i|P age
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Lokasi jalan Tol Pasuruan-Probolinggo .................................................................3
Gambar 2 Pembagian Sesi Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo ...................................................4
Gambar 3 Skema Pembiayaan Berbasis PINA .......................................................................5
Gambar 4 Skema Pembiayaan Tol Pasuruan-Probolinggo .................................................... 24
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Prosentasse BI Rate ................................................................................................. 11
Tabel 2 Aliran Kas dari Aspek Ekonomi ............................................................................... 13
Tabel 3 Aliran Kas dari Aspek Finansial Berdasarkan Data Volume Lalu Lintas Jalan Tol dari
Data Investor ........................................................................................................................ 17
Tabel 4 Penghitungan IRR .................................................................................................... 20
Tabel 5 Penghitungan Payback Period .................................................................................. 22
ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pola pembiayaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dalam membangun
infrastruktur masih banyak mengandalkan pembiayaan konvensional yang bersumber dari
pajak dan retribusi (Machmud, 2015). Pemerintah terus mendorong pendapatan asli daerah
(PAD) untuk mampu mendukung berjalannya kegiatan operasional pemerintahan dan
perekonomian. Yang demikian berarti pendapatan yang sudah diterima akan dihabiskan
kembali untuk membiayai proyek pembangunan yang dijalankan.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak. Pada
tahun 2018, jumlah penduduk di Indonesia mencapai 250 juta jiwa (BPS, 2019). Tentu saja,
dengan jumlah penduduk yang sangat banyak ini, pemerintah harus mengupayakan
pemenuhan kebutuhan infrastruktur bagi penduduknya. Untuk itu, diperlukan pendanaan
dengan nominal yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan pelayanana unum seperti
pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Hal ini sejalan dengan kebijkan pembanguan
yang akan terfokus pada pengembangan ekonomi, inrastruktur, lingkungan, dana tata kelola
pemrintah yang baik.
1|P a ge
1.2 Topik yang diangkat
Topik yang diangkat yakni skema pembiayaan pembangunan berbasis PINA pada
pembangunan infrastruktur Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni untuk mengidentfikasi kelayakan skema
pembiayaan pembangunan berbasis PINA pada pembangunan jalan Tol Pasuruan-
Probolinggo dengan sasaran adalah sebagai berikut :
1.4 Metode
Metode yang digunakan untuk menganalisa skema pembiayaan pembangunan
infrastruktur jalan tol Pasuruan-Probolinggo ini adalah metode analisa finansial yang meliputi
analisa kelayakan ekonomi dan analisa kelayakan finasial
Ruang lingkup pembahasan : analisa finansial sederhana pembangunan Jalan Tol Pasuruan-
Probolinggo
2|P a ge
BAB II
EVALUASI STUDI KASUS
3|P a ge
Gambar 2 Pembagian Sesi Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo
Sumber : Hasil Analisa Tesis, 2017
4|P a ge
Gambar 3 Skema Pembiayaan Berbasis PINA
Sumber : Kementrian Bappenas
Dari skema tersebut, bahwa langkah-langkah dalam pembiayaan PINA terdiri atas 3
langkah yaitu Investment Facilitation, Project Pipelining dan Ecosystem Building.
Pada Tahap Investment Facilitation Skema PINA terletak di antara pihak investee
/ Project Owner dan Domestic & Foreign Investor. Hal ini dapat diartikan bahwa
skema PINA hanya sebagai perantara antara kedua belah pihak. Dalam tahap ini
sudah diketahui proyek yang akan dibiayai.
Pada Tahap Project Pipelining meruapakan tahapan dimana segala sesuatu yang
dapat membantu pencapaian tujuan dalam proyek yang telah ditentukan. Tahapan
ini terkait dengan sumber-sumber pembiayaan yang digunakan oleh pihak-pihak
investor untuk pembangunan proyek.
Pada Tahap Ecosystem Building merupakan tahapan dimana sudah akan adanya
financial close/ pemenuhan pembiayaan dimana para investor telah
menandatangani perjanjian pinjaman dan telah mendapatkan pencairan dana
untuk proyek tersebut. Apabila sudah terjadi financial close maka proyek siap
untuk dilaksanakan.
Namun tidak semua proyek dapat dibiayaai oleh skema pembiayaan PINA, Kementrian
Perencanaan Pembangunan membatasi proyek-proyek tertentu yang masuk kedalam 4 kriteria
seperti :
Mendukung pencapaian target prioritas pembangunan
Memiliki manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat Indonesia
Memiliki kelayakan komersial
Memenuhi kriteria kesiapan (readiness criteria)
6|P a ge
1. Merencanakan dan menetapkan Proyek Investasi Prioritas : Tidak semua proyek
pembangunan infrastruktur dapat menggunakan skema pembiayaan PINA, proyek-
proyek tersebut harus memenuhi 4 kriteria proyek PINA.
2. Merekomendasikan penugasan proyek infrastruktur prioritas kepada BUMN tertentu
apabila dipandang perlu.
3. Mengkoodinasikan dan mendorong para pihak terkait dalam rangka percepatan
persiapan dan pelaksanaan proyek iinvestasi prioritas
Melakukan intermediasi antara penanam modal jika diperlukan oleh kedua pihak : Skema
pembiayaan PINA menggunakan pemerintah hanya sebagai faislitator saja antara investor
(penanam modal) ke investee (penerima modal). Kementrian Perencanaan Pembangunan
hanya sebagai tempat berkumpulnya informasi proyek-proyek yang membutuhkan
pembiayaan PINA untuk para investor yang ingin berkreasi dalam berinvestasi.
( )
Dimana
Benefit = User cost existing – user cost kondisi baru, yang merupakan
saving/penghematan user cost dari nilai waktu dan BOK
Apabila B/C > 1, maka manfaat yang ditimbulkan proyek lebih besar dari biaya
yang diperlukan, proyek layak dilaksanakan.
Apabila B/C = 1, maka manfaat yang ditimbulkan sama dengan biaya yang
diperlukan, proyek tetap layak dilaksanakan
Apabila B/C < 1, Maka manfaat yang ditimbulkan proyek lebih kecil dari biaya
yang diperlukam, proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
7|P a ge
Net Present Value (NPV)
Kelayakan yang diperoleh dengan perumusan dari selisih semua manfaat dengan
semua biaya pengeluaran setelah dikonversi dengan nilai uang yang sama. Hal yang
paling penting dalam metoda ini adalah nilai opportunity cost dari uang tergantung
pada waktu, yang dapat juga diartikan besaran moneter dari suatu cash-flow
componen biaya dan manfaat dalam waktu tertentu tidak dapat dianggap sama
persepsinya. Pada metode ini yang digunakan adalah besaran netto saat ini, atau Net
Present Value. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apabila NPV > 0, Maka proyek layak karena pendapatan (income) lebih besar dari
biaya yang diinvestasikan (outcome)
Apabila NPV < 0, Maka proyek tidak layak dibangun karena pendapatan (income)
lebih kecil dari biaya yang diinvestasikan (outcome)
Apabila B/C > 1, maka manfaat yang ditimbulkan proyek lebih besar dari biaya
yang diperlukan, proyek layak dilaksanakan.
Apabila B/C = 1, maka manfaat yang ditimbulkan sama dengan biaya yang
diperlukan, proyek tetap layak dilaksanakan
8|P a ge
Apabila B/C < 1, Maka manfaat yang ditimbulkan proyek lebih kecil dari biaya
yang diperlukam, proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
Payback Period
Analisis Pay Back Period bertujuan untuk mengetahui berapa lama periode
investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi paling pokok (BEP).
Dengan kata lain payback period adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
NPV = 0. Dikatakan layak jika payback period < Umur Rencana Investasi.
9|P a ge
BAB III
EKSPLORASI INSTRUMEN PEMBIAYAAN
10 | P a g e
BAB IV
SKEMA PENANGANAN KASUS
Feb-15 7.50%
Mar-15 7.50%
Apr-15 7.50%
May-15 7.50%
Jun-15 7.50%
Jul-15 7.50%
Aug-15 7.50%
Sep-15 7.50%
Oct-15 7.50%
11 | P a g e
Nov-15 7.50%
Dec-15 7.50%
Jan-16 7.25%
Feb-16 7.00%
Mar-16 6.75%
Apr-16 6.75%
May-16 6.75%
Jun-16 6.50%
Jul-16 6.50%
average 7.25%
Sumber : : http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/data
12 | P a g e
Tabel 2 Aliran Kas dari Aspek Ekonomi
Present Worth Benefit
Inflation Total Cost Discount Rate Present Worth Cost (Rp)
(Rp)
Tahun Benefit
(F/P,I = 3,81%, (P/F, I = 7,25%,
n) n)
2015 Rp2,988,707,000,000.00 Rp2,988,707,000,000.00 Rp-
13 | P a g e
2028 Rp274,817,121,018.94 1.509 Rp131,199,350,587.70 0,321527778 Rp28,734,327,915.68 Rp127,254,595,910.01
14 | P a g e
2042 Rp805,474,301,260.72 2.549 Rp374,245,123,958.70 1,206944444 Rp10,785,463,951.73 Rp139,997,141,217.20
15 | P a g e
Dari tabel diatas maka hasil yang didapatkan adalah :
Benefit = Rp 5.159.378.332.041,06
Cost = Rp 3.788.788.212.770,65
Sehingga didapatkan nilai BCR yaitu :
Rp 5.159.378.332.041,06 / Rp 3.788.788.212.770,65 = 1,37
1,37 > 1
BCR > 1
Maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan jalan tol Pasuruan Probolinggo layak
secara ekonomi
Net Present Value (NPV)
Dari tabel diatas maka hasil yang didapatkan adalah :
Benefit = Rp 5.159.378.332.041,06
Cost = Rp 3.788.788.212.770,65
Sehingga didapatkan nilai NPV yaitu :
Rp 5.159.378.332.041,06 - Rp 3.788.788.212.770,65 = Rp 1.370.590.119.270,41
Rp 1.370.590.119.270,41 > 1
NPV > 0
Maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan jalan tol Pasuruan Probolinggo layak
secara ekonomi
4.1.2 Analisis Kelayakan Finansial
Dalam menganalisis kelayakan pembangunan jalan Tol Pasuruan Probolinggo
ditentukan oleh beberapa indikator yaitu Benefit Cost Ratio (BCR), Net present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan payback period.
Besarnya nilai present worth benefit didapatkan dari pendapatan biaya tarif tol
kendaraan yang melewati ruas jalan tol tersebut, sedangkan present worth cost
didapatkan dari biaya investasi pembangunan jalan tol dan biaya pemeliharaan setiap
tahunnya.
16 | P a g e
Tabel 3 Aliran Kas dari Aspek Finansial Berdasarkan Data Volume Lalu Lintas Jalan Tol dari Data Investor
Present Worth Benefit
Inflation Total Cost Discount Rate Present Worth Cost (Rp)
Tahun Benefit (Rp)
(F/P,I = 3,81%, n) (P/F, I = 7,25%, n)
2015 Rp2,988,707,000,000.00 Rp2,988,707,000,000.00 Rp-
17 | P a g e
2028 Rp469,130,704,500.00 150.951 Rp131,199,350,587.70 0.463051921 Rp28,734,327,915.68 Rp217,231,874,086.95
18 | P a g e
2043 Rp880,981,285,862.79 Rp1,809,622,394,000.00 264.672 Rp403,340,826,474.28 0.162057889 Rp10,056,376,644.97
19 | P a g e
Benefit Cost Ratio (BCR)
Dari hasil analisis dan perhitungan tabel, diketahui bahwa :
Benefit (income) = Rp 10.370.782.909.823,00
Cost (outcome) = Rp 3.788.788.212.770,65
Sehingga didapatkan nilai BCR yaitu
BCR = Benefit (income) / cost (outcome)
= 2,73
2,73 > 1
BCR > 1
Net Present Value (NPV)
NPV = Benefit (income) – cost (outcome)
= Rp 6.581.994.697.052,33
Rp 6.581.994.697.052,33 > 1
NPV >1
Maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan jalan tol Pasuruan Probolinggo layak
secara finansial
Internal Rate of Return (IRR)
Analisis Internal Rate of Return merupakan tingkat pengembalian yang menghasilkan
NPV arus kas masuk sama dengan NPV arus kas keluar. Analisis ini dilakukan
dengan cara membandingkan tingkat suku bunga yang menyebabkan nilai NPV
= 0 dan tingkat suku bunga pengembalian terendah MARR (minimum attractive
rate of return)
Tabel 4 Penghitungan IRR
20 | P a g e
2027 Rp105,045,279,891.74 -Rp1,854,207,359,104.08
21 | P a g e
Dari hasil perhitungan didapatkan tingkat pengembalian suku bunga (IRR) sebesar
13,84%, sedangkan discount rate sebesar 7,25%.
Berarti :
13,84 > 7,25
IRR > discount rate
Maka Proyek pembangunan Jalan Tol Pasuruan - Probolinggo dikatakan “LAYAK”
Secara Finansial.
Payback Periode
Dalam analisis kelayakan aspek finansial, maka perlu diketahui berapa lama jangka
waktu pengembalian biaya investasi
Rp219,017,778,917.
2032 15 -Rp387,744,853,565.04
75
Rp220,309,819,815.
2033 16 -Rp167,435,033,749.74
31
22 | P a g e
Rp231,164,979,895.
2034 17 Rp63,729,946,145.74
47
Rp231,914,660,312.
2035 18 Rp295,644,606,457.97
23
Rp235,683,114,487.
2036 19 Rp531,327,720,944.97
00
Rp249,388,946,010.
2037 20 Rp780,716,666,955.18
21
Rp252,426,383,296.
2038 21 Rp1,033,143,050,251.27
09
Rp252,220,573,650.
2039 22 Rp1,285,363,623,901.28
01
Rp264,465,371,376.
2040 23 Rp1,549,828,995,277.62
35
Rp266,667,930,448.
2041 24 Rp1,816,496,925,726.03
41
Rp277,920,311,114.
2042 25 Rp2,094,417,236,840.05
02
Rp283,207,208,634.
2043 26 Rp2,377,624,445,474.75
69
Rp287,135,013,583.
2044 27 Rp2,664,759,459,058.13
39
Rp288,250,680,671.
2045 28 Rp2,953,010,139,730.01
89
Rp297,762,082,376.
2046 29 Rp3,250,772,222,106.84
82
Rp301,779,098,974.
2047 30 Rp3,552,551,321,081.80
97
Rp310,414,084,739.
2048 31 Rp3,862,965,405,821.04
23
Rp313,777,264,138.
2049 32 Rp4,176,742,669,959.06
03
Rp327,222,579,160.
2050 33 Rp4,503,965,249,119.89
83
Rp329,872,104,821.
2051 34 Rp4,833,837,353,941.67
79
Rp336,818,366,526.
2052 35 Rp5,170,655,720,468.13
46
Rp343,360,195,830.
2053 36 Rp5,514,015,916,298.82
69
Rp350,356,105,098.
2054 37 Rp5,864,372,021,396.98
16
Rp356,114,142,660.
2055 38 Rp6,220,486,164,057.21
24
Rp361,508,532,995.
2056 39 Rp6,581,994,697,052.33
11
Sumber : Hasil Analisa Tesis, 2017
23 | P a g e
Maka :
24 | P a g e
Syariah, Bank BPD Jatim Syariah dan Bank Mega Syariah serta skema konvensional atau
pembiayaan melalui anggaran swasta yang pembiayaannnya bersumber dari PT Sarana Multi
Infrastruktur.. Kredit sindikasi menghasilkan sumber pembiayaan sebesar 2,29 Triliun yang
terdiri dari skema syariah sebesar 1,29 Triliun dan skema konvensional sebesar 1 Triliun.
Melalui skema ini, membantu pembiayaan pembiayaan tol Pasuruan Probolinggo sebesar 2,29
T dari 3,5 T (total investasi untuk konstruksi) atau sebesar 65,43 %. Lalu apakah skema
pembiayaan ini telah ideal sumber pembiayaan dibidang infrastruktur ?
Kredit sindikasi merupakan kredit yang diberikan oleh 2 atau lebih lembaga keuangan
dengan suatu perusahaan (debitur). PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Sarana Multi
Infrastruktur (SMI) sebagai Joint Mandated Lead Arranger and Bookrunner bertugas sebagai
pihak yang melaksanakan kewenangan melaksanakan kredit sindikasi (mandated); mengatur
semua yang berkaitan dengan kredit sindikasi mulai dari proses kredit, penawaran ke bank
lain, memonitor hingga penandatanganan (lead arranger) serta menyampaikan penawaran
kepada debitur (bookrunner). Kredit sindikasi merupakan salah satu langkah kreatif yang
dilakukan untuk mengumpulkan sumber permbiayaan dalam jumlah yang besar.
Pembangunan suatu infrastruktur dapat berjalan apabila didukung oleh sumber pembiaayaan
atau pendanaan, sehingga bantuan dari banyak kreditur dalam hal pemenuhan pembiayaan
dapat membantu dalam hal realisasi pembangunan tol tersebut. Selain itu, kelebihan
menggunakan kredit sindikasi yaitu segala keputusan mempertimbangkan semua krediur,
memudahkan koordinasi antar kreditur dan debitur (PT Waskita Karya) melalui arranger serta
risk sharing antar kreditur. Namun kelemahan dari sindikasi ini yaitu risk sharing dilakukan
berdasarkan besar modal / kredit yang diberikan. Semakin besar modal / kredit yang diberikan
maka semakin besar keuntungan yang didapat (oleh kreditur) namun apabila terjadi kegagalan
dalam hal pelaksanaan proyek maka semakin besar pula kerugian yang harus ditanggung.
Jika masa konsesi Tol Pasuruan Probolinggo oleh PT Waskita Karya selama 39 tahun
dan masa pinjaman 15 tahun artinya masa operasional jalan tol, PT Waskita akan mencicil
modal yang berasal dari bank syariah dan terjadi perpindahan porsi kepemilikan hingga
pelunasan kredit atau pinjaman dengan batas maksimal pelunasan yakni 15 tahun. Apabila PT
Waskita Karya mampu melunasi pada tahun ke 15 maka kepemilikan penuh jalan tol
pasuruan probolinggo oleh PT Waskita Karya yaitu selama 24 tahun hingga masa konsesi
berakhir.
25 | P a g e
Kelemahan dari sistem syariah dalam skema pembiayaan yakni : risiko pembiayaan
berupa kegagalan nasabah dalam melakukan pembayaran akibat masa pinjaman yang pendek.
Kreditur rawan mengalami kerugian apabila pihak debitur tidak mempu melunasi pinjaman /
kredit dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Hal ini dapat diakibatkan payback periode
yang lama sehingga kemampuan untuk membayar pinjaman rendah.
26 | P a g e
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil analisa menunjukkan bahwa skema pembiyaan pada pebangunan Jalan Tol
Pasuruan Probolinggo yang berbasis PINA layak untuk diterapkan. Hal ini dapat dilihat
dari hasil analisa kelayakan ekonomi dengan nilai BCR>1 yakni 1,37 dan NPV > 0 yakni
Rp 1.370.590.119.270,41 > 1.Maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan jalan tol
Pasuruan Probolinggo layak secara ekonomi. Selain itu, pada penghitungan analisa
kelayakan finansial dengan nilai BCR > 1 yakni 2,73, NPV> 1 yakni Rp
6.581.994.697.052,33, IRR > discount rate yakni 13,84 > 7,25 dan Payback periode <
Lama konsesi yakni Payback Period selama 17 Tahun 3 Bulan 10 Hari sedangkan lama
konsesi 39 tahun Dari hasil perhitungan didapatkan waktu pengembalian Investasi. Maka
Proyek pembangunan Jalan Tol Pasuruan – Probolinggo dikatakan layak secara finansial.
5.2 Rekomendasi
Proyek Tol Trans Jawa merupakan titik utama kesuksesan skema pendanaan PINA, Salah
satu ruas tol trans jawa yang menggunakan skema pembiayaan ini adalah Tol Pasuruan-
Probolinggo. Proyek tol dengan panjang 31,3 km menggunakan Skema pembiayaan PINA
dengan dampak positif yaitu pembangunan infrastruktur tanpa membebani APBN namun
minat investor bergerak positif karena IRR > 13 %.
“Melalui kedua skema alternatif pembiayaan infrastruktur PINA dan KPBU, pemerintah
akan terus berusaha mendorong partisipasi swasta dan lembaga pengelola keuangan untuk
terlibat dan berkontribusi dalam upaya penyediaan infrastruktur” - Kepala Bappenas Bapak
Bambang Brodjonegoro
27 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat , 2017. MODUL 4 Sumber Dan Pola
Pembiayaan Infrastruktur : PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI BADAN
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Raditya, Muhammad Jauhar. 2017. Studi Kelayakan Ekonomi dan Finansial Jalan Tol
Pasuruan-Probolinggo. ITS : Surabaya
28 | P a g e