Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Proses kehidupan merupakan suatu proses metabolisme yang
berlangsung di dalam sel. Penentuan sifat organisme dilakukan oleh gen
melalui pengendalian proses metabolisme dengan cara mengatur reaksi-
reaksi kim ia yang menyusun suatu lintasan metabolisme. Proses
metabolisme merupakan rangkaian dari jutaan reaksi kimia, dan untuk
mengendalikannya diperlukan ribuan sampai jutaan gen.
Oleh karena itu berkembanglah ilmu genetika, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang gen. Perkembangan genetika merupakan sejarah
panjang perkembangan pemikiran dan penemuan, diawali dengan ditem
ukannya konsep gen oleh Mendel (1865). Teori Mendel merupakan teori
pewarisan sifat pertama yang diakui secara ilmiah. Setelah itu, dimulailah
eksplorasi genetika dan terus berkembang teknik molekuler. Perkembangan
biologi molekuler modern belakangan ini, memungkinkan para ahli
taksonomi memanfaatkan data DNA sebagai penanda molekuler yang
cukup signifikan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu di susun
sebuah makalah yang bertajuk pada Bahan / Materi Genetik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat rumusan masalah,
diantaranya :
1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan bahan / materi genetik itu ?
2. Bagaimana penyusun dari bahan / materi genetik ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui maksud dari materi / bahan genetik.
2. Untuk mengetahui penyusun dari bahan / materi genetik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MATERI / BAHAN GENETIK


Pada tahun 1868 seorang mahasiswa kedokteran di Swedia, J.F.
Miescher, menemukan suatu zat kimia bersifat asam yang banyak
mengandung nitrogen dan fosfor. Zat ini diisolasi dari nukleus sel nanah
manusia dan kemudian dikenal dengan nama nuklein atau asam nukleat.
Meskipun ternyata asam nukleat selalu dapat diisolasi dari nukleus berbagai
macam sel, waktu itu fungsinya sama sekali belum diketahui.
Dari hasil analisis kimia yang dilakukan sekitar empat puluh tahun
kemudian ditemukan bahwa asam nukleat ada dua macam, yaitu asam
deoksiribonukleat atau deoxyribonucleic acid (DNA) dan asam
ribonukleat atau ribonucleic acid (RNA). Pada tahun 1924 studi
mikroskopis menunjukkan bahwa DNA terdapat di dalam kromosom, yang
waktu itu telah diketahui sebagai organel pembawa gen (materi genetik).
Akan tetapi, selain DNA di dalam kromosom juga terdapat protein sehingga
muncul perbedaan pendapat mengenai hakekat materi genetik, DNA atau
protein.
Dugaan DNA sebagai materi genetik secara tidak langsung
sebenarnya dapat dibuktikan dari kenyataan bahwa hampir semua sel
somatis pada spesies tertentu mempunyai kandungan DNA yang selalu tetap,
sedangkan kandungan RNA dan proteinnya berbeda-beda antara satu sel
dan sel yang lain. Di samping itu, nukleus hasil meiosis baik pada
tumbuhan maupun hewan mempunyai kandungan DNA separuh kandungan
DNA di dalam nukleus sel somatisnya.
Meskipun demikian, dalam kurun waktu yang cukup lama fakta
semacam itu tidak cukup kuat untuk meyakinkan bahwa DNA adalah materi
genetik. Hal ini terutama karena dari hasil analisis kimia secara kasar
terlihat kurangnya variasi kimia pada molekul DNA. Di sisi lain, protein
dengan variasi kimia yang tinggi sangat memenuhi syarat sebagai materi
genetik. Oleh karena itu, selama bertahun-tahun protein lebih diyakini
sebagai materi genetik, sementara DNA hanya merupakan kerangka struktur

2
kromosom. Namun, pada pertengahan tahun 1940-an terbukti bahwa justru
DNA-lah yang merupakan materi genetik pada sebagian besar organisme.
2.2 PENYUSUN BAHAN GENETIK
Kromosom itu tersusuan nukleoprotein yaitu persenyawaan antara
asam nukleat (asam organik yang banyak terdapat di dalam inti sel) dan
protein seperti histon dan/atau protamin. Yang membawa keterangan
genetik hanyalah asam nukleat saja. Asam nukleat dibedakan atas :
2.2.1 DNA ( Deoksiribonukleat Acid )
Asam deoksiribonukleat atau disingkat ADN/DNA merupakan
persenyawaan kimia yang paling penting pada makhluk hidup, yang
membawa keterangan genetik dari sel khususnya atau dari makhluk hidup
dalam keseluruhannya dari satu generasi ke generasi berikutnya. ADN
sangat menarik perhatian para Biologiwan modern dalam abad ini, seperti
halnya ahli kimia serta fisika tertarik pada atom. Oleh karena ADN sangat
erat hubungannya dengan hampir semua aktivitas biologi, maka banyak
sekali penyelidikan telah dilakukan, bahkan kini masih terus berjalan untuk
mengetahui lebih banyak lagi tentang ADN, ADN menempati tempat utama
dalam sitologi, genetika, biologi molekul, mikrobiologi, biologi
perkembangan, biokimia dan evolusi.
Sejarah
Molekul ADN pertama-tama diiolir oleh F.Miescher (1869) dari sel
spermatozoaan dari nukleus sel-sel darah merah burung. Akan tetapi dia
tidak mengenal sifat kimianya yang pasti dann menamakannya sebagai
nuklein. Dalam tahun 1880 Fischeir dapat mengenal adanya zat-zat
pirimidin dan purin dalam asam nukleat. Kossel menemukan 2 pirimidin
yaitu (yaitu sitoin dan timin) dan 2 purin yaitu (adenin dan guanin) di dalam
asam nukleat itu, sehingga ia medapatkan hadiah Nobel dalam tahun 1910.
Levine seorang ahli biokimia kelahiran Rusia mengenal gula 5 karbon
ribose dalam tahun 1910 dann kemudian meneukan gula deoksiribose di
dalam asam nukleat. Ia juga menyatakan adanya asam pospat dalam asam
nukleat. Robbert Feulgen (1914) menunjukkan suatu test warna untuk ADN,
yang kemudian dikenal sebagai reaksi Feulgen, Avery, Machleod dan

3
McCarthy (1944) pertama-tama membuktikan bahwa ADN mempunyai
hubungann langsung dengan keturunan. Chargaff (1947) membuat studi
kimiawi dari ADN. Ia membuktikan bahwa ADN terdiri dari bagian yang
ama dari basa purin dan pirimidin dan bahwa adenin dan timin terdapat
dalam prpoporsi yang sama, begitu pula sitosin dan guanin.
Wilkins dan kawan-kawan (1950) dengan cara diffraksi sinar-X
menemukan, bahwa basa-basa purin dan pirimidin didalam molekul ADN
terletak dengan jarak 3,40A (1 angstrom = 0,001 mikron = 0,000001 mm).
Mereka juga mnegemukakan bahwa molekul ADN itu tidak berbentuk
sebagai sebuah garis lurus, melainkan berpilin sebagai spiral dan setiap
340A merupakan satu spiral penuh. Watson dan Crick (1953) menyaakan
bahwa molekul ADN itu berbentuk spiral dobel yang berpilin (double
helix) dan memperlihatkan berbagai aktipitas dari molekul ADN.
Kornberg (1957) membuktikan kebenaran model double helix dari ADN
yang di kemukakan Watson dan Crick dengan cara membuat molekul ADN
dalam sistem sel bebas. Dalam tahun 1967 Kornberg membuat molekul
ADN dari 6000 nukleotida.

Terdapatnya

Semua makhluk hidup kecuali beberapa virus memiliki ADN, di


dalam sel bagian terbesar dari ADN terdapat didalam nukleus terutama
didslam ribosom. Molekul ADN juga ditemukan didalam mitokondria,
plastida dan sentriol. Pada paramaecium, Tetrahymena, Amoeba proteus,
amphibia dan paku-pakuan, molekul ADN terdapat dalam dasar sitoplasma.
Pengadungan ADN dari nukleus
Banyaknya ADN biasanya diukur dengan pikogram, yaitu
suatumikrounit dari berat. Satu pikogram (1 pg) adalah sama dengan 10-12
gram. Banyaknya ADN konstan dari sel ke sel dari spesies ke spesies
(Tabel-1). Sebagai contoh, banyaknya ADN daari berbagai sel diploid pada
ayam ialah 2,5 pg. Spermatozoanya ternyata hanya mengandung separoh
(kira-kira 1,25 pg) dari banyaknya ADN dalam sel diploid.

4
Diantara makhluk-makhluk Avertebrata, spons dan coelenterata
mengandung ADN paling sedikit. Pada umumnya banyaknya ADN
bervariasi dari satu spesies ke spisies lain. Banyaknya variasi itu bergantung
pula dari banyaknya spesies, misalnya pada mamalia terdapat lebih sedikit
variasi jika dibandingkan dengan pada ikan, ampbihia dan burung.

Tabel-1. Pengandungan ADN tiap nukleus dari berbagai organisme


Morfologi
Molekul ADN dari sel-sel dengan nukleus sejati mempunyai bentuk
sebagai benang lurus dan tak bercabang, sedangkan pada sel-sel tanpa
nukleus sejati, mitokondria dan plastida molekul ADN berbentuk lingkaran.
Ukuraan molekul ADN berbeda-beda dari satu spesies ke spesies
lainnya. Pada mitokondria molekul ADN mempunyai ukuran 5u, pada virus
lebih panjang, sedang molekul ADN tunggal pada sel bakteri berukuran 1,4
mm.

5
Dalam sel-sel berinti sejati, beberapa orang peneliti menemukan
molekul ADN dari berbagai ukuran, yaitu 50-60 u (solari,1965), 500 u
(Cairus, 1966) dan 1,6-1,8 mm (Huberman dan Riggs, 1966).
Susunan kimiawi dari ADN
ADN merupakan susunan kimia makromolekular yang komplek, yang
terdiri dari 3 macam molekul, yaitu sbb :

1. Gula pentosa, yang dikenal sebagai deoksiribosa (Gambar-1)

Gambar-1 Formulasi kimia deoksiribosa


2. Asam pospat
3. Basa nitrogen, yang terdapat dibedakan atas dua tipe dasar :
a. Pirimidin. Basa ini dibedakan lagi atas sitosin (S) dan timin (T)
(Gambar-2)

Gambar -2 Basa nitrogen golongan pirimidin


b. Purin . basa ini dibedakan lagi atas adenin (A) dan guanin (G)
(Gambar-3)

6
Gambar-3 Basa nitrogen golongan purin
Pirimidin (sitosin dan timin) dan purin (adenin dan guanin)
membentuk rangkaian dengan deoksiribosa. Atom C 1 dari gula
deoksiribosa akan berhubungan dengan atom nitrogen pada posisi 1 dari
pirimidin atau pada posisi 9 dari purin (Gambar-4) . molekul ini disebut
nukleosida atau deoksiribonukleosida dan meraka ini dapat berlaku sebagai
prekursor elementer untuk sintesa ADN. Akan tetapi sebelum suatu
nukleosida dapat menjadi bagian dari suatu molekul ADN, ia harus
bergabung dengan gugus fosfat untuk membentuk suatu nukleotida atau
deoksiribonukleotida (gambar-4)
.

Gambar-4 Deoksiribonukleotida yang umum


Empat macam deoksiribonukleosida dan deoksiribonukleotida dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :

7
Tabel-2 Empat basa nitrogen, nukleosida, dan nukleotida dari molekul
DNA
Nukeotida yang memiliki sebuah gugus pospat dinamakan nukleosida
monopospat. Suatu contoh adalah adenin deoksiribonukleosida monopospat
atau disingkat Damp (Gambar -5)

Gambar-5 dAMP (asam


deoksiadenilin)

Nukleotida dapat pula mempunyai dua atau tiga gugus pospat (seperti
ADP atau ATP). Istilah nukleosida tripospat yang merupakan prekursor
langsung untuk sintesa ADN. Tripospat dari empat deoksiribonukleotida,
yaitu deoksiadenosintripospat(dATP), deoksiguanosin tripospat(dGTP),
deoksisitidin(dSTP) dan timidin tripospat(TTP) merupakan persenyawaan
yang kaya energi dan terdapat bebas di dalam nukleoplasma serta sitopasma.
Jelaslah bahwa molekul ADN itu merupakan sebuah polimer panjang
dari nukleotida yng dinamakan polinukleotida. Gugus pospat yang terikat
pada 5-C dari gula berhubungan dengan 3-C dari gula milik nukleotida
berikutnya. Begitu seterusnya sehingga terdapat sepanjaang rangkaian 5-3
sepanjang polimer. Selanjutnya apabila tulang punggung gula pospat
terbentuk, maka letak basa-basa pirimidin dan purin ditetapkan dengan

8
pengertian bahwa jarak sebuah basa dengan basa tetangga nya adalah 3,4 0A
(Gambar-6)

Gambar-6
Polideoksiribonukleotida dengan
basa sitosin dan timin

Perbandingan Basa Nitrogen DNA/ADN


Chargaff (1948) menemukan bahwa pengandungan ADN dari nukleus
timus anak sapi terdiri dari 4 basa dengan perbandingan : 28% adenin, 24%
guanin, 20% sitosin, dan 28% timin. Sampel ADN yang didapatkannya dari
berbagai macam organisme hidup memperlihatkan pengandungan basa yang
berlainan (Tabel -3). Namun bagaimanapun juga, hukum ekivalen Chargaff
yang dikemukakan dalam tahun 1950 menyatakan bahwa :

a. Jumlah purin adalan sama dengan jumlah pirimidin (A + G = T + C)


b. Banyaknya adenin sama dengan banyaknya timin (A = T), demikian
pula banyaknya guanin sama dengan banyaknya citocin (G = C)
Hukum ini ternyata berlaku universal (untuk berbagai macam
organisme) seperti virus, bakteri, tumbuhan, dan hewan. Akan tetapi ia
menambahkan bahwa ADN yang diisolir dari tumbuh-tumbuhan serta
hewan tingkat tinggi pada umumnya mengandung lebih banyak adenin dan

9
timin, sedangkan guanin dengan sitosin lebih sedikit. Missalnya
perbandingan AT / GC dari ADN manusia = 1,40 : 1. Sebaliknya ADN
yang diisolir dari berbagai macam mikroorganisme (virus, bakteri, dan
tumbuh-tumbuhan/hewan tingkat rendah) pada umumnya kaya akan guanin
dan sitosin dan relativ miskin akan adenin dan timin. Misalnya
perbandingan AT / GC dari ADN bakteri Mycobacterium tuberculosis
adalah 0,60 : 1. Perbedaan dalam ratio AT / GC dari mikroorganisme dan
makhluk tingkat tinggi itu memberi petunjuk bahwa ada perbedaan
informasi genetik yang dibawa oleh molekul herediter itu. petunjuk tadi
tentu mempunyai ari sangat penting untuk keperluan filogeni, evolusi, dan
taksonomi.

Tabel -3. Komposisi basa DNA dari berbagai organisme

10
Pertimbangan Waston dan Crick dalam konstruksi model molekul
ADN
Orang yang pertama kali mengemukakan gagasan tentang struktur
tiga dimensional dari ADN adalah W.T. Astbury (1940) berdasarkan hasil
studi kristalografi sinar-X dari molekul ADN. Ia mengambil kesimpulan
bahwa karena ADN itu sangat padat, maka polinukleotida yang
menyusunnya berupa timbunan nukleotida pipih, yang masing-masing
teratur tegal lurus terhadap sumbu memanjang dan tiap-tiap nukleotida itu
mempunyai jarak 3,4 .
Studi kristalografi sinar-X oleh Astbury itu kemudian dilanjutkan
Wilkins, yang berhasil mempersiapkan serabut-serabut ADN, sehingga
memungkinkan pembuatan foto melalui diffraksi sinar-X. Salah seorang
temannya wanita bernama Rosalind Franklin berhasil membuat foto
diffraksi sinar-X yang sangat bagus dan membenarkan penemuan Astbury
serta mengemukakan pendapatnya, bahwa molekul ADN itu mempunyai
struktur seperti spiral.
Berdasarkan foto yang diambil oleh Franklin itu, Waston dan crick
dalam bulan April 1953 segera dapat mengambil kesimpulan, bahwa :

a. Deretan polinukleotida ADN mempunyai bentuk sebagai spiral teratur.


b. Spiral itu mempunyai diameter kira-kira 20 A, dan lebar spiral itu
tetap.
c. Spiral itu membuat satu putaran lengkap setiap 34 dan jarak antara
internukleotida itu 3,4 , maka tiap putaran lengkap terdiri dari 10
nukleotida.
d. Mengingat bahwa molekul ADN itu sangat padat, maka spiral ADN
itu tentu duplex (terdiri dari dua buah spiral), yang mengandung dua
deretan polinukleotida.

11
Gambar-7 . Model molekul DNA menurut Waston dan Crick

Model struktur ADN menurut Waston dan Crick


Menurut Waston dan Crick molekul ADN itu berbentuk sebagai dua
pita spiral yang saling berpilin (double helix). Di bagian luar terdapat
deretan gula-posfat (yang membentuk tulang punggung dari double helix).
Di bagian dalam dari double helix terdapat basa purin dan pirimidin.
Dua polinukleotida yang berhadapan dihubungkan oleh atom
hidrogen, yaitu antara pasangan purin dan pirimidin tertentu. Adenin hanya
dapat berpasangan dengan timin, yang dihubungkan oleh dua atom H,
sedangkan guanin hanya dapat berpasangan dengan sitosin yang
dihubungkan oleh tiga atom H. Jadi dua deretan nukleotida itu
komplementer satu dengan lainnya, artinya urutan nukleotida dalam satu
deret mendikte urutan nukleotida dari deret pasangannya.

12
Gambar-8. Skema suatu segmen DNA dengan memperlihatkan
pengaturan letak berbagai kromosom
Kecuali itu, dua pita spiral itu masing-masing melingkar ke arah yang
berlawanan dan menuju ke kanan. Oleh karena satu lingkaran lengkap
panjangnya 34 , sedangnkan jarak antara satu nukleotida dengan yang lain
adalah 3,4 , maka pada setiap lingkaran penuh terdapat 10
mononukleotida. Sesuai dengan rumus bangun dari masing-masing basa,
maka Citosin (C) yang berhadapan dengan Guanin (G) dihubungkan oleh 3
atom H, sedang Adenin (A) yang berhubungan dengan Timin (T)
dihubungkan oleh 2 atom H.

Gambar -9. suatu segmen molekul DNA

13
Atas jasanya itulah Waston menerima hadiah Nobel dalam tahun 1962.
Penelitiannya sekarang dipusatkan pada induksi kanker oleh virus.

Denaturasi dan renaturasi dari ADN


Dua buah polinukleotida yang berbentuk double helix dalam
molekul ADN itu dihubungkan oleh atom H yang sangat lunak. Jika suatu
larutan yang mengandung ADN dipanaskan atau dibubuhi alkali yang kuat,
maka hubungan hidrogen itu menjadi labil dan putus. Dua pita spiral dari
molekul ADN itu membuka. Proses ini dinamakan denaturasi ADN. Jika
larutan tersebut didinginkan kembali atau dinetralisir secara perlahan-lahan,
maka terbentuklah pasangan-pasangan basa itu kembali. Peristiwa ini
dinamakan renaturasi. Kedua proses tersebut telah dilakukan oleh J.
Marmur dalam tahun 1963.
Renaturasi ADN mempunyai arti penting dalam biologi molekuler,
karena antara lain dapat digunakan untuk membuat molekul-molekul hibrid
antara ADN dari spesies yang berlainan, asala ada homologi dalam larutan
basa. Dengan demikian, maka kemampuan hidrisasi ADN ini dapat
mencerminkan berapa jauh terdapatnya persamaan genetik antara berbagai
spesies itu. Bahkan potongan dari sebuah pita tunggal dari molekul ADN
dapat dibuat hibrid dengan ARN yang berasal dari sumber lain.
Berhubungan dengan itu dapat diperoleh hibrid ADN-ADN atau ADN-
ARN. Namun tanpa adanya homologi dalam larutan basa, tidak mungkin
hibridisasi dilangsungkan.

Gambar -10. Denaturasi dan renaturasi dari double helix DNA

14
Replikasi ADN
Sebagai pembawa keterangan genetik, ADN memiliki dua fungsi
yang amat penting, ialah :

1. Fungsi heterokatalis, yaitu karena ADN langsung dapat mengsintesa


molekul kimiawi lainnya (seperti mensintesa ARN, protein, dsb).
2. Fungsi autokatalitis, yaitu karena ADN dapat mensintesa dirinya
sendiri.
Disini akan diuraikan fungsi autokatalis dari ADN saja.
Peristiwa replikasi ADN pertama kali diselidiki Taylor dan kawan-
kawan (1957). Mereka menggunakan nitrogen radioaktif N15 yang
dilambangkan dalam timidin (senyawa antara timin dan deoksiribosa).
Setelah ujung akar yang digunakan pada percobaan itu dimasukan kedalam
medium yang mengandung timidin radioaktif, maka kromosom-kromosom
dari sel-sel pada ujung akar itu menunjukkan adanya bahan radioaktif. Hasil
yang diperoleh Taylor dan kawan-kawan itu diperkuat oleh penelitian
Meselson dan Stahl (1958) dengan menggunakan N dalam bentuk N15O3
pada bakteri Escherichia coli. Setelah sel bakteri itu membelah, ternyata
sel-sel anaknya mengandung bahan radioaktif itu pula.
Model double helix dari molekul ADN menurut Watson dan Circk
dengan mudah menerangkan fungsi autokatalis dari ADN, yaitu basa
memperlihatkan sifat yang khas, maka urutan basa dalam satu plementernya.
Jadi tiap pita dari double helix dapat berlaku sebagai replikasi molekul
ADN dimulai dengan putusnya ikatan hidrogen yang kemudian diikuti oleh
berputarnya dan memisahnya kedua pita polinukloetida. Pita tunggal yang
bebas itu kemudian membentuk pita komplementernya yang baru.

15
Gambar -11. Replikasi DNA
Proses ini dipengaruhi oleh enzim ADN-polimerase. Arthur Kornberg
(1969), pemenang hadiah Nobel meneliti proses kimia dari sintesa ADN
dan membuat ADN in vitro (diluar benda hidup) dengan menggunakan
enzim Kornberg (ADN-polimerase I). Kemudian ia berpendapat bahwa
enzim Kornberg itulah yang mempengaruhi replikasi ADN. Akan tetapi
kemudian terbukti bahwa pendapat itu tidak benar, karena enzim enzim
Kornberg bukanlah enzim yang sebenarnya yang berperan pada replikasi
ADN. Enzim tersebut hanya merupakan katalisator pada pembentukan
internukleotida dari ADN.
Setelah replikasi ADN selesai terbentuklah dua pasang double helix,
sedangkan sebelumnya hanya ada sepesang double kelix saja.
Berdasarkan pengmatan diduga ada tiga kemungkinan cara replikasi
molekul ADN, yaitu :

1. Semikontraktif. Dua pita spiral dari double helix memisahkan diri.


Tiap pita tunggal dari double helix parental ini berlaku sebagai
pencetak (model) untuk membentuk pita pasangan yang baru.
2. Konserpatif. Double helix parental tetap utuh, tetapi keseluruhannya
dapat mencetak double helix baru.

16
3. Dispersif. Kedua buah pita dari double helix parental terputus-putus.
Segmen-segmen ADN parental dan segmen-segmen ADN yang
dibentuk baru saling bersambungan dan menghasilkan dua double
helix baru.

Gambar-12 . Tiga cara teoritis replikasi DNA


Eksperimen Meselson Stahl
Pada waktu Watson dan Crick mengemukakan bahwa molekul ADN
itu mempunyai struktur sebagai double helix dimana basa-basa
komplementer letaknya berpasangan, maka berpendapat bahwa replikasi
molekul ADN berlangsung secara semikonserpatif. Pendapat tersebut
dibenarkan oleh M.S. Meselson dan F.W. Stahl yang dalam tahun 1958
menerbitkan hasil eksperimen mereka yang dilakukan berkali-kali pada
bakteri Escherichia coli. Mereka dapat menunjukan bahwa kromosom (kini
dikenal mengandung sebuah double helix ADN) bakteri tersebut
mengadakan replikasi secara semikonserpatif.
Meselson dan Stahl memelihara sel-sel bakteri E.coli selama beberapa
generasi dama media dimana digunakan isotop berat dari nitrogen (15N)
disamping isotop ringan normal (14N). Basa purin dan pirimidin dalam
ADN mengandung nitrogen. ADN dari sel-sel yang tumbuh pada medium
dengan 15N akan mempunyai kepekatan lebih tinggi daripada ADN dari
sel-sel yang tumbuh pada medium dengan 14N. Molekul-molekul yang
mempunyai kepekatan berbda-beda dapat dipisahkan dengan cara sentrifuse

17
derajat kepekatan ADN dari sel-sel yang tumbuh pada medium 15N
kemudian dipindahkan ke medium 14N selama beberapa generasi,
Meselson dan Stahl dapat membedakan adanya kemungkinan tiga cara
replikasi ADN.
Meselson dan Stahl mengambil sel-sel yang telah tumbuh pada
medium 15N selama beberapa generasi (berarti telah mengandung ADN
berat), mencuci dan memindahkannya pada medium yang mengandung
14N. Setelah sel-sel ini dibiarkan tumbuh untuk beberapa waktu, ADN
dipisahkan dan dianalisa dengan cesium chlorida (CsCl). Semua ADN yang
diisolir dari sel-sel setelah satu generasi dalam medium 14N memiliki
kepekatan separuh dari kepekatan ADN berat dan ADN ringan.
Kepekatan pertengahan ini dinamakan kepekatan hibrid. Setelah
pertumbuhan dua generasi dalam medium 14N, maka separuh dari ADN
mempunyai kepekatan hibrid dan separuhnya lagi mempunyai kepekatan
ringan. Hasil ini persis mengikuti replikasi semikonserpatif seperti yang
diramal Watson dan Circk. Satu generasi dari double helix parental yang
mengandung 15N dalam medium 14N akan menghasilkan dua double helix
yang masing-masing memiliki 15N dalam satu pita (pita lama) dan 14N
dalam pita pasangannya (pita baru). Molekul demikian memiliki kepekatan
hibrid. Jika replikasi berlangsung secara konserpatif, tidak akan dihasilkan
molekul ADN dengan kepekatan hibrid. Begitu juga setelah satu generasi
maka separuh dari ADN akan tetap berat dan separuh lainnya akan berupa
ADN ringan. Sedangkan apabila replikasi berlangsung secara dispersip,
Meselson dan Stahl akan melihat adanya perubahan ADN dari berat ke
ringan pada setiap generasi. Meselson dan Stahl dapat membuktikan
bahwa hasil eksperimen mereka sama sekali tidak konsisten dengan teori
replikasi secara konserpatif maupun dispersip.
Eksperimen-eksperimen berikutnya membuktikan pula bahwa
replikasi secara semikonserpatif berlaku juga untuk tumbuhan dan hewan
tingkat tinggi.

18
Gambar -13. Hasil (sebelah kanan) dan interpretasi (sebelah kiri) dan eksperimen
Meselson dan Stahl, yang memperlihatkan bahwa kromoson bakteri E.coli
mengadakan replikasi secara semikonserpatif. Setelah double helix parental
dibiarkan tumbuh dalam 15N-medium untuk beberapa generasi, kemudian
dipindahkan ke 14N-medium, maka setelah satu generasi didalam medium ini akan
didapatkan ADN-hibrid. Satu pita dari ADN-hibrid (F1) mengandung 15N,
sedangkan pita komplementernya mengandung 14N. Setelah dua generasi (F2)
tumbuh dalam 14N-medium, maka separuh dari ADN memperlihatkan kepekatan
hibrid berat sedangkan separuh lainnya kepekatan hibrid ringan. Hasil akhir
menunjukkan adanya replikasi semikonserpatif. (Menurut Meselson dan Sthal,
Proc. Nat. Acad. Sel, U.S. 44:671,1958).
Replikasi kromosom bakteri
Penelitian tentang replikasi kromosom bakteri untuk pertama kali
dilakukan oleh J.Cairns dalam tahun 1963 dengan menggunakan teknik
autoradiografi, yaitusuatu cara untuk mendeteksi dan melokalisir isotop-
isotop radioaktif didalam sel dengan meletakannya dalam emulsi fotografi
yang peka terhadap energy radiasi rendah.

19
Cairns menumbuhkan sel-sel bakteri E.coli dalam medium yang
mengandung 3H-timidin untuk beberapa waktu dan berhati-hati sekali
mengumpulkan kromosom-kromosom pada filter membrane. Filter itu
ditempatkan pada glas preparat yang dilapisi dengan emulsi yang peka
terhadap partikel - dan disimpan dalam keadaan gelap untuk beberapa
waktu. Setelah filmnya dicuci dan dicetak Nampak, bahwa kromosom-
kromosom bakteri E.coli itu berbentuk lingkaran.

Gambar -14. gambaran tentang berlangsungnya replikasi kromosom pada bakteri


E. Coli berdasarkan autoradiografi.

2.2.2 RNA ( Ribonukleat Acid )


Disamping ADN, kebanyakan sel-sel bertinti tidak sejati (prokaryotic)
maupun yang berinti sejati (eukaryotik) memiliki asam nukleat lain yang
sangat penting pula, yang dinamakan asam ribonukleat (ARN). Akan tetapi
beberapa virus tidak memiliki ADN, melainkan hanya ARN saja, sehingga
ARN-lah molekul keseluruhannya dan membawa segala tanggung jawab
seperti yang dimiliki ADN. ARN demikian dinamakan ARN genetic,
terdapat lain macam molekul ARN, Yang dinamakan ARN non-genetik.
ARN Genetik
Beberapa virus tumbuhan (misalnya virus mosaic tembakau= TMV,
Virus mosaic kuning turnip, Virus tumor luka, dsb.). virus Hewan
( Influenza, Virus Kaki dan Mulut, poliomyelitis,), dan bakteriophag (MS2,
dsb.) memiliki ARN sebagai bahan genetic.

20
Seperti halnya dengan ADN, ARN adalah suatu polimer asam
nukleotida dari empat Ribonukleat. Tiap ribonukleat terdiri dari gula
pentose (D-ribosa,) molekul gugusan pospat dan sebuah basa nitrogen.
Berbeda dengan ADN, basa timin dari golongan pririmidin tidak terdapat
pada ARN, melainkan digantikan oleh basa urasil (U).

Gambar -15. Rumus kimia dari pentosa D-ribosa dan basa urasil
yang terdapat pada RNA.

Tabel di bawah memperlihatkan macam-macam basa, ribonukleosida


dan ribonukleotida dalam ARN.
Ke-empat ribonukleotida itu juga terdapat bebas didalam
nukleoplasma tetapi dalam bentu tripospat dari ribonukleosida seperti
adenosine tripospat(ATP), guanosin tripospat (GTP), sitidin tripospat (STP)
dan uridin tripospat (UTP).

Singkatan
Basa Ribonukleosida Ribonukleotida dari
ribonukleotida
Asam adenilat
1. Adenin (A) Adenosin AMP
(Adenosin monopospat)
Asam guanilat
2. Guanin (G) Guanosin GMP
(Guanosin monopospat)
Asam sitidilat
3. Sitosin (S) Sitidin SMP
(Sitidin monopospat)
Asam uridilat
4. Urasil (U) Uridin UMP
(Uridin monopospat)
Tabel -4. Empat basa nitrogen, ribonukleosida, dan ribonukleotida dari RNA

21
Struktur molekul ARN
Molekul ARN dapat berbentuk pita tunggal atau pita dobel tetapi
tidak berpilin sebagai spiral seperti molekul ADN. ARN berbentuk Pita
tunggal terdapat sebagai bahan genetic pada virus tumbuhan (seperti TMV),
virus hewan (influenza) dan bakterio phag ( seperti MS2). ARN yang terdir
dari pita dobel tapi tidak berpiln sebagai spiral terdapat sebagai bahan
genetic pada beberapa virus tanaman (misalnya reovirus). Tiap pita ARN
adalah polinukleotida, artinya terdri dari banyak ribo nukleotida. Dalam
polinukleotida dari ARN, tulang punggung tersusun dari dereta ribose dan
pospat.
ARN genetic dari virus mengadakan replikasi sendiri, artinya ARN ini
menghasilkan sendiri replikanya (hasil replikasi). Berhubung dengan itu
replikasi itu dinamakan sintesa ARN.

Gambar -16. Perbandingan bentuk dari molekul RNA (1) dan DNA (2)
ARN Non-genetik
Pada makhluk dimana keterangan genetik terdapat dalam ADN maka
ARN disebut juga ARN Non-genetik.
Berdasarkan tempat terdapatnya serta fungsinya dapat dibedakan 3
macan ARN, yakni:

1. ARN duta atau disingkat ARNd (messenger RNA , Mrna), ARNd


berbentuk pita tunggal, terdapat didalam nukleus dan dibuat (dicetak)

22
oleh ADN dalam suatu proses yang dinamakan transkripsi. (gambar III
19).
Sebelum ADN mencetak ARNd, double helix molekul ADN
terlebih dahulu membuka spiralnya dengan bantuan enzim ARN
polimerase (Gambar III. 20). Proses pencetakan ARNd oleh salah satu
pita ADN contohnya sebagai berikut:

Setelah ARNd selesai dicetak (artinya telah menerima keterangan


genetik dari ADN) maka ARNd keluar dari nukleus molekul pori-pori
dinding nukleus menuju ke ribosom. Jadi fungsi ARNd ialah untuk
membawa keterangan genetik yang diterimanya dari ADN.
Enzim inti mampu membuat copy ARN dari ADN, tetapi proses
transkripsinya secara acak-acakan (random) sepanjang pita ADN yang
akan mencetak. Jika faktor sigma ditambahkan pada enzim inti,
transkripsi dimulai pada letak yang sebenarnya pada pita yang benar.
Dari lima subunit yang menyusun enzim inti itu, kini baru diketahui
bahwa subunit beta sajalah yang melibatkan diri secara langsung pada
pengikatan ARN polimerase ke ADN.

Gambar-17. Skema yang


memperlihatkan proses
transkripsi di dalam nukleus.

23
Gambar-18 . Skema yang memperlihatkan struktur dari RNA polimerase
pada bakteri E. Coli .
Dengan ditemukannya enzim inti dan faktor sigma, maka proses
transkripsi ARNd tidak begitu sederhana lagi seperti yang diduga semula
(gambar di bawah ini).

Gambar-19 . peranan faktor sigma dan enzim inti dari RNA


polimerase pada bakteri E. coli.

2. ARN pemindah atau disingkat ARNp (transfer RNA = tRNA). Akhir-


akhir ini ARNp disebut juga ARN larut atau disingkat ARNt (soluble
RNA = sRNA)
R. Holley pada tahun 1965 untukpertama kali mempelajari dan
memberi keterangan tentang molekul ARNp yang ditemukannya pada

24
khamir (Saccharomyces cereviciae). Dikatakan bahwa seperti halnya
dengan ARNd, molekul ARNp itu dibuat didalam nukleus, sebelum
menempatkan diri di dakam sitoplasma. Selanjutnya dinyatakan pula
bahwa pada beberapa bagian dari molekul ARNp itu basa-basa
memperlihatkan pasangan yang mengikuti model Watson Crick, tetapi
ada bagian-bagian yang basa-basanya tidak memperlihatkan pasangan.
Bagian dimana basa-basa itu tidak berpasangan sehingga Hotley
berpendapat bahwa molekul ARNp mempunyai struktur seperti daun
semanggi ( gambaaarrr III 22). Beberapa sifat mengenai molekul ARNp
itu ialah:
a. Semua molekul ARNp mengandung urutan terminal yang sama dari
basa 5+-SSA-3+ pada akhir 3+ dari deretan polinukleotida. Pada basa A
(adenin) itulah molekul ARNp mengikat asam amino.
b. Semua ARNp mempunyai bagian menukik yang merupakan ulatan,
yang disebut lengan T dimana terdapat tujuh basa tak berpasangan,
termasuk pseudouridin. Lengan ini mempunyai peranan pada pengikatan
molekul ARNp dengan ribosom.
c. Semua molekul ARNp mempunyai lengan DHU (= dihidrouridin)
yang mengandung 8-12 basa tak berpasangan.
d. Ada bagian yang mengandung tiga basa, yang pada ARNp tertentu
berbeda susunannya daripada di ARNp lainnya. Tiga basa itu dinamakan
antikodon, yang nantinya akan berpasangan dengan tiga basa pada
molekul ARNd. Tiga basa pada ARNd ini disebut kodon.
e. Beberapa ARNp yang berupa pita panjang dapat mempunyai lengan
tambahan pendek.
S.H Kim dan kawan-kawan (1972-1973) menemukan molekul ARNp,
fenilalanin pada khamir (Saccharomyces cereviciae), yang berbentuk
huruf L (gambar di bawah ini).

25
Gambar -20. Model daun semanggi dari molekul RNAp alanin.
ARNp mempunyai tugas mengikat asam amino didalam sitoplasma.

Gambar-21 . struktur bentuk huruf L dari molekul RNAp


fenilalanin pada khamir.

3. ARN ribosom atau disingkat ARNr (robosoma RNA = rRNA).


ARNt terutama terdapat didalam ribosom, meskipun dibuat didalam
nukleus. Molekulnya berupa pita tunggal, tak bercabang dan fleksibel.

26
Ada yang bercabang dan fleksibel. Ada bagian dimana basa-basa
komplementer membentuk pasangan-pasangan (gambar
Sel-sel yang mempunyai inti sejati memiliki 3 macam ARNt, yaitu
285 ARNt, 185 ARNt dan 5S ARNt. Sel-sel yang mempunyai inti tidak
sejati juga memiliki 3 macam molekul ARNt, yaitu 215 ARNt, 165
ARNr dan 5S ARNt (gambar. ). Fungsi molekul ARNt sampai sekarang
masih sedikit diketahui, tetapi diduga mepunyai peranan penting pada
sintesa protein.

Gambar -22. struktur molekul


RNAr dengan memperlihatkan
bagian berbentuk spiral, dimana
terdapat pasangan basa
komplementer. Tanda X merupakan
bulatan

Gambar -23. struktur RNA ribosom dari bakteri E. coli

2.2.3 KODE GENETIK


Telah diketahui bahwa ADN adalah bahan genetik yang memberi
informasi genetik dari sel ke sel dan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Akan tetapi, bagaimanakah sesungguhnya informasi genetuka
itu terdapatnya didalam molekul ADN? Apakah itu berupa tulisan ataukah
berupa suatu bahasa yang dinyatakan dalam bentuk kode?

27
Sebuah pita molekul ADN terdiri dari tiga persenyawaan kimia, yaiu
asam pospat, gula deoksiribosa dan nitrogen. Tulang punggung asam
pospat-deoksiribosa selalu sama untuk berbagai segmen dari molekul ADN.
Tetapi basa nitrogennya berbeda-beda. Berhubung dengan itu informasi
genetika tergantung dari urutan basa nitrogen yang menyusun segmen
molekul ADN itu.
Sarabai dan kawan-kawan (1964) membuktikan bahwa urutan basa
nitrogen dari suatu segmen molekul ADN itu identik dengan urutan linear
dari asam-asam amino didalam molekul protein. Empat basa ADN itu
(A,T,S dan G) dapat dianggap sebagai alfabet dalam molekul ADN.
Berhubung dengan itu semua informasi genetik harus dinyatakan dengan
empat alfabet ADN ini. Yang menjadi pertanyaan ialah, apakah informasi
gentik itu terdapat sebagai bahasa dalam beentuk ucapan nyata ataukah
sebagai bahasa dalam bentuk kode? Jika terdapat sebagai bahasa dalam
bentuk ucapan nyata, molekul ADN memerlukan banyak alfabet, sistem
tatabahasa yang kompleks dan ruangan yang cukup. Semua ini tentu tidak
mungkin disediakan oleh molekul ADN. Berhubung dengan itu para
Biologiwan Molekuler mengambil kesimpulan bahwa informasi genetik
yang terdapat didalam molekul ADN itu harus berupa bahasa istimewa yang
berbentuk kata-kata kode dengan menggunakan empat alfabet ADN itu.
Setiap pesan genetik yang dinyatakan dalam bentuk kode umumnya
dinamakan kriptogram.
Satu kelompok nukleotida yang memperinci suatu asam amino
dinamakan kodon. Kemungkinana kode genetik yang paling sederhana ialah
kode singlet, dimana sebuah nukleotida memberi kode untuk sebuah asam
amino. Mengingat adanya 20 macam asam amino, maka baru 4 macam
asam amino saja yang dapat diberi kode. Berarti bahwa 16 macam asam
amino belum dapat diberi kode. Kode dublet (yaitu suatu kode yang terdiri
dari dua huruf) juga belum cukup, karena baru dapat memperinci 4 x 4 = 16
macam asam amino saja, sehingga masih ada 4 macam asam amino yang
belum dapat diberi kode. Kode trplet (yaitu suatu kode yang terdiri dari tiga
huruf) akan menghasilkan 4 x 4 x 4= 64 kodon, sehingga dapat

28
memperbaiki 64 asam amino. Kemungkinan adanya kode singkat, dublet
dan triplet untuk molekul AENd dapat diikuti pada tabel III-5. Percobaan
Crick pada tahun 1961 dengan menggunakan T4 bakteriofag dari E,coli
membuktikan, bahwa dengan menrapkan kode dublet, bakteriofag tidak
dapat menjalankan fungsinya secara normal. Begitu pada waktu ia
menerapkan tambahan sebuah atau dua buah nukleotuda pada kode triplet.
Berdasarkan eksperimen itu diambil kesimpulan, bahwa kode genetik
haruslah dalam bentuk kode triplet.
Penyelidikan beberapa ahli seperti Nitenberg (1961), S. Ochoa,
Yanofsky dan kawan-kawan. (1963), H.G. Khorana (1964), Terzaghi dan
kawan-kawan (1966) dan S. Cory (1970) menghasilkan suatu tabel yang
merumuskan kode untuk 20 macam asam amino (tabel III-6). Jika tabel itu
dipelajari, timbullah suatu pola yang menarik perhatian. Asam amino yang
memiliki sifat struktural hampir sama cenderung mempunyai kodon
sekeluarga. Misalnya kodon asam glutamat (GAA dan GAG). Demikian
pula kodon semua dimulai dengan urasil (U). Jadi misalnya suatu asam
amino di dalam protein karena kekeliruan digantikan oleh asam amino lain
yang mempunyai sifat sama, makaprotein itu akan tetap berfungsi.

Beberapa sifat dari kode triplet ialah:

1) Kode genetik itu memiliki banyak sinonim, sehingga hampir semua


asam amino dinyatakan lebih dari sebuah kodon. Contohnya: tiga
asam amino yaitu arginin, serin dan leusin masing-masing
mempunyai enam kodon sinonim. Tetapi untuk banyak kodon
sinonim yang menyatakan asam amino yang sama, dua basa
permulaan dari triplet adalah tetap, sedangkan basa ke tiga dapat
berlainan. Contohnya: semua kodon yang dimulai dengan SS
memperinci protein (SSU, SSS, SSA dan SSG0 dan semua kodon
yang dimulai dengan AS memperinci treonin (ASU, ASS, ASA ASG)
fleksibelitas dalam nukleotida dari suatu kodon ini dapat menolong
membuat sekecil mungkin akibat adanya kesalahan.

29
Kode singlet (4
Kode dublet (16 kata) Kode triplet (64 kata)
kata)
AAA AAG AAS AAU
AGA AGG AGS AGU
ASA ASG ASS ASU
AUA AUG AUS AUU
GAA GAG GAS GAU
GGA GGG GGS GGU
A AA AG AS AU GSA GSG GSS GSU
G GA GG GS GU GUA GUG GUS GUU
S SA SG SS SU SAA SAG SAS SAU
U UA UG US UU SGA SAG SAS SAU
SSA SSG SSS SSU
UAA UAG UAS UAU
UGA UGG UGS UGU
USA USG USS USU
UUA UUG UUS UUU
Tabel -5. Kode Singlet, dublet, dan triplet dari RNAd

2) Tidak ada tumpang tindih, artinya satu basa tunggal pun yang dapat
mengambil bagian dalam pembentukan lebih dari satu kodon,
sehingga 64 kodon itu semua berbeda-beda nukleotidanya.
3) Kode genetik mempunyai dua arti, yaitu kodon yang sama dapat
memperinci lebih dari satu asam amino. Sebagai contoh: kodon UUU
biasanya merupakan kode untuk fenilalanin, tetapi bila ada
streptomisin dapat pula merupakan kode untuk isoleusin, leusin atau
serin.

30
a. K

Tabel -6. Kamus Genetik (Kodon ditulis menurut arah 5 ---- 3)

4) Kode genetik tidak mempunyai tanda untuk menarik perhatian, atinya


tiada sebuah kodon pun yang dapat diberi tambahan tanda bacaan.
5) Kodon AUG disebut juga kodon permulaan, karena kodon ini
memulai sintesa rantai polipeptida.
6) Beberapa kodon dinamakan kodon non-sens (tak berarti), karena
kodon-kodon ini tidak meruapakan kode untuk salah satu asam amino
pun, misalnya UAA, UAG dan UGA.
7) Kode genetik itu ternyata universal, karena kode yang sama berlaku
untuk semua macam makhluk hidup.

31
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
DNA merupakan persenyawaan kimia yang paling penting pada
makhluk hidup, yang membawa keterangan genetik dari sel khususnya atau
dari makhluk hidup dalam keseluruhannya dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Disamping ADN, kebanyakan sel-sel bertinti tidak sejati (prokaryotic)
maupun yang berinti sejati (eukaryotik) memiliki asam nukleat lain yang
sangat penting pula, yang dinamakan asam ribonukleat (ARN). Akan tetapi
beberapa virus tidak memiliki ADN, melainkan hanya ARN saja, sehingga
ARN-lah molekul keseluruhannya dan membawa segala tanggung jawab
seperti yang dimiliki ADN. ARN demikian dinamakan ARN genetic,
terdapat lain macam molekul ARN, Yang dinamakan ARN non-genetik.
Sebuah pita molekul ADN terdiri dari tiga persenyawaan kimia, yaiu
asam pospat, gula deoksiribosa dan nitrogen. Tulang punggung asam
pospat-deoksiribosa selalu sama untuk berbagai segmen dari molekul ADN.
Tetapi basa nitrogennya berbeda-beda. Berhubung dengan itu informasi
genetika tergantung dari urutan basa nitrogen yang menyusun segmen
molekul ADN itu.
Informasi genetik yang terdapat didalam molekul ADN itu harus
berupa bahasa istimewa yang berbentuk kata-kata kode dengan
menggunakan empat alfabet ADN itu. Setiap pesan genetik yang dinyatakan
dalam bentuk kode umumnya dinamakan kriptogram.
3.2 SARAN
Penyusun berharap semoga makalah yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Apabila dalam penyusunan makalah ini
terdapat kesalahan, karena itu tidak lain adalah kekeliruan penyusun. Untuk
itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
meningkatkan penyusunan makalah berikutnya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Suryo. 2013. Genetika untuk Strata 1. Yogyakrta : GADJAH MADA

UNIVERSITY PRESS.

Tersedia [online] pada :

https://seedagronomist.wordpress.com/2015/10/31/genetika-bahan-genetik/.

Akses : Oktober 2017

33

Anda mungkin juga menyukai