Anda di halaman 1dari 79

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KIPANG BERAS KETAN

UMKM KIPANG BERAS KETAN RIA


DI KABUPATEN SIJUNJUNG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program Strata


Satu Pada Program Studi Agribisnis Fakultas Matematika Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang

OLEH :

YESI MELINDA
22351117

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


DEPARTEMEN AGROINDUSTRI
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayahnya

sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul

“Analisis Usaha Agroindustri Kipang Beras Ketan Ria di Nagari Muaro, Kecamatan

Sijunjung, Kabupaten Sijunjung”.

Selanjutnya pada kesempatan ini ucapan terimakasih juga penulis ucapkan

kepada pihak-pihak yang telah ikut serta membantu dalam proses penyelesaian

proposal penelitian ini, yaitu: Bapak Ir. Mayontoni, M.P selaku Ketua Departemen

Agroindustri Fakultas MIPA Universitas Negeri Padang, Bapak Roni Jarlis S.Si,

M.Pd selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Ibu Vivi Hendrita, S.P, M.Si selaku

Dosen Pembimbing.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih memiliki banyak

kekurangan. Baik itu dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh sebab itu

penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang dapat membangun agar nantinya

proposal ini dapat diperbaiki.

Muaro Sijunjung, Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beras Ketan...................................................................................................5
2.2 Kipang ..........................................................................................................7
2.3 Konsep Agroindustri ....................................................................................9
2.4 Usaha Mikro Kecil dan Menengah .............................................................11
2.5 Manajemen Usaha ......................................................................................12
2.6 Tenaga Kerja...............................................................................................20
2.7 Analisis Biaya .............................................................................................21
2.8 Tinjauan Penelitian Terdahulu......................................................................24
2.9 Kerangka Pemikiran ......................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................27
3.2 Metode Penelitian .......................................................................................27
3.3 Responden Penelitian .................................................................................28
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................28
3.5 Variabel Penelitian .....................................................................................30
3.6 Analisis Data...............................................................................................33
3.7 Definisi Operasional ...................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pemikiran ........................................................................................26

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ........................................................................45
2. Pedoman Wawancara ......................................................................................46

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya pertanian di Indonesia merupakan salah satu keunggulan yang

secara sadar telah dijadikan sebagai salah satu pilar pembangunan dalam bentuk

agroindustri, baik pada orde baru, reformasi dan saat ini. Pertanian akan mampu

menjadi penyelamat bila dilihat sebagai sebuah sistem yang terkait dengan industri

dan jasa. Jika pertanian hanya berhenti sebagai aktivitas budidaya (on farm

agribusiness), nilai tambah yang diperoleh dapat dikatakan masih kecil. Untuk itu

perlu peningkatan nilai tambah pertanian yang dapat dilakukan melalui kegiatan hilir

(off farm agribusiness), berupa agroindustri dan jasa berbasis pertanian

(Mangunwidjaja dan Illah, 2005).

Agroindustri sendiri dipopulerkan di Indonesia pada tahun 1980-an,

walaupun sejatinya telah diterapkan di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda.

Agroindustri adalah perusahaan yang memproses bahan nabati (berasal dari tanaman)

atau hewani (berasal dari hewan). Proses yang diterapkan mencakup pengubahan dan

pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan

distribusi. Produk agroindustri tersebut dapat merupakan produk akhir yang siap

dikonsumsi atau digunakan oleh manusia ataupun produk bahan baku industri lain.

Padi adalah komoditi pertanian yang dikembangkan oleh masyarakat

Indonesia sebagai makanan pokok yang kemudian juga dapat diolah menjadi produk

1
agroindustri yaitu berupa makanan dalam berbagai bentuk dan rasa. Salah satu bentuk

produk agroindustrinya kipang.

Kipang beras ketan merupakan makanan ringan khas dari wilayah Sumatera

Barat. Makanan ini telah beredar hampir di seluruh wilayah di Sumatera Barat,

beberapa diantaranya yaitu: Kabupaten Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pasaman,

Kabupaten Pasaman Barat, Kota Payakumbuh, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten

Solok Selatan, Kabupaten Solok, Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota

Bukittinggi, Kabupapen Agam dan Kabupaten Sijunjung. Di Kabupaten Sijunjung,

salah satu UMKM yang memproduksi makanan ini adalah salah satu UMKM (Usaha

Mikro Kecil Menengah) UMKM Ria. UMKM ini merupakan satu-satunya UMKM

yang memproduksi kipang beras ketan di wilayah Kabupaten Sijunjung (Koperindag

Kabupaten Sijunjung, 2022).

UMKM telah menjadi salah satu pemegang peranan penting bagi

perekonomian di Indonesia seiring dengan jumlah UMKM di Indonesia yang terus

mengalami peningkatan hingga mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap

Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 61,07 persen atau senilai Rp 8.573,89 triliun

(Kementerian Keuangan RI, 2021).

UMKM Beras Ketan Ria yang berlokasi di Nagari Muaro ini merupakan

usaha keluarga yang telah diwariskan secara turun-temurun dan telah dijadikan

sebagai makanan oleh-oleh dari Kabupaten Sijunjung. Prospek dari agroindustri

kipang beras ketan oleh UMKM Beras Ketan Ria sangatlah bagus. Baik dilihat dari

segi pemilik usaha maupun lingkungan sekitar. Dari hasil wawancara dengan pemilik

UMKM ini, dilihat dari aspek produksi UMKM ini, total biaya yang dikeluarkan
2
untuk produksi kipang beras ketan selama 1 bulan diperkirakan sekitar Rp.32.000.000

sementara pendapatn dari penjualan kipang beras ketan dalam periode produksi 1

bulan yaitu Rp.50.000.000, dan keuntungan yang diperoleh dapat sekitar Rp

18.000.000/bulan. UMKM ini mampu memproduksi sekitar 6000 bungkus/bulan,

yaitu 3.200 bungkus harga Rp.10.000 dan 2.800 bungkus dengan harga Rp.5.000.

Dari segi keuntungan, keuntungan serta total produksi dari UMKM ini dipengaruhi

oleh tingginya permintaan masyarakat akan produk makanan khas Sumatera Barat

ini, terlebih dengan tidak adanya pesaing yang mengolah produk serupa. Namun

dilihat dari apek pemasaran produk, dari segi lingkungan sekitar, usaha ini juga

memberikan keuntungan bagi petani yang membudidayakan padi pulut. Karena untuk

bahan dasar pembuatan kipang beras ketan ini pemilik UMKM membeli beras ketan

langsung kepada petani sekitar.

Setiap pengusaha yang menjalankan kegiatan usahanya tentu mengharapkan

agar usahanya dapat memperoleh keuntungan yang besar dan adanya keberlanjutan

usaha, agar kontinuitas suatu usaha terjamin, pemilik usaha perlu mengatahui kondisi

usahanya. Untuk itu dibutuhkan analisis usaha agar usaha tersebut dapat mengetahui

tingkat keuntungan yang diperolehnya serta memberikan gambaran untuk melakukan

perencanaan jangka panjang (Rahardi, dkk, 2007). Berangkat dari hal tersebut, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis usaha, adapun judul yang

akan penulis angkat dalam penelitian ini adalah “Analisis Usaha Agroindustri Kipang

Beras Ketan (Studi Kasus: UMKM Kipang Beras Ketan Ria di Nagari Muaro,

Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung)”.

3
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

a. Bagaimana pendapatan dari UMKM Kipang Beras Ketan Ria di Nagari

Muaro, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung?

b. Bagaimana Manajemen Usaha yang Dilakukan Oleh UMKM Kipang Beras

Ketan Ria di Nagari Muaro, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

a. Untuk Mendeskripsikan Manajemen Usaha yang Dilakukan Oleh UMKM

Kipang Beras Ketan Ria di Nagari Muaro, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten

Sijunjung?

b. Untuk Mengetahui Pendapatan dari UMKM Kipang Beras Ketan Ria di

Nagari Muaro, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan

dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana pertanian Pada Program Studi Agribisnis Fakultas Matematika Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang.

b. Bagi pelaku usaha, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pemikiran dalam

pendapatan usaha sehingga mampu memberikan pendapatan yang lebih baik.

c. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi sekaligus

sumber informasi tambahan.


4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beras Ketan

Beras ketan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Classis : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Familia : Gramineae/Poaceae

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L. var glutinosa

(Van Steenis, 2003)

Beras merupakan komiditi pangan strategis karena tidak hanya berkaitan

dengan kehidupan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia, namun juga

sebagai komponen penting dalam sistem ketahanan pangan nasional. Beras selain

sebagai bahan pokok utama, beras juga menjadi penunjang bahan dasar berbagai jenis

produk makanan. Beras ketan merupakan salah satu bahan pangan yang biasa di

konsumsi sebagai makanan pokok atau olahan menjadi tepung untuk aneka kue dan

makanan kecil, selain itu beras ketan sangat bermanfaat bagi kesehatan yang berguna

mengatur metebolisme normal lemak, untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang

5
serta gigi. Untuk kesehatan beras ketan juga dapat mengobati penyakit kencing manis

atau diabetes melitus (Sartika dan Rozakurniati, 2010).

Beras ketan mengandung karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar 80 %,

lemak sekitar 4%, protein 6% dan air 10%. Selain kandungan karbohidrat yang

terdapat di dalamnya, terdapat juga kandungan kalori, kalsium dan fosfat yang lebih

tinggi dibandingkan dari padi biasa. Ketan juga mengandung berbagai jenis mineral

serta vitamin B1 dan B2. Sifat kelunakan pada beras ketan dipengaruhi oleh suhu

gelatinisasinya dan konsentrasi gel beras. Beras ketan memiliki kandungan amilosa

rendah sehingga bila diolah hasil nya sangat lengket dan basah (Juliano, 1971. dalam

Alawiati, 2003).

Beras ketan merupakan beras yang memiliki kandungan amilopektin yang

tinggi sehingga dapat memberikan tekstur lengket (sticky) atau pulen jika dimasak.

Sedangkan kandungan amilosa, fraksi penting pati lainnya, sangat rendah berkisar

antara dari 0-2 %. Oleh karena kandungan amilosa tersebut, beras ketan banyak

dimanfaatkan dalam olahan makanan berstruktur lunak dan liat (Haryadi, 2006).

Dengan adanya kelebihan pada beras ketan, masyarakat dapat diuntungkan apabila

mengkonsumsinya. Akan tetapi permasalahan untuk varietas unggul padi ketan

sampai saat ini sangat terbatas keberadaannya. Beras ketan yang banyak kita jumpai

di pasaran umumnya berasal dari varietas lokal. Umumnya varietas lokal berumur ±

(5-6 bulan) dengan potensi hasil 40-50 ton lebih rendah dibandingkan dengan varietas

unggul (Sartika dan Rozakurniati, 2010).

6
2.2 Kipang

Jipang atau bipang atau kipang adalah jenis makanan ringan tradisional yang

terbuat dari beras atau beras ketan. Makanan ringan ini disebut juga berondong beras.

Kata bipang diserap dari bahasa Hokkien bí-phang, Mandarin = mi fang yang berarti

beras yang harum atau wangi", merujuk kepada penganan dari berondong

beras. Bipang merupakan salah satu cemilan rakyat populer dari Tiongkok. Para

perantau asal Tiongkok yang tiba di Indonesia pada masa lalu memperkenalkan

bipang untuk dijual sebagai cemilan. Beberapa usaha pembuatan bipang tradisional

yang mereka rintis masih bertahan hingga kini, salah satunya Toko Bipang

Jangkar di Pasuruan, Jawa Timur yang telah beroperasi sejak tahun 1940 (Arifin,

2021). Kipang merupakan cemilan khas daerah yang terbuat dari produk pertanian

berupa beras ataupun kacang tanah yang kemudian dicampurkan dengan karamel dari

gula merah. Kipang memiliki rasa yang gurih dan manis sehingga menjadi cemilan

favorit masyarakat di Indonesia.

Kipang merupakan cemilan rakyat yang dikenal di banyak dearah di

Indonesia. Masing-masing daerah mempunyai metode pembuatan dan bahan yang

berbeda-beda. Selain itu proses pembuatan skala besar di pabrik pun tidak sama

dengan proses pembuatan di masing-masing keluarga. Bahan utama yang diperlukan

dalam membuat kipang beras adalah beras dan gula pasir. Beras yang cocok dijadikan

kipang biasanya berasal dari gabah yang telah tiga sampai empat hari disimpan.

Menurut produsen kipang atau jipang, makanan ringan ini justru diminati saat musim

hujan sementara pada musim kemarau permintaan akan turun. Alasannya karena

7
pembeli menghindari cemilan yang membuat haus pada saat musim kemarau

(Muttaqin, 2021).

Pembuatan kipang biasanya dilakukan di pabrik menggunakan alat khusus di

mana beras dimasak (dipanggang) dengan kompor gas bertekanan tinggi. Pada proses

ledakan, bahan baku beras berubah menjadi butiran berondong. Butiran-butiran ini

dicampurkan dengan karamel yang rasanya manis. Sebelum mengeras, adonan

dihamparkan di meja untuk dipadatkan kemudian diiris sesuai ukuran (Muttaqin,

2021).

Di daerah Sumatera Barat, kipang menjadi cemilan khas masyarakat yang

metode pembuatannya berbeda dengan kipang produksi pabrik. Kipang khas

Sumatera Barat dibuat secara manual dengan bahan dari kacang tanah atau beras

ketan. Kipang mempunyai rasa yang gurih, renyah, dan manis jika dimakan sehingga

makanan ringan ini banyak digemari oleh masyarakat dalam negeri. Bahan baku

pembuatannya tidak hanya kacang atau beras ketan saja, tapi masih ada tambahannya

seperti gula aren, garam, dan bahan-bahan lainnya.

Kipang diolah dengan cara kacang atau beras ketan dikeringkan dengan

dijemur, digoreng, kemudian dicetak berbentuk persegi. Sedangkan rasanya sendiri

biasanya manis karena diberi tambahan gula yang telah dikaramelisasi. Kipang

adalah salah satu komoditi yang menarik untuk di kembangkan namun pada saat

sekarang ini banyak muncul para pesaing, yang menyebabkan volume penjualan

menurun.

8
2.3 Konsep Agroindustri

Menurut Soekartawi (2000), agroindustri dapat diartikan dua hal, yaitu

pertama, agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk

pertanian. Studi agroindustri pada konteks ini adalah menekankan pada food

processing management dalam suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku

utamanya adalah produk pertanian. Kemudian yang kedua adalah agroindustri itu

diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan pertanian. Sedangkan menurut

Kusnandar (2010), agroindustri berasal dari dua kata yaitu agricultural dan industri

yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku

utamanya atau suatu industri yang menghasilkan produk yang digunakan sebagai

sarana atau input dalam usaha pertanian.

Sedangkan menurut Saragih (2000), agroindustri dapat digolongkan

menjadi 4, yaitu meliputi : agroindustri pengolahan hasil pertanian, agroindustri

yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, agroindustri input pertanian

(pupuk, pestisida, herbisida.dan lain-lain) dan, agroindustri jasa sektor pertanian.

Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak

produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai

penggunaannya oleh konsumen. Agroindustri merupakan kegiatan yang saling

berhubungan (interlasi) produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan,

pendanaan, pemasaran dan distribusi produk pertanian (Soekartawi, 2001).

Kegiatan agroindustri memiliki beberapa ciri diantaranya : (a) meningkatkan

nilai tambah, (b) menghasilkan produk yang dapat di pasarkan atau digunakan, (c)

meningkatkan daya simpan, dan (d) menambah pendapatan dan keuntungan


9
produsen. Sifat kegiatannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan, memperbaiki

pemerataan. Selain itu mempunyai kapasitas yang cukup besar untuk menarik

pembangunan sector pertanian (Tarigan, 2007).

Peluang pengembangan agroindustri masih terbuka, baik ditinjau dari

ketersediaan bahan baku maupun kondisi permintaan produk olahan. Namun, masih

ditemui kendala-kendala dalam peengembangannya, antara lain: (a) kualitas dan

kontinuitas produk pertanian kurang terjamin, (b) kemampuan SDM masih terbatas,

(c) teknologi yang digunakan sebagian besar masih bersifat sederhana, sehingga

menghasilkan produk yang berkualitas rendah, dan (d) kemitraan antara agroindustri

skala besar atau sedang dengan agroindustri skala kecil atau rumah tangga belum

berkembang secara luas. Implikasinya adalah pengembangan agroindustri harus

didukung dengan kebijakan pemerintah untuk mengatasi kendala dan hambatan

pengembangan agroindustri tersebut. ( Supriyani dan Suryani, 2006).

Pengembangan agroindustri pada hakekatnya merupakan upaya

mendayagunakan sumber daya alam dan sumber daya pembangunan lainnya agar

lebih produktif, mampu mendatangkan nilai tambah, memperbesar perolehan

devisa dan menyerap banyak tenaga kerja dengan memanfaatkan keunggulan

koparatif dan kompetitif yang dimilikinya. Artinya pengembangan subsektor ini

diarahkan menciptakan keterkaitan yang erat antara sektor pertanian dan sektor

industri, sehingga mampu menopang pembangunan ekonomi nasional

(Soekartawi, 2001). ,,

10
2.4 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini, yaitu dengan jumlah aset maksimal Rp. 50.000.000, dan jumlah

omzet maksimal Rp. 300.000.000, (Undang-Undang RI No. 20, 2008).

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar

yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

ini, yaitu jumlah aset maksimal > Rp. 50.000.000, sampai Rp. 500.000.000, dan

jumlah omzet maksimal > Rp. 300.000.000, sampai Rp. 2.500.000.000, (Undang-

Undang RI No. 20, 2008).

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha besar dengan

jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini, yaitu jumlah aset maksimal > Rp. 500.000.000, sampai Rp.

10.000.000.000, dan jumlah omzet maksimal > Rp. 2.500.000.000, sampai Rp.

50.000.000.000, (Undang-Undang RI No. 20, 2008).

11
2.5 Manajemen Usaha

1) Aspek Teknis

Husnan & Suwarsono (2000) menyatakan bahwa aspek teknis merupakan

suatu aspek yang berkenaan dengan pengembangan proyek secara teknis dan

pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Aspek teknis adalah

aspek membahas proses pengembangan proyek teknis dan operasinya (Prasetya,

Nugraha, & Arijanto, 2013).

Berdasarkan analisis ini juga dapat diperoleh penilaian awal rencana biaya

investasi termasuk biaya pengembangan. Suatu investasi usaha sebaiknya ditunda

terlebih dahulu apabila secara teknis tidak berjalan dengan baik meskipun menurut

aspek pasar dikatakan layak dijalankan. Hal tersebut dikarenakan bisnis/usaha sering

mengalami kegagalan karena tidak mampu menghadapi masalah-masalah teknis. Hal-

hal yang perlu diperhatikan pada aspek teknis dan teknologi yaitu sebagai berikut

(Suliyanto, 2010):

a) Penentuan lokasi bisnis

b) Penentuan luas produksi

c) Pemilihan mesin peralatan dan teknologi

d) Penentuan layout pabrik dan bangunan

Penentu analisis kelayakan aspek teknisyaitu: Perancangan layanan dalam

bentuk standard operational procedure; Perencanaan kapasitas layanan berkaitan

dengan berapa jumlah layanan yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan

mempertimbangkan kapasitas teknis dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang

12
paling efisien (Jakfar dan Kasmir, 2010); Perencanaan fasilitas dalam hal penentuan

jumlah fasilitas berdasarkan jenis dan jumlah untuk kapasitas layanan.

2) Aspek Operasional

Menurut Herjanto (2008) manajemen operasional adalah suatu proses yang

berkesinambungan dan efektif dalam menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk

mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai

tujuan. Pelaksanaan operasional dalam suatu perusahaan diperlukan suatu manajemen

yang berguna untuk menerapkan keputusan-keputusan dalam upaya pengaturan dan

pengkoordinasian penggunaan sumber daya yang dimulai dari kegiatan produksi dan

dikenal sebagai manajemen produksi atau manajemen operasional.

Jay Heizer dan Barry Render (2010) mengartikan manajemen operasional

sebagai rangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa

dengan mengubah input menjadi output. Pangestu Subagyo juga mengartikan

manajemen operasional adalah penerapan ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan

produksi atau operasi agar dapat melakukan secara efisien. Selain itu, menurut Eddy

Herjanto manajemen operasional dan produksi adalah sebagai proses yang secara

berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk

mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai

tujuan.

Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang kompleks, tidak

saja mencakup pelaksanaan fungsi manajemen dalam mengkoordinasikan

berbagai kegiatan dalam mencapai tujuan operasi, tetapi juga mencakup kegiatan

teknis untuk menghasilkan suatu produk yang memenuhi spesifikasi yang


13
diinginkan, dengan proses produksi yang efisien dan efektif, serta dengan

mengantisipasi perkembangan teknologi dan kebutuhan konsumen di masa

mendatang (Prasetya dan Lukiastuti, 2009)

Tujuan studi aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah

pembangunan dan implementasi dapat direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan

sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau sebaliknya. Aspek manajemen

untuk pembangunan proyek bisnis dan implementasi bisnis berdasarkan pendekatan

perencanaan, pengorganisasian, actuating dan pengendalian (Umar, 2001).

Menurut Assauri (2008) perkembangan manajemen produksi dan operasi

ditandai dengan usaha manusia untuk meningkatkan hasil prodksi melalui

diadakannya pembagian kerja. Terdapat spesialisasi tenaga kerja yang akan

menimbulkan peningkatan hasil produksi, yang disebabkan oleh 3 (tiga) faktor, yaitu:

1. Peningkatatan kecekatan atau ketangkasan dari sebagian para pekerja, serta

bertambahnya kecakapan atau keterampilan seseorang yang mengerakan

pekerjaan berulang-ulang.

2. Mengghindari terbuangnya waktu karena perpindahan atau perubahan tugas,

sehingga diperolehnya penghematan waktu, yang biasanya hilang karena

berhentinya pekerjaan dari mengerjakan sesuatu berpindah mengerjakan yang

lain.

3. Penambahan peralatan dan mesin, dengan ditemukannya mesin-mesin dan

peralatan terspesialisasi, mengikuti usaha-usaha manusia dalam ruang lingkup

yang terbatas sebagai pengganti tenaga manusia.

3) Aspek Pemasaran
14
Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan dari

perwujudan, pemberian harga, promosi dan distribusi dari barang-barang, jasa dan

gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang memenuhi

tujuan pelanggan dan organisasi, ini berarti bahwa manajemen pemasaran adalah

proses yang mencakup analisis, perencanaan, pelaksansaan dan pengawasan juga

mencakup barang, jasa, serta gagasan; berdasarkan pertukaran dan tujuannya adalah

memberikan kepuasan bagi pihak yang terlibat (Abdullah dan Tantri, 2013).

Pasar merupakan tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk

melakukan transaksi jual beli produk, baik barang maupun jasa (Kasmir, 2008).

Sedangkan pemasaran adalah proses perpindahan barang dan jasa dari produsen ke

konsumen, atau semusa kegiatan yang berhubungan dengan arus barang dan jasa dari

produsen ke konsumen (Fuad, dkk,2006).

Menurut Mulyadi (2009:487), dengan meningkatnya persaingan merebutkan

pasar, perhatian manajemen bergeser ke pemasaran produknya, karena kegiatan

produksi saja tidak akan menjamin dihasilkan laba, jika pemasaran produk tidak

mampu merebut pasar. Sejalan dengan itu, biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

memasarkan produk semakin besar proporsinya dari keseluruhan biaya. Karena itu

akuntansi biaya disamping mengelola dan menyajikan informasi biaya produksi,

memperluas kegiatan dalam pengolahan dan penyajian informasi biaya produksi,

memperluas kegiatan dalam pengolahan dan penyajian informasi biaya pemasaran

untuk memenuhi kebutuhan manajemen.

Menurut Kotler dan Amstrong (2012), Bauran pemasaran merupakan suatu

cara di dalam pemasaran yang digunakan oleh perusahaan atau produsen secara terus
15
menerus untuk memenuhi misi suatu perusahaan di pasar sasaran. Buchari Alma

(2011) mengatakan bahwa marketing mix merupakan suatu rencana yang

mengkombinasikan aktivitas-aktivitas marketing, agar dicari kombinasi maksimum

sehingga menghadirkan produk yang diharapkan konsumen. Empat kebijaksanaan

pemasaran yang sering disebut dengan marketing mix atau konsep empat P tersebt

adalah produk (Product), harga (Price), saluran distribusi (Place) dan promosi

(Promotion). Untuk mencapai tujuan pemasaran, keempat unsur tersebut harus saling

mendukung, sehingga keberhasilan di bidang pemasaran diharapkan diikuti oleh

kepuasan konsumen.

a. Produk (Product)

Produk mencakup segala sesuatu yang memberikan nilai (value) untuk

memuaskan kebutuhan atau keinginan, seperti barang fisik (missal tas, kacamata,

sepeda motor, kulkas smartphone), jasa (pendidikan, kesehatan, transportasi,

asuransi), event (konser music, kompetisi sepak bola), dan lain sebagainya

(Tjiptono,2016). Jadi, produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada

pasar untuk menarik perhatian, akuisisi, penggunaan atau konsumsi yang dapat

memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Amstrong, 2008).

b. Harga (Price)

Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan

pendapatan, elemen-elemen lainnya menimbulkan biaya. Harga jual merupakan salah

satu elemen bauran pemasaran yang paling fleksibel, harga dapat diubah dengan

cepat, tidak seperti ciri khas produk dan perjanjian distribusi. Pada saat yang sama,

penetapan dan persaingan harga juga merupakan masalah nomor satu yang dihadapi
16
perusahaan. Namun ada banyak perusahaan yang tidak menangani masalah penetapan

harga dengan baik (Kotler dan Amstrong, 2002).

Harga berperan penting dalam pemasaran. Harga yang terlampau mahal

tidak dapat terjangkau oleh pasar sasaran, yang pada gilirannya membuat

penjualan tersendat. Sebaliknya, harga yang terlalu murah membuat perusahaan

sulit menutup biaya atau mendapatkan laba. Harga murah kadangkala

dipersepsikan berkualitas buruk. Bagi sebagian pemasar, harga merupakan

persoalan pelik yang membutuhkan pertimbangan matang dan cermat. (Tjiptono,

2016).

c. Saluran distribusi (Place)

Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan

terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap digunakan atau

dikonsumsi. Tempat mencerminkan kegiatan-kegiatan perusahaan yang membuat

produk tersedia untuk konsumen sasaran. Sebagian dari tugas distribusi adalah

memilih perantara yang akan digunakan dalam saluran distribusi yang secara fisik

menangani dan mengangkat produk melalui saluran tersebut, maksudnya agar produk

dapat mencapai pasar yang dituju tepat pada waktunya (Kotler dan Amstrong, 2002).

Menurut Tjiptono (2016) saluran distribusi adalah rute atau rangkaian

perantara, baik yang dikelola pemasar maupun yang independen, dalam

menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Saluran distribusi (langsung

dan/atau melalui perantara) yang efektif membutuhkan komitmen waktu, dana dan

usaha yang relative besar. Selain itu, saluran distribusi tidak mudah diubah,

karenanya menuntut pertimbangan strategic.


17
d. Promosi (Promotion)

Promosi merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh perusahaan/ pemasar

untuk mempengaruhi pihak lain agar turut berpartisipasi dalam perubahan yang

mereka lakukan. Pemasaran menggunakan berbagai sarana untuk mempromosikan

produk dan jasa yang mereka tawarkan. Di samping periklanan, mereka juga

menggunakan personal selling, public relation, publikasi, dan promosi penjualan

untuk menginformasikan kepada konsumen potensial tentang perusahaan dan

produk serta jasa yang mereka hasilkan. (Machfoedz, 2007)

Promosi mencerminkan kegiatan-kegiatan yang mengkomunikasikan

keunggulan produk dan membujuk konsumen untuk membelinya. Jadi, promosi ini

merupakan komponen yang dipakai untuk memberikan dan mempengaruhi pasar bagi

produk perusahaan (Kotler dan Amstrong, 2002:121).

Perusahaan mengembangkan dan menjaga kesesuaian bauran pemasaran

untuk kebutuhan khusus guna memenuhi permintaan sekelompok orang. Kelompok

ini dikenal dengan sebutan pasar sasaran (Machfoedz, 2007). Setiap

usaha yang dijalankan harus memiliki pasar yang jelas. Faktor ada tidaknya

konsumen yang akan membeli dan besarnya pasar yang ada perlu diketahui

terlebih dahulu. Disamping itu, perusahaan juga harus mengetahui perilaku

konsumen sebagai calon pembeli dan pesaing yang ada, baik saat ini maupun yang

akan datang. Setelah itu, perusahaan mengatur strategi pemasaran yang tepat

untuk menarik konsumen (Kasmir, 2012).

Ukuran keberhasilan perusahaan dalam menerapkan strategi pemasarannya

adalah mampu memberikan kepuasan pada pelanggan. Semakin banyak pelanggan


18
yang menerima produk atau jasa yang ditawarkan, maka mereka semakin puas,

dengan ini strategi yang dijalankan sudah cukup berhasil (Kasmir, 2012).

4) Aspek Keuangan

Aspek keuangan menurut Kasmir dan Jakfar (2010), merupakan aspek yang

digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek ini sama

pentingnya dengan aspek lainnya, belum ada beberapa pengusaha menggarap justru

aspek inilah yang paling utama untuk dianalisis karena dari aspek ini tergambar jelas

hal-hal yang berkaitan dengan keuntungan perusahaan, sehinga merupakan salah satu

aspek yang sangat penting untuk diteliti kelayakannya. Secara keseluruhan penilaian

dalam aspek keuangan meliputi hal-hal seperti:

a. Sumber-sumber dana yang akan diperoleh.

b. Kebutuhan biaya investasi.

c. Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk

jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur investasi.

d. Proyeksi neraca dan laporan laba/rugi untuk beberapa periode kedepan.

e. Kriteria penilaian investasi.

f. Rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan.

Dalam aspek keuangan, perlu disusun laporan keuangan. Laporan

keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan

secara lengkap, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang

berkepentingan terhadap laporan tersebut. Dalam laporan keuangan termuat

informasi mengenai jumlah kekayaan dan jenis-jenis kekayaan, kewajibankewajiban

(utang), baik jang panjang maupun jangka pendek; serta modal yang
19
dimiliki oleh perusahaan. Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang

hasil-hasil usaha yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu dan

biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut

(Kasmir, 2009).

Aspek perencanaan keuangan dalam suatu usaha kecil sebaiknya meliputi

seluruh aspek kegiatan manajerial dari usaha kecil tesebut. Misalnya perencanaan

aktiva, struktural modal, kegiatan produksi, aktivitas langsung maupun idak

langsung. Pembukuan meliputi pembukuan yang diterapkan pada industri.

Menurut Subanar (2012) administrasi pembukuan usaha kecil memerlukan

minimal tiga jenis buku pencatatan, yang meliputi:

a. Buku harian, yaitu buku mengenai catatan semua transaksi dan kegiatan yang

terjadi selama periode operasi.

b. Buku jurnal, yaitu catatan setiap penerimaan dan pengeluaran keuangan sehari-

hari sehubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh usaha kecil tersebut.

c. Buku besar, yaitu buku catatan terperinci mengenai masing-masing pos biaya dan

pendapatan. Buku besar ini merupakan pengelompokan dari masing-masing pos

penerimaan dan pengeluaran.

2.6 Tenaga Kerja

Menurut Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

20
Menurut Hendra Poerwanto (2013), dari segi keahlian dan pendidikannya

tenaga kerja dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :

a. Tenaga kerja kasar yaitu tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan tidak

mempunyai keahlian dalam suatu bidang pekerjaan.

b. Tenaga kerja terampil yaitu tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan pendidikan

atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu, dan tukang memperbaiki

televisi dan radio.

c. Tenaga kerja terdidik yaitu tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang tinggi

dan ahli dalam bidang-bidang tertentu seperti dokter, akuntan ahli ekonomi, dan

insinyur.

2.7 Analisis Biaya

1) Biaya Produksi

Menurut Ahmad (2007) biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

menghasilkan suatu barang. Biaya produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan

pembuatan barang dan menyediakan jasa. Rosyidi (2009) menjelaskan biaya

produksi terdiri dari (1) biaya tetap (fixed cost) yang besar kecilnya tidak tergantung

pada besar kecilnya produksi, (2) biaya variabel (variabel cost ) adalah biaya yang

besar kecilnya tergantung dari jumlah barang yang diproduksi. Jika keduanya

dijumlahkan terdapat biaya total ( total cost ) dengan demikian maka TC = FC + VC.

Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sesuatu menentukan

besarnya harga pokok dari produk yang akan dihasilkan. Sedangkan biaya produksi

yang berbeda-beda menurut cabang usaha tani (Rispanjaya, 2008).

2) Penerimaan
21
Penerimaan dalam usaha adalah total pamasukan yang diterima oleh produsen

atau pengusaha dari kegiatan produksi yang sudah dilakukan yang telah

menghasilkan uang yang belum dikurangi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan selama

produksi (Husni et al., 2014). Menurut Ambarsari et al., (2014) penerimaan adalah

hasil perkalian antara hasil produksi yang telah dihasilkan selama proses produksi

dengan harga jual produk.

Penerimaan usaha dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: jumlah

produksi, jenis dan harga komoditas yang di usahakan. Faktor-faktor tersebut

berbanding lurus, sehingga apabila salah satu faktor mengalami kenaikan atau

penurunan maka dapat mempengaruhi penerimaan yang diterima oleh produsen atau

pengusaha yang melakukan usaha (Sundari, 2011).

3) Pendapatan

Menurut Umar (2003) Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan

biaya hasil usaha. Selanjutnya dikatakan dalam menentukan pendapatan usaha, ada

beberapa ukuran dalam menentukannya (1) pendapatan kotor usaha, yaitu nilai

produk total suatu usaha dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang

tidak dijual; (2) pendapatan tunai usaha, yaitu selisih antara penerimaan usaha dengan

pengeluaran tunai usaha ; (3) pendapatan bersih usaha yaitu selisih antara pendapatan

total usaha dengan pengeluaran total.

Soekartawi dalam Syafruwardi et al., (2012) menyatakan pendapatan usaha

yaitu selisih antara penerimaan dan semua biaya. Besar kecilnya pendapatan

dipenaruhi oleh besarnya usaha, pemilikan cabang usaha lain, efisien dalam

22
menggunakan tenaga kerja, alat-alat lain yang digunakan, tingkat produksi,

pemasaran hasil dan tingkat pengetahuan yang diperoleh.

Besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pengusaha merupakan

besarnya penerimaan dan pengeluaran selama proses produksi. Terdapat beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh

pengusaha, antara lain: skala usaha, tersedianya modal, tingkat harga output,

tersedianya tenaga kerja, sarana transportasi, dan sistem pemasaran (Faisal, 2015).

4) Keuntungan

Menurut Reev et al., (2011), laba (Profit) atau keuntungan merupakan selisih

antara uang yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dan

biaya yang dikeluarkan untuk input yang digunakan guna menghasilkan barang dan

jasa. Menurut Harahap (2008), laba merupakan kelebihan penghasilan di atas biaya

selama satu periode.

Menurut Stice (2009), laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik.

Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas

masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi awalnya. Berdasarkan beberapa

definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa laba keuntungan merupakan kinerja

perusahaan yang diukur dari pengurangan antara pendapatan dan beban-beban

perusahaan yang terjadi pada suatu periode tertentu. Keuntungan (pendapatan bersih)

adalah penerimaan dikurangi dengan biaya total. Yang dimaksud dengan biaya total

adalah biaya yang diperlukan dalam proses produksi yang terdiri dari biaya yang

dibayarkan (tunai) atau biaya yang diperhitungkan.

23
2.8 Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Islami (2018), dengan judul Analisis Usaha Kipang Sapuluik Pada

Usaha Kipang SWR di Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan yang

bertujuan menganalisis keuntungan dari usaha kipang SWR. Kesimpulan

sebagai berikut:

Keuntungan atau laba bersih yang di peroleh usaha kipang SWR selama

periode September 2017 adalah sebesar Rp. 3.222.233,- dimana usaha ini

merupakan penghasilan utama keluarga.

2. Penelitian Ramadhani (2019), dengan judul Analisis Usaha Kipang Andalas

di Kota Payakumbuh yang bertujuan menganalisis keuntungan dari usaha

Kipang Andalas. Kesimpulan sebagai berikut:

Keuntungan atau laba yang di peroleh usaha kipang Andalas selama periode

22 September sampai 22 Oktober 2018 adalah sebesar Rp. 6.193.694,-

3. Penelitian Surya (2016), dengan judul Analisis Usaha Kipang H. Anas di Kota

Padang yang bertujuan mendeskripsikan usaha yang dilakukan oleh usaha

kipang H. Anas dalam mengembangkan usahanya dan menganalisis

keuntungan dari usaha kipang H. Anas. Kesimpulan sebagai berikut:

a) Usaha Kipang H.Anas merupakan usaha kecil yang memproduksi

Kipang berupa kipang kacang, kipang beras ketan putih dan kipang

beras ketan hitam. Pada aspek sumberdaya usaha ini memiliki 5 orang

tenaga kerja dengan sistem upah langsung (straight salary) yang

dipimpin oleh bapak Nasrul Anas (Anin), pada aspek peralatan dan

mesin usaha ini masih menggunakan peralatan yang sederhana


24
sehingga proses produksi memerlukan waktu yang lama, Pada aspek

produksi untuk pengadaan bahan baku usaha ini memilih pemasok dari

toko pasar raya Kota Padang dan pemasok dari Bukitinggi. Pada aspek

bauran pemasaran, produk ini memiliki merek dagang Kipang H.Anas

sedangkan untuk mendistribusikan produk ini memiliki saluran

distribusi langsung dan tidak langsung. Pada aspek yang tekahir yaitu

keuangan usaha ini memiliki sumber modal sendiri dan belum

melakukan pencatatan akutansi yang baik.

b) Keuntungan atau laba bersih yang diperoleh oleh usaha kipang H.Anas

selama periode April – Mei 2015 dari ketiga jenis produk yang

dihasilkan adalah sebesar Rp 10.308.047,-. Keuntungan yang

diperoleh dari kipang kacang sebesar Rp 6.556.624,6, kipang kacang

beras ketan putih adalah Rp 3.280.345,5 sedangkan keuntungan yang

diperoleh dari kipang kacang beras ketan hitam sebesar Rp 471.076,9.

2.9 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dari penelitian ini dimulai dengan penggalian informasi

seputar UMKM kipang beras ketan ria di nagari muaro, kecamatan sijunjung,

kabupaten sijunjung. UMKM ini merupakan usaha keluarga yang telah diwariskan

secara turun temurun dan telah dijadikan sebagai makanan oleh-oleh dari Kabupaten

Sijunjung.

Setiap pengusaha yang menjalankan kegiatan usahanya tentu mengharapkan

agar usahanya dapat memperoleh keuntungan yang besar dan adanya keberlanjutan

usaha. Agar kontinuitas suatu usaha terjamin, pemilik usaha perlu mengatahui kondisi
25
usahanya. Untuk itu dibutuhkan analisis usaha agar usaha tersebut dapat mengetahui

tingkat keuntungan yang diperolehnya serta memberikan gambaran untuk melakukan

perencanaan jangka panjang. Adapun kerangka penelitian dalam bentuk skema dapat

dilihat pada gambar berikut:

Analisis Usaha Agroindustri

UMKM Kipang Beras Ketan Ria

Manajemen Usaha Analisis Pendapatan

 Sumber daya usaha  Biaya Produksi


 Peralatan  Penerimaan
 Produksi  Pendapatan
 Pemasaran  Penyusutan
 Keuntungan
Analisis Deskriptif Kualitatif

Hasil

Kesimpulan

Gambar 1. Kerangka pemikiran

26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada UMKM Beras Ketan Ria di Nagari Muaro

Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Pemilihan lokasi penelitian pada Usaha

Kipang Beras Ketan Ria ini dilakukan dengan pertimbangan usaha ini merupakan

satu-satunya UMKM yang memproduksi kipang beras ketan di Kabupaten Sijunjung

serta telah berlangsung secara turun-temurun.

Penelitian ini akan dilaksanakan selama empat 4 bulan, dimulai dari bulan Juli

2022 hingga bulan Oktober 2022. Terhitung dari penulisan proposal ini dibuat hingga

penulisan laporan akhir seperti yang tercantum pada Lampiran 1.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang

spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal

hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian

kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut menggunakan angka, mulai dari

pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.

Penelitian Deskriptif merupakan penelitian yang diarahkan untuk

memaparkan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan

akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif

cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan hubungan antar variabel dan

27
menguji hipotesis. Tujuan dari penelitian deskriptif untuk membuat pencandraan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau

daerah tertentu (Wagiran, 2014).

Metode deskriptif yang digunakan adalah metode studi kasus (case study).

Menurut Raharjo dan Gudnanto (2011) studi kasus adalah suatu metode untuk

memahami individu yang dilakukan secara integratif dan komprehensif agar

diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah

yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh

perkembangan diri yang baik.

3.3 Responden Penelitian

Responden adalah orang-orang yang merespon atau menjawab pertanyaan

penelitian baik pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2003). Dalam arti lain

responden adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah

penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah Ibu Ria sebagai pemilik Usaha

Kipang Beras Ketan. Untuk lebih jelas pedoman wawancara dapat dilihat pada

Lampiran 3.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang akan dikumpulkan selama penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari

sumbernya langsung, data primer ini bisa disebut juga sebagai data langsung

(Subagio, 2017). Data primer pada penelitian ini diperoleh dengan cara :
28
a. Kuesioner

Menurut Sugiyono (2014), kuesioner adalah teknik pengumpulan data

dengan cara peneliti memberikan daftar pertanyaan atau pernyataan yang

tertulis untuk dijawab oleh responden.

b. Wawancara,

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab

lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang

mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara (Fatoni, 2011).

Wawancara dilakukan langsung kepada informan kunci yaitu Ibu Ria salaku

pemilik dari usaha kipang beras ketan.

c. Observasi,

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

sesuatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau

prilaku objek sasaran (Fatoni, 2011).

2. Data sekunder

Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui studi

kepustakaan yaitu dengan membaca kepustakaan seperti buku-buku literatur, diktat-

diktat kuliah, majalah-majalah, jurnal-jurnal, buku-buku yang berhubungan dengan

pokok penelitian, surat kabar serta membaca dan mempelajari arsip-arsip atau

dokumen-dokumen yang terdapat di instansi terkait (Azzarnuji, 2011). Data sekunder

pada penelitian ini diperoleh dari lembaga yang berkaitan dengan penelitian yaitu

Badan Pusat Statistik (BPS) dan KOPERINDAG.

29
3.5 Variabel Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka variabel yang diamati adalah:

1. Pada tujuan penelitian pertama yaitu untuk mendeskripsikan manajemen usaha

yang dilakukan oleh UMKM Kipang Beras Ketan Ria di Nagari Muaro,

Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung. Maka variabel yang diamati

meliputi:

a). Aspek operasional, meliputi:

 Gambaran umum dan sejarah usaha meliputi: latar belakang usaha,

sejarah pendirian usaha, lokasi usaha, izin usaha dan struktur

organisasi usaha kipang beras ketan Ria.

 Faktor sumberdaya yaitu tenaga kerja dan peralatan. Untuk tenaga

kerja manusia (tenaga kerja langsung), meliputi: jumlah tenaga

kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan, system pembagian kerja,

pengalaman dan lama bekerja, serta system pengupahan tenaga

kerja. Untuk peralatan meliputi: jenis dan harga mesin/peralatan

yang digunakan, kapasitas peralatan yang digunakan serta

penyusutan alat yang terdiri dari nilai sisa dan umur ekonomis

mesin dan peralatan.

 Faktor produksi yaitu meliputi: jenis dan kualitas bahan baku,

daerah asal pembelian bahan baku, harga bahan baku, jumlah serta

periode pembelian bahan baku, proses produksi yang dilakukandan

jumlah produksi yang dihasilkan.

30
b). Aspek bauran pemasaran, meliputi:

 Produk adalah bagaimana kebijakan usaha terhadap produk yang

meliputi klasifikasi produk, mutu produk, spesifikasi produk,

merek dan kemasan.

 Harga adalah bagaimana kebijaksanaan usaha terhadap harga

seperti metoda penetapan harga produk dan sistem pembayaran.

 Distribusi atau tempat adalah bagaimana kebijaksanaan usaha

dalam kegiatan distribusi menyangkut sauran distribusi sehingga

produk dapat sampai ke konsumen serta lembaga niaga yang

terlibat serta tempat penjualan.

 Promosi adalah bagaimana industry dalam kegiatan promosi

sehingga produk dikenal konsumen serta jenis promosi yang

dilakukan.

a) Aspek keuangan, meliputi:

 Sumber modal, meliputi dari mana saja awal modal usaha

 Jumlah modal usaha, meliputi modal usaha saat awal produksi dan

modal usaha saat ini dan biaya-biaya yang dikeluarkan.

 Pengelolaan keuangan meliputi catatan kecil usaha yang dilakukan

usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria.

2. Pada tujuan penelitian kedua untuk mengetahui besar pendapatan pada Usaha

UMKM Beras Ketan Ria di Nagari Muaro, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten

Sijunjung. Maka variabel yang diamati meliputi:

31
b) Biaya produksi,

 Biaya tetap, yaitu biaya yang meliputi penyusutan, peralatan atau

perlengkapan dan pajak.

 Biaya variabel, yaitu biaya yang dapat berubah sesuai jumlah

produksi barang dalam satu periode seperti. . Biaya ini antara lain:

Biaya sarana produksi, meliputi biaya bahan baku dan tenaga

kerja. Biaya lain-lain yang dikeluarkan selama satu periode

produksi seperti biaya diperhitungkan.

c) Pendapatan

 Penerimaan, meliputi : penerimaan dari hasil penjualan kipang

beras ketan yang diukur dengan mengalikan harga jual kipang

dengan jumlah kipang yang dijual yang diukur dengan (Rp/pcs).

1) Produksi kipang beras ketan selama satu bulan saat periode

penelitian.

2) Harga jual adalah produksi total kipang beras ketan dikalikan

dengan harga Rp./pcs dalam satu bulan saat periode penelitian.

 Keuntungan, meliputi : selisih antara penerimaan dari hasil

penjualan kipang beras ketan dan biaya total atau biaya yang

dikeluarkan selama proses produksi yang terdiri dari biaya yang

dibayarkan (tunai) dan biaya yang diperhitungkan.

32
3.6 Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan dua metode analisa yaitu :

1. Analisa deskriptif kualitatif

Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam penelitian status

kelompok manusia, suatu objek serta kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu

kelas peristiwa dengan tujuan untuk membuat deskriptif, gambaran secara

sistemastis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan

antara fenomena yang sedang diselidiki. Dengan metode ini memungkinkan untuk

mendapatkan informasi yang lebih mendetail mengenai topik yang sedang diteliti.

Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini, maka metode yang sangat cocok

digunakan adalah metode deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat

berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.

2. Analisa deskriptif kuantitatif

Analisa deskriptif kuantitatif digunakan untuk analisis ekonomi mencakup

biaya pendapatan dan keuntungan. Data yang akan dianalisis adalah data keuangan

UMKM Kipang Beras Ketan Ria periode produksi Juli – Agustus 2022.

a. Biaya produksi/ biaya total (total cost)

Keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan selama satu periode.

Biaya produksi total didapat dari menjumlahkan biaya tetap (FC) dan biaya variabel

(VC) selama satu kali periode. Dengan demikian biaya total dapat dihitung dengan

rumus :
33
TC = TFC + TVC

Keterangan :

TC = Total Biaya Usaha Kipang Dalam Satu Periode (Rp)

TFC = Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Biaya Variabel (Rp)

b. Penerimaan

Penerimaan meliputi penerimaan dari hasil penjualan kipang yang diukur

dengan mengalikan jumlah produksi kipang dalam satu periode dengan harga jual

waktu penelitian yang diukur dengan satuan rupiah (Rp). Menurut Umar dalam

Rispanjaya, 2008, penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang

diperoleh dengan harga jual, dapat dihitung dengan Rumus :

TR =PxQ

Dimana :

TR = Penerimaan (Rp)

P = Harga Jual (Rp)

Q = Jumlah kipang (pcs/periode)

c. Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang

telah dibayarkan (tunai) selama proses produksi. Secara matematis dapat dirumuskan:

Yi = TR – TC
Dimana :
Yi = Pendapatan
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
34
d. Penyusutan

Biaya penyusutan merupakan biaya tetap yang dikenakan untuk tujuan nilai

korbanan usaha dari investasi yang ditanamkan. Biaya penyusutan ini dikenakan

untuk alat-alat seperti : tempat produksi, wajan, ember, sendok dan lainnya.

Perhitungan biaya penyusutan ini digunakan metode garis lurus yaitu

besarnya biaya penyusutan pertahun adalah tetap. Asumsi digunakan adalah umur

ekonomis alat-alat tersebut 10 tahun dan nilai investasi dari umur ekonomis tidak

tersisa (sama dengan nol). Sehingga rumus penyusutan pertahun menurut Soekartawi

(1991) adalah :

D=P–S
N
Keterangan:

D = Penyusutan

P = Harga Beli

S = Nilai Sisa

N = Umur Ekonomis

e. Keuntungan

Keuntungan dari sudut pandang pembukuan perusahaan adalah perbedaan

nilai uang dari hasil penjualan yang diperoleh dengan seluruh biaya yang

dikeluarkan (Sukirno, 2012). Keuntungan atau laba bersih dapat dilihat dari

selisih antara pendapatan penjualan dengan seluruh biaya selama periode

tertentu.

Rumus keuntungan :

π = TR-TC
35
π = Keuntungan/laba (Rp)

TR = Penerimaan Total/ Total Revenue (Rp)

TC = Biaya Total/Total Cost (Rp)

Yang termasuk biaya total adalah biaya-biaya yang dikeluarkan selama

proses produksi yang terdiri dari biaya yang dibayarkan (tunai) dan biaya yang

diperhitungkan antara lain sewa tanah, upah tenaga kerja dalam keluarga dan bunga

modal sendiri.

f. R/C Ratio (Revenue Cost Ratio)

R/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya

yang dikeluarkan. Dimana R/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan penerimaan

(reserve) dengan pengeluaran (cost). Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk

mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan

mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya korbanan, dimana :

R/C Ratio > 1 : efisien

R/C Ratio = 1 : impas

R/C Ratio < 1 : tidak efisien

Keterangan:

R/C = Revenue Cost Ratio

R = Penerimaan (revenue)

C = Biaya (cost)

g. Net Peresent Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto) pada

waktu sekarang (present).Asumsi present yaitu menjelaskan waktu awal perhitungan


36
bertepatan dengan waktu evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke-nol (0) dalam

perhitungan cash flow investasi. Dengan demikian, metode NPV pada dasarnya

memindahkan cash flow yang menyebar sepanjang umur investasi ke waktu awal

investasi (t = 0) atau kondisi present (Giatman, 2007).

Menurut Gittinger (1986) suatu usaha dinyatakan layak jika NPV > 0. Jika

NPV = 0 berarti usaha tersebut tidak untung maupun rugi. Jika NPV < 0 maka usaha

tersebut dinyatakan rugi sehingga lebih baik tidak dilaksanakan. Dihitung

menggunakan rumus:

𝑁𝑃𝑉=Σ (1 + 𝑖)𝑡 𝑛𝑡 (𝐵𝑡− 𝐶𝑡)–𝐾𝑡)

Keterangan:

Bt = Penerimaan

Ct = Biaya proyek pada tahun t

Kt = Modal

t = Umur ekonomis dari proyek

i = Discount rate (tingkat bunga)

h. Internal Rate Of Return (IRR)

IRR atau Internal Rate of Return merupakan nilai discount rate yang membuat

NPV dari proyek sama dengan nol. IRR ini dapat juga dianggap sebagai tingkat

keuntungan atas investasi bersih dalam suatu usaha. Setiap benefit bersih yang

diwujudkan secara otomatis ditanamkan kembali dalam tahun berikutnya dan

mendapatkan tingkat keuntungan yang sama yang diberi bunga selama sisa umur

usaha (Kadariah, 1999). Dihitung menggunakan rumus:

IRR=1′ + 𝑁𝑃𝑉 . (𝑖" − 𝑖′)


37
𝑁𝑃𝑉′−𝑁𝑃𝑉"

Keterangan:

i’ = nilai coba-coba discount factour (tingkat bunga) pertama untuk

keuntungan

i’’ = nilai coba-coba discount factour (tingkat bunga) kedua untuk

keuntungan

NPV’ = NPV dengan discount factour (tingkat bunga) pertama

NPV’’ = NPV dengan discount factour (tingkat bunga) kedua

3.7 Definisi Operasional

Defenisi operasional yaitu defenisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal

defenitif yang dapat diukur dan diamati sebagai titik tolak persamaan persepsi dalam

penelitian, defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Agroindustri: industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku

utamanya atau suatu industri yang menghasilkan produk yang digunakan sebagai

sarana atau input dalam usaha pertanian

2. Penerimaan: perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual yang

berlaku

3. Pendapatan: merupakan penerimaan dikurangi biaya total

4. Keuntungan: semua penerimaan dikurangi dengan biaya yang dibayarkan dan

biaya yang diperhitungkan

5. Biaya yang dibayarkan: biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha untuk membayar

upah tenaga kerja luar keluarga, pembelian input produksi seperti beras ketan,

gula, dan bahan lainnya.


38
6. Biaya yang diperhitungkan: meliputi tenaga kerja dalam keluarga, biaya sewa

tempat produksi milik sendiri, penyusutan tempat dan peralatan serta bunga modal

milik sendiri.

39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Aspek Operasional

Aspek operasional pada Usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria dilihat dari

gambaran umum usaha, faktor sumberdaya manusia dan peralatan serta faktor

produksi adalah sebagai berikut:

1. Gambaran Umum Usaha

Usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria merupakan UMKM yang

memproduksi olahan makanan khas daerah Sumatera Barat yaitu kipang yang bahan

bakunya adalah beras ketan. Usaha Kipang Beras Ketan ini didirikan oleh Ria

Febriani. Usaha ini beralamat di Pasar Jumat, Nagari Muaro, Kecamatan Sijunjung,

Kabupaten Sijunjung.

Latar belakang berdirinya Usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria ini yaitu

melanjutkan usaha keluarga yang telah turun-temurun sejak tahun 1950-an. Pada

awalnya usaha produksi kipang di Muaro cukup banyak, namun seiring

perkembangan zaman produksi kipang di Muaro semakin hilang karena sudah banyak

pekerjaan yang lebih bagus untuk kaum muda kerjakan dibandingkan dengan

memproduksi kipang. Hingga saat ini, Usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria

merupakan usaha kipang satu-satunya yang bertahan di Nagari Muaro.

Tahun 2015, pemilik usaha Ria Febriani mengajukan izin PIRT (Pangan

Industri Rumah Tangga) kepada Koperindag (Koperasi Usaha Kecil dan Menengah,

Perindustrian dan Perdagangan) Kabupaten Sijunjung. Hingga saat ini usaha kipang

40
beras ketan ria telah memiliki izin untuk beroperasi dan termasuk kepada salah satu

UMKM yang aktif dan diawasi oleh Koperindag Kabupaten Sijunjung.

Usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria merupaan usaha perseorangan. Usaha

perseorangan merupakan usaha yang dimilki oleh seseorang dan ia bertanggung

jawab sepenuhnya terhadap semua resiko dan kegiatan perusahaan. Usaha UMKM

Kipang Beras Ketan Ria tidak memiliki struktur organisasi yang tertulis. Namun,

berdasarkan pembagian tugas dan fungsinya, struktur organisasi usaha ini dapat

digambarkan seperti Gambar. 2 berikut:

PEMILIK
RIA FEBRIANI

PRODUKSI & PEMASARAN ADM & KEUANGAN

ERI MARLINA RIA FEBRIANI

ANGGOTA
SUSNENGSI

Gambar 2. Struktur Organisasi UMKM Kipang Beras Ketan Ria

Adapun fungsi dan tugas dari masing-masing bagian tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Pemilik/Pimpinan merangkap administrasi dan keuangan

Pimpinan merupakan pemegang wewenang tertinggi yang bertugas mengatur,

mengawasi, mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas semua kegiatan usaha

yang dilakukan. Pimpinan juga bertanggung jawab mencatat setiap transaksi dan

41
mengelola keuangan dari hasil penjualan produk-produk yang dihasilkan dan

bertanggung jawab terhadap semua pengeluaran meliputi biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk kelancaran proses produksi.

b. Bagian produksi

Bagian produksi bertugas dan bertanggung jawab dalam memproses bahan

baku menjadi produk yang siap dipasarkan. Pada bagian ini dilakukan oleh pemilik

usaha dibantu keluarganya. Saat ini bagian produksi dilakukan oleh 2 orang tenaga

kerja dari keluarga.

c. Bagian pemasaran

Bagian pemasaran bertugas untuk memasarkan produk pasar Sijunjung. Pada

bagian pemasaran ini dilakukan oleh anggota keluarga yang mengurusi pemasaran.

Mengacu pada klasifikasi industri pengolahan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang

digunakan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2010 (lampiran 2), usaha Kipang Beras

Ketan Ria termasuk kedalam UMKM industri rumah tangga karena hanya memiliki 3

orang tenaga kerja. Sebagai industri rumah tangga, usaha ini masih memiliki fungsi

pengkoordinasian yang sederhana. Koordinasi yang dilakukan oleh pemimpin dengan

tenaga kerja lain masih dalam hubungan yang informal dimana tidak ada aturan yang

tertulis mengenai struktur organisasi, hak dan kewajiban tenaga kerja, tugas,

wewenang dan tanggung jawab tenaga kerja.

2. Sumberdaya Manusia dan Peralatan

Usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria memiliki tenaga kerja sebanyak 3

orang. Tenaga kerja dalam usaha ini merupakan tenaga kerja dalam keluarga

termasuk pemilik usaha. Tenaga kerja dalam Usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria
42
ini terdiri dari 1 orang pemilik yang merangkap sebagai administrasi dan bagian

keuangan dan 2 orang tenaga kerja lainnya berperan dalam bidang produksi dan

pemasaran.

Tingkat pendidikan formal tenaga kerja dalam usaha ini bervariasi, yaitu 2

orang tenaga kerja bagian produksi dan pemasaran hanya tamatan SD dan SMP

sedangkan satu orang lain yang merupakan pemilik Usaha UMKM Kipang Beras

Ketan Ria merupakan tamatan D3. Selain pendidikan formal, pemilik usaha juga

menjalani pendidikan non formal, yaitu pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan

oleh dinas perizinan Koperindag Kabupaten Sijunjung. Pendidikan non formal ini

hanya di lakukan oleh pemilik usaha yang nanti di ajarkan lagi kepada pekerja.

Dalam usaha ini, pemilik sekaligus pemimpin usaha masih belum memerlukan tenaga

kerja tambahan, karna dengan jumlah produksi yang belum mengalami peningkatan

tenaga kerja dalam keluarga sudah dapat menanggulangi seluruh kegiatan usaha ini.

Tenaga kerja baik bagian produksi, pengemasan maupun pemasaran berasal

dari dalam keluarga, sehingga upah tenaga kerjanya tidak dibayarkan, tetapi

termasuk kedalam bagian biaya yang diperhitungkan sebagai dasar perhitungan

untuk menentukan tingkat keuntungan usaha.

Tabel 1. identitas tenaga kerja Usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria
No. Nama Jenis Umur Pendidikan Bagian
Kelamin (Tahun)
1. Ria Febriani Pr 28 D3 Pemilik/Adm/Keuangan
2. Eri Marlinda Pr 35 SMP Produksi/Pemasaran
3. Susnengsi Pr 33 SD Produksi/Pemasaran

43
Selain tenaga kerja, komponen lain yang dibutuhkan untuk produksi dan

menentukan kelancaran proses produksi adalah investasi dan peralatan yang dipakai

untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang bisa dinikmati oleh konsumen.

Beberapa investasi dan peralatan pada Usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria dapat

dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2. Jenis Peralatan dan Investasi Usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria
No. Peralatan dan Fungsi Jumlah
Investasi (unit)
1. Bangunan Tempat proses produksi 1
2. Dandang Tempat memasak beras 1
3. Kuali besar Tempat penggorengan dan 1
pencampuran adonan kipang
4. Kuali sedang Tempat pembuatan caramel 1
5. Saringan Tempat tirisan minyak 2
6. Ember Untuk meletakkan gula 2
7. Baskom Wadah beras yang sudah digoreng 2
8. Sendok kayu Pengaduk 2
9. Meja kayu Tempat cetakan kayu dan tempat 1
pengemasan
10. Cetakan kayu Tempat pencetakan kipang 1
11. Rol kayu Acuan pemotongan kipang 1
12. Lesung Pemisahan beras yang menempel 1
setelah dijemur
13. Pisau Pemotong kipang 2
14. Timbangan Menimbang kipang 1

Penyusutan alat merupakan salah satu biaya tetap, maka terlebih dahulu harus

mencari berapa biaya penyusutan setiap jenis investasi dan peralatan pada usaha ini.

44
3. Manajemen Produksi

Pada usaha ini, bahan baku utama yang digunakan adalah beras ketan. Bahan

baku utama didapatkan oleh pemilik dari petani lokal yang ada di Kabupaten

Sijunjung. Frekuensi pembelian bahan baku utama ini dilakukan 1 kali sebulan,

dengan jumlah pembelian beras ketan sebanyak 100 liter dengan harga Rp. 15.000,-

per liter.

Selain beras ketan, usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria juga

membutuhkan bahan tambahan untuk membuat kipang. Bahan tambahan tersebut

yaitu, gula merah dan minyak goreng. Bahan tambahan dibeli kepada pedagang yang

merupakan langganan usaha. Bahan tambahan pertama yaitu gula merah, gula merah

didatangkan dari Batusangkar. Alasan pembelian di Batusangkar, karena menurut

pihak usaha kualitas gula merah di sana baik dan tahan lama. Bahan selanjutnya yaitu

minyak goreng didapatkan dari toko grosir makanan yang berada di dekat lokasi

usaha.

Frekuensi pembelian bahan tambahan dilakukan 1 kali sebulan, dengan harga

jual masing-masingnya yaitu, gula merah Rp.17.000,- per kg, dan minyak goreng Rp.

17.000,- per kg. Sistem pembayaran yang digunakan oleh pihak usaha adalah dengan

pembayaran tunai.

Menurut keterangan pemilik usaha, sejauh ini usaha UMKM Kipang Beras

Ketan Ria belum ada mengalami kendala dalam pengadaan bahan baku dan bahan

penolong, baik dalam aspek kualitas maupun kuantitas. Jumlah bahan baku dan bahan

tambahan untuk 1 kali produksi dapat dilihat pada Tabel 3.

45
Tabel 3. Jumlah Bahan Baku dan Bahan tambahan untuk Satu kali Produksi

Bahan Jumlah

Bahan baku Beras ketan 10 liter


Bahan tambahan Gula merah 25 kg
Minyak goreng 5 kg

4. Proses Produksi

Proses produksi dalam usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria ini dilakukan

satu kali dalam tiga hari, karena proses produksi sangat dipengaruhi oleh cuaca yaitu

pada proses pengeringan kipang dilakukan secara alami dengan bantuan sinar

matahari, apabila cuaca tidak bagus (hujan) akan berakibat pada tidak jalannya proses

produksi. Dalam satu kali produksi dapat menghabiskan waktu selama ± 3 hari

dengan hasil produksi sebanyak 600 bungkus kipang. Proses produksi kipang ini

dilakukan dirumah pemilik usaha itu sendiri.

Dalam kegiatan produksi usaha tidak ada penggunaan teknologi yang lebih

modern, proses produksi dalam usaha ini hanya menggunakan peralatan yang

sederhana dan tradisional. Hal ini tentu akan berdampak pada efektif dan efisiennya

proses produksi kipang. Agar tingkat efektif dan efisien suatu kegiatan produksi

tercapai sebaiknya pihak usaha menggunakan atau menerapkan beberapa teknolgi

yang dapat membantu untuk keberlangsungan usaha.

Proses pembuatan kipang pertama kali diawali dengan proses persiapan

terhadap bahan baku utama dan bahan tambahan. Setelah bahan baku dan bahan

tambahan dipersiapkan, proses produksi pertama diawali dengan proses pada beras

ketan, pertama-tama dilakukan proses pencucian beras ketan dilanjutkan dengan

46
perendaman beras selama 2 jam, selanjutnya beras ketan di masak hingga matang,

tahap selanjtnya yaitu penjemuran terhadap beras ketan selama ±10 jam.

Pada hari berikutnya, beras ketan yang sudah kering langsung ditumbuk secara

tradisional dengan menggunakan lesung. Setelah itu dilakukan proses terhadap gula

merah, pada tahap ini gula merah di masak hingga mendidih dan mengental. Setelah

itu di didiamkan selama ±2 jam hingga dingin.

Proses selanjutnya yaitu proses penggorengan beras ketan yang sudah ditumbuk

hingga berubah warna menjadi sedikit putih. Tahap selanjutnya yaitu proses

pengadonan kipang dengan menggunakan kuali, pertama-tama dimasukan gula merah

dan beras ketan yang sudah digoreng setelah itu langsung diaduk dengan

menggunakan sendok kayu.

Setelah adonan kipang teraduk rata, adonan diletakan di dalam cetakan kayu

yang telah disiapkan, kemudian diratakan dengan rol kayu dan di potong sesuai garis

yang terdapat pada cetakan sehingga berbentuk dadu kecil. Tahap akhir dalam proses

produksi ini yaitu proses pengemasan produk, kipang yang telah dipotong dadu sesuai

ukuran yang diinginkan langsung di bungkus menggunakan plastik kemudian

selipkan kertas merk produk usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria. Plastik kemasan

yang digunakan adalah plastik dengan ukuran 12x24 cm dan 16x24 cm. Penggunaan

plastik sebagai kemasan berguna agar produk kedap udara sehingga tidak mudah

lunak. Dengan proses produksi yang masih sederhana dan menggunakan bahan-bahan

yang alami, produk kipang ini dapat tahan selama 6 bulan dipasaran dan memiliki

rasa yang khas, gurih dan nikmat.

47
B. Aspek Pemasaran

Dalam memasarkan produknya, pemilik usaha melalui tim produksi dan

pemasaran menjual kipang di Pasar Sijunjung pada setiap hari kamis. Produk juga

bisa dibeli langsung oleh konsumen ke tempat produksi. Biasanya konsumen yang

membeli langsung ke tempat produksi menjadikan kipang beras ketan ini sebagai

oleh-oleh untuk dibawa keluar kota. Dalam aspek pemasaran Kipang Beras Ketan Ria

terdapat bauran pemasaran produk, yaitu :

1. Produk

Dalam menjalankan usahanya, usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria

menghasilkan satu jenis produk olahan yaitu kipang beras ketan. Produk yang

dihasilkan oleh usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria memiliki cita rasa tersendiri

dimata konsumennya. Produk kipang dalam usaha ini merupakan produk yang dapat

langsung dikonsumsi. Produk ini tidak menggunakan bahan kimia sintesis atau zat

pewarna, pemanis, dan bahan pengawet lain, sehingga produk ini memiliki rasa manis

yang khas, produk yang gurih, aroma yang wangi dan tahan lama di pasaran.

Merek dagang yang digunakan usaha ini yaitu “Kipang Beras Ketan Ria”.

Kemasan yang digunakan oleh pihak usaha UMKM Kipang Beras Ketan Ria adalah

kemasan plastik dengan logo dan merek dagang, produk dibungkus dengan plastik

agar produk kedap udara. Pada kemasan tertera informasi merek produk, logo, alamat

usaha, dan nomor telepon usaha. Informasi tersebut dicetak pada kertas kemasan.

2. Harga

Penetapan harga jual oleh pemilik usaha yaitu Rp. 10.000,- per bungkus

ukuran 16x24 cm dan Rp. 5.000,- per bungkus ukuran 12x24 cm. Sistem penetapan
48
harga baik untuk konsumen langsung yang datang ke lokasi produksi atau konsumen

yang membeli di pasar sama.

Dasar penetapan harga yang dilakukan oleh pihak usaha didasari oleh harga

pasar, harga pasar ini didasarkan kepada harga bahan baku dan bahan tambahan.

Dasar penetapan harga oleh pimilik ini hanya berdasarkan taksiran atau perkiraan

saja, tanpa ada dasar perhitungan yang benar. Hal ini akan berdampak kepada jumlah

atau total keuntungan yang akan diperoleh oleh pihak usaha nantinya. Oleh karena

itu, agar pihak usaha dapat melihat keuntungan yang diperoleh dengan lebih jelas dan

detail dilihat dari besarnya biaya yang dikeluarkan, maka diperlukan perhitungan

harga jual produk.

3. Tempat

Pemasaran produk yang dilakukan oleh usaha UMKM Kipang Beras Ketan

Ria ini yaitu dengan menggunakan saluran distribusi langsung. Pada saluran distribusi

langsung ini konsumen langsung membeli kipang kepada produsen atau pengusaha di

lokasi produksi ataupun di pasar. Biasanya konsumen akhir pada saluran distribusi ini

adalah konsumen yang berada di dekat lokasi usaha, terkadang ada juga perantau

yang membeli langsung ketempat usaha untuk dibawa sebagai oleh-oleh.

4. Promosi

Promosi merupakan salah satu variabel pemasaran yang digunakan untuk

mengadakan komunikasi dengan pasarnya. Promosi dipandang sebagai arus informasi

atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi

kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran.

49
Untuk memperkenalkan dan memasarkan produknya, pihak usaha UMKM

Kipang Beras Ketan Ria menggunakan media sosial sebagai wadah untuk

meperkenalkan usaha kipang beras ketan kepada banyak orang. Selain itu pihak usaha

juga mempromosikan secara langsung atau dari mulut ke mulut.

C. Aspek Keuangan

1. Sumber Modal

Modal usaha adalah biaya awal yang digunakan oleh pemilik usaha untuk

memulai suatu usaha seperti dari mana saja modal yang didapat, berapa modal awal

usaha yang digunakan dan bagaimana pencatatan keuangan usaha. Pada awal

membuka usaha kipang ini, pemilik usaha memulai dengan menggunakan modal awal

sendiri. Modal awal dalam membuka usaha ini yaitu sebesar Rp. 2.500.000,-. Sampai

saat ini pemilik usaha Kipang Ria belum pernah meminjam uang untuk tambahan

modal untuk usahanya.

2. Pengelolaan Keuangan

Laporan keuangan adalah neraca dan perhitungan laba rugi serta keterangan

yang dimuat dalam lampiran antara lain laporan sumber dan penggunaan dana. Selain

itu laporan keuangan merupakan kombinasi antara faktor yang telah dicatat, prinsip-

prinsip dan kebiasaan didalam akuntansi serta pendapat-pendapat pribadi. Sehingga

dalam sebuah perusahaan setidaknya harus memiliki laporan keuangan yang akan

memperlihatkan historikal dari pengeluaran untuk kegiatan usaha yang dilakukan

(Munawir,2004).

Pada usaha Kipang Beras Ketan Ria, pemilik sudah melakukan pencatatan

keuangan tetapi masih sangat sederhana dengan cara manual, sehingga pemilik usaha
50
tidak bisa mengidentifikasi biaya produksi, biaya pemasaran, dan pendapatan yang

diperoleh secara mendetail setiap bulannya. Oleh karena itu, pihak usaha sebaiknya

melakukan pengelolaan keuangan yang benar melalui pencatatan yang rinci pada

setiap transaksi dalam kegiatan usahanya dan menggunakan alat hitung otomatis

secara digital. Dengan adanya pencatatan akuntansi yang benar, diharapkan dapat

membantu pimpinan usaha dalam pengelolaan usahanya dan mampu membuat

keputusan untuk pengembangan usaha dimasa yang akan datang.

D. Analisis Keuntungan

1. Biaya produksi

Biaya produksi merupakan nilai yang dikeluarkan dari proses produksi.

Adapun dalam Usaha Kipang Beras Ketan Ria, biaya produksi dibedakan menjadi

dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

a) Biaya Tetap

Menurut Soekartawi (2002) Biaya tetap adalah semua pengeluaran yang harus

dikeluarkan oleh produsen untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang

penggunaannya tidak habis dalam satu kali produksi. Biaya tetap yang digunakan

oleh Usaha Kipang Beras Ketan Ria adalah biaya penyusutan bangunan dan biaya

penyusutan peralatan:

51
Tabel 4. Biaya Penyusutan bangunan dan peralatan pada Usaha Kipang Beras Ketan
Ria selama satu kali periode.
No Komponen Biaya Tetap jumlah (Rp)

1 penyusutan bangunan 275.000

2 penyusutan peralatan 29,866


Total 304.810
Sumber: Data Primer (Diolah)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa biaya penyusutan yang terbesar terdapat

pada penyusutan bangunan yaitu sebesar Rp. 275.000 setiap satu bulan/periode.

b) Biaya Variabel

Biaya variabel yang digunakan oleh Usaha Kipang Beras Ketan Ria yaitu

terdiri dari beras ketan, minyak, gula merah, plastik, selotip dan transportasi. Total

biaya variabel yang dikeluarkan oleh Usaha Kipang Beras Ketan Ria pada satu kali

periode yaitu sebesar Rp. 7,790,000 selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 5. Biaya variabel pada Usaha Kipang Beras Ketan Ria selama satu kali periode.
NO Komponen Biaya Jumlah (Rp)
1 Beras ketan 1.500.000
2 Minyak 850.000
3 Gula merah 4.250.000
4 Plastik 800.000
5 Selotip 90.000
6 Transportasi 300.000
Total Biaya 7.790.000
Sumber: Data Primer (Diolah)

Berdasarkan Tabel di atas Usaha Kipang Beras Ketan Ria untuk pengeluaran

biaya terbesar dari biaya variabel yaitu gula merah sebanyak Rp4,250,000,-. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa biaya variabel terbesar yaitu untuk gula merah

52
karena untuk mendapatkan kipang yang gurih dan manis membutuhkan gula merah

yang banyak, sebab itulah biaya terbesar yang didapat adalah biaya pembelian gula

merah.

c) Total Biaya Produksi

Total biaya produksi adalah total biaya tetap ditambah dengan biaya tidak

tetap (biaya variabel). Total biaya produksi yang dikeluarkan oleh Usaha Kipang

Beras Ketan Ria yaitu Rp. 8.094.810 selama satu kali periode (bulan). Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini:

Tabel 6. Total Biaya produksi pada Usaha Kipang Beras Ketan Ria selama satu kali
periode (bulan)
No komponen biaya produksi Jumlah
1 biaya tetap
penyusutan bangunan 275.000
penyusutan peralatan 29.866
Total Biaya 304.810
2 Biaya variabel
Beras ketan 1.500.000
Minyak 850.000
Gula merah 4.250.000
Plastik 800.000
Selotip 90.000
Transportasi 300.000
Total Biaya 7.790.000
3 Total Biaya Produksi 8.094.810
Sumber : Data Primer (Diolah)

Berdasarkan Tabel 6 di atas Usaha Kipang Beras Ketan Ria memiliki 2

pengeluaran biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Hasil perhitungan total biaya

tetap pada Usaha Kipang Beras Ketan Ria selama satu bulan/periode adalah Rp.

304.810 dan total biaya variabel Rp. 7.790.000 per bulan/periode. Total biaya

produksi yang dikeluarkan oleh Usaha Kipang Beras Ketan Ria yaitu sebesar Rp.

53
8.094.810 per bulan/periode. Pengeluaran biaya produksi yang paling besar

bersumber dari biaya pembelian gula merah yaitu Rp. 4.250.000 per bulan/periode.

d) Biaya Yang Diperhitungkan

Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang tidak dikeluarkan tapi dihitung

secara ekonomis. Komponen biaya diperhitungkan yang terdapat pada Usaha Kipang

Beras Ketan Ria selama satu periode yaitu dapat dilihat pada tabel 7 di bawah:

Tabel 7. Biaya yang Diperhitungkan pada Usaha Kipang Beras Ketan Ria selama satu
periode.
No Komponen Biaya Jumlah (Rp)
1 Tenaga kerja dalam keluarga 6.000.000
2 Estimasi sewa bangunan sendiri 300.000
Total Biaya 6.300.000
Sumber : Data Primer (Diolah)

Dari Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa komponen biaya yang

diperhitungkan pada Usaha Kipang Beras Ketan Ria adalah biaya tenaga kerja dalam

keluarga dan estimasi sewa bangunan sendiri. Pengeluaran biaya terbesar yang

dikeluarkan oleh Usaha Kipang Beras Ketan Ria yaitu terdapat pada biaya tenaga

kerja dalam keluarga sebesar Rp. 6.000.000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

ketesediaan tenaga kerja dalam keluarga merupakan suatu potensi besar yang cukup

mempengaruhi dalam suatu usaha. Pemanfaatan tenaga kerja dalam keluarga adalah

sumbangan biaya terhadap usaha karena akan mengurangi pengeluaran biaya usaha

yang seharusnya dikeluarkan.

54
2. Penerimaan

Penerimaan merupakan keseluruhan hasil yang diterima oleh perusahaan dari

penjualan serta dinyatakan dalam rupiah yang diperoleh dari mengalikan produksi

dengan harga produk. Total penerimaan Usaha Kipang Beras Ketan Ria selama

periode Juli-Agustus 2022 dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Total penerimaan Usaha Kipang Beras Ketan Ria selama periode Juli-
Agustus 2022
Produksi Jumlah Harga Jual Total Penerimaan
Produksi (Rp) (Rp)

Kemasan besar 3200 pcs 10,000 32,000,000


Kemasan kecil 2800 pcs 5,000 14,000,00

Jumlah 46,000,000

Sumber : Data Primer (Diolah)

Penerimaan Usaha Kipang Beras Ketan Ria periode Juli-Agustus 2022 adalah

sebesar Rp. 46,000,000,- dengan rincian penerimaan penjualan kipang dengan

kemasan besar seharga Rp.10,000,- per pcs dan penjualan kipang dengan kemasan

kecil seharga Rp. 5,000,- per pcs selama periode Juli-Agustus 2022.

Penjualan kipang dengan kemasan besar selama 1 (satu) periode adalah

sebanyak 3.200 pcs dengan total penerimaan sebesar Rp. 32,000,000,- dan kipang

dengan kemasan kecil diperoleh oleh Usaha Kipang Beras Ketan Ria sebanyak 2.800

pcs dengan penerimaan sebesar Rp. 14,000,000,- sehingga didapat total penerimaan

Usaha Kipang Beras Ketan Ria periode Juli-Agustus 2022 sebesar Rp. 46,000,000,-.

55
3. Pendapatan

Pendapatan yang diperoleh dari penelitian Juli-Agustus 2022 dapat diketahui

dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran selama periode Juli-Agustus 2022, hal

ini sesuai yang dikemukan oleh Soekartawi (2002) yang menyatakan bahwa

pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya. Maka

besar kecilnya pendapatan Usaha Kipang Beras Ketan Ria tergantung pada besarnya

biaya yang dikeluarkan dan besarnya penerimaan yang diperoleh. Untuk lebih

jelasnya pendapatan yang diperoleh Usaha Kipang Beras Ketan Ria periode Juli-

Agustus 2022 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pendapatan Usaha Kipang Beras Ketan Ria Periode Juli-Agustus 2022

No Uraian Jumlah
(Rp)

1 Penerimaan 46,000,000
2 Total Biaya Produksi 8,094,810

Total pendapatan 37,905,190

Sumber : Data Primer (Diolah)

Berdasarkan Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa pendapatan yang diperoleh

dari Usaha Kipang Beras Ketan Ria Periode Juli-Agustus 2022 adalah Rp.

37,905,190,-. Hasil ini diperoleh dari selisih total penerimaan penjualan kipang

sebesar Rp. 46,000,000,- dengan total biaya produksi (pengeluaran) sebesar Rp.

8,094,810,- selama periode Juli-Agustus 2022. Hal ini menunjukan bahwa Usaha

Kipang Beras Ketan Ria selama 1 periode produksi mengalami keuntungan seperti

yang dijelaskan oleh Kusumo (1990) bahwa pendapatan bersih merupakan

56
pendapatan yang telah dikoreksi terhadap pengeluaran tunai dan pengeluaran non

tunai sehingga pendapatan bersih merupakan laba atau keuntungan.

4. Keuntungan

Keuntungan yang diperoleh dari penelitian Usaha Kipang Beras Ketan Ria

dapat diketahui dari selisih antara total penerimaan dengan biaya yang diperhitungkan

dan biaya yang dibayarkan (total produksi). Hal ini sesuai yang dikemukan

Soekartawi (2002) yang menyatakan bahwa keuntungan usahatani adalah penerimaan

dikurangi yang dibayarkan (tunai) atau biaya yang diperhitungkan(non tunai). Untuk

melihat lebih jelas keuntungan yang diperoleh pada Usaha Kipang Beras Ketan Ria

periode Juli-Agustus 2022 dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Keuntungan pada Usaha Kipang Beras Ketan Ria periode Juli-Agustus
2022

No Uraian Jumlah
(Rp)

1 Penerimaan 46,000,000
2 Total Biaya Produksi (tunai) 8,094,810
3 Biaya yang Diperhitungkan 6,300,000

Total 31,605,190

Sumber : Data Primer (Diolah)

Berdasarakan Tabel 10 dapat dilihat bahwa keuntungan yang diperoleh Usaha

Kipang Beras Ketan Ria periode Juli-Agustus 2022 sebesar Rp. 31,605,190,-. Hal ini

menunjukan bahwa Usaha Kipang Beras Ketan Ria periode Juli-Agustus 2022

mengalami keuntungan seperti yang dikemukan oleh Kusumo (1990) bahwa

57
pendapatan bersih merupakan pendapatan yang telah dikoreksi terhadap pengeluran

non tunai, sehingga pendapatan bersih merupakan laba atau keuntungan.

5. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

R/C Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak atau tidak

usaha tersebut untuk dilanjutkan ke periode berikutnya atau sebaliknya usaha tersebut

dihentikan karena kurang layak. R/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan hasil

produksi dengan biaya produksi. R/C Ratio dikatakan layak apabila R/C Ratio lebih

besar dari 1, R/C Ratio dikatakan impas atau tidak mengalami kerugian atau

keuntungan apabila R/C Ratio sama dengan 1, R/C Ratio dikatakan tidak layak

apabila R/C Ratio lebih kecil dari 1.

Tabel 10. R/C Usaha Kipang Beras Ketan Ria periode Juli-Agustus 2022
No Uraian Jumlah (Rp)

1 Penerimaan 46,000,000

2 Total Biaya Produksi 8,094,810


Total 5,68
Sumber : Data Primer (Diolah)

Berdasarkan hasil penelitian didapatakan R/C Ratio 5,68. Usaha dikatakan

layak apabila R/C ratio bernilai lebih besar dari satu (R/C> 1) yang berarti setiap

tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang

lebih besar dari pada tambahan biaya yang dikeluarkan, atau secara sederhana

kegiatan Usaha Kipang Beras Ketan Ria menguntungkan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Marissa (2010), bahwa usaha dikatakan layak apabila R/C ratio Bernilai

58
lebih dari satu (R/C > 1) dan apabila R/C ratio kurang dari (R/C < 1) artinya kegiatan

usaha tersebut mengalami kerugian.

6. Net Present Value (NPV)

7. Internal Rate Of Return (IRR)

59
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh yang dilakukan pada Usaha

Kipang Beras Ketan Ria maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Usaha Kipang Beras Ketan Ria merupakan usaha rumahan yang memproduksi

kipang berupa kipang beras ketan putih. Pada aspek sumberdaya usaha ini

memiliki 3 orang tenaga kerja dalam keluarga, pada aspek peralatan dan mesin

usaha ini masih menggunakan peralatan yang sederhana sehingga proses

produksi memerlukan waktu yang lama, Pada aspek produksi untuk

pengadaan bahan baku usaha ini memilih pemasok beras ketan dari petani

lokal di Muaro, gula merah dari Batusangkar serta bahan lainnya dari toko

sembako di Muaro. Pada aspek bauran pemasaran, produk ini memiliki merek

dagang Kipang Beras Ketan Ria sedangkan untuk mendistribusikan produk ini

memiliki saluran distribusi langsung. Pada aspek yang tekahir yaitu keuangan

usaha ini memiliki sumber modal sendiri dan belum melakukan pencatatan

akutansi yang baik.

2. Biaya produksi dan pendapatan Usaha Kipang Beras Ketan Ria periode Juli-

Agustus 2022 adalah :

a. Biaya produksi yang dihabiskan oleh Usaha Kipang Beras Ketan Ria

yaitu sebesar Rp. 8.094,810,-.

60
b. Pendapatan yang diperoleh pada Usaha Kipang Beras Ketan Ria

sebesar Rp.37, 905,190,-.

c. Keuntungan yang diperoleh pada Usaha Kipang Beras Ketan Ria

sebesar Rp.31, 605,190,-.

d. Hasil analisis kelayakan usaha dengan metode perbandingan return

cost ratio atau R/C adalah sebesar 5,68 yang artinya Usaha Kipang

Beras Ketan Ria menguntungkan dan layak untuk terus dikembangkan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan kepada pemilik

Usaha Kipang Beras Ketan Ria hal – hal sebagai berikut:

1. Dari aspek pemasaran, Usaha Kipang Beras Ketan Ria diharapkan membuat

label yang lebih baik dengan mencantumkan komposisi produk, batas

kadarluarsa dan berat bersih produk. Ini bertujuan agar konsumen mengetahui

spesifikasi produk yang mereka beli. Agar usaha dapat berkembang,

hendaknya pendistribusian produk lebih diperluas yaitu dengan meningkatkan

kerjasama dengan toko oleh – oleh dan makanan yang ada.

2. Dari aspek keuangan, Usaha Kipang Beras Ketan Ria diharapkan mampu

melakukan pencatatan laporan keuangan yang baik dan lebih rinci terkait

biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dan juga terkait

pendapatan yang diperoleh serta sebaiknya perusahaan dapat melakukan

pencatatan laporan keuangan dengan menggunakan pencatatan akuntansi yang

baik. Hal ini bertujuan untuk dapat melihat tingkat perkembangan dari usaha

sehingga pihak usaha bisa melakukan perencanaan yang baik untuk


61
kepentingan pengelolaan usaha saat ini dan masa yang akan datang. Selain itu

diharapkan usaha ini mampu bertahan diatas impas penjualan dan kuantitas

yang telah didapatkan dari hasil penelitian ini.

62
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. (2013). Manajemen Pemasaran. Cet. Ii.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Abdurrahmat Fathoni. (2011). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.


Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Ahmad subagyo. 2014. Manajemen Koperasi Simpan Pinjam. Jakarta: Mitra Wacana
Media.

Ahmad, 2007, Akuntansi Manajemen Dasar-Dasar Konsep Biaya Dan Pengambilan


Keputusan. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Aliawati G (2003). Teknik analisis kadar amilosa dalam beras. Badan Peneliti dan
PengembanganhPertanian.hhttp://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi
/bt08203l.pdf - Diakses Oktober 2022.

Aliawati, Gusnimar. (2003). Teknik Analisis Kadar Amilosa dalam Beras. Buletin
Teknik Pertanian Vol. 8, No. 2.

Ambarsari, W., V. D. Y. B Ismadi dan A. Setiadi. 2014. Analisis pendapatan dan


profitabilitas usahatani padi (Oryza sativa) di Kabupaten Indramayu. Jurnal
Agri Wiralodra. 6 (2) : 19-27

Arifin. 2021. Ini Dia Bipang Pasuruan yang Disebut Jubir Presiden. Diakses oktober
2022.

Arikunto, S, 2003, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, edisi revisi, Bumi Aksara,


Yogyakarta

Assauri, Sofyan, 2008, Manajemen Pemasaran, edisi pertama, cetakan kedelapan,


Penerbit : Raja Grafindo, Jakarta

Buchari Alma, (2011), Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Cetakan


Kesembelian, Alfabeth, Bandung.

Cahyono, B. 2002. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging. Cetakan ke-1.
Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta

Faisal, H. N. 2015. Analisis pendapatan usahatani dan saluran pemasaran pepaya


(Carica Papaya L) di Kabupaten Tulunggagun (studi kasus di Desa Bangoan,
Kecamatan Kedunwaru, Kabupaten Tulungagung). Jurnal Agribisnis Fakultas
Pertanian Unita. 11 (13) : 12-28

63
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, Penerbit ANDI, Yogyakarta 2016

Fuad, Christine H, Nurlela, Sugiarto dan Pulus. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka.

Giatman, M. 2007. Ekonomi Teknik. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Gittinger, J. P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UI


Press. Jakarta.

Hafsah. 2004. Kemitraan Usaha. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Harahap, 2008, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada

Haryadi. (2006). Teknologi Pengolahan Beras. Gadjah Mada University Press.

Heizer, Jay. Render, Barry. 2010. Operations Management. Global Edition :


Irigasi.Bandung : Yayasan AKATIGA

Hendra Poerwanto. 2013. Manajemen Kualitas. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.

Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi. Jakarta : Grasindo

Husnan, Suad and Suwarsono Muhammad. (2000). Studi Kelayakan Proyek. Edisi
Keempat, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Husni, A., K. Hidayah, Maskan. 2014. Analisis finansial usahatani cabai rawit
(Capsicum frutescens) di Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan. Jurnal
ARIFOR. 13 (1) : 49-52.

Jakfar, dan Kasmir, 2010, Studi Kelayakan Bisnis, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta.

Kadariah, 1987.Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah


Mada Press. Yogyakarta.

Kadariah, 1999.Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah


Mada Press. Yogyakarta.

Kasmir, S.E. 2010. Analisis Laporan Keuangan. PT Raja grafindo Persada.


Jakarta.

Kasmir. 2008. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Pertama. Jakarta. Rajawali Pers.

64
Kasmir. 2009. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana

Kasmir. 2012, Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Kotler, P dan Amstrong, G. 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta.

Kotler, Phillip; Amstrong, Garry. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 1.

Kotler,P.2002. Manajemen Pemasaran.PT. Ikrar Mandiriabadi.Jakarta.

Kusnandar, F. 2010. Kimia pangan Komponen Pangan. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Mahmud Machfoedz . 2007. Pengantar pemasaran modern. Andi offset, Yogyakarta.

Mangunwidjaja, D dan I. Sailah. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Jakarta:


Penebar Swadaya.

Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. UPP STIE YKPN. Yogyakarta.

Mulyadi. 2010. Biaya Produksi Usaha Tani. LP3ES. Jakarta

Muttaqin. 2021. Jipang, Jajanan Lawas yang Tetap Eksis Saat Lebaran Diakses
oktober 2022.

Prasetya, A. T., Nugraha, C., & Arijanto, S. (2013). Analisis Kelayakan Bisnis Kertas
Berbahan Baku Rumput Laut Sebagai Alternatif Bahan Baku Pada Industri
Kertas. Reka Integra, 1(3), 139–151.

Prasetya, Hery dan Fitri Lukiastuti. 2009. Manajemen Operasi. Yogyakarta : Media
Pressindo

Rahardi, Yovita Hety Indriani, dkk. 2007. Agribisnis Tanaman Buah. Jakarta :
Penebar Swadaya

Rahardjo, Susilo & Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Tekhnik Non Tes.
Kudus: Nora Media Enterprise

Reeve, James M. et. al. 2011. Pengantar Akuntansi, terj. Dian. Jakarta: Salemba
Empat

Rispanjaya, 2008. Analisa Usaha Peternakan Kerbau Dipedesaan Sawahlunto


Sijunjung. Universitas Andalas; Padang

Rosyidi. 2009. Pengantar Teori Ekonomi. Rajawali Press Indonesia. Jakarta

65
Santika, A., dan Rozakurniati. 2010. Teknik Evaluasi Mutu Beras Hitam dan Beras
Merah pada Beberapa Galur Padi Gogo. Buletin Teknik Pertanian Vol. 15 No.
1 Hal. 1-5.

Saragih, B. 2000. Agrbisnis Berbasis Peternakan. Pustaka Wirausaha Muda.


Bogor.

Soekartawi, A. Soehardjo, J. Dillon and J.B. Hardaker.1986. Ilmu Usahatani dan


Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil.Universitas Indonesia. Jakarta

Soekartawi. 2000. Agroindustri Dalam Perspektif Sosial Ekonomi. Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada.

Soekartawi. 2001, Pengantar Agroindustri. Edisi 1. Jakarta : Cetakan 2. PT Raja


Grafindo Persada. Hal 152.

Stice dan Skousen. 2009, Akuntansi Intermediate. Edisi keenam belas, Buku 1,
Salemba Empat, Jakarta.

Subanar, Hrimurti.2012. Manajemen Usaha Kecil. Yogyakarta : BPFE


Universitas Gadjah Mada.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2012. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta:


Rajawali Pers.

Suliyanto. (2010). Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: Andi.

Sundari, M. T. 2011. Analisis dan pendapatan usahatani wortel di Kabupaten


Karanganyar. Jurnal SEPA. 7 (2) : 119-126.

Supriyati dan E. Suryani. 2006. Peranan, Peluang dan Kendala Pengembangan


Agroindustri di Indonesia.

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usaha Tani. Jakarta: Penebar Swadaya

Syafruwardi, A., H. Fajeri dan Hamdani. 2012. Analisis finansial usahatani padi
varietas unggul di Desa Guntung Ujung Kecamatan Gambut Kabupaten
Banjar Kalimantan Selatan. Jurnal Agribisnis. 2 (3) : 181-192

66
Tarigan, H. dan E. Ariningsih 2007. Peluang dan Kendala Agroindustri Sagu di
Kabupaten Jayapura. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Bogor.

Umar, 2003, Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Penerbit Ghalia Indonesia,
Jakarta.

Umar, Husein. 2001. Studi Kelayakan Bisnis :Manajemen, Metode dan Kasus.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Van Steenis, C.G.G.J., 2003, Flora, hal 233-236, P.T. Pradya Paramita, Jakarta.

Wagiran. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan:Teori dan Implementasi.


Yogyakarta:Deepublish

Wibowo. Martino dan ahmad subagyo .2017. seri manajemen koperasi dan ukm tata
kelola koperasi yang baik. Yogyakarta : CV Budi utama

67
Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Juli Agustus September Oktober


No Nama kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan proposal

2 Seminar proposal

3 Perbaikan

4 Pengumpulan data

5 Pengolahan data

6 Analisis data

7 Peyusunan laporan

8 Seminar hasil

9 Perbaikan skripsi

10 Komprehensif

68
Lampiran 2. Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara

Analisis Usaha Agroindustri Kipang Beras Ketan


(Studi Kasus: UMKM Kipang Beras Ketan Ria di Nagari Muaro, Kecamatan
Sijunjung, Kabupaten Sijunjung)

A. Indentitas Pengusaha

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Alamat :

5. Pendidikan :

6. Pengalaman usaha :

7. Nama UMKM :

B. Daftar Pertanyaan untuk Pengusaha

I. Manajemen usaha

1. Apakah Ibu pemilik UMKM ini?

2. Berapa lama pengalaman ibu dalam berusaha produksi kipang ini?........tahun

3. Bagaimana awal mula berdirinya usaha kipang milik ibu ini?

4. Dari mana saja modal usaha yang ibu gunakan dalam menjalankan usaha

kipang ini?

5. Berapa modal awal untuk pendirian UMKM Kipang ini?

6. Berapa jumlah modal yang dibutuhkan untuk kegiatan usaha produksi kipang

dalam satu periode/bulan?

7. Apa saja bahan bahan baku dalam pembuatan kipang?


69
8. Dari mana bahan baku diperoleh?

9. Apa kendala dalam mendapatkan bahan baku?

10. Berapa kebutuhan bahan baku untuk 1 periode?

11. Apakah jenis beras ketan dan gula yang digunakan berpengaruh terhadap hasil

produksi kipang?

12. Bahan tambahan apa yang digunakan?

13. Peralatan apa saja yang digunakan dalam proses produksi kipang dan jumlah

unitnya berapa?

14. Dimana tempat produksi kipang dilakukan?

15. Berapa luas ruangan yang digunakan untuk produksi?

16. Status kepemilikan tempat usaha yang dipakai milik siapa?

17. Sudah adakah izin tempat usahanya?

18. Berapa jumlah tenaga kerja?

19. Bagaimana pengaturan hari dan jam kerja?

20. Identitas dan pendidikan tenaga kerja?

21. Struktur UMKM?

22. Bagaimana proses produksi kipang?

23. Apakah ada resiko dalam proses produksi kipang?

24. Resiko apa saja yang sering dialami?

25. Bagaimana ibu mengatasi resiko yang terjadi atau apa solusi ibu terhadap

resiko tersebut?

26. Dalam satu kali produksi kipang berapa kg beras dan gula yang dibutuhkan?

27. Bagaimana cara pengemasan kipang?


70
28. Kemasan apa yang digunakan?

29. Berapa prduksi kipang per periode atau per bulan?

30. Kemana kipang ini dipasarkan?

31. Apakah ada keinginan untuk memproduksi kipang jenis lain?

32. Berapa harga kipang per bungkusnya?

33. Bagaimana cara ibu mempromosikan kipang ini?

II. Analisis pendapatan

34. Berapa total penerimaan yang ibu terima dari usaha kipang?

a. Berapa total biaya yang dikeluarkan?

Biaya tetap

 Penyusutan tempat/bangunan : Rp..................

 Penyusutan peralatan : Rp..................

Total biaya tetap : Rp................... Tahun

b. Biaya tidak tetap

 Tenaga kerja harian : Rp...................

 Bahan baku : Rp.....................

 Transportasi : Rp....................

Total biaya tidak tetap : Rp......................Tahun

c. Biaya yang diperhitungkan

 Tenaga kerja dalam keluarga : Rp.................

 Sewa tempat sendiri : Rp................

Total biaya yang diperhitungkan: Rp...............Tahun

71
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

72
Lampiran 4. Biaya Penyusutan

a. Biaya penyusutan bangunan

Harga satuan Total investasi Nilai sisa Umur ekonomis Biaya penyusutan
No Keterangan Jumlah Satuan (Rp) (Rp) (Rp) (periode) (Rp)

1 Bangunan 1 Unit Rp 3,600,000 Rp 3,600,000 Rp 300,000 12 Rp 275,000

b. Biaya penyusutan peralatan

No Keterangan Jumlah Satuan Harga satuan (Rp) Total investasi (Rp) Nilai sisa (Rp) Umur ekonomis (periode) Biaya penyusutan (Rp)
1 Dandang 1 Unit Rp 280,000 Rp 280,000 Rp 4,667 60 Rp 4,588
2 Kuali 1 Unit Rp 300,000 Rp 300,000 Rp 5,000 60 Rp 4,916
3 Kuali Sedang 1 Unit Rp 100,000 Rp 100,000 Rp 4,167 24 Rp 3,993
4 Saringan 2 Unit Rp 35,000 Rp 70,000 Rp 2,916 24 Rp 2,795
5 Ember 2 Unit Rp 50,000 Rp 100,000 Rp 4,167 24 Rp 3,993
6 Baskom 2 Unit Rp 25,000 Rp 50,000 Rp 833 60 Rp 819
7 Sendok kayu 1 Unit Rp 15,000 Rp 15,000 Rp 625 24 Rp 598
8 Meja kayu 1 Unit Rp 100,000 Rp 100,000 Rp 1,667 60 Rp 1,638
9 Cetakan kayu 1 Unit Rp 130,000 Rp 130,000 Rp 2,167 60 Rp 2,130
10 Rol kayu 1 Unit Rp 20,000 Rp 20,000 Rp 333 60 Rp 327
11 Lesung 1 Unit Rp 125,000 Rp 125,000 Rp 2,083 60 Rp 2,048
12 Pisau 2 Unit Rp 12,000 Rp 24,000 Rp 1,000 24 Rp 383
13 Timbangan 1 Unit Rp 100,000 Rp 100,000 Rp 1,667 60 Rp 1,638

Jumlah Rp 1,292,000 Rp 1,414,000 Rp 31,292 Rp 29,866

73
74

Anda mungkin juga menyukai