PROPOSAL SEMINAR
Disusun oleh :
DHEYA VORTUNA
1610612013254
PENDAHULUAN
ekonomi. Secara umum tujuan negara dalam ekonomi makro adalah untuk
ekonomi makro Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang terus positif dari tahun ke
ekonomi tersebut, hal ini tercermin dari pembangunan antara satu daerah dengan
Jambi dan masih banyak lagi. Provinsi Sumatera Barat dalam periode 2004-2018
tahun 2018, PDRB Provinsi Sumatera Barat mengalami penurunan menjadi 5.14
Untuk Provinsi Sumatera Barat kondisi ini relatif ideal dalam rangka
Barat mengalami fluktuasi yang masih stabil tetapi dalam hal ukuran ekonomi
dengan provinsi lain di Indonesia, seperti Provinsi DKI Jakarta dan tentunya
masih banyak lagi provinsi lain yang memiliki PDRB di atas Provinsi Sumatera
Barat. Hal ini ditunjukkan dengan PDRB Provinsi Sumatera Barat berdasarkan
harga konstan pada 2018 hanya 5.14 persen, sedangkan PDRB salah satu provinsi
tetangga yaitu Sumatera Utara sudah mencapai 5.18 persen. Pada sisi lain
infrastruktur jalan di Provinsi Sumatera Barat yaitu ditunjukkan oleh data BPS
tahun 2018, persentase kemantapan jalannya hanya 72,058 persen dengan total
keseluruhan jalan mantap dan tidak mantap sebesar 2.974,01 km. Sementara
tetangganya, Provinsi Sumatera Utara pada periode yang sama yaitu 82,19 persen
Sumatera Barat memiliki tantangan yang cukup besar, yaitu kondisi geografis
cukup jauh terpencil, remote area, yang berada di balik gunung, sehingga minim
Kepulauan Mentawai, Solok Selatan dan Pasaman Barat. Saat ini, desa di
Sumatera Barat sudah berlistrik mencapai 1.158 desa. Pada akhir 2018, produksi
dan konsumsi listrik di Provinsi Sumatera Barat baru mencapai 3.496.613 MWh
dengan rasio elektrifikasi seluruh desa baru sebesar 93,5 persen. Hal ini juga jauh
tertinggal dari provinsi tetangga, Sumatera Utara yang rasio elektrifikasinya sudah
didistribusikan terutama barang ekspor impor sebagian besar dikirim melalui jalur
laut (kapal) yang tentu saja membutuhkan pelabuhan sebagai tempat bertambat.
Hal tersebut dapat terjadi mengingat jumlah barang yang dapat diangkut
menggunakan kapal lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang yang dapat
Sumatera Barat adalah Pelabuhan Teluk Bayur yang aktivitas bongkar muatnya
dinilai telah efisien. Hal ini tentunya karena infrastruktur yang telah memiliki
standar yang bagus. Pada tahun 2013, PT. Pelindo II selaku pengelola
mengucurkan dana hingga 1,76 triliun rupiah untuk memoles Teluk Bayur. Tidak
hanya itu, Pelindo juga membangun Terminal Peti Kemas (TPK) untuk
mempermudah lalu lintas barang dan menggenjot roda ekonomi sehingga Teluk
Bayur menjadi terminal peti kemas pertama di Sumatera Barat. Namun masih ada
Pelabuhan Marina di Kota Padang yang kolam pelabuhannya dangkal serta masih
tetangga, yang umumnya sudah memilki sebagian besar fasilitas yang mendukung
pelayanan pelabuhan yang cepat, tepat dan murah. Salah satunya seperti
Barat dan provinsi lain yang ada di Indonesia, pemerintah terus mendorong
infrastruktur yang dialokasikan dalam APBN. Tahun 2015 sampai tahun 2018
angka belanja untuk sektor infrastruktur terus mengalami kenaikan. Pada tahun
2015 belanja infrastruktur pemerintah pusat sebesar 256,1 triliun rupiah dari
APBN kondisi ini terus ditingkatkan oleh pemerintah hingga tahun 2018 total
masing-masing daerah.
banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu baik itu dalam skala nasional maupun
ekonomi.
Penelitian yang dilakukan oleh Evanti Andrianai Syahputri (2013) tentang
pengukuran output, panjang jalan (km), jumlah energi listrik terjual (KWh), dan
jumlah air bersih yang tersalurkan (m3). Penelitian ini bertujuan menjelaskan
Berdasarkan model dalam analisis infrastruktur jalan, listrik dan air bersih
memiliki efek yang positif dan kontribusi yang signifikan pertumbuhan ekonomi
dengan menggunakan model anlisis regresi berganda dan teknik Ordinary Least
Square (OLS) mendapatkan hasil bahwa variabel jalan berpengaruh negatif dan
dan air berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa infrastruktur listrik yang memiliki pengaruh
ini PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) di Pulau Sulawesi (Sulawesi Utara,
variabel bebas infrastruktur jalan, listrik dan pelabuhan, serta variabel terikatnya
pengukuran output, panjang jalan (km), jumlah konsumsi listrik (MWh), serta
volume bongkar muat pelabuhan (ton), maka data yang dibutuhkan sama-sama
merupakan data sekunder yang diambil dan diolah dari berbagai sumber. Ketiga,
penelitian ini juga menggunakan teknik pengolahan data serta metode penelitian
yang sama dengan yang dilakukan oleh Sabarudin (2014) yaitu menggunakan uji
asumsi klasik yang terdiri dari uji multikolineritas, uji heteroskedasitas dan uji
autokorelasi, serta menggunakan uji signifikasi yang terdiri dari analisis koefisien
penelitian ini menggunakan data tahun 2004-2018. Hal ini dikarenakan peneliti
Berangkat dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti
sejauh mana pengaruh infrastruktur jalan, lisrik, dan ketersediaan pelabuhan pada
adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan
Berangkat dari rumusan masalah dan tujuan di atas serta agar penelitian ini
lebih terarah maka ruang lingkup pembahasan penelitian ini adalah infrastruktur
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis
TINJAUAN PUSTAKA
jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi
yang digunakan juga makin berkembang. Di samping itu tenaga kerja bertambah
PDRB dan PDB tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau
lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur
ekonomi terjadi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator
pertumbuhan ekonomi adalah salah satu syarat dari banyak syarat yang diperlukan
biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tahunan. Aspek
1. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari
kegiatan produksi suatu masyarakat di mana jumlah, sumber daya alam yang
2. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses
Persamaannya adalah :
tingkat kesempatan kerja penuh dan kapasitas barang-barang modal akan tetap
perubahan. Kombinasi jumlah antara modal yang diperlukan dan tenaga kerja
yang diperlukan dapat berubah sesuai dengan kuantitas produksi yang diinginkan.
Apabila modal yang tersedia sedikit, maka tenaga kerja yang digunakan banyak
sebaliknya apabila modal yang digunakan banyak, maka tenaga kerja yang
digunakan sedikit.
perekonomian dalam menentukan alokasi modal dan tenaga kerja (Rahardja dan
persamaan yang umum untuk menjelaskan teorinya yaitu suatu persamaan yang
dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul Douglas, yang secara lazim disebut
fungsi produksi Cobb douglas. Fungsi tersebut dapat dituliskan secara berikut :
Yt = TtKα tL β t ……………………………………..(1)
dimana:
modal
(Arsyad, 2004:60).
dan masyarakatnya dalam mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan
wilayah tersebut (Lincoln Arsyad,1999). Pada saat ini tidak ada satupun teori
namun beberapa teori secara parsial dapat membantu untuk memahami arti
Ada beberapa variabel yang dapat dipilih sebagai indikator atau pengukur
yang dapat digunakan atau diperoleh di suatu daerah. Konsep ini menyangkut
pengaruh perdagangan yaitu dapat diperolehnya komoditas sebagai supply hasil
faktor yang paling penting dalam keberhasilan perekonomian suatu wilayah untuk
besarnya dipengaruhi oleh dua macam faktor, yakni faktor ekonomi dan non
daya alamnya, sumber daya manusia, kapital, usaha, teknologi dan sebagainya.
tidak mungkin bisa terjadi selama lembaga sosial dan budaya, kondisi politik dan
keamanan serta nilai-nilai moral dalam suatu bangsa tidak menunjang. Dengan
kata lain tanpa adanya dukungan faktor-faktor non ekonomi semacam itu secara
sejauh mana ketersediaan anggaran pemerintah yang diperoleh dari pajak (fiscal
policy). Suatu injeksi pengeluaran pemerintah dalam hal ini pembangunan
fasilitas umum, maupun berupa transfer langsung yang ditujukan untuk mengatasi
kamus bahasa Indonesia infrastruktur dapat diartikan sebagai sarana dan prasarana
umum. Sarana secara umum dikenal juga sebagai fasilitas publik, seperti jalan,
barang dan jasa antara pembeli dan penjual. Sementara itu The Routledge Of
merupakan pelayanan utama dari suatu negara yang membantu kegiatan ekonomi
“those services derived from the set public work tradisionally supported by the
public sector to enchance private sector production and to allow for household
secara umum meliputi jalan, jembatan, air dan sistem pembuangan, bandar udara,
telekomunikasi.
finacila instituons, electricity, and public services such as health and education.
fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-
yaitu :
1. Infrastruktur ekonomi yang merupakan aset fisik dalam menyediakan jasa dan
(telekomunikasi, air minum, sanitasi, dan gas), public works (jalan, bendungan,
(rumah sakit, pusat kesehatan), serta untuk rekreasi (taman, museum, dan lain-
lain).
sebagai barang publik, hal ini sejalan dengan penjelasan Stiglizt (2000: 104), yang
salah satu barang publik yang disediakan oleh pemerintah meskipun infrastruktur
maknanya adalah jika suatu barang digunakan oleh seseorang, barang tersebut
menggunakan suatu barang dan orang lain mengkonsumsi barang tersebut, dengan
kata lain, jika kondisi sebaliknya yaitu ketika seseorang mampu untuk menahan
orang lain untuk bersama-sama mengonsumsi barang tersebut, barang itu dapat
Hal ini sesuai dengan sifatnya, yaitu dimana infrastruktur disediakan oleh
positif pada infrastruktur yaitu berupa efek limpahan (spillover effect) dalam
tertentu dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satu adalah pembangunan sektor
infrastruktur dimana faktor ini dapat menjadi urat nadi perekonomian daerah.
infrastruktur di suatu negara dan daerah tertentu adalah faktor penting dan
senada juga dikemukakan Mankiw (2003) menyatakan bahwa ada beberapa hal
modal manusia, sumber daya alam, dan pengetahuan teknologis. Capital meliputi
investasi sektor publik dan privat dalam perekonomian, misalnya saja sektor
pelabuhan laut, jaringan telekomunikasi, dan jaringan listrik yang disebut juga
Lebih lanjut Mankiw (2004:57). “Pekerja akan lebih produktif jika mereka
untuk menghasilkan barang dan jasa disebut modal fisik yang selanjutnya akan
infrastruktur dapat menciptakan lapangan kerja, dan dalam jangka menengah dan
yakni infrastruktur telepon dan air tidak berpengaruh atas pertumbuhan ekonomi.
dilihat dari panjang jalan yang dalam keadaan baik, maka proses produksi sampai
efisien. Sejalan dengan hal tersebut, Firdaus 2008 dalam (Permana dan Alla
regional dan tingkat pembangunan sosial ekonomi secara luas. Selain itu,
penelitian ini juga menekankan pentingnya perbedaan jenis infrastruktur dalam
1970-1986, dengan menggunakan variabel jalan, sekolah, rumah sakit, fasilitas air
minum, gas, listrik dan infrastruktur non militer lainnya, menyimpulkan bahwa
Amerika.
periode 1982-1983, dalam penelitian ini didapat bahwa infrastruktur publik seperti
pada abad ke-20 menjadi relatif cepat dibandingkan dengan beberapa abad
Berdasarkan kajian empris, dapat dibuktikan bahwa semakin maju atau semakin
modern tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin besar pula tingkat
ketersedian infrastruktur jalan maka akan membuka akses yang baik di suatu
dalam gambar 2.1. Kontribusi dari jasa seperti air, sanitasi transportasi dan energi
akan menurunkan biaya-biaya dan yang paling penting, peluang pasar diperluas
hasilnya di dalam daya saing dan produksi adalah apa yang dihasilkan di dalam
Gambar 2.1
Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi
Infrastruktur
Peningkatan
Perluasan Pasar Penurunan Biaya
Kesejahteraan
Pertumbuhan
Ekonomi
akses jalan lalu dibuat jalan maka dengan akses tersebut akan meningkatakan
aktivitas perekonomian. Contoh lainnya jika di suatu komunitas bisnis yang
aliran listrik kegiatan ekonomi di komunitas tersebut tentu akan semakin lancar
dan meningkat. Hal tersebut terjadi karena penggunaan listrik sangat dibutuhkan
sebagai faktor utama dalam menunjang kegiatan proses produksi di sektor manufaktur
(Amalia, 2007).
tepat untuk melayani kebutuhan masyarakat dan dunia usaha yang berkembang.
jalan aspal) terhadap peningkatan beragam tanaman pangan dipulau Jawa jauh
(pertumbuhan) dan kenaikan harga umum (inflasi) tidak fluktuatif. Karena output
(PDRB riil) dan harga umum merupakan hasil interaksi permintaan dan
penawaran agregat, maka stabilitas output dan harga menunjukkan stabilitas dan
gejala moneter.
Lemahnya sisi penawaran agregat ini bukanlah masalah yang baru bagi
bangsa Indonesia. Krisis yang dialami pada pertengahan 1960-an juga disebabkan
lemahnya sisi penawaran agregat. Bukan berarti selama ini pembangunan jangka
mamadai dibandingkan dengan kebutuhan. Dalam hal yang lebih luas dan dapat
baik di suatu daerah akan mempengaruhi tingkat penurunan inflasi di daerah yang
bersangkutan.
selama tahun 1970-1986. Variabel yang digunakan meliputi jalan, sekolah, rumah
sakit, fasilitas air minum, gas, litrik, dan infrastruktur non militer lainnya serta
yang sangat positif pada produksifitas output dengan elastisitas sebesar 0,15%
sedangkan modal swasta 0,31% atau elastisitas modal publik setengah dari modal
swasta.
diduga sebagai akibat dari turunnya produktifitas pekerja, yaitu 5,84 persen
menjadi 2,63 persen pertahun. Sedangkan total modal infrastruktur per pekerja
juga turun 6,09 persen menjadi 3,05 persen pada kurun waktu yang sama. Atas
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini didasarkan pada makna capital deepening
dalam penelitian ini cukup banyak, yaitu dari pelayanan transportasi, sistem
telepon, listrik perdagangan, keungan, asuransi, real estate, sekolah, dan rumah
sakit. Data yang digunakan adalah output riil (real GDP) sedangkan infrastruktur
pekerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Sylvie Chart dan Bertrand Schmitt pada
tahun 1999, dengan fungsi produksi yang menggunakan tiga input (public capital,
regional di Prancis pada periode 1982-1993. Dalam penelitian ini didapat bahwa
pertumbuhan ekonomi (PDRB) pernah dilakukan di China oleh Fan dan Connie
ekonomi dan pengurangan jumlah kemiskinan untuk kasus negara China. Hasil
yang diperoleh dengan menggunakan data panel adalah daerah dengan kondisi
jalan yang bagus akan lebih cepat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan
bagus.
memberikan pengaruh yang signifikan dan positif pada agregat output yang
diwakili oleh variabel pendapatan per kapita. Kontribusi setiap jenis infrastruktur
untuk setiap wilayah berbeda. Untuk estimasi dengan data semua provinsi di
Indonesia hasil yang diperoleh adalah elastisitas listrik pada pertumbuhan yaitu
0,06; pendidikan 0,07; investasi 0,01. Variabel jalan dan telepon tidak signifikan.
yang terpusat di pulau Jawa dan Indonesia Bagian Barat (IBB) menimbulkan
antara pulau Jawa dengan luar Jawa dan Indonesia Bagian Barat (IBB) dengan
Indonesia Bagian Timur (IBT), meskipun pada saat yang sama pertumbuhan
ekonomi meningkat.
Jambi yang diestimasi untuk provinsi Jambi (10 kab/kota) serta menggunakan
infrastruktur listrik mempunyai elastisitas terbesar yaitu 0,591, disusul oleh jalan
0,22; panjang jalan 0,08; stok modal 0,02; dummy OTDA 0,04, sedangkan untuk
variabel yang sama namun objek yang berbeda, yaitu pengaruh infrastruktur
dengan kurun waktu dari 2004 hingga 2009 untuk 26 provinsi di Indonesia
telepon dan air tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Kemudian Youdhi Permadi Ma’ruf dan Ir. Jeluddin Daud, M.Eng (2013)
Barat menggunakan metode analisis uji korelasi dan regresi yang bertujuan untuk
melihat keeratan hubungan antara dua variabel atau lebih. Hasil penelitian ini
penelitian ini juga diketahui bahwa infrastruktur jalan berkontribusi positif pada
delapan macam indikator pertumbuhan ekonomi, yaitu: (a) jasa, (b) transportasi
dan komunikasi, (c) industri pengolahan, (d) pertambangan dan penggalian, (e)
listrik, gas, dan air bersih, serta (h) perdagangan, hotel, dan restoran. Walaupun
Penelitian oleh Tino Handayani, Didik Susetyo dan M. Syirod Saleh (2017)
analisis regresi data panel yang menggunakan metode fixed effect menunjukkan
negatif terhadap PDRB dan IPM berpengaruh secara signifikan dengan hubungan
2013. Dengan menggunakan variabel jalan, listrik, telepon dan air menemukan
Adapun penelitian terdahulu yang secara ringkas dapat dilihat pada tabel
Handayani,
Tino, Didik
Susetyo dan
M. Syirod
Saleh . 2017.
Pengaruh
Belanja
Modal,
Infrastruktur
dan Indeks
Pembangunan
Manusia
Terhadap
Produk
Domestik
Regional
Bruto di
Provinsi
Sumatera
Selatan.
Jurnal
Ekonomi
Pembangunan,
Vol. 15 (2):
92-100,
Desember
2017.
12 Azuwandri, Variabel Kabupaten/ Analisis Hasil penelitian
Retno bebas : kota yang regresi PLS, menggunakan
Agustina infrastruktur berlokasi Fixed Effects 7.0 eviews
Ekaputri, dan panjang jalan, di provinsi Program
Sunoto/ 2019/ energi listrik, Bengkulu menemukan
Pengaruh telepon dan air bahwa faktor‐
Pembangunan faktor positif dan
Infrastruktur Variabel signifikan
Terhadap terikat : mempengaruhi
Pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan
Ekonomi di ekonomi di ekonomi selama
Povinsi Povinsi tahun 2009‐2013
Bengkulu/ Bengkulu Provinsi
Bengkulu adalah
Azuwandri., variabel
Retno pengamatan
Agustina panjang Jalan,
Ekaputri., dan Energi dan Air,
Sunoto. 2019. meskipun variabel
Pengaruh Telepon memiliki
Pembangunan korelasi negatif,
Infrastruktur tetapi
Terhadap berpengaruh
Pertumbuhan signifikan
Ekonomi di terhadap
Povinsi pertumbuhan
Bengkulu. ekonomi.
EKOMBIS
REVIEW:
Jurnal Ilmiah
Ekonomi dan
Bisnis (7)2.
yang tumbuh di atas nasional dalam lima belas tahun terakhir, dibutuhkan
akar pemikiran dalam penelitian ini, berikut ini digambarkan suatu kerangka
Gambar 2.2
Kerangka Teoritis Penelitian
Infrastruktur
X1
Jalan
H1
Y
X2
Pertumbuhan
Listrik H2 Ekonomi Provinsi
Sumatera Barat
X3 H3
Pelabuhan
telah dijabarkan sebelumnya, maka hipotesis awal yang dapat dirumuskan dalam
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
antara lain:
3. Data produksi dan konsumsi listrik Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2004-
2018.
4. Data bongkar muat pelabuhan Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2004-2018.
Data bersumber dari publikasi yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik,
PT. PLN Persero, Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, PT. Pelindo
1. Sortir yaitu teknik yang digunakan untuk memisahkan data-data yang akan
2. Coding yaitu memberikan tanda terhadap data yang akan digunakan dalam
penelitian.
3. Tabulasi data yaitu data dimasukkan ke dalam tabel kerja dan selanjutnya
infrastruktur jalan (X1), infrastruktur listrik (X2), dan infrastruktur pelabuhan (X3)
metode analisis deskriptif dan kuantitatif, dimana data yang diperoleh terlebih
permasalahan penelitian.
yang meliputi antara lain : maksimum, minimum, mean (rata-rata) dan data
yang lebih jelas dan mudah dipahami. Statistik deskriptif digunakan untuk
mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah berdistribusi
normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan
mengikuti bentuk distribusi normal (Santoso dkk., 2002) dalam (Iskandar, 2014).
Uji ini dapat dilihat dengan menggunakan kolmogorov smirnov test, histogram,
dan grafik normal P-Plot. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat
regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi data normal atau
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis
asumsi normalitas.
3.6.2.2. Uji Autokorelasi
(D-W). D-W mengukur tingkat korelasi serial pada error persamaan regresi di
mana angka D-W statistik yang kurang dari dua mengindikasikan adanya korelasi
serial, implikasi dari adanya korelasi serial pada error adalah model menjadi tidak
konsisten untuk jumlah sampel yang lebih besar, di mana erorr-nya tebaca lebih
bebas dalam regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
antara variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan
variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
atas 10% dan VIF di bawah 10%. Selain itu jika VIF lebih dari 10% maka
residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah
di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linear berganda. Analisis ini berguna untuk meramalkan pengaruh dua
variabel predictor atau lebih terhadap satu variabel kriterium atau untuk
membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional antara dua buah variabel
bebas (X) atau lebih dengan sebuah variabel terikat (Y) (Usman,2003:241).
Dimana:
a : Bilangan konstanta
X1 : Infrastruktur jalan
X2 : Infrastruktur listrik
X3 : Infrastruktur pelabuhan
1. Jika variabel b positif (+), maka hal tersebut menyatakan hubungan yang
searah antara variabel independen dengan variabel dependen. Dengan kata lain,
2. Jika nilai b adalah negatif (-), maka hal tersebut menunjukkan hubungan yang
digunakan 5%.
dependen (infrastruktur jalan, listrik dan pelabuhan). Dan dari sini pula dapat
diketahui berapa persen pengaruh variabel yang ada diluar model terhadap
variabel.
DAFTAR PUSTAKA
Fox (2004) dalam Rachel Shally. 1997. Strategic option for urban infrastructure
management. Urban management programe policy paper 17. Washiton
D.C: work bank. 1994 dalam Rachel mashika and sally barden.
Infrasktuture an poverty: A gender analysis. UK: Bridge, side report no
15. June 1997.
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Baduose Media, Cetakan
Pertama, Padang.
Stiglizt, E. Joseph. 2000. Economics Of The Public Sector. 3 edition. New York:
narton.
Sukirno, Sadono. 2000 Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran Dari
Klasik Hingga Keynesian Baru. Raja Grafindo Pustaka.
Tambunan. 2005. Kebijakan Investasi dan Pemulihan Usaha. Jurnal bisnis dan
ekonomi politik, Vol. 6 No. 3, oktober 2005. Jakarta: Bank Indonesia.