Anda di halaman 1dari 21

KAJIAN PENGGUNAAN NAUNGAN PLASTIK DAN

PARANET TERHADAP IKLIM MIKRO PADA TANAMAN


KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans Poir.)

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :
HAFIDZ ACHMAD MAHSA PRADIPTA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2022
KAJIAN PENGGUNAAN NAUNGAN PLASTIK DAN PARANET
TERHADAP IKLIM MIKRO PADA TANAMAN KANGKUNG DARAT
(Ipomoea reptans Poir.)

Oleh :

HAFIDZ ACHMAD MAHSA PRADIPTA 195040207111040

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MINAT AGRONOMI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana


Pertanian (S – 1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

DEPARTEMEN AGRONOMI

MALANG
2022
RINGKASAN

Hafidz Achmad Mahsa Pradipta. 195040207111051. Kajian Penggunaan


Naungan Plastik dan Paranet Terhadap Iklim Mikro Pada Tanaman
Kangkung (Ipomoea Reptans Poir.). Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Ariffin.
MS Sebagai Pembimbing Utama

Kangkung merupakan tanaman yang tergolong dalam famili


Convolvulaceae dengan nama latin Ipomoea reptans Poi. Yang merupakan
tanaman menjalar dengan batang yang kecil , berlubang, dan bulat. Peningkatan
permintaan sayur kangkung di Indonesia tidak diikuti oleh hasil produksi tanaman
itu sendiri. Pada tahun tahun 2018 luas panen sebesar 2.554 ha dengan rata rata
hasil 113,82 ton/ha. Bahkan pada tahun 2019 ada penambahan luas panen sebesar
214 ha dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi produksi mengalami penurunan.
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi yaitu dengan cara strategi
manipulasi iklim agar tumbuhan dapat tumbuh secara optimal. Salah satu strategi
manipulasi iklim yaitu pemberian naungan yang berfungsi untuk mendapatkan
suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban yang baik untuk pertumbuhan tanaman
kangkung. Karena pertumbuhan yang optimal tersebut berdampal pada hasil dari
tanaman kangkung yang lebih baik.
Penelitian ini akan dilakukan di Lahan percobaan Jatimulyo, Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang. Alat yang dibutuhkan yaitu, pengukuran iklim mikro
berupa suhu dan kelembaban udara menggunakan thermohygrometer dan
luxmeter untuk mengukur intensitas, bambu sebagai rangka sungkup, oven untuk
pengamatan bobot kering, dan timbangan digital untuk mengukur langsung berat
basah maupun berat kering. Sementara bahan yang dibutuhkan yaitu kangkong
varietas grand , sungkup plastic UV, sungkup paranet 50%. Metode penelitian
yang digunakan yaitu RAK (Rancangan Acak Kelomok) dengan empat perlakuan
dan enam ulangan pada masing – masing perlakuannya. Analisis data
menggunakan menggunakan ANOVA dengan taraf 5% , jika perlakuan yang
dilakukan berbeda nyata maka akan di uji lanjut menggunakan uji lanjut BNT
taraf 5%
SUMMARY
Hafidz Ahmad Mahsa Pradipta. 195040207111051. A Study of the Use of
Plastic Shade and Paranet on the Microclimate of Kangkung Plants
(Ipomoea Reptans Poir.). Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Ariffin. MS as
Main Advisor
Kangkung is a plant from Convolvulaceae family with the Latin name
Ipomoea reptans Poi. Which is a creeping plant with stems that are small, hollow,
and round. The increase in the demand for kale in Indonesia is not followed by the
production of the plant itself. In 2018, the harvested area was 2,554 ha with an
average yield of 113.82 tons/ha. Even in 2019 there was an increase in harvested
area of 214 ha compared to the previous year, but production decreased. One way
to increase production is by means of climate manipulation strategies so that
plants can grow optimally. One of the climate manipulation strategies is providing
shade which serves to get good temperature, light intensity, and humidity for the
growth of kale. Because the optimal growth has an impact on the yield of the kale
plant better.
This research will be conducted in the Jatimulyo experimental field,
Lowokwaru District, Malang City. The tools needed are measuring the
microclimate in the form of temperature and humidity using a thermohygrometer
and luxmeter to measure intensity, bamboo as a hood frame, an oven for dry
weight observation, and digital scales to directly measure wet and dry weight.
Meanwhile, the materials needed are the grand variety of kangkong, UV plastic
hood, and 50% paranet hood. The research method used was RAK (Randomized
Group Design) with four treatments and six replications for each treatment. Data
analysis using ANOVA with a level of 5%, if the treatment carried out was
significantly different, it would be further tested using the BNT follow-up test at
5% level.
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Kajian Penggunaan Naungan Plastik dan


Paranet Terhadap Iklim Mikro Pada Tanaman
Kangkung (Ipomoea Reptans Poir.)

Nama : Hafidz Achmad Mahsa Pradipta

NIM : 195040207111051

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Agronomi

Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama

Prof. Dr. Ir. Ariffin, MS.

NIP. 195305041980031021

Diketahui,

Ketua Departemen Agronomi

Dr. Noer Rahmi Andriani, SP., M.Si


NIP. 197011181997022001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah dan Karunia –
Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Kajian
Penggunaan Naungan Plastik dan Paranet Terhadap Iklim Mikro Pada
Tanaman Kangkung (Ipomoea Reptans Poir.)”. Laporan proposal skripsi ini di
susun sebagai bentuk salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program
Strata – 1 di Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Brawijaya, Malang.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini masih
terdapat banyak kesalahan. Maka, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dan dapat membantu kesempurnaan proposal penelitian ini. Penulis
berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Dalam penulisan
proposal ini penulis menyadari bahwa proposal ini tidak akan selesai tanpa
bantuan berbagai pihak Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir, Ariffin, MS. selaku desen pembimbing utama yang
telah memberikan arahan, masukan, saran serta nasehat dengan tulus kepada
penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Yogi Sugito, MS., selaku dosen pengampu mata
kuliah Metode Ilmiah yang turut memberikan bimbingan dan
pengarahan proposal penelitian yang tepat.
3. Laksmana Adi Rama Putra Safira selaku asisren praktikum Metode Ilmiah
yang telah memberi bimbingan dan memberikan nasehat kepada penulis
dalam pengerjaan proposal penelitian.
4. Kedua orang tua serta rekan rekan saya yang tiada hentinya untuk memberikan
dukungan dan nasihat kepada penulis dalam pengerjaan proposal penelitian ini.

Malang, 19 Mei 2022


Penulis
RIWAYAT HIDUP

Penulis dari proposal ini adalah Hafidz Achmad Mahsa Pradipta, putra
pertama dari Bapak Moh.Aris dan Ibu Dhany Sevitasari yang lahir pada tanggal
11 Mei 2001 di Kota Malang. Penulis menempuh pendidkan dasar di SD Insah
Amanah pada tahun 2007 hingga 2013, kemudian melanjutkan studinya di SMPN
1 Malang pada tahun 2013 hingga 2016. Penulis kemudian melanjutkan
Pendidikan di SMAN 8 Malang pada tahun 2016 hingga 2019. Pada tahun yang
sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa S-1 agroekoteknologi melalui jalur
SMUB (Seleksi Mandiri Universitas Brawijaya) dan mengambil minat budidaya
pertanian.

Selama diperkuliahan penulis pernah mengikuti kegiataan kepanitiaan dan


menjabat sebagai staff divisi lomba dari progam kerja Himpunan Mahasiswa
Budidaya Pertanian bernama ADENIUM pada tahun 2021.
DAFTAR ISI

1.PENDAHULUAN..............................................................................................10
1.1 Latar Belakang.............................................................................................10
1.2 Tujuan Penelitian..........................................................................................11
1.3 Hipotesis.......................................................................................................11
2.TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................12
2.1 Tanaman Kangkung.....................................................................................12
2.2 Iklim Mikro..................................................................................................14
2.3 Naungan.......................................................................................................15
3. BAHAN DAN METODE.................................................................................16
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................16
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................16
3.3 Metode Penelitian.........................................................................................16
3.4 Metode Pelaksanaan.....................................................................................16
3.4.1 Pembibitan.............................................................................................16
3.4.2 Penanaman.............................................................................................16
3.4.3 Pembuatan naungan...............................................................................17
3.4.4 Pemeliharaan.........................................................................................17
3.4.6 Pemanenan.............................................................................................17
3.5 Pengamatan Percobaan.................................................................................17
3.5.1 Pengamatan Iklim Mikro.......................................................................17
3.5.2 Pengamatan Parameter Hasil.................................................................18
3.6 Analisis Data................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
LAMPIRAN..........................................................................................................20
1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman sayuran merupakan tanaman hortikultura yang dibudidayakan
sebagai salah satu komoditas utama sebagai makanan pokok masyarakat
Indonesia. Karena sayuran ini merupakan makanan pokok, maka komoditas ini
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Berdasarkan riset dari Badan Pusat Statistik
Indonesia (2017), 97,29% penduduk Indonesia mengonsumsi sayuran. Sayuran
yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia yaitu sayuran daun yang
merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral yang dibutuhkan bagi tubuh
manusia karena mengandung serat. Konsumsi serat inilah yang berfungsi
memperlancar sistem pencernaan dan mencegah tubuh dari sel kanker (Haryanto
et al., 2006). Salah satu sayuran daun yaitu kangkung. Kangkung merupakan
tanaman yang tergolong dalam famili Convolvulaceae dengan nama latin Ipomoea
reptans Poi. Kangkung merupakan tanaman menjalar dengan batang yang kecil ,
berlubang, dan bulat. Kangkung memiliki kandungan zat besi serta vitamin A dan
C (Tafajani,2011).
Data permintaan akan sayuran di Indonesia secara statistik belum
terdokumentasi dengan baik, namun berdasarkan data Ditjen Hortikultura pada
tahun 2019 Indonesia telah mengalami peningkatan ekspor benih kangkung.
Meningkatnya permintaan ini dengan sendirinya memperbesar peluang pasar. Hal
ini tentunya berimbas pada kenaikan kesejahteraan petani (Asikin, 2019). Menurut
Statistik Produksi Hortikultura (2020), Peningkatan permintaan sayur kangkung di
Indonesia tidak diikuti oleh hasil produksi tanaman itu sendiri. Pada tahun 2017
luas panen penanaman kangkung nasional 2.554 ha dengan rata rata hasil 108,87
ton/ha, tahun 2018 luas panen sebesar 2.554 ha dengan rata rata hasil 113,82
ton/ha. Bahkan pada tahun 2019 ada penambahan luas panen sebesar 214 ha
dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi produksi mengalami penurunan. Salah
satu cara untuk meningkatkan produksi yaitu dengan cara strategi manipulasi
iklim agar tumbuhan dapat tumbuh secara optimal.
Iklim merupakan salah satu faktor utama dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Salah satu cara peningkatan kondisi iklim di sekitar
tanaman dapat membantu produksi dari tanaman tersebut. Menurut Frenne et al.
(2013), Iklim mikro memiliki pengaruh pada tanaman sehingga bisa mengurangi
respon lingkungan biotik pada iklim makro. Menurut Arta et al. (2019), iklim
mikro secara sederhana dapat didifinisikan sebagai keadaan di sekitar
tanaman dan hewan sampai batas 2 meter diatas objek yang diamati. Iklim
mikro ini sangat dipengaruhi oleh cahaya matahari yang yang diterima atmosfir
dan permukaan tanah serta lingkungan fisik yang ada pada permukaan
tanah tersebut. Selain itu kelembaban merupakan komponen lain yang
berpengaruh pula dalam iklim mikro tersebut. Peningkatan kelembaban udara
disekeliling daun menyebabkan tekanan uap antara daun dan udara sekitarnya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memodifikasi iklim mikro pada
lingkungan sekitar tanaman budidaya tersebut yang pada semula kurang sesuai
menjadi sesuai adalah melalui penggunaan naungan

1.2 Tujuan Penelitian


Mengetahui pengaruh dari perlakuan jenis naungan yang berbeda, yaitu
naungan sungkup plastic, paranet 50%, dan kombinasi (plastic + paranet) terhadap
parameter iklim mikro berupa intensitas cahaya, suhu udara, dan kelembaban,
suhu tanah , dan parameter hasil berupa berat basah dan berat kering.

1.3 Hipotesis
Penggunaan paranet sebagai naungan memberikan hasil terbaik diantara
perlakuan lainnya , hal ini dibuktikan dengan nilai berat basah dan berat kering
tertinggi diantara perlakuan lainnya
2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kangkung
Kangkung (Ipomoea reptans Poir.) termasuk dalam suku Convolvulaceae
(keluarga kangkung-kangkungan). Kangkung merupakan tanaman asli dari India
utara. Tanaman ini dapat ditemukan di semua daerah dengan iklim tropis.
Tanaman ini dapat ditanam sepanjang tahun. Klasifikasi dan identifikasi daun
kangkung darat adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae, Subkingdom :
Tracheobionta , Sub Divisi : Spermatophyta , Divisi : Magnoliophyta , Kelas :
Magnoliopsida , Sub Kelas : Asteridae , Ordo : Solanales , Famili :
Convolvulaceae , Genus : Ipomoea Spesies: Ipomoea reptans Poir.
Tanaman ini memiliki daun yang panjang dengan ujung yang runcing,
berwarna hijau keputih-putihan, bunganya berwarna putih bersih, dan buah muda
berwarna hijau keputih-putihan yang akan berubah menjadi coklat tua setelah
dikeringkan. Tanaman kangkung darat termasuk tanaman dikotil dan berakar
tunggang. akarnya menyebar kesegala arah dan dapat menembus tanag sampai
kedalaman 50 cm lebih (Swastini 2015).
Wahyudi (2010) menjelaskan bahwa kangkung tumbuh pada tipe tanah
lempung, sampai lempung berpasir, gembur, dan mengandung bahan organik serta
lokasi yang terbuka dan memperoleh sinar matahari langsung, masih bisa ditanam
di tanah rawa yang drainase 5 airnya tidak lancar. Hidayat (2019) juga
menjelaskan bahwa tanaman kangkung dapat tumbuh pada daerah yang beriklim
panas dan beriklim dingin dengan jumlah curah hujan yang baik untuk
pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 1500-2500 mm/tahun. Pada musim
hujan pertumbuhan tanaman kangkung sangat cepat dan subur. Swastini (2015),
juga mengatakan bahwa Kangkung dapat tumbuh dengan baik jika ditanam pada
tempat dengan ketinggian ± 2 000 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini
membutuhkan tanah yang gembur dan mengandung banyak bahan organik
sebagai tempat tumbuhnya, kangkung darat tidak menghendaki lahan yang
tergenang karena akarnya mudah membusuk. Kangkung membutuhkan lahan
yang mendapatkan sinar matahari yang cukup sebagai tempat tumbuhnya, karena
di lahan yang ternaungi tanaman kangkung dapat tumbuh memanjang
Menurut Rosanti (2013), Tanaman kangkung ini merupakan jenis tanaman
hijau memiliki akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji.

a. Akar
Secara anatomi, akar terdiri dari jaringan utama berupa xilem dan floem.
Jaringan xilem bertugas untuk menyerap air, sedangkan jaringan floem bertugas
menyerap unsur hara. Kangkung memiliki perakaran tunggang yang memiliki
banyak akar sampingnya. Akar tunggang tumbuh dari batang yang berongga dan
berbuku-buku.

Gambar 2. Akar Tanaman Kangkung (Pertiwi,2020)


b. Batang
Batang berfungsi memperkokoh berdirinya tumbuhan, sebagai jalur
transportasi air dan unsur hara tumbuhan dari akar ke daun. Pada batang terdapat
buku-buku yang dikenal nama ilmiah nodus.16 Batang kangkung bulat dan
berlubang berbuku-buku. Kangkung darat memiliki batang berwarna putih
kehijau-hijauan.

Gambar 3. Batang Tanaman Kangkung (Pertiwi,2020)


c. Daun
Tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan ketiak daunnya terdapat
mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun kangkung
darat lebih kecil dan panjang dari kangkung air.

Gambar 4. Daun Tanaman Kangkung (Pertiwi,2020)


d. Bunga,buah, dan biji
Selama fase pertumbuhannya, tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah
dan berbiji, terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga seperti terompet dan
daun mahkota bunga berwarna putih. Buah kangkung berbentuk bulat yang
didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau agak
bulat, berwarna coklat atau kehitam-hitaman dan termasuk biji berkeping dua. Biji
pada tanaman kangkung darat berfungsi untuk perbanyakan generatif.

Gambar 5. Bunga, buah, dan biji Tanaman Kangkung (Pertiwi,2020)


2.2 Iklim Mikro
Iklim mikro merupakan faktor-faktor kondisi iklim setempat yang
memberikan pengaruh langsung terhadap fisik pada suatu lingkungan. Iklim
mikro ini merupakan iklim pada lapisan udara terdekat permukaan bumi dengan
ketinggian + 2 meter (Bunyamin, 2010). Arifin (1993) dalam Karyati (2019)
mengatakan bahwa iklim mikro diebdakan atas dua macam lingkungan yaitu,
lingkungan mikro meliputi atmosfer di bawah dua meter dari permukaan tanah
dan lingkungan mikro di atas dua meter dari permukaan tanah.
2.3 Naungan
Salah satu cara manipulasi lingkungan untuk mengatur intensitas cahaya
matahari dan mengurangi suhu adalah dengan memberi naungan paranet, naungan
plastik UV {Hamdani , 2016). Penelitianyang dilakukan oleh Hamdani (2009),
menunujukkan bahwa naungan paranet dengan persentase naungan yang
berbeda dapat mengakibatkan perbedaan lingkungan iklim mikro
diantaranya adalah intensitas cahaya, suhu udara, suhu tanah dan
kelembaban udara. Keadaan ini menyebabkan petumbuhan tanaman berbeda
dengan persentase naungan yang berbeda. Semakin tinggi tingkat naungan,
suhu udara, suhu tanah dan intensitas cahaya semakin rendah, akan tetapi
kelembaban udara semakin meningkat. Penaungan untuk tanaman sayuran,
selain paranet dapat digunakan plastik UV.
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan penelitian pada Bulan April – Juni 2022 dan dilakukan
di lahan pertanian Universitas Brawijaya Kelurahan Jatimulyo, Menurut Veronica
(2019), Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Lahan ini memiliki ketinggian
tempat 460 m dpl. Suhu minimum 200 C dan suhu maksimum 280C.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan yaitu, pengukuran iklim mikro berupa suhu dan
kelembaban udara menggunakan thermohygrometer dan luxmeter untuk
mengukur intensitas, bambu sebagai rangka sungkup, oven untuk pengamatan
bobot kering, dan timbangan digital untuk mengukur langsung berat basah
maupun berat kering. Sementara bahan yang dibutuhkan yaitu kangkong varietas
grand , sungkup plastic UV, sungkup paranet 50%.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode RAK (Rancangan
Acak Kelompok) dengan 4 taraf perlakuan yaitu Perlakuan 1: kontrol , perlakuan
2 : naungan plastic UV, perlakuan : 3 Naungan paranet 50% , dan yang terakhir
perlakuan 4 yaitu dengan perlakuan kombinasi, yang terdiri dari 6 ulangan pada
masing-masing perlakuannya. Sehingga diperoleh 24 petak lahan percobaan. Pada
masing – masing petak terdiri dari 20 tanaman kangkong yang ditanam dalam
polybag. Satu polybag berisi 2 bibit kangkong. Sehingga total tanaman yang ada
yaitu 480 tanaman.
3.4 Metode Pelaksanaan
3.4.1 Pembibitan
Pembibitan dilakukan di dalam tiga tray semai yang berupa dua tray 200 lubang
dan satu tray semai berisi 50 lubang terlebih dahulu. Penyiraman dilakukan secara
rutin pada waktu sore dan pagi hari. menggunakan spray. Ketika sudah memasuki
umur 1 MST tanaman siap dipindah tanamkan kedalam polybag.
3.4.2 Penanaman
Pindah tanam dilakukan dari tray semai kedalam polybag berukuran 25 x 25 yang
mana setiap polybag diisi oleh dua benih kangkong.

3.4.3 Pembuatan naungan


Pembuatan naungan dilakukan dengan cara melengkungkan bambu
berukuran 150 cm berjumlah tiga rangka yang akan dipasang dengan cara
menancapkan pada tanah. Bambu ini berfungsi untuk rangka dasar dari naungan
plastic UV maupun paranet. Sementara perlakuan kombinasi yaitu menempatkan
naungan paranet diatas petak bernaungan plastic UV, naungan paranet di bangun
dengan cara membuat penyangga pada masing – masing sudut petak dan
mengikatkan naungan paranet pada bagian atasnya.

3.4.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan cara menyiram tanaman selama pagi dan sore hari
, untuk pengendalian penyakit dilakukan dengan cara menyemprot pestisida dan
pengambilan hama manual menggunakan tangan.

3.4.6 Pemanenan
Kegiatan pemanenan dilakukan saat tanaman memasuki umur 3 – 4 MST.
Kegiatan panen dilakukan dengan cara mengeluarkan perlahan tanaman kangkung
dengan menikutsertakan akarnya. Setelah itu dilakukan kegiatan pengamatan
berupa pengukuran parameter hasil berupa pengukuran berat basah dan berat
kering.

3.5 Pengamatan Percobaan


3.5.1 Pengamatan Iklim Mikro
a. Suhu udara
Pengamatan suhu udara dilakukan dengan menggunakan
thermohygrometer yang terpasang di setiap perwakilan petak perlakuan didalam
naungan dan diamati pada saat suhu maksimum (13.00) dan suhu minimum (5.00)
b. intensitas cahaya
Pengamatan intensitas cahaya dilakukan dengan menggunakan luxmeter
yang terpasang di setiap perwakilan petak perlakuan didalam naungan
c. kelembaban
Pengamatan kelembaban dilakukan dengan menggunakan
thermohygrometer yang terpasang di setiap perwakilan petak perlakuan didalam
naungan
3.5.2 Pengamatan Parameter Hasil
a. berat basah tanaman
Pengamatan berat basah tanaman dilakukan dengan menimbang berat
tajuk tanaman kangkong setelah tanaman dipanen yang telah mencapai umur 3 – 4
MST menggunakan timbangan digital dan dinyatakan dalam satuan gram (gr)
b. berat kering tanaman
Pengamatan berat kering tanaman dilakukan dengan menimbang berat
tajuk tanaman kangkong yang di oven dengan suhu 80 - 100 0C selama dua hingga
tiga hari hingga beratnya konstan dan dinyatakan dalam satuan gram (gr)
3.6 Analisis Data
Analisis data menggunakan menggunakan ANOVA dengan taraf 5% , jika
perlakuan yang dilakukan berbeda nyata maka akan di uji lanjut menggunakan uji
lanjut BNT taraf 5%
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2017. Statistik Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Semusim Indonesia.
Badan Pusat Statistik.
Bunyamin, Z., dan Aqil, M. 2010. Analisis Iklim Mikro Tanaman Jagung (Zea
mays L.) pada Sistem Tanaman Sisip. Prosiding Pekan Serealia Nasional.
Sulawesi selatan, 40 hal.
Hamdani. J.S. 2009. Pengaruh jenis mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil
tiga kultivar kentang ( Solanum tuberosum L.) yang ditanam di dataran
medium. J. Agron. Indonesia. 37:14-20.
Haryanto. 2006. Teknik Budidaya Sayuran Pakcoy (Sawi Mangkok). Jakarta:
Penebar Swadaya.
I Made Wahyu Guna Arta, S. I. (2019). Analisis Profil Iklim Mikro pada
Budidaya Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) MenggunakanBahan
Sungkup Plastik, Paranet, dan Kombinasi. JURNAL BETA (BIOSISTEM
DAN TEKNIK PERTANIAN), 144 - 152.

Karyati. 2019. Mikroklimatologi Hutan. Mulawarman University Press.


Samarinda.
Rosanti Dewi, 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga
Statistik Produksi Hortikultura. 2020. Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal
Hortikultura.
Swastini, N. M. (2015). Pengaruh Arang Sekam Sebagai Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir). Skripsi.
Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Tafajani, D.S. 2011. Panduan Komplit Bertanam Sayur dan Buah-Buahan.
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Taufik, Hidayat (2019) Respon Tanaman Kangkung Darat (Epomea reptans
Poir.) terhadap Konsentrasi Pupuk Organik Cair Nasa.Diploma thesis,
Universitas Andalas.
Wahyudi.2010a. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Jakarta. Agromedia Pustaka.
175 hal.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Varietas

Varietas grand
Asal tanaman : introduksi dari Chia Tai Co. Ltd. (Thailand) dikembangkan
dari varietas bersari bebas menjadi varietas unggul

Tipe : kangkung darat

Umur (setelah tanam) : - panen konsumsi : 27 hari


– berbunga : 37 hari
Tinggi tanaman : 24,6 cm
Panjang akar : 17,8 cm
Ukuran daun : 11,9 x 3,6 cm
Bentuk daun : segitiga-membulat
Warna daun : hijau terang
Bentuk pangkal daun : meruncing
Panjang tangkai daun : 6,8 cm
Jumlah daun per batang : 35 helai
Tekstur daun : berserat halus
Bentuk batang : bulat/gilig
Warna batang : hijau terang
Diameter batang : 0,7 cm
Tekstur batang : berserat renyah
Berat tanaman : 45,4 gram
Warna mahkota bunga : putih
Bentuk biji : bulat
Warna biji : kuning keputihan
Berat 1.000 biji : 3,2 gram
Daya simpan : 1 – 2 hari
Potensi hasil : 8,2 ton/ha

Lampiran 2. Denah Petak Percobaan

U1 U2 U3 U4 U5 U6

A C B D B A

C B C A D B

D A D C A D

B D A B C C

Keterangan :

A : Perlakuan Kontrol
B: Perlakuan naungan plastic
C : Perlakuan naungan paranet
D : Perlakuan kombinasi (paranet + plastic)

Anda mungkin juga menyukai