Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Mata Kuliah


Praktek Kerja Lapangan

PERHITUNGAN KERAPATAN SPORA DAN PERBANYAKAN GENERASI


TRICHODERMA HARZIANUM DENGAN MEDIA PADAT JAGUNG GILING
DI LABORATORIUM PHPTPH MADIUN

Disusun oleh:
MOCHAMMAD ABDUL HAFIDH
NIM: 160342606252

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2019
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Mata Kuliah


Praktek Kerja Lapangan

PERBANYAKAN GENERASI TRICHODERMA HARZIANUM DENGAN


MEDIA PADAT JAGUNG GILING DI LABORATORIUM PHPTPH
MADIUN

Disusun oleh:
MOCHAMMAD ABDUL HAFIDH
NIM: 160342606252

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

PERBANYAKAN GENERASI TRICHODERMA HARZIANUM DENGAN MEDIA


PADAT JAGUNG GILING DI LABORATORIUM PHPTPH MADIUN

Disusun oleh:
MOCHAMMAD ABDUL HAFIDH
NIM: 160342606252

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal:

Kepala Instansi Pembimbing Lapang

Ir. Djoko Sunarno Wuryani Handayani SP


NIP. 19590612 199003 1 006 NIP. 19720429 199803 2 002

Dekan Fakultas MIPA Dosen Pembimbing

Dr. Hadi Suwono, M.Si Sofia Ery Rahayu, S.Pd, M.Si


NIP. NIP. 196705151991031007 NIP. 196801111993032001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Lapangan
yang berjudul “Perbanyakan Generasi Trichoderma harzianum Dengan Media Padat
Jagung Giling di Laboratorium Phptph Madiun”. Laporan Praktek Kerja Lapangan ini
disusun berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan di Laboratorium Hama Penyakit
Tanaman Pangan dan Holtikultura (PHPTPH) Desa Kadungrejo Kecamatan
Pilangkenceng Kabupatan Madiun.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pelaksaan maupun menyusunan laporan ini. Kami ucapkan
terimakasih kepada:
1. Pak Dr. Hadi Suwono, M.Si Selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang yang telah memberikan
kesempatan dan menyetujui segala aktifitas Praktek Kerja Lapangan di
LPHPTPH Madiun.
2. Ibu Sofia Ery Rahayu, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan juga pikiran untuk penulisan dalam
menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini, sehingga laporan ini dapat
selesai dengan baik.
3. Kedua orangtua penulis, Ayah Drs. Sunarto SS M.Si dan Ibu Dewi Narsih
yang selalu mendoakan, memberikan nasehat dan semangat untuk terus
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di LPHPTPH Madiun.
4. Bapak Ir. Djoko Sunarno selaku Kepala Laboratorium PHPTPH Madiun yang
telah memberikan izin untuk mencari ilmu dan menyelesaikan PKL (Praktek
Kerja Lapangan) di LPHPTPH Madiun.
5. Ibu Wuryaning Handayani S.P. selaku Pembimbing PKL yang telah banyak
membantu memberikan pengetahuan, arahan, serta waktu dan tenaga agar
penulis mampu menyelesaikan PKL di LPHPTPH Madiun.
6. Semua pihak yang turut membantu kelancaran kegiatan PKL dan teman-
teman yang membantu serta memberikan kritik dan saran dalam penyusunan
laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dalam


pembuatannya, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi mencapai Laporan Praktek Kerja
Mahasiswa yang lebih baik, semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Madiun, Agustus 2019


Penulis,

Mochammad Abdul Hafidh


NIM. 160342606252
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan


Dalam kegiatan pertanian, terdapat berbagai kendala yang membatasi
produksi hasil pertanian. Salah satu masalah yaitu adanya organisme pengganggu
tanaman. organisme pengganggu tanaman ini berupa hama, penyakit dan gulma.
Sejak dahulu untuk mengatasi kendala tersebut selalu diusahakan dengan berbagai
cara, antara lain dengan meracuni organisme pengganggu tersebut dengan racun-
racun yang berasal dari tumbuhan. Saat ini telah diketahui beberapa taktik-taktik
dalam pengendalian hama, yaitu mengusahakan pertumbuhan tanaman sehat,
pengendalian hayati, varietas tahan, mekanik, fisik, senyawa-senyawa kimia,
pengendalian secara genetik dan penggunaan pestisida.
Pengendalian biologi hayati menunjukan alternatif pengendalian yang dapat
dilakukan tanpa harus memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan dan
sekitarnya. Dalam PHT (Pengendalian Hama Terpadu) pemberdayaan musuh alami
dan potensi biologi lainnya merupakan komponen utama, karena musuh alami
mempunyai peranan yang penting dalam penekanan populasi hama dan menjaga
keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu musuh alami yang sudah ada perlu dijaga
kelestariannya dan upaya untuk meningkatkan peranannya dalam pengendalian hama
juga perlu dilakukan.
Salah satu musuh alami yang sering digunakan adalah Trichoderma sp..
Tricoderma sp merupakan cendawan asli tanah yang bersifat menguntungkan karena
jamur Trichoderma sp. mempunyai sifat antagonis yang tinggi terhadap jamur-jamur
pathogen tanaman budidaya. Beberapa petani percaya akan manfaat cendawan ini
secara langsung untuk meningkatkan hasil panen tanaman pangan. Petani dapat
dengan mudah memperoleh stok cendawan dari laboratorium terdekat. Namun ketika
permintaan petani lebih banyak dari persediaan cendawan, diharapkan petani mampu
membuat stok maupun memperbanyak cendawan sendiri. Pada proses pembuatan
stok maupun perbanyakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti
pembuatan media pertumbuhan dan proses perbanyakan generasi cendawan
Trichoderma sp.. Agar petani dapat memperoleh pengetahuan yang tepat untuk
diaplikasikan di tanaman budidaya mereka, maka perlu dilakukan penilitan
“Perbanyakan Generasi Trichoderma harzianum Dengan Media Padat Jagung Giling
Di Laboratorium PHPTPH Madiun”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan permasalahan yang dapat
diambil adalah:
1. Bagaimana kerapatan spora antara Trichoderma harzianum yang ditumbuhkan di
media padat dengan Trichoderma sp. yang ditumbuhkan di media cair?
2. Bagaimana perbanyakan generasi antara Trichoderma harzianum yang
ditumbuhkan di media padat dengan Trichoderma sp. yang ditumbuhkan di media
cair?

C. Tujuan PKL
1. Tujuan Umum
a. Memperoleh informasi mengenai profil dari LPHPTPH Madiun.
b. Memperoleh pengalaman kerja di LPHPTPH Madiun.
c. Memperoleh pengalaman kegiatan laboratorium dan lapangan mengenai agen
hayati Trichoderma sp. dan hama penyakit Fusarium sp. di LPHPTPH
Madiun.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kerapatan spora antara Trichoderma harzianum yang
ditumbuhkan di media padat dengan Trichoderma harzianum yang
ditumbuhkan di media cair.
b. Untuk mengetahui perbanyakan generasi antara Trichoderma sp. yang
ditumbuhkan di media padat dengan Trichoderma harzianum yang
ditumbuhkan di media cair.
D. Manfaat PKL
1. Memperoleh pengetahuan mengenai pembuatan media pertumbuhan yang dapat
digunakan sebagai media tumbuh cendawan Trichoderma harzianum
2. Memperoleh pengalaman dan keterampilan mengenai cara penrhitungan nilai
kerapatan spora pada media pertumbuhan dari cendawan Trichoderma harzianum
BAB II
PELAKSANAAN

A. Profil Perusahaan PHPTPH Madiun


Laboratorium Madiun merupakan instalasi BPTPH VI Jawa Timur yang
terletak di desa kedungrejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun. PHPTPH
berdiri sejak adanya hibah dari pemerintah Jepang dalam rangka kerjasama dan
persahabatan antara pemerintah Jepang dengan pemerintah Indonesia pada tahun
1988. PHPTPH Madiun dibuka dengan resmi oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Jawa Timur, pada tanggal 23 Agustus 1988. Sebelum diresmikan pada tahun 1988,
Laboratorium PHPTPH sudah ada sejak tahun 1987 dengan menempati kantor di Sub
Dinas koordinasi dan pengawas Dinas Pertanian Tanaman Pangan di Madiun.
Wilayah kerja laboratorium PHPTPH Madiun meliputi beberapa wilayah seperti
Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo
dan Kabupaten Pacitan.
Visi yang dimiliki oleh PHPTPH Madiun adalah:
1. OPT Tanaman Pangan dan Holtikultura terkendali
2. Serangan OPT menurun dibawah batas ambang kendali
3. Produksi aman, pendapatan petani meningkat
Sedangkan untuk misi dari PHPTPH Madiun adalah:
1. Mengupayakan kepadatan populasi dan intensitas serangan OPT Pangan dan
Holtikultura berada dibawah batas ambang kendali
2. Mengupayakan produk tanaman pangan dan holtikultura aman dari gangguan
OPT dan residu pestisida
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman sesuai dengan Keputusan Mentri
Pertanian NO.96/Kpts/OT.201/2/1994 bertugas sebagai Direktorat Jendral Tanaman
Pangan dan Holtikultura berdasarkan kebijakan Direktural Jendral, fungsinya sendiri
yaitu meliputi kegiatan-kegiatan monitoring, memberi bimbingan dan rekomendasi
teknis perlindungan tanaman pangan dan holtikultura baik di tingkat region maupun
provinsi.
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman terdiri atas 4 sub direktorat yaitu:
1. Sub Direktorat analisis organisme pengganggu tumbuhan
2. Sub Direktorat PHT tanaman pangan
3. Sub Direktorat PHT tanaman holtikultura
4. Sub Direktorat sarana perlindungan
Ditingkat provinsi Direktorat Bina Perlindungan tanaman dibantu oleh:
1. Dinas pertanian tanaman pangan tingkat I
2. Balai Proteksi Tanaman Pangan Holtikultura (BPTPH) ditingkat provinsi.
Balai Proteksi Tanaman Pangan Holtikultura (BPTPH) yang berada di
Provinsi Jawa Timur membawahi beberapa laboratorium, diantaranya adalah
Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman Pangan dan Holtikultura
(PHPTPH), di Desa Kedungrejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun.
Berdasarkan Keputusan Mentri Pertanian No. 594/Kpts/Org/8/1978 Laboratorium
PHPTPH merupakan sarana fisik yang bertugas melaksanakan pencatatan dan
pengamatan hama dan penyakit tanaman, identifikasi penyebaran dan tingkat
serangan hama penyakit. Dalam melaksanakan tugasnya, leboratorium PHPTPH
berfungsi:
1. Melaksanakan surveillance dan peramalan OPT
2. Melaksanakan diagnosa organisme pengganggu tanaman
3. Menerapkan dan mengembangkan teknik pengendalian OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman) yang bersifat local spesifik
4. Mengumpulkan dan menganalisa data hasil pengamatan petugas pengamat
hama dan penyakit (PHP)
5. Melaksanakan pengamatan dalam rangka penteapan ambang ekonomi suatu
OPT
6. Merencanakan pengamatan dan pengambilan contoh
Potensi wilayah laboratoriun PHPTPH Madiun pada tahun 2013 meliputi
1
lahan sawah yang terdiri dari sawah teknis seluas 119,836.79 Ha, Teknis seluas
2

11,474.13 Ha, sederhana seluas 9,290.00 ha, tadah hujan seluas 12,828.84 ha, lain-
lain seluas 5,714.89 ha. Sedangkan lahan darat yang terdiri dari tegal seluas
353,193.24 ha, pekarangan seluas 81,799.18 ha, perkebunan seluas 6,045.90 ha, lain-
lain seluas 155,69.64 ha luas baku lahan sawah dan darat secara keseluruhan
755,874.61 ha.
Pembinaan LPHPTPH Madiun berada dibawah koordinasi UPTPTPH, Dinas
Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa TImur, sehingga struktur organisasi
LPHPTPH Madiun berada didalam struktur organisasi UPT Proteksi TPH
sebagaimana Peraturan Guberbur Jawa Timur Nomor 85 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur.
Keputusan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur Nomor:
902/1843/113.23/2016, tentang Penerapan Sistem Manajemen Mutur Pelayanan
Klinik Tanaman dan Pengembangan Agens Hayati LPHPTPH Madiun, maka Struktur
Organisasi LPHPTPH Madiun seperti terlihat pada

B. Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan


Berdasarkan jadwal yang sudah ditentukan, Praktek Kerja Lapangan di
LPHPTPH (Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman Pangan dan Hama)
Madiun. Waktu PKL dilaksanakan pada Senin, 20 Mei 2019 sampai dengan Rabu, 10
Juli 2019.

C. Deskripsi dan Sekuensi Aktifitas


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan di LPHPTPH Madiun
berdasarkan pada beberapa disiplin ilmu, seperti mikrobiologi, pengendalian hayati,
dan bidang pertanian. Bidang-bidang tersebut berkaitan satu sama lain, seperti pada
kegiatan perbanyakan Trichoderma sp. untuk di aplikasikan ke pertanian sebagai
agen hayati yang mampu mengendalikan penyakit pada tanaman pangan, seperti layu
pada tanaman, menghambat patogen, sehingga membantu pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan hasil panen. Sekuesi aktifitas PKL (Praktek Kerja Lapangan) dapat
dilihat pada table sebagai berikut:
Tabel 2.1 Sekuensi Aktifitas Praktek Kerja Lapangan
No kegiatan Bulan
Maret Mei Juni Juli
1 2 3 4 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1. Persiapan PKL
Pendaftaran PKL
Pengajuan surat
izin PKL ke
LPHPTPH Madiun
Mengurus surat
izin PKL dari
LPHPTPH Madiun
Penentuan dosen
pembimbing
2. Pelaksanaan PKL
Pengenalan
Laboratorium dan
penentuan dosen
pembimbing
lapang
Membuat rencana
kerja, metode dan
instrumen yang
digunakan
Pengambilan data
Pengolahan data
PKL
Kegiatan
penunjang PKL
3. Penyusunan
Laporan PKL
Tabel 2.2 Daftar Kegiatan PKL di LPHPTPH Madiun
No. HARI KEGIATAN
TANGGAL
1. Senin Pengenalan Instansi dan Laboratorium.
20 Mei 2019 Membuat rencana kerja.
Membuat metode dan instrument yang
digunakan.
2. Selasa Membuat medium cair untuk Trichoderma sp.
21 Mei 2019 Membuat rangkaian fermentasi.
3. Rabu Inokulasi Trichoderma sp. ke medium cair.
22 Mei 2019 Memulai fermentasi pada media cair.
4. Kamis Wawancara untuk pengambilan data.
23 Mei 2019 Mengambil sampel tanah untuk eksplorasi
Trichoderma sp. di Magetan.
5. Jum’at Menjemur tanah hasil pengambilan sampel.
24 Mei 2019 Mencari kajian pustaka untuk menunjang
penelitian.
6. Senin Membuat media padat jagung giling
27 Mei 2019 Trichoderma sp.
Inokulasi Trichoderma sp. ke media padat
jagung giling.
Membuat media PSA.
Pengenceran tanah untuk Trichoderma sp.
7. Selasa Inokulasi Trichoderma sp. ke media PSA.
28 Mei 2019 Sterilisasi bertingkat Fusarium sp. dari akar
tanaman buncis.
8. Rabu Inokulasi hasil sterilisasi bertingkat pada
29 Mei 2019 Fusarium sp. ke media PSA.
Inokulasi tanah hasil pengenceran ke media
PSA (eksplorasi Trichoderma sp.).
Merekap prosedur.
9. 30 Mei – 9 Libur Hari Raya Idul Fitri 1440 H
Juni 2019
10. Senin Persiapan untuk biakan murni Fusarium sp. ke
10 Juni 2019 media PSA baru.
Inokulasi hasil eksplorasi Trichoderma
sp.dengan metode perangkap bola nasi ke
media PSA.
11. Selasa Inokulasi Trichoderma sp. untuk ke media
11 Juni 2019 PSA.
Perhitungan persentase penutupan
Trichoderma sp.
Pembuatan media PDA untuk stok
laboratorium.
Pengecekan perkembangan Trichoderma sp.
pada media cair.
12. Rabu Membuat MoL dari buah Maja.
12 Juni 2019 Identifikasi Fusarium sp. hasil eksplorasi.
13. Kamis Membuat media PDA.
13 Juni 2019 Inokulasi Trichoderma sp. dari pengenceran
tanah (pengulangan).
14. Jum’at Identifikasi Trichoderma sp. dari media padat.
14 Juni 2019 Pembuatan media PDA.
Ekplorasi Trichoderma sp. hasil metode umpan
bola nasi ke media PDA.
15. Senin Membuat media PSA.
17 Juni 2019 Inokulasi Trichoderma sp. hasil eksplorasi
untuk pemurnian ke-1.
16. Selasa Membuat media padat jagung giling.
18 Juni 2019 Inokulasi Trichoderma sp. ke media padat
jagung untuk pengamatan generasi ke-1.
17. Rabu Pengamatan perkembangan Trichoderma sp.
19 Juni 2019 pada media padat jagung giling.
Pengamatan hasil pemurnian Trichoderma sp.
Menghitung kerapatan spora dari media cair
(sari kentang) Trichoderma sp.
18. Kamis Menghitung kerapatan spora dari media padat
20 Juni 2019 jagung giling dengan Hyemacytometer.
Membuat media PDA untuk pemurnian
Trichoderma sp.
Inokulasi Trichoderma sp. untuk pemurnian
ke-2.
19. Jum’at Perhitungan kerapatan spora pada media padat
21 Juni 2019 jagung giling.
20. Senin Pembuatan media padat jagung giling untuk
24 Juni 2019 perkembangan Trichoderma sp. generasi ke-2.
Inokulasi Trichoderma sp. dari generasi
pertama ke generasi kedua.
21. Selasa Pembuatan media PSA dan deglass untuk
25 Juni 2019 indentifikasi Trichoderma sp.
Inokulasi hasil pemurnian Trichoderma sp.
pada eksplorasi tanah organik dan non organik
ke media deglass.
22. Rabu Pengamatan Trichoderma sp. dari hasil
26 Juni 2019 pemurnian ke-2 dibawah mikroskop untuk
indentifikasi hari ke-1.
Mencari referensi untuk indentifikasi.
23. Kamis Pengamatan Trichoderma sp. di media deglass
27 Juni 2019 dibawah mikroskop untuk indentifikasi hari ke-
2.
Diskusi dengan pembimbing lapang.
24. Jum’at Pengamatan Trichoderma sp. di media deglass
28 Juni 2019 dibawah mikroskop untuk indentifikasi hari ke-
3.
Diskusi dengan pembimbing lapang.
Pembuatan media padat jagung giling untuk
pembiakan Trichoderma sp. generasi ke-3.
Inokulasi Trichoderma sp. generasi kedua ke
generasi ketiga.
25. Sabtu Pengamatan Trichoderma sp. di media deglass
29 Juni 2019 dibawah mikroskop untuk indentifikasi hari ke-
4.
Mengikuti kegiatan survei lapangan di
Magetan untuk pendekatan kepada petani dan
data hama penyakit di wilayah tersebut.
Diskusi dengan pembimbing lapang.
26. Senin Pembuatan media PSA dan media deglass
1 Juli 2019 untuk pengulangan indentifikasi.
27. Selasa Inokulasi Trichoderma sp. hasil pemurnian ke-
2 Juli 2019 2 untuk indentifikasi ke media deglass.
28. Rabu Pengamatan Trichoderma sp. di media deglass
3 Juli 2019 dibawah mikroskop untuk indentifikasi hari ke-
1.
Diskusi dengan pembimbing lapang.
29. Kamis Pengamatan Trichoderma sp. di media deglass
4 Juli 2019 dibawah mikroskop untuk indentifikasi hari ke-
2.
Diskusi dengan pembimbing lapang.
30. Jum’at Pengamatan Trichoderma sp. di media deglass
5 Juli 2019 dibawah mikroskop untuk indentifikasi hari ke-
3.
Diskusi dengan pembimbing lapang.
31. Sabtu Pengamatan Trichoderma sp. di media deglass
6 juli 2019 dibawah mikroskop untuk indentifikasi hari ke-
4.
32. Senin Merekap data hasil indentifikasi.
8 Juli 2019 Mencari referensi dan diskusi dengan
pembimbing lapang untuk hasil akhir
identifikasi.
33. Selasa Mencari referensi dan diskusi dengan
9 Juli 2019 pembimbing lapang untuk hasil akhir
identifikasi.
34. Rabu Mencari referensi dan diskusi dengan
10 Juli 2019 pembimbing lapang untuk hasil akhir
identifikasi.
35. Kamis Mencari referensi dan diskusi dengan
11 Juli 2019 pembimbing lapang untuk hasil akhir
identifikasi.

D. Prosesur Kerja Praktek Kerja Lapangan


Prosedur pembuatan media padat jagung giling untuk pembiakan Trichoderma sp.:
a) Diambil jagung 2kg, lalu dicuci dengan air keran hingga bagian putih pada
jagung yang mengambang pada permukaan air hilang. Dicuci hingga 2 sampai
3 kali.
b) Disiapkan air panas untuk merendam jagung yang telah dibersihkan
c) Direndam jagung tersebut selama 5 menit, lalu ditiriskan
d) Dikukus jagung selama 30 menit, lalu dibagi menjadi 2 nampan
e) Dibiarkan jagung tersebut selama 5-6 jam sampai jagung tersebut dingin dan
siap digunakan untuk media pertumbuhan Trichoderma sp.
Prosedur inokulasi Trichoderma sp. ke media padat jagung giling
1) Disterilkan alat-alat inokulasi dan tangan praktikan dengan disemprotkan
alkohol 70%
2) Dimasukkan media padat jagung giling ke dalam enkast, lalu diinkubasi
selama 30 menit
3) Dicelupkan jarum ose dalam alkohol 70%, lalu dibakar mengunakan lampu
bunsen hingga jarum ose membara. Ditunggu hingga dingin kembali.
4) Diinokulasikan Trichoderma sp. menggunakan jarum ose ke media padat
jagung secara merata
5) Dikeluarkan media padat jagung giling dari enkast, lalu dikemas dalam plastik
dengan 2 perlakuan yaitu plastik tertutup rapat dan plastik longgar
6) Disusun rapi berbentuk segitiga pada plastik dan diberi label tanggal inokulasi
7) Dilakukan pengamatan setiap hari dengan dilihat penutupan permukaan media
oleh cendawan Trichoderma sp.
8) Diamati pertumbuhannya selama 2 minggu

Pencucian jagung untuk Mengukus jagung selama Proses pendinginan


menghilangkan kotoran 15-20 menit jagung setelah dikukus

Inokulasi Trichoderma Pengemasan media padat Penyimpanan media


sp. ke media padat jagung pada plastik dengan padat selama 2 minggu
dalam enkast perlakuan rapat longgar

Gambar 2.7 Proses pembuatan media PSA untuk pembiakan Trichoderma sp. dan
Fusarium sp. (A) menimbang kentang 360 gram dengan neraca; (B)
menimbang gula sebanyak 2,4 gram; (C) menimbang agar putih
seanyak 3 gram; (D) merebus kentang + air steril 120 ml; (E)
penambahan gula pada sari kentang; (F) penambahan agar putih; (G)
memindah PSA dalam cawan petri; (H) Proses autoklaf dan (I) proses
pendinginan medium (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

Penghitungan Kerapatan Spora Cendawan Entomopatogen (Trichoderma harzianum)


pada Media Padat dan Cair
Proses perhitungan kerapatan spora Trichoderma harzianum dari media padat:
1) Diambil media padat dan dipilih kenampakan pertumbuhan paling baik atau
banyak dari setiap perlakuan untuk pengenceran.
2) Ditimbang sebanyak 1 gram dengan mengunakan timbangan elektrik pada
setiap perlakuan media padat (longgar maupun rapat).
3) Dicampurkan dengan 10 ml aquades kemudian dikocok hingga homogen
(pengenceran 1X).
4) Diambil 1 ml kemudian ditambahkan aquades hingga 10 ml dan dikocok
hingga homogen (pengenceran 2X).
5) Setelah diencerkan kemudian diteteskan dalam gelas preparat Hemacytometer
dan ditutup kaca penutup.
6) Diamati mengunakan mikroskop dengan perbesaran 400X, dilihat dan
dihitung jumlah kerapatan spora jamur Trichoderma sp. pada 5 kotak secara
diagonal.
Hasil perhitungan kerapatan spora dengan 3 kali ulangan:
Rumus kerapatan spora
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒑𝒐𝒓𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝑿 𝟏𝟎𝟑
S = 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒌𝒐𝒕𝒂𝒌 𝑿 𝑲𝒆𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎𝒂𝒏 𝑿 𝑭𝒂𝒌𝒕𝒐𝒓 𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒂𝒏
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengalaman Kerja
Praktek Kerja Lapangan di LPHPTPH Madiun dilakukan sesuai dengan
prosedur yang telah disepakati oleh pembimbing Praktek Kerja Lapangan dan
mahasiswa dengan rancangan aktifitas yang akan dilakukan selama Praktek Kerja
Lapangan seperti pengenalan lokasi LPHPTPH, pengenalan laboratorium, staff yang
bekerja dan aktifitas lanjutan yang akan dilkakukan. Tujuan dari Praktek Kerja
Lapangan agar mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dan mengenal secara
langsung tentang dunia kerja dari suatu instansi juga mampu menerapkan teori yang
telah dipelajari saat perkuliahan dan mengaplikasikannya. Penulis menyadari
pentingnya Praktek Kerja Lapangan bagi mahasiswa. Teori seperti penggunaan serta
pengoperasian alat yang baik pendukung penilitian maupun teori matakuliah yang
sudah dipelajari seperti Pengendalian Hayati, Mikrobiologi, Genetika, dan Teknik
Laboratorium sangat mendukung untuk memperoleh data penilitian. Penulis juga
diarahkan dan diberi pengetahuan seperti pembuatan berbagai media pertumbuhan
dengan bahan jagung untuk media padat jagung giling, bahan kentang untuk
pembuatan media PSA (Potato Sukrose Agar), pembuatan MoL (Mikro Organisme
Lokal) sebagai pupuk cair fermentasi.
Praktikum langsung di lapangan juga dilakukan seperti eksplorasi
Trichoderma sp. dengan umpan bola nasi dalam gelas plastik bekas air mineral yang
dikubur ditanah dekat akar tanaman untuk memperoleh Trichoderma sp. tanah,
pengambilan sampel tanah non organik dan organik di Desa Sidokerto Kecamatan
Sidorejo Kabupaten Magetan untuk melihat ada tidaknya Trichoderma sp. dan
pengambilan sampel tanaman budidaya layu yang diduga terdapat Fusarium sp.
penyebab layunya tanaman tersebut. Selain itu, penulis juga diberi kesempatan untuk
mengunjungi kelompok tani di Desa Sidokerto, disana penulis melakukan wawancara
dengan Pak Darni (56) dan Pak Sugeng (60). Mereka memberi banyak perngetahuan
baru seputar pertanian seperti penggunaan pupuk organik maupun non organik,
penggunaan tanaman refugia, agen hayati serta berbagai metode untuk eksplorasi
agen hayati salah satunya dengan menggunakan petrogenol.

B. Faktor Pendukung
Pertumbuhan serta perkembangan jamur, pada umumnya sangat dipengaruhi
oleh sejumlah faktor yaitu, suhu, cahaya, udara, pH dan nutrisi. Dimana faktor-faktor
tersebut juga akan berpengaruh pada perkembangan Trichoderma sp. pada media
perbanyakan (Uruilal dkk., 2012). Media jagung giling merupakan suatu media
perbanyakan yang relatif memberi hasil yang lebih baik dalam kecepatan tumbuh,
jumlah dan viabilitas spora jamur (Tarigan, 2017). Perbanyakan generasi
Trichoderma sp. memperngaruhi pertumbuhan dan perkembangan jamur ini serta
jumlah dan viabilitas sporanya seiring dengan banyaknya generasi yang
dikembangkan. Apabila semakin banyak generasi yang dikembangkan pada media
tumbuh, maka akan semakin berkurang viabilitas spora pada media tumbuhnya
(Tarigan, 2017).

D. Hasil dan Pembahasan


Perkembangan Trcihoderma sp. dimulai dari spora yang berkembang dan
membentuk hyphae dengan diameter 5 sampai 10 µm. Pembentukan spora aseksual
terjadi ketika sel tunggal berwarna hijau, konidia yang dilepas dalam jumlah yang
banyak, clamydospora interkalar berupa sel tunggal, meskipun terbentuk dua atau
lebih clamydospora akan berfusi dan akan mengeluarkan spora dalam sel (Harman,
2000). Intinya, ketika spora berkembang akan membentuk hypal dan ujungnya akan
membentuk konidia yang akan mengeluarkan spora ketika sudah matang.
Perbanyakan Trichoderma sp pada media padat jagung giling mengunakan isolat
Trichoderma harzianum. Spora pada medium umumnya berbentuk bulat, berdinding
tipis, tidak berwarna dan berukuran 6 sampai 12µ (Rifai, 1969).
Berdasarkan kerapatan spora Trichoderma harzianum. pada media padat
didapatkan rerata 6,3 x 109. Kerapatan spora pada medium padat didukung oleh faktor
lingkungan yang ideal untuk perkembangan siklus Trichoderma harzianum sehingga
seluruh siklus perkembangan Trichoderma dapat terjadi dengan baik.
Perkembangan spora pada media padat tersebut berhasil karena didukung
dengan faktor abiotik ruangan yang ideal untuk perkembangan spora seperti suhu
ruang dan kelembapan spora. Kontaminasi media juga sangat minim karena didukung
prosedur pembuatan media yang baik dan steril sehingga terhindar dari kontaminasi.
Untuk menghasilkan bibit yang berkualitas maka diperlukan media yang optimal
artinya dapat menyediakan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangannya disamping kondisi lingkungan yang optimal (Wijaya, 2012). Jika
dibandingkan dengan penelitian Ramadhani (2016) dihasilkan kerapatan spora
Trichoderma harzianum dengan media padat jagung giling yaitu 4,74 x 109 dengan
perbandingan hasil penelitian bahwa kerapatan spora digolongkan memiliki
perkembangbiakan yang baik karena kandungan nutrisi dalam jagung yang cocok
untuk pertumbuhan trihcoderma. Kandungan gizi dari jagung antara lain air, protein
(10%), minyak/lemak (4%), karbohidrat (70,7%) dan vitamin. Sedangkan komposisi
kimia jagung: air (15,5%), Nitrogen (0,75%), Abu (4,37%), K2O (1,64%), Na2O
(0,05%) dan CaO (0,49%) sehingga dapat digunakan subagai sumber bahan makanan
pertumbuhan mikroorganisme. Ketersediaan oksigen untuk sangat berpengaruh pada
pertumbuhan trichoderma. Menurut Ramadhani (2016) bahwa jumlah populasi jamur
Trichoderma sp. Perlakuan media jagung dengan aplikasi jamur Trichoderma sp.
memiliki jumlah rataan populasi yang lebih tinggi yaitu 8.08 CFU bila dibandingkan
dengan perlakuan media lain, sehingga media yang sangat cocok untuk
perkembangan Trichoderma adalah media padat jagung giling walaupun media lain
seperti beras, jagung, bekatul, jerami padi, campuran dedak dengan serbuk gergaji,
campuran sekam padi dengan sekam gandum. Menurut Adriana (2014) macam media
untuk pertumbuhan Trichoderma sangat berpengaruh terhadap kerapatan spora karena
dilihat dari kandungan nutrisi dari media yang digunakan kemudian yang
membandingkan antar media padat untuk tumbuh trichoderma adalah waktu
pertumbuhan dan perkembangan koloni dalam media. Kandungan karbohidrat yang
tinggi akan memacu pertumbuhan populasi Trichoderma harzianum lebih cepat atau
lebih lambat.
Pertumbuhan trichoderma sp. pada media padat jagung giling dapat diamati
dari ciri makroskopis seperti tumbuh hifa, warna koloni serta luas penutupan koloni
pada permukaan media padat jagung giling tersebut. Pertumbuhan Trichoderma
secara makroskopis yaitu pada pembentukan koloni yaitu dari ujung media yang
berdekatan langsung sumber oksigen, penutupan koloni Trichoderma harzianum
diawali dengan adanya bentukan hifa bercak putih seperti kapas yang lama kelamaan
menjadi warna hijau dibagian permukaan media padat jagung giling. Perkembangan
warna koloni diawali dengan warna putih sampai warna hijau tua. Faktor lain yang
menyebabkan perubahan warna adalah terjadinya proses pengomposan pada media
biakan, sehingga partikel media menjadi hancur dan warna medua berubah menjadi
hijau (Gusnawaty, 2014). Menurut (Ramadhani, 2016) bentuk koloni Trichoderma
harzianum pada media padat jagung secara makroskopis bentuk koloni bulat
kemudian menyebar dan warna koloni hijau keputihan kemudian menjadi hijau tua.

Pertumbuhan Trichoderma sp. pada media padat


jagung giling
120%
100% 100%
80% 85%

60% 64%
40%
20% 20%
0% 0% 0% 5%
hari ke-1 hari ke-2 hari ke-3 hari ke-4 hari ke-5 hari ke-6 hari ke-7

Rata-rata pertumbuhan Trichoderma sp.

Gambar 3.1 Persentase pertumbuhan Trichoderma sp. pada media padat jagung giling

Pada hari kedua muncul perkembangan hifa berbentuk serat putih seperti
kapas. Pada hari ketiga muncul sedikit bercak hijau, hal ini menandakan spora telah
terbentuk untuk memperbanyak sel koloni. Spora muncul dari sisi yang paling ujung
yaitu dekat dengan udara kemudian merambat ke medium yang lebih dari jauh dari
udara karena jamur Trichoderma sp. merupakan jamur aerob yang membutuhkan
oksigen untuk pertumbuhannya. (sumber) Penutupan permukaan media padat secara
merata terjadi di hari ke tujuh. Sehingga dapat diketahui bahwa koloni Trichoderma
sp. tumbuh berkembangbiak dengan baik dengan menutup seluruh permukan media
padat.

Rerata pertumbuhan generasi Trichoderma sp. pada


media padat jagung giling
120%
100% 100%
90%
80%
60%
55%
40% 45%
30%
20%
0% 0%
Hari ke-1 Hari ke-4 Hari ke-7

Generasi ke-1 Generasi ke-2 Generasi ke-3

Perkembangan Trichoderma sp. pada media padat jagung giling dengan


isolate pertama akan menjadi induk untuk melihat perkembangan dari generasi ke
generasi. Pertumbuhan masing-masing generasi Trichoderma dapat diamati secara
makroskopis yaitu penutupan koloni Trichoderma sp. yang berwarna hijau tua pada
permukaan media padat jagung giling. Pengurangan persentase penutupan
pertumbuhan Trichoderma sp. Bisa kita lihat perkembangan generasi ketiga
Trichoderma sp. mengalami penurunan. Hal ini disebabkan berkurangnya viablitas
spora Trichoderma sp. yang menyebabkan penurunan pertumbuhan koloni.
Penurunan pertumbuhan koloni Trichoderma sp. juga dapat terjadi karena adanya
kontaminan dari bahan media maupun udara bebas. Viabilitas spora dapat menurun
apabila selama subkultur terjadi penurunan daya tumbuh hifa (Tanada & Kaya, 1993).
Perbanyakan generasi secara nyata dapat menurunkan pertumbuhan Trichoderma sp.
Semakin banyak generasi yang diturunkan maka semakin berkurang viabilitas spora
Trichoderma sp.. Selain itu, adanya kontaminan dari lingkungan luar juga
berpengaruh terhadap berkurangnya penutupan spora pada generasi ke-3.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kerapatan spora Trichoderma harzianum. pada media padat
didapatkan rerata 6,3 x 109. Kerapatan spora Trichoderma harzianum. pada medium
padat didukung oleh faktor lingkungan yang ideal untuk perkembangan siklus
Trichoderma harzianum. sehingga seluruh siklus perkembangan Trichoderma
harzianum dapat terjadi dengan baik. Perkembangan spora pada media padat tersebut
berhasil karena didukung dengan faktor abiotik ruangan yang ideal untuk
perkembangan spora seperti suhu ruang dan kelembapan spora. Kontaminasi media
juga sangat minim karena didukung prosedur pembuatan media yang baik dan steril
sehingga terhindar dari kontaminasi.
Pengurangan persentase penutupan pertumbuhan Trichoderma harzianum.
Bisa kita lihat perkembangan generasi ketiga Trichoderma harzianum. mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan berkurangnya viablitas spora Trichoderma harzianum.
yang menyebabkan penurunan pertumbuhan koloni. Penurunan pertumbuhan koloni
Trichoderma harzianum. juga dapat terjadi karena adanya kontaminan dari bahan
media maupun udara bebas. Perbanyakan generasi secara nyata dapat menurunkan
pertumbuhan Trichoderma harzianum.

B. Saran
Pada saat melakukan penelitian sebaiknya perbanyakan ini harus dilakukan
secara aseptis (higienis). Penyiapan dan proses sterilisasi media merupakan yang
harus diperhatikan. Kualitas isolat jamur Trichoderma sp, isolat jamur Trichoderma
sp yang diperbanyak secara massal harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya
umur biakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan dan isolat dalam keadaan steril.
DAFTAR PUSTAKA

Afitin, R., Darmanti, S. 2009. Pengaruh Dosis Kompos dengan Stimulator


Trichoderma sp. Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung
(Zea mays L.) Varietas Pioner pada Lahan Kering. J. Bioma. 11(2): 69-75.
Uruilal, C., A.M. Kalay., E. Kaya dan A. Siregar. 2012. Pemanfaatan Kompos Ela
Sagu, Sekam dan Dedak Sebagai Media Perbanyakan Agen Hayati
Trichoderma Harzianum Rifai. Jurnal Agrologia. 1 (1) : 21-30.
Rifai, M.A. 1969. A Revision Of The Genus Trichoderma. Herbarium Bogoriensis:
Bogor.
Tarigan, Y.S. 2017. Pertumbuhan Trichoderma sp. pada Berbagai Media Padat.
Tran, N. H. 2010. Using Trichoderma sp.Species For Biological Control of Plant
Pathogens In Vietnam. J. ISSAAS. 1(160:17-21.
Wijaya, I., dkk. 2012. Pembiakan Massal Jamur Trichoderma sp. pada Beberapa
Media Tumbuh sebagai Agen Hayati Pengendalian Penyakit Tanaman.
Agritrop Jurnal Ilmu – Ilmu Pertanian. Jember.
Gusnawaty, 2014. Karakteristik Morfologis Trichoderma sp. Indegenus. Jurnal.
Agroteknos. Diakses 4 Agustus 2019.
Tanada Y. & H.K. Kaya. 1993. Insect Pathology. New York: Academic Press.

Anda mungkin juga menyukai