Anda di halaman 1dari 12

DNA DAN RNA SEBAGAI MATERI GENETIK (EKSPERIMEN GRIFFITH,

HERSHEY DAN CHASE, FRAENKEL-CONRAT)


MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Genetika
Yang dibina oleh ibu Erti Hamimi, S.Pd., M.Sc. dan bapak Prof. Dr. Agr. Mohamad
Amin, SPd., M.Si

Oleh:
NAMA KELOMPOK
ALIFIA ASTERINA (16035106469)
AULIA ROSIDATUL ILMA (16035106475)
OKTAVIANI DINA P. (16035106431)
RAHMATIN WARDA NAFISA (16035106406 )
ZARO’UL MUFIDA (16035106453)
Kelompok 7
Offering B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Februari 2019
Materi Genetik
Materi genetik memiliki persyaratan tertentu yang harus dipenuhi molekul manapun
bila molekul itu akan memenuhi syarat sebagai substansi yang meneruskan informasi
genetik (Menurut Goodenough, 1988). Persyaratan tersebut adalah :
1. Material genetik harus mengandung informasi biologis
2. Material genetik harus diperbanyak dan dipindahkan ke sel atau dari generasi ke
generasi
3. Material genetik harus mampu bervariasi
Material genetik harus mengemban informasi pada persyaratan tersebut. Dari
struktur DNA, terlihatlah bahwa urutan basa sepanjang suatu rantai polinukleotida dapat
mengandung informasi genetik. Replikasi DNA yaitu Suatu material genetik harus
mampu menggandakan dirinya sendiri secara sempuma sehingga setiap sel anak
memiliki materi yang identik dengan materi genetik induknya, termasuk didalamnya
kemampuan untuk mengalami mutasi karena di dalam pertumbuhan dan perkembangan
suatu organisme hal ini sering terjadi. Watson dan Crick dalam papernya telah
menjelaskan akan kemampuan ini yang dimiliki oleh DNA, dimana proses ini
berlangsung secara luar biasa akurat. Kemudian Watson dan Crick menunjukkan bahwa
kesalahan yang terjadi didalam suatu proses replikasi DNA hanya sebesar satu per satu
milliar. Ekspresi DNA yaitu Urutan nukleotida dalam molekul DNA mungkin
diterjemahkan ke dalam urutan asam amino di dalam polipeptida. Variasi DNA Urutan
nukleotida di dalam genome menentukan urutari asam amino di tingkat polipeptida
melalui proses transkripsi dan translasi. Apabila terjadi perubahan urutan nukleotida di
dalam satu titik tertentu, maka terjadi pula perubahan urutan asam amino. Perubahan
pada urutan nukelotida ini disebut dengan mutasi. Mutasi ini bisa dikarenakan oleh
banyak penyebab, atara lain: sinar gamma, sinar ultra violet, serta zat kimia tertentu
(Goodenough, 1988)

Pembuktian DNA Sebagai Materi Genetik


1. Eksperimen Griffith
Eksperimen yang dilakukan oleh Frederich Griffith pada tahun 1928 merupakan
fenomena transformasi. Griffith adalah seorang dokter yang berasal dari Inggris yang
mempunyai minat khusus pada bakteri penyebab pneumonia, yaitu Streptococcus
Pneumonia (pneumococcus). Pneumococcus menunjukkan variabilitas genetik yang
dapat dikenali dengan adanya fenotipe yang berbeda. Griffith tertarik pada asal-usul dari
perbedaan starin S.
Pada percobaan ini Griffith telah berhasil mengisolasi beberapa strain yang
berbeda dari S. pneumonia (tipe I, II, III, dan sebagainya). Strain yang virulen (dapat
menyebabkan penyakit) memiliki “polisakarida coat” atau kapsul yang ketika diblakkan
pada medium agar lempeng muncul koloni bakteri halus (S) sedangkan strain yang
avirulen tidak memiliki kapsul yang ketika diblakkan pada medium agar lempeng akan
muncul koloni bakteri kasar (R) seperti pada gambar berikut.

Gambar. Fenotipe koloni dari dua strain S. Pneumonia(Sumber : Snustad,


2012)
Masing-masing strain memiliki lusinan tipe berdasarkan reaksi serologinya atau
disebut serotype. Griffith menggunakan tipe II R (avirulen) dan tipe III S (virulent). Dua
karakteristik fenotipe penting dalam percobaan ini adalah:
1) Ada atau tidaknya polisakarida (gula polimer kompleks) kapsul yang
mengelilingi sel-sel bakteri
2) Jenis kapsul, yaitu mngenai komposisi molekul spesifik polisakarida yang hadir
dalm kapsul.
Ada empat perlakuan pada percobaan Griffith, yaitu :
1) Tikus disuntik dengan tipe IIIS pneumococci, yang hasilnya adalah tikus mati
2) Tikus disuntik dengan tipe IIIS pneumococci yang mati karena perlakuan panas
tetapi virulen ketika hidup, hasilnya adalh tikus tetap hidup
3) Tikus disuntik dengan tipe IIR pnemococci hidup, hasilnya adalah tikus hidup
4) Tikus disuntik dengan tipe IIIS pneumococci yang mati karena perlakuan panas
tetapi virulen ketika hidup ditambah dengan tipe IIR pneumococci hidup
(avirulen), hasilnya adalh tikus hanya hidup selama lima hari kemudian tikus
akan menyerah paa pneumonia atau mati.
(Henuhili, 2000)

Gambar. Penemuan transformasi pada Streptococcus Pneumoniaeoleh


Griffith (Sumber : Snustad, 2012)
Hasil yang diharapkan oleh Griffith pada perlakuan keempat adalah tikus tetap
hidup tetapi pada kenyataannya tikus mengalami kematian dan strain bakteri
Streptococcus pneumoniae yang berada pada darah tikus adalah tipe IIIS (virulen).
Awalnya Griffith menduga bahwa hasil pada percobaan keempat terdapat kesalahan
dalam perlakuan panas tetapi hal itu tidak mungkin karena pada perlakuan kedua
dimana terdapat perlakuan panas untuk mematikan virulensi stain tipe IIIS tidak pernah
ada pneumonia (tikus tetap hidup). Penafsiran selanjutnya adalah bahwa bakteri jenis
IIR akan menjadi tipe IIS bukan tipe IIIS. Griffith akhirnya menyimpulkan bahwa
bakteri tipe IIR entah bagaimana telah berubah, memperoleh virulensi genetik dari
bakteri tipe IIIS. Transformasi ini telah menghasilkan perubahan permanen genetik pada
bakteri, meskipun Griffith tidak memahami sifat dari transformasi, ia berteori bahwa
beberapa substansi (bahan kimia) dalam mantel polisakarida dari bakteri mati mungkin
bertanggung jawab (Pierce, 2010).
Kemudian percobaan Griffith dilanjutkan oleh Oawald Avery, Colin MacLeod
dan McCarty, 14 tahun kemudian. Ia menggunakan kultur bakteri tipe S yang telah mati
karena pemanasan. Mereka memecah sel bakteri dengan detergen dan menggunakan
sentrifus memisahkan komponen sel (ekstrak sel) dengan penyusunan sel lainnya.
Ekstrak sel bakteri tersebut kemudian diinkubasi bersama kultur bakteri R yang hidup,
kemudian ditumbuhkan pada media kultur petridish. Adanya pertumbuhan bakteri S
pada media kultur menunjukkan bahwa ekstrak mengandung prinsip transformasi, yaitu
materi genetik pada bakteri S mengubah bakteri R menjadi bakteri S. Ia menduga bahwa
satu diantara komponen makromolekul yang terdapat di dalam ekstrak polisakarida,
protein, RNA, dan DNA alah penyebab transformasi. (Sutarno, 2012)
Utuk menentukan penyebabnya, komponen penyusun sel dirusak satu per satu
dengan menggunakan enzim yang spesifik untuk substansi tersebut. Misalnya untuk
merusak protein menggunakan enzin protease, untuk merusak RNA menggunakan enzin
ribonuklease. Hasil dari percobaan ini membuktikan bahwa degradasi komponen-
komponen penyusun sel tidak menghalangi berlangsungnya prinsip transformasi, kecuai
ketika molekul DNA dirusak dengan menggunakan enzin deoksiribonuklease.
Gambar. Percobaan Oswald Avery, Colin Macleod
Percobaan ini dimana terjadi transformasi pada bakteri membuktikan bahwa
DNA merupakan materi genetik. Dalam hal ini ditemukan bahwa DNA merupakan
materi genetik pada bakteri (Lewin, 2004)

2. Percobaan Hershey dan Chase


Hershey dan Chase melakukan adalah ilmuan yang melakukan percobaan untuk
membuktikan bagian mana dari dua komponen penyusun T2 yang masuk ke dalam sel
bakteri. Dalam percobaan tersebut mereka menggunakan isotop radio aktif yang
berbeda untuk menandai DNA dan protein. Tahap – tahap percobaan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. T2 ditumbuhkan dengan E.coli dalam sulfur radio aktif (35S). Karena
protein mengandung sulfur, atom-atom radio aktif ini hanya masuk ke dalam
protein faga tersebut. Dengan cara yang serupa, kultur T2 yang berbeda
ditumbuhkan dalam fosfor radio aktif (32P).
2. DNA mengandung fosfor, bukan protein, maka fosfor radio aktif akan
melekat pada DNA. Kedua macam kultur mengandung T2 yang sudah
berlabel radio aktif tersebut kemudian dibiakkan secara terpisah bersama
kultur E. Coli yang non radio aktif.
3. Setelah terjadi infeksi, kultur diblender untuk melepaskan bagian faga yang
terdapat di luar sel bakteri.
4. Hasil blender kemudian diputar dengan sentrifus, sehingga ada bagian sel
yang membentuk pelet di dasar tabung sentrifus. Bagian lainnya yang lebih
ringan berada di dalam cairan (supernatan).
Dari hasil pengamatan radioaktivitas di dalam pelet dan supernatan, dapat
dibuktikan bahwa bakteri yang terinfeksi faga T2 yang berlabel radioaktif pada
proteinnya, sebagian radioaktifnya ditemukan di dalam supernatan yang mengandung
partikel-partikel virus. Hasil tersebut membuktikan bahwa protein faga tidak memasuki
sel inang. Pada bakteri yang terinfeksi faga T2 yang DNA-nya ditandai dengan fosfor
radioaktif, hasil peletnya yang merupakan materi bakteri, sebagian besar mengandung
unsur radioaktif tersebut. Ketika bakteri tersebut dikembalikan ke dalam kultur, infeksi
terus berjalan, dan melepaskan faga-faga yang mengandung fosfor radioaktif.
Percobaan tersebut disimbulkan oleh Hershey dan Chase bahwa DNA virus
masuk ke dalam sel inang, sementara sebagian besar protein tetap berada di luar.
Masuknya molekul DNA ini menyebabkan sel-sel memproduksi DNA dan protein virus
baru. Peristiwa tersebut membuktikan bahwa asam nukleat merupakan materi genetik.
Pada umumnya organisme memiliki DNA sebagai materi genetiknya, tetapi sebagian
virus yang menginfeksi bakteri memiliki RNA sebagai pembawa informasi genetik.
TMV (Tobacco Mosaic Virus) yaitu virus penyebab penyakit pada tanaman tembakau
yang memiliki RNA, bukan DNA, sebagai materi genetiknya.

3. Eksperimen Fraenkel-Conrat Dan B. Singer


Pada organisme-organisme eukariotik seluruh materi genetiknya berupa DNA,
pada organisme ini RNA berperan sebagai komponen sistem dalm proses penyusunan
protein. Namun pada beberapa jenis virus, seperti TMV dan Influenza, RNA berperan
sebagai materi genetik utama. Sebab virus-virus dari golongan ini idak memiliki DNA
sebagai materi genetiknya (Suryo, 2004). RNA yang terdapat di dalm virus-virus
tersebut dinamakan sebagai RNA Genom, karena RNA inilah yang berperan sebagai
penyimpan informasi genetik dan mempengaruhi sifat-sifat dari virus tersebut
(Goodenough, 1988)
Eksperimen pertama yang menemukan bahwa virus menyimpan informasi
genetiknya dala bentuk RNA adalah eksperimen rekonsiliasi oleh H. Fraenkel-Conrat
dan B. Singer pada tahun 1957. A. Gierrer dan G. Scharamm menunjukkan bahwa
tanaman tembakau dapat diinokulasikan dengan RNA yang dimurnikan dari Tobacco
Mozaik Virus (TMV). H. Fraenkel-Conrat dan B melakukan percobaab rekonsiliasi dan
memastikan bahwwa materi genetik di dalam virus tertentu adalah RNA. Mereka
menemukan bahwa percobaan mereka dapat memisahkan RNA dari protein virus TMV.
Dengan menggunakan perlakuan kimia tertentu, mereka melakukan pengembangan
teknik untuk membentuk virus yang mengandung protein dari satu galur mutan TMV
dan RNA dari yang lainnya. (Suryo, 1994)
H. Fraenkel-Conrat dan B. Singer memilih dua strain TMV yang berbeda,
mereka memisahkan RNA dari selimut proteinnya. Mereka menyilangkan protein dan
RNA antar kedua strain TMV (RNA dari virus pertama dengan protein dari virus kedua,
dan protein dari virus ppertama dengan RNA dari virus kedua), stelah itu direkonsiliasi
an diinjeksikan pada daun tembakau. Ternyata keturunan yang dihasilkan pada daun
tembakau tersebut menunjukkan bahwa secara genotip maupun fenotip identik dengan
strain virus asal RNA (Suryo, 1994)
Dari hasil percobaan H. Fraenkel-Conrat menunjukka bahwa pada TMV materi
genetiknya adalah RNA. Dapat dipastikan bahwa informasi genetik pada TMV bukan
tersimpan dalam prpotein, melainkan tersimpan dalam RNA. Sehingga RNA merupakan
materi genetik pada virus tersebut.
Gambar. Bagan percobaan Fraenkel-Conrat dan B. Singer (Sumber:
www.nvo.com/jin/nss-folder/scrapbooksell/fraenkel11conrat1s%20virus.jpg)
KESIMPULAN
Ada beberapa persyaratan untuk menjadi materi genetik diantara adalah
menyimpan informasi, replikasi, variasi, dan mengekpresikan informasi. Dari struktur
DNA terbukti DNA adalah materi genetik karena menyimpan informasi, replikasi,
variasi, dan mengekspresikan informasi. Cara pembuktian DNA sebagai materi genetik
diperoleh dari eksperimen Griffith, percobaan Oswald Avery, Colin Mcleod dan
Mccarty (DNA sebagai materi genetik Bakteri), dan percobaan Hersey dan Chase (DNA
sebagai materi genetik Virus).
DAFTAR PUSTAKA
Goodenough, Ursula. 1988. Genetika Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Erlangga
Henuhili, V. 2000. Genetika Molekuler. Yogyakarta : UNY
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Ir.%20Victoria%20Henuhili.
%20%20M.Si./Genetika%20Molekular_diktat%20kuliah.pdf
Lewin, B. 2004. Genes. Pearson Prentice Hall. Pearson Education, Inc.
Sutarno. 2012. Kimia dari Gen. Semarang: UNS
http://sutarno.staff.uns.ac.id/files/2012/Genetika-5-kimia-materi-genetik.pdf
Snustad, D. Peter and Simmons, Michael J. 2012. Principles of Genetics Sixth Edition.
USA : John Wiley and Sons, Inc.
Suryo. 1994. Genetika. Yogyakarta: universitas Gajah Mada Press
Pierce, Benjamin. 2010. Genetics. A Conceptual Approach Fourth Edition. USA:
W.H.Freeman
Fraenkel-Conrat exp. Online. www.nvo.com/jin/nss-
folder/scrapbooksell/fraenkel11conrat1s%20virus.jpg. Diakses tanggal 15
Januari 2013.

Anda mungkin juga menyukai