
Pusdalops sudah efektif menjalankan fungsi Renkon 2017 dan Covid 2020
67 1 dalam penanganan masa krisis berdasarkan
kesepakatan daerah
68 1
SKTD di atas dapat dijadikan acuan untuk
perencanaan tanggap darurat selanjutnya
18 Sistem pendataan Telah ada Sarana dan prasarana: termasuk BPBD bisa menjadi admin (DIBI)
bencana yang terhubung 69 1 format pendataan standar, dan system yang
dengan sistem terintegrasi dengan nasional
pendataan bencana
System pendataan di tingkat nasional dan di DIBI
nasional 70 1
tingkat daerah dapat saling memanfaatkan
system pendataan nasional yang terintegrasi Pembuatan Skala peta, Kota Tangguh,
dengan system di daerah ikut membangun Acuan Perka BNPB dalam pembuatan Peta
rencana scenario pencegahan dan Resiko, INaRisk
71 1 kesiapsiagaan di daerah. Bukti verifikasi
berupa pemanfaatan system pendataan
nasional yang digunakan untuk scenario di
daerah.
System pendataan nasional yang terintegrasi Acuan Perka BNPB dan InaRIsk dalam
dengan system di daerah tersebut penyusunan Dokumen IKD
72 1 dimanfaatkan di daerah untuk mendukung
perencanaan, pembuatan keputusan, serta
program/kegiatan di daerah
63
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
21 Kajian kebutuhan Telah dilakukan kajian kebutuhan peralatan Data kajian kebutuhan
81 1
peralatan dan logistik dan logistik kebencanaan di daerah
kebencanaan
Kajian kebutuhan peralatan dan logistik Data kajian kebutuhan
tersebut dilakukan berdasarkan Rencana
Kontingensi atau dokumen kajian lainnya
(risiko, tanggap darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi) untuk bencana prioritas. Proses
perencanaan ke depan, dalam keadaan tidak
82 1 menentu, dimana skenario dan tujuan
disepakati, tindakan teknis dan manajerial
ditetapkan, serta sistem tanggapan dan
pengerahan potensi disetujui bersama untuk
mencegah, atau menanggulangi secara lebih
baik keadaan atau situasi darurat yang
dihadapi
Hasil kajian kebutuhan peralatan dan logistik Catatan : Kotingensi harus ada ttd Walikota
tersebut telah diintegrasikan dalam Dokumen (belum ada)
83 0 Perencanaan Daerah di daerah. Dokumen
Perencanaan daerah dapat berupa Rencana
Penanggulangan Bencana, RKP, dll
64
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
22 Pengadaan kebutuhan Terdapat lembaga di pemerintahan yang Catatan: Darurat, harus ada pernyataan
peralatan dan logistik menangani (mengusulkan dan atau darurat.
85 1
kebencanaan melaksanakan) peralatan dan logistik
Contoh Alat Covid19 diusulkan oleh BPBD
kebencanaan untuk darurat bencana
peralatan dan logistik kebencanaan yang Masih belum memenuhi konsideran rasio
dipenuhi didaerah anda telah sesuai dengan jumlah penduduk
kebutuhan hasil kajian dan relevan dengan
88 0 kebutuhan riil saat kondisi bencana
berdasarkan proyeksi jumlah penduduk dan
risiko bencana yang mungkin terjadi. Hasil
perhitungan ini sebagai baseline menghitung
relevansi kebutuhan riil.
Bukti verifikasi berupa foto atapun dokumen Tidak ada hasil audit Gudang eksternal (ISO
berupa penilaian Gudang dari pihak luar 9000)
92 0 (bukan BPBD) serta masukkan-masukkan dari
pihak luar terkait dengan kualitas serta
kuantitas gudang
65
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
25 Tersedianya energi listrik Terdapat lembaga di pemerintahan yang Masing-masing dinas memiliki peralatan
untuk kebutuhan darurat bertanggungjawab menyediakan energi listrik energi listrik, namun pertanggung jawaban
97 1 untuk kebutuhan darurat bencana, misalnya oleh dinas masing-masing
salah satu biro/unit teknis dalam
pemerintahan (misalnya Damkar, BPBD,
Sekretaris Daerah).
26 Kemampuan pemenuhan Terdapat lembaga di pemerintahan yang Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Sosial dan
pangan daerah untuk bertanggungjawab dalam pemenuhan BPBD
101 1 pangan daerah untuk kebutuhan darurat
kebutuhan darurat
bencana, misalnya salah satu biro/unit teknis
dalam pemerintahan (misalnya Damkar,
BPBD, Sekretaris Daerah, Dinas Pertanian)
Terdapat strategi pemenuhan kebutuhan Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Sosial dan
pangan daerah telah mempertimbangkan BPBD
skenario bencana terparah (berdasarkan
Rencana Kontijensi) dan scenario bencana
jangka panjang (slow on set)
102 1
Keterangan:
66
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Terdapat jaminan Perda atau aturan yang Catatan : Dinas Ketahanan Pangan, Dinas
mengikat lainnya mengenai ketahanan Sosial
pangan untuk kebutuhan darurat bencana
Sektor swasta belum ada
104 1 terparah maupun risiko bencana jangka
panjang Sekolah Bina Bangsa Arteri Soekarno Hatta
(Yayasan Bina Bangsa)
Keterangan :
Capaian eksisting
67
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Tabel Prioritas 4
RESPON
NO.
INDIKATOR (YA=1; DOKUMEN VERIFIKASI NILAI VALIDASI
PRTNYAAN
TIDAK=0)
68
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
69
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
70
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Keterangan :
Capaian eksisting
71
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Tabel Prioritas 5
RESPON
NO.
INDIKATOR (YA=1; DOKUMEN VERIFIKASI NILAI
PRTNYAAN
TIDAK=0)
32 Penerapan Terdapat Perda atau peraturan DLH (Data Perda atau aturan lainnya
sumur resapan lainnya terkait lingkungan hidup Resapan Air)
dan/atau 125 1 (resapan air)
biopori
Telah ada penerapan resapan DLH Biopori
air dalam upaya pengurangan
126 1 risiko bancana banjir
72
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
73
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
35 Penguatan Telah ada kebijakan tentang Peta Risiko Bencana Rawan Longsor
lereng pengelolaan lingkungan hidup
Catatan: RTRW
137 1 (kawasan DAS Rawan Longsor)
74
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
DPU Embung
telah ada program optimalisasi Perda ttg Embung
pengelolaan air permukaan
PDAM : Bendungan jatibarang
dalam upaya pencegahan dan
146 1 mitigasi kekeringan Pamsimas (Cipta karya/Perkim)
75
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
76
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
77
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Telah ada kebijakan tentang Perda No. 14 tahun 2011 tentang RTRW
konservasi vegetatif Kota Semarang
Keterangan :
Capaian eksisting
78
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Tabel Prioritas 6.
RESPON
NO.
INDIKATOR (YA=1; DOKUMEN VERIFIKASI NILAI VALIDASI
PRTNYAAN
TIDAK=0)
79
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
80
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
81
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
82
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
83
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
84
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
85
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
86
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
87
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
88
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
61 Penentuan Telah ada mekanisme prosedur yang mengatur Bukti verifikasi SOP,
Status tentang penentuan status darurat bencana dan Bidang 2
Tanggap penggunaan anggaran khusus untuk penangan
241 1 darurat bencana. Adanya Standar Operasional
Darurat
Prosedur (SOP) ataupun inisiatif SOP untuk
menentukan Status Tanggap Darurat serta
adanya alokasi APBD khusus untuk situasi darurat.
Mekanisme dan prosedur tertuang dalam SOP Perwal
242 1 yang di Perda kan, yang mengatur tentang SOP
penentuan status tanggap darurat di daerah.
Mekanisme penentuan status tanggap darurat Renkon bidang
tersebut dapat menggerakan masyarakat untuk Pak Jon
melakukan tindakan kesiapsiagaan dan
penanganan darurat bencana selanjutnya.
243 1
Bukti verifikasi adanya laporan simulasi evakuasi
mandiri, pengamanan aset penting, penyediaan
logistik darurat bencana yang disusun secara
mandiri oleh masyarakat
89
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
63 Pengerahan Telah ada relawan dan personil terlatih yang TKC sudah tidak
Tim Kaji Cepat melakukan kaji cepat pada masa krisis ada
249 0 difokuskan pada database relawan dan personil
ke lokasi
yang sudah melakukan kaji cepat pada masa
bencana krisis di daerah (contoh : tkc, tagana, basarnas,
dll).
Telah ada prosedur pengerahan tim dan
250 0 pelaksanaan kaji cepat pada masa krisis
difokuskan pada adanya Standar Operasional
Prosedur (SOP) tentang Pengerahan Kaji cepat.
Relawan dan personil terlatih tersebut melakukan
kaji cepat sesuai dengan prosedur berlaku
251 0 difokuskan pada bukti verifikasi laporan simulasi
Tim Kaji Cepat, melakukan evaluasi dan
penilaian terhadap laporan tersebut.
Hasil kaji cepat tersebut dijadikan acuan dalam
penentuan status tanggap darurat difokuskan
252 0 pada bukti hasil evaluasi yang dilakukan oleh
para pemangku kebijakan. Laporan hasil kaji
cepat dan surat penentuan status darurat.
64 Pengerahan Telah ada relawan dan personil terlatih yang Database relawan
Tim melakukan penyelamatan dan pertolongan Kota Semarang
253 1 korban pada masa krisis dan tanggap daurat
Penyelamatan
bencana, difokuskan pada database relawan di
dan daerah.
Pertolongan
Telah ada prosedur pengerahan tim SOP(bidang 2)
Korban
penyelamatan dan pertolongan korban pada (08122815758 Pak
masa krisis dan tanggap daurat bencana, Ngafi)
254 1
difokuskan pada bukti verifikasi berupa SOP
Pengerahan Tim Penyelamatan dan pertolongan
korban pada masa krisis dan tanggap darurat.
Laporan simulasi
Tim penyelamatan dan pertolongan korban (foto
255 1 tersebut melakukan tugasnya sesuai prosedur dokumentasi)
berlaku. Difokuskan pada laporan simulasi
pengerahan Tim Penyelamatan dan
90
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Perwal Nomor 18
Prosedur tersebut telah diperkuat melalui tahun 2015
sebuah aturan daerah. Adanya Surat Keputusan tentang Sistem
258 1
Kepala Daerah, Peraturan Kepala Daerah atau Informasi
Kebijakan Daerah lainnya yang mencakup SOP Penanggulangan
Perbaikan Darurat. Bencana
91
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Keterangan :
Capaian eksisting
92
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Tabel Prioritas 7
Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana
RESPON
NO.
INDIKATOR (YA=1; DOKUMEN VERIFIKASI NILAI
PRTNYAAN
TIDAK=0)
68 Pemulihan Telah ada inisiatif untuk membangun mekanisme SOP Renc Pemulihan
pelayanan dan/atau rencana pemulihan pelayanan dasar (Bidang 3)
dasar pemerintah pasca bencana bagi sebagian
pemerintah ancaman bencana di daerah.
269 1 Adanya inisisasi dari pemerintah daerah untuk
membuat Standar Operasional Prosedur (SOP)
atau aturan dasar lainnya mengenai rencana
pemulihan pelayanan dasar pemerintah,
misalnya Juknis.
93
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
70 Perbaikan Telah ada sistem atau mekanisme daerah untuk Bantuan stimulant (10-15
rumah perbaikan rumah penduduk pasca bencana juta)
penduduk 277 1 melalui adanya Peraturan Daerah mengenai
SK Walikota
bantuan rumah rusak baik atas dukungan
pemerintah maupun swadaya atau pihak lain
94
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
95
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Berikut ini adalah tabel checklist dimana program-program terkait kebencanaan di masing-
masing OPD dapat menjadi nilai tambah untuk memenuhi kelengkapan inisiatif tata kelola
Pemerintah Kota Semarang terhadap aspek kebencanaan, dalam hal ini indikator kebencanaan :
96
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
97 Terdapat lembaga di
pemerintahan yang
bertanggungjawab
menyediakan energi listrik
untuk kebutuhan darurat
bencana, misalnya salah satu
biro/unit teknis dalam
pemerintahan (misalnya PLN, DPU, BPBD,
97
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
102
Keterangan:
§ Skenario bencana
terparah berdasarkan
Rencana Kontijensi
§ Skenario bencana
jangka panjang
berdasarkan kajian
risiko
Strategi pemenuhan kebutuhan
pangan daerah untuk kebutuhan
darurat telah menjadi strategi
103
bersama seluruh pemangku
kepentingan (pemerintah-
masyarakat-sektor swasta)
98
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
99
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
revitalisasi
tanggul/embung/waduk)
100
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
BAB 5 Kompilasi
Kompilasi verifikasi LKE
IKD Kota Semarang
2021
Bagian ini berisi tentang pemahaman tentang pendekatan kajian
tentang tudi kelayakan dan uraian metodologi di dalam
melaksanakan kegiatan ini untuk menghasilkan keluaran yang
diinginkan.
FORM JAWABAN
1 Terdapat 0
Gambut
1 Gempabumi 0
2 Tsunami 0
3 Banjir 0
4 Banjir Bandang 0
5 Tanah Longsor 0
6 Letusan 0
Gunungapi
7 Kebakaran 0
Hutan & Lahan
101
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
8 Kekeringan 0
9 Gelombang 0
Ekstrim dan
abrasi
10 Cuaca Ekstrim 0
2 1 Perda Nomor
12 Tahun 2010
tentang
organisasi dan
tata kerja BPBD
Kota Semarang
3 1 Renstra dan
Renja 2011-
2016 dan 2016-
2021 BPBD
serta RPJM
2011-2016 dan
2016-
2021
6 1 Perwal No. 39
Tahun 2010
tentang
Penjabaran
102
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Tugas dan
Fungsi BPBD
Kota Semarang
7 1 Notulen rapat
koordinasi
Catatan:
Ditambahkan
Lap kegiatan
Renkon
10 1 Hasil
kesepakatan
diskusi
11 1 SK
Pembentukan
PRB
12 1 Tersedia
struktur,
program dan
anggaran
15 1 dibutuhkan
Printscreen
input data
BPBD Kota
Semarang ke
Website BNPB
16 1 Aplikasi/Platfor
m SemaRisk
19 1 DPA 2015-2016
20 1 Dokumentasi
RPB
6 21 1 Perda Nomor
13 Tahun 2010
103
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
tentang
Peraturan Daerah
Penyelengaaraa
tentang Tataruang
n PB hal 19
Berbasis PRB
22 1 Perda RTRW
No.. 14 Tahun
2011
23 1 Perda RTRW
No.. 14 Tahun
2011
24 1 Amdal, KLH,
dsb
26 1 Perda Nomor
12 Tahun
2010 tentang
organisasi dan
tata kerja BPBD
Kota Semarang
27 1 DPA
28 1 Banjir kanal
barat, keb
Johar, Covid 19
(BPBD sbg
Sekretaris
COVID-19)
30 0 Belum ada
31 1 Statuta,
AD/ART, Kode
etik
32 1 Dana APBD
2016,2017,201
8
34 1 Lampiran RKPD
104
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
35 1 Kunjungan Buku
DPRD ke BPBD tamu/foto
kegiatan
36 1 Surat BPBD
permohonan Diundang
narasumber ke sebagai
BPBD narasumber di
DPRD Provinsi
38 1 Telah
terpenuhi dan
tervalidasi
pada IRBI
2018
39 1 Telah
terpenuhi dan
tervalidasi
pada IRBI
2018
40 1 Telah
terpenuhi dan
tervalidasi
pada IRBI
2018
42 1 Telah
terpenuhi dan
tervalidasi
pada IRBI
2018
43 1 Telah
terpenuhi dan
tervalidasi
pada IRBI
2018
44 1 Telah
terpenuhi dan
tervalidasi
pada IRBI
2018
105
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
46 1 Telah
terpenuhi dan
tervalidasi
pada IRBI
2018
47 1 Telah
terpenuhi dan
tervalidasi
pada IRBI
2018
48 1 Telah
terpenuhi dan
tervalidasi
pada IRBI
2018
1 Rencana 49 1 Telah
3 Penanggulangan terpenuhi dan
Bencana Daerah tervalidasi
pada IRBI
2018
50 1 Telah
terpenuhi dan
tervalidasi
pada IRBI
2018
51 1 Perda Nomor
13 Tahun 2010
tentang
Penyelengaaraa
n PB
52 1 Matriks Prog
kegiatan RPB
telah
diturunkan
menjadi
kegiatan pada
tahun
setelahnya
54 1 Updating Peta
rawan dan
106
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Pengembangan
Peta
55 1 Bappeda akan
mengintegrasik
an peta- peta
lam Simperda
Diskominfo
akan
mengintegrasik
an Semarisk
kebencanaan
56 1 EWS
1 Sosialisasi 57 1 Pembentukan
5 pencegahan dan dan
kesiapsiagaan peningkatan
bencana pada tiap- KSB
tiap kecamatan di
58 1 Sosialisasi diacu
wilayahnya
pada
Perka BNPB
Verifikasi:
Daftar hadir
59 1 Kelurahan
mandiri
bencana,
mendapat
Indofood,
Indonesia
Power
Masyarakat CSR
dari PLN,
60 1 Screen shoot
Testimoni
masyarakat
dalam platform
EWS
62 0 Belum
teridentifikasi
107
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
64 1 Program
kerjasama
DP3A, PMI,
Damkar,
72 0 Belum
teridentifikasi
74 0 Belum
teridentifikasi
75 0 Belum
teridentifikasi
76 0 Belum
teridentifikasi
108
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
79 1 Testimoni
masyarakat
dan indikator
terukur lainnya
80 1 Testimoni
masyarakat
dan indikator
terukur lainnya
83 0 Catatan :
Kotingensi
harus ada ttd
Walikota
(belum ada)
84 0 Belum
dijadikan/belu
m
ada
86 1 Bencana
darurat umum
87 0 Catatan
Forecoasting
probability
bencana sulit
untuk presisi
88 0 Masih belum
memenuhi
konsideran
rasio jumlah
penduduk
2 Penyimpanan/pergud 89 1 Gudang-
3 ang Logistik PB gudang logistik
90 1 Dibawah BPBD,
DPU, Dinkes,
Dinas
109
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Ketahanan
Pangan, Dinas
Sosial, dan
dinas lainnya.
91 1 Terdapat SOP
102 1 Dinas
Ketahanan
Pangan, Dinas
Sosial dan
BPBD
110
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
103 1 Dinas
Ketahanan
Pangan, Dinas
Sosial dan
BPBD
104 1 Dinas
Ketahanan
Pangan, Dinas
Sosial dan
BPBD
106 1 Catatan
diskusi
Bappeda,
Distaru dan
BPBD
107 1 Catatan
diskusi
Bappeda,
Distaru dan
BPBD
108 1 Catatan
diskusi
Bappeda,
Distaru dan
BPBD
112 0 Belum
teridentifikasi
115 0 Beklum
tercapai
116 0 Beklum
tercapai
111
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
118 0 Beklum
tercapai
119 0 Beklum
tercapai
120 0 Beklum
tercapai
123 1 Katana
124 1 Kelurahan
Kalipancur
diaplikasikan
EWS Longsor
dan
diproduksi/diju
al ke
Kelurahan
Tetangga
127 1 DLH
128 0 Belum
teridentifikasi
131 0 Belum
teridentifikasi
132 0 Belum
teridentifikasi
112
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
135 1 Restorasi
Sungai DPU
136 1 Restorasi
Sungai DPU
138 1 DPU
139 1 DPU
140 0 Belum
teridentifikasi
144 0 Belum
teridentifikasi
147 1 BIdang
Sumber daya
Air DPU
148 1 PDAM
113
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
154 1 Distaru
155 1 Distaru
156 1 Distaru
159 0
160 0
163 1 DPU
164 1 DPU
166 0
167 0
168 0
170 0 Catatan :
pembagian
tugas tidak
jelas,
Contoh
apakah BPBD
114
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
boleh
mengadakan
tanaman
Penghijaun di
area
konservasi
171 0 Catatan :
pembagian
tugas tidak
jelas
172 0 Contoh
apakah BPBD
boleh
mengadakan
tanaman
190 1 Renkon
191 1 Renkon
192 1 Renkon
115
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Sistem Banjir
Kanal timur
204 1 Testimoni
masyarakat
206 0
207 0
208 0
210 0
211 0
212 0
214 0
215 0
216 0
5 217 0
5
116
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
223 0
224 0
226 0
227 0
228 0
230 0
231 0
232 0
234 1 Renkon
236 1 Anggaran
bencana banjir
239 1 Kesepakatan
masyarakat
242 1 Perwal
117
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
244 1 Penganggaran
DPA Lain
(Badan
pengelolaan
keuangan:
bisa
digunakan
oleh OPD lain)
Walikota
mengeluarkan
tanggap
darurat Dlm
kasus Covid
246 1 Catatan:
belum muncul
di APBD SOP
ada, peraturan
Perwal ada,
Penganggaran
DPA Lain
(Badan
pengelolaan
keuangan:
bisa
digunakan
oleh OPD lain)
247 1 Dokumen
Renkon
(Renkon dapat
berkembang
sesuai sikon)
248 1 Dokumen
Renkon
(Renkon dapat
berkembang
sesuai sikon)
251 0
252 0
118
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
254 1 SOP(bidang 2)
255 1 Laporan
simulasi (foto
dokumentasi)
258 0 Belum
teridentifikasi
259 0 Belum
teridentifikasi
260 0 Belum
teridentifikasi
262 1 Bidang 2
264 1 SOP
Pendistribusio
n bantuan
makanan dan
non makanan
(ada)
266 0 Belum
teridentifikasi
267 0 Belum
teridentifikasi
268 0 Belum
teridentifikasi
119
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
272 0 Belum
teridentifikasi
274 0 Belum
teridentifikasi
275 0 Belum
teridentifikasi
276 1 Kesepakatan
jajaran
Pemerintah
Kota
Semarang
278 0 Belum
teridentifikasi
279 0 Belum
teridentifikasi
280 0 Belum
teridentifikasi
282 1 Bidang 3
283 0 Belum
teridentifikasi
284 0 Belum
teridentifikasi
120
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
Perkuatan
Perkuatan Pengembangan Peningkatan
Pengkajian Penanganan Kesiapsiagaan Pengembang
Kebijakan Sistem Efektivitas
N Risiko dan Tematik dan an Sistem
PRIORITAS dan Informasi, Pencegahan
O. Perencanaan Kawasan Penanganan Pemulihan
Kelembaga Diklat dan dan Mitigasi
Terpadu Rawan Bencana Darurat Bencana
an Logistik Bencana
Bencana
INDEKS
1 PRIORITAS 0,90 1,00 0,82 0,65 0,86 0,62 0,65
INDEKS
KAPASITAS 0,73
2 DAERAH
Keunggulan Kota Semarang dari segi indeks prioritas terletak pada 1) Pengkajian Risiko dan
Perencanaan Terpadu, 2) Perkuatan kebijakan dan kelembagaan serta 3) peningkatan
efektivitas dan pencegahan dan mitigasi bencana. Prioritas-prioritas lainnya seperti 1) Penangan
Tematik Kawasan bencana, 2) Perkuatan kesiapsiagaan dan penangan Darurat bencana serta
3) pengembangan sistem pemulihan bencana masih menjadi permasalahan yang harus terus
dikembangkan oleh Pemerintah Kota Semarang. Adanya kelemahan tersebut dapat ditinjau dari
belum tersedianya inisiatif khususnya dorongan secara normatif terkait sinkronisasi antar OPD
dan formalisasi program pengembangan yang lebih terpadu dan terintegrasi terkait sistem
pemulihan pasca bencana.
Pengembangan Sistem Informasi, Diklat dan Logistik Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana
Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana Perkuatan Kesiapsiagaan dan Penanganan Darurat Bencana
121
Laporan Akhir
Indeks Resiko Bencana Kota Semarang Tahun 2021
INDEKS TINGKAT
INDEKS
NO. PRIORITAS KAPASITAS KAPASITAS
PRIORITAS
DAERAH DAERAH
1 Perkuatan Kebijakan dan Kelembagaan 0,90
Perlu adanya pembenahan terhadap program-program baik berupa Rencana Strategis, Rencana
Kerja dan Perumusan peraturan normatif terkait dengan prioritas yang masih memiliki nilia yang
rendah. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan terhadap keseluruan parameter yang ada,
integrasi program OPD lainnya yang berbasis pada bencana urgen untuk segera diterapkan
dalam rangka meningkatkan poin-poin indeks prioritas yang masih lemah.
122