I. PENDAHULUAN
1
2
II. PEMBAHASAN
2
3
3
4
bahan genetik utama jasad prokaryotik berupa molekul lingkar, molekul tersebut
tidak ada ujungnya (Yuwono 2005).
Selain bahan genetik utama, jasad prokaryotik seringkali juga mempunyai
bahan genetik tambahan yang disebut sebagai plasmid. Plasmid pada prokaryotik
berupa molekul DNA untai ganda dengan struktur lingkar. Pada umumnya
plasmid tidak dibutuhkan oleh sel untuk pertumbuhan meskipun seringkali
plasmid membawa gen-gen tertentu yang memberikan keuntungan tambahan bagi
sel dalam keadaan tertentu, misalnya gen ketahanan terhadap antibiotik. Oleh
karena itu, dalam keadaan normal plasmid dapat dihilangkan denga metode curing
tanpa mengganggu proses pertumbuhan selnya. Ukuran plasmid sangat bervariasi
tetapi pada umumnya lebih kecil dari ukuran bahan genetik utamanya. Plasmid
dapat dijadikan sebagai vektordisebabkan dapat melakukan replikasi,
terletak ekstra kromosom, ditransfer secara stabil, berukuran kecil, susunan DNA
sudah diketahui, harus mempunyai jumlah salinan yang banyak di dalam sel
inang, memiliki titil Ori, memiliki marker seleksi, memiliki marker kedua yang
berguna untuk tanda apabila plasmid disisipkan gen asing, dan memiliki situs
retriksi yang unik sebagai tanda untuk menyisipkan gen asing.
Pada dasarnya plasmid merupakan identitas genetik yang ditemukan secara
alami di dalam sel beberapa kelompok prokariot dan eukariot. Dengan teknik
rekayasa genetik, sekarang telah dikembangkan plasmid artifisial dengan cara
menggabungkan gen-gen dari plasmid alami maupun genom tertentu (Yuwono
2009; Sambrook c2001).
Ada berbagai macam kegunaan dari plasmid, dalam rekayasa genetika,
plasmid digunakan sebagai vektor untuk kloning DNA. Selain itu plasmid juga
banyak digunakan untuk perbanyakan jumlah DNA tertentu sehingga bisa
mengekspresikan gen tertentu. Alasan utama pengunaan plasmid ini adalah karena
plasmid memiliki peta restriksi, adanya marker sehingga dapat diketahui apakah
gen insert masuk atau tidak, memiliki copy number yang besar, dan mudah
dimodifikasi sesuai dengan tujuan tertentu. Karena plasmid memiliki fungsi yang
bisa dimanfaatkan keuntungannya, maka ada banyak cara yang digunakan untuk
mengisolasi plasmid tersebut. Plasmid yang diisolasi berasal dari bakteri. Proses
ini dikenal sebagai proses mini preparation karena jumlahnya hanya sekitar 1-
4
5
20µg. Sedangkan untuk jumlah yang lebih besar (100-200µg) digunakan midi
preparation dan maxi preparation untuk jumlah yang lebih besar dari 200 µg
(Sambrook c2001).
Ekstraksi atau isolasi asam nukleat adalah salah satu teknik dasar yang
harus dikuasai dalam mempelajari teknik biologi molekular. Tujuan dari ekstraksi
atau isolasi asam nukleat adalah membuang dan memisahkan asam nukleat dari
komponen sel lainnya (protein, karbohidrat, lemak, dll) sehingga asam nukleat
yang diperoleh dapat dianalisis dan atau dimodifikasi lebih lanjut dengan teknik
biologi molekular lainnya (Corkill dan Rapey 2008).
Ekstraksi DNA dapat dibagi menjadi dua: ekstraksi DNA total (genom)
dan ekstraksi DNA plasmid. Ekstraksi DNA plasmid biasanya menggunakan
alkalin lisis dengan memanfaatkan karakter plasmid yang kecil dibandingkan
dengan kromosom. Dengan bantuan NaOH, SDS dan potasium asetat, plasmid
dapat terdenaturasi (menjadi untai tunggal) dan kembali pada struktur alaminya,
sedangkan kromosom yang sudah terdenaturasi akan sulit untuk kembali beruntai
ganda. Pengendapan nukleotida dapat dibantu oleh etanol atau 2-propanol.
Saat ini kita dapat menemukan berbagai macam metode ektraksi DNA.
Para peneliti selalu berusaha menyederhanakan tahapan yang digunakan atau
mengurangi jumlah perlakukan. Tahapan atau perlakuan yang terlalu panjang dan
terlalu kompleks sering meningkatkan resiko kegagalan, terutama bagi pemula.
Tahapan atau perlakuan dalam ekstraksi DNA juga dipengaruhi asal sel/jaringan
target (Epplen dan Lubjuhn 1998).
Ada tiga langkah utama dalam ekstraksi DNA, yaitu perusakan dinding sel
(lisis), pemisahan DNA dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta
pemurnian DNA (Surzycki 2000). Menurut Chaput (1999) setelah proses
ekstraksi, DNA yang didapat dapat dipekatkan melalui presipitasi.Pada umumnya
digunakan etanol atau isopropanol dalam tahapan presipitasi. Kedua senyawa
5
6
6
7
dengan sentrifugasi (Corkill dan Rapley 2008; Fatchiyah et al. c2011; Sambrook
c2001).
Kontaminan yang umum ditemukan diantaranya adalah polisakarida yang
dapat mengganggu proses lanjutan seperti PCR, dimana terjadi penghambatan
aktivitas Taq polymerase atau kontaminan lain seperti polifenol yang dalam bentk
teroksidasi akan mengikat DNA secara kovalen. Untuk menghindari terjadinya hal
ini, maka jaringan yang digunakan dijaga tetap dingin sebelum dan selama proses
ekstraksi (Fatchiyah et al. c2011).
Setelah dilakukan ekstraksi, maka proses dilanjutkan dengan presipitasi
DNA dengan mengunakan fenol atau pelarut organik seperti chloroform:isoamil
alcohol (pada ekstraksi DNA kromosom bakteri), phenol:chloroform:isoamyl
alcohol (pada ekstraksi DNA plasmid bakteri). Lapisan epifase dipindahkan ke
dalam tabung mikro baru. Presipitasi nucleic acid dari supernatant dilakukan
dengan penambahan etanol absolut (ekstraksi DNA plasmid) atau isopropanol
dingin (ekstraksi DNA kromosom). Selain DNA, semua bahan akan larut dalam
etanol atau isopropanol dingin. Dengan demikian, saat dilakukan sentrifugasi,
maka DNA akan mengendap dan terpisah dari senyawa-senyawa atau bahan lain,
sehingga didapatkan supernatant dan pellet. Supernatant dibuang, pellet diambil
dan dilarutkan dengan buffer TE (ekstraksi DNA bakter) atau buffer TE yang
mengandung RNase (ekstraksi DNA plasmid) untuk membersihkan DNA dari
RNA (Fatchiyah et al. c2011; Surzycki, 2000). Fenol seringkali digunakan
sebagai pendenaturasi protein, ekstraksi dengan menggunakan fenol menyebabkan
protein kehilangan kelarutannya dan mengalami presipitasi yang selanjutnya dapat
dipisahkan dari DNA melalui sentrifugasi (Karp 2008)
Secara khusus, menurut Sambrook (c2001), prinsip isolasi plasmid adalah
pertama setelah kita kultur bakteri (biasanya menggunakan E.coli) selama
semalam, kita sentrifuge yang gunanya adalah kita hanya mengambil kulturnya
dan menghilangkan medium-nya. Setelahnya kita treatment dengan pemberian
solution I, II, dan III. Solution ini semuanya adalah lysis buffer. Pada solution I
kita bisa melihat komposisinya adalah glucose yang konsentrasinya tinggi. Seperti
pada prinsip difusi-osmosis, jika ada larutan yang konsentrasi tinggi masuk dalam
sel, dengan sendirinya membran sel akan rusak. Kemudian pemberian solution II
7
8
yang harus fresh (NaOH dan SDS). Solution II ini kita menggunakan NaOH
sebagai alkali, yang berfungsi merusak membran sel. Dan dalam step ini perlu kita
ingat bahwa kita tidak boleh mem-vortex pada saat mix. Kalau kita vortex, semua
akan hancur termasuk DNA-nya (NaOH adalah alkali kuat). solutiom NaOH dan
SDS tidak untuk di-autoclaved maupun on ice, karena ada SDS-nya. SDS di sini
adalah sabun yang juga untuk menghancurkan membran sel. Jadi bisa dilihat
bahwa apalabila kita membuka tutup tube (pada saat akan memasukkan solution
III), ada lendir-lendir di mulut tube. Itu menandakan bahwa membran sel telah
lysis. Sedangkan solution III berguna untuk neutralization, yang di situ dapat kita
liat membran-membran yang telah lysis menggumpal dan menyatu. Nah, maka
dari itu kita perlu sentrifuge untuk mengendapkan membran-membran yang lysis,
sehingga yang kita ambil hanya supernatan (larutan bening ~ berisi DNA).
Setelahnya kita mendapatkan larutan bening itu, treatment dengan PCI
(phenol : chloroform : isoamylalcohol), yang berfungsi untuk menghilangkan
komponen-komponen lain dalam sel, misalnya protein. Karena target kita adalah
mendapatkan DNA murni. Dan kita pun treatment dengan ethanol 100% dan
NaAc (buffer). karena DNA ini tidak larut dalam ethanol, maka dengan pemberian
ethanol kita akan melihat DNA di situ. NaAc sebagai garam/buffer berfungsi
untuk membantu pengendapan. Sehingga proses ini kita dapat namakan ethanol
presipitasi, yaitu penggendapan DNA dengan pemberian ethanol. Selain itu untuk
membantu pengendapan, kita inkubasi di -20 ° sekitar 1 jam, kemudian setelahnya
sentrifuge dan washing dengan ethanol 70%, dry up dan pemberian TE. Pada dry
up ini DNA harus benar-benar bersih dari ethanol, karena jika tidak bersih dari
ethanol maka DNA tidak akan mau larut.
Setelahnya kita lakukan purifikasi. Purifikasi di sini bertujuan agar kita
mendapatkan DNA yang benar-benar murni, tidak terkontaminasi dengan RNA.
Bisa kita lihat pada step ini kita treatment dengan pemberian RNAse, supaya
RNA yang terkontaminasi bisa hilang.
8
9
III. SIMPULAN
9
10
DAFTAR PUSTKA
10