Anda di halaman 1dari 59

PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI


PROVINSI SUMATERA BARAT

PROPOSAL SEMINAR

Disusun oleh :

DHEYA VORTUNA
1610612013254

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SUMATERA BARAT
(STIE SUMBAR)
PARIAMAN
2020
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................i
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................8
1.3. Tujuan Penelitian .........................................................................9
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................9
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................9
1.6. Sistematika Penulisan ..................................................................10
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .................................................................12
2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi ......................................................12
2.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik..................................13
2.1.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik ..........................14
2.1.3.Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional ..............................16
2.2. Kajian tentang Infrastruktur ........................................................18
2.3. Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi ....................................22
2.4. Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi Regional .....................26
2.5. Infrastruktur dan Stabilitas Ekonomi...........................................28
2.7. Penelitian Terdahulu ....................................................................29
2.8. Kerangka Teoritis ........................................................................42
2.9. Hipotesis ......................................................................................44
BAB III : METODE PENELITIAN ...............................................................45
3.1. Objek Penelitian ..........................................................................45
3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................45
3.2.1. Jenis Data...........................................................................45
3.2.2. Sumber Data ......................................................................45
3.3. Instrumen Penelitian ....................................................................45
3.4. Teknik Pengolahan Data..............................................................46
3.5. Definisi Operasional ....................................................................46
3.6. Teknik Analisis Data ...................................................................47
3.6.1.Statistik Deskriptif ..............................................................47
3.6.2.Uji Asumsi Klasik ..............................................................48
3.6.2.1.Uji Normalitas .....................................................48
3.6.2.2.Uji Autokorelasi...................................................49
3.6.2.3.Uji Multikolinearsitas ..........................................49
3.6.2.4.Uji Heteroskedastisitas ........................................49
3.6.3.Analisis Regresi Linear Berganda ......................................51
3.6.4.Uji Hipotesis .......................................................................51
3.6.4.1.Uji Parsial (Uji T) ................................................51
3.6.4.2.Uji Serempak (Uji F) ...........................................51
3.6.5.Analisis Koefisien Determinasi (R2) ................................52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai negara berkembang, Indonesia terus berupaya untuk

mensejahterakan rakyatnya, salah satunya dengan melalui pembangunan dibidang

ekonomi. Secara umum tujuan negara dalam ekonomi makro adalah untuk

mencapai stabilitas ekonomi yang baik, pertumbuhan ekonomi yang tinggi,

kemiskinan yang menurun serta pengangguran yang sedikit. Pemerintah dalam

rangka mencapai kondisi tersebut telah mendesain kebijakan-kebijakan baik itu

dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Kebijakan tersebut menunjukkan hasil pembangunan yang terus membaik

disetiap tahunnya baik secara nasional maupun daerah, kondisi perbaikan

ekonomi secara nasional misalnya membaiknya kondisi indikator-indikator

ekonomi makro Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang terus positif dari tahun ke

tahun, kemiskinan yang menurun dan pengangguran juga terus menurun.

Bersamaan dengan itu terdapat ketimpangan-ketimpangan dari pembangunan

ekonomi tersebut, hal ini tercermin dari pembangunan antara satu daerah dengan

daerah lainnya. Salah satu ketimpangan tersebut terdapat pada pembangunan

bidang infrastruktur terutama jalan, listrik, dan pelabuhan.

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat di atas rata-rata

Pulau Sumatera, namun masih di bawah tetangganya, Provinsi Sumatera Utara,

Jambi dan masih banyak lagi. Provinsi Sumatera Barat dalam periode 2004-2018

mengalami kecenderungan pertumbuhan ekonomi (PDRB) yang tinggi


dibandingkan dengan beberapa provinsi lainnya di Indonesia. Dalam periode

2004-2018 ekonomi Provinsi Sumatera Barat terus mengalami fluktuasi. Pada

tahun 2018, PDRB Provinsi Sumatera Barat mengalami penurunan menjadi 5.14

persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 5.29 persen.

Untuk Provinsi Sumatera Barat kondisi ini relatif ideal dalam rangka

memperbesar ukuran ekonominya mengingat meskipun PDRB Provinsi Sumatera

Barat mengalami fluktuasi yang masih stabil tetapi dalam hal ukuran ekonomi

Provinsi Sumatera Barat masih di bawah beberapa provinsi di Pulau Sumatera,

salah satunya seperti provinsi tetangga, Sumatera Utara. Apalagi dibandingkan

dengan provinsi lain di Indonesia, seperti Provinsi DKI Jakarta dan tentunya

masih banyak lagi provinsi lain yang memiliki PDRB di atas Provinsi Sumatera

Barat. Hal ini ditunjukkan dengan PDRB Provinsi Sumatera Barat berdasarkan

harga konstan pada 2018 hanya 5.14 persen, sedangkan PDRB salah satu provinsi

tetangga yaitu Sumatera Utara sudah mencapai 5.18 persen. Pada sisi lain

pembangunan infrastruktur seperti jalan, listrik dan pelabuhan dalam periode

pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat dianggap masih menjadi problem

utama terutama ketika infrastruktur berfungsi dalam membuka isolasi antar

kota/kabupaten dan menghubungkan antar provinsi.

Sebagai ilustrasi ketimpangan yang terjadi pada pembangunan

infrastruktur jalan di Provinsi Sumatera Barat yaitu ditunjukkan oleh data BPS

tahun 2018, persentase kemantapan jalannya hanya 72,058 persen dengan total

keseluruhan jalan mantap dan tidak mantap sebesar 2.974,01 km. Sementara
tetangganya, Provinsi Sumatera Utara pada periode yang sama yaitu 82,19 persen

dengan total panjang jalan mencapai 3.048,500 km.

Pada infrastruktur listrik, dibandingkan dengan daerah lain Provinsi

Sumatera Barat memiliki tantangan yang cukup besar, yaitu kondisi geografis

menantang yang menyebabkan beberapa wilayah sulit diakses. Banyak wilayah

cukup jauh terpencil, remote area, yang berada di balik gunung, sehingga minim

infrastruktur, terutama jalan. Wilayah terpencil tersebut antara lain berada di

Kepulauan Mentawai, Solok Selatan dan Pasaman Barat. Saat ini, desa di

Sumatera Barat sudah berlistrik mencapai 1.158 desa. Pada akhir 2018, produksi

dan konsumsi listrik di Provinsi Sumatera Barat baru mencapai 3.496.613 MWh

dengan rasio elektrifikasi seluruh desa baru sebesar 93,5 persen. Hal ini juga jauh

tertinggal dari provinsi tetangga, Sumatera Utara yang rasio elektrifikasinya sudah

mencapai 98,9 persen di tahun yang sama.

Sementara itu untuk infrastruktur pelabuhan, pelabuhan-pelabuhan di

Provinsi Sumatera Barat dinilai mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Sumatera Barat sendiri. Dengan adanya pelabuhan, kegiatan ekonomi suatu

wilayah akan dapat menjadi lebih lancar karena barang-barang yang

didistribusikan terutama barang ekspor impor sebagian besar dikirim melalui jalur

laut (kapal) yang tentu saja membutuhkan pelabuhan sebagai tempat bertambat.

Hal tersebut dapat terjadi mengingat jumlah barang yang dapat diangkut

menggunakan kapal lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang yang dapat

diangkut menggunakan jalur udara (pesawat). Salah satu pelabuhan di Provinsi

Sumatera Barat adalah Pelabuhan Teluk Bayur yang aktivitas bongkar muatnya
dinilai telah efisien. Hal ini tentunya karena infrastruktur yang telah memiliki

standar yang bagus. Pada tahun 2013, PT. Pelindo II selaku pengelola

mengucurkan dana hingga 1,76 triliun rupiah untuk memoles Teluk Bayur. Tidak

hanya itu, Pelindo juga membangun Terminal Peti Kemas (TPK) untuk

mempermudah lalu lintas barang dan menggenjot roda ekonomi sehingga Teluk

Bayur menjadi terminal peti kemas pertama di Sumatera Barat. Namun masih ada

pelabuhan lain yang infrastrukturnya masih tertinggal dibandingkan dengan

kapasitas Pelabuhan Teluk Bayur. Seperti Pelabuhan Teluk Tapang di Kabupaten

Pasaman Barat masih butuh infrastruktur penunjang di lokasi pelabuhan, seperti

infrastruktur jalan. Mengingat pelabuhan ini strategis utuk menunjang intensitas

perdagangan, kendala tersebut harus bisa diselesaikan secepatnya. Tidak hanya

Pelabuhan Teluk Tapang, secara umum ketersediaan sarana dan prasarana

pelabuhan pada masing-masing kabupaten/kota di Sumatera Barat masih terbatas

dan membutuhkan infrastruktur pendukung. Pada Pelabuhan Muaro Anai dan

Pelabuhan Marina di Kota Padang yang kolam pelabuhannya dangkal serta masih

membutuhkan pembenahan infrastruktur. Hal ini membuat kondisi umum

pelabuhan di Sumatera Barat kurang efisien untuk mendukung perekonomiannya.

Kondisi ini sangat berbeda dengan pelabuhan-pelabuhan yang ada di provinsi

tetangga, yang umumnya sudah memilki sebagian besar fasilitas yang mendukung

pelayanan pelabuhan yang cepat, tepat dan murah. Salah satunya seperti

Pelabuhan Sibolga di Provinsi Sumatera Utara yang melakukan perkuatan dan

perluasan dermaga ferry seluas 400m2, penambahan container yard, didukung


peralatan fix craine, serta memiliki terminal penumpang yang ditata menjadi 2

lantai dan dilengkapi dengan rooftop seluas 2.786m2.

Melihat permasalahan infrastruktur yang dihadapi oleh Provinsi Sumatera

Barat dan provinsi lain yang ada di Indonesia, pemerintah terus mendorong

program pembangunan infrastruktur, hal ini ditunjukkan dengan naiknya anggaran

infrastruktur yang dialokasikan dalam APBN. Tahun 2015 sampai tahun 2018

angka belanja untuk sektor infrastruktur terus mengalami kenaikan. Pada tahun

2015 belanja infrastruktur pemerintah pusat sebesar 256,1 triliun rupiah dari

APBN kondisi ini terus ditingkatkan oleh pemerintah hingga tahun 2018 total

belanja infrastruktur sudah sebesar 410,7 triliun rupiah dari APBN.

Meningkatnya anggaran infrastruktur ini berimplikasi baik untuk

pembangunan infrastruktur Indonesia. Diantaranya dimanfaatkan oleh pemerintah

dalam hal memaksimalkan penyediaan infrastruktur seperti jalan, jembatan,

pelabuhan serta persediaan pasokan listrik. Tetapi kenaikan anggaran tersebut

banyak dialokasikan di wilayah-wilayah yang umumnya sudah memilki kondisi

infrastruktur yang baik. Akibatnya peningkatan anggaran belanja infrastruktur

tersebut tidak mampu mengurangi ketimpangan ketersediaan infrastruktur di

masing-masing daerah.

Penelitian dan kajian tentang peran infrastruktur bagi perekonomian sudah

banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu baik itu dalam skala nasional maupun

lokal, terutama penelitian tentang hubungan infrastruktur dengan pertumbuhan

ekonomi.
Penelitian yang dilakukan oleh Evanti Andrianai Syahputri (2013) tentang

analisis peran infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dengan

menggunakan variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai

pengukuran output, panjang jalan (km), jumlah energi listrik terjual (KWh), dan

jumlah air bersih yang tersalurkan (m3). Penelitian ini bertujuan menjelaskan

perkembangan infrastruktur yang ada di Jawa Barat dan menganalisis peran

infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa infrastruktur di Jawa Barat terus meningkat.

Berdasarkan model dalam analisis infrastruktur jalan, listrik dan air bersih

memiliki efek yang positif dan kontribusi yang signifikan pertumbuhan ekonomi

daerah di mana infrastruktur listrik memberikan kontribusi terbesar terhadap

perekonomian daerah di Provinsi Jawa Barat.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Winanda (2016) tentang analisis

pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Bandarlampung

dengan menggunakan model anlisis regresi berganda dan teknik Ordinary Least

Square (OLS) mendapatkan hasil bahwa variabel jalan berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Bandarlampung, sementara listrik

dan air berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil

penelitian ini juga menunjukkan bahwa infrastruktur listrik yang memiliki pengaruh

paling besar terhadap perumbuhan ekonomi Kota Bandarlampung.

Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Sabarudin (2014) tentang pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap

pertumbuhan ekonomi Pulau Sulawesi yang bertujuan untuk menganalisis

pengaruh pembangunan infrastruktur dalam hal panjang jalan, pemakaian listrik


dan volume bongkar muat pelabuhan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam hal

ini PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) di Pulau Sulawesi (Sulawesi Utara,

Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi

Tenggara) dalam periode 2001-2011. Hasil analisis deskriptif penelitian tersebut

menunjukkan bahwa secara bersama-sama berpengaruh positif antara infrastruktur

terhadap pertumbuhan ekonomi Pulau Sulawesi.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Sabarudin (2014) yaitu pertama, sama-sama menggunakan

variabel bebas infrastruktur jalan, listrik dan pelabuhan, serta variabel terikatnya

adalah pertumbuhan ekonomi. Kedua, karena sama-sama mengangkat judul

tentang pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi

yang menggunakan variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai

pengukuran output, panjang jalan (km), jumlah konsumsi listrik (MWh), serta

volume bongkar muat pelabuhan (ton), maka data yang dibutuhkan sama-sama

merupakan data sekunder yang diambil dan diolah dari berbagai sumber. Ketiga,

penelitian ini juga menggunakan teknik pengolahan data serta metode penelitian

yang sama dengan yang dilakukan oleh Sabarudin (2014) yaitu menggunakan uji

asumsi klasik yang terdiri dari uji multikolineritas, uji heteroskedasitas dan uji

autokorelasi, serta menggunakan uji signifikasi yang terdiri dari analisis koefisien

determinasi (R2), uji F dan uji T.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pertama,

pada tahun pengamatan penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Sabarudin

(2014) tentang pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan


ekonomi Pulau Sulawesi menggunakan data tahun 2001-2011, sedangkan pada

penelitian ini menggunakan data tahun 2004-2018. Hal ini dikarenakan peneliti

ingin memberikan informasi terkini terkait dengan pengaruh pembangunan

infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi kepada pemerintah, masyarakat,

serta pihak-pihak yang berkepentingan ataupun melakukan studi terkait. Kedua,

pada objek penelitian. Penelitian sebelumnya menjadikan Pulau Sulawesi yang

mencakup (Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi

Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat) sebagai objek penelitiannya, sedangkan

pada penelitian ini adalah Provinsi Sumatera Barat.

Berangkat dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti

sejauh mana pengaruh infrastruktur jalan, lisrik, dan ketersediaan pelabuhan pada

pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat. Untuk itu penulis kemudian

mengambil judul “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Barat”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka rumusan masalah

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan

ekonomi Provinsi Sumatera Barat?

2. Bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur listrik terhadap

pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat?

3. Bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur pelabuhan terhadap

pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat?


1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh pembangunan infrastruktur jalan terhadap

pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat.

2. Untuk mengetahui pengaruh pembangunan infrastruktur listrik terhadap

pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat.

3. Untuk mengetahui pengaruh pembangunan infrastruktur pelabuhan terhadap

pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan

bagi pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam menetapkan kebijakan terkait

dengan bidang infrastruktur.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang melakukan studi terkait.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah dan tujuan di atas serta agar penelitian ini

lebih terarah maka ruang lingkup pembahasan penelitian ini adalah infrastruktur

jalan, infrastruktur listrik, infrastruktur pelabuhan di Provinsi Sumatera Barat

dengan periode pengamatan tahun 2004-2018.


1.6. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dengan sistematika bab yang terdiri dari

pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil dan pembahasan serta

penutup. Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup

penelitian serta sistematika penulisan dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai uraian teori-teori yang dikumpulkan

dari berbagai sumber tertulis yang berkaitan dengan variabel

dependen pada penelitian, penelitian terdahulu yang mendukung

penelitian ini, kerangka teoritis, serta hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai objek penelitian, jenis dan sumber

data, instrumen penelitian, teknik pengolahan data, definisi

operasional dari variabel yang digunakan pada penelitian ini serta

teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis dan

memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, hasil

analisis data serta pembahasan yang menjelaskan hasil penelitian.

BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis

data serta saran-saran yang diberikan berkaitan dengan hasil

penelitian bagi pihak yang berkepentingan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2000).

Jadi, pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu

perekonomian. Dari suatu periode keperiode lainnya, kemampuan suatu negara

untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang

meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam

jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi

yang digunakan juga makin berkembang. Di samping itu tenaga kerja bertambah

sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan

dan keterampilan mereka.

Menurut Arsyad (1999) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan

PDRB dan PDB tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau

lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur

ekonomi terjadi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

penting guna menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi suatu negara.

Pertumbuhan (growth) tidak identik dengan “pembangunan (development)”,

pertumbuhan ekonomi adalah salah satu syarat dari banyak syarat yang diperlukan

dalam proses pembangunan. Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan


produksi barang dan jasa secara nasional, sedangkan pembangunan ekonomi

berdimensi lebih luas.

Salah satu sasaran pembangunan ekonomi daerah adalah meningkatkan

laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan

pertumbuhan PDRB menurut harga konstan. Laju pertumbuhan PDRB akan

memperlihatkan proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.

Penekanan pada “proses”, karena mengandung unsur dinamis, perubahan atau

perkembangan. Oleh karena itu pemahaman indikator pertumbuhan ekonomi

biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tahunan. Aspek

tersebut relevan untuk dianalisa sehingga kebijakan-kebijakan ekonomi yang

diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik

dapat dinilai efektifitasnya.

2.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni

pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk (Arsyad,1999). Unsur

pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga :

1. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari

kegiatan produksi suatu masyarakat di mana jumlah, sumber daya alam yang

tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian.

2. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses

pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan

kebutuhan akan tenaga kerja.


3. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat

pertumbuhan output. Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh

produktivitas sektor-sektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya.

Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan

dan manajemen yang lebih baik.

Menurut teori pertumbuhan ekonomi klasik, pertumbuhan ekonomi

bergantung pada faktor-faktor produksi (Sukirno, 1994).

Persamaannya adalah :

ΔY = f (ΔK, ΔL, ΔT)

ΔY = tingkat pertumbuhan ekonomi

ΔK = tingkat pertambahan barang modal

ΔL = tingkat pertambahan tenaga kerja

ΔT = tingkat pertambahan teknologi

2.1.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Pada teori ekonomi neo klasik, permintaan masyarakat tidak menentukan

laju pertumbuhan sebaliknya tergantung dalam pertumbuhan ekonomi serta

pertambahan penawaran faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi.

Pandangan ini didasarkan pada asumsi perekonomian akan tetap mengalami

tingkat kesempatan kerja penuh dan kapasitas barang-barang modal akan tetap

sepenuhnya digunakan dari masa ke masa. Pertambahan faktor- faktor produksi

dan tingkat kemajuan teknologi akan menjadi penentu sampai di mana

perekonomian berkembang (Sukirno,2000:263-264).


Dalam teori neo klasik, rasio modal produksi dengan mudah mengalami

perubahan. Kombinasi jumlah antara modal yang diperlukan dan tenaga kerja

yang diperlukan dapat berubah sesuai dengan kuantitas produksi yang diinginkan.

Apabila modal yang tersedia sedikit, maka tenaga kerja yang digunakan banyak

sebaliknya apabila modal yang digunakan banyak, maka tenaga kerja yang

digunakan sedikit.

Dengan kata lain terdapat fleksibilitas yang menjamin kebebasan

perekonomian dalam menentukan alokasi modal dan tenaga kerja (Rahardja dan

Manurung, 2005:148-150). Teori pertumbuhan neo klasik mempunyai suatu

persamaan yang umum untuk menjelaskan teorinya yaitu suatu persamaan yang

dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul Douglas, yang secara lazim disebut

fungsi produksi Cobb douglas. Fungsi tersebut dapat dituliskan secara berikut :

Yt = TtKα tL β t ……………………………………..(1)

dimana:

Yt = tingkat produksi tahun t

Tt = tingkat teknologi tahun t

Kt = jumlah modal kapital pada tahun t

Lt = jumlah tenaga kerja pada tahun t

α = pertambahan produksi yang diciptakan oleh pertambahan satu

modal

β = pertambahan produksi yang diciptakan oleh pertambahan satu

unit tenaga Kerja.


Dari persamaan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa merujuk

teori pertumbuhan klasik, laju pertumbuhan ekonomi negara tergantung kepada

tingkat perkembangan teknologi, peranan modal dalam menciptakan pendapatan

nasional (produksi marginal modal) dikalikan dengan tingkat perkembangan stok

modal dan peranan tenaga kerja dalam menciptakan pendapatan nasional

(produktivitas tenaga kerja) dikalikan dengan tingkat pertambahan tenaga kerja

(Arsyad, 2004:60).

2.1.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu proses pemerintah daerah

dan masyarakatnya dalam mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan

lapangan kerja baru dan merangsang pekembangan kegiatan ekonomi dalam

wilayah tersebut (Lincoln Arsyad,1999). Pada saat ini tidak ada satupun teori

yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif,

namun beberapa teori secara parsial dapat membantu untuk memahami arti

penting pembangunan ekonomi daerah dan teori-teori yang membahas tentang

faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah.

Ada beberapa variabel yang dapat dipilih sebagai indikator atau pengukur

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu peningkatan

dalam kemakmuran suatu kawasan. Peningkatan ini meliputi baik kepada

kapasitas produksi ataupun volume riil produksi (Adisasmita, 2010). Pertumbuhan

ekonomi juga dapat dinyatakan sebagai peningkatan dalam sejumlah komoditas

yang dapat digunakan atau diperoleh di suatu daerah. Konsep ini menyangkut
pengaruh perdagangan yaitu dapat diperolehnya komoditas sebagai supply hasil

akhir yang meningkat melalui pertukaran antar kawasan.

Dalam konteks kewilayahan, setiap wilayah juga menjadikan pertumbuhan

ekonomi sebagai target ekonomi makro. Pertumbuhan ekonomi wilayah menjadi

faktor yang paling penting dalam keberhasilan perekonomian suatu wilayah untuk

jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan dan dianggap sebagai

sumber peningkatan standar hidup (standard of living) penduduk yang jumlahnya

terus meningkat, dimana proses pertumbuhan ekonomi wilayah secara garis

besarnya dipengaruhi oleh dua macam faktor, yakni faktor ekonomi dan non

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah sangat tergantung pada sumber

daya alamnya, sumber daya manusia, kapital, usaha, teknologi dan sebagainya.

Semua itu merupakan faktor-faktor ekonomi, tetapi pertumbuhan ekonomi

tidak mungkin bisa terjadi selama lembaga sosial dan budaya, kondisi politik dan

keamanan serta nilai-nilai moral dalam suatu bangsa tidak menunjang. Dengan

kata lain tanpa adanya dukungan faktor-faktor non ekonomi semacam itu secara

baik, maka pertumbuhan ekonomi kemungkinan tidak terwujud. Menghitung laju

pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah berdasarkan konsep pendapatan

regional atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).

Dalam konsep makro ekonomi, pengeluaran pemerintah (government

expenditure) untuk pembelian barang dan jasa merupakan injeksi terhadap

perekonomian yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran

pemerintah merupakan pengeluaran eksogen yang besarnya ditentukan oleh

sejauh mana ketersediaan anggaran pemerintah yang diperoleh dari pajak (fiscal
policy). Suatu injeksi pengeluaran pemerintah dalam hal ini pembangunan

infrastruktur di suatu daerah tidak hanya menaikkan pendapatan di daerah yang

bersangkutan, tetapi juga menyebarkan kekuatan pendorong kepada daerah-daerah

sekitarnya yang saling berhubungan melalui kenaikan impor. Pengeluaran

pemerintah biasanya ditujukan pada upaya penyediaan infrastruktur berupa

fasilitas umum, maupun berupa transfer langsung yang ditujukan untuk mengatasi

masalah kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.

2.2. Kajian Tentang Infrastruktur

Infrastruktur merupakan keseluruhan elemen yang berguna untuk

berfungsinya perekonomian dengan memfasilitasi sirkulasi barang dan ide. Setiap

usaha untuk meningkatkan dan mendivervikasi produksi, memperluas

perdagangan, menyebarkan penduduk, mengurangi kemiskinan, serta

memperbaiki kondisi lingkungan membutuhkan prasarana infrastruktur. Dalam

kamus bahasa Indonesia infrastruktur dapat diartikan sebagai sarana dan prasarana

umum. Sarana secara umum dikenal juga sebagai fasilitas publik, seperti jalan,

listrik, jembatan, rumah sakit, pelabuhan.

MacMillan Dictionary Of Modern Economics (1996) menyebutkan

infrastruktur merupakan elemen struktural ekonomi yang memfasilitasi arus

barang dan jasa antara pembeli dan penjual. Sementara itu The Routledge Of

Economics (1995) memberikan pengertian yang lebih luas yaitu infrastruktur

merupakan pelayanan utama dari suatu negara yang membantu kegiatan ekonomi

dan kegiatan masyarakat sehingga dapat berlangsung yaitu dengan menyediakan

transportasi dan juga fasilitas pendukung lainya.


Fox dalam Rachel Shally (1997) mendefinisikan infrastruktur sebagai,

“those services derived from the set public work tradisionally supported by the

public sector to enchance private sector production and to allow for household

consumption”. Selanjutnya Vaughn and Pollard (2003) menyatakan infrastruktur

secara umum meliputi jalan, jembatan, air dan sistem pembuangan, bandar udara,

pelabuhan, bangunan umum, dan juga termasuk sekolah-sekolah, fasilitas

kesehatan, penjara, tempat rekreasi, pembangkit listrik, keamanan, dan

telekomunikasi.

Todaro (2007) juga mendefinisikan infrastruktur sebagai salah satu faktor

penting yang menentukan pembangunan ekonomi. “the underlying amount of

physical and financial capital embodied in roads, railways, waterways, airways,

and other forms of transportation and communication plus water supplies,

finacila instituons, electricity, and public services such as health and education.

The level of infrastructural development in a country is a crucial factor determing

the pace and diversity of economic development.”

Kodoatie (2003) mendefinisikan infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas

fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-

fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah,

transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan

ekonomi dan sosial.

World Bank Report (1994) membagi infrastruktur menjadi tiga golongan

yaitu :
1. Infrastruktur ekonomi yang merupakan aset fisik dalam menyediakan jasa dan

digunakan dalam produksi dan konsumsi final meliputi public utility

(telekomunikasi, air minum, sanitasi, dan gas), public works (jalan, bendungan,

saluran irigasi, dan lapangan terbang).

2. Infrastruktur sosial yang merupakan aset yang mendukung kesehatan dan

keahlian masyarakat meliputi pendidikan (sekolah dan perpustakan), kesehatan

(rumah sakit, pusat kesehatan), serta untuk rekreasi (taman, museum, dan lain-

lain).

3. Infrastruktur administrasi/institusi yang meliputi penegakkan hukum, kontrol

administrasi dan kordinasi, serta kebudayaan.

Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang

Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur, menjelaskan beberapa jenis

infrastruktur yang penyediaannya diatur pemerintah, yaitu: infrastruktur

transportasi, infrastruktur jalan, infrastruktur pengairan, infrastruktur air minum

dan sanitasi, infrastruktur telematika, infrastruktur ketenagalistrikan, dan

infrastruktur pengangkutan minyak dan gas bumi.

Dalam banyak pembahasan infrastruktur dapat dikatakan memiliki sifat

sebagai barang publik, hal ini sejalan dengan penjelasan Stiglizt (2000: 104), yang

menyatakan bahwa beberapa infrastruktur seperti jalan, pendidikan merupakan

salah satu barang publik yang disediakan oleh pemerintah meskipun infrastruktur

ini bukanlah barang publik murni.

Barang publik mempunyai dua ciri utama dari sisi penggunaannya

(konsumsi barang publik), yaitu non-rivalry dan non-excludable, merupakan sifat


rivalitas (persaingan) dalam mengkonsumsi atau menggunakan suatu barang,

maknanya adalah jika suatu barang digunakan oleh seseorang, barang tersebut

tidak dapat digunakan orang lain. Jika seseorang mengkonsumsi atau

menggunakan suatu barang dan orang lain mengkonsumsi barang tersebut, dengan

kata lain, jika kondisi sebaliknya yaitu ketika seseorang mampu untuk menahan

orang lain untuk bersama-sama mengonsumsi barang tersebut, barang itu dapat

dikatakan sebagai barang publik. Dengan memahami sifat infrastruktur sebagai

barang publik, maka berdasarkan teori infrastruktur memilki karakter eksternalitas.

Hal ini sesuai dengan sifatnya, yaitu dimana infrastruktur disediakan oleh

pemerintah dan bagi setiap pihak yang menggunakan infrastruktur tidak

memberikan bayaran secara langsung atas pengguna infrastruktur.

Canning dan Pedroni (2004: 11) menyatakan bahwa infrastruktur memiliki

sifat eksternalitas. Berbagai infrastruktur seperti jalan, pendidikan, kesehatan dsb

memiliki eksternalitas positif. Memberikan dukungan bahwa fasilitas yang

diberikan oleh berbagai infrastruktur merupakan eksternalitas positif dan dapat

meningkatkan produktifitas semua input dalam proses produksi. Eksternalitas

positif pada infrastruktur yaitu berupa efek limpahan (spillover effect) dalam

bentuk peningkatan produksi perusahaan-perusahaan dan sektor pertanian tanpa

harus meningkatkan modal tenaga kerja/juga meningkatkan level teknologi.

Dengan dibangunnya infrastruktur, tingkat produktifitas perusahaan dan sektor

pertanian akan meningkat. Salah satunya (yang paling nampak) adalah

pembangunan jalan (Wyne, 1996: 72).


2.3. Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan pembangunan

ekonomi suatu daerah. Perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah

tertentu dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satu adalah pembangunan sektor

infrastruktur dimana faktor ini dapat menjadi urat nadi perekonomian daerah.

Penelitian mengenai keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan

infrastruktur telah banyak dilakukan.

Todaro (2000: 143) menjelaskan bahwa “tingkat ketersediaan

infrastruktur di suatu negara dan daerah tertentu adalah faktor penting dan

menentukan bagi tingkat kecepatan dan perluasan pembangunan ekonomi”. Hal

senada juga dikemukakan Mankiw (2003) menyatakan bahwa ada beberapa hal

yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi, diantaranya adalah modal fisik,

modal manusia, sumber daya alam, dan pengetahuan teknologis. Capital meliputi

investasi sektor publik dan privat dalam perekonomian, misalnya saja sektor

privat melakukan pembangunan pabrik, pembelian mesin-mesin produksi baru.

Sedangkan sektor publik dengan membangun infrastruktur seperti jalan, jembatan,

pelabuhan laut, jaringan telekomunikasi, dan jaringan listrik yang disebut juga

sebagai public capital.

Lebih lanjut Mankiw (2004:57). “Pekerja akan lebih produktif jika mereka

mempunyai alat-alat untuk bekerja. Peralatan dan infrastruktur yang digunakan

untuk menghasilkan barang dan jasa disebut modal fisik yang selanjutnya akan

mendorong pertumbuhan ekonomi pada suatu negara”


Marwan Ja’far (2007) dalam penelitian tentang peranan infrastruktur

terhadap pertumbuhan ekonomi menyimpulkan bahwa infrastruktur memiliki

peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi bahwa dalam jangka pendek

infrastruktur dapat menciptakan lapangan kerja, dan dalam jangka menengah dan

panjang infrastruktur akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktifitas

sektor-sektor ekonomi terkait.

Tunjung Hapsari (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh

infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia mendapatkan

kesimpulan bahwa infrastruktur jalan, listrik menunjukkan pengaruh yang

signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sementara dua infrastruktur

yakni infrastruktur telepon dan air tidak berpengaruh atas pertumbuhan ekonomi.

Permana dan Alla (2010: 16) menunjukkan bahwa “variabel infrastruktur

termasuk panjang jalan beraspal berpengaruh terhadap investasi dan

pertumbuhan ekonomi”. Dengan baiknya infrastruktur, yang dalam penelitian ini

dilihat dari panjang jalan yang dalam keadaan baik, maka proses produksi sampai

distribusi kepada konsumen akan lebih singkat sehingga kegiatannya menjadi

efisien. Sejalan dengan hal tersebut, Firdaus 2008 dalam (Permana dan Alla

2010:18) mengemukakan bahwa “suplai tenaga listrik dan infrastruktur sosial

berpengaruh signifikan terhadap daya tarik investasi dan pertumbuhan ekonomi

pada suatu wilayah.”

Robert E. Looney dan David Winterford (1972-1991) menunjukkan

adanya hubungan yang sangat erat di Pakistan antara keberadaan infrastruktur

regional dan tingkat pembangunan sosial ekonomi secara luas. Selain itu,
penelitian ini juga menekankan pentingnya perbedaan jenis infrastruktur dalam

transportasi untuk membangun regional. Penelitian ini diakhiri dengan

rekomendasi kebijakan mengenai tingkat dan kombinasi infrastruktur keras (Hard

Infrastructure) yang dapat digunakan para pengambil kebijakan untuk

mengurangi disparitas pendapatan antar daerah yang ada di Pakistan.

Munnell (1990), dengan melakukan penelitian dampak infrastruktur publik

terhadap pertumbuhan produktifitas di 48 negara bagian Amerika selama tahun

1970-1986, dengan menggunakan variabel jalan, sekolah, rumah sakit, fasilitas air

minum, gas, listrik dan infrastruktur non militer lainnya, menyimpulkan bahwa

infrastruktur tersebut memberikan dampak positif terhadap produktifitas yang

selanjutnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di 48 negara bagian

Amerika.

Kemudian Sylvie Bertrand (1999) melakukan penelitian untuk mengetahui

peran infrastruktur publik pada pertumbuhan ekonomi regional Prancis pada

periode 1982-1983, dalam penelitian ini didapat bahwa infrastruktur publik seperti

jalan, jembatan, listrik, pelabuhan, sekolah, dan sanitasi berpengaruh dalam

merangsang pertumbuhan ekonomi regional Prancis.

Hasil studi Bank Dunia dalam Infrastructure for Development (1994)

menyatakan bahwa faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia

pada abad ke-20 menjadi relatif cepat dibandingkan dengan beberapa abad

sebelumnya adalah karena kemajuan teknologi dan pertumbuhan infrastruktur.

Berdasarkan kajian empris, dapat dibuktikan bahwa semakin maju atau semakin
modern tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin besar pula tingkat

kebutuhan akan infrastruktur.

Wylie (1996: 37) dalam penelitian peran infrastruktur terhadap

pertumbuhan ekonomi di Kanada, infrastruktur jalan merupakan yang paling

berpengaruh dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Kanada. Ini didasari atas

ketersedian infrastruktur jalan maka akan membuka akses yang baik di suatu

wilayah, sehingga menyebabkan kelancaran produksi.

Menurut Garmendia dkk (2004:04), hubungan antara jasa infrastruktur,

pertumbuhan ekonomi dan hasil-hasil sosial seperti bekerjanya Millennium

Development Goals melalui saluran-saluran yang ganda seperti yang dilukiskan di

dalam gambar 2.1. Kontribusi dari jasa seperti air, sanitasi transportasi dan energi

secara langsung rumah tangga menerima manfaat dan dapat memperbaiki

kesejahteraan mereka. Banyak dari manfaat infrastruktur kepada perusahaan di

Prancis, sebagai contoh, bahwa diagram input output mengungkapkan perusahaan

perusahaan mengkonsumsi dua pertiga dari semua jasa prasarana (Prud'homme

dalam Garmendia, et al., 2004:04). Jadi, dengan demikian saluran perusahaan

akan menurunkan biaya-biaya dan yang paling penting, peluang pasar diperluas

(terutama melalui telekomunikasi-telekomunikasi dan pengangkutan). Laba yang

hasilnya di dalam daya saing dan produksi adalah apa yang dihasilkan di dalam

pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya kesejahteraan.

Gambar 2.1 menunjukkan adanya keterkaitan antara persediaan

infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur secara tidak langsung

akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui jalur rumah tangga (melalui


peningkatan kesejahteraan) dan perusahaan (melalui penurunan biaya dan

perluasan pasar) yang nantinya akan berpengaruh secara bersama-sama terhadap

pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur mempunyai manfaat menggerakkan berbagai

sektor perkenonomian karena dianggap sebagai social overhead capital

(Hirchman dalam Yanuar dalam Permana (2009:11)).

Gambar 2.1
Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi

Infrastruktur

Keuntungan Rumah Keuntungan


Tangga Perusahaan

Peningkatan
Perluasan Pasar Penurunan Biaya
Kesejahteraan

Pertumbuhan
Ekonomi

Sumber : diolah sendiri

2.4. Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi Regional

Kajian teori ekonomi pembangunan menurut Sjafrizal (2008) dikatakan

bahwa untuk menciptakan dan meningkatkan kegiatan ekonomi diperlukan sarana

infrastruktur yang memadai. Ilustrasi sederhana, seandainya semula tidak ada

akses jalan lalu dibuat jalan maka dengan akses tersebut akan meningkatakan
aktivitas perekonomian. Contoh lainnya jika di suatu komunitas bisnis yang

awalnya tidak mempunyai aliran listrik dibandingkan dengan setelah adanya

aliran listrik kegiatan ekonomi di komunitas tersebut tentu akan semakin lancar

dan meningkat. Hal tersebut terjadi karena penggunaan listrik sangat dibutuhkan

sebagai faktor utama dalam menunjang kegiatan proses produksi di sektor manufaktur

(Amalia, 2007).

Infrastruktur fisik, terutama jaringan jalan sebagai pembentuk struktur

ruang nasional memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah maupun sosial budaya kehidupan masyarakat. Dalam

konteks ekonomi, jalan sebagai modal sosial masyarakat merupakan tempat

bertumpu perkembangan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi

sulit dicapai tanpa ketersediaan jalan memadai.

Tambunan (2005) dikutip oleh Arman (2008) menegaskan bahwa manfaat

ekonomi infrastruktur jalan sangat tinggi apabila infrastruktur tersebut dibangun

tepat untuk melayani kebutuhan masyarakat dan dunia usaha yang berkembang.

Tambunan menunjukkan manfaat variabel infrastruktur (diukur dengan panjang

jalan aspal) terhadap peningkatan beragam tanaman pangan dipulau Jawa jauh

lebih signifikan berpengaruh terhadap produksi tanaman pangan dibandingkan

dengan pembangunan pengairan. Lebih lanjut menyatakan bahwa infrastruktur

merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi.

Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur

mempengaruhi marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks


ekonomi makro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap

pengurangan biaya produksi.

Secara langsung atau tidak langsung masing-masing infrastruktur fisik

memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Seperti

keberadaan infrastruktur jalan memiliki peran vital dalam mendukung

berlangsungnya aktivitas sektor-sektor lain, dan berpengaruh sebagai prasarana

penggerak angkutan bahan mentah untuk produksi, maupun prasarana penggerak

distribusi pemasaran dan jasa yang dihasilkan.

2.5. Infrastruktur dan Stabilitas Ekonomi

Perekonomian suatu negara dikatakan stabil apabila kondisi output

(pertumbuhan) dan kenaikan harga umum (inflasi) tidak fluktuatif. Karena output

(PDRB riil) dan harga umum merupakan hasil interaksi permintaan dan

penawaran agregat, maka stabilitas output dan harga menunjukkan stabilitas dan

keseimbangan pergerakan sisi permintaan dan sisi penawaran agregat.

Gejala pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan inflasi misalnya, dapat

menyebabkan pertumbuhan permintaan agregat yang tidak diimbangi oleh

pertumbuhan penawaran agregat. Karena inflasi di Indonesia murni merupakan

gejala moneter.

Maka penangananya tidak dapat dilakukan dengan hanya mengandalkan

kebijakan moneter. Kebijakan disektor riil sangat dibutuhkan untuk mengimbangi

pertumbuhan permintaan agregat yang lebih cepat dari tingkat pertumbuhan

penawaran agregat. Untuk barang-arang tradeable, seperti bahan makanan,

kendaraan bermotor, maupun barang-barang industri, peningkatan pasokan dapat


dilakukan dengan impor. Namun untuk barang-barang non-tradeable,

penambahan pasokan harus diusahakan oleh perekonomian domestik dengan

dukungan oleh peningkatan efisiensi.

Lemahnya sisi penawaran agregat ini bukanlah masalah yang baru bagi

bangsa Indonesia. Krisis yang dialami pada pertengahan 1960-an juga disebabkan

lemahnya sisi penawaran agregat. Bukan berarti selama ini pembangunan jangka

panjang Indonesia sisi penawarannya tidak berkembang. Melainkan pertumbuhan

penawaran agregat kalah cepat dibandingkan permintaan agregat. Salah satu

faktor yang penting adalah kekurangan infrastruktur, ternyata sekalipun banyak

kemajuan dalam hal pembangunan infrastruktur, kemajuan tersebut belum

mamadai dibandingkan dengan kebutuhan. Dalam hal yang lebih luas dan dapat

ditunjukkan bahwa faktor infrastruktur mempunyai pengaruh yang besar terhadap

masalah pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

Beberapa studi empiris yang dilakukan di Indonesia juga membawa

kesimpulan tentang pentingnya infrastruktur bagi stabilitas perekonomian

khususnya stabilitas pertumbuhan ekonomi dan terkendalinya inflasi. Studi yang

dilakukan Simorangkir (2004:48) tentang faktor-faktor penentu inflasi regional,

membawa pada suatu kesimpulan yakni ketersediaan infrastruktur yang makin

baik di suatu daerah akan mempengaruhi tingkat penurunan inflasi di daerah yang

bersangkutan.

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian lain yang berkaitan dengan infrastruktur ekonomi dan

pertumbuhan ekonomi (PDRB) pernah dilakukan oleh Munnell (1990) dengan


fungsi produksi Cobb Douglas, mendukung dampak yang kuat dan signifikan dari

infrastruktur publik pada pertumbuhan produktifitas di 48 negara bagian USA

selama tahun 1970-1986. Variabel yang digunakan meliputi jalan, sekolah, rumah

sakit, fasilitas air minum, gas, litrik, dan infrastruktur non militer lainnya serta

mesin-mesin. Hasilnya menunjukkan bahwa modal publik mempunyai dampak

yang sangat positif pada produksifitas output dengan elastisitas sebesar 0,15%

sedangkan modal swasta 0,31% atau elastisitas modal publik setengah dari modal

swasta.

Wylie (1996: 37) melakukan penelitian yang berfokus pada peran

infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Kanada. Penelitian ini

dilatarbelakangi oleh prestasi perekonomian Kanada yang buruk pada kurun

waktu 1947-1972) dan 1973-1991. Buruknya pertumbuhan ekonomi tersebut

diduga sebagai akibat dari turunnya produktifitas pekerja, yaitu 5,84 persen

menjadi 2,63 persen pertahun. Sedangkan total modal infrastruktur per pekerja

juga turun 6,09 persen menjadi 3,05 persen pada kurun waktu yang sama. Atas

dasar ini Wylie mencoba menguji peran infrastruktur terhadap pertumbuhan

ekonomi Kanada dengan menggunakan model fungsi Cob-Douglas. Dengan

menganggap infrastruktur mempunyai pengaruh terhadap produktifitas pekerja

sehingga demikian tingkat produktifitas akan memberikan dampak yang positif

terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini didasarkan pada makna capital deepening

sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi sehingga definisi infrastruktur

dalam penelitian ini cukup banyak, yaitu dari pelayanan transportasi, sistem

telepon, listrik perdagangan, keungan, asuransi, real estate, sekolah, dan rumah
sakit. Data yang digunakan adalah output riil (real GDP) sedangkan infrastruktur

diukur dengan stok infrastruktur di Kanada. Hasil penelitiaan ini menyimpulkan

adanya kaitan antara infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi dan produktifitas

pekerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Sylvie Chart dan Bertrand Schmitt pada

tahun 1999, dengan fungsi produksi yang menggunakan tiga input (public capital,

private capital, employment), kedua peneliti tersebut melakukan penelitian untuk

mengetahui peran infrastruktur publik pada pertumbuhan ekonomi regional di

Prancis. Estimasi dilakukan dengan metode ekonometrik data-panel dari 22

regional di Prancis pada periode 1982-1993. Dalam penelitian ini didapat bahwa

capital public berpengaruh dalam merangsang pertumbuhan ekonomi regional,

namun tidak bepengaruh dalam mengurangi disparitas antar regional.

Penelitian lain yang berkaitan dengan infrastruktur ekonomi dan

pertumbuhan ekonomi (PDRB) pernah dilakukan di China oleh Fan dan Connie

(2005) meneliti tentang kontribusi infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan

ekonomi dan pengurangan jumlah kemiskinan untuk kasus negara China. Hasil

yang diperoleh dengan menggunakan data panel adalah daerah dengan kondisi

jalan yang bagus akan lebih cepat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan

pengentasan kemiskinan dibandingkan dengan daerah yang kondisi jalannya tidak

bagus.

Sibarani (2002) mengenai kontribusi infrastruktur pada pertumbuhan

ekonomi Indonesia, menyimpulkan bahwa infrastruktur (jalan, listrik, telepon)

memberikan pengaruh yang signifikan dan positif pada agregat output yang
diwakili oleh variabel pendapatan per kapita. Kontribusi setiap jenis infrastruktur

untuk setiap wilayah berbeda. Untuk estimasi dengan data semua provinsi di

Indonesia hasil yang diperoleh adalah elastisitas listrik pada pertumbuhan yaitu

0,06; pendidikan 0,07; investasi 0,01. Variabel jalan dan telepon tidak signifikan.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kebijakan pembangunan infrastruktur

yang terpusat di pulau Jawa dan Indonesia Bagian Barat (IBB) menimbulkan

disparitas pendapatan perkapita di masing-masing daerah di Indonesia, terutama

antara pulau Jawa dengan luar Jawa dan Indonesia Bagian Barat (IBB) dengan

Indonesia Bagian Timur (IBT), meskipun pada saat yang sama pertumbuhan

ekonomi meningkat.

Yunie Rahayu dan Ahmad Soleh (2007) dalam penelitiannya tentang

pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Povinsi

Jambi yang diestimasi untuk provinsi Jambi (10 kab/kota) serta menggunakan

pendekatan fungsi Cobb Douglas menemukan bahwa infrastruktur jalan, listrik

dan telepon berpengaruh positif terhadap output yang dihasilkan dengan

infrastruktur listrik mempunyai elastisitas terbesar yaitu 0,591, disusul oleh jalan

sebesar 0,499, dan telepon sebesar 0,067. Sementara pendidikan justru

berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar -2,934.

Penelitian Prasetyo (2008) yang berjudul “Ketimpangan dan Pengaruh

Infrastruktur terhadap Pembangunan Ekonomi Kawasan Barat Indonesia (KBI)”

mendapatkan hasil estimasi untuk elastisitas masing-masing variabel yaitu: listrik

0,22; panjang jalan 0,08; stok modal 0,02; dummy OTDA 0,04, sedangkan untuk

variabel air bersih tidak signifikan.


Selanjutnya Tunjung Hapsari (2011) telah melakukan penelitian dengan

variabel yang sama namun objek yang berbeda, yaitu pengaruh infrastruktur

terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan menggunakan data panel

dengan kurun waktu dari 2004 hingga 2009 untuk 26 provinsi di Indonesia

mendapatkan bahwa hanya dua variabel yang memiliki pengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu jalan dan listrik. Sedangkan variabel

telepon dan air tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi.

Kemudian Youdhi Permadi Ma’ruf dan Ir. Jeluddin Daud, M.Eng (2013)

melakukan penelitian mengenai pengaruh investasi infrastruktur jalan terhadap

pertumbuhan ekonomi wilayah di Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera

Barat menggunakan metode analisis uji korelasi dan regresi yang bertujuan untuk

melihat keeratan hubungan antara dua variabel atau lebih. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa infrastruktur pekerjaan umum, termasuk infrastruktur jalan

memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi wilayah. Dari

penelitian ini juga diketahui bahwa infrastruktur jalan berkontribusi positif pada

delapan macam indikator pertumbuhan ekonomi, yaitu: (a) jasa, (b) transportasi

dan komunikasi, (c) industri pengolahan, (d) pertambangan dan penggalian, (e)

konstruksi/bangunan, (f) pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, (g)

listrik, gas, dan air bersih, serta (h) perdagangan, hotel, dan restoran. Walaupun

demikian, kontribusi infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan ekonomi tidak

terlepas dari adanya infrastruktur pekerjaan umum yang lain.


Penelitian lain juga dilakukan oleh Sabarudin (2014) tentang pengaruh

pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Pulau Sulawesi

menemukan hasil bahwa secara bersama-sama infrastruktur jalan, listrik, dan

pelabuhan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pulau Sulawesi.

Penelitian oleh Tino Handayani, Didik Susetyo dan M. Syirod Saleh (2017)

tentang pengaruh belanja modal, infrastruktur dan indeks pembangunan manusia

terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sumatera Selatan dengan

analisis regresi data panel yang menggunakan metode fixed effect menunjukkan

bahwa belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB,

infrastruktur panjang jalan berpengaruh secara signifikan dengan hubungan

negatif terhadap PDRB dan IPM berpengaruh secara signifikan dengan hubungan

negatif terhadap PDRB.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Azuwandri, Retno Agustina

Ekaputri, dan Sunoto (2019) tentang pengaruh pembangunan infrastruktur

terhadap pertumbuhan ekonomi di Povinsi Bengkulu pada rentang waktu 2009‐

2013. Dengan menggunakan variabel jalan, listrik, telepon dan air menemukan

bahwa variabel tersebut signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Namun

tidak semua variabel berpengaruh positif, variabel telepon memiliki korelasi

negatif, tetapi masih berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Adapun penelitian terdahulu yang secara ringkas dapat dilihat pada tabel

2.1 dibawah ini :


Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti/
Variabel Populasi/ Teknik
No Tahun/ Judul/ Hasil
Penelitian Sampel Analisis
Sumber
1 Munnell/ Variabel bebas US state Analisis Kesimpulan
1990/ How : infrastruktur regresi modal publik
does Public publik mempunyai
Infrastructure pertumbuhan dampak yang
Affect produktifitas sangat positif
Regional pada produktifitas
Performance?/ Variabel output dengan
terikat :jalan, elastisitas sebesar
Munnell, sekolah, 0,15% sedangkan
A.H.1990. rumah sakit, modal swasta
“How does fasilitas air 0,31% atau
Public minum, gas, elastisitas modal
Infrastructure listrik, dan publik setengah
Affect infrastruktur dari modal
Regional non militer swasta.
Performance? lainya serta
”, New mesin-mesin.
England
Economic
Review,
Sept./Oct., 11-
32.
2 Wylie/ 1995/ Variabel bebas Kanada REM Hasil penelitiaan
Peran : infrastruktur ini menyimpulkan
Infrastruktur adanya kaitan
Terhadap Variabel antara
Pertumbuhan terikat : infrastruktur dan
Ekonomi di pertumbuhan pertumbuhan
Kanada/ ekonomi ekonomi dan
produktifitas
Wylie. 1995. pekerja.
Canadian
Business
Economics,
Infrastructure
and Canadian
Economic
Growth.
3 Sylvie Charlot Public capital, 22 regions Cobb-Doublas Dalam penelitian
dan Bertrand private of France production ini di dapat bahwa
Schmitt/ 1999/ capital, for the function, capital public
Peran employment period simple berpengaruh
Infrastruktur 1982-1993 regression dalam
Publik Pada using ordinary merangsang
Pertumbuhan least squares pertumbuhan
Ekonomi (OLS) ekonomi regional,
Regional di namun tidak
Prancis/ bepengaruh dalam
mengurangi
Charlot, disparitas antar
Sylvie., regional.
Bertrand
Schmitt. 1999.
Public
Infrastructure
and Economic
Growth In
France‘s
Regions.
Paper (# 129)
for ERSA 39th
Congress,
Dublin,
Ireland, 23-27
August 1999.
4 Fan S, Connie Variabel bebas China Data panel Hasil yang
Chan-Kang/ : road diperoleh dengan
2005/ Road development, menggunakan
Development, (pembangunan data panel adalah
Economic infrastruktur daerah dengan
Growth and jalan) kondisi jalan yang
Poverty bagus akan lebih
Reduction in Variabel cepat dalam
China/ terikat : mendorong
economic pertumbuhan
Fan S, Connie growth, and ekonomi dan
Chan-Kang. poverty pengentasan
2005. Road reduction kemiskinan
Development, (pertumbuhan dibandingkan
Economic ekonomi dan dengan daerah
Growth and pengurangan yang kondisi
Poverty jumlah jalannya tidak
Reduction in kemiskinan) bagus.
China.
Research
Report 138.
International
Food Policy
Research
Institute.
Washington
DC.
5 Sibarani/ Variabel bebas 26 provinsi Uji regresi Penelitian ini
2002/ : panjang di panel menyimpulkan
Kontribusi jalan, produksi Indonesia bahwa
Infrastruktur listrik, jumlah selama infrastruktur
Pada telpon, periode (jalan, listrik,
Pertumbuhan investasi dan 1983 – telepon)
Ekonomi tingkat 1997 memberikan
Indonesia/ pendidikan pengaruh yang
signifikan dan
Sibarani, Variabel positif pada
M.H.M., terikat : agregat output
(2002). pendapatan per yang diwakili
Kontribusi kapita oleh variabel
Infrastruktur pendapatan per
terhadap kapita. Hasil
Pertumbuhan penelitian juga
Ekonomi menunjukkan
Indonesia. bahwa kebijakan
Tesis Magister pembangunan
Sains. infrastruktur yang
Program terpusat di pulau
Pascasarjana, Jawa dan
Universitas Indonesia Bagian
Indonesia, Barat (IBB)
Jakarta. menimbulkan
disparitas
pendapatan
perkapita di
masing-masing
daerah di
Indonesia,
terutama antara
pulau Jawa
dengan luar Jawa
dan Indonesia
Bagian Barat
(IBB) dengan
Indonesia Bagian
Timur (IBT),
meskipun pada
saat yang sama
pertumbuhan
ekonomi
meningkat.
6 Yunie Rahayu Variabel 11 Deskriptif Penelitian ini
dan Ahmad bebas : Kabupaten/ kualitatif dan menemukan
Soleh/ 2017/ pembangunan kota di kuantitatif, bahwa
Pengaruh infrastruktur Povinsi analisis infrastruktur
Pembangunan pendidikan, Jambi ekonomitrik jalan, listrik dan
Infrastruktur jalan, listrk, data panel telepon
Terhadap telepon berpengaruh
Pertumbuhan positif terhadap
Ekonomi Variabel output yang
Povinsi terikat : dihasilkan dengan
Jambi/ pertumbuhan nfrastruktur listrik
ekonomi mempunyai
Rahayu, Povinsi Jambi elastisitas terbesar
Yunie., yaitu 0,591,
Ahmad Soleh. disusul oleh jalan
2017. sebesar 0,499, dan
Pengaruh telepon sebesar
Pembangunan 0,067. Sementara
Infrastruktur pendidikan justru
Terhadap berpengaruh
Pertumbuhan negatif terhadap
Ekonomi pertumbuhan
Povinsi Jambi. ekonomi yaitu
Jurnal sebesar -2,934.
Development.(
5)2.
7 Prasetyo/ Variabel bebas 14 propinsi Analisis Penelitian ini
2008/ : infrastruktur di KBI deskiptif, mendapatkan
Ketimpangan panjang jalan, analisis hasil estimasi
dan Pengaruh listrik, fasilitas spasial, untuk elastisitas
Infrastruktur air bersih analisis masing-masing
Terhadap Location variabel yaitu:
pembangunan Variabel Quotient (LQ) listrik 0,22;
Ekonomi terikat : , analisis panjang jalan
Kawasan pembangunan ketimpangan 0,08; stok modal
Barat ekonomi (indeks 0,02; dummy
Indonesia Kawasan Williamson), OTDA 0,04,
(KBI)/ Barat tipologi sedangkan untuk
Indonesia Klassen, variabel air bersih
Prasetyo. (KBI) analisis tidak signifikan
2008. regresi data
Ketimpangan panel
dan Pengaruh
Infrastruktur
Terhadap
Pembangunan
Ekonomi
Kawasan
Barat
Indonesia
(KBI).
Departemen
Ilmu
Ekonomi,
Fakultas
Ekonomi dan
Manajemen,
Institut
Pertanian
Bogor.
8 Tunjung Variabel 26 Provinsi Uji Hasil penelitian
Hapsari/ 2011/ bebas : di Asumsi Klasik ini menu jukan
Pengaruh infrastruktur Indonesia (multikolinear bahwa dari
Infrastruktur jalan, listrik, itas, keempat variabel
Terhadap telepon, air heteroskedasti bebas, dua
Pertumbuhan sitas, dan variabel
Ekonomi di Variabel autokorelasi) mempunyai
Indonesia/ terikat : pengaruh yang
pertumbuhan signifikan
Hapsari, ekonomi di terhadap
Tunjung. Indonesia pertumbuhan
2011. ekonomi yaitu
Pengaruh jalan dan listrik,
Infrastruktur dan dua variabel
Terhadap lagi yang tidak
Pertumbuhan mempunyai
Ekonomi di pengaruh yang
Indonesia. signifikan yaitu
Skripsi Sarjana telepon dan air.
Ekonomi.
Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis. UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta.
9 Youdhi Variabel Kabupaten Analisis uji Hasil penelitian
Permadi bebas : Pesisir korelasi dan menunjukkan
Ma’ruf dan Ir. infrastruktur Selatan regresi bahwa
Jeluddin Daud, jalan infrastruktur
M.Eng/ 2014/ pekerjaan umum,
Pengaruh Variabel termasuk
Investasi terikat : infrastruktur jalan
Infrastruktur pertumbuhan memberikan
Jalan ekonomi kontribusi positif
Terhadap wilayah bagi pertumbuhan
Pertumbuhan di kabupaten ekonomi wilayah.
Ekonomi Pesisir Selatan Dari penelitian ini
Wilayah Provinsi juga diketahui
di Kabupaten Sumatera bahwa
Pesisir Selatan Barat infrastruktur jalan
Provinsi berkontribusi
Sumatera positif pada
Barat/ delapan macam
indikator
Ma’ruf, Y. P. pertumbuhan
2014. ekonomi, yaitu:
Pengaruh (a) jasa, (b)
Investasi transportasi dan
Infrastruktur komunikasi, (c)
Jalan industri
Terhadap pengolahan, (d)
Pertumbuhan pertambangan dan
Ekonomi penggalian, (e)
Wilayah di konstruksi/
Kabupaten bangunan, (f)
Pesisir Selatan pertanian,
Provinsi peternakan,
Sumatera kehutanan, dan
Barat. Jurnal perikanan, (g)
Teknik Sipil listrik, gas, dan
USU, 2(3). air bersih, serta
(h) perdagangan,
hotel, dan
restoran.
walaupun
demikian,
kontribusi
infrastruktur jalan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi tidak
terlepas dari
adanya
infrastruktur
pekerjaan umum
yang lain.
10 Sabarudin/ Variabel Pulau Analisis Penelitian ini
2014/ bebas : Sulawesi kualitatif menemukan hasil
Pengaruh infrastruktur (Sulawesi (deskriptif) bahwa secara
Pembangunan jalan, listrik, Utara, dan metode bersama-sama
Infrastruktur pelabuhan Gorontalo, analisis infrastruktur
Terhadap Sulawesi regresi jalan, listrik, dan
Pertumbuhan Variabel Tengah, berganda pelabuhan
Ekonomi terikat : Sulawesi berpengaruh
Pulau pertumbuhan Selatan, signifikan
Sulawesi/ ekonomi Pulau Sulawesi terhadap
Sulawesi Barat, pertumbuhan
Sabarudin. Sulawesi ekonomi Pulau
2014. Tenggara) Sulawesi.
Pengaruh
Pembangunan
Infrastruktur
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Pulau
Sulawesi.
Skripsi Sarjana
Ekonomi.
Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis.
Universitas
Halu Oleo.
Kendari.
11 Tino Variabel Provinsi Analisis Hasil penelitian
Handayani, bebas : belanja Sumatera regresi data menunjukkan
Didik Susetyo modal, Selatan panel, metode bahwa belanja
dan M. Syirod infrastruktur Fixed Eeffect modal
Saleh / 2017/ (jalan), indeks berpengaruh
Pengaruh pembangunan positif dan
Belanja manusia signifikan
Modal, terhadap PDRB,
Infrastruktur Variabel infrastruktur
dan Indeks terikat : panjang jalan
Pembangunan Produk berpengaruh
Manusia Domestik secara signifikan
Terhadap Regional dengan hubungan
Produk Bruto di negatif terhadap
Domestik Provinsi PDRB dan IPM
Regional Sumatera berpengaruh
Bruto di Selatan secara signifikan
Provinsi dengan hubungan
Sumatera negatif terhadap
Selatan/ PDRB.

Handayani,
Tino, Didik
Susetyo dan
M. Syirod
Saleh . 2017.
Pengaruh
Belanja
Modal,
Infrastruktur
dan Indeks
Pembangunan
Manusia
Terhadap
Produk
Domestik
Regional
Bruto di
Provinsi
Sumatera
Selatan.
Jurnal
Ekonomi
Pembangunan,
Vol. 15 (2):
92-100,
Desember
2017.
12 Azuwandri, Variabel Kabupaten/ Analisis Hasil penelitian
Retno bebas : kota yang regresi PLS, menggunakan
Agustina infrastruktur berlokasi Fixed Effects 7.0 eviews
Ekaputri, dan panjang jalan, di provinsi Program
Sunoto/ 2019/ energi listrik, Bengkulu menemukan
Pengaruh telepon dan air bahwa faktor‐
Pembangunan faktor positif dan
Infrastruktur Variabel signifikan
Terhadap terikat : mempengaruhi
Pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan
Ekonomi di ekonomi di ekonomi selama
Povinsi Povinsi tahun 2009‐2013
Bengkulu/ Bengkulu Provinsi
Bengkulu adalah
Azuwandri., variabel
Retno pengamatan
Agustina panjang Jalan,
Ekaputri., dan Energi dan Air,
Sunoto. 2019. meskipun variabel
Pengaruh Telepon memiliki
Pembangunan korelasi negatif,
Infrastruktur tetapi
Terhadap berpengaruh
Pertumbuhan signifikan
Ekonomi di terhadap
Povinsi pertumbuhan
Bengkulu. ekonomi.
EKOMBIS
REVIEW:
Jurnal Ilmiah
Ekonomi dan
Bisnis (7)2.

2.7. Kerangka Teoritis

Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia terus melaksanakan

pembangunan. Salah satu pembangunan yang menjadi sasaran pemerintah adalah

pembangunan pada bidang ekonomi. Mengingat dengan pembangunan pada

bidang ekonomi tersebut diyakini mampu sebagai jalan untuk mensejahterakan

rakyat Indonesia. Salah satu wujud pembangunan ekonomi tersebut adalah


pembangunan bidang infrastruktur. Selanjutnya diyakini mampu menaikkan

PDRB di beberapa daerah Indonesia, komitmen pembangunan infrastruktur

tersebut oleh pemerintah diwujudkan dalam peningkatan belanja infrastruktur

dalam APBN. Dengan peningkatan belanja infrastruktur tersebut dimanfaatkan

oleh pemerintah untuk terus membangun infrastruktur seperti infrastruktur jalan,

infrastruktur listrik serta infrastruktur pelabuhan. Namun yang menjadi masalah

utama dari pembangunan ekonomi tersebut adalah masih terdapatnya

ketimpangan pembangunan antara daerah satu dengan lainnya. Sementara itu

untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat

yang tumbuh di atas nasional dalam lima belas tahun terakhir, dibutuhkan

infrastruktur jalan, infrastruktur listrik dan infrastruktur pelabuhan yang baik.

Untuk memudahkan penelitian yang dilakukan serta untuk memperjelas

akar pemikiran dalam penelitian ini, berikut ini digambarkan suatu kerangka

teoritis secara skematis sebagai berikut :

Gambar 2.2
Kerangka Teoritis Penelitian
Infrastruktur
X1

Jalan
H1
Y
X2
Pertumbuhan
Listrik H2 Ekonomi Provinsi
Sumatera Barat

X3 H3

Pelabuhan

Sumber : diolah sendiri


2.8. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta manfaat yang

telah dijabarkan sebelumnya, maka hipotesis awal yang dapat dirumuskan dalam

penelitian ini adalah :

1. H1 : Variabel infrastruktur jalan (X1) diduga berpengaruh terhadap variabel

pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat (Y).

2. H2 : Variabel infrastruktur listrik (X2) diduga berpengaruh terhadap variabel

pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat (Y).

3. H3 : Variabel infrastruktur pelabuhan (X3) diduga berpengaruh terhadap

variabel pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat (Y).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah pengaruh pembangunan infrastruktur

terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat.

3.2. Jenis dan Sumber Data

3.2.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

antara lain:

1. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat dengan menggunakan data

PDRB atas dasar harga konstan dari tahun 2004-2018.

2. Data panjang jalan Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2004-2018.

3. Data produksi dan konsumsi listrik Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2004-

2018.

4. Data bongkar muat pelabuhan Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2004-2018.

3.2.2. Sumber Data

Data bersumber dari publikasi yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik,

PT. PLN Persero, Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, PT. Pelindo

wilayah II, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional Indonesia.

3.3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

dokumentasi. Di mana semua data-data yang dibutuhkan dikumpulkan baik yang


diperoleh dari instansi terkait ataupun literatur yang memiliki hubungan atau

kesamaan dengan penelitian ini.

3.4. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini proses pengolahan data sebagai berikut:

1. Sortir yaitu teknik yang digunakan untuk memisahkan data-data yang akan

digunakan sesuai dengan kebutuhan.

2. Coding yaitu memberikan tanda terhadap data yang akan digunakan dalam

penelitian.

3. Tabulasi data yaitu data dimasukkan ke dalam tabel kerja dan selanjutnya

diolah secara kuntitatif.

4. Analisis data yaitu tahap pengolahan data dengan menggunakan peralatan

analisis yang telah ditentukan.

5. Interpretasi data yaitu data yang telah diolah kemudian diformulasikan ke

dalam bentuk deskriptif, selanjutnya ditarik kesimpulan.

3.5. Definisi Operasional

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pertumbuhan ekonomi (Y), sedangkan variabel independennya adalah

infrastruktur jalan (X1), infrastruktur listrik (X2), dan infrastruktur pelabuhan (X3)

yang definisi operasionalnya dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut :


Tabel 3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel Penelitian/
Alat Ukur Sumber
Definisi Operasional
Pertumbuhan Ekonomi (Y)/ Dokumentasi data BPS
Nilai PDRB Sumatera Barat atas dasar PDRB Sumatera Barat
harga konstan dari tahun 2004-2018 atas dasar harga
konstan
Infrastruktur jalan (X1)/ Dokumentasi data BPS
Panjang jalan Sumatera Barat dengan panjang jalan dalam
kondisi mantap dan tidak mantap diukur satuan kilometer
dengan kilometer dari tahun 2004-2018.
Infrastruktur listrik (X2)/ Dokumentasi data BPS
Produksi dan konsumsi tenaga listrik di produksi dan PT. PLN
Sumatera Barat yang diukur dalam satuan konsumsi listrik PLN Persero
MWh periode 2004-2018. dalam satuan MWh
Infrastruktur pelabuhan (X3)/ Dokumentasi data BPS
Volume bongkar muat pelabuhan di aktifitas bongkar muat PT. Pelindo
Sumatera Barat dalam satuan ton dari barang dalam satuan wilayah II
tahun 2004-2018. ton

3.6. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini maka menggunakan

metode analisis deskriptif dan kuantitatif, dimana data yang diperoleh terlebih

dahulu dianalisis kemudian dilakukan penarikan kesimpulan untuk menjawab

permasalahan penelitian.

3.6.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan profil data sampel

yang meliputi antara lain : maksimum, minimum, mean (rata-rata) dan data

standar deviasi. Data yang telah diteliti dikelompokkan menjadi 4, yaitu :

infrastruktur jalan, infrastruktur listrik, infrastruktur pelabuhan dan pertumbuhan

ekonomi. Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi

yang lebih jelas dan mudah dipahami. Statistik deskriptif digunakan untuk

memberikan gambaran umum kondisi perekonomian, khususnya data tentang


perkembangan PDRB dan perkembangan ketersediaan infrastruktur (Rahayu,

Yunie, dkk, 2017).

3.6.2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian model terhadap asumsi klasik dilakukan untuk menghasilkan

parameter penduga yang tepat bila memenuhi prasyarat uji normalitas,

autokorelasi, multikolinearitas dan heteroskedasitas.

3.6.2.1. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk menguji distribusi residual apakah

mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah berdistribusi

normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan

mengikuti bentuk distribusi normal (Santoso dkk., 2002) dalam (Iskandar, 2014).

Uji ini dapat dilihat dengan menggunakan kolmogorov smirnov test, histogram,

dan grafik normal P-Plot. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat

penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi. Model

regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.

Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas berdasarkan grafik

normal P-Plot adalah :

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis

diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas.
3.6.2.2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan metode Durbin-Watson

(D-W). D-W mengukur tingkat korelasi serial pada error persamaan regresi di

mana angka D-W statistik yang kurang dari dua mengindikasikan adanya korelasi

serial, implikasi dari adanya korelasi serial pada error adalah model menjadi tidak

konsisten untuk jumlah sampel yang lebih besar, di mana erorr-nya tebaca lebih

besar. Secara umum dapat dilihat patokan bahwa :

- Angka D-W di bawah -2 ada autokorelasi korelasi positif.

- Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.

- Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

3.6.2.3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji korelasi antara variabel

bebas dalam regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

antara variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan

variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

yang akan dimasukkan dalam perhitungan regresi harus mempunyai toleransi di

atas 10% dan VIF di bawah 10%. Selain itu jika VIF lebih dari 10% maka

variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas.

3.6.2.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji ketidaksamaan varian dari

residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah

regresi yang bebas dari heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat grafik scatterplot. Jika gambar dimana titik-titik


tersebut tidak membentuk pola tertentu yang jelas dan titik-titik tersebut menyebar

di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas. Adanya heteroskedastisitas mengindikasikan variabel yang

tidak konstan menghasilkan model estimator yang bias.

3.6.3. Analisis Regresi Linear Berganda

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi linear berganda. Analisis ini berguna untuk meramalkan pengaruh dua

variabel predictor atau lebih terhadap satu variabel kriterium atau untuk

membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional antara dua buah variabel

bebas (X) atau lebih dengan sebuah variabel terikat (Y) (Usman,2003:241).

Analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi

Provinsi Sumatera Barat. Formulasi persamaan regresi linear berganda sendiri

adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ... + e

Dimana:

Y : Pertumbuhan ekonomi (PDRB)

a : Bilangan konstanta

X1 : Infrastruktur jalan

X2 : Infrastruktur listrik

X3 : Infrastruktur pelabuhan

b : koefisien arah regresi

e : faktor lain yang mempengaruhi variabel Y


Arti koefisien b adalah :

1. Jika variabel b positif (+), maka hal tersebut menyatakan hubungan yang

searah antara variabel independen dengan variabel dependen. Dengan kata lain,

jika variabel dependen mengalami kenaikan atau penurunan maka variabel

dependen juga akan mengalami kenaikan atau penuruan.

2. Jika nilai b adalah negatif (-), maka hal tersebut menunjukkan hubungan yang

berlawanan arah antara variabel independen dengan variabel dependen, artinya

jika variabel independen mengalami peningkatan, maka akan mengakibatkan

penurunan pada variabel dependen, dan sebaliknya.

3.6.4. Uji Hipotesis

3.6.4.1. Uji Parsial (Uji T)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen, dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada vaiabel

independen secara nyata. Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah

hipotesis terbukti atau tidak dengan membandingkan tingkat signifikasi hasil

pengolahan dengan tingkat signifikasi α, di mana tingkat signifikasi yang

digunakan 5%.

3.6.4.2. Uji Serempak (Uji F)

Uji ini digunakan untuk menguji pengaruh dari independen terhadap

variabel dependen, keputusan menerima atau menolak hipotesis dengan langkah

membandingkan hasil signifikasi pengolahan dengan tingkat signifikasi α., di

mana tingkat signifikasi yang digunakan yaitu 5%.


3.6.5. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinansi (R2) berguna untuk mengukur seberapa besar

pengaruh variabel independen (pertumbuhan ekonomi) terhadap variabel

dependen (infrastruktur jalan, listrik dan pelabuhan). Dan dari sini pula dapat

diketahui berapa persen pengaruh variabel yang ada diluar model terhadap

variabel.
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2010. “Dasar-dasar Ekonomi Transportasi”. Edisi


pertama Mei 2010. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Amalia, Lia. 2007. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Arsyad, L,. 1999. “Ekonomi Pembangunan”. Edisi Keempat. Yogyakarta: STIE


YKPN.

Azuwandri, Retno Agustina Ekaputri, dan Sunoto. 2019. "Pengaruh


Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Bengkulu. " EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah
Ekonomi dan Bisnis 7.2.

Badan Pusat Statistik. 2004-2018. Sumatera Barat dalam angka 2004-


2018 .Sumbar: Badan Pusat Statistik.

Bertrand, Sylvie. 1999. Peran Infrastruktur Publik Pada Pertumbuhan Ekonomi


Regional Prancis Pada Periode 1982-1983.

Canning, Pedroni. Infrastructure and long run economic growth. University of


Belfast.2004.

Charlot, Sylvie., Bertrand Schmitt. 1999. Public Infrastructure and Economic


Growth In France‘s Regions. Paper (# 129) for ERSA 39th Congress,
Dublin, Ireland, 23-27 August 1999.

Demurger, Sylvie. 2001. Infrastructure Developement and Economic Growth : An


Explanation for Regional Disparities in China?. Journal of Comparative
Economic 29, 95-117 (2001).

Fan S, Connie Chan-Kang. 2005. Road Development, Economic Growth and


Poverty Reduction in China. Research Report 138. International Food
Policy Research Institute. Washington DC.

Fox (2004) dalam Rachel Shally. 1997. Strategic option for urban infrastructure
management. Urban management programe policy paper 17. Washiton
D.C: work bank. 1994 dalam Rachel mashika and sally barden.
Infrasktuture an poverty: A gender analysis. UK: Bridge, side report no
15. June 1997.

Garmendia dkk, dalam Fajar Eko. Analisis pengaruh infrastruktur publik


terhadap produk domestik bruto perkapita di indonesia. Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.

Gujarati, 2003. Basic econometrics. New York: Mc, Graw-Hiil.


Handayani, Tino, Didik Susetyo dan M. Syirod Saleh . 2017. Pengaruh Belanja
Modal, Infrastruktur dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap
Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Vol. 15 (2): 92-100.

Hapsari, Tunjung, 2011. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. UIN Syarif hidayahtulah Jakarta.

Hirchman dalam Yanuar. 2006. Kaitan Pembangunan Infrastruktur dan


Pertumbuhan Output serta Dampaknya terhadap Kesenjangan di
Indonesia.

Ja’far, Marwan. 2007. Peranan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Jinghan. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (Teori Dorongan Kuat


– Big Push Teory) Raja grafindo persada jakarta.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2019. APBN 2019.

Kodoatie, R.J. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Pustaka Pelajar,


Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajat. 1997. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan


Kebijakan. UPP AMP YKPN Yogyakarta.

Looney dan Winterford (1991) dalam Dwi Hidayatika. 2007. Peranan


Infrasktruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Universitas
Indonesia

Lincolin Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan


Ekonomi Daerah. Yogyakarta, BPFE-UGM.

Ma’ruf, Y. P. 2014. Pengaruh Investasi Infrastruktur Jalan Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi
Sumatera Barat. Jurnal Teknik Sipil USU, 2(3).

MacMillan. Dictionary of Modern Economic. 1996. Palgrave Macmillan: Revised


Edition

Mankiw, N.Gregory. 2000. Teori Makro Ekonomi.Ed.4, Jakarta: Penerbit


Erlangga.

Mankiw, N, Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi (Haris Muhandar, Penerjemah)


Jakarta Erlangga.

Marwan Ja‟far. 2007. Infraskturtur Pro Rakyat, Strategi Investasi Infraskturtur


Indonesia abad 21. Pustaka Toko Bangsa.
Munnell, A.H. 1990. “How does Public Infrastructure Affect Regional
Performance?”, New England Economic Review, Sept./Oct., 11-32.

Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005. Tentang Komite Percepatan


Penyediaan Infrastruktur.

Permana, Alla Asmara. 2010. “Analisis Peranan dan Dampak Investasi


Infrastruktur terhadap Perekonomian Indonesia.

Pollard-Durodola, S. D., Hagan, E. C., & Vaughn, S. 2003.

Prasetyo, R. B. 2008. Ketimpangan dan Pengaruh Infrastruktur terhadap


Pembangunan Ekonomi Kawasan Barat Indonesia (KBI). Departemen
Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.

PT. PLN (Persero). 2018. Rasio Elektrifikasi Berdasarkan Provinsi 2018 .

Rahardja, Prahatma, Manurung, Mandala. 2005. Teori Ekonomi Makro (Suatu


Pengantar)(Edisi Ketiga). Jakarta” Lembaga Penerbit FE UI.

Rahayu, Y., & Soleh, A. 2017. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (Pendekatan Fungsi Cobb
Douglas). Jurnal Development, 5(2), 125-139.

Routledge Dictionary Of Economics Routlegge (November 20, 1995).

Robert E. Looney dan David Winterford. 1972-1991. The Role Of Infrastructure


In Pakistan‟s Economic Development. Pakistan Economics And Social
Review 1992.

Sabarudin. 2014. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan


Ekonomi Pulau Sulawesi. Universitas Halu Oleo Kendari.

Sibarani. 2002. Kontribusi Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Indonesia (26 Provinsi di Indonesia tahun 1983-1997).Tesis diterbitkan,
Jakarta : Program Studi Ilmu Ekonomi, Bidang Ekonomi, Program Pasca
Sarjana Universitas Indonesia.

Simorangkir. 2004. dalam Hapsari Tanjung, 2011. Pengaruh Pembangunan


Infrasktutur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. UIN Syarif
hidayahtulah Jakarta.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Baduose Media, Cetakan
Pertama, Padang.

Stiglizt, E. Joseph. 2000. Economics Of The Public Sector. 3 edition. New York:
narton.
Sukirno, Sadono. 2000 Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran Dari
Klasik Hingga Keynesian Baru. Raja Grafindo Pustaka.

Syahputri, Evanti Andrianai. 2013. Analisis Peran Infrastruktur Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat.

Tambunan. 2005. Kebijakan Investasi dan Pemulihan Usaha. Jurnal bisnis dan
ekonomi politik, Vol. 6 No. 3, oktober 2005. Jakarta: Bank Indonesia.

Todaro, M.P. 2000. Economic Development. Addison-Wesley, Harlow.

Todaro,P Micahel, Smith C Stephen. 2007. Pembangunan Ekonomi di Negara


Dunia Ketiga (Edisi kedembilan) Jilid1.(Haris Munanda,Puji A.L).
Jakarta: Erlangga.

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Alih Bahasa


Indonesia: Burhanudin Abdullah dan Haris Munandar.

Winanda, Ade Ayu. 2016. Analisis Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan


Ekonomi di Kota Bandarlampung.

World Bank. 1994. World Development Report: Infrastructure for Development.


Majalah priority outcome no 3 edisi Februari 2003.

Wylie (1996: 37) dalam Haspari. 2011. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur


Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. UIN Syarif hidayahtulah
Jakarta.

Yanuar, 2006. Kaitan Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Output serta


Dampaknya terhadap Kesenjangan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai