RESUME
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Genetika II yang Dibimbing Oleh
Prof. Dr. Hj. Siti Zubaidah, M.Pd dan bapak Deny Setiawan, M.Pd
Oleh:
Kelompok 1/Off B
S1 Pendidikan Biologi
Dinda Ratu Ragil Ayu 170341615049
Mia Agustina 170341615034
Mochammad Abdul Hafidh 160342606252
Pemetaan Kromosom E. coli atas Dasar Percobaan Konjugasi yang Tidak Terputus
Sebenarnya percobaan konjugasi yang tidak terputus, dapat juga digunakan untuk
melakukan pemetaan kromosom E. coli. Jika pada percobaan sebelumnya, proses konjugasi
diupayakan terputus-putus, pada percobaan ini konjugasi dibiarkan berlangsung selama 1-2 jam
tanpa terputus. Pada kenyataannya frekuensi tiap penanda rekombinan lain (azir tonr lac+ gal+),
identik dengan gambaran frekuensi penanda-penanda itu, yang terungkap pada percobaan
konjugasi terputus. Frekuensi penanda-penanda rekombinan lain (azir tonr lac+ gal+) masing-
masing adalah 90%, 80%, 40% dan 25%. Pertama, putusnya tabung konjugasi maupun
kromosom per satuan waktu mempunyai peluang yang hampir tetap; dan kedua, tiap dua
penanda donor diintegrasikan ke dalam kromosom resipien melalui sepasang kejadian
rekombinasi mempunyai peluang yang rendah, karena integrasi suatu fragmen donor ke dalam
sebuah kromosom resipien selalu membutuhkan dua kejadian rekombinasi.
Rekombinasi Intragenik
Rekombinasi intragenik misalnya terjadi pada fag T4 melalui pengamatan dan pengkajian
rinci terhadap lokus rII fag T4 oleh Benzer. Benzer berhasil mengungkap keberadaan
rekombinan-rekombinan genetik yang sangat jarang terjadi akibat pertukaran yang berlangsung
dalam gen, bukan antar gen sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya. Peristiwa rekombinasi
semacam itu terjadi antar DNA fag-fag bakteri selama infeksi simultan terhadap E.coli.
Mutan-mutan rII tidak dapat melakukan lisis secara berhasil terhadap suatu
strain E.coli yang lain, yaitu K12 (λ) yang telah mengalami lisogenasi oleh fag, meskipun mutan-
mutan itu mampu menginfeksi dan melalukan lisis terhadap E.coli B. Upaya lain juga dilakukan
Benzer untuk menghitung jumlah total turunan mutan maupun jumlah total rekombinan wild-
type. Dalam hubungan ini Benzer memanfaatkan teknik pengenceran serial, dan dengan teknik
Benzer mampu menentukan mutan rII yang dihasilkan pada E.coli B maupun jumlah total
rekombinan wild-type yang melakukan lisis terhadap E.coli K12 (λ).
Satu upaya yang juga dilakukan itu adalah uji komplementasi. Uji komplementasi itu
dilakukan karena selama melakukan kontrol terhadap percobaannya terutama disaat E.coli strain
K12 (λ) secara simultan diinfeksi oleh pasangan strain mutan yang berbeda, Benzer menemukan
adanya E.coli yang mengalami lisis. Apabila banyak pasangan mutan diperlakukan pada uji
komplementasi, maka tiap mutan pasti terkelompok ke dalam salah satu dari dua kelompok
komplementasi, yang disebut sebagai A dan B. Pasangan-pasangan mutan uji yang melakukan
komplementasi satu sama lain dikelompokkan ke dalam komplementasi yang lain. Tiap
kelompok komplementasi ini disebut sebagai cistron A dan B oleh Benzer. Cistron A dan B pada
lokus rll fag T4, sudah diketahui sebagai dua buah gen yang berlainan dan cistron A adalah
bagian dari cistron B. Melalui uji komplementasi, 20.000 mutan pada lokus rII dapat dipisahkan
menjadi dua yaitu cistron A dan B dan 307 di antaranya berhasil dipetakan. Hal ini mengungkan
rekombinasi intragenik yang terjadi pada cistron A maupun cistron B
Nilai frekuensi rekombinan (%) itu dipandang setara dengan jarak antara 2 mutan (pada
saat ini keduanya sama-sama merupakan bagian dari cistron yang sama).
Perhitungan tersebut perlu dikali dua karena tiap peristiwa rekombinan menghasilkan 2 produk
yang resiprok dan hanya satu diantara wild-type yang dideteksi. Sangat banyak percobaan
intragenik yang sama sekali tidak memunculkan rekombinan wild-type. Hal ini disebabkan oleh
delesi pada mutan di daerah cistron A dan B. Tapak-tapak yang mengalami mutasi disebut titik
panas atau hot spots. Dilain pihak ada pula tapak yang tidak pernah mengalami mutasi (sehingga
tidak memilki mutan). Percobaan Benzer ini berhasil membuktikan suatu gen bukanlah partikel
yang tidakdapat dibagi. Gen merupakan bagian molekul DNA yang tersusun oleh nukleotida-
nukleotida.
PERTANYAAN
1. Apakah rekombinasi intragenik dapat berupa paralel antara alel mutan berbeda dari gen
yang sama ? (Mia Agustina)
Jawab : Dalam studi rekombinasi ketika masing-masing dari dua mutasi merusak fungsi
yang sama, mutan tidak saling melengkapi. Tetapi kadang-kadang ada komplementasi
intragenik atau paralel antara alel mutan berbeda dari gen yang sama, yang menghasilkan
sebagian kecil fenotip normal. Dalam beberapa jamur dan bakteri masing-masing alel
yang secara fungsional terkait spesifik urutan asam amino dari subunit berbeda dari
enzim tunggal. Setiap subunit menjalankan fungsinya sendiri. Asosiasi subunit
menghasilkan struktur sekunder polipeptida; struktur sekunder ini bertanggung jawab
untuk aktivitas enzim. Jadi komplementasi intragenik diamati melalui struktur sekunder
polipeptida, dan bukan struktur primernya yang ditentukan oleh urutan asam amino.
2. Apa hubungannya jika frekuensi rekombinasi pada dua interval kromosom berdekatan
menjadi lebih kecil maka peningkatan interferensi negatif menyolok? (Dinda Ratu)
Jawab : dalam hubungan ini terlihat peperpasangan dan pertukaran yang terjadi di
lingkup suatu daerah kromosom yang kecil akan meningkatkan peluang pertukaran
genetik tambahan di dalam batas daerah sempit tersebut.
3. Mengapa pada eukariot, nilai frekuensi rekombinan dipandang setara dengan jarak antara
dua mutan? (Dinda Ratu)
Jawab : hal itu disebabkan karena tiap peristiwa rekombinan menghasilkan dua produk
yang resiprok, hanya satu di antaranya wild-type yang dideteksi.
4. Bagaimana aplikasi percobaan konjugasi terputus ? (Mochammad Abdul Hafidh)
Jawab: Contoh dari percobaan konjugasi terputus yaitu terjadi pada transfer kromosom
Hfr ke dalam sel F- berlangsung dalam pola linear. Transfer sebuah kromosom lengkap
dari suatu sel Hfr ke satu sel F- berlangsung dalam waktu 90-100 menit, tergantung
kepada macam strain yang digunakan sebagai strain Hfr maupun F-. Data percobaan
konjugasi terputus memang menunjukkan bahwa transfer kromosom tampaknya
berlangsung dalam laju yang konstan. Standar peta kromosom E. coli terbagi dalam
interval-interval menit dari 0 (secara arbitrer ditetapkan pada gen thr A) hingga ke 100
menit (atas dasar hasil percobaan konjugasi terputus). Satuan menit pada pemetaan
bakteri ekivalen dengan “unit peta” (map unit) di kalangan makhluk hidup eukariotik.