I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan genetik yang ada pada setiap jasad akan mengalami proses perbanyakan
sebagai salah satu tahapan sangat penting dalam proses pertumbuhan sel atau
perbanyakan partikel virus. Proses perbanyakan bahan genetik dikenal sebagai
proses replikasi. Studi awal mengenai proses perbanyakan bahan genetik
dilakukan pada jasad yang genomnya berupa molekul DNA. Meskipun demikian,
perlu
diingat
bahwa
pada
jasad
tertentu,
khususnya
kelompok
virus
rertenru,genomnya berupa molekul RNA. Genom yang berupa molekul RNA ini
juga akan direplikasi meskipun dengan melalui tahapan yang sedikit berbeda
dibanding dengan replikasi genom yang berupa molekul DNA.
Replikasi bahan genetik dapat dikatakan sebagai proses yang
mengawali pertumbuhan sel, meskipun sebenarnya pertumbuhan merupakan suatu
resultan banyak proses yang saling berkaitan satu sama rain. Sel mempunyai
mekanisme replikasi bahan genetik yang direngkapi dengan sistem penyuntingan
(editing) yang sangat akurat sehingga bahan genetik yang diturunkan kepada sel
anakan (progeny) mempunyai komposisi yang sangat identik dengan komposisi
bahan genetik sel induk. Replikasi bahan generik diikuti oleh pembentukan sel-sel
anakan yang membawa duplikat bahan genetik hasil replikasi. Oleh karena itu,
kesalahan dalam proses replikasi bahan genetik dapat mengakibatkan perubahan
pada sifat sifat sel anakan.
Mekanisme replikasi bahan genetik sangat kompleks dan melibatkan
banyak protein yang masing-masing mempunyai peranan spesifik. protein-protein
yang terlibat di dalam proses reprikasi bahan genetik dikode oleh gen-gen yang
terdapat di dalam bahan genetik itu sendiri. oleh karena itu, ada kaitan fungsional
yang sangat erat dan tidak terpisahkan antara proses replikasi bahan genetik
dengan proses ekspresi genetik dan metabolisme sel secara keseluruhan.
Hambatan yang teriadi pada proses metabolisme, misalnya penghambatan
produksi energi. dapat pula memengaruhi proses reprikasi karena reprikasi juga
memerlukan pasokan energy.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan sejarah penemuan DNA
2. Mahasiswa mengetahui struktur DNA
3. Mahasiswa mengetahui proses replikasi DNA
3 3
II . PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Penemuan
Gregory Mendel (1822-1884) adalah orang pertama mengamati
pewarisan sifat ini. Dari hasil percobaan tahun (1866). Mendel menarik
kesimpulan bahwa sifat-sifat karakteristik dari kedua induk dapat diwariskan ke
generasi berikutnya melalui segregasi. Selanjutnya, August Weisman pada tahun
1892, mengemukakan bahwa sifat yang diwariskan tersebut dilakukan oleh
senyawa yang berasal dalam inti sel. Senyawa tersebut dalam penelitian lanjutan
disebut kromosom. Tahun 1869 seorang ahli ilmu kimia berkebangsaan Jerman
bernama Friedrich Miescher menyelidiki susunan kimia dari nucleus sel. Ia
mengetahui bahwa nukleus sel tidak terdiri dari karbohidrat, protein maupun
lemak, melainkan terdiri dari zat yang mempunyai pengandungan fosfor sangat
tinggi. Oleh karena zat itu terdapat di dalam nukleus sel, maka zat itu
disebutnya nuklein. Nama ini kemudian dirubah menjadi asam nukleat, karena
asam ikut menyusunnya. Walter Sutton, tahun 1903, mengemukakan bahwa
kromosom merupakan benda-benda sel yang mengandung unit-unit pewarisan.
Unit tersebut oleh Wilhem Johannsen disebut gen (1909). Dan pada tahun 1926,
Herman Muller membuktikan bahwa sinar-X memicu perubahan genetik lalat
buah.
Penemuan DNA (Deoxyribonucleic acid) sebagai materi genetik pada
awalnya menimbulkan pro dan kontra. Pengetahuan tentang kromosom yang
tersusun dari protein dan asam nukleat, mulanya lebih condong menganggap
bahwa protein sebagai materi genetik. Hal ini berkaitan dengan peranan protein
yang sangat dinamis dalam kehidupan sel. Anggapan protein sebagai materi
genetik terus dianut hingga tahun 1950-an. Sementara asam nukleat karena
dianggap terlalu kecil dan strukturnya terlalu sederhana, hanya sedikit sekali
mendapat perhatian sebagai materi genetik.
Percobaan Griffith dalam tahun 1928. la menemukan bahwa bakteri
Diplococcus pneumoniae (biasa disebut Pneumococcus), bila dipelihara di
laboratorium, maka berdasarkan bentuk koloninya dapat dibedakan dua
bentuk, yaitu bentuk kasar (K) dan bentuk halus (H). Kedua bentuk bakteri ini
35
Molekul DNA tersusun atas tiga komponen utama yakni, basa nitrogen,
gula ribosa, dan fosfat yang terangkai dalam suatu rantai polinukleotida.
b.
c.
DNA tersusun atas dua rantai polinukleotida yang saling memilin kekanan.
2.
3.
4.
Rangka gula-fosfat berada dibagian luar dari struktur helik, dimana basa
berorientasi terhadap sumbu utama. Basa dari kedua rantai memiliki struktur
datar dan saling tegak lurus terhadap sumbu DNA, sehingga seperti tumpukan
uang togam sepanjang helik.
5.
Basa dari kedua utas DNA dihubungkan oleh suatu ikatan hidrogen yang
secara kimiawi merupakan jenis ikatan yang lemah. Pasangan basa A dengan T
dihubungkan dengan 2 ikatan hidrogen, sedangkan G dengan S dihubungkan
oleh 3 ikatan hidrogen. Karena dihubungkan dengan ikatan hidrogen, utas
DNA mudah dipisahkan satu dari yang lain misalnya dengan pemanasan.
lkatan A-T Iebih mudah dipisahkan dibanding ikatan G-S. Pasangan spesifik
antara A-T dan G-S disebut pasangan basa komplementer sehingga sekuen
nukleotida dalam salah satu untai DNA mendikte sekuen nukleotida dari utas
fain DNA yang bersangkutan. Sebagai contoh apabila salah satu utas memiliki
sekuen 5'TATTCCGA-3', maka sekuen DNA utas pasangannya adalah 3'ATAAGGST-5 '.
6.
Setiap pasangan basa berjarak 0,34 nm dalam struktur double helix. Dalam
satu pilinan sempurna struktur double helix berjarak 34 nm, dengan demikian
setiap pilinan sempuma terdiri dari 10 pasangan basa.
7.
Oleh karena ikatan basa berbeda satu dengan yang lain, maka rangka gulafosfat dalam struktur double helix memiliki ukuran ruang yang berbeda
sepanjang sumbu sehingga menyebabkan adanya struktur lekukan (groove)
yang berbeda. Dikenal dua jenis lekukan yaitu lekukan mayor (major groove)
yang lebar dan lekukan minor (minor groove) yang sempit.
terjadi proses yang serupa sehingga DNA anakan menjadi DNA induk untuk
replikasi berikutnya.
2.3.3 Tahapan Replikasi
Replikasi DNA berlangsung dalam beberapa tahap yaitu: (1) denaturasi
(pemisahan) untaian DNA induk, (2) peng-awal-an (initiation, inisiasi)
sintesis DNA, (3) pemanjanan untaian DNA, (4) ligasi fragmen-fragmen
DNA, dan (5) peng-akhir-an (termination, terminasi) sintesi DNA. Sintesis
untaia DNA yang baru akan dimulai segera setelah kedua untaian DNA induk
terpisah membentuk garpu replikasi. Proses replikasi dalam molekul DNA
dimulai pada suatu titik yang disebut dengan Origin of Replication (Ori). Pada
titik ini, DNA akan membentuk seperti gelembung kecil, dimana ikatan
hidrogen antara basa-basa terputus dan pasangan basanya terpisah. Heliks
mulai membuka uliran, kedua untaian DNA yang baru disintesis dengan arah
geometris yang berlawanan.
Tahapan replikasi DNA pada sel eukariot adalah sebagai berikut:
1. Tahapan pertama (inisiasi) dalam proses replikasi DNA adalah proses
permulan sintesis untaian DNA yang sebelumnya didahului oleh sintesis
molekul primer. Proses inisiasi berlangsung dengan mekanisme yang
berbeda antara suatu jasad dengan jasad yang lain. Dalam proses repliasi
DNA terjadi pemutusan ikatan hidrogen antara basa-basa nitrogen dari dua
untai yang antiparalel. Pemutusan ikatan tersebut terjadi pada rantai yang
kaya akan ikatan A-T. Hal tersebut dikarenakan ikatan antara adenin dan
timin yang hanya merupakan ikatan rangkap dua, sedangkan pada ikatan
antara sitosin dan guanin adalah ikatan rangkap tiga. Helikase adalah
enzim yang berfungsi untuk membuka untai ganda DNA. Titik awal
dimana terjadinya splitting disebut sebagai origin of replication. Struktur
yang dihasilkan disebut dengan Replication Fork.
10
2. Salah satu hal penting dalam tahapan replikasi DNA adalah pengikatan
primase RNA pada titik awal rantai induk 3-5. Primase RNA dapat
menarik nukleotida RNA yang berikatan dengan nukleotida DNA dari
untai 3-5 dikarenakan ikatan hidrogen antar basanya. Nukleotida RNA
adalah primer (starter) untuk ikatan nukleotida DNA.
11
12
6. Langkah terakhir dari tahapan replikasi DNA adalah terminasi. Tahapan ini
terjadi ketika DNA polymerase mencapai titik akhir untai. Kita dapat
dengan mudah memahami bahwa pada akhir tahapan lagging strand,
ketika RNA primer dipindahkan tidak mungkin bagi DNA polymerase
untuk mengisi kekosongan tersebut (karena tidak ada primer). Sehingga,
ujung dari untai induk dimana primer terakhir tidak direplikasi. Ujung dari
DNA linear terdiri dari DNA noncoding yang berulang ulang dan disebut
telomere. Sebagai hasilnya, bagian dari telomere dipindahkan pada tiap
siklus replikasi DNA.
7. Replikasi DNA tidak sempurna sebelum terjadi mekanisme perbaikan
terhadap kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama replikasi.
Enzim seperti nuklease akan memindahkan nukleotida yang salah dan
DNA polimerase akan mengisi kekosongan (gap) tersebut.
III. KESIMPULAN
1. DNA adalah bahan genetik yang memberi informasi genetik dari sel ke sel
dan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Komponen dasar DNA
terdiri dari Gula pentosa, Fosfat, dan basa nitroten yang dibedakan atas
keempat basa utama adenine (A), Timin (T), Guanin (G), dan Sitosin (C).
kodon merupakan unit dasar kode genetik pada DNA adalah suatu triplet
dari urutan basa.
2. Pembawa unsur-unsur pewarisan, yaitu gen, adalah kromosom yang
berada dalam inti sel. Gen-gen itu sendiri merupakan rangkaian asam
13
DAFTAR PUSTAKA
13
14
Terj.
Soenartono
14